478
GANGGUAN JANTUNG FUNGSIONAL
Hamzah Shatri
PENDAHULUAN
Seseorang yang mengalami stres atau gangguan emosi
akibat adanya stresor psikososial atau stresor Iain akan
mengalami perubahan-perubahan psikis, fisiologis,
biokemis, dan lain-lain yang merupakan respons tubuh
terhadap stresor yang sedang berlangsung, Pada tahap
tertentu keadaan ini akan menimbulkaan gejala-gejala
sikis dan somatik, yang secara umum dikenal sebagai
gangguan psikosomatik
Keluhan dan gejala yang ada dapat timbul dar sistem
multiorgan atau hanya menonjol pada salah satu sistem
organ yang ada dalam tubuh seperti sistem kardiovaskular
khususnya jantung. Gangguan pada sistem kardiovaskular
khususnya jantung merupakan suatu gengguan yang
lazim dan paling sering membawa pasien psikosomatik
berobat ke dokter. Sebenarnya sudah lama diketahui
bahwa gejala-gejala jantung sering terdapat pada pasien
gangguan psikis, sehingga muncul berbagai macam
istilah diagnosis yang berhubungan dengan jantung
seperti sindrom kardiorespirasi, irritable heart syndrome,
‘sindrom da Costa dan sebagainya. Semua istilah ‘diagnosis
di atas merupakan gangguan jantung fungsional dengan
berbagai macam manifestasi klinis tanpa ditemukan
adanyakelainan orgaik yang menyebabkan muncuyo
berbagai macam diagnosis.
Pada pusat ryjukan yang mempunyai senter jantung,
gangguan jantung fungsional berkisar antara 10-20% dant
Semua kasus ryukan yang diduga mempunyai kelainan
organik. Sedangkan dalam praktek umum dari semua
Basien yang datang dengan kelunan yang berhubun
dengan jantung sekitar 75% merupakan ie
fungsional ‘Sengguenjantung
‘Gengguan jantung fungsional pasien
kadang-kadang menyerupai penyakit iantung se
Pada sis lain pasien penykitjantung erganik reals
ee eg
disertai gangguan psiks. Keadaan ini dapat menyetan,
terjadinya kesalahan diagnosis sehingga pers,
laksanaan yang diberikan menjadi kurang tepat deni
memberikan hasil pengobatan yang baik, Pengetehiy,
dan pemahaman tentang gangguan jantung fungsce
sebagai gangguan psikosomatik sangat dipertukan ag»
dapat melakukan pengobatan yang lebih tepat.
PSIKOFIOLOGI GANGGUAN JANTUNGFUNGSIONA,
‘Sampai saat ini sistem saraf autonom terutama st
simpatis mempunyai peran yang paling penting del
mekanisme gangguan jantung akibat gangguan psi
balk secara langsung mempengaruhi sistem kardiovastus
‘maupun melalui jalur neurohumoral
Peran Sistem Autono Pendahuluan
Seseorang yang mengalami stres atau gangguan em
akibat adanya stresor psikososial atau stresor lain atat
mengalami perubahan-perubahan psikis, fsioles*
blokemis, dan lain-lain yang merupakan respons ts
tethadap stresor yang sedang berlangsung. Pade one
tertentu keadaan ini akan menimbulkaan gejala-98*
Psikis dan somatik, yang secara umum cikenal se0°?
Gangguan psikosomatik.
Keluhan dan gejala yang ada dapat timbul dat. foot
‘multiorgan atau hanya menonjol pada salah sat Leet
O792n yang ada dalam tubuh seperti sister kardon
Khususnya jantung, Gangguan pada sistem kardiovast 4
khususnya jantung merupakan suatu gangguen
{azim dan paling sering membawa pasien Pater
berobat ke dokter. Sebenarnya sudah lame die
sit
bahwa gejala-gejalajantung sering terdapat 248
Sangguan psikis, sehingga muncul berb29*! an
istlah diagnosis yang berhubungan deng** |ee 3603
oe $$
sinarorn kardiorespirasi irritable heart syndrome,
"da costa dan sebagainya. Semua istilah diagnosis
verupakan gangguan jantung fungsional dengan
39075 wacam manifestasi Klinis tanpa ditemukan
ee eaican organik Yang menyebabkan munculnya
‘macem diagnosis,
ada pusat rujukan yang mempunyai senter jantung,
jan jantung fungsional berkisar antara 10-20% dari
eva vasus rujukan yang diduga mempunyai kelainan
writ. Sedangkan dalam praktek umum dari semua
oer sang detang dengan keluhan yang berhubungan
gaom antng sekitar 75% merupakan gangguan jantung
ah
‘Gengguan jantung fungsional pasien psikosomatik
giang-kadang menyerupai penyakit jantung organik.
‘ata 5 an pasien penyakit jantung organik sering kali
eer gangguan psikis. Keadaan ini dapat menyebabkan
seiadinye kesalahan diagnosis sehingga penata-
wasanzen yang diberikan menjadi kurang tepat dan tidak
emberikan hasil pengobatan yang baik. Pengetahuan
#apemahaman tentang gangguan jantung fungsional
taza gengguan psikosomatik sangat diperlukan agar
at melakukan pengobatan yang lebih tepat.
PSIKOFIOLOGI GANGGUAN JANTUNG
FUNGSIONAL
Sampai saat ini sistem saraf autonom terutama saraf
smeatis mempunyai peran yang paling penting dalam
‘etznisme gangguan jantung akibat gangguan psikis
‘ak secara langsung mempengaruhi sistem kardiovaskular
‘Teioun melalui jalur neurohumoral.
Pen Sistem Autonom pada Jantung
‘Smulasi saraf simpatik akibat stres psikis di samping
‘Sdalui mekanisme neurohumoral, secara langsung
ex menyebabkan peningkatan kontraksi miokard
‘shingga denyut jantung meningkat. Keadaan ini akan
‘enngkat konsumsi oksigen, sementara aliran darah
‘menurun akibat vasospasme koroner. Untuk
‘Sempertahankan aliran darah koroner yang cukup
‘tm diimbangi oleh vasokontriksi arteriol sistemik.
i arteriol tersebut dapat mengganggu fraksi
‘i ventric.
‘ronson dik membuktikan adanya penurunan fraksi
‘8b pada jantung normal yang diinduksi dengan stres
‘8 ingen) Penurunan ini lebih bermakna pada pasien
Santi jantung koroner( PIK ) yang diinduksi dengan
Sees. Rozanski dkk mendapatkan penurunan
eg tit dari '5% pada pasien PJK yang diinduksi
‘Stres psikis. Mekanisme ini dapat menerangkan
iskemia miokard akibat stres psikis. Bila
ss
kompensasi fisiologik ini tidak tercapai akan menyebabkan
iskemia miokard berlanjut, Oleh karena iskermia miokard
akan mengaktifkan katekolamin dan angiotensin Il yang
kemudian diikuti vasokontriksi sistemik
Pada pasien PIK atau infark miokerd (IM), dominasi
sistem saraf simpatis lebih nyata dibandingkan kontrol
sehat. Bahkan pada kelompok tertentu terdapat depresi
tonus vagal, di mana pada kelompok ini risiko terjadi
aritmia dan cardiac sudden death lebih tinggi, Me Cance
dkk pada penelitian dengan infus adrenalin kadar fisiologis
sesuai dengan kadar pada IMA, timbul iskemia miokard
dan aritmia yang tidak terjadi pada kontrol
PERAN PSIKO-NEURO-ENDOKRINOLOG!
Konsep psiko-neuro-endokrinologi telah dibuktikan,
bahwa dalam stres melalui melalui susunan saraf autonom
merangsang medula adrenal memproduksi katekolamin
dan jalur hipotalamik yang merangsang kortek adrenal
memproduksi kortisol. Secara umum peningkatan kedua
hormon ini akan menyebabkan peningkatan tekanan
darah, denyut jantung, konsumsi oksigen, lemak bebas
kolesterol, trigliserid, gula darah, retensi natrium dan
air, penurunan kalium terutama pada otot jantung, nilai
ambang elektris ventrikel turun, tonus vaskular meningkat,
otot menjadi tegang (pegal) bahkan kerusakan serabut
otot (contraction band necrosis). Mekanisme di atas dapat
mempengaruhi fungsi dan kerja jantung
Di samping itu stres dapat meningkatkan jumlah
trombosit, agregasi dan adesi trombosit. Katekolamin
merupakan agregan yang poten in vitro. Gregnani dkk
membuktikan bahwa stres emosi dapat meningkatkan
trombosit, baik dengan ADP ataupun kolagen dan lebih
nyata pada pasien PJK. Sedangkan pada percobaan
binatang terbukti bahwa stres emosi dapat menimbulkan
mikro trombus pada pembuluh-pembuluh darah kecil
jantung,
Gangguan psikofisiologis dan metafisiologis ini dapat
berlangsung beberapa hari sampai bertahun-tahun.
SINDROM HIPERVENTILASI
Pasien stres psikis dapat mengalami hiperventilasi akibat
pengaruh B adrenergik. Pada hiperventilasi terjadi
penurunan tekanan arteri koarbondioksida (PaCO,) yang
menyebabkan alkalosis respiratorik. Keadaan ini mula-
mula menyebabkan vasodilatasi arteriol, beberapa menit,
kemudian terjadi vasokontriksi termasuk arteri koronaria.
Sehingga pada hiperventilasi dapat terjadi sakit dada, balk
karena peningkatan kerja otot, pernapasan atau akibat aliran.
darah koroner yang berkurang. Pada elektrokardiogramee
3604 Seen
ritmia, elevasi atau
jan pasien
ktural
cia, a
Jpabkan duga
nan jantung su
oe oar ,, hiperventilasi
¢exS) dapat terlihat sinus takikar
depresi seamen ST. yang menye
hiperventilasi mempuny
sada pasien dengan atero: es
mrempermadah terjadinya iskernia mick, ban ie
sebogian pasien dlaporkan dapat mencetuskon
Serdasarkan hasil penelitian didapatkan (207
2y3 pasien hiperventilasi pada ansietas inter ee
memperinatkan penurunan PaCO,, Pada hiperv®t =
ronis terjadi adaptasi fisiologis pusat perneray
teshadap PaCO, rendah dengan PH normal, e'6M
terjadi penurunan PaCO,. lebih lanjut akibat peruba Mt
emosi seperti rasa takut. sedih dll, gejala-gejala sePer
tersebut di atas dapat timbui kembali
HUBUNGAN GANGGUAN PSIKIS DAN PENYAKIT
JANTUNG
Berdasarkan penelitian dan kenyataan klinis hubungan
antara gangguan psikis dengan Penyakit jantung dapat
digambarkan sebagai berikut
+ Gangquan pada jantung bisa merupakan gangguan
fungsional
+ Pasienyyang mengalami sakitjantung akan diikuti oleh
perasaan tidak enak (disforia)
+ Gangguan psikis merupakan salah satu faktor risike
PK.
Gangguan psikis selain dapat menyebabkan gangguan
jantung fungsional, juga dapat menyebabkan gangguen
jantung organik. Berbagai macam penelitian telah
membuktikan hubungan antara gangguan psiko-sosial
seperti ketidakpuasan dalam hidup, tipe kepribadian, stres
akut dan faktor-faktor sosial budaya dengan penyakit
kardiovaskular seperti PJK dan hipertensi
Friedman dan Roesman dari hasil penelitiannya
selama 30 tahun menyimpulkan bahwa kepribadian tipe
‘A yang berciri emosional kompetetif, agresif dan selalu
terburu-buru dalam mencapai tujuannya merupakan faktor
Fisiko PIK, seperti halnya hipertensi, hiperkolesterolemia
‘dan merakok. Kepribadian tipe A kemungkinan terkena
PAK 1,7 ~ 45 kali dibandingkan kepribadian tipe B yang
berciri sebaliknya, Studi tain mendapatkan kejadian angina
ppektoris dan IM akut yang berbeda bermakna padaa
kepribadian tipe A dibanding kontrol.
Bhatia membuktikan bahwa skor
menyebabkan kejadian IM yang |
‘berbeda cibandingkan dengan kor
epidemio-togi selama 20 tahun pac
sttes yang tinggi
lebih tinggi dan
ntrol. Pada penelitian
ide perempuan de
gaktor-faktor psikososial, keadaan str |
smenyebabkan angina PeKoris, merimbulkan yas
prematur dan memicu timbulnya IM. Secara g os
dibuktikan dari beberapa laporan kasus bahwa iy, tee
sesaat setelah adanya stresor psikososial day By
sreografi Koroner pasienpasien ini tidak mengp st
penyempitan Koroner yang ry@ta. Pada Pasien gag
psikis seperti ansietas panik dapat ditemukan Fal
prolaps katup mitral yang Secar@ Klis pada umyy®
tidak membahanyakan.
EFEK GANGGUAN PSIKIS TERHADAP Pasi,
PENYAKIT JANTUNG
stres psikis selain merupakan faktor rsiko timbuiya
penyakit jantung dapat menyebabkan lambatny
penyembuhan pasien penyakit jantung, menyebatkay
kekambuhan dan meningkatkan mortalitas, misalnya pads
IM selama dan sesudah perawatan. She dik, melapotkan
bahwa pada kelompok pasien stres perbaikan daerah
iskemia lebih lambat, terjadi perluasan area infar
komplikasi dan kematian mendadsk lebih tinggi.
Telah dibuktikan dengan skintigrafi bahwa stres
dapat menyebabkan iskemia miokard pada orang sehet
dan lebih bermakna pada pasien PJK, di samping dapat
menimbulkan mikrotrombus dan perubahan tonus
vagal. Keadaan ini akan mempermudah terjadinya nye
dada yang berkepanjangan, gangguan elektris yang
dapat menimbulkan gangguan konduksi dan aritmia,
meluasnya aree infark sehingga terjadi gagal jantung
sampai dengan kematian. Beberapa studi klinis maupun
epidemiologis berhasil membuktikan bahwa stres dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas IM. Komplikasi
yang terjadi pada pasien IMA dengan stres 2-3 ial
lebih tinggi dibanding tanpa stres. Demikian juga yang
didapatkan Holdright pada pasien angina pektors
iskemia asimptomatik menyebabkan komplikasi y#"9
cukup bermakna yaitu sekitar 2-3 kali lebih tinggi. Bahia?
komplikasi jangka panjang pada pasien IM dengan ste
tetap lebih tinggi, dengan menyingkirkan faktor “sie
PENDEKATAN DIAGNOSIS GANGGUANJANTUNS
FUNGSIONAL
Untuk dapat memberikan penatalaksanaan yang holst
terhadap pasien gangguan jantung psikosomatt
khususnya gangguan jantung fungsional, tentu*!?
Se0rang dokter harus dapat membedakan apskah Ku
an gejala yang didapatiaan tersebut bersifat
st@U organik, Telah disebutkan bahwa pada S44’ NJANTUNG FUNGSIONAL
ye —
an dan gejala Gangguan jantung fungsional dapat
sari penvakit jantung organik. Pada sisi lain
wna organik sering kali disertai gangguan
i
517 junan dan gejala jantung fungsional dapat terbatas
, gala tertent Saja seperti palpitasi atau takikardia,
os dengan geiala yang sangat kompleks sehingga
wimoulkan berbagai macam diagnosis. Bahkan
Suh interprestasi sebagai gangguan jantung organik
au? sebaliknya. Spektrum gejala kardiovaskular
‘ang dapat timbul selain palpitasi dan atau takikardia,
‘ting ball juga didapatkan adanya sesak napas, nyeri
jus, keringat dingin, lekas capai, sakit kepala sampai
dengan pingsan
sebenarnya dengan anamnesis dan pemeriksaan fisis
sang titi kta sudah dapat mendiagnosis ada tidaknya
gnqguan jantung psikosomatik, membedakan antara
qargguan fungsional dan organis.
Pada pasien jantung fungsional, sesak napas pada
xnumya hanya merupakan perasaan sesak saja yang akan
tampek jelas pada saat pasien membicarakan masalah
yang sedang dihadapinya. Pada pasien tidak tampak
adanya sesak napas, hanya sesekali menarik napas panjang
yang berkaitan dengan persaan emosionalnya. Dapat juga
telihat adanya hiperventilasi.
Gejala nyeri dada pada umumnya tidak spesifik
seperti pada penyakit jantung organik. Rasa nyeri tepat
pada jantung, pada umumnya tepat di daerah adanya
tekanan denyut jantung , tidak menjalar dan dirasakan
terus menerus. Sering kali disertai gejala lain yang tidak
spesifik seperti sakit kepala, mual, nyeri, ulu hati
Rasa lelah dirasakan pada 60% pasien gangguan
/ jntung fungsional. Umumnya terjadi pada pagi hari
in bertambah bila melakukan aktivitas. Pada penyakit
| oganikrasalelahtimbul pada siang atau sore hari setelah
nnelakukan aktivitas.
pede pemeriksaan fisis tampak bahwa pasien dalam
/_ltdaan cemas. Gejala-gejala objektif sering kali tidak
| (Stepatkan, atau didapatkan adanya peningkatan tekanan
Garah, takikardia, ekstrasistol ventrikel. Keringat dingin
tase hanya pada telapak tangan dan kaki.
Walaupun jarang, pada pemerikasaan penunjang
dengan elektrokardiogram bisa didapatkan adanya
| Ntkardia atrial, takikardia ventrikel paroksismal ataupun
| Serubahan gelombang ST-T. Dalam keadaan yang
diperiukan evaluasi yang lebih mendalam untuk
enentukan ada tidaknya penyakit jantung organik Pada
‘stardiografi bisa didapatkan adanya prolaps katups
‘Kurang lebih 5% pasien ansietas panik didapatkan
“ya prolaps katup mitral.
3605
PENGOBATAN
Pengobatan dapat diberikan secara non farmakologis
dengan memberikan edukasi dan bimbingan, sehingga
dapat membantu mempercepat penyembuhan. Edukasi
dan bimbingan tersebut antara lain menjelaskan tentang
ejala yang timbul dengan tepat tanpa menakutkan paien
yang dapat memperburuk penyakitnya, meluruskan pola
pikir pasien yang salah tentang penyakit jantung, bila
mungkin membantu memecahkan masalah yang sedang
dihadapinya,
Terapi kognitif dan perilaku sangat membantu dalam
mengoreksi perilaku yang salah yang dapat merupakan
faktor risiko penyakitnya dan menganjurkan untuk berpola
hidup sehat.
Pengobatan farmakologis dengan memberikan terapi
simptomaik seperti anti nyeri analgetik, vasodilator
koroner. Dapat juga diberikan psikotropik golongan
benzodiazepin seperti diazepam, alprazolam untuk
mengurangi kecemasan. Terapi simptomatik lain dapat
diberikan sesuai indikasi, tidak berlebihan dan menghindari
bat yang dapat memperburuk keadaan. Selain itu tidak
boleh melupakan pengobatan yang lebih khusus diberikan
untuk gangguan psikis atau organis yang dijumpai,
REFERENSI
Bhatia MS, Tiotary A, Balkrisnha etal. Type a behavior live events
& myocardial infarction. Indian J Med Res. 1990,92:95-100.
Bracket GD, Powel LH, Psychosocial and Phychological predictor
of sudden cardiac death after healing of acute myocardial
infarction. Am J Cardiol. 1986;61:97683,
Cohn JN. Sympathetic nervous system activity and the heart, Am
J Hypertens, 1989,2:3535-6
Diagnostic and statistical manual of mental disorder, 4 th
edition, Washington American Psychiiatric Association ;
1994,
Eaked ED, Pinsky), Castelli WP. Myocardial infarction and
‘death among woman from a 20 years follow up of women in
the Farmingham study. Am J Epidemiol, 1992;135:85464.
Gelernt MD, Hochman JS. Acute myocardial infarction triggered
by emotional stress, Am J Cardiol. 1992,64:13123,
Gregnany G, Soffiantino F, Zuhella M et al. Platelet activation
by emotional stress in patient with coronary artery disease.
Greulation. 191R3(supp tf)}2, 12838 i
Holdright D, Patel D, Cunningham D etal. Comparison af the effect
of heparin and aspirin versus aspirin alone on the transient
‘myocardial ischemia and in, Hospital prognosis oin patient
with unstable angina, J Coll Cardiol. 1994;24:30-45.
Hackett TP, Rosenbawn JF, Tesar GE. Emotion, psychiatry
disorderrand the heart. In: Braunwald editor. Fear! diseases
a text book of cardiovascular medicine. 3* ed, WB Saunders:
1988. 1883-987
ronson G dkk. Effect anger on left ventricle ejection fraction in
coronary artery disease, Am J Cardiol. 1992:70:281-5,
Kaplan HI, Sadock 8]. Anxiety disorder. in.: Kaplan il, Sadock B}
‘editors, Comprehensive textbook of psychiatri.5* ed. William
& Wilkins: 1989 p.952-72.oo my
chological factors affecting physical
orders). In.synopsis of
ssychiatry. USA
Kaplan HL Sadock BY. Psy
conditions (psychosomatic dis
psychiatry, Behavior Sciences Clinical Ps
William & Wilkins: 1988.412-28. :
MeCance AJ, Forfar JC, Myocardial ischemia and ventricular
‘arythmias in patient precipitated by physiologgcal concentration
Gf adrenalin in patient with coronary heart disease Br Heavt J.
1991 06:316-9
Rozanski A, Bairey CN, Kransz DS, et al. Mental stress and the
induction of silent myocardial ischemia in patient with
coronary artery disease. N Eng ] Med 1988;318:1005-12.
Ruberman W, Wienblatt E, Goldenberg JD, et all. Psychosocial
influences on mortality Shatri H, Gejala jantung paca anvietos
panik, Siang klinik Penyakit Dalam, FKUI/RSUPN-CM.
1996.
Shy RY. Bai HZ, Chen YZ. Influence of of emotional stress andl
behavior during acute myocardial infarction and prognosis.
Circulation. 1989;28:225-51
Verthein V. Kohler T. The correlation between everyday life event
and angina pectoris : longitudinal study. J Psychosomatic
Research, 1997.18. Weiner H. Stressed experience and
cardiorespiratory disorders latior Gu
ae rs, Circulation. 1999 ;83(supp