Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

PKP Karil

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL

( PKP )

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA


MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING
SISWA KELAS V SD INPRES NO. 177 PANGALAWAKKANG

Oleh:

SAHERUDDIN
NIM : 859 388 915

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


POKJAR JENEPONTO UPBJ – UT MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari hasil observasi selama proses belajar mengajar berlangsung di SD


Inpres No. 177 Pangalawakkang Kabupaten Jeneponto belum tercapai seperti
apa yang diharapkan yaitu pada mata pelajaran matematika. Hal ini terlihat
banyak siswa yang kurang antusias dalam menerima pelajaran. Ada pula siswa
bermain pada saat pelajaran berlangsung dan pada saat guru menjelaskan
materi disertai Tanya jawab, sebagian siswa kurang memperhatikan, namun
sebagian lagi memperhatikan dan sebagian lagi pandangan penuh pertanyaan
mengingat materi yang disajikan terlalu banyak kata-kata ilmiah yang membuat
siswa semakin kurang konsentrasi dan bertambah bingung karena siswa tidak
diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri.

Hal ini terbukti setelah peneliti melaksanakan tes formatif pada mata
pelajaran matematika pada siswa kelas V semester 1 pada SD Inpres No. 177
Pangalawakkang Kabupaten Jeneponto Tahun Pelajaran 2020/2021, masih
banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
yang telah ditentukan yaitu 70. Dari 20 siswa hanya 1 siswa yang mencapai
ketuntasan belajar dalam kegiatan pra siklus berarti masih ada 19 siswa atau
95% siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata kelas
42,5.

Menurut Rudi dan Cepi ( 2009 : 1) mengatakan bahwa pembelajaran


merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan
memanfaatkan berbagai sumber untuk pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika adalah kegiatan belajar mengajar dan mengajar
yang mempelajari ilmu matematika dengan tujuan membangun pengetahuan
matematika agar bermanfaat dan mampu mempraktekkan hasil belajar
matematika dalam kehidupan sehari - hari.

2. Analisis Masalah

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat


beberapa masalah dalam pembelajaran matematika yakni banyak siswa yang
kurang antusias dalam meneriman pelajaran yang sedang berlangsung, ada
pula siswa yang bermain pada saat pelajaran berlangsung, siswa yang kurang
memperhatikan dan mencermati keadaan demikian, penulis melakukan
refleksi diri terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dari hasil refleksi,
ada beberapa aspek yang menyebabkan siswa tidak mencapai ketuntasan
belajar, hal ini disebabkan oleh guru sehingga siswa kurang berkonsentrasi
dalam menerima pelajaran.

Dengan demikian, guru kurang menggunakan media pembelajaran, guru


kurang memberdayakan dan mengembangkan siswa untuk membangun
pengalaman pengembangan belajar, disamping itu guru kurang memanfaatkan
media ataupun alat peraga penunjang yang ada disekitar sekolah, yang bisa di
manfaatkan dalam pelaksanaan proses, maupun dalam penyampaian materi
pelajaran di kelas.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah, maka peneliti mencoba


suatu model pembelajaran yang lebih efektif untuk dapat meningkatkan hasil
belajar matematika. Model pembelajaran ini dianggap sesuai yaitu model
Discovery dengan harapan setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran siswa
dapat mencapai hasil belajar yang maksimal, yaitu dapat mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal 70. Atas pemikiran peneliti berkeinginan untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD
Inpres No. 177 Pangalawakkang Kabupaten Jeneponto melalui model Discovery ?”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan analisis masalah


tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah melalui model
Discovery dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Inpres
No. 177 Pangalawakkang Kabupaten Jeneponto ?”.

C. Tujuan Penilitian Perbaikan Pembelajaran

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan penerapan model Discovery dalam pembelajaran matematika untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Inpres No. 177 Pangalawakkang
Kabupaten Jeneponto

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Hasil dari pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini akan memberikan


manfaat berarti bagi perorangan maupun institusi di bawah ini:
1. Manfaat bagi Guru:
a. Meningkatkan kualitas guru dalam mengelola proses pembelajaran dan
membawa siswa pada pengalaman belajar yang bermakna.
b. Meningkatkan motivasi kinerja guru terhadap hasil belajar siswa
c. Memacu kreatifitas dan kredibilitas guru dalam melaksanakan
tugasnya.
d. Guru dapat melakukan penilaian terhadap siswa untuk 3 ranah
sekaligus, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif.
2. Manfaat bagi Siswa:
a. Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran
b. Terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, atau
sebaliknya.
c. Meningkatkan prestasi belajar dalam menempuh tes formatif dan
dalam ulangan umum semester tahun pelajaran 2020/2021.
3. Manfaat bagi Sekolah:
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini akan memberikan sumbangan yang
baik pada sekolah itu sendiri khususnya dan sekolah lain pada umumnya
dalam rangka perbaikan pembelajaran.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang telah dicapai


seorang siswa setelah ia mengalami proses belajar, dengan terlebih dahulu
mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan atau yang dilaluinya.
Penilaian hasil belajar perlu dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh
mana tujuan untuk instruksional yang telah diajarkan dalam kegiatan
pembelajaran yang telah dikuasai siswa. Hal ini sejalan dengan Syaiful Bahri
Djamarah ( 2002 :142) yang menyatakan bahwa :
“Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu,
faktor lingkungan : lingkungan alami dan lingkungan budaya, faktor
instrumental : kurikulum, program, sarana, fasilitas, dan guru, kondisi
fisiologis : kondisi fisiologis, kondisi panca indra, kondisi psikologis : minat,
kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif.
Keberhasilan dalam belajar perlu dinilai, hal ini sesuai dengan
pendapat Nana Sudjana dan Hetwijis Vera Visana (2001 : 7) yang
menyatakan bahwa : “Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai
terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut ditinjau dari sudut peristiwa yang
terjadi pada sitem psichophisis sesesiswa yang melakukan belajar berarti
suatu proses bekerjanya sistem urat saraf dimana berbagai perubahan terjadi
didalamnya. Ditinjau dari sikap individu dalam menghadapi objek yang
dipelajari, belajar adalah suatu kegiatan menyusun dan mengatur lingkungan
dengan sebaik-baiknya, sehingga lingkungan tersebut terserap oleh individu
yang bersangkutan. Jika ditinjau dari segi kegiatannya, belajar adalah suatu
kegiatan untuk memmperoleh kebiasaan-kebiasaan, pegetahuan dan
pengembangan tertentu dari sikap-sikap bagi siswa yang melakukannya.
B. Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Sejak lahir, manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk
memenuhi kebutuhan dan mengembangkan dirinya.
Dalam hal ini, belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Belajar akan
membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya
berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk
kecakapan, keterampilan, sikap, harga diri, kepribadian serta penyesuaian diri.
Dari ketiga definisi belajar, penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku
yang relatif permanen dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik,
yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya, dilakukan
secara sadar serta mempunyai tujuan terarah pada kemajuan yang progresif.
C. Pengertian Metode Discovery
1. Metode Discovery
Metodologi pembelajaran atau metode pembelajaran merupakan hal
yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan dalam kegiatan
pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan
pembelajaran kepada siswa sehingga siswa mudah untuk menerima materi
yang diajarkan oleh guru.
Metode discovery merupakan proses mental siswa mampu
mengasimilasi suatu proses atau prinsip-prinsip. ( Roestiyah, 1991 ).
Disimpulkan oleh penulis bahwa metode discovery ini adalah dimana siswa
bisa mendapatkan hasil yang sama pada akhirnya dengan cara yang berbeda
sesuai dengan pemikirannya masing-masing. Dalam hal inipada siswa
diharapkan siswa dapat mendapatkan tema serta membuat larik-larik yang
indah sesuai dengan imajinasinya sendiri tanpa ditentukan oleh guru. Setelah
proses terjadi dan hasil diperoleh kemudian guru akan menjelaskan cara yang
sebenarnya dengan hasil yang sama sebagai penyelsaian dari masalah yang
ditemukan oleh siswa pada saat siswa menemukan atau berjalan sendiri.
2. Ciri – Ciri Metode Discovery
Dalam proses belajar mengajar tradisional, guru sering mengajar untuk
menyelsaikan target materi pelajaran. Apabila dapat menyelesaikan target
pealajarannya, dia merasa bahwa tanggung jawabnya sebagai guru telah
terpenuhi. Dia tidak menyadari bahwadalam proses belajar semacam ini,
targetmateri pelajaran yang diberikan cukup banyak, tetapi siswa belajar lebih
sedikit. Orientasi guru itu memandang siswa sebagai tempat penyimpanan
ilmu pengetahuan dan proses mengajarnya bersifat subjek-centered.
3. Keunggulan Metode Discovery
Setiap metode pembelajaran pasti memiliki keunggulan maupun
kelemahan tersendiri. Pada sub bab berikut ini penulis mendeksripsikan
tentang keunggulan jika metode discovery ini diterapkan pada siswa pada
proses pembelajaran.

      Menurut Yamin (2003) mengatakan metode discovery (penemuan)


memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut :
a. Dapat membangkitkan kegairahan belajar pada diri siswa.
b. Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing.
c. Teknik ini mampu membantu siswa mengembangkan, memperbanyak
kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif atau
pengarahan siswa.
d. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sebagai sangat pribdi atau
individual sehingga kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
Dari apa yang dijelaskan diatas sehingga disimpulkan oleh penulis
bahwa dalam pembelajaran menulis puisi siswa akan lebih bergairah dan
mampu mengembangkan inspirasinya menjadi sebuah puisi yang indah dan
memenuhi kriteria penilaian yang sudah ditentukan. Siswa mampu
mengembangkan potensi sebagai seorang seniman pada dirinya.
4. Kelemahan Metode Discovery

Setiap metode pembelajaran pasti memiliki keunggulan maupun


kelemahan tersendiri. Pada sub bab berikut ini penulis mendeksripsikan
tentang keunggulan jika metode discovery ini diterapkan pada siswa pada
proses pembelajaran.
Menurut Yamin (2003) mengatakan metode discovery (penemuan)
memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut :
a. Ada yang berpendapat bahwa proses mental ini meningkatkan proses
pengertian saja.
b. Teknik ini tidak memberikan kesempatan berpikir kreatif.
c. Para siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental.
d. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini kurang berhasil.
e. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran
tradisional akan kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.

5. Langkah- langkah Penerapan Metode Discovery


Cara mengajar dengan metode discovery menurut mulyasa (2005:110)
menempuh langkah sebagai berikut :
a. adanya masalah yang dipecahkan.
b. Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
c. Konsep atau prinsip yang ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan
tersebut perlu dikemukan dan ditulis secara jelas.
d. Harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan.
e. Susunan kelas disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibat
aliran bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
f. Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengumpulkan data.
g. Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dengan data serta informasi
yang diperlukan.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
kegiatan pembelajaran menentukan bentuk pecahan senilai dengan model ini
siswa bebas memilih benda konkrek karena dengan menggunakan model ini
siswa bebas berkreasi dengan gayanya sendiri, tanpa terikat aturan atau
petunjuk dari guru. Jika terjadi kesalahan pada akhir refleksi akan dijelaskan
sehingga tidak terjadi salah pengertian meskipun dengan cara tersendiri namun
hasil akhirnya sama.
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, Pihak Yang Membantu


l.   Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas V SD Inpres No. 177
Pangalawakkang sebanyak 20 orang Kabupaten Jeneponto yang terdiri
dari laki – laki sebanyak 10 orang dan perempuan sebanyak 10 orang.
2.  Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas V SD Inpres No. 177 Pangalawakkang
Kabupaten Jeneponto, yang merupakan objek Penelitian.
3.   Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester
ganjil tahun pelajaran 2020/2021.
No Hari/Tanggal Mata Pelajaran Materi Siklus
1. Selasa, 13 April 2021 Matematika Bentuk Prasiklus
2. Selasa, 20 April 2021 Matematika Pecehan Siklus I
3. Selasa, 27 April 2021 Matematika Senilai Siklus II

4.    Pihak Yang Membantu


Dalam perjalanan proses penelitian, penelitian dibantu oleh kepala
sekolah, rekan-rekan guru dan supervisor 1. Hal ini dilakukan demi
terlaksananya penelitian dengan baik dan tercapainya tujuan yang
diharapkan. Peneliti sekaligus guru kelas di sekolah ini tidak merasa
kesulitaan dalam menghubungi rekan-rekan guru yang membantu peneliti
dalam mengumpulkan sejumlah data yang dibutuhkan pada saat
penelitian.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
1 Bentuk Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini merupakan penelitian perbaikan pembelajaran yang
indentik dengan Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom action research),
prosedur pelaksanaan penelitian yang digunakan berupa rangkaian langkah-
langkah berbentuk spiral. Menurut Arikunto, (2006), tindakan kelas adalah
berupa empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Adapun model tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

(Gambar Model Kemmis dan Taggart diadaptasi dari Rochiati, 2012)


Model Kemmis dan Mc Taggart bila dicermati hakekatnya berupa
perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari
empat komponen yaitu perencanaan,tindakan, pengamatan dan refleksi.
Untaian tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Oleh karena itu pengertian
siklus di sini adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi. Banyaknya siklus dalam penelitian tindakan kelas
tergantung dari permasalahan yang perlu dipecahkan, semakin banyak
permasalahan yang ingin dipecahkan semakin banyak pula siklus yang akan
dilalui. Jika suatu penelitian tindakan kelas ingin mengkaitkan materi
pelajaran dan kompetensi dasar dengan sendirinya jumlah siklus untuk setiap
mata pelajaran melibatkan lebih dari dua siklus. (Depdiknas, 2005: 31).
Siklus I
Siklus I dilaksanakan sebanyak 1 kali pertemuan, dengan waktu ( 2 x 35
menit ). Secara rinci prosedur pelaksanaan penelitian pada siklus I dijabarkan
sebagai berikut:
1. Perencanaan, yaitu rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai
solusi. Pada tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun perencanaan
tindakan berdasarkan identifikasi masalah pada obeservasi awal sebelum
penelitian dilaksanakan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah
tindakan secara rinci pada tahap ini segala keperluan pelaksanaan peneliti
tindakan kelas dipersiapkan mulai dari bahan ajar, rencana pembelajaran,
metode dan strategi pembelajaran, pendekatan yang akan digunakan, subjek
penelitian serta teknik dan instrumen observasi disesuaikan dengan rencana.
2. Tindakan atau pelaksanaan, yaitu apa yang dilakukan oleh guru atau
peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang
diinginkan. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah
dibuat sebelumya. Pelaksanaan tindakan merupakan proses kegiatan
pembelajaran kelas sebagai realisasi dari teori dan strategi belajar mengajar
yang telah disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasil
yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti dengan
subjek penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap
apa yang terjadi di kelas.
3. Observasi, yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Tahap observasi merupakan
kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan
dalam PTK. Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui ada-tidaknya
perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan yang sedang
berlangsung.
4. Refleksi, yaitu peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil
atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarhan hasil refleksi
ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap
rencana awal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah
dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi
dalam pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu hasil dari tindakan perlu
dikaji, dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses pembelajaran antara
guru dan siswa, metode, alat peraga maupun evaluasi.
Siklus II
Secara terperinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus II sama
dengan siklus I, yaitu rencana, pengamatan, observasi dan refleksi.
C.  Teknik Analisis Data
Pengelolaan data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis secara
kuantitatif digunakan analisis deksriptif yaitu skor rata-rata yang diperoleh
dari hasil tes tiap siklus bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan
materi melalui penggambaran karakteristik distribusi nilai pencapaian prestasi
belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran. Skor rata-rata meliputi
nilai rata – rata ( mean), nilai tertinggi ( maksimal). Dan nilai terendah
( minimal ) diolah dengan bantuan aplikasi SPSS 20, kemudian nilai tesebut
dikelompokkan dengan melihat pedoman pengkategorian yang dimodifikasi
dari DEPDIKNAS ( dalam saenab, 2012) sebagai berikut.
Tabel 3.1 Pengaktegorian tingkat penggunaan prestasi belajar
Skor Kategori
0 - 34 Sangat rendah
35 – 54 Rendah
55 – 64 Sedang
65 - 84 Tinggi
85 - 100 Sangat Tinggi

Dari hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes yang akan dilaksanakan
setelah berakhir satu siklus, kemudian dianalisis untuk melihat ketuntasan
belajar siswa secara individu dengan menggunakan rumus ( Arikunto, 2009),
sebagai berikut :
jumlah nilai
Ketuntasan Siswa = x 100%
jumlah nilai maksimal

jumlah siswa yang tuntas belajar


Ketuntasan Klasikal = x 100%
jumlah siswa

DAFTAR PUSTAKA
Suherman, dkk. ( 2001). Common Texbook Strategi Pembelajaran Matematika
Kontenporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung.

Suprihatiningrum, Jamil. 2014. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media.

Hamatik, Omar. 2009. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar CBSA,


Bandung; Sinar Baru Algensindo.

Veerman,K. 2003. Intelligent Support For Discovery Learning. Twente; Twente


University Press.

Rusffendi,. 2006. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan


Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika. Bandung; Tarsito

Suryabrat, Sumadi. 2002. Psikolgi Pendidikan. Jakarta; Raja Grafindo Persada.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 13 Konsep dan
penerapan. Surabaya; Kata Pena.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran


Abad 21. Bogor ; Ghalia Indonesia

Anda mungkin juga menyukai