MTBS Kelompok 2
MTBS Kelompok 2
MTBS Kelompok 2
KELOMPOK II
1. DIAN MAYASARI
2. DWI HARTANTO
3. HENDRO SUSILO
4. NASIYAH
5. SAIFUDIN
6. TRI SUJARWATI
TAHUN 2021
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)
A. Pengertian
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa inggris integrated
management of childhood illness(IMCI) adalah suatu manajemen melalui pendekatan
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak
usia 0-59 bulan secara menyeluruh yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai
beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit
tersebut dan konseling yang diberikan (Surjono et al ;Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008).
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu strategi yang dibuat oleh
WHO dan UNICEF yang diperkenalkan pada 1996 sebagai strategi yang penting untuk
memperbaiki kesehatan anak. MTBS ini memusatkan pada penanganan anak bawah lima
tahun (balita), tidak hanya mengenai status kesehatannya namun juga penyakit-penyakit
yang menyerang mereka. Fokusnya memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan pada
fasilitas tingkat pelayanan dasar (balai pengobatan dan pelayanan rawat jalan) dengan
menggunakan standar serta pendekatan yang terintegrasi untuk pelayanan kesehatan
(WHO-UNICEF , 2003).
Pengertian terintegrasi atau terpadu dalam MTBS menurut merujuk pada sejumlah
strategi tertentu yang ditambahkan dalam pendekatan manajemen. Tujuannya agar supaya
anak bawah lima tahun (balita) mendapatkan pelayanan menyeluruh baik itu di rumah
maupun di fasilitas kesehatan. MTBS dikatakan terpadu sebab memadukan bersama-sama
pelayanan promosi, pencegahan, serta pengobatan dalam satu strategi, yang dikelola dan
dikoordinir oleh tim yang melibatkan manajer dan para petugas yang mempunyai keahlian
yang beragam. Penerapan MTBS menggunakan manajemen kasus untuk menangani
masalah-masalah kesehatan masyarakat yang utama melalui standarisasi dan pendekatan
terpadu didasarkan pada buku bagan yang diberikan pada paket pelatihan MTBS (WHO
EMRO, 2004)
Penanganan balita ini menggunakan suatu bagan yang memperlihatkan langkah-
langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya, sehingga dapat mengklasifikasikan penyakit
yang dialami oleh balita, melakukan rujukan secara cepat dan tepat apabila diperlukan. Inti
dari kegitan MTBS adalah pengklasifikasian penyakit, penilaian status gizi, pemberian
imunisasi pada balita, pemberian konseling pada ibu tentang tata cara pemberian obat di
rumah, kunjungan ulang, penanganan tindak lanjut (Depkes RI, 2007)
B. Sasaran MTBS
Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 Tahun dan dibagi menjadi dua kelompok
sasaran yaitu kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5
Tahun (Depkes RI, 2008).
Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan diunit rawat jalan
kesehatan dasar seperti puskesmas.
4. Azas Rujukan
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah rujukan. Sebagai sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas
terbatas. Padahal Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan
berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk membantu Puskesmas menyelesaikan
berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka
penyelenggaraan setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus
ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal
dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan
kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar strata sarana pelayanan
kesehatan yang sama. Ada dua macam rujukan yaitu rujukan upaya kesehatan
perorangan dan rujukan upaya kesehatan masyarakat. Untuk terselenggaranya
berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai
dengan azas penyelenggaraan.
Puskesmas perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik. Demikian
juga pelaksanaan kegiatan penerapan MTBS di Puskesmas memerlukan pelaksanaan
manajemen yang sistematik untuk menghasilkan luaran pelayanan MTBS Puskesmas
yang efektif dan efisien yang diselenggarakan secara terkait dan berkesinambungan
dan memerlukan adanya perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta
pengawasan dan pertanggungjawaban kegiatan MTBS. Dalam penyelenggaraan
kegiatan , Puskesmas harus menerapkan program kendali mutu. Prinsip program
kendali mutu adalah kepatuhan terhadap berbagai standar dan pedoman pelayanan
serta etika profesi yang memuaskan pemakai jasa pelayanan. Pengertian kendali mutu
adalah upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan
terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan
berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia serta menilai hasil
yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Penilaian TANDA BAHAYA:
- Kejang
- Letargi/tidak
- Tidak mau minum atau menyusu
- Muntah-muntah
Perawatan di rumah
Rujuk Segera di fasilitas rawat Pengantar diberi konseling te
jalan Penatalaksanaan di
- Cara minum obat
- Tindakan pra rujukan rawat jalan
- Pengobatan infeksi local
- Pengobatan infeksi local
- Melanjutkan memberi mak
- Memberikan obat minum
- Kapan harus kembali seger
- Menasehati dan mengajari
Fasilitas Rujukan - Kunjungan ulang
pengantar
- Tindakan kegawatdaruratan - Kunjungan ulang
- Diagnosis
- Monitoring dan follow up
- Nasehati orang tuanya
4. Jika demam
tiap hari
selama > 4
hari, RUJUK
untuk
pemeriksaan
lanjutan