Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah Sma 5

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

POTENSI DAN PERSEBARAN SUMBER DAYA


KELAUTAN DI INDONESIA

KELOMPOK 3

DISUSUN OLEH :

1. ARIYA KURNIYAWAN
2. ARYA DAMARA
3. CANTIKA PUTRI YOLANDA
4. ERISKA TASTIANA
5. IFTINAN RUTY NAJDAH

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI LAMPUNG


SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 5 METRO
TAHUN PELAJARAN 2021-2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................1
D. Manfaat Penulisan.............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Profil Laut Indonesia..........................................................................................2
B. Kekayaan Laut Indonesia..................................................................................3
C. Konsep Pemetaan Potensi Sumber Daya Kelautan.........................................3
D. Masalah-masalah yang di hadapi dalam Pemanfaatan Kekayaan Laut...........5
E. Potensi Sumber Daya Kelautan di Indonesia....................................................6
F. Isu dan Masalah Pengelolaan...........................................................................11
G. Upaya Pengelolaan yang Optimal.....................................................................13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................................17
B. Saran.................................................................................................................18
DAFTAR ISI............................................................................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan panjang pantai lebih dari
81.000 km, dimana 2/3 wilayah kedaulatannya berupa perairan laut. Laut
merupakan sumber kehidupan karena memiliki potensi kekayaan alam hayati
dan nir-hayati berlimpah. Sumber kekayaan alam tersebut, menurut amanat
Pasal 33 UUD-1945 harus dikelola secara berkelanjutan untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan rakyat.
Indonesia-pun adalah negara maritim. Namun, mengutip ungkapan Pramudya
Anantatur (Tempo), ia menyatakan bahwa ada sedikit kesalahan paradigma yang
di set oleh dan menjadikan Indonesia gagal dalam pembangunan, yaitu
meninggalkan laut. Padahal menurutnya, sewaktu masih kanak-kanak kita
senang sekali menyanyikan lagu “nenek moyangku seorang pelaut…”.
Kesalahan pola pikir yang diterapkan akhirnya berbuah tertinggalnya Indonesia
dalam upaya mengoptimalkan hasil lautnya, pencurian-pencurian ikan dan hasil
laut Indonesia-pun kerap terjadi, khususnya kawasan timur Indonesia.
Oentoro Surya (14/6 2009) menyampaikan bahwa Bangsa Indonesia
mestinya bisa berjaya di bidang kelautan. Potensi laut kita luar biasa, tapi karena
banyak kalangan yang masih menyepelekan terhadap kekayaan alam yang
sangat besar itu, maka pengelolaan hasil kelautan Indonesia belum optimal.
Dengan wilayah laut Indonesia yang sangat luas ini, banyak sekali potensi
ekonomi yang bisa dikembangkan, seperti untuk keperluan pelayaran,
pelabuhan, perikanan, perkapalan, pariwisata, dan pertambangan, yang tentu
saja bakal membuka lapangan kerja baru.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Potensi Sumber Daya Kelautan di Indonesia?
2. Bagaimana Pengolahan Sumber Daya Kelautan di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu Memahami dan mendalami materi
tentang Potensi Sumber Daya Kelautan di Indonesia serta Pengolahan Sumber
Daya Kelautan di Indonesia.

D. Manfaat Penulisan
1. Menambah referensi atau wawasan mengenai Potensi Sumber Daya
Kelautan di Indonesia.
2. Menjadi bahan Informasi dalam Pengolahan Sumber Daya Kelautan di
Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Profil Laut Indonesia


Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,6 juta km 2 dengan garis pantai
sepanjang 81.000 km, dengan potensi sumberdaya, terutama perikanan laut
yang cukup besar, baik dari segi kuantitas maupun diversitasnya. Selain itu
Indonesia tetap berhak untuk berpartisipasi dalam pengelolaan dan pemanfaatan
kekayaan alam di laut lepas di luar batas 200 mil laut ZEE, serta pengelolaan
dan pemanfaatan kekayaan alam dasar laut perairan internasional di luar batas
landas kontinen.Nampak bahwa kepentingan pembangunan ekonomi di
Indonesia lebih memanfaatkan potensi sumberdaya daratan daripada potensi
sumberdaya perairan laut.
Memperhatikan konfigurasi Kepulauan Indonesia serta letaknya pada posisi
silang yang sangat strategis, juga dilihat dari kondisi lingkungan serta kondisi
geologinya, Indonesia memiliki 5 (lima) keunggulan komparatif dibandingkan
dengan negara-negara lain di dunia, yaitu:
1. Marine Mega Biodiversity; wilayah perairan Indonesia memiliki keragaman
hayati yang tidak ternilai baik dari segi komersial maupun saintifiknya yang
harus dikelola dengan bijaksana.
2. Plate Tectonic; Indonesia merupakan tempat pertemuan tiga lempeng
tektonik, sehingga wilayah tersebut kaya akan kandungan sumberdaya alam
dasar laut, namun juga merupakan wilayah yang relatif rawan terhadap
terjadinya bencana alam.
3. Dynamic Oceanographic and Climate Variability , perairan Indonesia
merupakan tempat melintasnya aliran arus lintas antara samudera Pasifik dan
samudera Indonesia, sehingga merupakan wilayah yang memegang peranan
penting dalam sistem arus global yang menentukan variabilitas iklim nasional,
regional dan global dan berpengaruh terhadap distibusi dan kelimpahan
sumberdaya hayati.
Indonesia dengan konsep Wawasan Nusantara, sebagaimana diakui dunia
internasional sesuai dengan hukum laut internasional (UNCLOS 82),
memberikan konsekuensi kepada negara dan rakyat Indonesia untuk mampu
mengelola dan memanfaatkannya secara optimal dengan tetap memperhatikan
hak-hak tradisional dan internasional.
Indonesia sebagai negara kepulauan telah menetapkan alur perlintasan
pelayaran internasional, yaitu yang dikenal dengan Alur Lintas Kepulauan
Indonesia (ALKI), hal ini mengharuskan kita untuk mengembangkan kemampuan
teknik pemantauannya serta kemampuan untuk menjaga kelestarian lingkungan
sekitarnya.
Pembangunan kelautan dan perikanan dimasa datang diharapkan menjadi
sektor andalan dalam menopang perekonomian negara dalam pemberdayaan
masyarakat yang bergerak di sektor kelautan dan perikanan. Menyadari hal
tersebut, maka peran ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan dan perikanan

2
menjadi sangat penting dan perlu dioptimalkan serta diarahkan agar mampu
melaksanakan riset yang bersifat strategis yang dapat diaplikasikan oleh
masyarakat luas terutama oleh para pelaku industri dan masyarakat pesisir pada
umumnya.

B. Kekayaan Laut Indonesia


Tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia adalah lautan. Di
dalamnya terdapat lebih dari 17.500 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000
km yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada.
Banyak sekali kekayaan laut yang dimiliki negara kita. Laut kita mengandung
banyak sumber daya yang beragam baik yang dapat diperbaharui seperti
perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, rumput laut, dan plasma nutfah
lainnya atau pun sumber daya yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak dan
gas bumi, barang tambang, mineral, serta energi kelautan seperti gelombang,
angin, dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) yang sedang giat
dikembangkan saat ini.
Terdapat 7,5% (6,4 juta ton/tahun) dari potensi lestari total ikan laut dunia
berada di Indonesia. Kurang lebih 24 juta hektar perairan laut dangkal Indonesia
cocok untuk usaha budi daya laut (marine culture) ikan kerapu, kakap, baronang,
kerang mutiara, dan biota laut lainnya yang bernilai ekonomis tinggi dengan
potensi produksi 47 ton/tahun. Selain itu lahan pesisir (coastal land) yang sesuai
untuk usaha budidaya tambak udang, bandeng, kerapu, kepiting, rajungan,
rumput laut, dan biota perairan lainnya diperkirakan 1,2 juta hektar dengan
potensi produksi sebesar 5 juta per tahun. Hampir 70% produksi minyak dan gas
bumi Indonesia berasal dari kawasan pesisir dan laut. 
Selain itu, Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati laut pada
tingkatan genetik, spesies, maupun ekosistem tertinggi di dunia. Akan tetapi, saat
ini baru 4 juta ton kekayaan laut Indonesia yang dimanfaatkan. Jika kita telusuri
kembali sebenarnya masih banyak potensi kekayaan laut yang dimiliki Indonesia.
Prakiraan nilai ekonomi potensi dan kekayaan laut Indonesia yang telah dihitung
para pakar dan lembaga terkait dalam setahun mencapai 149,94 miliar dollar AS
atau sekitar Rp 14.994 triliun. Potensi ekonomi kekayaan laut tersebut meliputi
perikanan senilai 31,94 miliar dollar AS, wilayah pesisir lestari 56 miliar dollar AS,
bioteknologi laut total 40 miliar dollar AS,  wisata bahari 2 miliar dollar AS, minyak
bumi sebesar 6,64 miliar dollar AS dan transportasi laut sebesar 20 miliar dollar
AS.

C. Konsep Pemetaan Potensi Sumber Daya Kelautan


Disampaikan oleh Tridoyo Kusumastanto, bahwa dalam menangani isu-isu
kelautan diperlukan perencanaan langkah-langkah strategis termasuk
mengetahui potensi-potensi yang sudah dimiliki oleh Indonesia. Potensi-potensi
tersebut meliputi :

3
1. Potensi Fisik
Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi fisik, terdiri
dari : Perairan Nusantara seluas 2.8 juta km2, Laut Teritorial seluas 0.3 juta
km2. Perairan Nasional seluas 3,1 juta km2, Luas Daratan sekitar 1,9 juta
km2, Luas Wilayah Nasional 5,0 juta km2, luas ZEE (Exlusive Economic
Zone) sekitar 3,0 juta km2, Panjang garis pantai lebih dari 81.000 km dan
jumlah pulau lebih dari 18.000 pulau.
2. Potensi Pembangunan
Potensi Wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi Pembangunan
adalah sebagai berikut:
a. Sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti; Perikanan (Tangkap,
Budidaya, dan Pascapanen), Hutan mangrove, Terumbu karang, Industri
Bioteknologi Kelautan dan Pulau-pulau kecil.
b. Sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui seperti; Minyak bumi dan Gas,
Bahan tambang dan mineral lainnya serta Harta Karun.
c. Energi Kelautan seperti; Pasang-surut, Gelombang, Angin, OTEC (Ocean
Thermal Energy Conversion).
d. Jasa-jasa Lingkungan seperti; Pariwisata, Perhubungan dan
Kepelabuhanan serta Penampung (Penetralisir) limbah.
3. Potensi Sumberdaya Pulih (Renewable Resource)
Potensi wilayah pesisir dan lautan lndonesia dipandang dari segi Perikanan
meliputi; Perikanan Laut (Tuna/Cakalang, Udang, Demersal, Pelagis Kecil, dan
lainnya) sekitar 4.948.824 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 15.105.011.400,
Mariculture (rumput laut, ikan, dan kerang-kerangan serta Mutiara sebanyak
528.403 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 567.080.000, Perairan Umum
356.020 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 1.068.060.000, Budidaya Tambak
1.000.000 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 10.000.000.000, Budidaya Air
Tawar 1.039,100 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 5.195.500.000, dan
Potensi Bioteknologi Kelautan tiap tahun sebesar US$ 40.000.000.000, secara
total potensi Sumberdaya Perikanan Indonesia senilai US$ 71.935.651.400 dan
yang baru sempat digali sekitar US$ 17.620.302.800 atau 24,5 %. Potensi
tersebut belum termasuk hutan mangrove, terumbu karang serta energi
terbarukan serta jasa seperti transportasi, pariwisata bahari yang memiliki
peluang besar untuk dikembangkan.
4. Potensi Sumberdaya Tidak Pulih (Non Renewable Resource)
Pesisir dari Laut Indonesia memiliki cadangan minyak dan gas, mineral dan
bahan tambang yang besar. Dari hasil penelitian BPPT (1998) dari 60 cekungan
minyak yang terkandung dalam alam Indonesia, sekitar 70 persen atau sekitar 40
cekungan terdapat di laut. Dari 40 cekungan itu 10 cekungan telah diteliti secara
intensif, 11 baru diteliti sebagian, sedangkan 29 belum terjamah. Diperkirakan
ke-40 cekungan itu berpotensi menghasilkan 106,2 miliar barel setara minyak,
namun baru 16,7 miliar barel yang diketahui dengan pasti, 7,5 miliar barel di
antaranya sudah dieksploitasi.

4
Sedangkan sisanya sebesar 89,5 miliar barel berupa kekayaan yang belum
terjamah. Cadangan minyak yang belum terjamah itu diperkirakan 57,3 miliar
barel terkandung di lepas pantai, yang lebih dari separuhnya atau sekitar 32,8
miliar barel terdapat di laut dalam. Sementara itu untuk sumberdaya gas bumi,
cadangan yang dimiliki Indonesia sampai dengan tahun 1998 mencapai 136,5
Triliun Kaki Kubik (TKK). Cadangan ini mengalami kenaikan bila dibandingkan
tahun 1955 yang hanya sebesar 123,6 Triliun Kaki Kubik. Sedangkan Potensi
kekayaan tambang dasar laut seperti aluminium, mangan, tembaga, zirconium,
nikel, kobalt, biji besi non titanium, vanadium, dan lain sebagainya yang sampai
sekarang belum teridentifikasi dengan baik sehingga diperlukan teknologi yang
maju untuk mengembangkan potensi tersebut.
5. Potensi Geopolitis
Indonesia memiliki posisi strategis, antar benua yang menghubungkan
negaranegara ekonomi maju, posisi geopolitis strategis tersebut memberikan
peluang Indonesia sebagai jalur ekonomi, misalnya beberapa selat strategis jalur
perekonomian dunia berada di wilayah NKRI yakni Selat Malaka, Selat Sunda,
Selat Lombok, Selat Makasar dan Selat Ombai-Wetar. Potensi geopolitis ini
dapat digunakan Indonesia sebagai kekuatan Indonesia dalam percaturan politik
dan ekonomi antar bangsa.
6. Potensi Sumberdaya Manusia
Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi SDM adalah
sekitar 60 % penduduk Indonesia bermukim di wilayah pesisir, sehingga pusat
kegiatan perekonomian seperti: Perdagangan, Perikanan tangkap, Perikanan
Budidaya, Pertambangan, Transportasi laut, dan Pariwisata bahari. Potensi
penduduk yang berada menyebar di pulau-pulau merupakan aset yang strategis
untuk peningkatan aktivitas ekonomi antar pulau sekaligus pertahanan
keamanan negara.

D. Masalah-masalah yang di hadapi dalam Pemanfaatan Kekayaan Laut


Dengan kekayaan laut yang melimpah ini, sayangnya belum termanfaatkan
secara optimal. Sumber daya kelautan yang begitu melimpah ini hanya
dipandang “sebelah mata”, Kalaupun ada kegiataan pemanfaatan sumber daya
kelautan, maka dilakukan kurang profesional dan ekstraktif, kurang
mengindahakan aspek kelestariannya. Bangsa Indonesia kurang siap dalam
menghadapi segala konsekuensi jati dirinya sebagai bangsa nusantara atau
negara kepulauan terbesar di dunia karena tidak disertai dengan kesadaran dan
kapasitas yang sepadan dalam mengelola kekayaannya.
Di satu sisi Indonesia memposisikan diri sebagai negara kepulauan dengan
kekayaan lautnya yang melimpah, tetapi di sisi lain Indonesia juga memposisikan
diri secara kultural sebagai bangsa agraris dengan puluhan juta petani yang
masih berada di bawah garis kemiskinan, sedangkan dalam industri modern,
negara kita kalah bersaing dengan negara lain. Semua ini berdampak juga
terhadap sektor industri kelautan sehingga menimbulkan banyak masalah
berkaitan dengan pemanfaatan kekayaan laut.

5
Diantaranya para nelayan Indonesia masih miskin dan tertinggal dalam
perkembangan teknologi kelautan. Kemiskinan dan kemiskinan yang menyelimuti
mereka karena sistem yang sangat menekan seperti pembelian perlengkapan
untuk menangkap ikan yang masih harus lewat rentenir karena jika melalui Bank,
prosesnya yang berbelit-belit dan terlalu birokrasi. Juga dengan produksi industri
kelautan yang keadaannya setali tiga uang, terlihat dari rendahnya peranan
industri domestik seperti nelayan.
Selain itu, banyak nelayan asing yang mencuri ikan di wilayah perairan kita,
tiap tahunnya jutaan ton ikan di perairan kita dicuri oleh nelayan asing yang rata-
rata peralatan tangkapan ikan mereka jauh lebih canggih dibandingkan para
nelayan tradisional kita. Kerugian yang diderita negara kita mencapai Rp 18
trilyun-Rp36 trilyun tiap tahunnya. Hal ini memang kurang bisa dicegah oleh TNI
AL sebagai lembaga yang berwenang dalam mengamankan wilayah laut
Indonesia, karena seperti kita ketahui keadaan alut sista (alat utama sistem
senjata) seperti kapal perang yang dimiliki TNI AL jauh dari mencukupi. Untuk
mengamankan seluruh wilayah perairan Indonesia yang mencapai 5,8 km2, TNI
AL setidaknya harus memiliki 500 unit kapal perang berbagai jenis.  Memang jika
kita menengok kembali sejarah, di zaman Presiden Soekarno Angkatan Laut kita
pernah menjadi keempat terbesar di dunia setelah Amerika Serikat, Uni
Soviet,dan Iran. Akan tetapi semuanya hanya bersifat sementara karena tidak
dibangun atas kemampuan sendiri, namun karena bantuan Uni Soviet dalam
rangka permainan geopolitik.
Sebenarnya apa yang salah dari pengelolaan laut Indonesia. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan pemanfaatan laut sebagai potensi bangsa yang
dahsyat itu terabaikan di antaranya yaitu lemah pengamanan, lemah
pengawasan, dan lemah koordinasi dari negara. Sebenarnya Indonesia memiliki
Maritime Surveillance System (sistem pengamatan maritim) pada sebuah institusi
militer yang domainnya memang laut.
Maritime Surveillance System dititikberatkan pada pembangunan stasiun
radar pantai dan pemasangan peralatan surveillance di kapal patroli, untuk
kemudian data-data hasil pengamatan dari peralatan yang terpasang tersebut
dikirim ke pusat data melalui media komunikasi data tertentu untuk ditampilkan
sebagai monitoring dan untuk diolah lebih lanjut. Karena itu, sistem ini lebih
cenderung berlaku sebagai alat bantu penegakan keamanan di laut, meski
sangat mungkin dikembangkan lebih lanjut sebagai alat bantu pertahanan.

E. Potensi Sumber Daya Kelautan di Indonesia


Potensi Sumberdaya Kelautan Potensi dan peluang pengembangan kelautan
meliputi (1) perikanan tangkap, (2) perikanan budidaya, (3) industri pengolahan
hasil perikanan, (4) industri bioteknologi kelautan dan perikanan, (5)
pengembangan pulau-pulau kecil, (6) pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan
Kapal Tenggelam, (7) deep sea water, (8) industri garam rakyat, (9) pengelolaan
pasir laut, (10) industri penunjang, (11) pengembangan kawasan industri
perikanan terpadu, dan (12) keanekaragaman hayati laut.

6
1. Perikanan
Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,8 juta km2 dengan garis pantai
sepanjang 81.000 km, dengan potensi sumberdaya ikan diperkirakan sebesar 6,4
juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan ZEEI
(Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia), yang terbagi dalam sembilan wilayah
perairan utama Indonesia.
Di samping itu terdapat potensi pengembangan untuk (a) budidaya laut terdiri
dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu, dan gobia), budidaya moluska
(kerang-kerangan, mutiara, dan teripang), dan budidaya rumput laut, dan (e)
bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi kelautan seperti
industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan
udang, industri bahan pangan.
Luas laut Indonesia mencakup 2/3 dari seluruh luas wilayah Indonesia, yaitu
5,8 juta km2. Di dalam laut tersebut, tersimpan kekayaan alam yang luar biasa
besarnya. Potensi sumber daya laut Indonesia tidak hanya berupa ikan, tetapi
juga bahan tambang seperti minyak bumi, nikel, emas, bauksit, pasir, bijih besi,
timah, dan lain-lain yang berada di bawah permukaan laut. Kekayaan yang dapat
dimanfaatkan dari sumber daya laut yang lain adalah sumber daya alam berupa
mangrove, terumbu karang, dan lain-lain. Sumber daya tersebut dikenal dengan
sumber daya pesisir.

A. Perikanan
Budi Daya Ikan Sumber daya perikanan laut adalah salah satu potensi
sumber daya laut di indonesia yang sejak dulu telah dimanfaatkan penduduk.
Laut Indonesia memiliki angka potensi lestari yang besar, yaitu 6,4 juta ton per
tahun. Yang dimaksud dengan potensi lestari adalah potensi penangkapan ikan
yang masih memungkinkan bagi ikan untuk melakukan regenerasi hingga jumlah
ikan yang ditangkap tidak mengurangi populasi ikan. Berdasarkan aturan
internasional, jumlah tangkapan yang diperbolehkan adalah 80% dari potensi
lestari tersebut atau sekitar 5,12 juta ton per tahun.

(Peta sebaran ikan di Indonesia)

Kenyataannya, jumlah hasil tangkapan ikan di Indonesia belum mencapai


angka tersebut. Ini berarti masih ada peluang untuk meningkatkan jumlah

7
tangkapan yang diperbolehkan. Jika dibandingkan sebaran potensi ikannya,
terlihat adanya perbedaan secara umum antara wilayah Indonesia bagian Barat
dan Timur. Di Indonesia bagian Barat dengan rata-rata kedalaman laut 75 meter,
jenis ikan yang banyak dtemukan adalah ikan pelagis kecil. Kondisi agak
berbeda terdapat di kawasan Indonesia Timur dengan rata-rata kedalaman laut
mencapai 4.000 m.
Di kawasan Indonesia bagian Timur, banyak ditemukan ikan pelagis besar
seperti cakalang dan tuna. Selain ikan yang tersedia di lautan, penduduk
Indonesia juga banyak yang melakukan budi daya ikan, terutama di daerah
pesisir. Di pantai utara Pulau Jawa, banyak masyarakat yang mengembangkan
usaha budi daya ikan dengan menggunakan tambak. Jenis ikan yang
dikembangbiakkan disana adalah ikan bandeng dan udang. Selain ikan,
kekayaan laut Indonesia juga berada di wilayah-wilayah pesisir berupa hutan
mangrove, rumput laut, padang lamun, dan terumbu karang. Indonesia memiliki
lebih dari 13 ribu pulau sehingga garis pantainya sangat panjang.
Garis pantai Indonesia panjangnya mencapai 81.000 km, ukuran ini
merupakan panjang pantai kedua terpanjang di dunia setelah Kanada. Oleh
karena itu, potensi sumber daya alam di wilayah pesisir sangat penting bagi
Indonesia. Tidak salah jika pemerintah di bawah pemerintahan presiden Jokowi
memfokuskan pembangunan maritim di Indonesia. Kekayaan alam kita yang
berupa ikan malah banyak diambil oleh oknum-oknum dari negara lain berupa
praktik pencurian ikan atau illegal fishing. Ada beberapa wilayah perairan
Indonesia yang rawan dengan kegiatan illegal fishing. Wilayah yang paling rawan
dengan praktik pencurian ikan adalah Laut Arafuru (Papua) di Timur perairan
Indonesia.

B. Hutan Mangrove
Hutan mangrove (hutan bakau) adalah tipe hutan yang berada di daerah
pasang surut air laut. Saat air pasang, hutan mangrove digenangi oleh air laut,
sedangkan pada saat air surut, hutan mangrove bebas dari genangan air laut.
Umumnya hutan mangrove berkembang baik pada pantai yang terlindung, muara
sungai, atau laguna. Tumbuhan yang hidup di habitat hutan mangrove tahan
terhadap garam yang terkandung di dalam air laut. Ada dua fungsi hutan
mangrove sebagai potensi sumber daya laut di indonesia yaitu fungsi ekologis
dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove adalah sebagai habitat (tempat
hidup) binatang laut untuk berlindung, mencari makan, dan berkembang biak.
Fungsi ekologis yang lain dari hutan mangrove adalah untuk melindungi
pantai dari abrasi air laut. Fungsi ekonomis hutan mangrove berupa nilai
ekonomis dari kayu pepohonan dan makhluk hidup yang ada di dalamnya.
Biasanya penduduk memanfaatkan kayu sebagai bahan kayu bakar atau bahan
pembuat arang. Kayu bakau juga dapat dijadikan bahan pembuat kertas. Selain
kayu, hutan mangrove juga dihuni oleh beragam jenis fauna yang bernilai
ekonomis, misalnya udang dan jenis ikan lainnya yang berkembang biak dengan
baik di wilayah ini.

8
Di mana sajakah sebaran hutan mangrove di Indonesia? Hutan mangrove
tersebar di pesisir sebelah barat Pulau Sumatra, beberapa bagian ada di pantai
utara Pulau Jawa, sepanjang pesisir Pulau Kalimantan, Pesisir Pulau Sulawesi,
Pesisir sebelah Selatan Papua, dan beberapa pulau kecil lainnya. Jumlah hutan
mangrove di Indonesia mencapai angka 3.716.000 ha (data dari UNESCO).

(Hutan mangrove indonesia)

Hutan mangrove Indonesia tidak tersebar secara merata. Luas terbesar hutan
mangrove berada di Pulau Papua yang mencapai 3,7 juta ha. Berikutnya adalah
Kalimantan (165 ribu ha), Sumatra (417 ribu ha), Sulawesi (53 ribu ha), Jawa
(34,4 ribu ha), Bali dan Nusa Tenggara (3,7 ha).

C. Terumbu Karang
Terumbu karang adalah terumbu (batuan sedimen kapur di laut) yang
terbentuk dari kapur yang sebagian besar dihasilkan dari koral (binatang yang
menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya). Jika ribuan koral membentuk
koloni, koral-koral tersebut akan membentuk karang. Sebagai negara kepulauan,
Indonesia merupakan negara yang memiliki terumbu karang terluas di dunia.
Luas terumbu karang Indonesia mencapai 284,3 ribu km2 atau setara dengan
18% dari terumbu karang yang ada di seluruh dunia. Kekayaan terumbu karang
Indonesia tidak hanya dari luasnya, akan tetapi juga keanekaragaman hayati
yang ada di dalamnya.

(Terumbu Karang Laut Indonesia)

9
Keanekaragaman hayati terumbu karang sebagai potensi sumber daya laut di
indonesia juga yang tertinggi di dunia. Di dalamnya terdapat 2.500 jenis ikan,
2.500 jenis moluska, 1.500 jenis udang-udangan, dan 590 jenis karang. Mengapa
terumbu karang banyak ditemukan di wilayah Indonesia? Terumbu karang akan
dapat tumbuh dengan baik pada suhu perairan laut antara 21O - 29O C. Pada
suhu lebih besar atau lebih kecil dari itu, pertumbuhan terumbu karang menjadi
kurang baik.
Karena Indonesia berada di daerah tropis dan suhu perairannya hangat,
pantaslah jika terumbu karang banyak ditemukan di Indonesia. Pertumbuhan
terumbu karang juga akan baik pada kondisi air yang jernih dan dangkal.
Kedalaman air yang baik untuk tumbuhnya terumbu karang tidak lebih dari 18
meter. Jika lebih besar dari kedalaman tersebut, pertumbuhan terumbu karang
juga akan menjadi kurang baik. Selain persyaratan tersebut, terumbu karang juga
mensyaratkan salinitas (kandungan garam air laut) yang tinggi. Oleh karena itu,
terumbu karang sulit hidup di sekitar muara sungai karena kadar garam air
lautnya menurun akibat bercampurnya air sungai ke laut. Mengapa terumbu
karang wajib dilindungi dari kerusakan? Terumbu karang memiliki banyak
manfaat, baik manfaat yang bersifat ekonomis, ekologis, maupun sosial ekonomi.
Adapun gambaran dari manfaat terumbu karang tersebut adalah sebagai berikut.
1) Manfaat ekonomi : sebagai sumber makanan, obat-obatan, dan objek wisata
bahari.
2) Manfaat ekologis : mengurangi hempasan gelombang pantai yang dapat
berakibat terjadinya abrasi.
3) Manfaat sosial ekonomi : sebagai sumber perikanan yang dapat
meningkatkan pendapatan para nelayan. Terumbu karang juga dapat menjadi
daya tarik objek wisata yang dapat meningkatkan pendapatan penduduk
sekitar dari kegiatan pariswisata. Terumbu karang banyak ditemukan di
bagian tengah wilayah Indonesia seperti di Sulawesi, Bali, Lombok, dan
Papua. Konsentrasi terumbu karang juga ditemukan di Kepulauan Riau,
pantai barat dan ujung barat Sumatra.

2. Pertambangan dan energi


Potensi sumberdaya mineral kelautan tersebar di seluruh perairan Indonesia.
Sumberdaya mineral tersebut diantaranya adalah minyak dan gas bumi, timah,
emas dan perak, pasir kuarsa, monazite dan zircon, pasir besi, agregat bahan
konstruksi, posporit, nodul dan kerak mangan, kromit, gas biogenic kelautan, dan
mineral hydrothermal.

3. Perhubungan Laut
Transportasi laut berperan penting dalam dunia perdagangan internasional
maupun domestik. Transportasi laut juga membuka akses dan menghubungkan
wilayah pulau, baik daerah sudah yang maju maupun yang masih terisolasi.
Sebagai negara kepulauan (archipelagic state), Indonesia memang amat

10
membutuhkan transportasi laut, namun, Indonesia ternyata belum memiliki
armada kapal yang memadai dari segi jumlah maupun kapasitasnya.
Data tahun 2001 menunjukkan, kapasitas share armada nasional terhadap
angkutan luar negeri yang mencapai 345 juta ton hanya mencapai 5,6 persen.
Adapun share armada nasional terhadap angkutan dalam negeri yang mencapai
170 juta ton hanya mencapai 56,4 persen. Kondisi semacam ini tentu sangat
mengkhawatirkan terutama dalam menghadapi era perdagangan bebas. Selain
diperlukan suatu kebijakan yang kondusif untuk industri pelayaran, maka
Peningkatan kualitas SDM yang menangani transportasi sangatlah diperlukan.
Karena negara Indonesia adalah negara kepulauan maka keperluan sarana
transportasi laut dan transportasi udara diperlukan. Mengingat jumlah pulau kita
yang 17 ribu buah lebih maka sangatlah diperlukan industri maritim dan
dirgantara yang bisa membantu memproduksi sarana yang membantu
kelancaran transportassi antar pulau tersebut. Potensi pengembangan industri
maritim Indonesia sangat besar, mengingat secara geografis Indonesia
merupakan negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau. Untuk menjangkau
dan meningkatkan assesbilitas pulau dapat dihubungkan melalui peran dari
sarana transportasi udara (pesawat kecil) dan sarana transportasi laut (kapal,
perahu, dan sebagainya

4. Pariwisata Bahari
Indonesia memiliki potensi pariwisata bahari yang memiliki daya tarik bagi
wisatawan. Selain itu juga potensi tersebut didukung oleh kekayaan alam yang
indah dan keanekaragaman flora dan fauna. Misalnya, kawasan terumbu karang
di seluruh Indonesia yang luasnya mencapai 7.500 km2 dan umumnya terdapat
di wilayah taman laut. Selain itu juga didukung oleh 263 jenis ikan hias di sekitar
terumbu karang, biota langka dan dilindungi (ikan banggai cardinal fish, penyu,
dugong, dll), serta migratory species.
Potensi kekayaan maritim yang dapat dikembangkan menjadi komoditi
pariwisata di laut Indonesia antara lain: wisata bisnis (business tourism), wisata
pantai (seaside tourism), wisata budaya (culture tourism), wisata pesiar (cruise
tourism), wisata alam (eco tourism) dan wisata olah raga (sport tourism).

F. Isu dan Masalah Pengelolaan


1. Isu Kerusakan Ekosistem
Kerusakan ekosistem yang sangat berpengaruh pada tingkat produktivitas
sumber daya kelautan meliputi: ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove,
padang lamun dan estuaria, serta ekosistem budidaya laut. Kondisi terumbu
karang saat ini mencapai kerusakan rata-rata 40% dengan rincian : rusak berat
40,14%, rusak sedang 29,22%, dan baik 6,41-24,23%. Di Indonesia Barat kondisi
memuaskan tinggal 3,93%, di Indonesia Tengah tinggal 7,09%, sedangkan di
Indonesia Timur kondisi memuaskan tinggal 9,80%.

11
Permasalahan kerusakan ekosistem juga terjadi akibat terjadi pemanfaatan
sumberdaya ikan yang berlebih (overfishing) di beberapa wilayah perairan
Indonesia.
Masalah tersebut berdampak pada ketidakberlanjutan pemanfaatan
sumberdaya perikanan. Kerusakan ekosistem juga terjadi akibat pencemaran
ekosistem laut yang bersumber dari dampak kegiatan-kegiatan manusia di darat
dan di laut dan berakibat pada penurunan kualitas dan daya dukung ekosistem
laut. Kegiatan manusia di laut yang dapat mencemari ekosistem laut diantaranya
kegiatan perkapalan dengan arus transportasi lautnya, kegiatan pertambangan,
penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, wisata pantai, dan lain
sebagainya. Sedangkan kegiatan manusia di darat yang mencemari ekosistem
laut diantaranya adalah kegiatan pertanian, pemukiman, industri, kegiatan
pertambangan, dan lain-lain.

2. Isu Sosial Ekonomi


Laut sebagai media kontak sosial dan budaya memberikan gambaran kepada
kita bahwa dengan terbukanya akses perhubungan di laut akan terjadi
kemudahan interaksi secara sosial antar daerah bahkan antar negara. Kemudian
interaksi tersebut dapat berimplikasi positif dan dapat juga sebaliknya yang
menjadikan akses tindakan criminal seperti illegal logging, perompakan,
pencurian sumberdaya, perdagangan illegal dan perdagangan manusia.
Selain itu, masalah ekonomi yang terjadi adalah kemiskinan nelayan yang
menggantungkan hidupnya pada sumberdaya di laut. Kemiskinan nelayan ini
menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya laut dan potensi-potensi
pendukungnya belum dimanfaatkan secara optimal dan bijaksana

3. Isu Hukum dan Kelembagaan 


Isu hukum yang terjadi baik di level nasional maupun daerah antar sektor
berkaitan dengan penanganan pengendalian sumberdaya seperti pengawasan,
MCS, pengendalian pencemaran lingkungan laut. Beberapa instansi sudah
memiliki peraturan mengenai penanganan ini, sedangkan beberapa instansi yang
lain belum ada dan masih mengacu pada peraturan yang dikeluarkan oleh
Kementerian LH yang masih bersifat umum dan tidak mengatur secara teknis
mengenai aktivitas kegiatan yang merupakan instansi teknis.
Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas, perkapalan dan kepelabuhan serta
pariwisata pantai dan laut memerlukan peraturan perundangan detail dan teknis
dari masing-masing instansi tersebut. Isu kelembagaan berkaitan dengan
permasalahan koordinasi baik secara horizontal maupun vertical. Koordinasi
secara horizontal dimana implementasi koordinasi yang terjadi pada instansi
horizontal seperti antar instansi teknis dalam satu level pemerintahan yang
masing-masing masih terdapat perbedaan persepsi dan pelaksanaan dalam
pengelolaan kelautan. Koordinasi secara vertical dimana implementasi koordinasi
yang terjadi pada instansi vertical yaitu pusat, propinsi dan kabupaten/kota yang

12
dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dapat diimplementasikan sebagaimana
diamanatkan UU No.32/2004.

4. Isu Pemanfaatan Ruang


Laut dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, misalnya area perikanan,
pertambangan, jalur transportasi, jalur kabel komunikasi dan pipa bawah air,
wisata bahari dan area konservasi. Artinya laut sebagai ruang dimungkinkan
adanya terdapat beberapa jenis pola pemanfaatan dalam satu ruang yang sama.
Konflik pemanfaatan ruang dapat saja terjadi apabila penetapan pola-pola
pemanfaatan pada ruang yang sama atau berdekatan saling memberikan
dampak yang negatif.
Ketidakselarasannya peraturan atau produk hokum dalam pola-pola
pemanfaatan laut antar sektor dapat meningkatkan kerentanan konflik
kepentingan. Selain itu, kepentingan pemerintah daerah saat ini yang diberikan
kewenangan untuk mengelola wilayah lautnya masing-masing banyak disalah
tafsirkan, sehingga laut dianggap milik sendiri dan tidak boleh dimanfaatkan oleh
orang lain atau pemanfaatan sumberdaya laut dilakukan hanya sekedar untuk
menambah devisa tanpa melihat berbagai aspek keberlanjutannya.

G. Upaya Pengelolaan yang Optimal


1. Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu amanat dari pertemuan
Bumi (Earth Summit) yang diselenggarakan tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil.
Dalam forum global tersebut, pemahaman tentang perlunya pembangunan
berkelanjutan mulai disuarakan dengan memberikan definisi sebagai
pembangunan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang
dengan tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhannya.
Pengelolaan sumberdaya laut perlu diarahkan untuk mencapai tujuan
pendayagunaan potensi untuk meningkatkan kontribusi terhadap pembangunan
ekonomi nasional dan kesejahteraan pelaku pembangunan kelautan khususnya,
sertauntuk tetap menjaga kelestarian sumberdaya kelautan khususnya
sumberdaya pulih dan kelestarian lingkungan. Secara umum, sasaran
pembangunan yang ingin dicapai adalah mulai membaiknyasistem pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sasaran yang akan dicapai dalam
pembangunan kelautan adalah:
a. Menurunnya kegiatan ilegal dan merusak di wilayah laut dan pesisir;
b. Meningkatnya kualitas pengelolaan eksosistem pesisir, laut, dan pulau-pulau
kecil secara terpadu, lestari, dan berbasis masyarakat;
c. Meningkat dan berkembangnya kawasan konservasi laut, antara lain melalui
pengembangan daerah perlindungan laut;
d. Terwujudnya ekosistem laut dan pesisir yang bersih, sehat, dan produktif;
e. Terintegrasinya pembangunan laut, pesisir, dan daratan dalam satu kesatuan
pengembangan wilayah;

13
f. Berkembangnya riset dan teknologi di bidang kelautan;
g. Percepatan penyelesaian batas laut dengan negara tetangga, terutama
Singapura, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea, dan Filipina; dan
Meningkatnya upaya mitigasi bencana alam laut dalam rangka melindungi
keselamatan masyarakat yang bekerja di laut dan penduduk yang tinggal di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Untuk mencapai sasaran sebagaimana disebutkan di atas, arah kebijakan
pembangunan diutamakan untuk mengarusutamakan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan ke seluruh bidang pembangunan. Pembangunan
kelautan diarahkan untuk:
a. Mengelola dan mendayagunakan potensi sumber daya laut, pesisir, dan
pulau-pulau kecil secara lestari berbasis masyarakat;
b. Memperkuat pengendalian dan pengawasan dalam pemanfaatan sumber
daya kelautan dan perikanan;
c. Meningkatkan upaya konservasi laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil serta
merehabilitasi ekosistem yang rusak, seperti terumbu karang, mangrove,
padang lamun, dan estuaria.
d. Mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di wilayah
pesisir, laut,perairan tawar (danau, situ, perairan umum), dan pulau-pulau
kecil;
e. Menjalin kerjasama regional dan internasional dalam rangka penyelesaian
batas laut dengan negara tetangga;
f. Mengembangkan upaya mitigasi lingkungan laut dan pesisir dalam rangka
peningkatkan perlindungan keselamatan bekerja dan meminimalkan resiko
terhadap bencana alam laut bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil;
g. Mendorong kemitraan dalam rangka meningkatkan peran aktif masyarakat
dan swasta dalam pengelolaan sumber daya laut, pesisir, dan pulau-pulau
kecil.

2. Keterpaduan
Sifat keterpaduan dalam pembangunan kelautan menghendaki koordinasi
yang mantap, mulai tahapan perencanaan sampai kepada pelaksanaan dan
pemantauan serta pengendaliannya. Untuk itu , dibutuhkan visi, misi, strategi,
kebijakan dan perencanaan program yang mantap dan dinamis. Melalui
koordinasi dan sinkronisasi dengan berbagai pihak baik lintas sektor maupun
subsektor, tentu dengan memperhatikan sasaran, tahapan dan keserasian antara
rencanan pembangunan kelautan nasional dengan regional, diharapkan
diperolah keserasian dan keterpaduan perencanaan dari bawah (bottom up)
yang bersifat mendasar dengan perencanaan dari atas ( top down) yang bersifat
policy, sebagai suatu kombinasi dan sinkronisasi yang lebih mantap.
Keterpaduan dalam pengelolaan sumberdaya kelautan meliputi (1)
keterpaduan sektoral yang mensyaratkan adanya koordinasi antar sektor dalam
pemanfaatan sumberdaya kelautan, (2) keterpaduan pemerintahan melalui

14
integrasi antara penyelenggara pemerintahan antarlevel dalam sebuah konteks
pengelolaan kelautan tertentu, (3) keterpaduanspasial yang memberikan arah
pada integrasi ruang dalam sebuah pengelolaan kawasan laut, (4) keterpaduan
ilmu dan manajemen yang menitikberatkan pada integrasi antarilmu dan
pengetahuan yang terkait dengan pengelolaan kelautan, dan (5) keterpaduan
internasional yang mensyaratkan adanya integrasi pengelolaan pesisir dan laut
yangmelibatkan dua atau lebih negara, seperti dalam konteks Transboundary
species, high migratory species maupun efek polusi antar ekosistem.

3. Desentralisasi Pengelolaan
Dari 400-an lebih kabupaten dan kota di Indonesia, maka 240-an lebih
memiliki wilayah laut. Memperhatikan hal ini maka dalam bagian kesungguhan
mengelola kekayaan laut Diharapkan stabilitas politik di negara kita dapat
ditingkatkan, penegakan hukum dapat segera dilaksanakan sehingga segala
upaya dalam pembangunan SDM, pembangunan ekonomi dapat memperoleh
hasil yang optimal. Budaya negeri kita paternalistik, sehingga perilaku pemimpin
nasional dan daerah, perilaku pejabat pusat dan daerah akan menjadi refleksi
masyarakat luas.
Usaha pemberian otonomi yang nyata dan bertanggung jawab dalam urusan
pemerintahan dan pembangunan merupakan isu pemerintahan yang lebih santer
di masa-masa yang akan datang. Proses perencanaan dan penentuan
kebijaksanaan pembangunan yang sekarang masih nampak sentralistis di
pemerintahan pusat kiranya perlu didorong untuk mendesentralisasikan ke
daerahdaerah.
Selain itu, peranan daerah juga sangat besar dalam proses pemberdayaan
masyarakat untuk ikut serta secara aktif dalam proses pembangunan, termasuk
di dalamnya pembangunan wilayah pesisir dan lautan. Namun peran tersebut
masih perlu ditingkatkan di masa mendatang mengingat peranan sumberdaya
pesisir dan lautan dalam pembangunan di masa mendatang makin penting.
Peranan daerah juga makin penting, terutama apabila dikaitkan dengan
pembinaan kawasan, baik yang berkaitan dengan pemanfaatan dan
perlindungan sumberdaya alam maupun masyarakat di daerah, terutama yang
berada di kawasan pesisir, yang kehidupannya sangat tergantung pada
lingkungan di sekitarnya (lingkungan pesisir dan lautan).
Daerah juga harus dapat meningkatkan peranannya melalui pembinaan dunia
usaha di daerah untuk mengembangkan usahanya di bidang kelautan. Artinya
proses pemberdayaan bukan hanya diperuntukkan bagi masyarakat pesisir atau
masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor kelautan (nelayan),
tetapi juga para usahawan (misalnya perikanan) mengantisipasi potensi pasar
dalam negeri maupun luar negeri yang cenderung meningkat. Di sektor lain,
misalnya budidaya laut juga merupakan potensi untuk mendorong pembangunan
baik secara nasional maupun untuk kepentingan masyarakat pesisir.
Secara empiris, trend menuju otonomisasi pengelolaan sumberdaya kelautan
ini pun di beberapa negara sudah teruji dengan baik. Contoh bagus dalam hal ini

15
adalah Jepang. Dengan panjang pantai kurang lebih 34.590 km dan 6.200 pulau
besar kecil, Jepang menerapkan pendekatan otonomi melalui mekanisme
“coastal fishery right”-nya yang terkenal itu. Dalam konteks ini, pemerintah pusat
hanya memberikan “basic guidelines” dan kemudian kebijakan lapangan
diserahkan kepada provinsi atau kota melalui FCA (Fishebry Cooperative
Association). Dengan demikian, terdapat mozaik pengelolaan yang bersifat site-
spesific menurut kondisi lokasi di wilayah pengelolaan masing-masing.

4. Pengelolaan Berbasis Masyarakat


Pendekatan pembangunan termasuk dalam konteks sumberdaya kelautan,
seringkali meniadakan keberadaan organisasi lokal (local organization).
Meningkatnya perhatian terhadap berbagai variabel local menyebabkan
pendekatan pembangunan dan pengelolaan beralih dari sentralisasi ke
desentralisasi yang salah satu turunannya adalah konsep otonomi pengelolaan
sumberdaya kelautan.
Dalam konteks ini pula, kemudian konsep CBM (community based
management) dan CM (Co-Management) muncul sebagai “policy badies” bagi
semangat ”kebijakan dari bawah” (bottom up policy) yang berkaitan dengan
pengelolaan sumberdaya alam. Hal ini diarahkan sesuai dengan tujuan
pengelolaan sumberdaya kelautan yang dilakukan untuk mencapai
kesejahteraan bersama sehingga orientasinya adalah pada kebutuhan dan
kepentingan masyarakat sehingga tidak hanya menjadi objek, melainkan subjek
pengelolaan

5. Isu Global
Memasuki abad ke-21, Indonesia dihadapkan pada tantangan internasional
sehubungan dengan mulai diterapkannya pasar bebas, mulai dari AFTA (pasar
bebas ASEAN) hingga APEC (pasar bebas Asia Pasifik). Seiring dengan itu,
terjadi berbagai perkembangan lingkungan strategis internasional, antara lain (1)
proses globalisasi, (2) regionalisasi blok perdagangan, (3) isu politik
perdagangan yang menciptakan non-tariff barier, dan (4) isu tarifikasi dan tariff
escalation bagi produk agroindustri, dan (5) perkembangan kelembagaan
perdagangan internasional.
Terdapat dua aspek globalisasi yang terkait dengan sektor kelautan dan
perikanan, yakni aspek ekologi dan ekonomi. Secara ekologi, terdapat berbagai
kaidah internasional dalam pengelolaan sumberdaya perikanan (fisheries
management), seperti adanya Code of Conduct for Responsible Fisheries yang
dikeluarkan FAO (1995). Aturan ini menuntut adanya praktek pemanfaatan
sumberdaya perikanan secara berkelanjutan, dimana setiap negara dituntut
untuk memenuhi kaidah-kaidah tersebut, selanjutnya dijabarkan di tingkat
regional melalui organisasi/komisi-komisi regional (Regional Fisheries
Management Organizations-RFMOs) seperti IOTC (Indian Ocean Tuna
Comission) yang mengatur penangkapan tuna di perairan India, CCSBT, dll.
Selain itu, Committee on Fisheries FAO telah menyepakati tentang International

16
Plan of Action on Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing yang
mengatur mengenai (1) praktek ilegal seperti pencurian ikan, (2) praktek
perikanan yang tidak dilaporkan atau laporannya salah, atau laporannya di
bawah standar, dan (3) praktek perikanan yang tidak diatur sehingga
mengancam kelestarian stok ikan global.
Sementara itu dalam aspek ekonomi, liberalisasi perdagangan merupakan ciri
utama globalisasi. Konsekuensinya adalah ketatnya persaingan produk-produk
perikanan pada masa datang. Oleh karenanya produk-produk perikanan akan
sangat ditentukan oleh berbagai kriteria, seperti (1) produk tersedia secara
teratur dan berkesinambungan, (2) produk harus memiliki kualitas yang baik dan
seragam, dan (3) produk dapat disediakan secara masal. Selain itu, produk-
produk perikanan harus dapat pula mengantisipasi dan mensiasati segenap isu
perdagangan internasional, termasuk: isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan
(ISO 14000), isu property right, isu responsible fisheries, precauteonary
approach, isu hak asasi manusia (HAM), dan isu ketenagakerjaan.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah potensi dan pengolahan sumber daya kelautan
yaitu:
1. Sumber daya Kelautan memiliki potensi yang besar untuk pengembangan
ekonomi nasional menyongsong abad 21, namun demikian pemanfaatannya
harus dilaksanakan secara hati-hati agar tidak terjadi kerusakan
ekosistemnya seperti yang terjadi pada sumberdaya daratan, Sektor
perikanan, pariwisata bahari, pertambangan laut, industri maritim,
perhubungan laut, bangunan kelautan, dan jasa kelautan, merupakan
andalan dalam menjawab tantangan dan peluang tersebut.
2. Selama ini pembangunan yang memanfaatkan potensi sumberdaya kelautan
tidak dilakukan oleh satu koordinasi lembaga negara tetapi dilakukan secara
parsial oleh beberapa lembaga negara seperti departemen pertahanan,
dalam negeri, luar negeri, perhubungan, energi, pariwisata, industri dan
perdagangan, lingkungan hidup, kelautan dan Perikanan.
3. Departemen tersebut hanya bertanggungjawab pada masing-masing sektor
tersebut, dengan demikian menjadi agak rancu bila memahami tolok ukur
pembangunan kelautan hanya dilihat dan kinerja perdepartemen seperti
dalam hal ini Departemen Kelautan dan Perikanan.

B. Saran
Masih banyak yang perlu dikaji dan dipelajari dalam bidang ini, namun
keterbatasan penulis dalam mencari data dan informasi yang lebih valid menjadi
salah satu kendala dalam penulisan karya tulis ini. Namun, ada satu kesimpulan
yang dapat kita ambil dari tulisan ini adalah perlunya berbagai pihak berperan
aktif dalam perencanaan pengelolaan sumberdaya kelautan Indonesia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Nuha, Uta Ulin. 2009. Optimalisasi Potensi Laut Melalui Sistem Informasi.     


Soesilo, Indroyono. 2007. Profil Laut Indonesia, (Online), www.dkp.go.id
https://wibowo19.wordpress.com/2009/08/26/301/
http://one-geo.blogspot.com/2010/01/potensi-kelautan-indonesia.html
http://perikanan38.blogspot.com/2017/11/potensi-sda-kelautan-indonesia.html
http://ipsgampang.blogspot.com/2014/08/potensi-dan-persebaran-sumber-daya-
laut_14.html
http://sumberdayalautsecaraberkelanjutan.blogspot.com/2016/10/sumber-daya-laut-
dan-pengelolaan-sumber.html
http://auranuranti.blogspot.com/2015/09/potensi-sumber-daya-laut-dan.html
https://katobaserak.wordpress.com/marine/pengelolaan-sumber-daya-laut/
http://ekonomi.metrotvnews.com/mikro/3NOraJzK-minim-pemanfaatan-potensi-
kelautan-indonesia
https://travel.kompas.com/read/2009/11/06/15004486/potensi.kekayaan.laut.indones
ia.capai.rp.14.994.triliun

19

Anda mungkin juga menyukai