Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Kembang Sepatu

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan. Salah

satu cara menjaga kesehatan tubuh adalah dengan memelihara kebersihan tangan.

Salah satu penyakit yang dapat disebabkan karena tidak menjaga kebersihan

tangan adalah diare. Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare

menduduki peringkat ke-13 dengan proporsi kematian sebesar 3,5%. Sementara

dengan mencuci tangan dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%

(KemenKes RI, 2011). Penggunaan antiseptik tangan (hand sanitizer) untuk

membersihkan tangan sudah digunakan sejak awal abad ke-19. Membersihkan

tangan dengan menggunakan hand sanitizer yang lebih mudah tanpa

menggunakan air dapat dgunakan. Alternatif bahan aktif dari alam yang

berkhasiat sebagai antibakteri salah satunya adalah kembang sepatu (Hibiscus

rosa-sinensis L.).

Daun kembang sepatu di masyarakat sering digunakan untuk mengobati

bisul, gondongan, radang kulit dan mimisan (Dalimartha, 2006). Kandungan dari

daun kembang sepatu yang berkhasiat sebagai antibakteri yaitu flavonoid,

terpenoid, saponin, tannin dan glikosida, senyawa tersebut dapat menghambat

berkembangnya bakteri dalam tubuh (Suriana dan Shobarani, 2013).

Berdasarkan kandungan kimia dan manfaat daun kembang sepatu

(Hibiscus rosa-sinensis L.) maka dilakukan pengembangan formulasi sediaan Gel

hand sanitizer dari ekstrak daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), dan

1
2

berdasarkan penelitian Rizka (2015) ) menyatakan bahawa ekstrak etanol daun

kebang sepatu memiliki daya hambat bakteri yang efektif pada konsentrasi 5%

terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Pada penelitian ini digunakan CMC-Na yang berfungsi sebagai gelling

agent (Rowe, Sheskey, and Quinn., 2009). Semakin tinggi konsentrasi CMC-Na

maka viskositas gel akan semakin kental, sehingga zat aktif akan lebih sukar

berdifusi, yang berakibat penurunan diameter zona hambat. peningkatan gelling

agent dapat menurunkan daya sebar, karena semakin besar tahanan sediaan untuk

mengalir maka kekuatan untuk penyebaran dari sediaan semakin kecil (Grag dkk.,

2002).

Pengembangan formulasi Gel Hand sanitizer tidak lepas dari pengujian

yang wajib dilakukan agar sediaan aman digunakan oleh masyarakat. Pengujian

kualitas gel hand sanitizer yang telah diformulasi meliputi pengamatan

organoleptik, homogenitas, viskosistas, daya sebar dan daya lekat, serta uji

aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphyloccocud aureus.


3

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh variasi konsentrasi gelling agent CMC-Na

terhadap sifat fisik gel ?

2. Adakah aktivitas antibakteri pada formulasi gel hand sanitizer ekstrak

etanol daun kembang sepatu ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi gelling agent CMC-Na terhadap

sifat fisik gel.

2. Mengetahui formulasi gel hand sanitizer ekstrak etanol daun kembang

sepatu yang memiliki aktivitas antibakteri.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tambahan tentang formulasi hand sanitizer dengan

bahan aktif ekstrak daun kembang sepatu menggunakan CMC-Na sebagai

bahan gelling agent

2. Memberikan informasi tentang pemanfaatan ekstrak daun kembang sepatu

(Hibiscus Rosa-Sinensis L.) sebagai antiseptik dengan sediaan hand

sanitizer.

3. Meningkatkan potensi gel antibakteri berbahan alam sebagai alternatif

pencegahan infeksi pada kulit


4

E. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)

a. Klasifikasi

Berikut ini klasifikasi tanaman daun kembang sepatu (Hibiscus

rosa-sinensis L.) menurut Van Steenis, (1981) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida - Dycotyledoneae

Subclass :-

Order : Malvales

Family : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Species : Hibiscus rosa sinensis L.

b. Morfologi

Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) adalah tanaman

yang tumbuh subur di bebeapa negara seperti indonesia yang salah

satunya dapat digunakan sebagai obat herbal. Daun dan bunganya

mempunyai efek farmakologis sebagai obat anti radang, anti viral,

peluruh kencing, peluruh dahak, dan menormalkan siklus haid.

Bunganya sering digunakan untuk pengobatan batuk, mimisan, disentri,


5

infeksi saluran kencing, dan haid yang tidak teratur. Daunnya juga

digunakan untuk obat bisul, radang kulit, gondongan dan mimisan

(Katipana, 1988). Bunga kembang sepatu juga dapat berkhasiat sebagai

antibakteri, senyawa yang berperan dalam sebagai antibakteri adalah

flafonoid, alkaloid, tanin (Gajalakshmi & Ruban, 2011).

Gambar 1. Daun Kembang Sepatu (Dokumen Pribadi)

Tanaman daun kembang sepatu merupakan Tumbuhan perdu,

tinggi 1-4 m. Daun bertangkai, bulat telur, meruncing, kebayakan tidak

berlekuk, bergerigi kasar, dengan ujung runcing dan pangkal bertulang

daun menjari, 4-15 kali 2,5-10 cm. Daun penumpu bentuk garis.

Tangkai bunga beruas. Bunga berdiri sendiri, di ketiak, tidak atau

sedikit menggantung. Daun kelopak tambahan 6-9, bentuk lanset garis,

hampir selalu lebih pendek dari pada kelopak. Kelompak berbentuk

tabung, sampai setengahya bercangap 5. Daun mahkota bulat telur

terbalik, bentuk baju, panjang 5,5-8,5 cm, merah dengan noda tua pada

pangkal, berwarna daging, oranye atau kuning. Tabung benang sari

sama panjang dengan mahkota. Bakal bunga beruang 5. Perdu hias,

mungkin dari Cina (Steenis,1987:281). Dahulu bunganya sering


6

digunakan untuk mewarnai kain, makanan, dan dipakai untuk

menggosok sepatu agar mengkilap sehingga disebut bunga sepatu.

Pegembangbiakkan tanaman ini dengan setek (Wijayakusuma, 2000:95)

c. Kandungan Kimia Daun Kembang Sepatu

Bagian daun, bunga, dan akar kembang sepatu mengandung

flavonoid. Selain itu, bagian daunnya juga mengandung saponin,

polifenol, sianida diglukosida, hibisetin, zat pahit dan lendir, vitamin,

thiamin, riboflavin dan asam askorbat, serta alkaloid dan saponin.

Sedangkan bagian akar mengandung tanin dan saponin (Syamsuhidayat

dan Hutapea, 1991).

Kandungan senyawa dalam daun kembang sepatu yang berperan

sebagai antibakteri adalah senyawa Flavonoid. Flavonoid termasuk

senyawa metabolit sekunder yang terkandung didalam ekstrak daun

kembang sepatu yang bersifat polar sehingga mudah menembus lapisan

peptidoglikon pada bakteri Staphylococcus aureus (Dewi, 2010).

Flavonoid terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai

glikosida dan lainnya aglikon. Flavonoid dapat berfungsi sebagai

antimikrobia, antivirus, antioksidan, antihipertensi, merangsang

pembentukan estrogen, dan mengobati gangguan fungsi hati (Binawati

dan Amilah, 2013).

Golongan flavonoid mempunyai ciri adanya cincin piran yang

menghubungkan rantai tiga karbon dengan salah satu dari cincin

benzena. Ikatan flavonoid dengan gula menyebabkan banyaknya bentuk


7

kombinasi yang dapat terjadi di dalam tumbuhan, sehingga flavonoid

pada tumbuhan jarang ditemukan dalam keadaan tunggal. Flavonoid,

seperti yang terlihat pada Gambar 2, mempunyai aktivitas antibakteri

karena flavonoid mempunyai kemampuan berinteraksi dengan DNA

bakteri dan menghambat fungsi membran sitoplasma bakteri dengan

mengurangi fluiditas dari membran dalam dan membran luar sel

bakteri. Ion hidroksil secara kimia menyebabkan perubahan komponen

organik dan transport nutrisi, sehingga menimbulkan efek toksis

terhadap sel bakteri (Sudirman, 2014).


OH

OH

OH O

OH

OH O

Gambar 2. Rumus bangun flavonoid (Sumber : Markham, 1988)

Dalam tubuh manusia, flavonoid berfungsi sebagai antioksidan,

sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid

antara lain untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas

vitamin C, antiinflamasi, mencegah keropos tulang, dan sebagai

antibiotik (Muhammad, 2011). Fungsi flavonoid untuk tumbuhan yang

mengandungnya ialah pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis,

kerja antibakteri dan anti virus, serta kerja terhadap serangga. Flavonoid

juga dapat berfungsi sebagai penghambat reaksi oksidasi (antioksidan)

dan menurunkan agregasi platelet (Robinson, 1995). Mekanisme

flavonoid sebagai antibakteri yaitu merusak membran bakteri dengan


8

menghasilkan hidrogen peroksida, menghambat faktor virulensi bakteri

dan menghambat enzim utama bakteri (Swanson, 2016)

2. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan

mengekstraksi zat aktif dari simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan

massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga

memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995). Ekstraksi

merupakan pemisahan bagian-bagian zat aktif tanaman atau jaringan

hewan dari komponen yang tidak aktif atau inert menggunakan bahan

pelarut selektif dengan menggunakan prosedur standar (Handa, 2008).

Ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua metode yaitu: metode ekstraksi

cara dingin seperti maserasi, perkolasi dan metode ekstraksi cara panas

seperti refluk, sokhlet, digesti, infus (Depkes RI, 2000).

Maserasi berasal dari bahasa latin macerare yang berarti

merendam, merupakan proses paling tepat dimana simplisia yang

sudah halus memungkinkan untuk direndam sampai meresap dan

melunakkan susunan sel sehingga zat-zat yang mudah larut akan

melarut. Dalam proses maserasi, serbuk yang akan diekstraksi

biasanya ditempatkan padawadah atau bejana yang bermulut lebar,

larutan penyari yang telah ditetapkan, bejana ditutup rapat dan isinya

dikocok berulang–ulang lamanya biasanya berkisar dari 2-14 hari.

Ekstrak dipisahkan dari ampasnya dengan memeras kantung obat dan


9

membilasnya dengan penambahan menstrum baru, hasil pencucian

merupakan penambahan ekstrak. Apabila maserasi dilakukan dengan

obat yang tidak dalam kantung, ampasnya dapat dipisahkan dengan

menapis dan atau menyaring dimana ampas yang telah dibilas bebas

dari ekstrak dengan penambahan menstrum melalui ayakan atau

saringan kedalam seluruh ekstrak dalam wadahnya. Obat-obat yang

mengandung sedikit atau tidak sama sekali bahan seperti benzoe, aloe,

tolu dan stiraks, yang hampir seluruhnya melarut dalam menstrum,

maserasi merupakan metode paling baik untuk ekstraksi. Maserasi

dilakukan pada temperatur 15o-20oC dalam waktu selama 3 hari

sampai bahan-bahan yang larut, melarut (Ansel, 1989). Dasar dari

maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang

rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan

kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai waktu maserasi,

artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian

dalam sel dengan masuk ke dalam cairan, telah tercapai maka proses

difusi segera berakhir. Selama maserasi atau proses perendaman

dilakukan pengocokkan berulang-ulang. Upaya ini menjamin

keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih cepat di dalam

cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan

turunnya perpindahan bahan aktif secara teoritis, pada suatu maserasi

tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar


10

perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin

banyak hasil yang diperoleh (Voigt, 1995).

Cairan penyaridalam proses ekstraksi adalah pelarut yang baik

(optimal) untuk kandungan senyawa yang berkhasiat atau yang aktif,

dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan

senyawa lainnya serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar

senyawa kandungan yang diinginkan (DepKes RI, 2000). Pemilihan

cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari

yang baik harus memenuhi kriteria berikut ini : murah dan mudah

diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah

menguap dan tidak mudah terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat

berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat,

diperbolehkan oleh aturan (Depkes RI, 1986). Etanol 70% merupakan

perbandingan antara alkohol:air (70:30). Adanya kandungan air 30%

membuat etanol lebih mudah menembus membran sel sehingga dapat

menyari zat aktif pada intraseluler simplisia. Komponen zat aktif yang

dapat diambil oleh pelarut etanol yaitu tanin, polifenol, poliasetilen,

flavonol, terpenoid, sterol, dan alkaloid (Tiwari dkk., 2011). Etanol

merupakan cairan jernih tidak berwarna mudah menguap mempunyai

bau khas rasa panas mudah terbakar dengan memberikan nyala biru

yang tidak berasap (DepKes RI, 1979). Etanol digunakan sebagai

cairan penyari karena etanol sangat efektif dalam menghasilkan jumlah

bahan aktif yang optimal dan bahan pengotornya hanya dalam skala
11

kecil (Voigt, 1984). Pertimbangan lain menggunakan etanol sebagai

cairan penyari karena etanoldapat menghambat pertumbuhan kapang

dan kuman dengan konsentrasi 20% ke atas, tidak beracun, netral,

absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala

perbandingan serta panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih

sedikit (DepKes RI, 1986).

3. Gel Handsanitizer

Gel merupakan sistem dispersi yang banyak tersusun dari air

dan sangat rentan terhadap terjadinya instabilitas baik fisik, kimia,

maupun mikrobial.

Hand sanitizer merupakan produk yang digunakan untuk

menghilangkan mikroorganisme dari tangan dengan tujuan mencegah

mikroorganisme penginfeksi dan mengurangi pertumbuhan dari

mikroorganisme yang menyebabkan infeksi penyakit (Baki dan

Alexander, 2015).

Hand sanitizer dikategorikan menjadi dua jenis yaitu :

a. Formulasi alkohol yang mengandung etanol atau isopropil alkohol,

atau kombinasi dari dua komponen ini. Aktivitas antimikroba dari

alkohol dihasilkan oleh kemampuan mereka untuk mendenaturasi

protein. Hand sanitizer paling efektif jika mengandung 60-95%

alkohol, tetapi dengan konsentrasi lebih tinggi akan mengurangi

potensinya karena protein tidak dapat terdenaturasi secara mudah

tanpa adanya kandungan air (Baki dan Alexander, 2015).


12

b. Formula berbahan dasar air (bebas alkohol) mengandung air,

surfaktan, dan agen antimikroba yang dapat ditambahkan ke dalam

emolien. Bentuk sediaan yang dihasilkan dapat berupa cairan, gel,

dan foam. Agen antimikroba yang biasa ditambahkan adalah

benzalkonium klorida dan triklosan (Baki dan Alexander, 2015).

Gel hand sanitizer biasanya mengandung beberapa bahan

tambahan obat yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda

diantaranya adalah :

4. Monografi bahan

a. CMC-Na

Gelling agent merupakan suatu agen biasanya berupa polimer

berperan menjaga konsistensi bentuk gel. Gelling agent dapat terbuat

dari polimer alami yang berasal dari polisakarida anionik seperti gummi

arabicum, polimer semi sintetik seperti turunan selulosa, ataupun

polimer sintetik seperti carbopol. Karakteristik yang harus dimiliki oleh

suatu gelling agent antara lain inert, aman, dan tidak bersifat reaktif

terhadap komponen formulasi lainnya. Ekonomis, mudah didapatkan,

mampu membentuk massa gel yang jernih, dan memiliki organoleptis

yang bisa diterima oleh konsumen (Gad, 2008).

CMC-Na banyak digunakan pada bidang kosmetik, farmasi dan

produk makanan. Aplikasi CMC-Na pada sediaan topikal adalah

sebagai agen penstabilisasi, gelling agent (Rowe dkk, 2009).


13

Nama kimia selulosa, karboksimetil eter, garam natrium. Bentuk

serbuk granul, berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa serta

bersifat higroskopis. CMC-Na digunakan secara luas dalam formulasi

sediaan farmasi baik oral maupun topikal. Konsentrasi CMC-Na

sebesar 3-6% biasanya digunakan sebagai gelling agent (Rowe dkk.,

2009). Kelarutan dari CMC-Na adalah mudah terdispersi dalam air

membentuk larutan koloidal, tidak larut dalam etanol, eter dan pelarut

organik lain. pH antara 6,5-8,5 (Dirjen POM RI, 1995). CMC-Na dapat

larut dalam air dingin maupun air panas. Larutan CMC-Na dalam air

stabil terhadap suhu dan stabil dalam waktu lama pada suhu 100 tanpa

mengalami koagulasi (Voigt, 1971).

b. Propilenglikol

Humektan merupakan bahan yang bersifat higroskopis. Fungsi

humektan adalah sebagai pelembab yaitu memberikan hidrasi pada kulit

dengan cara menarik air pada bagian dalam epidermis dan dermis

sampai ke bagian luar dari kulit dan menghambat penguapan air dari

produk. Contoh dari humektan adalah gliserin, sorbitol, urea dan

propilenglikol (Baki dkk, 2015). Pada penelitian ini digunakan bahan

sebagai humektan adalah popilenglikol.

c. Sorbitol

Sorbitol mudah larut dalam air, tetapi sukar larut dalam

etanol, dalam metanol, dan dalam asam asetat (Direktorat Jenderal

Pengawasan obat dan Makanan RI, 1995)


14

5. Uji Sifat Fisik sediaan Hand sanitizer

Beberapa uji sifat fisik gel antara lain:

a. Pengamatan organoleptis

Sediaan hasil formulasi diamati dan dicatat organoleptisnya

meliputi bentuk, bau, dan warna.

b. Homogenitas

Pengamatan homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan

gel pada sekeping kaca. Uji ini dilakukan untuk mengetahui

homogenitas bahan aktif dan bahan tambahan lainnya dalam sediaan.

c. Uji Viskositas

Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan Viskometer Rion.

Sediaan gel dimasukkan ke dalam viskometer, kemudian dipasang

spindel dan diatur dengan kecepatan 50rpm. Hasil viskositas dicatat

setelah Viskometer Rion menunjukkan angka yang stabil (Voigt, 1995).

d. Daya Sebar

Uji daya sebar dilakukan dengan cara sebanyak 0,5 gram sampel

gel diletakkan diatas kaca bulat berdiameter 15 cm, kaca lainnya

diletakkan diatasnya dan dibiarkan selama 1 menit, diameter sebar gel

diukur. Setelahnya, ditambahkan 150 gram beban tambahkan dan

didiamkan selama 1 menit lalu diukur diameter yang konstan (Sayuti,

2015).
15

e. Daya lekat

Uji daya lekat dilakukan dengan mengoleskan 0,5 gram gel

diantara dua object glass. Kedua object glass disatukan, ditekan dengan

beban seberat 1 kg selama 5 menit, kemudian beban dilepaskan. Kedua

object glass dilepaskan, waktu dicatat saat kedua object glass saling

lepas (Galeri, dkk., 2016).

f. Uji pH

Kulit manusia memiliki pH sekitar 4,5-6,5, pH yang terlalu asam

dapat mengiritasi kulit, sedangkan apabila terlalu basa dapat

menyebabkan kulit kering. Berdasarkan hal tersebut maka sediaan yang

berkaitan dengan kulit manusia perlu disesuaikan dengan pH kulit

tersebut (Walters dan Roberts, 2008).

6. Tinjauan Mikrobiologi

a. Klasifikasi Staphylococcus aureus

Kingdom : Monera

Divisi : Firmicutes

Kelas : Bacili

Ordo : Bacillales

Famili : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

(Garrity dkk., 2007)


16

Staphylococcus merupakan sel gram positif berbentuk bulat,

tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur seperti anggur.

Staphylococcus tumbuh dengan cepat pada beberapa media dan

dengan aktif melakukan metabolisme, melakukan fermentasi

karbohidrat dan menghasilkan bermacam-macam pigmen. Beberapa

merupakan anggota flora normal pada kulit dan selaput lendir

manusia. Staphylococcus yang patogen sering menghemolisis darah,

mengkoagulasi plasma dan menghasilkan berbagai enzim

ekstraseluler dan toksin (Jawetz dkk, 2005:317).

Staphylococcus tumbuh dengan baik pada berbagai media

bakteriologi dibawah suasana aerobik atau mikroaerofilik. Tumbuh

dengan cepat pada temperatur 370C namun pembentukan pigmen

terbaik adalah pada temperatur kamar (20-350C). Koloni pada media

yang padat berbentuk bulat, lembut dan mengkilat. Staphylococcus

aureus biasanya membentuk koloni abu-abu hingga kuning emas

(Jawetz dkk, 2005).

b. Antibakteri

Komposisi hand sanitizer dalam bentuk gel antara lain

terdiri dari agen antibakteri, dan berbagai jenis bahan tambahan

lainnya seperti pewarna, pewangi, bahan pengental (gelling agent),

humektan, dan pembawa air atau alkohol (Acton, 2013)

Alkohol dapat secara efektif memiliki aktivitas antibakteri

yaitu mendenaturasi protein sehingga akan melarutkan lapisan


17

lemak dan minyak pada kulit, membentuk lapisan untuk melawan

mikroorganisme penyebab infeksi (Kurniawan, Wijayanto, and

Sobri, 2012).

c. Aktivitas Antibakteri

Mekanisme aktivitas antibakteri dalam penghambatan dapat

dikelompokkan menjadi lima, yaitu menghambat sintesis dinding

sel mikroba, merusak keutuhan dinding sel mikroba, menghambat

sintesis protein sel mikroba, menghambat sintesis asam nukleat,

dan merusak asam nukleat sel mikroba (Sulistyo, 1971)


18

F. Landasan Teori

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rizka (2015) menunjukkan bahwa

Ekstrak etanol daun kembang sepatu memiliki daya hambat bakteri yang paling

efektif yaitu pada konsentrasi 5 % terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

Infeksi pada kulit disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus (Girou

dkk., 2002). Menurut penelitian yang dilakukan Samsumaharto dan Hartanto

(2010), aktivitas antibakteri ekstrak daun kembang sepatu pada metode difusi

dengan volume larutan uji sebanyak 50 µL pada konsentrasi 25% dan 50% hanya

memiliki zona hambat yaitu 18 mm dan 20 mm.

Berdasarkan kegunaannya dan senyawa yang terkandung daun kembang

sepatu dibentuk kedalam sediaan gel hand sanitizer yang lebih efektif untuk

menghindari infeksi bakteri. Untuk menghasilkan gel antiseptik atau hand

sanitizer yang baik menggunakan gelling agent.

Komponen penting yang mempengaruhi sifat fisik dari sediaan gel yaitu

gelling agent dan humektan (Rowe dkk, 2009). Gelling agent sendiri digunakan

dalam pembuatan gel untuk meningkatkan viskositas dan stabilitas sediaan,

memberikan karakteristik sifat alir serta memberikan struktur internal yang

kompleks. Peningkatan konsentrasi gelling agent dalam suatu formula

mempengaruhi terhadap sifat fisik terutama viskositas, sehingga apabila

penggunaan gelling agent terlalu besar akan menyebabkan gel sulit digunakan

pada kulit.

CMC-Na memiliki keuntungan sebagai agent penstabil (Rowe dkk., 2009).

Selain bentuknya yang seperti granul dan berwarna putih CMC-Na juga dapat
19

larut dalam air panas dan dingin (Voigt, 1984). Variasi konsentrasi dari gelling

agent didalam sediaan yaitu 1%, 1,5%, 2% diharapkan mampu menghasilkan gel

hand sanitizer yang baik dan nyaman pada saat digunakan, serta dapat digunakan

dalam membersihkan tangan dari bakteri yang sering dijumpai di tubuh bagian

kulit.

Sediaan gel dari ekstrak etanol daun kembang sepatu sebagai antibakteri di

pasaran belum banyak ditemukan, karena itu dilakukan penelitian dengan

menggunakan ekstrak etanol daun kembang sepatu untuk mengurangi efek

samping yang berbahaya seperti pada penggunaan obat sintetik, yang

diformulasikan dalam sediaan gel, menggunakan basis gel CMC-Na, dengan

sasaran penggunaan secara topikal.

G. Hipotesis

1. Gelling agent CMC-Na dalam sediaan gel ekstrak etanol daun kembang

sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) berpengaruh terhadap sifat fisik sediaan

gel, semakin tinggi konsentrasi gelling agent (CMC-Na) maka semakin tinggi

viskositas dan daya lekat, namun semakin turun daya sebarnya dan Ph sesuai

dengan Ph kulit serta semua formula homogen.

2. Variasi konsentrasi gelling agent memiliki aktivitas antibakteri dengan

ditunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri pada media agar.

Anda mungkin juga menyukai