Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah Nutrisi Pada Lansia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 43

UNIVERSITAS INDONESIA

NUTRISI PADA LANJUT USIA

MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mata kuliah
KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA

Disusun Oleh :
Ni Komang Novi Suryani 2006610792

FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Tugas kesehatan reproduksi lansia dengan judul Nutrisi
pada Lanjut Usia. Penulisan Tugas ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat mata
ajar kespro lansia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan Tugas ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih kepada
(1) Prof Dr dr Sudijanto Kamso SKM dan Prof Dr dr Purwantyastuti Msc Sp FK selaku dosen
kesehatan reproduksi Lansia
(2) Teman-teman kelas Kesehatan Reproduksi Lansia
(3) Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Tugas ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga tugas makalah ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.

Depok, Nopember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................4
2.1 Lanjut Usia...................................................................................................................4
2.2 Proses Menua...............................................................................................................4
2.3 Nutrisi Lanjut Usia.......................................................................................................5
2.4 Masalah Gizi pada Lanjut Usia..................................................................................18
2.5 Pelayanan Gizi Individu.............................................................................................26
2.6 Pelayanan Giz Masyarakat.........................................................................................35
BAB 3 PENUTUP................................................................................................................38
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................38
3.2 Saran...........................................................................................................................39

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan
taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun
peningkatan UHH ini dapat mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologi dalam bidang
kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka kesakitan karena penyakit degeneratif. Perubahan
struktur demografi ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan
menurunnya angka kematian serta penurunan jumlah kelahiran.
Dalam waktu hampir lima dekade, persentase lansia Indonesia meningkat sekitar dua kali
lipat (1971-2019), yakni menjadi 9,6 persen (25 jutaan)di mana lansia perempuan sekitar satu
persen lebih banyak dibandingkan lansia laki-laki (10,10 persen banding 9,10 persen). Dari
seluruh lansia yang ada di Indonesia, lansia muda (60-69 tahun) jauh mendominasi dengan
besaran yang mencapai 63,82 persen, selanjutnya diikuti oleh lansia madya (70-79 tahun) dan
lansia tua (80+ tahun) dengan besaran masing-masing 27,68 persen dan 8,50 persen. Pada Tahun
2019 sudah ada lima provinsi yang memiliki struktur penduduk tua di mana penduduk lansianya
sudah mencapai 10 persen, yaitu: DI Yogyakarta (14,50 persen), Jawa Tengah (13,36 persen),
Jawa Timur (12,96 persen), Bali (11,30 persen) dan Sulawesi Barat (11,15 persen) (BPS, 2018).
Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan berpengaruh pada
peningkatan UHH di Indonesia. Tahun 2017 AHH wanita (73,06) dan laki-laki (69,16). Tahun
2018 AHH wanita (73,19) dan laki-laki (69,30) (BPS, 2019).
Pertambahan jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan kompleks bagi
lansia, keluarga maupun masyarakat meliputi aspek fisik, biologis, mental maupun sosial
ekonomi. Seiring dengan permasalahan tersebut, akan mempengaruhi asupan makannya yang
pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap status gizi (Kemenkes, 2012). Status gizi yang rendah
(buruk) merupakan simbul penurunan kesehatan bagi usia lanjut yang nantinya justru akan
meningkatkan biaya kesehatan mereka. Status gizi yang rendah pada usia lanjut merupakan
dampak dari kurangnya masukan makanan (nutrisi) yang menyebabkan memburuknya fisik
seorang usia lanjut yang memang telah mengalami kemunduran karena proses menua, dan hal ini
sering akan berlanjut menjadi suatu penyakit (Silver, 1990 dalam [ CITATION Was \l 1033 ]).

1
Ada beberapa masalah kesehatan pada lanjut usia yang berkaitan dengan nutrisi yaitu
obesitas dan obesitas sentral yang meningkat pada kelompok lansia. Sementara di sisi lain karena
faktor lingkungan dan sosial ekonomi yang tidak mendukung, beberapa lansia kesulitan untuk
mengakses nutrisi yang adekuat untuk menunjang kesehatan. Ditambah lagi dengan segala
perubahan biologis dan fisiologis dari proses menua yang menyebabkan beberapa fungsi tubuh
mengalami penurunan yang menghambat asupan nutrisi maupun penyerapan zat-zat gizi. Hal ini
menjadi pemicu kejadian malnutrisi dan masalah kekurangan gizi makro dan mikro pada lanjut
usia (Kemenkes, 2012)
Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang
Kesehatan no 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan
masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan dan perilaku sadar
gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi .
Pelayanan gizi sebagai bagian dari pelayanan kesehatan lanjut usia dapat dilakukan di
semua fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. Dengan meningkatkan
pelayanan gizi pada lanjut usia diharapkan dapat menanggulangi masalah gizi lanjut usia
sehingga akhirnya dapat meningkatkan status gizi dan kesehatan lanjut usia [ CITATION Kem11
\l 1033 ].

1.2 Rumusan Masalah


1. Berapa batasan umur yang termasuk kelompok lajut usia?
2. Bagaimana proses menua yang berhubungan dengan nutrisi lanjut usia?
3. Berapa kebutuhan gizi untuk lanjut usia?
4. Apa masalah gizi pada kelompok lanjut usia dan bagaimanan data epidemiologinya?
5. Bagaimanan pelayanan gizi berbasis individu pada kelompok lanjut usia?
6. Bagaimana pelayanan gizi berbasis masyarakat pada kelompok lanjut usia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memahami kebutuhan gizi pada kelompoklanjut usia dan masalah gizi yang ada pada
lansia serta pelayanan gizi terhadap kelompok lanjut usia.

2
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui batasan umur kelompok lanjut usia
2. Mengetahui proses menua yang berhubungan dengan nutrisi lanjut usia
3. Mengetahui kebutuhan gizi untuk lanjut usia
4. Mengetahui masalah gizi pada kelompok lanjut usia dan data epidemiologinya
5. Mengetahui pelayanan gizi berbasis individu pada kelompok lanjut usia
6. Mengetahui pelayanan gizi berbasis masyarakat pada kelompok lanjut usia.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia


Menurut WHO Ianjut usia dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Usia pertengahan (45-59 tahun)
2. Lanjut usia (60 -74 tahun)
3. Lansia tua (75-90 tahun)
4. Usia sangat tua (> 90 tahun)
Menurut Kementerian Kesehatan RI, lanjut usia dikelompokkan menjadi :
1. Pra lanjut usia (45-59 tahun)
2. Lanjut usia (60-69 tahun)
3. Lanjut usia risiko tinggi (≥70 tahun atau usia ≥ 60 tahun dengan masalah kesehatan)

2.2 Proses Penuaan


Proses pertumbuhan dan perkembangan manusia berlangsung sepanjang masa, sejak dari
janin, bayi, balita, remaja, dewasa hingga masa tua. Proses menua berlangsung secara alamiah,
terus menerus dan berkesinambungan. Pada akhirnya akan menyebabkan perubahan anatomi,
fisiologi dan biokimia pada jaringan tubuh sehingga mempengaruhi fungsi dan kemampuan
tubuh secara keseluruhan.
Proses menua sangat individual dan berbeda perkembangannya pada tiap individu, karena
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi proses
menua adalah asupan makanan, pendidikan, sosial budaya, penyakit infeksi/degeneratif, higiene
sanitasi lingkungan, ekonomi dan dukungan keluarga. Faktor eksternal lain yaitu kemunduran
psikologis seperti sindroma lepas jabatan, perasaan sedih dan sendiri, perubahan status sosial
sangat mempengaruhi proses menua pada seseorang.
Asupan makanan sangat mempengaruhi proses menua karena seluruh aktivitas sel atau
metabolisme dalam tubuh memerlukan zat-zat gizi yang cukup. Sementara itu perubahan
biologis pada lanjut usia merupakan faktor internal yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
status gizi.

4
Gambar 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Proses Menua

2.3 Nutrisi Lanjut Usia


Kebutuhan gizi pada lanjut usia spesifik, karena terjadinya perubahan proses fisiologi dan
psikososial sebagai akibat proses menua. Pada prinsipnya kebutuhan gizi pada lanjut usia
mengikuti prinsip gizi seimbang. Konsumsi makanan yang cukup dan seimbang bermanfaat bagi
lanjut usia untuk mencegah atau mengurangi risiko penyakit degeneratif dan kekurangan gizi.
Kebutuhan gizi lanjut usia dihitung secara individu berdasarkan berat badan, tinggi badan,
aktivitas dan adanya penyakit yang di derita oleh lanjut usia.

Faktor yang Berhubungan dengan kebutuhan Gizi Lanjut Usia


Kebutuhan gizi lanjut usia sangat dipengaruhi oleh faktor berikut:
1. Perubahan Fisiologis
a. Pengurangan massa otot dan bertambahnya massa lemak, dapat menurunkan jumlah
cairan tubuh sehingga kulit terlihat mengerut dan kering, wajah berkeriput dengan garis-

5
garis yang menetap. Lanjut usia terlihat kurus. Akibatnya menurunkan kebutuhan energi
dan kebutuhan protein.
b. Postur tubuh
Postur tubuh yang lebih besar memerlukan energi lebih banyak dibandingkan postur
tubuh yang lebih kecil.
c. Gangguan indera perasa, penciuman, pendengaran, penglihatan dan perabaan menurun.
Menurunnya fungsi indera perasa berkaitan dengan kekurangan kadar zink
menyebabkan berkurangnya nafsu makan pada lanjut usia. Sensitifitas terhadap rasa
manis dan asin biasanya berkurang, ini menyebabkan lanjut usia senang makan yang
manis dan asin.
d. Gigi-geligi yang tanggal, menyebabkan gangguan fungsi mengunyah yang
mengakibatkan kurangnya asupan makanan pada lanjut usia seperti protein, asupan
vitamin dan mineral
e. Cairan saluran cerna dan enzim-enzim yang membantu pencernaan berkurang pada
proses menua. Nafsu makan dan kemampuan penyerapan zat- zat gizi juga menurun
terutama lemak dan kalsium. Menurunnya sekresi air ludah mengurangi kemampuan
mengunyah dan menelan makanan. Pada lambung, faktor yang berpengaruh terhadap
penyerapan vitamin B 12 berkurang, sehingga dapat menyebabkan anemia.
f. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernpa seperti perut
kembung, nyeri perut dan susah buang air besar. Hal ini dapat menyebabkan
menurunnya nafsu makan dan terjadinya wasir.
g. Penurunan kemampuan motorik menyebabkan lanjut usia kesulitan untuk makan.
h. Terjadinya penurunan fungsi sel otak, menyebabkan penurunan daya ingat jangka
pendek, melambatnya proses informasi, mengatur dan mengurutkan sesuatu yang dapat
mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-hari disebut dengan
demensia/pikun.
i. Kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang, sehingga
dapat terjadi pengenceran Natrium. Selain itu pengeluaran urine diluar kesadaran
(incontinensia urine) menyebabkan lanjut usia sering mengurangi minum, sehingga
dapat menyebabkan dehidrasi.

6
j. Daya tahan tubuh usia lanjut menurun sehingga mudah untuk terserang infeksi
menyebabkan penurunan asupan makanan.
2. Faktor Sosial Ekonomi, Psikososial dan Lingkungan
a. Umur
Pada lanjut usia kebutuhan energi clan lemak menurun. Setelah usia 50 tahun,
kebutuhan energi berkurang sebesar 5% untuk setiap 10 tahun. Kebutuhan protein,
vitamin clan mineral tetap yang berfungsi sebagai regenerasi sel clan antioksidan untuk
melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas yang dapat merusak sel.
b. Jenis kelamin
Umumnya laki-laki memerlukan zat gizi lebih banyak (terutama energi, protein dan
lemak) dibandingkan pada wanita, karena postur, otot clan luas permukaan tubuh laki-
laki lebih luas dari wanita. Namun kebutuhan zat besi (Fe) pada wanita cenderung lebih
tinggi, karena wanita mengalami menstruasi. Pada wanita yang sudah menopause
kebutuhan zat besi (Fe) turun kembali.
c. Aktivitas fisik dan pekerjaan
Lanjut usia mengalami penurunan kemampuan fisik yang berdampak pada berurangnya
aktivitas fisik sehingga kebutuhan energinya juga berkurang. Kecukupan zat gizi
seseorang juga sangat tergantung dari pekerjaan sehari-hari : ringan, sedang, berat.
Makin berat pekerjaaan seseorang makin besar zat gizi yang dibutuhkan. Lanjut usia
dengan pekerjaaan fisik yang berat memerlukan zat gizi yang lebih banyak.
Orang yang tinggal di daerah bersuhu dingin (pegunungan) memerlukan zat gizi lebih
untuk mempertahankan suhu tubuhnya.
d. Kondisi kesehatan (stress fisik dan psikososial)
Kebutuhan gizi setiap individu tidak selalu tetap, tetapi bervariasi sesuai dengan kondisi
kesehatan seseorang pada waktu tertentu. Stress fisik dan stressor psikososial yang
kerap terjadi pada lanjut usia juga mempengaruhi kebutuhan gizi. Pada lanjut usia masa
rehabilitasi sesudah sakit memerlukan penyesuaian kebutuhan gizi.
e. Lingkungan.
Lanjut usia yang sering terpapar di lingkungan yang rawan polusi (pabrik, industri, dll)
perlu mendapat suplemen tambahan yang mengandung protein, vitamin dan mineral
untuk melindungi sel-sel tubuh dari efek radiasi.

7
Kebutuhan Gizi Lanjut Usia
Angka kecukupan gizi (AKG) adalah angka kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir
semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas untuk mencegah
terjadinya defisiensi gizi.
Berdasarkan Permenkes Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
Bagi Bangsa Indonesia untuk kelompok umur lansia adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat dan Air yang dianjurkan untuk
orang Indonesia (perorang perhari)
Kelompok BB* TB* Energi Protein Lemak (g) Karbo Serat Air
Umur (kg) (kg) (kkal) (g) Total n-6 n-3 hidrat (g) (mL)
(g)
Laki-laki
30-44 tahun 62 168 2625 65 73 17,0 1,6 394 38 2600
50-64 tahun 62 168 2325 65 65 14,0 1,6 349 33 2600
65-80 tahun 60 168 1900 62 53 14,0 1,6 309 27 1900
80+ tahun 58 168 1525 60 42 14,0 1,6 248 22 1600
Perempuan
30-44 tahun 55 159 2150 57 60 12,0 1,1 323 30 2300
50-64 tahun 55 159 1990 57 53 11,0 1,1 285 28 2300
65-80 54 159 1550 56 43 11,0 1,1 252 22 1600
80+ tahun 53 159 1425 55 40 11,0 1,1 232 20 1500
(Sumber: Permenkes No 75 tahun 2013)

1) Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi/kalori berkurang dengan meningkatnya usia. Kebutuhan ebergi berkaitan
dengan penurunan massa otot, Basal Metabolic Rate (BMR) dan aktivitas fisik.
Perhitungan Kebutuhan Energi.
Berikut ini beberapa cara untuk menghitung kebutuhan energi :
a) Harris dan Benedict
Merupakan cara yang banyak digunakan untuk menetapkan kebutuhan energi seseorang.
Rumusnya dibedakan antara kebutuhan untuk laki-laki dan perempuan.

Laki-laki : BEE = 66 + 13,7 (BB) + 5 (TB) - 6,8 (umur)


Perempuan : BEE = 655 + 9,6 (BB) + 1,7 (TB) - 4,7 (umur)

8
Faktor koreksi BEE untuk berbagai tingkat stress adaiah :
Stress ringan = 1,3 x BEE
Stress sedang = 1,5 x BEE
Stress berat = 2,0 x BEE
Kanker = 1,6 x BEE

b) Rule of Thumb (menggunakan BB ideal)


Cara cepat untuk menghitung kebutuhan energi adaiah :

Laki-laki : 30 Kkal/ kgBB


Perempuan : 25 Kkal / kgBB

2) Kebutuhan Protein
Perhitungan kebutuhan protein
a) Kecukupan protein sehari yang dianjurkan pada lanjut usia adalah sekitar 0,8 gram/
kgBB atau 10-15% dari kebutuhan energi.
b) Dianjurkan memenuhi kebutuhan protein nabati lebih banyak dari protein hewani.
Sumber protein nabati yang dianjurkan adaiah kacang-kacangan dan produk olahannya.
Sumber protein hewani yang dianjurkan adaiah ikan, daging dan ayam tanpa lemak,
susu tanpa lemak.
3) Kebutuhan Lemak
Perhitungan kebutuhan lemak
a) Pada lanjut usia konsumsi lemak dianjurkan tidak melebihi 20-25% dari kebutuhan
energi dengan rasio lemak tidak jenuh : lemak jenuh = 2 : 1
b) Kolesterol merupakan sejenis lemak yang hanya terdapat di makanan hewani terutama
pada otak, hati, daging berlemak, kuning telur, konsumsinya harus dibatasi. Kolesterol
tidak melebihi 300 mgr / hari didalam makanan. Perhatian khusus untukkonsumsi lemak
pada lanjut usia adalah mengurangi jumlah asupan lemak jenuh dengan meningkatkan
asupan lemak tak jenuh.

9
4) Kebutuhan Karbohidrat
Penggunaan karbohidrat relatif menurun pada lanjut usia, karena kebutuhan energi juga
menurun. Lanjut usia disarankan mengkonsumsi karbohidrat komplek dari pada karbohidrat
sederhana, karena mengandung vitamin, mineral dan serat. Perhitungan kebutuhan
karbohidrat didasarkan kepada sisa dari total energi setelah dikurangi energi dari protein dan
lemak. Dianjurkan lanjut usia mengkonsumsi karbohidrat 60-65% dari total kebutuhan
energi.
5) Kebutuhan Vitamin
Perhitungan kebutuhan vitamin didasarkan kepada angka kecukupan gizi yang dianjurkan.
Namun untuk kondisi tertentu vitamin diberikan dalam jumlah yang lebih tinggi atau lebih
rendah diandingkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan.
Perubahan biologis dan fisiologis pada proses penuaan menyebabkan asupan vitamin
rendah. Selain itu juga ada gangguan absorpsi dari beberapa vitamin. Vitamin memiliki
peran penting untuk mencegah dan memperlambat proses degeneratif pada lanjut usia. Bila
asupan tidak adekuat bisa diberikan suplementasi vitamin dengan dosis yang tepat. Karena
pemberian vitamin dalam dosis besar juga dapat menurunkan fungsi organ. Vitamin yang
dianjurkan untuk lanjut usia adalah vitamin A, D, E, K, Vitamin B1, B2, B3, B5
(Pantotenat), B6, folat, B12, Biotin Kolin, dan vitamin C.
6) Kebutuhan Mineral
Perhitungan kebutuhan mineral didasarkan kepada angka kecukupan gizi yang dianjurkan.
Namun untuk kondisi tertentu mineral diberikan dalam jumlah yang lebih tinggi atau lebih
rendah diandingkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Beberapa penurunan asupan
mineral berpengaruh terhadap kesehatan lanjut usia:
a) Kalsium
Kelompok lanjut usia wanita rentan mengalami osteoporosis, abosrpsi kalsium dan
meningkatnya sekresi kalsium menyebabkan kehilangan massa tulang. Kebutuhan besi
berkurang pada perempuan karena tidak menstruasi. Peningkatan asupan kalsium pada
wanita postmenopausal tidak banyak berarti, kecuali jika dibarengi dengan vitamin D dan
estrogen.

10
b) Zat Besi
Kebutuhan zat besi pada kelompok lanjut usia wanita berkurang karena mengalami
menopause.

c) Magnesium
Berguna untuk menjaga fungsi otot, saraf dan struktur tulang. Semakin bertambah usia maka
absorpsi menurun dan ekskresi mengalami peningkatan.
7) Kebutuhan serat dan cairan
Serat : Kebutuhan serat 25-30 gram/hari
Cairan :Masukan cairan perlu diperhatikan karena adanya mekanisme rasa haus dan
menurunnya cairan tubuh total (penurunan massa lemak). Lanjut usia membutuhkan cairan
antara 1,5 – 2 liter per hari (6-8 gelas).

Pesan Gizi Seimbang pada Lanjut Usia


1. Makanlah aneka ragam makanan
Makanan yang beraneka ragam adalah makanan yang terdiri dari minimal 4 sumber bahan
makanan yaitu bahan makanan pokok, lauk-pauk, sayuran dan buah. Semakin beraneka
ragam dan bervariasi jenis makanan yang dikonsumsi, semakin baik. Sayur dan buah sangat
baik untuk dikonsumsi (dianjurkan 5 porsi per hari).
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Karbohidrat perlukan guna memenuhi kebutuhan energi. Bagi lanjut usia, dianjurkan untuk
memilih karbohidrat kompleks seperti beras, beras merah, havermout, jagung, sagu, ubi
jalar, ubi kayu dan umbi-umbian. Karbohidrat yang berasal dari biji-bijian dan kacang-
kacangan utuh berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat. Dianjurkan agar lanjut
usia mengurangi konsumsi gula sederhana seperti gula pasir dan sirup.
3. Batasi konsumsi lemak dan minyak
Bagi lanjut usia, mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi tidak dianjurkan,
karena akan menambah risiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti tekanan darah
tinggi, jantung, ginjal, dan lain-lain. Sumber lemak yang baik adalah lemak tidak jenuh yang
berasal dari kacang-kacangan, alpukat, miyak jagung, minyak zaitun. Lemak minyak ikan
mengandung omega 3, yang dapat menurunkan kolesterol dan mencegah arthritis, sehingga

11
baik dikonsumsi oleh lanjut usia. Lanjut usia sebaiknya mengkonsumsi lemak tidak lebih
dari seperempat kebutuhan energi.

4. Makanlah makanan sumber zat besi


Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Zat
besi secara alamiah diperoleh dari makanan seperti daging, hati dan sayuran hijau.
Kekurangan zat besi yang dikonsumsi bila berkelanjutan akan menyebabkan penyakit
anemia gizi besi dengan tanda-tanda pucat, lemah, lesu, pusing, dan mats berkunang-
kunang. Demikian juga pada lanjut usia, perlu mengkonsumsi makanan sumber zat besi
dalam jumlah cukup.
5. Biasakan makan pagi
Makan pagi secara teratur dalam jumlah cukup dapat memelihara ketahanan fisik,
mempertahankan daya tahan tubuh dan meningkatkan produktifitas kerja. Lanjut usia
sebaiknya membiasakan makan pagi agar selalu sehat dan produktif.
6. Minumlah air bersih dan aman yang cukup jumlahnya
Air minum yang bersih dan aman adalah air yang tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa
dan telah dididihkan serta disimpan dalam wadah yang bersih dan tertutup. Air sangat
dibutuhkan sebagai media dalam proses metabolisme tubuh. Apabila terjadi kekurangan air
minum akan mengakibatkan kesadaran menurun.
7. Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur
Agar dapat mempertahankan kebugaran, lanjut usia harus tetap berolahraga. Aktifitas fisik
sangat penting peranannya bagi lansia. Dengan melakukan aktifitas fisik, maka lanjut usia
dapat mempertahankan bahkan meningkatkan derajat kesehatannya. Namun, karena
keterbatasan fisik yang dimilikinya perlu dilakukan penyesuaian dalam melakukan
aktifitasfisik sehari-hari.
8. Tidak merokok dan minum alkohol
Beberapa studi mengatakan merokok pada usia pertengahan dan tua meningkatkan resiko
dementia. Merokok memberikan kontribusi untuk pengerasan arteri dan meningkatkan
tekanan darah dan denyut jantung.

12
Penelitian mengatakan lansia yang meminum alkohol cenderung mengalami kepikunan dan
ketidakstabilan dibanding orang yang lebih muda. lebih berisiko mengalami jatuh,
kecelakaan. Mengkonsumsi alkohol menyebabkan masalah kesehatan menjadi lebih buruk
seperti meningkatkan risiko liver, syndrome otak, gangguan psikologis (Kemenkes, 2012)

Diet Hipertensi pada Lanjut Usia


Diet hipertensi diberikan kepada pasien dengan tekanan darah di atas normal (120/80
mmHg). Tujuan diet adalah membantu menurunkan tekanan darah, membantu menghilangkan
penimbunan cairan dalam tubuh atau edema. Salah satu rekomendasi pengaturan menu makan
yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) dan National Institute of
Health dan National, Heart, Lung, and Blood Institute (2006) untuk kondisi lansia hipertensi
adalah diet DASH [ CITATION Ran19 \l 1033 ].
Diet DASH merupakan singkatan dari Dietary Approaches to Stop Hypertension atau Diet
Khusus Cegah/Atasi Hipertensi. Diet DASH dirancang untuk mengatasi masalah tekanan darah
tinggi. Menu-menu yang tersusun dalam diet DASH terdiri dari makanan rendah garam, diet
DASH juga menitikberatkan pada nutrisi yang efektif dalam menurunkan tekanan darah. Garam
(sodium/natrium) merupakan musuh utama penderita hipertensi karena dapat memberikan efek
langsung terhadap kenaikan tekanan darah. Sedangkan kalium (potasium), kalsium, dan
magnesium, efektif dalam menurunkan tekanan darah.
Dalam buku Your Guide to Lowering Your Blood Pressure with DASH : DASH Eating
Plan yang diterbitkan oleh U.S Department of Health and Human Service, para ilmuwan yang
didukung oleh National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) melakukan dua studi utama.
Studi mereka menunjukkan bahwa tekanan darah dapat berkurang dengan diet makan harian
DASH. Diet makan harian DASH ini menekankan pada buah, sayuran, susu bebas lemak/rendah
lemak, biji-bijian, kacang-kacangan, dan membatasi lemak jenuh, kolesterol, daging merah dan
olahan, permen, gula tambahan, pemanis minuman buatan. Dimana diet ini secara luas
direkomendasikan oleh International Diabetes dan Heart Association Guidelines (Chiavaroli et
al., 2019 dalam [ CITATION Ran19 \l 1033 ]). Pada sebuah studi lainnya, dikatakan juga bahwa
diet makan harian DASH (DietaryApproaches to Stop Hypertension), yang tinggi dalam buah,
sayuran, dan makanan rendah lemak, secara signifikan menurunkan tekanan darah serta

13
lipoprotein densitas rendah (LDL) dan kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL) (Chiu, 2015
dalam [ CITATION Ran19 \l 1033 ]).
Diet DASH ini memiliki aturan yang sederhana, yaitu sebagai berikut:
 Membatasi konsumsi natrium, baik itu dalam bentuk garam maupun makanan bersodium
tinggi, seperti makanan dalam kemasan (makanan kalengan), dan makanan cepat saji.
 Membatasi konsumsi daging dan makanan mengandung gula tinggi.Mengurangi
konsumsi makanan berkolesterol tinggi, dan mengandung lemak trans atau lemak tak
jenuh.
 Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, dan olahan susu rendah lemak.
Mengonsumsi ikan, daging unggas, kacang-kacangan, dan makanan dengan gandum
utuh.

Mengatur Menu untuk Diet DASH


Untuk dapat membuat diet makan harian DASH, bisa mengikuti panduan yang tertera
dalam buku Your Guide to Lowering Your Blood Pressure with DASH:DASH Eating Plan yang
diterbitkan oleh U.S Department of Health and Human Service. Berikut pedoman dalam
mengatur menu untuk diet Dash:
Tabel Following the DASH Eating Plan
Jenis Makanan Takaran Saji Porsi Satu Kali Penyajian
per Hari
Gandum 6-8 1 potong roti
1 ons sereal kering
½ cangkir nasi matang, pasta, atau sereal
Sayur-mayur 4-5 1 cangkir sayuran berdaun mentah
½ cangkir sayuran mentah atau dimasak
½ cangkir jus sayuran
Buah-buahan 4-5 1 buah berukuran sedang
¼ cangkir buah yang dikeringkan
½ cangkir buah segar/buah beku/buahkaleng
½ cangkir jus buah
Susu rendah lemak atau susu 2-3 1 cangkir susu atau yogurt
tanpa lemak dan produk susu susu tanpa lemak danproduk susu lainnya1 ½
lainnya ons keju

Daging tanpa lemak,unggas, dan 6 atau kurang 1 ons daging matang, unggas, atau ikan1 telur
ikan
Kacang-kacangan, biji-bijian, 4 – 5 setiap 1/3 cangkir atau 1 ½ ons kacang-kacangan
dan polong-polongan minggu 2 sendok makan selai kacang
2 sendok makan atau 1 ons biji-bijian

14
½ cangkir polong-polongan matang(kacang
kering dan kacang polong)
Lemak dan minyak 2-3 1 sendok teh soft margarine1 sendok teh minyak
sayur1 sendok makan mayonnaise2 sendok
makan saus salad
Gula 5 atau kurangper 1 sendok makan gula1 sendok makan jelly atau
minggu selai½ cangkir sorbet, gelatin1 cangkir lemonade
Sumber: [ CITATION Ran19 \l 1033 ]

Gambar Diagram Diet DASH

15
Gambar Aturan Porsi/Sajian pada Diet DASH

Sumber: Friska, 2019 (tersedia pada https://www.apotekyesfarma.com/post/yes-diet-dash-untuk-


pasien-lansia-hipertensi)

Berikut tips bagi untuk menerapkan diet Dash:


1. Tambahkan satu porsi sayuran saat makan siang dan makan malam.
2. Tambahkan satu porsi buah sebagai camilan. Buah-buahan kaleng dan buah-buahan
kering mudah digunakan, tetapi pastikan bahwa buah-buahan tersebut tidak mengandung
tambahan gula.
3. Gunakan hanya setengah porsi mentega, margarin, atau bumbu salad, dan gunakan
bumbu  rendah lemak atau bebas lemak.
4. Minum produk susu rendah lemak atau skim.
5. Batasi memakan daging menjadi 6 ons sehari. Masak beberapa makanan vegetarian.
6. Tambahkan lebih banyak sayuran dan kacang-kacangan kering pada menu makan Anda.
7. Daripada mengemil keripik atau permen, makanlah biskuit tawar, kacang, kismis, yogurt
rendah lemak dan bebas lemak,frozen yogurt, popcorn polos tanpa mentega, dan sayuran
mentah. Baca label makanan untuk memilih produk yang rendah garam atau rendah
sodium. [ CITATION Ran19 \l 1033 ]

16
Diet Untuk Penderita Jantung Koroner

Sumber: Direktorat P2PTMKemenkes RI

10 Makanan Padat Nutrisi Teratas (Nutrient-Dense Food)


1. Alpukat
Kaya akan lemak tak jenuh tunggal yang menyehatkan jantung, alpukat juga mengandung
protein, kalium, magnesium, asam folat, vitamin B, vitamin E, dan vitamin K. Lemak baik
yang sama membantu tubuh Anda menyerap semua vitamin tersebut.
2. Kacang dan Lentil
Makanan tambahan yang dikemas dengan protein ini adalah makanan pokok dalam banyak
makanan vegetarian kita. Mereka kaya serat dan kaya seng, yang sangat penting untuk sistem
kekebalan tubuh yang sehat. Penelitian telah menemukan bahwa, selain memberikan manfaat
kesehatan jantung, kacang dapat mengurangi risiko kanker payudara, dan dapat membantu
meningkatkan kadar glukosa darah dan insulin pada penderita diabetes.
3. Berries
Kaya vitamin C dan serat serta sumber folat dan potasium yang baik, buah beri mendapatkan
kekuatan supernya dari fitokimia mereka, khususnya antosianin, pigmen yang bertanggung
jawab atas warna intensnya. Antosianin tersebut adalah antioksidan kuat yang melawan

17
kerusakan sel dan dapat mengurangi risiko kanker dan penyakit jantung. Blueberry,
khususnya, telah terbukti meningkatkan daya ingat dan fungsi otak pada hewan percobaan.
4. Brassicas
Kubis dan banyak sepupunya, termasuk brokoli, kubis Brussel, dan kembang kol sarat dengan
vitamin C dan serat serta kaya akan fitokimia pelawan kanker. Meskipun penelitian lebih
lanjut diperlukan, sayuran silangan ini telah dikaitkan dengan insiden kanker usus besar, paru-
paru, dan payudara yang lebih rendah dan telah terbukti membantu menyembuhkan sakit
maag.
5. Telur
Protein berkualitas tinggi ini menyediakan asam amino triptofan dan selenium, dan sulit
didapat oleh sumber vitamin D alami.Telur juga mengandung lutein dan zeaxanthin,
antioksidan yang dipercaya dapat mengurangi risiko berkembangnya katarak dan
memperlambat perkembangan usia- degenerasi makula terkait, penyakit yang berkembang
seiring bertambahnya usia. Penelitian menunjukkan telur dapat membantu mencegah katarak
dan degenerasi makula.
6. Sayuran hijau
Sayuran hijau gelap seperti kangkung, lobak Swiss, dan arugula mengandung antioksidan,
seperti vitamin C dan K, folat, kalium, dan serat dengan tidak banyak kalori. Seperti telur,
mereka memasok lutein, yang berkontribusi pada penglihatan yang baik dan dapat membantu
melindungi mata Anda dari katarak dan degenerasi makula.
7. Kacang dan Biji
Kacang-kacangan dan biji-bijian yang mungil tapi kuat adalah sumber protein nabati yang
baik dan menyediakan lemak baik yang dapat meningkatkan penyerapan nutrisi. Tidak hanya
untuk crunch, mereka juga dikenal dapat menurunkan risiko penyakit jantung.
8. Gandum
Kaya akan vitamin E dan B, kalsium, magnesium, dan kalium yang sehat. Studi telah
menemukan oatmeal untuk menurunkan kolesterol, meningkatkan tekanan darah, mengurangi
risiko diabetes, dan membantu manajemen berat badan.
9. Ikan Salmon

18
Salmon kaya protein adalah salah satu sumber terbaik omega-3, asam lemak yang diperlukan
untuk fungsi otak yang baik dan sistem kardiovaskular yang sehat. Pro tip: Jangan membuang
kulit salmon, tidak hanya lezat tetapi juga mengandung asam lemak yang baik untuk Anda.
10. Ubi jalar
Sarat dengan serat, beta-karoten, dan vitamin C dan B6. Ubi jalar juga menawarkan
peningkatan energi. Karena gula alami mereka perlahan-lahan dilepaskan ke dalam aliran
darah, mereka menawarkan sumber energi yang seimbang, tanpa lonjakan gula darah yang
dapat menyebabkan kelelahan. Bonus: Ubi ungu kaya akan antosianin, antioksidan yang
dikenal dapat melindungi dari penyakit degeneratif.

2.4 Masalah Gizi pada Lanjut Usia


Masalah gizi Ianjut usia merupakan rangkaian proses masalah gizi sejak usia muda yang
manifestasinya terjadi pada lanjut usia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa masalah gizi
pada lanjut usia sebagian besar merupakan masalah gizi lebih yang merupakan faktor risiko
timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi,
gout rematik,ginjal, perlemakan hati, dan lain-lain. Namun demikian masalah kurang gizi juga
banyak terjadi pada lanjut usia seperti Kurang Energi Kronik (KEK), anemia dan kekurangan zat
gizi mikro lain.

1) Kegemukan atau Obesitas


Keadaan ini biasanya disebabkan oleh pola konsumsi yang berlebihan, banyak mengandung
lemak dan jumlah kalori yang melebihi kebutuhan. Proses metabolisme yang menurun pada
lanjut usia, bila tidak diimbangi dengan peningkatan aktifitas fisik atau penurunan jumlah
makanan, sehingga jumlah kalori yang berlebih akan diubah menjadi lemak yang dapat
mengakibatkan kegemukan.
Kegemukan ada dua tipe:
a. Obesitas keseluruhan
b. Obesitas sentral

a. Obesitas Keseluruhan

19
Obesitas keseluruhan dapat diketahui melalui pengukuran Indek Masa Tubuh (IMT)
dibandingkan dengan indikator status gizi. Dalam perhitungan IMT menggunakan dua
variabel antropometri yaitu berat badan dan tinggi badan. Rumus perhitungan Indeks
MassaTubuh ( IMT) sebagai berikut :
berat badan(kg )
IMT=
inggi badan(m) x tinggi badan(m)

Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT yang digunakan di Indonesia.


IMT STATUS GIZI
<17,0 Sangat Kurus
17,0-18,4 Kurus
18,5-25,0 Normal
25,1-27,0 Gemuk
> 27,0 Obese
Sumber : Kadarzi Depkes, 2004

Sumber: Riskesdas, 2018

b. Obesitas Sentral
Selain kegemukan secara keseluruhan, kegemukan pada bagian perut (obesitas sentral) lebih
berbahaya karena kelebihan lemak diperut dihubungkan dengan meningkatnya risiko
penyakit jantung koroner pada bagian Iemak lain. Menurut Monica, 1992, kegemukan atau
obesitas akan meningkatkan risiko menderita penyakit jantung koroner 1-3 kali, penyakit

20
hipertensi 1,5 kali, diabetes mellitus 2,9 kali dan penyakit empedu1-6 kali. Obesitas sentral
dianggap sebagai faktor risiko yang erat kaitannya dengan beberapa penyakit degeneratif.
Pengukuran lingkar perut digunakan untuk menentukan obesitas sentral. Untuk laki-laki
dengan Lingkar Perut (LP) di atas 90 cm atau perempuan dengan LP di atas 80 cm
dinyatakan sebagai obesitas sentral (WHO Asia-Pasifik, 2005 dalam Riskesdas, 2007).
Prevalensi obesitas sentral untuk tingkat nasional adalah 18,8%. Dari gambar berikut ini
tampak bahwa obesitas sentral cenderung meningkat sampai umur 45-54tahun, selanjutnya
berangsur menurun kembali. Bila kita lihat prevalensi obesitas menjelang lansia sampai
lansia (kelompok umur 55-64 tahun, 65-74 tahun dan 75+ tahun), kelompok umur 55-64
tahun yang obesitasnya paling tinggi.

Sumber: Riskesdas, 2018

21
Gambar Prevalensi Obesitas Sentral pada penduduk 15 tahun ke atas

2) Kurang Energi Kronik (KEK)


Kurang atau hilangnya nafsu makan yang berkepanjangan pada lanjut usia, dapat
menyebabkan penurunan berat badan. Pada lanjut usia kulit dan jaringan ikat mulai keriput,
sehingga makin kelihatan kurus. Disamping kekurangan zat gizi makro, sering juga disertai
kekurangan zat gizi mikro. Beberapa penyebab KEK pada lanjut usia :
a. Makan tidak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa dan penciuman.
b. Gigi-geligi yang tanggal, sehingga menggangu proses mengunyah makanan.
c. Faktor stress/depresi, kesepian, penyakit kronik, efek samping obat,merokok, dll.
Beberapa penelitian tentang malnutrisi pada lanjut usia:
a) Penelitian oleh Elman Boy (2019). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mengetahui hasil penggunaan instrumen pengkajian status gizi pasien geriatri di
Puskesmas Kota Matsum Kota Medan tahun 2018. Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kategorik yang dilakukan secara cross sectional, sampel diambil
menggunakan rumus Slovin dipilih secara consecutif sampling. Jumlah sampel
sebanyak 93 orang. Pada penelitian ini didapati responden tebanyak pada usia 60-74
tahun (89,3%) dan berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan (54,8%). Status gizi
berdasarkan IMT didapati hasil terbanyak responden dengan gizi nomal (64,5%) dan
berdasarkan MNA (Mini Nutrition Assesment) didapati hasil terbanyak pada
responden dengan risiko malnutrisi (59,2%). Pada penelitian ini didapati hasil
terbanyak pada usia 64-70 tahun dan perempuan lebih banyak dari pada laki-laki.
b) Prevalensi malnutrisi pada lansia telah mencapai level yang signifikan yaitu sebesar
17- 65% (Morley JE, 2008). Penelitian terhadap lansia di Kota Padang menyatakan
bahwa sekitar 25,9% berada pada status gizi kurang (Enny E. dkk, 2006). Penelitian
di Denpasar juga menunjukkan setengah sampel mengalami permasalahan dalam
status gizi, yaitu lansia mengalami status gizi lebih sebesar 14,64%; status gizi
normal 43,9%; dan status gizi kurang 41,46% (Saniawan, 2009).
c) Sebagian besar subjek memiliki status gizi baik (46,3%). Status gizi lebih 35,5% (76
orang) dan status gizi kurang sebesar 18,2% (39 orang) (Ninna R, 2015).

22
3) Kurang Zat Gizi Mikro lainnya
Biasanya menyertai lanjut usia dengan KEK, namun kekurangan zat gizi mikro dapat juga
terjadi pada lanjut usia dengan status gizi baik. Kurang zat besi, Vitamin A, Vitamin B,
Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E, Magnesium,kalsium, seng dan kurang serat sering terjadi
pada lanjut usia.

Beberapa penyakit kronik degeneratif yang berhubungan dengan status gizi, yaitu:
a) Penyakit Jantung koroner
Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit
jantung koroner. Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan
lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama
kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, pengapuran,
pembekuan darah, dan lain-lain, yang semuanya akan mempersempit atau menyumbat
pembuluh darah tersebut
b) Hipertensi
Berat badan yang berlebih akan meningkatkan beban jantung untuk memompa darah ke
seluruh tubuh. Akibatnya tekanan darah cenderungmenjadi lebih tinggi. Selain itu pembuluh
darah pada lanjut usia sering mengalami aterosklerosis (lebih tebal dan kaku), sehingga
tekanan darah akan meningkat. Bila terjadi sumbatan di pembuluh darah otak akan memacu
timbulnya stroke. Bila sumbatan terjadi di jantung dapat menyebabkan serangan jantung
berupa nyeri dada atau kematian otot jantung (angina pektoris atau infark miokard) yang
dapat menyebabkan kematian

23
Sumber: Riskesdas, 2018

c) Diabetes Mellitus
Adalah suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi nilai
normal (gula darah puasa ≥126 gr/dl dan atau gula darah sewaktu diatas 200 gr/dl). Diabetes
umumnya disebabkan oleh kerusakan sel beta di pankreas yang menghasilkan fungsi
insulin,sehingga kekurangan insulin atau dapat juga terjadi karena gangguan fungsi insulin
dalam glukosa ke dalam sel. Pada orang dengan berat badan lebih, hiperglikemia terjadi
karena insulin yang dihasilkan olehpankreas tidak mencukupi kebutuhan.

DM Tipe I : Diabetes disebabkan oleh kekurangan insulin karena terjadi kerusakan sel
dan pankreas. Umumnya B normal atau di bawah normal dan disertai dengan
trias DM, polifagi, poliuri, polidipsi (banyak makan, banyak minum dan
banyak kencing)
DM Tipell : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM),selain terjadi kerusakan
sel dan pankreas juga disertai tidak berfungsinya insulin, 75% penderita DM
tipe II adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas

24
Sumber: Riskesdas, 2018

d) Osteoarthritis (pengapuran tulang)


Adalah penyakit bagian dari arthritis, penyakit ini terutama menyerang sendi terutama
pada sendi tangan, lutut dan pinggul. Orang yang terserang asteoarthritis biasanya susah
menggerakkan sendi-sendinya dan pergerakannya menjadi terbatas karena turunnya
fungsi tulang rawan untuk menopang badan

e) Osteoporois (keropos tulang)


Massa tulang mencapai maksimum pada usia sekitar 35 tahun untuk wanita dan 45 tahun
untuk pria. Bila konsumsi kalsium kurang dalam jangka waktu lama akan timbul keropos
tulang (osteoporosis), dan pada wanita menopause akan lebih rentan karena pengaruh
penurunan hormon estrogen. Akibatnya tulang menjadi rapuh dan mudah patah apabila
terjtuh atau terkena trauma
f) Arthritis Gout
Kelainan metabolisme protein menyebabkan kadar asam urat dalam darah meningkat.
Kristal asam urat akan menumpuk di persendian yang menyebabkan rasa nyeri dan
bengkak sendi. Pada penderita gout perlu pembatasan konsumsi lemak, protein, purin,

25
untuk penurunan kadar asam urat. Disarankan banyak minum air putih minimal 8 gelas
sehari.

Gambar Peringkat 10 Besar Penyakit Penyebab Rawat Jalan terhadap Seluruh Penyakit
Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit

Tabel Kondisi Lanjut Usia yang Dapat Menyebabkan Masalah Status Gizi.
NO KONDISI POLA MAKAN STATUS GIZI
LANJUT USIA
1 Metabolisme basal menurun Kebutuhan energi menurun Cenderung
kegemukan/obesitas
2 Aktivitas/kegiatan fisik berkurang Energi yang dipakai sedikit Cenderung
kegemukan/obesitas
3 Ekonomi meningkat Konsumsi berlebih Cenderung
kegemukan/obesitas
4 Fungsi indera menurun Makan tidak enak/nafsu Dapat terjadi kurang
makan menurun gizi/malnutrisi
5 Penyakit periodental atau gigi Kesulitan makan makanan Dapat terjadi kurang gizi
tanggal berserat (sayur, daging), (malnutrisi) dan
cenderung makan makanan kegemukan (obesitas)
lunak
6 Penurunan sekresi asam lambung Mengganggu penyerapan Defisiensi zat gizi mikro

26
dan enzim pencernaan makanan vitamin dan mineral
7 Mobilitas usus menurun Susah buah air besar Wasir (perdarahan)
8 Sering menggunakan obat- Menurunkan nafsu makan Dapat terjadi kurang
obatan/alkohol gizi/malnutrisi
9 Gangguan kemampuan motorik Kesulitan untuk Dapat terjadi kurang
menyiapkan makanan gizi/malnutrisi
sendiri
10 Kurang bersosialisasi, kesepian Nafsu makan menurun Dapat terjadi kurang
(perubahan psikologis) gizi/malnutrisi
11 Pendapatan menurun Asupan makanan menurun Dapat terjadi kurang
gizi/malnutrisi
12 Demensia (pikun) Sering makan/lupa makan Dapat terjadi kurang gizi
(malnutrisi) dan
kegemukan (obesitas)
Sumber: Pelayanan Gizi pada Lanjut Usia, 2012

2.5 Pelayanan Gizi Individu


Pelayanan gizi secara individu dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan oleh Tim Asuhan Gizi
dan merupakan salah satu bagian pelayanan kesehatan lanjut usia/geriatri yang terpadu, sehingga
pelaksanaannya ditangani bersama-sama secara terkordinasi oleh berbagai disiplin ilmu terkait.
Kerjasama antara lanjut usia, keluarga/pengasuh dengan tim asuhan gizi sangat penting untuk
menunjang keberhasilan pelayanan gizi lanjut usia.
a. Rawat Jalan
Kegiatan pelayanan gizi rawat jalan merupakan pelayanan gizi secara individu dengan
serangkaian kegiatan asuhan gizi terstandar untuk melakukan dan mendukung keberhasilan
proses konseling gizi.
b. Rawat Inap
Kegiatan pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi secara individu dengan
serangkaian kegiatan asuhan gizi terstandar untuk memberikan intervensi gizi. Kegiatan
intervensi gizi yang diberikan meliputi pelayanan makan dan konseling gizi, serta kunjungan
rumah sebagai tindak lanjut kegiatan.

Proses pelayanan gizi individu meliputi :


1) Penapisan
Sebelum memberikan pelayanan gizi pada lanjut usia perlu dilakukan penapisan gizi untuk
menentukan apakah lanjut usia dalam kondisi malnutrisi.Ada beberapa instrumen penapisan
gizi yang dapat dilakukan pada lanjut usia khususnya untuk gizi kurang, antara lain Mini

27
Nutritional Assessment (MNA) dan Nutritional Screening Initiative (NSI). Instrumen
penapisan dapat membantu untuk identifikasi status gizi lanjut usia. Berdasarkan hasil
penapisan selanjutnya lanjut usia yang berisiko perlu mendapat pelayanan gizi.

2) Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) Lanjut usia


Proses Asuhan Gizi Terstandar lanjut usia merupakan pengaplikasian dari proses asuhan gizi
terstandar sebagai upaya peningkatan kualitas pemberian asuhan gizi pada individu dan
populasi. Proses Asuhan Gizi Terstandar terdiri atas 4 langkah sistematis mulai dari
pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi dan monitoring dan evaluasi gizi. Dengan
PAGT diharapkan ahli gizi di tempat pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan
secara efektif dan berkualitas terhadap lanjut usia.
PAGT meliputi :
1. Pengkajian Gizi (Assessment)
Assesment atau disebut dengan pengkajian terhadap status gizi merupakan landasan data
menyusun asuhan gizi yang optimal kepada klien bertujuan untuk mendapatkan informasi
yang adekuat dalam upaya mengidentifikasi masalah gizi yang terkait dengan masalah
asupan makanan atau faktor lain yang dapat menimbulkan masalah gizi.
Pengkajian gizi merupakan suatu proses pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data yang
sistematis dalam upaya untuk mengidentifikasi masalah gizi dan penyebabnya, bukan hanya
pengumpulan data awal tetapi juga merupakan pengkajian ulang dan analisis kebutuhan gizi
pasien. Informasi yang diperoleh melalui pengkajian gizi selanjutnya dibandingkan dengan
standar baku/nilai normal, sehingga dapat dievaluasi dan diidentifikasi seberapa besar
masalahnya.
Proses pengkajian meliputi :
a. Antropometri
Data antropometri merupakan hasil pengukuran fisik pada individu, yang meliputi
pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB), tinggi lutut (TL), panjang depa (PD),
tinggi duduk (TD), lingkaran lengan atas (LiLA), tebal lemak, lingkar pinggang dan
lingkar panggul.
Cara Pengukuran Antropometri pada lanjut usia
- Pengukuran Tinggi Badan

28
- Pengukuran Berat Badan
- Pengukuran Panjang Depa
- Pengukuran Tinggi Lutut
- Pengukuran Tinggi Duduk

Dengan mengkaitkan dua variabel antropometri tersebut di atas BB dan TB) dapat
diperoleh Indeks Massa Tubuh ( IMT) dengan perhitungan sebagai berikut :
1) IMT (Indeks Massa Tubuh)
Cara menghitungnya sebagai berikut
berat badan(kg )
IMT=
inggi badan(m)x tinggi badan(m)

Tabel Klasifikasi Status gizi Berdasarkan IMT yang digunakan di Indonesia.


IMT STATUS GIZI
<17,0 Sangat Kurus
17,0-18,4 Kurus
18,5-25,0 Normal
25,1-27,0 Gemuk
> 27,0 Obese
Sumber : Kadarzi Depkes, 2004

2) Lingkar perut
Digunakan untuk menentukan obesitas sentral. Cara pengukurannya adalah dengan
berpuasa pada malam hari sebelum pemeriksaan dan pada hari pemeriksaan
mengenakan pakaian yang ringan .Pengukuran dilakukan dalam posisi berdiri tegak
dengan kedua tangan disamping dan kaki rapat. Tepi tulang iga yang terendah dan
Krista iliaka pada garis aksila tengah (mid- axillary line) diberi tanda dengan pena.
Pita pengukur non elastic diletakkan melintang di pertengahan antara kedua tanda
tersebut melingkari perut secara horizontal. Kemudian dilakukan pembacaan dalam
sentimeter. Selama dilakukan pengukuran, pasien diminta untuk bernapas biasa
(Gibso , 2005). Klasifikasi lingkar perut adalah dikatakan obesitas sentral jika
lingkar perut pada laki-laki ≥ 90 cm dan perempuan ≥ 80 cm.

29
b. Biokimia
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain yang
memberikan informasi mengenai status gizi guna menegakkan diagnosis gizi.
Berikut ini adalah beberapa parameter biokimia yang sering digunakan:
1) Albumin rendah/hipoalbuminemia mengindikasikan adanya defisiensi protein, stress
akut, katabolisme, overload cairan, gagal hati, pembedahan. Albumin
tinggi/hiperalbuminemia kemungkinandehidrasi dan gagal ginjal. Selain dalam darah,
kadar albumin jugadapat di periksa dalam urin.
2) Asam folat serum rendah mengindikasikan adanya defisiensi asamfolat, vitamin B12,
anemia makrositik, penggunaan obat-obatantertentu
3) Glukosa darah tinggi/hiperglikemia mengindikasikan adanya perubahan metabolisme
karbohidrat, kelebihan intake energi,kanker, diabetes mellitus, infus dekstrosa yang
berlebihan, infeksi,respon stres, penggunaan obat-obatan. Glukosa darah
rendah/hipoglikemia, kemungkinan penghentian makanan parenteral totalyang
mendadak, pemberian insulin yang berlebihan. Selain ituglukosa dapatjuga diperiksa
dengan urin reduksi.
4) Hemoglobin rendah mengindikasikan kemungkinan adanya defisiensi protein, Fe,
anemia, perdarahan.
5) Natrium serum tinggi/hipernatremia mengindikasikan adanya deficit volume cairan,
pemberian natrium yang berlebihan, kehilangan air bebas yang terjadi sekunder akibat
interaksi obat. Natrium serum rendah/hiponatremia, kemungkinan kelebihan cairan,
kehilangan natrium lewat saluran cerna, sonde dengan formula susu rendah natrium
untuk waktu yang lama.

c. Klinis
Data klinis meliputi suhu tubuh, tekanan darah, keluhan-keluhan yang dirasakan seperti
penurunan nafsu makan, gangguan metabolisme berupa mual, muntah, kesulitan
mengunyah dan menelan. Berikut ini beberapa contoh tanda klinis :
1. Penurunan berat badan mengindikasikan defisiensi energi, penurunan berat badan
secara akut kemungkinan defisiensi cairan, sedangkan peningkatan berat badan
kemungkinan kelebihan intake energi.

30
2. Rambut pudar, kering, mudah patah mengindikasikan defisiensi protein, rambut
mudah dicabut tanpa rasa sakit kemungkinan defisiensi protein, rambut rontok
kemungkinan defisiensi protein, seng, biotin / kelebihan vitamin A, hilangnya
pigmen rambut pada sekeliling kepala, kemungkinan defisiensi protein dan tembaga.
3. Mimisan (Epistaksis) mengindikasikan defisiensi vitamin K, pembesaran tiroid
kemungkinan defisiensi iodium.
4. Hepatomegali mengindikasikan defisiensi protein atau kelebihan vitamin A, ascites
kemungkinan defisiensi protein dan atau kelebihan intake cairan.
5. Kehilangan massa otot kemungkinan defisiensi energi.
6. Parestesia (sakit dan perasaan geli atau sensasi yang berubah pada anggota gerak),
ataksia (penurunan perasaan getaran dan posisi tremor penurunan reflek tendon),
konfabulasi, disorientasi mengantuk, letargi kemungkinan defisiensi vitamin B dan
C.

d. Riwayat makan
Mengkaji data riwayat makan yaitu mengkaji kebiasaan makan klien secara kualitatif dan
kuantitatif. Secara kualitatif digunakan Formulir Food Frequency (FFQ) dan dari hasilnya
dapat diketahui seberapa sering seseorang mengkonsumsi bahan makanan sumber zat gizi
tertentu. Secara kuantitatif digunakan Formulir Food Recall dan dari hasilnya dapat
diketahui berapa besar pencapaian asupan energi dan zat gizi seseorang terhadap angka
kebutuhan gizi.

e. Riwayat Personal
Pengumpulan dan pengkajian data riwayat pasien meliputi riwayat obat dan suplemen
yang dikonsumsi, sosial budaya, riwayat penyakit dan data umum pasien, sebagai
berikut :

Riwayat obat dan  Obat yang digunakan baik berdasarkan resep maupun
suplemen yang obat bebas yang berkaitan dengan masalah gizi
dikonsumsi  Suplemen gizi yang dikonsumsi
Sosial Budaya  Status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan, agama
 Situasi rumah
 Dukungan pelayanan kesehatan dan sosial

31
 Akses sosial
Riwayat Penyakit  Keluhan utama yang terkait dengan masalah gizi
 Riwayat penyakit dulu dan sekarang
 Riwayat pembedahan
 Penyakit kronik atau resiko komplikasi
 Riwayat penyakit keluarga
 Status kesehatan mental/emosi
 Kemampuan kognitif
Data umum pasien  Umur
 Jenis kelamin
 Jenis pekerjaan
 Status dalam keluarga
 Tingkat pendidikan

3. Intervensi Gizi
Intervensi gizi bertujuan untuk menanggulangi masalah gizi yang sudah ditegakkan pada
diagnosis gizi. Pemecahan masalah yang dipilih dengan mempertimbangkan faktor-faktor
seperti dukungan keluarga, sosial ekonomi, pemanfaatan pekarangan, dll.
Sebelum melakukan intervensi gizi perlu melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut:
perhitungan kebutuhan gizi, preskripsi Diet dan rujukan.
a. Perhitungan Kebutuhan Gizi
Perhitungan kebutuhan gizi meliputi kebutuhan energi, kebutuhan protein, kebutuhan
lemak, kebutuhan karbohidrat, kebutuhan vitamin dan mineral, kebutuhan serat dan
cairan.
b. Preskripsi Diet
1) Preskripsi Diet yaitu batasan pengaturan makanan mencakup kebutuhan energi dan
zat gizi serta zat-zat makanan lainnya merupakan aspek utama dalam asuhan gizi
klien. Preskripsi Diet disusun berdasarkan diagnosis penyakit dan gizi dan dapat
diresepkan oleh dokter atau ahli gizi. Preskripsi Diet memberikan arah khusus
kepada klien untuk merubah perilaku makannya sehingga mendapatkan kesehatan
yang optimall.
2) Pedoman makan mencakup cara pemberian makan, bentuk dan porsi makan serta
cara mengolah makanan.

32
3) Penyusunan menu satu hari meliputi 3 kali makanan utama yaitu pagi, siang dan
malam serta 2 kali snack yaitu diantara waktu makan pagi dan siang serta diantara
waktu makan slang dan malam. Menu yang dipilih disesuaikan dengan Preskripsi
Gizi dan pedoman makan.
Intervensi gizi meliputi :
1. Pemberian makanan
Memberikan makanan pada lanjut usia sesuai kebutuhan gizi dan penyakitnya.
Dilakukan di puskesmas perawatan, RS atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
2. Konseling Gizi
Suatu pendekatan yang digunakan dalam pelayanan gizi untuk membantu lanjut usia
dan keluarganya dalam memahami dan menentukan alternatif pemecahan masalah yang
paling sesuai dengan kondisinya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan konseling gizi:
a) Aspek Sasaran
b) Meliputi faktor kejiwaan lanjut usia : pesismistis, apatis, melankolis ,depresi, pelupa,
kekanak-kanakan, keras kepala, dll. Oleh sebab itu lanjut usia perlu didampingi
keluarga saat menerima konseling gizi.
c) Aspek Konselor
d) Dalam memberikan konseling kepada lanjut usia dan keluarganya diperlukan kesabaran,
kejujuran, sikap santun, empati, bahasa sederhana dan mudah dimengerti serta menjadi
pendengar yang balk dan menguasai isi pesan.

e) Aspek Pesan
1) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan
2) Porsi kecil tapi sering, jarak antara dua waktu makan tidak kurang dari 3 jam
3) Biasakan sarapan pagi dan makan malam lebih awal
4) Pilihlah jenis makanan selingan yang sehat, seperti : buah-buahan segar, dan
makanan yang direbus
5) Perilaku makan sesuai dengan prinsip gizi seimbang bagi lansia
6) Makanan yang dikukus, dipanggang, direbus lebih baik daripada digoreng
7) Dianjurkan memilih makanan dengan bumbu yang tidak merangsang

33
c. Rujukan
Pada kasus tertentu yang membutuhkan penanganan khusus dan lebih lanjut rujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.

4. Monitoring dan Evaluasi


Melakukan kajian ulang dan mengukur perkembangan dengan jadwal tertentu (monitoring),
membandingkan hasil saat ini dengan status sebelumnya, tujuan intervensi, atau rujukan
standar (evaluasi), termasuk juga monitoring respon pasien terhadap intervensi. Kegiatan
monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon pasien / klien terhadap
intervensi dan tingkat keberhasilannya.
Tiga langkah kegiatan monitoring dan evaluasi gizi, yaitu :
a. Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi pasien / klien
yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang diharapkan oleh klien maupun
tim. Kegiatan yang berkaitan dengan monitor perkembangan antara lain : mengecek
pemahaman dan ketaatan diet pasien / klien, mengecek asupan makan pasien / klien,
menentukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana / preskripsi diet,
menentukan apakah status pasien / klien tetap atau berubah, mengidentifikasi hasil lain
baik yang positif maupun negatif, mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan
tidak adanya perkembangan dari kondisi pasien / klien.
b. Mengukur hasil. Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan / perubahan yang terjadi
sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus diukur berdasarkan tanda
dan gejala dari diagnosis gizi.
c. Evaluasi hasil. Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan monitoring dan evaluasi di atas kita
akan mendapatkan 4 jenis hasil, yaitu :
1) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman, perilaku, akses,
dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada asupan makanan dan zat
gizi.
2) Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan atau zat gizi dari
berbagai sumber, misalnya makanan, minuman, suplemen, dan melalui rute enteral
maupun parenteral.

34
3) Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi. Pengukuran yang terkait
dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan fisik
4) Dampak terhadap pasien/ klien terkait gizi. Pengukuran yang terkait dengan persepsi
pasien / klien terhadap intervensi yang diberikan dan dampak pada kualitas hidupnya.

b. Pelayanan Gizi Masyarakat


Pelayanan gizi masyarakat ditujukan bagi lanjut usia yang berada di keluarga, kelompok
lanjut usia (posyandu lanjut usia, pos pembinaan terpadu/posbindu, dll) dan panti werdha.
1. Keluarga
Keluarga merupapak unit terkecil dalam masyarakat yang keberadaanya sangat penting
untuk mengayomi dan melindungi para lanjut usia. Lanjut usia akan merasa aman dan tentram
bila berada di dalam lingkungan keluarga yang memberikan perhatian dn dukungan pada
lanjut usia dalam menjalani sisa hidupnya.
Pelayanan gizi lanjut usia yang berada di keluarga dilakukan oleh tenaga kesehatan
melalui pendampingan tenaga kesehatan terhadap anggota keluarga dalam meningkatkan dan
mempertahankan status gizi lanjut usia. Pelayanan gizi lanjut usia di keluarga terdiri dari:
a. Pendidikan Gizi
Pendidikan pada lanjut usia yang dilakukan di rumah pada prinsipnya memberikan
pendidikan lanjut usia dan keluarganya yang bertujuan agar lanjut usia:
- Mendapatkan gizi yang cukup sesuai dengan kondisinya (sehat/sakit)
- Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
- Mengatasi perubahan fungsi saluran pencernaan yang menyertai proses penuaan.
- Mencegah dan menghambat osteoporosis dan mencegah terjadinya gangguan gizi
(kegemukan/obesitas atau kurang gizi termasuk kurang zat gizi mikro.
b. Penyediaan Makanan
Penyediaan makanan pada lanjut usia sebaiknya dilkukan oleh anggota keluarga stau
pengasuh khusus untuk lanjut usia. Tenaga kesehatan dan ahligizi dari
puskesmasmelakukan kunjungan rumah untuk memberikan nasehat diet dan membantu
menyusun menu untuk lanjut usia.
c. Rujukan

35
Pada kasus tertentu yang membutuhkan penanganan khusu dan lebih lanjut seperti tidak
ada asupan makanan 3 hari terakhir dan terjadi penurunan status gizi (menjadi semakin
kurus,lemah, lesu) dan dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk mendapatpelayanan kesehatan
lebih lanjut.

2. Kelompok Lanjut Usia


Kelompok lanjut usia (Poksila) adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya
Masyarakat (UKBM), sebagai wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, dimana
proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama dengan Iintas
sektor, LSM, swasta dan organisasi sosial dengan kegiatan utama adalah upaya promotif dan
preventif. Kegiatan Kelompok Lanjut Usia dilakukan oleh kader terlatih yang didampingi
oleh tenaga kesehatan.
Pelayanan gizi pada kelompok lanjut usia diberikan dalam bentuk :
1. Penyuluhan gizi
Dilakukan oleh tenaga kesehatan atau kader terlatih.Topik penyuluhan disesuaikan
dengan masalah gizi yang ada pada lanjut usia.
2. Pemantauan status gizi
3. Pemantauan status gizi menggunakan KMS lanjut usia yaitu pengukuran tinggi badan
dan berat badan, dilakukan secara berkala (sebulan sekali) bersama-sama dengan
pemeriksaan kesehatan lain. Evaluasi status gizi dilakukan oleh kader yang dibimbing
oleh tenaga kesehatan.

4. Konseling gizi.
Diberikan pada lanjut usia yang membutuhkan diet khusus seperti menderita penyakit
denegeratif yang dapat dilakukan di Poksila atau dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
5. Pemberian makanan tambahan.
Pemberian makanan tambahan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan
status gizi lanjut usia.

36
3. Panti Sosial Tresna Wredha
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) merupakan suatu institusi dibawah naungan Dinas
Sosial yang merawat para lanjut usia.
Kegiatan pelayanan gizi di panti werdha meliputi :
1. Penyuluhan gizi
Dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dari dinas kesehatan, puskesmas atau dari fasilitas
pelayanan kesehatan swasta. Topik penyuluhan disesuaikan dengan masalah gizi yang
ada pada lanjut usia.
2. Pemantauan status gizi
Pemantauan status gizi dilaksanakan oleh pengurus PSTW atau kader dibantu oleh tenaga
kesehatan secara berkala bersama-sama dengan pemeriksaan kesehatan lain. Evaluasi
status gizi dilakukan setiap bulan dengan menggunakan KMS lanjut usia.
3. Penyelenggaraan makanan
Penyusunan diet dan menu dapat dilakukan untuk kelompok namun tetap
memperhitungkan kebutuhan individu lanjut usia yang dirawat. Untuk kegiatan ini
sebaiknya panti memiliki ahli gizi sendiri agar pelayanannya dapat berlangsung dengan
lebih baik. Contoh menu dapat dilihat pada lampiran.
4. Konseling gizi
Pada kasus yang memerlukan konseling gizi pada lanjut usia di PSTW, diberikan
konseling oleh ahli gizi atau tenaga kesehatan yang terlatih. Bila ada masalah lebih lanjut
sebaiknya dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.

37
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Batasan Umur lanjut usia menurut Kementerian Kesehatan adalah: Pra lanjut usia (45-59
tahun); Lanjut usia (60-69 tahun) dan Lanjut usia risiko tinggi (≥70 tahun atau usia ≥ 60
tahun dengan masalah kesehatan)
2. Proses menua sangat individual dan berbeda perkembangannya pada tiap individu, karena
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Asupan makanan sangat mempengaruhi
proses menua karena seluruh aktivitas sel atau metabolisme dalam tubuh memerlukan
zat-zat gizi yang cukup.
3. Kebutuhan gizi lanjut usia sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan biologis dan
fisiologis serta faktor sosial ekonomi, psikososial dan lingkungan.. Angka kecukupan gizi
(AKG) adalah angka kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi hanpir semua orang
menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas untuk mencegah
terjadinya defisiensi gizi. Gizi yang dianjurkan untuk kelompok umur lansia meliputi
kebutuhan energi, kebutuhan protein, kebutuhan lemak, kebutuhan vitamin dan mineral
dan kebutuhan serat serta cairan.
4. Masalah pada kelompok lanjut usia yang berhubungan dengan nutrisi adalah kegemukan
atau obesitas, malnutrisi/KEK dan kekurangan zat mikro lainnya. Beberapa penyakit
kronik degeneratif yang berhubungan dengan status gizi yaitu jantung koroner, hipertensi,
diabetes melitus, osteoarthritis (pengapuran tulang), osteoporois (keropos tulang) dan
arthritis Gout
5. Pelayanan gizi secara individu dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan oleh Tim
Asuhan Gizi dan merupakan salah satu bagian pelayanan kesehatan lanjut usia/geriatri
yang terpadu, sehingga pelaksanaannya ditangani bersama-sama secara terkordinasi oleh
berbagai disiplin ilmu terkait.
6. Pelayanan gizi masyarakat ditujukan bagi lanjut usia yang berada di keluarga, kelompok
lanjut usia (posyandu lanjut usia, pos pembinaan terpadu/posbindu, dll) dan panti werdha.
Baik pelayanan gizi individu maupun masyarakat sangat membutuhkan kerjasama antara

38
lanjut usia, keluarga/pengasuh dengan tim asuhan gizi untuk menunjang keberhasilan
pelayanan gizi lanjut usia.

c. Saran
1. Kelompok Lanjut Usia
Untuk selalu menjaga pola makan dan mengikuti pesan gizi seimbang untuk makanan
kelompok lanjut usia. Selain itu pintar untuk mengelola stress dan melakukan hal-hal yang
menyenangkan.
2. Masyrakat
Mempersiapkan masa tua dengan baik melalui mengatur pola makan sejak masih muda
untuk mencegah masalah-masalah yang terjadi akibat kelalainan dalam mengatur pola
makan
3. Pemerintah
Menjalankan program pemerintah yang “Ramah Lansia” agar program kesehatan yang ada
dapat mencakup seluruh lansia, dengan cara mengoptimalkan peran posbindu lansia di
masyarakat.

39
DAFTAR PUSTAKA

Morley JE, Silver AJ. Nutritional issues in nursing home care. Ann Intern Med 1995;123:850-59.
20.
Enny E, Elnovriza D, Hamid S. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi usila di Kota
Padang tahun 2006. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2006;1(1):5-8. 21.

Saniawan IM. Status gizi pada lanjut usia pada Banjar Paang Tebel di Desa Peguyangan Kaja
Wilayah Kerja Puskesmas III Denpasar Utara. Jurnal Ilmiah Keperawatan 2009;2(1):45-9.

Ninna Rohmawati, dkk. 2015. Tingkat Kecemasan, asupan makan,dan status gizi pada lansia di
Kota Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik:Yogyakarta

Kementerian Kesehatan.2018. Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia:Jakarta

Permenkes Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi
Bangsa Indonesia.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:Jakarta

Kemenkes. 2012. Pelayanan Gizi Lanjut Usia. Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia:Jakarta

Kemenkes. 2011. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). Ditjen Bina Upaya Kesehatan:Jakarta

40

Anda mungkin juga menyukai