Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Skripsi Bab 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Estimasi Biaya

Definisi perkiraan biaya adalah seni memperkirakan kemungkinan jumlah biaya


yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan pada informasi yang tersedia
pada waktu itu (Iman Soeharto - National Estimating Society – USA), berdasarkan
definisi, tersebut maka perkiraan biaya mempunyai pengertian sebagai berikut :

1. Perkiraan biaya yaitu melihat, memperhitungkan dan mengadakan perkiraan


atas hal–hal yang akan terjadi selanjutnya.
2. Analisis biaya yang berarti pengkajian dan pembahasan biaya yang pernah ada
dan dapat digunakan sebagai informasi yang penting

Estimasi biaya merupakan hal penting dalam dunia industri konstruksi. Ketidak-
akuratan dalam  estimasi dapat memberikan efek negatif pada seluruh proses
konstruksi dan semua pihak yang  terlibat. Menurut Pratt (1995) fungsi dari estimasi
biaya dalam industri konstruksi adalah untuk : 

1. Melihat apakah perkiraan biaya konstruksi dapat terpenuhi dengan biaya yang
ada.
2. Mengatur aliran dana ketika pelaksanaan konstruksi sedang berjalan.
3. Kompentesi pada saat proses penawaran. Estimasi biaya berdasarkan
spesifikasi dan gambar kerja yang disiapkan owner harus menjamin bahwa
pekerjaan akan terlaksana dengan tepat dan kontraktor dapat menerima
keuntungan yang layak.

Biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung secara cermat dan telilti
serta memenuhi syarat. Biaya pada setiap bangunan akan berbeda-beda di masing-
masing kota lainnya, disebabkan harga bahan dan upah. Dalam pelaksanaan suatu
proyek konstruksi, perencanaan biaya merupakan fungsi yang paling pokok dalam
mewujudkan tujuan proyek seperti halnya kesesuaian biaya, waktu dan mutu perlu
dilakukuan secara terpadu dan menyeluruh, terlebih khusus dalam hal biaya
diperlukan untuk bahan dan upah. (Novel, Sompie, & Malingkas, 2014)
7
Banyak diantara para pelaksana (kontraktor) proyek yang mengabaikan
kegunaan perhitungan biaya yang nyata dan kurang memanfaatkannya dalam
pekerjaan baik menyangkut waktu, mutu, dan biaya. Perencanaan biaya suatu
bangunan atau proyek ialah perhitungan biaya yang diperlukan untuk bahan dan
upah, serta biaya-biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan dan
proyek tersebut. Penganggaran biaya adalah proses membuat alokasi biaya untuk
masing-masing aktivitas dari keseluruhan biaya yang muncul pada proses
estimasi. Dari proses ini didapatkan cost baseline yang digunakan untuk menilai
kinerja proyek. (KAUTSAR, 2014)

Perencanaan biaya nyata adalah proses perhitungan volume pekerjaan, harga


dari berbagai macam bahan dan pekerjaan pada suatu bangunan atau proyek
bedasarkan data-data yang sebenarnya. Kegiatan perencanaan merupakan dasar
untuk membuat sistem pembiayaan dari jadwal pelaksanaan konstruksi, untuk
meramalkan kejadian pada suatu bangunan atau proyek, berdasarkan data-data
yang sebenarnya.

Hal lain yang ikut mengkontribusi biaya adalah:

1. Produktivitas Tenaga Kerja

2. Kesediaan material

3. Ketersediaan peralatan

4. Cuaca

5. Jenis kontrak

6. Masalah kualitas

7. Etika

8. Sistem pengendalian

9. Kemampuan manajemen

Perencanaan anggaran biaya adalah proses perhitungan volume pekerjaan,


harga dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan terjadi pada suatu
konstruksi. (Ir. Soedrajat S, Analisa (cara modern) Anggaran Biaya Pelaksanaan
Lanjutan , Nova, Bandung.)

8
2.1.1 Jenis Anggaran Proyek
Menurut Iman Soeharto dalam bukunya, Manajemen Proyek Dari
Konseptual Sampai Operasional, 1995, sesuai dengan fungsinya,
perkiraan anggaran biaya dibuat pada kurun waktu tertentu dalam siklus
proyek. Setidaknya terdapat dua titik kritis dilihat dari sudut kelayakan
dan kelangsungan suatu proyek atau investasi:

1. Akhir tahap konseptual apabila studi kelayakan proyek telah


diselesaikan.
2. Akhir tahap perencanaan apabila keterangan yang di berikan telah
lengkap dan terperinci, guna pengambilan keputusan dilanjutkan
atau tidaknya investasi pembangunan proyek.
Anggaran yang dihasilkan dari usaha optimal disebut dengan
Anggaran biaya definitive (ABD ), fungsi utamanya adalah :
1. Bagi pemilik (kontrak harga tidak tetap), sebagai patokan kegiatan
pengendalian biaya;
2. Bagi kontraktor (kontrak harga tetap), sebagai angka dasar
pengendalian biaya internal.
Karena fungsi pokok Analisa Biaya Difinitif ( ABD ) adalah sebagai
tolak ukur pengendalian biaya proyek, maka kualitas anggaran biaya
definitive akan sangat menentukan keberlanjutan investasi.

2.1.2 Kualitas Perkiraan Biaya


Dalam bukunya Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai
Operasional, 1995, Imam Soeharto menjelaskan bahwa kualitas
estimasi berkaitan erat dengan keakuratan estimasi, yang mana kualitas
estimasi dapat di lihat dari kelengkapan data dan informasi, teknik dan
metode estimasi yang di gunakan, kecakapan dan pengalaman estimator
serta tujuan pemakaian perkiraan biaya.
Pengindentifikasian lingkup kegiatan yang akan di kerjakan
kemudian mengkalikannya dengan biaya adalah langkah pertama kali
yang harus dilakukan dalam seorang estimator dalam menentukan total
biaya proyek. Dalam hal ini se rang estimator di tuntut memiliki

9
kecakapan, pengalaman serta judgment yang tepat karena amat
menentukan hasil akhir dari suatu pekerjaan
.

2.1.3 Metode Perkiraan Biaya


Metode menganalisis unsur-unsurnya merupakan saslah satu metode
perkiraan biaya yang sering dipakai. Klasifikasi fungsi menurut unsur-
unsurnya menghasilkan bagian atau komponen lingkup proyek yang
berfungsi sama
Bila pengelompokan unsur-unsur berdasarkan fungsi tersusun maka
perkiraan biaya dapat dimulai sejak awal proyek (membuat perkiraan
biaya kasar) sampai kepada anggaran yang amat akurat (anggaran
definitif). (Sumber : Iman Soeharto, Manajemen Proyek Dari
Konseptual Sampai Operasional, 1995).

2.2. Biaya Konstruksi Proyek

Hal-hal yang perlu di perhatikan dan sangat erat hubungan nya dengan biaya
konstruksi adalah :
1. Tenaga Kerja Konstruksi
Tenaga kerja merupakan salah satu factor penentu dalam keberhasilan
penyelenggaraan suatu proyek.
2. Peralatan Konstruksi
Peralatan konstruksi adalah alat / peralatan yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan konstruksi secara mekanis.
Keberhasilan dari suatu proyek bangunan tidak terlepas dari peralatan apa yang
menunjang pelaksanaan proyek tersebut. Dimana penggunaan peralatan sangat
menentukan kualitas dan lancarnya pekerjaan yang dilaksanakan. Dengan
mengenal lingkup kerja proyek dan jadwal pelaksanaannya, maka dapat dianalisis
macam dan jumlah peralatan konstruksi yang diperlukan.

2.2.1 Biaya Langsung

1
0
Biaya langsung atau direct cost adalah biaya yang berkaitan langsung
dengan pekerjaan atau menjadi komponen permanen hasil akhir bangunan
konstruksi. Biaya langsung terdiri dari :
1. Biaya material
2. Biaya upah tenaga kerja
3. Biaya peralatan

2.2.2 Biaya Tidak Langsung


Biaya tidak langsung atau indirect cost adalah biaya yang tidak terkait
langsung dengan besaran volume komponen fisik hasil akhir proyek, tetapi
mempunyai kontribusi terhadap penyelesaian pekerjaan atau proyek. Biaya
tidak langsung terdiri dari :
1. Overhead umum
2. Overhead proyek
3. Profit
4. Pajak

2.3 Rencana Anggaran Biaya

Menurut Bachtiar Ibrahim dalam bukunya Rencana dan Estimate Real of Cost,
1993, yang dimaksud nrencana anggaran biaya (begrooting) suatu bangunan atau
proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah,
serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek
tersebut.
RAB merupakan perkiraan atau estimasi, ialah suatu rencana biaya
sebelum bangunan/proyek dilaksanakan. Diperlukan baik oleh pemilik
bangunan atau owner maupun kontraktor sebagai pelaksana pembangunan. RAB
yang biasa juga disebut biaya konstruksi dipakai sebagai acuan dan pegangan
sementara dalam pelaksanaan. Karena biaya konstruksi sebenarnya (actual
cost) baru dapat disusun setelah selesai pelaksanaan proyek.

Estimasi biaya konstruksi dapat dibedakan atas estimasi kasaran


(approximate estimates atau preliminary estimates) dan estimasi teliti atau
estimasi detail (detailed estimates). Estimasi kasaran biasanya diperlukan untuk
pengusulan atau pengajuan anggaran kepada instansi atasan, misalnya pada
1
1
pengusulan DIP (Daftar Isian Proyek) proyek-proyek pemerintah, dan juga
digunakan dalam tahap studi kelayakan suatu proyek. Sedangkan estimasi
detail adalah RAB lengkap yang dipakai dalam penilaian penawaran pada
pelelangan, serta sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembangunan.

Estimasi detail pada hakekatnya merupakan RAB lengkap yang


terperinci termasuk biaya-biaya tak langsung atau overhead, keuntungan
kontraktor dan pajak. Biasanya biaya overhead, keuntungan dan pajak
diperhitungkan berdasar persentase (%) terhadap biaya konstruksi (bouwsom).
(Sastraatmadja, A. S. (1994). Analisa anggaran biaya pelaksanaan. Nova. Jakarta.

1
2
Menurut Smith (1995) tingkatan RAB atau estimasi dalam pekerjaan teknik sipil,
atau proyek pada umumnya, dapat dibagi atas tujuh tahap :

a. Preliminary estimate, merupakan hitungan kasaran sebagai awal estimasi atau estimasi
kasaran;

b. Appraisal estimate, dikenal sebagai estimasi kelayakan (feasibility estimate);


diperlukan dalam rangka membandingkan beberapa estimasi alternatif dan suatu
rencana (scheme) tertentu;

c. Proposal estimate, adalah estimasi dari rencana terpilih (selected scheme);


biasanya dibuat berdasar suatu konsep desain dan studi spesifikasi desain yang akan
mengarah kepada estimasi biaya untuk pembuatan garis-garis besar desain (outline
design);

d. Approved estimate, modifikasi dan proposal estimate bagi kepentingan client atau
pelanggan, dengan maksud menjadi dasar dalam pengendalian biaya proyek;

e. Pre-tender estimate, merupakan penyempurnaan dan approved estimate


berdasar desain pekerjaan definitif sesuai informasi yang tersedia dalam dokumen
tender atau RKS, dipersiapkan untuk evaluasi penawaran pada lelang ;

f. Post-contract estimate, adalah perkembangan lebih lanjut mencerminkan besar biaya


setelah pelulusan dan tercantum dalam kontrak; memuat perincian- uang dengan
masing-masing pekerjaan (bill of quantities) serta pengeluaran lainnya;

g. Achieved cost, merupakan besar biaya sesungguhnya atau real cost, disusun
setelah proyek selesai digunakan sebagai data atau masukan untuk proyek
mendatang.

Menurut Sugeng Djojowirono, 1984, rencana anggaran biaya adalah perkiraan biaya yang
diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan diperoleh
biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek. Biaya (anggaran) adalah

II - 13
jumlah dari masing-masing hasil perkiraan volume dengan harga satuan pekerjaan yang
bersangkutan.

Rumus umum :
RAB = Σ(Volume) x Harga Satuan Pekerjaan
Menurut Ir. A. Soedradjat Sastra atmadja (1984), dalam bukunya ”Analisa Anggaran
Pelaksanaan“, bahwa rencana anggaran biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Rencana anggaran terperinci
2. Rencana anggaran biaya kasar.
Menurut J. A. Mukomoko, dalam bukunya Dasar Penyusunan Anggaran Biaya
Bangunan, 1987 dalam menyusun biaya diperlukan gambar-gambar bestek serta rencana
kerja, daftar upah, daftar harga bahan, buku analisis, daftar susunan rencana biaya, serta
daftar jumlah tiap jenis pekerjaan.
Menurut Bachtiar Ibrahim, dalam bukunya Rencana dan Estimate Real of Cost, 1993,
peyusunan anggaran biaya yang dihitung dengan teliti, didasarkan atau didukung oleh
gambar bestek. Gambar bestek adalah gambar lanjutan dari uraian gambar Pra Rencana, dan
gambar detail dasar dengan skala (PU = Perbandingan Ukuran) yang lebih besar. Gambar
bestek merupakan lampiran dari uraian dan syarat-syarat (bestek) pekarjaan.

2.3.1 Volume / Kubikasi Pekerjaan


Menurut Bachtiar Ibrahim, dalam buku Rencana dan Estimate Real of Cost,
cetakan keempat, Jakarta, 2007, volume pekerjaan adalah jumlah banyaknya
volume pekerjaan dalam satu satuan.

2.3.2 Harga Satuan Pekerjaan


Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja
berdasarkan perhitungan analisis.
Rumus umum :
H.S. Pekerjaan = H.S. Bahan + H.S. Upah + H.S. Alat

II - 14
2.3.3 Analisa Harga Satuan
Analisa harga satuan pekerjaan adalah analisa material, upah tenaga kerja, dan
peralatan untuk membuat satu-satuan pekerjaan tertentu yang diatur dalam pasal-
pasal analisa BOW maupun SNI, dari hasilnya ditetapkan koefisien pengali untuk
material, upah tenaga kerja dan peralatan segala jenis pekerjaan. Sedangkan analisis
Lapangan ditetapkan berdasarkan perhitungan kontraktor pelaksana.

1. Analisa Harga Satuan Bahan


Analisa bahan suatu pekerjaan, adalah volume masing –masing bahan dan
besarnya biaya yang diperlukankan
Rumus umum :
Σ Bahan = Volume pekerjaan x Koefisien analisa bahan
2. Analisa Harga Satuan Upah
Analisa upah suatu pekerjaan adalah, banyaknya tenaga yang diperlukan,
serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut. (Bachtiar
Ibrahim, 1993)
Rumus umum :
Σ Tenaga Kerja = Volume Pekerjaan x Koefisien analisa tenaga kerja
3. Analisa Harga Satuan Alat
Keluaran harga satuan dasar alat adalah Harga Satuan Dasar Alat yang
meliputi biaya pasti, biaya operasi dan pemeliharaan dan biaya operatornya.

II - 15
2.3.4 Metode Perhitungan
Sebelum memulai menghitung harga satuan pekerjaan, maka harus mampu
menguasai cara pemakaian analisa BOW, SNI. Dalam analisa BOW, telah
ditetapkan angka jumlah tenaga kerja dan bahan untuk suatu pekerjaan. Sedangkan
SNI adalah analisa BOW yang telah diperbaharui. Prinsip yang terdapat dalam
metode BOW mencakup daftar koefisien upah dan bahan yang telah ditetapkan.
Dari kedua koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang
diperlukan dan kalkulasi upah yang mengerjakan. Komposisi, perbandingan dan
susunan material serta tenaga kerja pada satu pekerjaan sudah ditetapkan, yang
selanjutnya dikalikan dengan harga satuan upah yang berlaku saat itu.
Analisa dengan metode SNI, untuk kebutuhan bahan atau material dan
kebutuhan upah sama dengan metode BOW, akan tetapi besarnya nilai koefisien
bahan dan upah tenaga kerja berbeda dengan analisa BOW. Sedangkan dengan
metode Lapangan digunakan perhitungan harga satuan pekerjaan dari kontraktor
pelaksana proyek konstruksi:
1. Analisa Harga Satuan Metode BOW
Prinsip yang terdapat dalam metode BOW mencakup daftar koefisien upah
dan bahan yang telah ditetapkan. Keduanya menganalisa harga (biaya) yang
diperlukan untuk membuat harga satuan pekerjaan bangunan. Dari kedua
koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan dan
kalkulasi upah yang mengerjakan. Komposisi, perbandingan dan susunan
material serta tenaga kerja pada satu pekerjaan sudah ditetapkan, yang
selanjutnya dikalikan dengan harga satuan material dan harga satuan upah yang
berlaku pada daerah setempat.

2. Analisa Harga Satuan Metode SNI

II - 16
Prinsip perhitungan harga satuan pekerjaan dengan metode SNI hamper
sama dengan perhitungan dengan metode BOW, akan tetapi terdapat perbedaan
dengan metode BOW yaitu besarnya nilai koefisien bahan dan upah tenaga
kerja.Dalam pelaksanaan perhitungan satuan pekerjaan harus didasarkan pada
gambar teknis dan rencana kerja serta syarat-syarat yang berlaku (RKS ).
Perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 15 % - 20 %,
dimana didalamnya termasuk angka susut, yang besarnya tergantung dari jenis
bahan dan komposisi.
3. Analisa Harga Satuan Metode Lapangan
Menurut A. Soedradjat Sastraatmadja dalam buku Anggaran Biaya
Pelaksanaan menjelaskan penaksiran anggaran biaya adalah proses perhitungan
volume pekerjaan, harga dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan
terjadi pada suatu konstruksi. . Sehingga analisis yang diperoleh langsung
diambil dari kenyataan yang ada di lapangan berikut dengan perhitungan
koefisien / indeks lapangannya.

II - 17
2.4 Hasil Penelitian Yang Pernah Di Lakukan

Hasil penelian yang pernah di lakukan adalah sebagai berikut :


1. Studi analisa harga satuan pekerjaan beton dengan metode BOW, SNI dan lapangan
pada proyek irigasi batang anai II oleh Nasrul (2013).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah dari perbandingan harga satuan pekerjaan
antara metoda BOW , SNI dan lapangan yang menjadi pembeda yang dominan adalah
harga satuan upah.

2. Perbandingan estimasi anggaran biaya antara metode BOW, SNI dan kontraktor.
Andi asnur pranata (2011)
Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil estimasi anggaran biaya yang lebih
ekonomis adalah dengan metoda kontraktor, di bandingkan dengan metoda BOW
dan SNI.

3. Studi Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pada Konstruksi Gedung Dengan Metoda
BOW, SNI dan Lapangan (studi kasus pekerjaan beton bertulang pada proyek
pembangunan Gedung Olahraga Kabupaten Wajo) oleh Muhammad Khalim HM
(2008)

Dari hasil perhitungan dan pembahasan yang telah dilakukan, di peroleh beberapa
kesimpulan diantaranya :

1) Harga satuan bahan metode BOW lebih besar 58,94% dibandingkan dengan
SNI dan 19,89% dibandingkan dengan lapangan dengan rasio perbandingan
BOW > SNI (2,44), BOW > Lapangan (1,25) dan Lapangan > SNI (1,95).
2) Komponen dominan yang menjadi persamaan dalam perhitungan harga satuan
adalah dalam menentukan indeks bahan didasarkan pada banyaknya bahan

II - 18
yang digunakan tiap satuan pekerjaan dan indeks tenaga kerja didasarkan
pada upah harian kerja dan serta produktifitas pekerja dalam menyelesaikan
pekerjaan persatuan hari.

3) Dari perbandingan harga satuan pekerjaan antara BOW, SNI dan lapangan,
terlihat bahwasanya, komponen dominan yang menjadi pembeda adalah harga
satuan upah. Dari hasil penelitian pada pekerjaan adukan beton, pembesian
dan bekisting menunjukan bahwasanya persentase perbandingan antara ketiga
metode tersebut yang paling dominan adalah harga satuan upah.
4) Rasio perbandingan indeks bahan pembesian lapangan > SNI (2,75),
Lapangan > BOW (3,75) dan SNI > BOW (1,36).

4. Evaluasi Perbandingan Rencana Anggaran Biaya Antara Metode BOW dan


Metode SNI (Studi kasus proyek perumahan dan proyek irigasi) oleh Joko Waluyo
(2006)

Dari hasil perhitungan dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa
kesimpulan antara lain :
1) Dari perhitungan didapatkan perbandingan harga total antara metode BOW
dan metode SNI pada proyek irigasi dan proyek perumahan. Pada proyek
irigasi selisih anggaran biaya antara metode BOW dan metode SNI adalah
sebesar Rp. 103.706.344,40. Pada proyek irigasi ini metode BOW lebih
mahal dibanding dengan metode SNI yaitu sebesar 13,39 %. Pada proyek
perumahan selisih anggaran biaya antara metode BOW dan metode
SNI adalah sebesar Rp.15.218.232,90. Pada proyek perumahan ini metode
BOW lebih mahal dibanding dengan metode SNI dengan prosentase
perbandingan adalah 16,23 %.
2) Dari hasil perbandingan diatas jelas terlihat baik pada proyek irigasi
maupun pada proyek perumahan, metode SNI lebih efisien dibandingkan
dengan metode BOW.

II - 19
3) Tabel komponen perbedaan dan persamaan metode BOW dan SNI :

No Metode BOW Metode SNI

II - 20
1 Dalam menentukan indeks atau Dalam Menentukan indeks atau
besarnya koefisien bahan, besarnya koefisien bahan,
berdasarkan pada banyaknya berdasarkan pada banyaknya
bahan yang digunakan tiap bahan yang digunakan tiap satuan
satuan pekerjaan, perbedaan pekerjaan, perbedaan terjadi
terjadi karena terdapat karena terdapat perbedaan
perbedaan kapasitas bahan kapasitas bahan yang digunakan
yang digunakan dalam dalam menyelesaikan pekerjaan.
menyelesaikan pekerjaan.
Besarnya safety factor tidak
tetap dan tidak tentu besarnya.
2 Indeks upah tenaga berdasarkan Indeks upah tenaga berdasarkan
kepada upah harian kerja, serta kebutuhan waktu untuk
produktivitas pekerja dalam mengerjakan tiap satuan
menyelesaikan pekerjaan per pekerjaan. Perhitungan indeks
satuan hari. Dalam tabel upah tenaga berdasarkan jam kerja
perbandingan prosentase diatas efektif yaitu 5 jam per hari.
terlihat satuan upah sangat
dominan sebagai pembeda
dengan metode SNI, dimana
metode BOW memiliki
prosentase yang lebih besar
dikarenakan kualitas sumber
daya yang ada pada saat itu
masih rendah bila dibandingkan
dengan sumber daya yang ada
sekarang.
3 Dalam menentukan indeks Indeks peralatan didapatkan
peralatan didapatkan dari berdasarkan pada perhitungan
perkiraan rata-rata alat sesuai dengan kapasitas peralatan
berproduksi, dikarenakan pada berproduksi.
metode BOW tidak terdapat
perhitungan peralatan.

Dari perbandingan biaya antara metode BOW dan metode SNI, terlihat bahwasanya
komponen dominan yang menjadi pembeda antara kedua metode tersebut adalah
harga satuan upah. Dari hasil penelitian hampir semua item pekerjaan menunjukkan
bahwasanya prosentase perbandingan antara kedua metode tersebut yang paling
dominan adalah harga satuan upah.
5. Studi Komparatif Indeks Pekerjaan Bekisting Kolom, Balok dan Pelat Lantai
Berdasarkan Analisis BOW dan Analisis Lapangan oleh Irman Fakhrudin dan
Miftahul Iman (2003)

II - 21
Hasil penelitian secara umum dapat disimpulkan bahwa indeks tenaga kerja
untuk tiap jenis pekerjaan berdasarkan metode analisis lapangan lebih hemat
daripada metode analisis BOW dengan efisiensi penghematan berdasarkan harga
upah pada masing-masing pekerjaan sebagai berikut :
1) Pekerjaan Bekisting Kolom = 68,23 %
2) Pekerjaan Bekisting Balok = 63,26 %
3) Pekerjaan Bekisting Pelat Lantai = 44,16 %

II - 22

Anda mungkin juga menyukai