Skripsi Bab 2
Skripsi Bab 2
Skripsi Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
Estimasi biaya merupakan hal penting dalam dunia industri konstruksi. Ketidak-
akuratan dalam estimasi dapat memberikan efek negatif pada seluruh proses
konstruksi dan semua pihak yang terlibat. Menurut Pratt (1995) fungsi dari estimasi
biaya dalam industri konstruksi adalah untuk :
1. Melihat apakah perkiraan biaya konstruksi dapat terpenuhi dengan biaya yang
ada.
2. Mengatur aliran dana ketika pelaksanaan konstruksi sedang berjalan.
3. Kompentesi pada saat proses penawaran. Estimasi biaya berdasarkan
spesifikasi dan gambar kerja yang disiapkan owner harus menjamin bahwa
pekerjaan akan terlaksana dengan tepat dan kontraktor dapat menerima
keuntungan yang layak.
Biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung secara cermat dan telilti
serta memenuhi syarat. Biaya pada setiap bangunan akan berbeda-beda di masing-
masing kota lainnya, disebabkan harga bahan dan upah. Dalam pelaksanaan suatu
proyek konstruksi, perencanaan biaya merupakan fungsi yang paling pokok dalam
mewujudkan tujuan proyek seperti halnya kesesuaian biaya, waktu dan mutu perlu
dilakukuan secara terpadu dan menyeluruh, terlebih khusus dalam hal biaya
diperlukan untuk bahan dan upah. (Novel, Sompie, & Malingkas, 2014)
7
Banyak diantara para pelaksana (kontraktor) proyek yang mengabaikan
kegunaan perhitungan biaya yang nyata dan kurang memanfaatkannya dalam
pekerjaan baik menyangkut waktu, mutu, dan biaya. Perencanaan biaya suatu
bangunan atau proyek ialah perhitungan biaya yang diperlukan untuk bahan dan
upah, serta biaya-biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan dan
proyek tersebut. Penganggaran biaya adalah proses membuat alokasi biaya untuk
masing-masing aktivitas dari keseluruhan biaya yang muncul pada proses
estimasi. Dari proses ini didapatkan cost baseline yang digunakan untuk menilai
kinerja proyek. (KAUTSAR, 2014)
2. Kesediaan material
3. Ketersediaan peralatan
4. Cuaca
5. Jenis kontrak
6. Masalah kualitas
7. Etika
8. Sistem pengendalian
9. Kemampuan manajemen
8
2.1.1 Jenis Anggaran Proyek
Menurut Iman Soeharto dalam bukunya, Manajemen Proyek Dari
Konseptual Sampai Operasional, 1995, sesuai dengan fungsinya,
perkiraan anggaran biaya dibuat pada kurun waktu tertentu dalam siklus
proyek. Setidaknya terdapat dua titik kritis dilihat dari sudut kelayakan
dan kelangsungan suatu proyek atau investasi:
9
kecakapan, pengalaman serta judgment yang tepat karena amat
menentukan hasil akhir dari suatu pekerjaan
.
Hal-hal yang perlu di perhatikan dan sangat erat hubungan nya dengan biaya
konstruksi adalah :
1. Tenaga Kerja Konstruksi
Tenaga kerja merupakan salah satu factor penentu dalam keberhasilan
penyelenggaraan suatu proyek.
2. Peralatan Konstruksi
Peralatan konstruksi adalah alat / peralatan yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan konstruksi secara mekanis.
Keberhasilan dari suatu proyek bangunan tidak terlepas dari peralatan apa yang
menunjang pelaksanaan proyek tersebut. Dimana penggunaan peralatan sangat
menentukan kualitas dan lancarnya pekerjaan yang dilaksanakan. Dengan
mengenal lingkup kerja proyek dan jadwal pelaksanaannya, maka dapat dianalisis
macam dan jumlah peralatan konstruksi yang diperlukan.
1
0
Biaya langsung atau direct cost adalah biaya yang berkaitan langsung
dengan pekerjaan atau menjadi komponen permanen hasil akhir bangunan
konstruksi. Biaya langsung terdiri dari :
1. Biaya material
2. Biaya upah tenaga kerja
3. Biaya peralatan
Menurut Bachtiar Ibrahim dalam bukunya Rencana dan Estimate Real of Cost,
1993, yang dimaksud nrencana anggaran biaya (begrooting) suatu bangunan atau
proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah,
serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek
tersebut.
RAB merupakan perkiraan atau estimasi, ialah suatu rencana biaya
sebelum bangunan/proyek dilaksanakan. Diperlukan baik oleh pemilik
bangunan atau owner maupun kontraktor sebagai pelaksana pembangunan. RAB
yang biasa juga disebut biaya konstruksi dipakai sebagai acuan dan pegangan
sementara dalam pelaksanaan. Karena biaya konstruksi sebenarnya (actual
cost) baru dapat disusun setelah selesai pelaksanaan proyek.
1
2
Menurut Smith (1995) tingkatan RAB atau estimasi dalam pekerjaan teknik sipil,
atau proyek pada umumnya, dapat dibagi atas tujuh tahap :
a. Preliminary estimate, merupakan hitungan kasaran sebagai awal estimasi atau estimasi
kasaran;
d. Approved estimate, modifikasi dan proposal estimate bagi kepentingan client atau
pelanggan, dengan maksud menjadi dasar dalam pengendalian biaya proyek;
g. Achieved cost, merupakan besar biaya sesungguhnya atau real cost, disusun
setelah proyek selesai digunakan sebagai data atau masukan untuk proyek
mendatang.
Menurut Sugeng Djojowirono, 1984, rencana anggaran biaya adalah perkiraan biaya yang
diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan diperoleh
biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek. Biaya (anggaran) adalah
II - 13
jumlah dari masing-masing hasil perkiraan volume dengan harga satuan pekerjaan yang
bersangkutan.
Rumus umum :
RAB = Σ(Volume) x Harga Satuan Pekerjaan
Menurut Ir. A. Soedradjat Sastra atmadja (1984), dalam bukunya ”Analisa Anggaran
Pelaksanaan“, bahwa rencana anggaran biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Rencana anggaran terperinci
2. Rencana anggaran biaya kasar.
Menurut J. A. Mukomoko, dalam bukunya Dasar Penyusunan Anggaran Biaya
Bangunan, 1987 dalam menyusun biaya diperlukan gambar-gambar bestek serta rencana
kerja, daftar upah, daftar harga bahan, buku analisis, daftar susunan rencana biaya, serta
daftar jumlah tiap jenis pekerjaan.
Menurut Bachtiar Ibrahim, dalam bukunya Rencana dan Estimate Real of Cost, 1993,
peyusunan anggaran biaya yang dihitung dengan teliti, didasarkan atau didukung oleh
gambar bestek. Gambar bestek adalah gambar lanjutan dari uraian gambar Pra Rencana, dan
gambar detail dasar dengan skala (PU = Perbandingan Ukuran) yang lebih besar. Gambar
bestek merupakan lampiran dari uraian dan syarat-syarat (bestek) pekarjaan.
II - 14
2.3.3 Analisa Harga Satuan
Analisa harga satuan pekerjaan adalah analisa material, upah tenaga kerja, dan
peralatan untuk membuat satu-satuan pekerjaan tertentu yang diatur dalam pasal-
pasal analisa BOW maupun SNI, dari hasilnya ditetapkan koefisien pengali untuk
material, upah tenaga kerja dan peralatan segala jenis pekerjaan. Sedangkan analisis
Lapangan ditetapkan berdasarkan perhitungan kontraktor pelaksana.
II - 15
2.3.4 Metode Perhitungan
Sebelum memulai menghitung harga satuan pekerjaan, maka harus mampu
menguasai cara pemakaian analisa BOW, SNI. Dalam analisa BOW, telah
ditetapkan angka jumlah tenaga kerja dan bahan untuk suatu pekerjaan. Sedangkan
SNI adalah analisa BOW yang telah diperbaharui. Prinsip yang terdapat dalam
metode BOW mencakup daftar koefisien upah dan bahan yang telah ditetapkan.
Dari kedua koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang
diperlukan dan kalkulasi upah yang mengerjakan. Komposisi, perbandingan dan
susunan material serta tenaga kerja pada satu pekerjaan sudah ditetapkan, yang
selanjutnya dikalikan dengan harga satuan upah yang berlaku saat itu.
Analisa dengan metode SNI, untuk kebutuhan bahan atau material dan
kebutuhan upah sama dengan metode BOW, akan tetapi besarnya nilai koefisien
bahan dan upah tenaga kerja berbeda dengan analisa BOW. Sedangkan dengan
metode Lapangan digunakan perhitungan harga satuan pekerjaan dari kontraktor
pelaksana proyek konstruksi:
1. Analisa Harga Satuan Metode BOW
Prinsip yang terdapat dalam metode BOW mencakup daftar koefisien upah
dan bahan yang telah ditetapkan. Keduanya menganalisa harga (biaya) yang
diperlukan untuk membuat harga satuan pekerjaan bangunan. Dari kedua
koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan dan
kalkulasi upah yang mengerjakan. Komposisi, perbandingan dan susunan
material serta tenaga kerja pada satu pekerjaan sudah ditetapkan, yang
selanjutnya dikalikan dengan harga satuan material dan harga satuan upah yang
berlaku pada daerah setempat.
II - 16
Prinsip perhitungan harga satuan pekerjaan dengan metode SNI hamper
sama dengan perhitungan dengan metode BOW, akan tetapi terdapat perbedaan
dengan metode BOW yaitu besarnya nilai koefisien bahan dan upah tenaga
kerja.Dalam pelaksanaan perhitungan satuan pekerjaan harus didasarkan pada
gambar teknis dan rencana kerja serta syarat-syarat yang berlaku (RKS ).
Perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 15 % - 20 %,
dimana didalamnya termasuk angka susut, yang besarnya tergantung dari jenis
bahan dan komposisi.
3. Analisa Harga Satuan Metode Lapangan
Menurut A. Soedradjat Sastraatmadja dalam buku Anggaran Biaya
Pelaksanaan menjelaskan penaksiran anggaran biaya adalah proses perhitungan
volume pekerjaan, harga dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan
terjadi pada suatu konstruksi. . Sehingga analisis yang diperoleh langsung
diambil dari kenyataan yang ada di lapangan berikut dengan perhitungan
koefisien / indeks lapangannya.
II - 17
2.4 Hasil Penelitian Yang Pernah Di Lakukan
2. Perbandingan estimasi anggaran biaya antara metode BOW, SNI dan kontraktor.
Andi asnur pranata (2011)
Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil estimasi anggaran biaya yang lebih
ekonomis adalah dengan metoda kontraktor, di bandingkan dengan metoda BOW
dan SNI.
3. Studi Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pada Konstruksi Gedung Dengan Metoda
BOW, SNI dan Lapangan (studi kasus pekerjaan beton bertulang pada proyek
pembangunan Gedung Olahraga Kabupaten Wajo) oleh Muhammad Khalim HM
(2008)
Dari hasil perhitungan dan pembahasan yang telah dilakukan, di peroleh beberapa
kesimpulan diantaranya :
1) Harga satuan bahan metode BOW lebih besar 58,94% dibandingkan dengan
SNI dan 19,89% dibandingkan dengan lapangan dengan rasio perbandingan
BOW > SNI (2,44), BOW > Lapangan (1,25) dan Lapangan > SNI (1,95).
2) Komponen dominan yang menjadi persamaan dalam perhitungan harga satuan
adalah dalam menentukan indeks bahan didasarkan pada banyaknya bahan
II - 18
yang digunakan tiap satuan pekerjaan dan indeks tenaga kerja didasarkan
pada upah harian kerja dan serta produktifitas pekerja dalam menyelesaikan
pekerjaan persatuan hari.
3) Dari perbandingan harga satuan pekerjaan antara BOW, SNI dan lapangan,
terlihat bahwasanya, komponen dominan yang menjadi pembeda adalah harga
satuan upah. Dari hasil penelitian pada pekerjaan adukan beton, pembesian
dan bekisting menunjukan bahwasanya persentase perbandingan antara ketiga
metode tersebut yang paling dominan adalah harga satuan upah.
4) Rasio perbandingan indeks bahan pembesian lapangan > SNI (2,75),
Lapangan > BOW (3,75) dan SNI > BOW (1,36).
Dari hasil perhitungan dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa
kesimpulan antara lain :
1) Dari perhitungan didapatkan perbandingan harga total antara metode BOW
dan metode SNI pada proyek irigasi dan proyek perumahan. Pada proyek
irigasi selisih anggaran biaya antara metode BOW dan metode SNI adalah
sebesar Rp. 103.706.344,40. Pada proyek irigasi ini metode BOW lebih
mahal dibanding dengan metode SNI yaitu sebesar 13,39 %. Pada proyek
perumahan selisih anggaran biaya antara metode BOW dan metode
SNI adalah sebesar Rp.15.218.232,90. Pada proyek perumahan ini metode
BOW lebih mahal dibanding dengan metode SNI dengan prosentase
perbandingan adalah 16,23 %.
2) Dari hasil perbandingan diatas jelas terlihat baik pada proyek irigasi
maupun pada proyek perumahan, metode SNI lebih efisien dibandingkan
dengan metode BOW.
II - 19
3) Tabel komponen perbedaan dan persamaan metode BOW dan SNI :
II - 20
1 Dalam menentukan indeks atau Dalam Menentukan indeks atau
besarnya koefisien bahan, besarnya koefisien bahan,
berdasarkan pada banyaknya berdasarkan pada banyaknya
bahan yang digunakan tiap bahan yang digunakan tiap satuan
satuan pekerjaan, perbedaan pekerjaan, perbedaan terjadi
terjadi karena terdapat karena terdapat perbedaan
perbedaan kapasitas bahan kapasitas bahan yang digunakan
yang digunakan dalam dalam menyelesaikan pekerjaan.
menyelesaikan pekerjaan.
Besarnya safety factor tidak
tetap dan tidak tentu besarnya.
2 Indeks upah tenaga berdasarkan Indeks upah tenaga berdasarkan
kepada upah harian kerja, serta kebutuhan waktu untuk
produktivitas pekerja dalam mengerjakan tiap satuan
menyelesaikan pekerjaan per pekerjaan. Perhitungan indeks
satuan hari. Dalam tabel upah tenaga berdasarkan jam kerja
perbandingan prosentase diatas efektif yaitu 5 jam per hari.
terlihat satuan upah sangat
dominan sebagai pembeda
dengan metode SNI, dimana
metode BOW memiliki
prosentase yang lebih besar
dikarenakan kualitas sumber
daya yang ada pada saat itu
masih rendah bila dibandingkan
dengan sumber daya yang ada
sekarang.
3 Dalam menentukan indeks Indeks peralatan didapatkan
peralatan didapatkan dari berdasarkan pada perhitungan
perkiraan rata-rata alat sesuai dengan kapasitas peralatan
berproduksi, dikarenakan pada berproduksi.
metode BOW tidak terdapat
perhitungan peralatan.
Dari perbandingan biaya antara metode BOW dan metode SNI, terlihat bahwasanya
komponen dominan yang menjadi pembeda antara kedua metode tersebut adalah
harga satuan upah. Dari hasil penelitian hampir semua item pekerjaan menunjukkan
bahwasanya prosentase perbandingan antara kedua metode tersebut yang paling
dominan adalah harga satuan upah.
5. Studi Komparatif Indeks Pekerjaan Bekisting Kolom, Balok dan Pelat Lantai
Berdasarkan Analisis BOW dan Analisis Lapangan oleh Irman Fakhrudin dan
Miftahul Iman (2003)
II - 21
Hasil penelitian secara umum dapat disimpulkan bahwa indeks tenaga kerja
untuk tiap jenis pekerjaan berdasarkan metode analisis lapangan lebih hemat
daripada metode analisis BOW dengan efisiensi penghematan berdasarkan harga
upah pada masing-masing pekerjaan sebagai berikut :
1) Pekerjaan Bekisting Kolom = 68,23 %
2) Pekerjaan Bekisting Balok = 63,26 %
3) Pekerjaan Bekisting Pelat Lantai = 44,16 %
II - 22