Nurmawaddah Andriani Pro
Nurmawaddah Andriani Pro
Nurmawaddah Andriani Pro
PROPOSAL
OLEH :
NURMAWADDAH ANDRIANI
170209054
PROPOSAL
OLEH :
NURMAWADDAH ANDRIANI
170209054
Menyetujui Mengetahui
Dosen Pembimbing Ketua Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medik
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................5
2.1 Escherichia Coli..................................................................................................5
2.1.1. Morfologi.....................................................................................................6
2.1.2. Fisiologi 6
2.1.3. Struktur antigen...........................................................................................7
2.1.4. Faktor-faktor patogenitas............................................................................7
2.1.5. Gambaran klinis..........................................................................................8
2.1.6. Pencegahan dan pengendalian...................................................................13
2.2 Cincau 14
2.2.1. Deskripsi cincau hijau...............................................................................14
2.2.2. Kandungan dan manfaat cincau hijau.......................................................15
2.2.3. Faktor yang mempengaruhi kualitas cincau hijau.....................................17
2.3 Es Cincau Hijau................................................................................................19
2.3.1. Komposisi es cincau hijau.........................................................................19
2.3.2. Cara pembuatan es cincau hijau................................................................20
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................21
3.1 Jenis Penelitian..................................................................................................21
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................21
i
3.2.1. Tempat penelitian......................................................................................21
3.2.2. Waktu penelitian........................................................................................21
3.3 Populasi dan Sampel.........................................................................................21
3.3.1. Populasi 21
3.3.2. Sampel 22
3.4 Bahan dan Cara Pengambilan...........................................................................22
3.5 Alat, Media dan Reagensia...............................................................................22
3.5.1. Alat 22
3.5.2. Media 23
3.5.3. Reagensia23
3.6 Cara Kerja.........................................................................................................23
3.7 Interprestasi Hasil.............................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................28
LAMPIRAN...................................................................Error! Bookmark not defined.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
diperlukan untuk membangun dan mengganti jaringan tubuh, untuk bekerja dan
Cincau merupakan salah satu jenis minuman yang banyak digemari masyarakat,
cenderung tawar dan aroma yang khas memberi sensasi tersendiri sebagai pelepasa
Es cincau hijau adalah salah satu minuman yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat luas. Minuman ini sangat digemari karena mudah diperoleh dan harganya
relatif murah serta manfaatnya terhadap kesehatan yaitu dapat mengatasi panas
dalam, darah tinggi, dan demam. Akan tetapi es cincau hijau yang dijual tersebut
ditemukan ditepi-tepi jalan dan terkadang berada dekat dengan selokan dan pasar
baik selama proses pembuatan es cincau hijau maupun selama berjualan. Tidak
1
2
penyimpanan dan distribusi, karena pada tahap ini produk pangan dan minuman
sangat rentan terhadap terjadinya rekontaminasi, terutama dari bakteri patogen yang
berbahaya bagi tubuh dan bakteri perusak yang dapat menyebabkan kerusakan pada
adalah Escherichia coli dan salmonella thypii. Escherichia coli dapat menyebar
melalui debu yang terkontaminasi atau melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi dengan feses bakteri ini pada umumnya terdapat didalam usus.
Bakteri ini pada umumnya terdapat didalam saluran pencernaan dan tersebar pada
semua individu. Bakteri dalam kelompok ini juga mengakibatkan banyak infeksi
pada saluran pencernaan makanan (enterik) manusia dan hewan, juga penyebab
penyakit pada beberapa tanaman. Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif,
Kontaminasi yang terjadi pada makanan atau minuman dapat menjadi media bagi
suatu penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan atau minuman yang
berat, bahkan berakibat kematian oleh karena belum baiknya penerapan hygiene
makanan atau minuman. Kejadian penyakit yang ditularkan melalui makanan atau
minuman di Indonesia cukup besar, ini terlihat dari masih tingginya penyakit infeksi
antara lain diare, keracunan makanan, dan lain-lain dapat disebabkan oleh makanan
jajanan yang tidak aman untuk dikonsumsi. Penyakit yang biasanya berkaitan dengan
makanan dapat disebabkan oleh karena tidak baiknya pengelolahan makanan yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan (fisik, biologi, dan kimia) dan faktor prilaku,
yaitu kebersihan orang yang mengolah makanan, umumnya tidak memenuhi syarat
jajanan.Jakarta: Depkes RI; 2006) dan SNI 7388: 2009 tentang Batas Maksimum
Muslim Medan Helvetia ada yang tidak memenuhi persyaratan dari teknis
(Hygiene), sehingga dapat dicurigai adanya bakteri Escherichia coli pada es cincau
hijau tersebut.
dengan judul Identifikasi Bakteri Escherichia coli Pada Es Cincau Hijau Yang Di
2. Sebagai motivasi bagi penulis untuk turut berpartisipasi aktif dalam bidang
kesehatan masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
indikator untuk menguji adanya pencemaran oleh air tinja. Meskipun Escherichia
coli merupakan mikroorganisme indikator yang dipakai di dalam analisis air untuk
menguji adanya pencemaran oleh tinja, tetapi perpindahan sebarannya tidak selalu
melalui air, melainkan dipindah sebarkan melalui kegiatan tangan ke mulut atau
Kingdom : Prokaryotae
Divisi : Gracilicutes
Kelas : Scotobacteriales
Ordo : Eubacteriales
Famili :
Enterobacteriaceae Genus :
Escherichia
5
6
2.1.1. Morfologi
Escherichia coli termasuk bakteri gram negatif, berbentuk batang, motil, tidak
membentuk spora, fakultatif anaerob, secara normal dapat berada dalam usus halus
manusia dan hewan berdarah panas termasuk unggas. Escherichia coli bersifat
Escherichia coli tumbuh baik hampir disemua media pembenihan, dapat meragikan
terlihat mengkilap seperti logam, motil, koloni rata dan tidak lengket (Talisma.
2018).
2.1.2. Fisiologi
Escherichia coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa dipakai di
enterik, sebagian besar strain Escherichia coli tumbuh sebagai koloni yang meragi
laktosa. Escherichia coli bersifat mikroaerofilik. Beberapa strain bila ditanam pada
agar darah menunjukkan hemolisis tip beta (Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI,
1994).
2.1.3. Struktur antigen
1. Antigen O (Liposakarida)
Antigen O adalah antigen terlihat dari liposakarida dinding sel terdiri dari
2. Antigen K (Kapsular)
3. Antigen H (Flagela)
Antigen H terdapat flagel dan didenaturasi atau dirusak oleh panas atau
1. Antigen Permukaan
Kedua tipe fimbriae ini penting sebagai Coloni-zation factor, yaitu untuk
perlekatan sel kuman pada sel/jaringan tuan rumah. Misalnya: antigen CFAsI dan
II melekatkan Entrophatogenic Escherichia coli pada sel epitel usus binatang (Staf
2. Enterotoksin
Ada 2 macam enterotoksin yang telah berhasil diisolasi dari Escherichia coli
a. Toksin LT (Termolabil)
b. Toksin ST (Termostabil)
Manifestasi klinis oleh Escherichia coli tergantung pada tempat infeksi dan tidak
dapat dibedakan dengan gejala atau tanda akibat proses yang disebabkan oleh bakteri
Escherichia coli dihubungkan dengan tipe penyakit usus (diare) pada manusia,
yang belum jelas diketahui (Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI, 1994).
Escherichia coli yang berhubungan dengan penyakit diare antara lain (Jawetz,
dkk, 2005):
1. Enterophatogenic E.coli (EPEC)
perawatan di negaran berkembang. EPEC melekat pada sel mukosa usus kecil.
struktur seperti cangkir, dan biasanya EPEC masuk kedalam mukosa. Karakteristik
lesi dapat dilihat diatas mikrograf elektron dari lesi biopsi usus kecil. Akibat dari
infeksi EPEC adalah diare yang cair, yang biasanya susah diatasi namun tidak kronis.
Diare EPEC berhubungan dengan berbagai serotip spesifik dari Escherichia coli.
tahap model infeksi yang menggunakan sel HEp-2 juga dapat ditunjukkan. Tes untuk
Waktu diare EPEC dapat diperpendek dan diare kronik dapat disembuhkan dengan
pemberian antibiotik.
ETEC merupakan penyebab umum diare pada musafir dan merupakan penyebab
yang sangat penting dari diare pada bayi di negara berkembang. Beberapa strain
ETEC memproduksi sebuah eksotoksin yang sifatnya labil terhadap panas (LT) (BM
80.000) dibawah control plasmida. Sub unit B nya melekat dengan Gml gangliosida
pada sisi sel epitel dari usus kecil dan memberikan fasilitas sebuah pemasukan dari
sub unit A (BM 26.000) kedalam sel, dimana akan mengaktivasi adenylyl cyclase.
Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan konsentrasi local dari cyclic adenosine
monopbosfar (CAMP), yang menghasilkan hipersekresi yang intense dan lama dari
air dan klorid serta menghambat penyerapan natrium. Lumen usus digelembungkan
dengan cairan dan hipermotility dan diare terjadi, yang berakhir untuk beberapa hari.
LT bersifat antigenik dan bereaksi silang dengan enterotoksi dari Vibrio cholera. LT
Escherichia coli. Orang yang tinggal di area dimana organisme seperti itu banyak
laboratorium; 2) Perubahan sitologik yang khas pada sel indung telur hamster Cina
atau bukan sel lain; 3) Stimulasi produksi steroid dalam biakan sel tumor adrenalin,
antiserum untuk LT. Pengujian ini dikerjakan hanya dalam laboratorium yang
terrekomendasi.
STa mengaktifkan guanylyl cyclase dalam sel epithelial enterik dan merangsang
pengeluaran cairan. Sebuah enterotoksin yang stabil dengan pemanasan lainnya, STb
akan merangsang pengeluaran cyclic nucleotide-indipendent dengan onset yang
pendek in vivo. Banyak strain STa positif juga memproduksi LT. Strain dengan
kedua toksin ini menyebabkan diare menjadi lebih berat. Plasmida yang membawa
yang gen untuk enterotoksin (LT,ST) juga membawa gen untuk faktor kolonisasi
penyebaran yang terbatas. Hal yang memungkinkan bahwa sebenarnya E.coli dapat
antara strain ETEC dengan EPEC yang menyebabkan diare pada anak. Tidak ada
hubungan antara strain enterotoksin dan yang mempunyai menyerang sel ephitelial
usus.
peningkatan resistensi terhadap antibiotik pada bakteri dan mungkin tidak dianjurkan
waktu penyakit.
3. Enterohemorrhagic E.coli (EHEC)
pada sel vero, merupakan biakan sel ginjal monyet hijau di Afrika. Ada paling tidak
colitis, sebuah bentuk diare yang parah dan dengan sindrma uremic hemolytic sebuah
shiga yang diproduksi oleh strain Shigella disentriae tipe 1; meskipun kedua toksin
secara antigen dan genetik berbeda. Dari serotipe E.coli yang memproduksi
dalam contoh klinis. EHEC O157:H7 tidak menggunak sorbitol, tidak seperti E.coli
yang lain, dan negatif dalam sorbitol MacConkey (Sorbitol digunakan kecuali
laktosa; O157:H7 juga negatif dalam tes MUG). Antisera spesifik digunakan untuk
terjadi umumnya pada anak di negara berkembang dan dalam perjalanan ke negara
tersebut. Seperti Shigella, strain EIEC memfermentasi laktosa dengan lambat atau
tidak memfermentasikan laktosa dan tidak motil. EIEC menyebakan penyakit dengan
EAEC menyebabkan diare yang akut dan kronis (dalam jangka waktu >14 hari)
pada orang di negara berkembang. Organisme ini juga menyebabkan penyakit karena
pada sel manusia. Pathogenesis EAEC penyebab diare tidak begitu dipahami dengan
baik. Meskipun demikian dinyatakan bahwa EAEC melekat pada mucosa intestinal
Penularan dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik, seperti
mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan.
Daerah pemukiman harus diasingkan dari kotoran manusia. Makanan dan air
merupakan penularan yang utama, air harus direbus terlebih dahulu sampai mendidih
Ada beberapa jenis tanaman cincau yang ada di Indonesia yaitu cincau hitam,
cincau perdu, dan cincau hijau. Cincau hitam memiliki batang yang kecil dan daun
berbentuk lonjong dengan ujung daun lancip serta menghasilkan gelatin berwarna
hijau tua. Cincau perdu memiliki batang berkayu, bercabang banyak, dan bentuk
daunnya bulat telur memanjang serta menghasilkan gelatin berwarna hijau agak tua.
Cincau hijau memiliki batang yang tumbuhnya menjalar dan daunnya berbentuk
seperti prisai atau jantung dengan bagian tengah melebar serta menghasilkan gelatin
Cincau hijau merupakan tanaman yang tumbuh di daerah dataran rendah hingga
dataran tinggi. Tanaman ini tumbuh secara liar seperti di tepi hutan. Namun tanaman
cincau hijau ini juga banyak dibudidayakan di pekarangan rumah. Tanaman cincau
pekarangan. Tanaman ini dapat di perbanyak dengan biji, stek batang, perundukan
batang, dan umbi akar. Cincau hijau memiliki daun tunggal, tipis, lunak, berwarna
hijau, berbentuk perisai, bagian pangkal berlekuk, dan permukaan atas daun berbulu
halus. Daunnya memiliki ukuran kurang lebih 6-15 cm. Daunnya akan terasa lengket
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Ranunculales
Suku : Menispermaceae
Marga : Cyclea
didalamnya seperti protein, vitamin, dan mineral. Selain itu, dari hasil penelitian
yang dilakukan Farida dan Ivo (2014) cincau hijau mengandung alkaloid, flavonoid,
saponin, tannin, dan steroid. Adanya kandungan alkaloid dan flavonoid menunjukkan
bahwa cincau berfungsi sebagai antioksida. Cincau hijau memiliki kandungan yang
saponin, flavonoida, dan lemak. Ada pula unsur gizi yang terkandung di dalamnya
berupa kalsium, fosfor, vitamin A, dan vitamin B. Ekstrak daun cincau hijau
memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yaitu golongan senyawa
tarpenoidm flavonoid, fenolik, dan tannin. Senyawa ini dapat berfungsi sebagai
imunomodulator dan antioksidan alami. Kandungan yang ada di dalam cincau hijau
aktif dalam menangkal radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh. Cincau hijau dapat
diolah menjadi minuman berkhasiat, suplemen alami, dan obat herbal yang memiliki
peran untuk mempertahankan kesehatan tubuh dan meningkatkan sistem imun tubuh.
yang dihasilkan oleh sayuran atau buah-buahan lain. Kandungan yang ada pada
cincau hiijau masih tergolong rendah namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan
kandungan gizi yang ada pada sayuran atau buah-buahan pada umumnya. Komponen
gizi yang ada dalam cincau dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur bagian tanaman,
Proses pembuatan cincau dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor produksi yaitu
peralatan, bahan, teknologi, dan sumber daya manusia. Berikut beberapa faktor
menurut pitojo dan zumiati (2005) yang dapat mempengaruhi kualitas hasil cincau,
yaitu:
a. Air
Pada proses pembuatan cincau, air menjadi bagian terpenting dan komponen
terbanyak dari hasil olahan cincau. Air dapat melarutkan garam, vitamin,
mineral, dan senyawa pembentuk cita rasa bahan makanan. Dalam pencucian
cincau hijau dibutuhkan air bersih dan dingin sedangkan dalam proses
pelumatan daun cincau hijau dibutuhkan air matang dingin sebab tidak
dilakukan proses perebusan. Air akan terikat oleh karbohidrat yang dihasilkan
oleh daun cincau sehingga membentuk gelatin cincau. Cincau hijau akan
pembentukan gelatin cincau. Pati terdiri dari karbohidrat dan hidrat arang.
bahan makanan.
c. Klorofil
d. Bahan ikutan
Bahan ikutan yang berasal dari daun cincau hijau meliputi lilin daun dan
bulu-bulu dari batang dan daun tanaman. Bahan ikutan akan mempengaruhi
hasil olahannya. Apabila bahan ikutan pada daun jumlahnya banyak maka akan
e. Aroma
Untuk mengurangi aroma langu yang ditimbulkan dari bahan baku cincau
dapat dilakukan dengan memberi daun jeruk purut atau potongan daun pandan
Es cincau hijau adalah sejenis minuman penyegar dengan bahan utama gel yang
mirip agar-agar yang dikenal sebagai cincau. Potongan cincau ditambah dengan
sirup, santan (atau susu) dan es batu sehingga menjadi minuman penyegar.
1. Bahan:
2. Bahan Saus:
e. 200 ml air.
2.3.2. Cara pembuatan es cincau hijau
1. Kuah:
Rebus santan, garam dan daun pandan sambil diaduk sampai mendidih. Angkat
dan sisihkan.
Rebus air, jahe dan daun pandan diatas api kecil sampai harum. Masukkan gula
aren. Aduk sampai gula larut. Masak sambil sesekali diaduk sampaik kental.
Dinginkan.
3. Sajikan cincau hijau bersama saus, sirup gula aren dan es batu (Sajian Sedap.
2017).
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis dan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat
3.3.1. Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh es cincau hijau
21
22
3.3.2. Sampel
Sampel adalah es cincau hijau yang dijual di sekitar Jalan Kapten Muslim
kedalam plastik yang bersih dan diikat rapat. Kemudian diberi label: tanggal
3.5.1. Alat
c. Tabung durham
d. Pipet volume
e. Tabung reaksi
f. Lampu bunsen
g. Petridish
h. Oven
i. Inkubator
j. Rak tabung
k. Ose jarum
l. Ose cincin
m. Kapas steril
n. Spidol
3.5.2. Media
2. Endo Agar
3.5.3. Reagensia
1. Alfa Naftol 5%
2. KOH 40%
3. Kovacs
4. Methyl Red
5. Aquadest
Hari ke I
a. Ambil 1 ose cincin cairan pada biakan Laktosa Broth yang positif lalu
Hari ke III
a. Lihat pertumbuhan koloni E.coli yang terjadi pada media Endo agar.
b. Dilakukan Uji Reaksi Biokimia pada media IMViC (Indol, Methyl Red,
1. SIM
a. Ambil 1 ose jarum bakteri pada media Endo Agar lalu tanam
tabung.
2. Methyl Red
a. Ambil 1 ose jarum bakteri pada media Endo Agar lalu tanam
kedalam media Methyl Red dengan cara menusuk ujung ose sampai
kedasar tabung.
b. Inkubasi pada temperatur 37ºC selama 1x24 jam, kemudian tetesi
3. Voges Proskauer
a. Ambil 1 ose jarum bakteri pada media Endo Agar lalu tanam
4. Simon citrat
a. Ambil 1 ose jarum bakteri pada media Endo Agar lalu tanam
daerah miring.
- Ukuran bulat.
- Meragikan laktosa.
1. SIM
media.
2. Methyl Red
3. Voges Proskauer
4. Simon Citrat
(-): Tidak terjadinya perubahan warna media dari hijau menjadi biru.
DAFTAR PUSTAKA
28
29
30
BUKTI LEMBAR KONSULTASI KETUA PROGRAM STUDI
PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA