Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Nurmawaddah Andriani Pro

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 38

IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli PADA ES CINCAU

HIJAU YANG DIPERJUALBELIKAN DI JALAN KAPTEN


MUSLIM MEDAN HELVETIA
TAHUN 2020

PROPOSAL

OLEH :
NURMAWADDAH ANDRIANI
170209054

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli PADA ES CINCAU


HIJAU YANG DIPERJUALBELIKAN DI JALAN KAPTEN
MUSLIM MEDAN HELVETIA
TAHUN 2020

PROPOSAL

Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan


Diploma III Teknologi Laboratorium Medik Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia

OLEH :
NURMAWADDAH ANDRIANI
170209054

Menyetujui Mengetahui
Dosen Pembimbing Ketua Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medik
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia

(Drs. Syahniman, M.Si) (Yunita Purba, M.Si)


DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................5
2.1 Escherichia Coli..................................................................................................5
2.1.1. Morfologi.....................................................................................................6
2.1.2. Fisiologi 6
2.1.3. Struktur antigen...........................................................................................7
2.1.4. Faktor-faktor patogenitas............................................................................7
2.1.5. Gambaran klinis..........................................................................................8
2.1.6. Pencegahan dan pengendalian...................................................................13
2.2 Cincau 14
2.2.1. Deskripsi cincau hijau...............................................................................14
2.2.2. Kandungan dan manfaat cincau hijau.......................................................15
2.2.3. Faktor yang mempengaruhi kualitas cincau hijau.....................................17
2.3 Es Cincau Hijau................................................................................................19
2.3.1. Komposisi es cincau hijau.........................................................................19
2.3.2. Cara pembuatan es cincau hijau................................................................20
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................21
3.1 Jenis Penelitian..................................................................................................21
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................21

i
3.2.1. Tempat penelitian......................................................................................21
3.2.2. Waktu penelitian........................................................................................21
3.3 Populasi dan Sampel.........................................................................................21
3.3.1. Populasi 21
3.3.2. Sampel 22
3.4 Bahan dan Cara Pengambilan...........................................................................22
3.5 Alat, Media dan Reagensia...............................................................................22
3.5.1. Alat 22
3.5.2. Media 23
3.5.3. Reagensia23
3.6 Cara Kerja.........................................................................................................23
3.7 Interprestasi Hasil.............................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................28
LAMPIRAN...................................................................Error! Bookmark not defined.

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Minuman penting baik untuk pertumbuhan maupun untuk mempertahankan

kehidupan. Minuman sehari-hari memberikan banyak energi dan bahan-bahan yang

diperlukan untuk membangun dan mengganti jaringan tubuh, untuk bekerja dan

untuk memelihara pertahanan terhadap penyakit.

Cincau merupakan salah satu jenis minuman yang banyak digemari masyarakat,

banyak dimanfaatkan sebagai campuran minuman segar seperti es campur, rasanya

cenderung tawar dan aroma yang khas memberi sensasi tersendiri sebagai pelepasa

dahaga (Talisma. 2018).

Es cincau hijau adalah salah satu minuman yang sering dikonsumsi oleh

masyarakat luas. Minuman ini sangat digemari karena mudah diperoleh dan harganya

relatif murah serta manfaatnya terhadap kesehatan yaitu dapat mengatasi panas

dalam, darah tinggi, dan demam. Akan tetapi es cincau hijau yang dijual tersebut

rentan terkontaminasi oleh bakteri. Umumnya lokasi penjualan minuman akan

ditemukan ditepi-tepi jalan dan terkadang berada dekat dengan selokan dan pasar

tradisional. Terkadang penjual kurang memperhatikan kebersihan lingkungannya

baik selama proses pembuatan es cincau hijau maupun selama berjualan. Tidak

menutup kemungkinan terjadinya pencemaran oleh mikroba (Musyirna. 2012).

1
2

Produk makanan dan minuman harus tetap dijaga kualitasnya selama

penyimpanan dan distribusi, karena pada tahap ini produk pangan dan minuman

sangat rentan terhadap terjadinya rekontaminasi, terutama dari bakteri patogen yang

berbahaya bagi tubuh dan bakteri perusak yang dapat menyebabkan kerusakan pada

makanan dan minuman tersebut. Bakteri yang umumnya mengkontaminasi minuman

adalah Escherichia coli dan salmonella thypii. Escherichia coli dapat menyebar

melalui debu yang terkontaminasi atau melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi dengan feses bakteri ini pada umumnya terdapat didalam usus.

Bakteri ini pada umumnya terdapat didalam saluran pencernaan dan tersebar pada

semua individu. Bakteri dalam kelompok ini juga mengakibatkan banyak infeksi

pada saluran pencernaan makanan (enterik) manusia dan hewan, juga penyebab

penyakit pada beberapa tanaman. Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif,

berbentuk basil aerobik (Toberni, 2020).

Kontaminasi yang terjadi pada makanan atau minuman dapat menjadi media bagi

suatu penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan atau minuman yang

terkontaminasi disebut penyakit bawaan (food-borned-deseaces). Penyakit yang

ditularkan melalui makanan dan minuman dapat menyebabkan penyakit ringan,

berat, bahkan berakibat kematian oleh karena belum baiknya penerapan hygiene

makanan atau minuman. Kejadian penyakit yang ditularkan melalui makanan atau

minuman di Indonesia cukup besar, ini terlihat dari masih tingginya penyakit infeksi

seperti diare, typus, kolera dan sebagainya (Leonard. 2019).


Sumber terjadinya penyebaran penyakit (food-borned-deseaces) akut dan kronik

antara lain diare, keracunan makanan, dan lain-lain dapat disebabkan oleh makanan

jajanan yang tidak aman untuk dikonsumsi. Penyakit yang biasanya berkaitan dengan

makanan dapat disebabkan oleh karena tidak baiknya pengelolahan makanan yang

dipengaruhi oleh faktor lingkungan (fisik, biologi, dan kimia) dan faktor prilaku,

yaitu kebersihan orang yang mengolah makanan, umumnya tidak memenuhi syarat

kesehatan, kebersihan lingkungan, ketersediaan sarana penunjang, dan kondisi bahan

baku. (Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

942/Menkes/SK/VII/2003 tentang pedoman persyaratan hygiene sanitasi makanan

jajanan.Jakarta: Depkes RI; 2006) dan SNI 7388: 2009 tentang Batas Maksimum

Cemaran Mikroba dan Pangan (Husjain. 2015).

Menurut pengamatan penulis, Es cincau hijau yang dijual di Jalan Kapten

Muslim Medan Helvetia ada yang tidak memenuhi persyaratan dari teknis

pengolahan dan perilaku penjualnya yang kurang memperhatikan kebersihan

(Hygiene), sehingga dapat dicurigai adanya bakteri Escherichia coli pada es cincau

hijau tersebut.

Dari hasil pengamatan diatas maka penulis bermaksud melakukan penelitian

dengan judul Identifikasi Bakteri Escherichia coli Pada Es Cincau Hijau Yang Di

Perjualbelikan Di Jalan Kapten Muslim Medan Helvetia Pada Tahun 2020.


1.2 Rumusan Masalah

Apakah ditemukan Bakteri Escherichia coli Pada Es Cincau Hijau Yang

DiPerjualbelikan Di Jalan Kapten Muslim Medan Helvetia Tahun 2020?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk Identifikasi Bakteri Escherichia coli Pada Es Cincau Hijau Yang

DiPerjualbelikan Di Jalan Kapten Muslim Medan Helvetia Tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis tentang

identifikasi bakteri Escherichia coli pada es cincau hijau yang

diPerdagangkan di Jalan Kapten Muslim Medan Helvetia.

2. Sebagai motivasi bagi penulis untuk turut berpartisipasi aktif dalam bidang

penelitian, terutama penelitian yang berkaitan dengan upaya peningkatan

kesehatan masyarakat.

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti Selanjutnya untuk mengetahui apakah

Escherichia coli pada es cincau hijau tercemar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Escherichia Coli

Bakteri Escherichia coli merupakan mikroorganisme yang dipakai sebagai

indikator untuk menguji adanya pencemaran oleh air tinja. Meskipun Escherichia

coli merupakan mikroorganisme indikator yang dipakai di dalam analisis air untuk

menguji adanya pencemaran oleh tinja, tetapi perpindahan sebarannya tidak selalu

melalui air, melainkan dipindah sebarkan melalui kegiatan tangan ke mulut atau

dengan pemindahan pasif melalui makanan atau minuman (Talisma. 2018).

Klasifikasi Escherichia coli (Wardiman. 2016):

Kingdom : Prokaryotae

Divisi : Gracilicutes

Kelas : Scotobacteriales

Ordo : Eubacteriales

Famili :

Enterobacteriaceae Genus :

Escherichia
5
6

Spesies : Escherichia coli

2.1.1. Morfologi

Escherichia coli termasuk bakteri gram negatif, berbentuk batang, motil, tidak

membentuk spora, fakultatif anaerob, secara normal dapat berada dalam usus halus

manusia dan hewan berdarah panas termasuk unggas. Escherichia coli bersifat

anaerobic fakultatif, menghasilkan kapsula. Dapat bergerak aktif. Bakteri

Escherichia coli tumbuh baik hampir disemua media pembenihan, dapat meragikan

laktosa, dan bersifat mikroaerofilik. Escherichia coli pada medium diferensial

terlihat mengkilap seperti logam, motil, koloni rata dan tidak lengket (Talisma.

2018).

2.1.2. Fisiologi

Escherichia coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa dipakai di

laboratorium mikrobiologi pada media yang dipergunakan untuk isolasi kuman

enterik, sebagian besar strain Escherichia coli tumbuh sebagai koloni yang meragi

laktosa. Escherichia coli bersifat mikroaerofilik. Beberapa strain bila ditanam pada

agar darah menunjukkan hemolisis tip beta (Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI,

1994).
2.1.3. Struktur antigen

Escherichia coli mempunyai 3 jenis antigen yaitu (Wardiman. 2016):

1. Antigen O (Liposakarida)

Antigen O adalah antigen terlihat dari liposakarida dinding sel terdiri dari

unit polisakarida yang berulang. Antigen O resisten terhadap panas dan

alkohol dan biasanya terdeteksi oleh aglutinasi bakteri.

2. Antigen K (Kapsular)

Antigen K terletak diluar antigen O pada beberapa enterobactericeae tetapi

tidak semuanya. Antigen K dapat mengganggu aglutinasi dengan antiserum

Escherichia coli O dan dapat berhubungan dengan virulensi. Dan bersifat

sama dengan antigen Vi.

3. Antigen H (Flagela)

Antigen H terdapat flagel dan didenaturasi atau dirusak oleh panas atau

alkohol. Antigen ini dipertahankan dengan memberikan formalin pada

varian bakteri yang motil.

2.1.4. Faktor-faktor patogenitas

1. Antigen Permukaan

Pada Escherichia coli paling tidak terdapat 2 tipe fibriae yaitu:

a. Tipe manosa sensitif (Pili)


b. Tipe manosa resisten (CFAsI & II)

Kedua tipe fimbriae ini penting sebagai Coloni-zation factor, yaitu untuk

perlekatan sel kuman pada sel/jaringan tuan rumah. Misalnya: antigen CFAsI dan

II melekatkan Entrophatogenic Escherichia coli pada sel epitel usus binatang (Staf

Pengajar Fakultas Kedoketeran UI, 1994).

2. Enterotoksin

Ada 2 macam enterotoksin yang telah berhasil diisolasi dari Escherichia coli

( Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI, 1994 ).

a. Toksin LT (Termolabil)

b. Toksin ST (Termostabil)

2.1.5. Gambaran klinis

Manifestasi klinis oleh Escherichia coli tergantung pada tempat infeksi dan tidak

dapat dibedakan dengan gejala atau tanda akibat proses yang disebabkan oleh bakteri

lain. Masa inkubasi 1-3 hari dan gejala-gejalanya menyerupai gejala-gejala

keracunan bahan pangan yang tercemar oleh Salmonella atau disentri.

Escherichia coli dihubungkan dengan tipe penyakit usus (diare) pada manusia,

terutama pada bayi dan anak-anak di negara-negara berkembang dengan mekanisme

yang belum jelas diketahui (Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI, 1994).

Escherichia coli yang berhubungan dengan penyakit diare antara lain (Jawetz,

dkk, 2005):
1. Enterophatogenic E.coli (EPEC)

EPEC merupakan penyebab penting diare pada bayi, khususnya di negara

berkembang EPEC awalnya dihubungkan dengan terjangkitnya diare diruang

perawatan di negaran berkembang. EPEC melekat pada sel mukosa usus kecil.

Faktor yang berhubungan dengan kromosom mendukung pelekatan yang erat.

Terjadi kehidupan microvili (effacement), pembentukan filamentous actin atau

struktur seperti cangkir, dan biasanya EPEC masuk kedalam mukosa. Karakteristik

lesi dapat dilihat diatas mikrograf elektron dari lesi biopsi usus kecil. Akibat dari

infeksi EPEC adalah diare yang cair, yang biasanya susah diatasi namun tidak kronis.

Diare EPEC berhubungan dengan berbagai serotip spesifik dari Escherichia coli.

Strain diidentifikasikan dengan antigen O dan kadangkala dengan antigen H. Dua

tahap model infeksi yang menggunakan sel HEp-2 juga dapat ditunjukkan. Tes untuk

mengidentifikasi EPEC dapat dilakukan di laboratorium yang sudah terrekomendasi.

Waktu diare EPEC dapat diperpendek dan diare kronik dapat disembuhkan dengan

pemberian antibiotik.

2. Enterotoxigenic E.coli (ETEC)

ETEC merupakan penyebab umum diare pada musafir dan merupakan penyebab

yang sangat penting dari diare pada bayi di negara berkembang. Beberapa strain

ETEC memproduksi sebuah eksotoksin yang sifatnya labil terhadap panas (LT) (BM

80.000) dibawah control plasmida. Sub unit B nya melekat dengan Gml gangliosida

pada sisi sel epitel dari usus kecil dan memberikan fasilitas sebuah pemasukan dari
sub unit A (BM 26.000) kedalam sel, dimana akan mengaktivasi adenylyl cyclase.

Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan konsentrasi local dari cyclic adenosine

monopbosfar (CAMP), yang menghasilkan hipersekresi yang intense dan lama dari

air dan klorid serta menghambat penyerapan natrium. Lumen usus digelembungkan

dengan cairan dan hipermotility dan diare terjadi, yang berakhir untuk beberapa hari.

LT bersifat antigenik dan bereaksi silang dengan enterotoksi dari Vibrio cholera. LT

merangsang produksi penetralan antibodi dalam serum (dan mungkin pada

permukaan usus) dari orang yang semula terinfeksi oleh enterotoksigenik

Escherichia coli. Orang yang tinggal di area dimana organisme seperti itu banyak

(misalnya di beberapa negara berkembang) biasanya memiliki antibodi dan

cenderung kurang mengalami diare oleh LT-producing E.coli. Pengujian kadar

untuk LT meliputi hal berikut: 1) Akumulasi cairan usus binatang dalam

laboratorium; 2) Perubahan sitologik yang khas pada sel indung telur hamster Cina

atau bukan sel lain; 3) Stimulasi produksi steroid dalam biakan sel tumor adrenalin,

dan 4) Pengikatan dan pengujian immunologi dengan menggunakan standar

antiserum untuk LT. Pengujian ini dikerjakan hanya dalam laboratorium yang

terrekomendasi.

Beberapa ikatan ETEC menghasilkan enterotoksin yang stabil terhadap panas

STa(BM 1500-4000), dibawah kontrol genetika dari beragam kelompok plasmid.

STa mengaktifkan guanylyl cyclase dalam sel epithelial enterik dan merangsang

pengeluaran cairan. Sebuah enterotoksin yang stabil dengan pemanasan lainnya, STb
akan merangsang pengeluaran cyclic nucleotide-indipendent dengan onset yang

pendek in vivo. Banyak strain STa positif juga memproduksi LT. Strain dengan

kedua toksin ini menyebabkan diare menjadi lebih berat. Plasmida yang membawa

yang gen untuk enterotoksin (LT,ST) juga membawa gen untuk faktor kolonisasi

yang menyebabkan perlekatan antara E.coli dengan epithelium usus. Faktor

kolonisasi yang terjadi dengan frekuensi khusus di beberapa serotipe. Beberapa

serotipe ETEC didapat di seluruh dunia yang lainnya diketahui mempunyai

penyebaran yang terbatas. Hal yang memungkinkan bahwa sebenarnya E.coli dapat

memperoleh sebuah pengkodean plasmid untuk enterotoksin. Tidak ada hubungan

antara strain ETEC dengan EPEC yang menyebabkan diare pada anak. Tidak ada

hubungan antara strain enterotoksin dan yang mempunyai menyerang sel ephitelial

usus.

Memperhatikan pemilihan dan pengkonsumsian makanan yang potensial

terkontaminasi ETEC sangat dianjurkan untuk membantu mencegah diare pada

musafir. Antimicrobial prophylaxis dapat menjadi efektif tetapi dapat terjadi

peningkatan resistensi terhadap antibiotik pada bakteri dan mungkin tidak dianjurkan

secara kesulurahan. Pemberian antibiotik yang efektif akan memperpendek jangka

waktu penyakit.
3. Enterohemorrhagic E.coli (EHEC)

EHEC memproduksi verotoksin, dan dinamakan berdasarkan efek sitotoksik

pada sel vero, merupakan biakan sel ginjal monyet hijau di Afrika. Ada paling tidak

2 bentuk antigenik dari toksin. EHEC banyak dihubungakan dengan hemorrhagic

colitis, sebuah bentuk diare yang parah dan dengan sindrma uremic hemolytic sebuah

penyakit akibat kegagalan ginjal akut, microangiopathi hemolytic anemia, dan

thrombocytopenia. Verotoksin mempunyai sifat yang hampir sama dengan toksin

shiga yang diproduksi oleh strain Shigella disentriae tipe 1; meskipun kedua toksin

secara antigen dan genetik berbeda. Dari serotipe E.coli yang memproduksi

verotoksin, O157:H7 banyak dan merupakan satu-satunya yang dapat diidentifikasi

dalam contoh klinis. EHEC O157:H7 tidak menggunak sorbitol, tidak seperti E.coli

yang lain, dan negatif dalam sorbitol MacConkey (Sorbitol digunakan kecuali

laktosa; O157:H7 juga negatif dalam tes MUG). Antisera spesifik digunakan untuk

mengidentifikasi strain O157:H7. Pengujian untuk verotoksin dikerjakan di

labortorium yang terrekomendasi. Banyak hemorrhagic colitis dan komplikasinya

dapat dicegah dengan cara memasak daging segar.

4. Enteroinvasive E.coli (EIEC)

EIEC menyebabkan penyakit yang mirip dengan Shigellosis. Penyakit yang

terjadi umumnya pada anak di negara berkembang dan dalam perjalanan ke negara

tersebut. Seperti Shigella, strain EIEC memfermentasi laktosa dengan lambat atau
tidak memfermentasikan laktosa dan tidak motil. EIEC menyebakan penyakit dengan

menyerang sel epithelial mucosa usus.

5. Enteroagregative E.coli (EAEC)

EAEC menyebabkan diare yang akut dan kronis (dalam jangka waktu >14 hari)

pada orang di negara berkembang. Organisme ini juga menyebabkan penyakit karena

makanan di negara industri. Mereka digolongkan berdasarkan bentuk dan perlekatan

pada sel manusia. Pathogenesis EAEC penyebab diare tidak begitu dipahami dengan

baik. Meskipun demikian dinyatakan bahwa EAEC melekat pada mucosa intestinal

dan menghasilkan entrotoksin dan sitotoksin. Akibatnya adalah kerusakan

mukosa,pengeluaran sejumlah besar mucus, dan terjadinya diare.

2.1.6. Pencegahan dan pengendalian

Penularan dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik, seperti

mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan.

Daerah pemukiman harus diasingkan dari kotoran manusia. Makanan dan air

merupakan penularan yang utama, air harus direbus terlebih dahulu sampai mendidih

sebelum dikonsumsi (Talisma. 2018).


2.2 Cincau

Ada beberapa jenis tanaman cincau yang ada di Indonesia yaitu cincau hitam,

cincau perdu, dan cincau hijau. Cincau hitam memiliki batang yang kecil dan daun

berbentuk lonjong dengan ujung daun lancip serta menghasilkan gelatin berwarna

hijau tua. Cincau perdu memiliki batang berkayu, bercabang banyak, dan bentuk

daunnya bulat telur memanjang serta menghasilkan gelatin berwarna hijau agak tua.

Cincau hijau memiliki batang yang tumbuhnya menjalar dan daunnya berbentuk

seperti prisai atau jantung dengan bagian tengah melebar serta menghasilkan gelatin

berwarna hijau agak cerah (Monica. 2019).

2.2.1. Deskripsi cincau hijau

Cincau hijau merupakan tanaman yang tumbuh di daerah dataran rendah hingga

dataran tinggi. Tanaman ini tumbuh secara liar seperti di tepi hutan. Namun tanaman

cincau hijau ini juga banyak dibudidayakan di pekarangan rumah. Tanaman cincau

merupakan jenis tanaman merambat atau membelit pada batang tanaman di

pekarangan. Tanaman ini dapat di perbanyak dengan biji, stek batang, perundukan

batang, dan umbi akar. Cincau hijau memiliki daun tunggal, tipis, lunak, berwarna

hijau, berbentuk perisai, bagian pangkal berlekuk, dan permukaan atas daun berbulu

halus. Daunnya memiliki ukuran kurang lebih 6-15 cm. Daunnya akan terasa lengket

jika dilumatkan (Monica. 2019).


Klasifikasi Cincau Hijau (Cyclea barbata Miers):

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Ranunculales

Suku : Menispermaceae

Marga : Cyclea

Jenis : Cyclea barbata Miers

2.2.2. Kandungan dan manfaat cincau hijau

Cincau hijau merupakan tumbuhan yang memiliki berbagai macam kandungan

didalamnya seperti protein, vitamin, dan mineral. Selain itu, dari hasil penelitian

yang dilakukan Farida dan Ivo (2014) cincau hijau mengandung alkaloid, flavonoid,

saponin, tannin, dan steroid. Adanya kandungan alkaloid dan flavonoid menunjukkan

bahwa cincau berfungsi sebagai antioksida. Cincau hijau memiliki kandungan yang

dijadikan sebagai obat.

Menurut Pitojo (2009), daun cincau hijau mengandung karbohidrat, polifenol,

saponin, flavonoida, dan lemak. Ada pula unsur gizi yang terkandung di dalamnya

berupa kalsium, fosfor, vitamin A, dan vitamin B. Ekstrak daun cincau hijau
memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yaitu golongan senyawa

tarpenoidm flavonoid, fenolik, dan tannin. Senyawa ini dapat berfungsi sebagai

imunomodulator dan antioksidan alami. Kandungan yang ada di dalam cincau hijau

aktif dalam menangkal radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh. Cincau hijau dapat

diolah menjadi minuman berkhasiat, suplemen alami, dan obat herbal yang memiliki

peran untuk mempertahankan kesehatan tubuh dan meningkatkan sistem imun tubuh.

Berikut kandungan gizi cincau hjau per 100 gram :

Tabel 2.1 Kandungan gizi cincau hijau tiap 100 gram

Komponen Zat Gizi Jumlah


Kalori (kal) 122
Protein (gram) 6,0
Lemak (gram) 1,0
Hidrat arang (gram) 26,0
Kalsium (milligram) 100
Fosfor (milligram) 100
Besi (milligram) 3,3
Vitamin A (SI) 107,50
Vitamin B1 (milligram) 80
Vitamin C (gram) 17
Air (gram) 66,0
Bahan yang dapat dicerna (%) 40
Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Cincau menghasilkan kalori yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kalori

yang dihasilkan oleh sayuran atau buah-buahan lain. Kandungan yang ada pada

cincau hiijau masih tergolong rendah namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan

kandungan gizi yang ada pada sayuran atau buah-buahan pada umumnya. Komponen

gizi yang ada dalam cincau dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur bagian tanaman,

perlakuan budidaya, dan kesehatan tanaman (Monica. 2019).

2.2.3. Faktor yang mempengaruhi kualitas cincau hijau

Proses pembuatan cincau dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor produksi yaitu

peralatan, bahan, teknologi, dan sumber daya manusia. Berikut beberapa faktor

menurut pitojo dan zumiati (2005) yang dapat mempengaruhi kualitas hasil cincau,

yaitu:

a. Air

Pada proses pembuatan cincau, air menjadi bagian terpenting dan komponen

terbanyak dari hasil olahan cincau. Air dapat melarutkan garam, vitamin,

mineral, dan senyawa pembentuk cita rasa bahan makanan. Dalam pencucian

cincau hijau dibutuhkan air bersih dan dingin sedangkan dalam proses

pelumatan daun cincau hijau dibutuhkan air matang dingin sebab tidak

dilakukan proses perebusan. Air akan terikat oleh karbohidrat yang dihasilkan

oleh daun cincau sehingga membentuk gelatin cincau. Cincau hijau akan

melepaskan air berwarna coklat muda kehijauan.


b. Pati

Kandungan pati dalam tanaman cincau merupakan faktor penting dalam

pembentukan gelatin cincau. Pati terdiri dari karbohidrat dan hidrat arang.

Karbohidrat berperan dalam membentuk karakteristik rasa, warna, dan tekstur

bahan makanan.

c. Klorofil

Pada pembuatan cincau terjadi peristiwa kimiawi yangmenghasilkan

warna hijau pada gelatin cincau.

d. Bahan ikutan

Bahan ikutan yang berasal dari daun cincau hijau meliputi lilin daun dan

bulu-bulu dari batang dan daun tanaman. Bahan ikutan akan mempengaruhi

hasil olahannya. Apabila bahan ikutan pada daun jumlahnya banyak maka akan

menghasilkan warna gelap pada tampilan hasil olahan dan dapat

mempengaruhi cita rasa cincau.

e. Aroma

Untuk mengurangi aroma langu yang ditimbulkan dari bahan baku cincau

dapat dilakukan dengan memberi daun jeruk purut atau potongan daun pandan

dan diberi air jeruk nipis secukupnya (Monica. 2019).


2.3 Es Cincau Hijau

Es cincau hijau adalah sejenis minuman penyegar dengan bahan utama gel yang

mirip agar-agar yang dikenal sebagai cincau. Potongan cincau ditambah dengan

sirup, santan (atau susu) dan es batu sehingga menjadi minuman penyegar.

2.3.1. Komposisi es cincau hijau

1. Bahan:

a. 400 gram cincau hijau, potong-potong.

b. 500 gram es batu untuk penyajian.

2. Bahan Saus:

a. 500 ml santan dari ½ butir kelapa.

b. ¼ sendok teh garam.

c. 2 lembar daun pandan.

3. Bahan Sirup Gula Aren:

a. 150 gram gula aren, sisir.

b. ¼ sendok teh garam.

c. 2 lembar daun pandan.

d. 10 cm jahe bakar, memarkan.

e. 200 ml air.
2.3.2. Cara pembuatan es cincau hijau

1. Kuah:

Rebus santan, garam dan daun pandan sambil diaduk sampai mendidih. Angkat

dan sisihkan.

2. Sirup gula aren:

Rebus air, jahe dan daun pandan diatas api kecil sampai harum. Masukkan gula

aren. Aduk sampai gula larut. Masak sambil sesekali diaduk sampaik kental.

Dinginkan.

3. Sajikan cincau hijau bersama saus, sirup gula aren dan es batu (Sajian Sedap.

2017).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis dan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

Deskriptif yang mengetahui hasil pemeriksaan Identifikasi Bakteri Esceherichia coli

Pada Es Cincau Hijau Yang diperjualbelikan Di Jalan Kapten Muslim Medan

Helvetia tahun 2020.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Sari Mutiara Medan.

3.2.2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan Juni- Juli 2020.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh es cincau hijau

yang dipedagangkan di sekitar Jalan Kapten Muslim Medan.

21
22

3.3.2. Sampel

Sampel adalah es cincau hijau yang dijual di sekitar Jalan Kapten Muslim

Medan sebanyak 10 Sampel yang merupakan total sampel.

3.4 Bahan dan Cara Pengambilan

Es cincau hijau dibeli dari pedagang, kemudian es cincau hijau dimasukkan

kedalam plastik yang bersih dan diikat rapat. Kemudian diberi label: tanggal

pengambilan, lokasi pengambilan, dan waktu pengambilan. Setelah itu bahan di

bawa ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan.

3.5 Alat, Media dan Reagensia

3.5.1. Alat

a. Labu erlenmeyer 250 ml

b. Beaker glass 100 ml

c. Tabung durham

d. Pipet volume

e. Tabung reaksi

f. Lampu bunsen

g. Petridish

h. Oven

i. Inkubator

j. Rak tabung
k. Ose jarum

l. Ose cincin

m. Kapas steril

n. Spidol

3.5.2. Media

1. Lactosa Broth (LB)

2. Endo Agar

3. IMVIC (Indol, Methyl Red, Voges Proskauer, Simon Citrat)

3.5.3. Reagensia

1. Alfa Naftol 5%

2. KOH 40%

3. Kovacs

4. Methyl Red

5. Aquadest

3.6 Cara Kerja

Hari ke I

a. Sampel yang telah dihomogenkan diambil dengan pipet volume sebanyak 1

ml, kemudian masukkan kedalam 10 tabung yang berisi Laktosa Broth.

b. Inkubasi kedalam inkubator dengan suhu 37ºC selama 1x24 jam.


Hari ke II

a. Ambil 1 ose cincin cairan pada biakan Laktosa Broth yang positif lalu

tanam pada media Endo Agar secara zig-zag.

b. Inkubasi kedalam inkubator pada suhu 37ºC selama 1x24 jam.

Hari ke III

a. Lihat pertumbuhan koloni E.coli yang terjadi pada media Endo agar.

b. Dilakukan Uji Reaksi Biokimia pada media IMViC (Indol, Methyl Red,

Voges Proskauer, Simon citrat) dengan cara sebagai berikut :

1. SIM

a. Ambil 1 ose jarum bakteri pada media Endo Agar lalu tanam

kedalam media Indol dengan cara menusuk ose sampai kedasar

tabung.

b. Inkubasi pada temperatur 37ºC selama 1x24 jam, kemudian tetesi

dengan reagensia kovacs ±3 tetes.

c. Diamati perubahan yang terjadi pada media tersebut.

2. Methyl Red

a. Ambil 1 ose jarum bakteri pada media Endo Agar lalu tanam

kedalam media Methyl Red dengan cara menusuk ujung ose sampai

kedasar tabung.
b. Inkubasi pada temperatur 37ºC selama 1x24 jam, kemudian tetesi

dengan reagensia Methyl Red ±3 tetes.

c. Diamati perubahan yang terjadi pada media tersebut.

3. Voges Proskauer

a. Ambil 1 ose jarum bakteri pada media Endo Agar lalu tanam

kedalam media Voges Proskauer dengan cara menusuk ujung ose

sampai kedasar tabung.

b. Inkubasi pada temperatur 37ºC selama 1x24 jam, kemudian tetesi

dengan Alfa Naftol 5% sebanyak ±6 tetes dan KOH40% 3 tetes.

c. Diamati perubahan yang terjadi pada media tersebut.

4. Simon citrat

a. Ambil 1 ose jarum bakteri pada media Endo Agar lalu tanam

kedalam media Simon Citrat dengan cara menggoreskan ose pada

daerah miring.

b. Inkubasi pada temperatur 37ºC selama 1x24 jam.

c. Diamati perubahan yang terjadi pada media tersebut.


3.7 Interprestasi Hasil

Dengan Uji Media Laktosa Broth

(+): Terjadi peragian dan pembentukan gas pada tabung durham.

(-): Tidak terjadi pembentukan gas pada tabung durham.

Dengan Uji Media Endo Agar

- Ukuran bulat.

- Warna mengkilap logam.

- Merah muda, cekung.

- Meragikan laktosa.

Dengan Uji Reaksi Biokimia

1. SIM

(+): Terbentuk lapisan cincin berwarna merah pada permukaan media.

(-): Tidak terbentuk lapisan cincin berwarna merah pada permukaan

media.

2. Methyl Red

(+): Terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah

ditambahkan Methyl Red.


(-): Tidak terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah

ditambahkan Methyl Red.

3. Voges Proskauer

(+): Terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah

ditambahkan Alfa Naftol5% dan KOH40%.

(-): Tidak terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah

ditambahkan Alfa Naftol5% dan KOH40%.

4. Simon Citrat

(+): Terjdinya perubahan warna media dari hijau menjadi biru.

(-): Tidak terjadinya perubahan warna media dari hijau menjadi biru.
DAFTAR PUSTAKA

Husjain Djajaningrat. Mega Mirawati. Heru Setiawan. 2015. TingkatCemaran


Salmonella Pada Minuman Es Cappucino Cincau Yang Dijual Di
Wilayah Gede-Bekasi. Jurnal Politeknik Kesehatan Jakarta III. Vol.VI.No.2
Jawetz, Melnick, &Adelberg. 2005: Mikrobiologi Kedokteran. Buku 1. Jakarta:
Salemba Medika
Leonard Anggi Imanuel. 2019. Identifikasi Bakteri Escherichia coliPada Es The Di
Pasar Malam Kampung Solor Kota Kupang. Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kupang. [KTI]
Monica Dwi Arini. 2019. Uji Antioksidan dan Tingkat KesukaanPanelis Terhadap
Es Krim Cincau Hijau (Cyclea Barbata Miers). Universitas Sanata
Dharma. [SKRIPSI]
Musyirna Rahmah Nasution. Ronapadua Sahara. Emma Susanti. 2012.
Pengujian Ceamaran Bakteri (Cyclea Barbata Miers)Cincau hijau Pada
Minuman Air Akar Yang Dijual Di Daerah Pekanbaru. Jurnal Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi Riau. Vol.3.No.1
Sajian Sedap. 2017. “Segarnya Es Cincau Hijau, Tentu Tak Akan Bikin Kecewa
saatdisajikan”.
<https://www.google.com/amp/s/sajiansedap.grid.id/amp/10714719/segarny
a-es-cincau-hijau-tentu-tak-akan-bikin-kecewa-saat-disajikan>.[Diakses
Minggu, 26 April 2020]
Staf Pengajar FakultasKedokteran UI. 1994: Mikrobiologikedokteran. Edisi Revisi.
Jakarta: Binarupa Aksara
Taslima Imaniatus Sholikhah. 2018. Pengujian Cincau Hitam
Secara Mikrobiologis. Universitas Setia Budi. [KTI]
Toberni S, Situmorang. 2020. Pemeriksaan Salmonella Thypii danEscherichia coli
Pada Es Jagung Di Pasar Tradisional Padang Bulan Medan. Jurnal
Pendidikan Biologi Nukleus. Universitas Efarina. Vol.16 (1): 96-102
Wadirman Napitupulu. 2016. Identifikasi Bakteri Escherichia coliPada Es Dawet
Yang Di Jual Di Jalan Kapten Muslim Medan. Universitas Sari Mutiara
Indonesia. [KTI]

28
29
30
BUKTI LEMBAR KONSULTASI KETUA PROGRAM STUDI
PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Nama : Nurmawaddah Andriani


Nim : 170209054
Judul : Identifikasi Bakteri Escherichia coli Pada Es Cincau Hijau Yang
DiPerjualbelikan Di Jalan Kapten Muslim Medan Helvetia Tahun 2020

No Tanggal Perbaikan Saran


1 Rumusan Nasalah Perbaikan
2 Tujuan Penelitian Perbaikan
22/05/2020 Letak Es Cincau Hijau Dan
3 Tinjauan Pustaka
Escherichia coli
4 Daftar Pustaka Judul Di Italic

NB: Bukti Lembar Ini Di Ikut Sertakan Pada KTI

Medan, 22 Mei 2020


Mengetahui,
Ketua Program Studi

(Yunita Purba, M.Si)


BUKTI LEMBAR PEMBAYARAN SEMINAR PROPOSAL

Anda mungkin juga menyukai