Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

K. 2 BK. Sebagai Profesi Penolong

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

KONSELING SEBAGAI PROFESI PENOLONG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu : Siti Mumun Muniroh, S.Psi, MA

1. Muhammad Sulthoni Maulana 3119002


2. Lia Mupliha 3119008
3. Susan Ayu Amelia 3119009

KELAS IAT A

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAWH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tolong menolong sesama manusia merupakan Sunnatullah yang tidak dapat dihindari.
Setiap manusia bebas dalam hal memilih mata pencarian yang dikehendaki dan akan
memperoleh ba- gian atas usahanya. Seseorang tidak akan mendapatkan lebih daripada apa
yang telah dikerjakannya. Kemampuan fisik dan mental setiap individu berbeda, demikian
pula kemampuan mereka dalam mencari nafkah.
Banyak masyarakat Indonesia pada zaman ini yang mulai kehilangan budayanya. Salah
satu budaya yang mulai pudar adalah budaya untuk peduli dan membantu orang lain. Sering
sekali masyarakat Indonesia di zaman ini lebih memilih untuk bersikap apatis (acuh).
Mementingkan kepentingannya sendiri tanpa berpikir itu akan menyakiti atau mem- bawa
dampak negatif ke orang lain dan juga enggan untuk membantu saudaranya yang kesusahan.
Beberapa penyebab mengapa rasa apatis bisa muncul dikarenakan kurangnya rasa
persatuan yang ada. Sudah seharusnya sebagai warga negara Indonesia kita saling bantu
membantu, tanpa mendiskriminasi ras, agama maupun suku.
Sudah sebaiknya sebagai warga negara Indonesia kita harus menjadi satu, saling
membantu, saling peduli, tanpa harus bertanya terlebih dahulu apa agamamu, apa rasmu, dari
mana kamu berasal. Selama kita menjadi warga negara Indonesia, ini berarti kita masih satu,
kita masihlah saudara. Ingatlah bagaimana para pahlawan kita “Bersatu Menjadi Indonesia”
untuk melawan penjajahan. Bagaimana susahnya mereka berjuang? Sesusah apapun perjua-
ngan mereka, mereka tetap saling mem- bantu satu sama lain. Dikarenakan rasa persaudaraan
mereka yang erat itulah yang menyebabkan mereka merasa bahwa mereka harus menjaga
saudaranya, dan itu juga merupakan suatu kewajiban bagi mereka untuk membantu saudara
nya. Jadi, mari kita menjadi warga negara yang saling peduli, menolong dan perhatian
terhadap saudara sebangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Menolong
2. Bagaimana Hakikat Dan Proses Menolong
3. Bagaimana Manfaat Menolong Dan Kriteria Penolong efektif
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Dari Menolong


Menurut O. Sears. Peplau, dan Taylor. Perilaku prososial mencakup kategori yang lebih
luas, segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain,
tanpa memperdulikan motif-motif si penolong.1
Perilaku menolong adalah sebagai tindakan sosial, rasa perhatian, penghargaan, kasih
sayang, kesetiaan, serta bantuan yang diberikan pada orang lain yang dilakukan dengan suka
rela tanpa pamrih.2
Perilaku menolong ialah tindakan sukarela yang dilakukan sesorang atau sekelompok
orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun atau perasaan telah
melakukan kebaikan.
Robert A. Baron dan Donn Byrne mengungkapkan bahwa perilaku menolong dapat
didefinisikan sebagai perilaku yang memiliki konsekuensi positif orang lain. Dan juga Myers,
Mengatakan bahwa perilaku menolong adalah kepedulian dan pertolongan pada orang lain
yang dilakukan secara suka rela dan tidak mengharapkan imbalan apapun.3
Mengapa Kita Harus Menolong? Perilaku menolong dapat dilatarbelakangi motif
kepedulian pada diri sendiri dan mungkin pula karena Altruisme. Altruisme adalah keinginan
untuk menolong orang lain walaupun orang yang menolong tersebut harus mengeluarkan
biaya atau pengorbanan. Altruisme merupakan perbuatan menolong yang dilakukan murni
tanpa adanya keinginan untuk mengambil keuntungan atau meminta balasan, bahkan
terkadang orang tersebut harus mengeluarkan biaya atau pengorbanan bagi dirinya.
Salah satu faktor pentingnya perilaku menolong adalah faktor timbal balik. Timbal balik
yaitu harapan bahwa menolong orang lain akan meningkatkan kemungkinan bahwa mereka
akan menolong kita di masa yang akan datang.

1
D.O Sears, L.A. Peplau and S.E. Taylor : Social Psychology, seventh edition (Los Angeles:Prentice Hall
Internatonal, Inc), Hlm. 367
2
Edwin P Holiander, Principles And Method of Social Psychology (New York : ox Ford
University Press, 1981), Hlm. 270
3
D.G Myers. Social Psychologi (New York: Mc Graw-Hill International Editions, 1988), Hlm. 443
B. Hakikat Menolong Dan Proses Menolong
Pada dasarnya konseling adalah suatu hubungan membantu (helping relationship) yang
profesional. Beberapa contoh hubungan yang professional antara lain: dokter dan pasien,
pekerja sosial dan masyrakat, pengacara dan klien, guru dan siswa. Sekalipun sama-sama
hubungan profesional, namun masing-masing hubungan ini memiliki karateristik tersendiri.
Demikian pula dengan hubungan konseling berbeda dengan pola hubungan yang lain.
Hubungan antara konselor dan klien pada proses konseling merupakan hubungan pemberian
bantuan yang bersifat profesional dan memiliki keunikan tersendiri. Profesional dalam hal ini
dikarenakan didasarkan pada pengetahuan khas, menerapkan suatu teknik intelektual dalam
suatu pertemuan khusus dengan orang lain (klien) agar klien tersebut dapat lebih efektif
menghadapi dilema, pertentangan-pertentangan atau konflik yang terjadi dalam dirinya.
Keunikan ini tercermin pada kekhususan karakteristik yang terjadi antara konselor dan klien.
Kekhususan ini bisa dilihat dari sasaran yang dibantu oleh konselor, metode hubungannya
dan masalah yang dihadapi oleh klien.
Pada suatu hubungan bantuan (Helping relationship) ditandai oleh ciri-ciri dasar
tertentu. Menurut Shertzer dan Stone hubungan membantu/menolong (helping) mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Hubungan helping adalah penuh makna dan bermanfaat
b. Afeksi sangat mencolok dalam hubungan helping
c. Keutuhan pribadi tampil atau terjadi dalam hubungan helping
d. Hubungan helping terbentuk melalui kesepakatan bersama individu-individu yang
terlibat.
e. Saling hubungan terjalin karena individu yang hendak dibantu membutuhkan
informasi, pelajaran, advis, bantuan, pemahaman dan/atau perawatan dari orang
lain.
f. Hubungan helping dilangsungkan melalui komunikasi dan interaksi.
g. Struktur hubungan helping adalah jelas
h. Upaya-upaya yang bersifat kerja sama (collaborative) menandai hubungan
helping4
Selain itu menurut Cappuzzi dan Gross (1991) mengartikan bahwa hubungan membantu
merupakan beberapa individu bekerja bersama untuk memecahkan apa yang menjadi
perhatiannya atau masalahnya dan/atau membantu perkembangan dan pertumbuhan salah

4
Mulawarman, Eem Munawaroh, PSIKOLOGI KONSELING: Sebuah Pengantar bagi Konselor
Pendidikan, Semarang, Januari 2016, Hlm. 5
seorang dari keduanya. Sedangkan George dan Cristiani (1982) mengemukakan bahwa
pemberian bantuan merupakan proses dinamis dan unik yang dilakukan individu untuk
membantu orang lain dengan menggunakan sumber-sumber dalam (inner resources) agar
tumbuh ke dalam arahan yang positif dan dapat mengaktualisasikan potensi-potensinya untuk
sebuah kehidupan yang bermakna.
Secara lebih mendalam lagi dikemukakan oleh Rogers bahwa hubungan membantu
memberikan maksud untuk peningkatan pertumbuhan, kematangan, fungsi, cara penanganan
kehidupannya dengan memanfaatkan sumber-sumber internal pada pihak yang diberikan
bantuan.5 Hubungan membantu itu berbeda dengan memberi (giving) atau mengambil alih
pekerjaan orang lain. Membantu tetap memberi kepercayaan kepada klien guna
bertanggungjawab dan menyelesaikan segala masalah yang dihadapinya. Hubungan
konseling tidak bermaksud mengalihkan pekerjaan klien kepada konselor, namun memotivasi
klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri mengatasi masalahnya.
Hubungan konseling mempunyai kualitas tersendiri yang mungkin tidak terdapat dalam
hubungan lain. Ada beberapa kualitas hubungan konseling yang tidak dapat dijumpai dalam
hubungan lain, yaitu:
a. Ketulusan konselor dalam melakukan hubungan membantu ditandai dengan sikap
ramah, hangat, bersahabat, dsb, dapat menggugah klien untuk lebih meyakini
dirinya.
b. Pemahaman yang diberikan konselor terhadap klien dengan segala latar belakang
dan masalah-masalahnya dapat membuat klien merasa diterima.
c. Ketulusan orang,akan diperoleh dan berkembang melalui interaksi dengan
konselor yang tulus.
d. Resiko yang timbul dari hubungan dengan konselor, dengan sendirinya tidak
menimbulkan akibat yang bersifat merusak, akan tetapi dapat menunjang
perkembangan.
e. Respon-respon baru, akan diperoleh melalui serangkaian interaksi dalam
hubungan yang bersifat membantu. Dalam konseling, klien belajar bagaimana
membuat respon yang baru dan efektif dalam berinteraksi dengan lingkungan.6

5
Latipun, Psikologi Konseling, Malang: UMM Press, 2004, Hlm. 35
6
Surya, Psikologi Konseling, Bandung: C.V. Pustaka Bani Quraisy, 2003, Hlm. 38
C. Manfaat Menolong Dan Kriteria Menjadi Penolong Yang Efektif
Fungsi dalam pelayanan bimbingan dan konseling banyak dikemukakan oleh para ahli
bidang bimbingan dan konseling. Fungsi layanan bimbingan dan konseling berdasarkan
Pemendikbud Nomor 11 Tahun 2004 pada pasal 2 yaitu:
1. Fungsi Pemahaman Diri dan Lingkungan
Menurut Hamdani fungsi Pemahaman Diri dan Lingkungan merupakan fungsi
bimbingan dan konseling yang menghasilkan pemahaman dari sesuatu oleh pihak-
pihak tertentu sesuai dengan perkembangan.
2. Fungsi Fasilitas Pertumbuhan dan Pengembangan
Menurut Fenti fungsi Fasilitas Pertumbuhan dan Pengembangan yaitu
memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal, selaras, serasi serta seimbang seluruh aspek dalam diri
konseli
3. Fungsi Penyaluran Pilihan Pendidikan, Pekerjaan dan Karier
Menurut Wardati, Fungsi Penyaluran Pilihan Pendidikan, Pekerjaan dan Karier
merupakan bantuan kepada konseli agar memperoleh prestasi yang baik. Fungsi ini
membantu memperoleh jurusan yang tepat, menyusun program, perkembangan bakan
dan minat serta perencanaan karier.
4. Fungsi Penyesuaian diri dengan lingkungan
Menurut Fenti fungsi tersebut yaitu membantu konseli agar dapat menyesuaikan
diri dengan diri dan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
5. Fungsi Perbaikan dan Penyembuhan
Menurut Hamdani bahwa fungsi tersebut bersifat kuaratif berkaitan erat dengan
pemberian bantuan kepada klien yang mengalami problem dan membantu klien
memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, bertindak dan berperasaan.
6. Fungsi Pencegahan timbulnya masalah
Untuk selalu mengatisipasi berbagai problem yang mungkin terjadi dan berupaya
mencegahnya sebelum klien mengalami.
7. Fungsi Pemeliharaan dan Kondisi Pribadi dan situasi yang kondusif untuk
perkembangan diri konseli
Menurut Hamdi bahwa pelaksanaan dalam fungsi ini diwujudkan melalui
program-program yang menarik, dan pilihan sesuai dengan minat konseli
8. Fungsi Pengembangan Potensi Optimal
Menurut Fenti bahwa fungsi tersebut bersifat proaktif dari fungsi-fungsi lainnya.
Konselor harus selalu berupaya untuk mencitakan lingkungan belajar yang kondusif
yang memfasilitasi perkembangan klien.7

Menurut Faqih Fungsi konseling Islam yaitu:


1. Fungsi Prefentif
Membantu individu untuk mencegah ataupun menjaga timbulnya masalah bagi
dirinya.
2. Fungsi Kuratif atau Korektif
Membantu untuk mememcahkan problem-problem yang sedang dialami ataupun
dihadapi.
3. Fungsi prefentif dan developmental
Memelihara agar keadaan yang telah baik tidak menjadi buruk kembali dan
mengembangkan keadaan yang sudah baik menjadi lebih baik, sehingga
memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah baginya.
4. Fungsi preservatif
Membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik
(mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.

Dari beberapa fungsi tersebut dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu fungsi pemahaman,
fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pengembangan.
Sedangkan, menurut Hatcher fungsi Bimbingan Konseling secara umum yang dikutip
oleh Abumanyu ada 2 antara lainnya yaitu :
1. Fungsi Rehabilitatif,
Peran rehabilitatif pada bimbingan konseling berfokus pada penyesuaian diri,
menyembuhkan problem psikologis yang dihadapi, mengatasi dari gangguan
emosional seta mengembalikan kesehatan mental. Agar bisa dapat menerima bantuan
dari seorang konselor, klien harus mengalami gangguan yang cukup menggelisahkan
untuk bisa terdorong mencarai bantuan.
2. Fungsi Preventif
Upaya preventif merupakan suatu upaya untuk mencapai individu-individu
sebelum mereka mencapai masalah kejiwaan karena kurangnya perhatian. Disisi lain
7
Nu’ Syahirah, Bimbingan Konseling Urus Setia Kebajika, Pembangunan Keluarga Dan Wanita (U-
Kekwa) Dalam Membentuk Keluarga Harmonis Di Kota Bharu, Kelantan Malaysia, (Skripsi: UIN Sumatera
Utara Medan, 2021). Hlm. 18-20.
bahwa pejuga untuk melakukan intervensi mendahului kesadaran akan kebutuhan
pemberian bantuan. Upaya preventif meliputi perkembangan strategi-strategi dan
program-program yang dapat digunakan untuk mencoba mengantisipasi dan
mengelakkan resiko-resiko hidup yang tidak perlu terjadi.8

Berikut ini ada beberapa kriteria penolong yang efektif antara lain yaitu:
1. Keintelektual
Kegiatan profesional merupakan suatu pelayanan yang lebih berorientasi kepada
bidang mental daripada manual dalam artian kegiatan yang membutuhkan
keterampilan fisik, dan lebih membutuhkan proses untuk berpikir daripada kegiatan
rutin yang lebih banyak menggunakan fisik.
2. Kompetensi Profesional yang dipelajari
Kompetensi profesional diperoleh dengan sungguh-sungguh dengan
menggunakan segenap pikiran, usaha dan tenaga, untuk mengkaji serta mempelajari
keilmuwan dengan berbagai pendekatan, teknik dan juga cara, yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
3. Objek praktik spesifik
Suatu profesi hendaknya mempunyai objek praktik yang spesifik yang tidak
dapat ditangani oleh profesi lain. Pelayanan bantuan berkenaan dengan
penyelenggaraan proses bimbingan/pembelajaran terhadap peserta didik dalam bidang
layanan yang menjadi kekhasan dari pekerjaan guru, konselor/guru BK dan pamong
belajar tersebut.
4. Komunikasi
Dengan adanya komunikasi itu untuk memungkinkan dipelajari dan
dikembangkannya profesi, dilakukan dan diawasi dengan sesuai kode etik, dan
dilaksanakan perlindungan hukum terhadap profesi.
5. Motivasi altruistik
Motivasi altruistik ataupun disebut dengan motivasi kerja tanpa pamrih
diwujudkan dalam pelayanan berdasarkan keintelektualan, kompetensi dan
komunikasi dalam melaksanakan objek praktik spesifik dari profesi tersebut. Motivasi
kerja tersebut menjauhkan tenaga profesional dari mementingkan keuntungan pribadi,
dan juga sebaliknya, mengutamakan kepentingan sasaran pelayanan.
8
Muhammad Syaiful Chijab, Bimbingan Konseling Islam Dalam Meningkatkan Akhlaq Al-Karimah
Melalui Kajian Simtud Durar Pada Jama’ah Majlis Ta’lim Tsamrotul Hikmah Gunungpati Semarang,
(Semarang: UIN Walisongo, 2017). Hlm 40-42.
6. Organisasi Profesi
Organisasi profesi secara langsung hendaknya peduli terhadap realisasi aspek-
aspek objek praktik spesifik profesi, misalkan keintelektualan, komunikasi,
kompetensi, dan pelayanan , kode etik profesi dan perlindungan hukum atas seluruh
anggotanya. Dalam organisasi profesi diperlukan untuk membina anggotannya agar
mempunyai kualitas tinggi dalam memberikan pelayanan dan mengembangkan serta
mempertahankan kemartabatan profesi. Organisasi profesi dituntut juga untuk
mengembangkan profesi agar menjadi besar,dan sangat diharapkan untuk ikut serta
memenuhi kepentingan dan kebutuhan masyarakat secara luas.9
Menurut Carl Rogers menjelaskan bahwa ada 3 kualitas utama konselor agar
konseling efektif antara lain yaitu :
1. Kangruensi
Merupakan suatu tingkah laku yang sesuai dengan citra diri sendiri, konselor
yang mempunyai kualitas kongruen, yaitu konselor dalam sikap serta perilakunya
menunjukkan keaslian, baik secara pribadi ataupun profesional. Konselor tidak
berpura-pura menutupi kekurangan dirinya.
2. Perhatian positif tanpa syarat pada konseli
Dimana konselor memberikan perhatian yang positif tanpa syarat. Konselor
dapat menerima konseli dengan segala kekurangan serta kelebihannya, tanpa
memberikan penilaian.
3. Empati
Secara umum empati merupakan sikap ataupun perasaan seseorang terhadap
penderitaan orang lain, dalam bentuk realisasi, dan pengertian terhadap perasaan,
kebutuhan, dan penderitaan pribadi lain. Rogers mengartikan kata empati
merupakan sikap dalam memaknai orang lain, mampu merasakan dan mengalami
sebagaimana yang dirasakan orang lain itu, akan tetapi tanpa kehilangan identitas
dirinya sendiri.10

BAB III
PENUTUP

9
Abd. Kadir Husain, Keprofesionalan Bimbingan dan Koseling, (Universitas Negeri Gorontalo,
2019).Hlm. 12-14
10
Nursyamsi, Kepribadian Konselor Efektif, (UIN Imam Bonjol Padang, ). Hlm. 3
Kesimpulan
Perilaku tolong menolong adalah sebagai tindakan sosial, rasa perhatian, penghargaan,
kasih sayang, kesetiaan, serta bantuan yang diberikan pada orang lain yang dilakukan dengan
suka rela tanpa pamrih. Perilaku tolong menolong ialah tindakan sukarela yang dilakukan
sesorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan
apapun atau perasaan telah melakukan kebaikan.
Pada dasarnya konseling adalah suatu hubungan membantu (helping relationship) yang
profesional. Beberapa contoh hubungan yang professional antara lain: dokter dan pasien,
pekerja sosial dan masyrakat, pengacara dan klien, guru dan siswa. Sekalipun sama-sama
hubungan profesional, namun masing-masing hubungan ini memiliki karateristik tersendiri.
Demikian pula dengan hubungan konseling berbeda dengan pola hubungan yang lain.
Hubungan antara konselor dan klien pada proses konseling merupakan hubungan pemberian
bantuan yang bersifat profesional dan memiliki keunikan tersendiri. Profesional dalam hal ini
dikarenakan didasarkan pada pengetahuan khas, menerapkan suatu teknik intelektual dalam
suatu pertemuan khusus dengan orang lain (klien) agar klien tersebut dapat lebih efektif
menghadapi dilema, pertentangan-pertentangan atau konflik yang terjadi dalam dirinya.
Keunikan ini tercermin pada kekhususan karakteristik yang terjadi antara konselor dan klien.
Kekhususan ini bisa dilihat dari sasaran yang dibantu oleh konselor, metode hubungannya
dan masalah yang dihadapi oleh klien.
Fungsi layanan bimbingan dan konseling berdasarkan Pemendikbud Nomor 11 Tahun
2004 pada pasal 2 yaitu: 1. Fungsi Pemahaman Diri dan Lingkungan, 2. Fungsi Fasilitas
Pertumbuhan dan Pengembangan, 3. Fungsi Penyaluran Pilihan Pendidikan, Pekerjaan dan
Karier, 4. Fungsi Penyesuaian diri dengan lingkungan, 5. Fungsi Perbaikan dan
Penyembuhan, 6. Fungsi Pencegahan timbulnya masalah, 7. Fungsi Pemeliharaan dan
Kondisi Pribadi dan situasi yang kondusif untuk perkembangan diri konseli, Dan 8. Fungsi
Pengembangan Potensi Optimal.
Sedangkan Menurut Hatcher fungsi Bimbingan Konseling secara umum yang dikutip
oleh Abumanyu ada 2 antara lainnya yaitu : 1. Fungsi Rehabilitatif, Dan 2. Fungsi Preventif.

DAFTAR PUSTAKA
Chijab, Muhammad Syaiful, 2017. Bimbingan Konseling Islam Dalam Meningkatkan Akhlaq
Al-Karimah Melalui Kajian Simtud Durar Pada Jama’ah Majlis Ta’lim Tsamrotul
Hikmah Gunungpati Semarang. Semarang: UIN Walisongo
Holiander, Edwin P, 1981. Principles And Method of Social Psychology. New York : ox Ford
University Press
Husain, Abd. Kadir, 2019. Keprofesionalan Bimbingan dan Koseling. Universitas Negeri
Gorontalo
LA, D.O Sears. Peplau and S.E. Taylor : Social Psychology, seventh edition. Los
Angeles:Prentice Hall Internatonal, Inc
Latipun, 2004. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press
Munawaroh, Mulawarman, Eem, 2016. Psikologi Konseling: Sebuah Pengantar bagi
Konselor Pendidikan. Semarang
Myers, D.G, 1988. Social Psychologi. New York: Mc Graw-Hill International Editions
Nursyamsi, Kepribadian Konselor Efektif. UIN Imam Bonjol Padang
Surya, 2003. Psikologi Konseling. Bandung: C.V. Pustaka Bani Quraisy
Syahirah, Nu’, 2021. Bimbingan Konseling Urus Setia Kebajika, Pembangunan Keluarga
Dan Wanita (U-Kekwa) Dalam Membentuk Keluarga Harmonis Di Kota Bharu,
Kelantan Malaysia. Skripsi: UIN Sumatera Utara Medan

Anda mungkin juga menyukai