Objek Dakwah (Ahmad)
Objek Dakwah (Ahmad)
Objek Dakwah (Ahmad)
A. Latar belakang
Kegitan dakwah adalah kegiatan yang sangat mulia yang mana
manusia sebagai khalifah dibumi haruslah menyebarkan kebaikan saling
mengingatkan dalam hal kebaikan sesuai dari definisi dakwah itu sendiri.
dalam pengertian dakwah adalah sangat luas kalau diartikan bukan saja
ceramah dikhalayak ramai, tetapi kegiatan dakwah dilakukan dari lisan
maupun perbuatan yang mencontohkan kebaikan dan ditiru oleh orang
yang mendengar dan melihatnya, dalam kegiatan sehari-hari tanpa kita
sadari ada kegiatan dakwah yang sengaja dan tidak sengaja kita lakukan.
Objek dakwah (mad’u) adalah sasaran dari dai’ atau pendakwah dan bisa
juga dikatakan sebagai orang yang akan di pengaruhi bisa jadi orang yang
meneruskan pesan-pesan kebaikan dari dai’ sebelumya dan Insya Allah
akan mejadi amal jariah.
Da’i haruslah paham akan kondusi dan situasi madu’ supaya
kegiatan dakwah akan berjalan dengan baik dan sesuai tujuan dari dakwah
itu sendiri, dan memberikan contoh yang baik haruslah dengan secara
ikhlas dari hati.
B. Rumusan masalah
Apa yang dimaksud dengan objek dakwah ?
bagaimana peran da’i terhadap mad’u ?
C. tujuan
tujuan dari makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang dakwah, supaya bisa diterapkan didalam masyarakat,
dan pentingnya berdakwah bagi manusian dan sebagai umat muslim.
BAB II
PEMBAHASN
1
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: kencana, 2012), hlm.318
Pada aktivitas dakwah, keberadaan mad’u menjadi sesuatu yang
sangat penting sebagai objek dari aktivitas dakwah itu sendiri. Kondisi
mad’u dan pilihan pesan dakwah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, karena dakwah yang ideal adalah aktivitas dakwah yang
menyesuaikan keberadaan mad’u dengan kebutuhan pesan dakwah yang
disampaikan. Tidak hanya cukup sampai disitu saja, setelah tema atau
pesan dakwah sudah ditentukan sesuai dengan kebutuhan mad’u, maka hal
yang paling penting adalah menentukan bahasa yang akan digunakan agar
keberagaman profesi, pendidikan, status sosial pada masyarakat atau
mad’u mampu diakomodir oleh bahasa dan pesan dakwah itu sendiri.
Setiap keberadaaan masyarakat sebagai individu atau masyarakat sebagai
kelompok tentu memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari
masingmasing individu atau kelompok. Manusia sebagai individu,
Keunikan psikis tiap manusia menimbulkan perbedaan-perbedaan
mendasar. Secara psikologis, manusia sebagai objek dakwah dibedakan
oleh berbagai aspek, pertama, sifat-sifat kepribadian (personality traits)
yaitu adanya sifat-sifat manusia yang penakut, pemarah, suka bergaul,
ramah, sombong dan sebagainya. Kedua, intelegensi yaitu aspek
kecerdasan seseorang, mencakup kewaspadaan, kemampuan belajar,
kecepatan berfikir, kesanggupan untuk mengambil keputusan yang cepat
dan tepat, kepandaian menangkap dan mengolah kesan-kesan atau masalah
dan kemampuan mengambil kesimpulan. Ketiga, pengertian, keterampilan,
nilai-nilai dan peranan. Manusia sebagai kelompok, manusia secara hakiki
merupakan makhluk sosial sejak dilahirkan memerlukan orang lain untuk
memenuhi segala kebutuhannya.
B. Peran dai’ terhadap mad’u
seorang dai’ tidak terlepas dari interaksi dengan mad’u (objek dakwah).
Karenanya, seorang dai’ dituntut untuk mengenal objek dakwah. Hamam
Abdurrahim Sa’id dalam kitabnya Qawaidu ad-Da’wah ila Allah
mengatakan bahwa mengenal objek dakwah menjadi bagian penting dalam
berdakwah.
Hal pertama yang hendaknya dikenal dari objek dakwah adalah
nama, termasuk gelar, baik akademis atau gelar penghormatan yang
diberikan oleh masyarakat, nama panggilan akrab, dan memanggil dengan
nama yang disukai. Abbas As-Siisi dalam kitabnya At-Thariq Ilal
Quluubb menjelaskan cara menyentuh hati objek dakwah, salah satunya
menghafal nama. Menghafal nama merupakan hal penting, dari sini terjadi
interaksi dan lahir sifat saling percaya (tsiqah). Rasulullah SAW bersabda,
“Termasuk sifat angkuh adalah seseorang yang masuk ke dalam rumah
temannya, lalu disuguhkan makanan, ia tidak mahu memakannya; dan
seorang laki-laki yang bersama-sama laki-laki lain dalam perjalanan, tetapi
tidak menanyakan nama dan nama orang tuanya.” (HR ad-Dailami).2
Seorang dai’ hendaklah memperhatikan madu’ atau mengenal dari
segi psikologi, situasi dan keadaan, semisal untuk memulai dakwah di
suatu wilayah hal yang pertama dilakuakan adalah survei terdahulu untuk
mengenal medan aktivitas dakwah, supaya berjalan sesuai keinginan dan
tujuan. syarat tertentu agar proses dakwahnya sesuai dengan target yang
ingin dicapai yaitu:
1. Dai harus mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang
Islam. Menjadi keharusan bagi dai’ untuk mendalami
pengetahuan agama baik masalah Aqidah, fiqih, muamalah
dan berbagai aspek disiplin keagamaan lainya.
2. Dai harus terlebih dahulu mengetahui seluk-beluk Islam
sebelum terjun ke lapangan untuk berdakwah, sehingga dai
mampu memberikan pemahaman tetang kesempurnaan
agama Islam kepada masyarakat.
3. Dai’ harus menjadi teladan yang baik bagi umat, sebab
perilaku, aktifitas, akhlak, perkataan dan perbuatan dai
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap umat.
2
https://m.mediaindonesia.com/opini/369995/mengenal-objek-dakwah, Imam Nur Suharno,
Pengurus Korps Mubaligh Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat. 18 December
2020, 11:40 Wib.
4. Dai harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang
baik. Banyak orang mempunyai pesan atau nasehat bagus
tetapi dalam menyampaikan atau berkomunikasinya kurang
lancar dan tepat sehingga nilai dari pesan atau nasehat
tersebut menjadi berkurang. Olehnya itu kemampuan
berkomunikasi secara baik dan benar adalah syarat yang
tidak boleh diabaikan oleh para dai’.
5. Pengetahuan psikologi, manusia adalah mahkluk unik yang
tidak bisa di prediksi kepribadianya, dai di tuntut
memahami ilmu psikologi kepribadian dan perkembangan.
Dengan mengetahui kondisi kejiwaan masyarakat dai akan
lebih mudah memberikan solusi yang sesuai dengan
masalah yang dihadapi. Maka materi dakwah akan mudah
diterima oleh masyarakat.3
Seorang da’i haruslah paham akan agama yang akan menjadi senjata untuk
menghadapi madu’ dan harus siap turun tangan di masyarakat/publik, dan dai’
harus mempunyai komunikasi yang baik verbal dan non verbal, supaya interaksi
antara dai’ dan madu’ berlangsung dengan baik. Seorang dai’ paham akan
psikologi dam mempunyai rasa tanggungjawab yang tinggi, mampu memahami
kondisi dan situasi mad’u.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
3
Najamudin, Metode Dakwah Menurut Alqur'an. (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani), hlm. 23.
Pada aktivitas dakwah, keberadaan mad’u menjadi sesuatu yang
sangat penting sebagai objek dari aktivitas dakwah itu sendiri, oleh karna
itu seorang dai diharuskan mempunyai skill atau keterampilan yang
khusus untuk menyampaikan pesan, tidak menutup kemungkinan orang
biasa juga bisa menyampaikan pesan kebaikan dengan caranya tersendiri
atau mengambil referensi dari pihak lain dan disampaikan kepada orang
lain, karna arti dari dakwah itu sangat luas.
B. Saran
Sebagai khalifah dibumi teruslah meyebarkarkan kebaikan, tidak
memandang ras, agama, suku, dan bangsa karna berdakwah tidak pandang
bulu sekecil apapun kebaikan pasti akan dibalas dengan kebaikan pula.
DAFATAR PUSTAKA