Pemanfaatan Tumbuhan Liar Lindernia Crustacea Dalam Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri Limbah Tambang Emas Skala Kecil
Pemanfaatan Tumbuhan Liar Lindernia Crustacea Dalam Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri Limbah Tambang Emas Skala Kecil
Pemanfaatan Tumbuhan Liar Lindernia Crustacea Dalam Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri Limbah Tambang Emas Skala Kecil
Abstract
Gold processing tailings in small-scale gold mine in the form of sludge that still contain Hg and
various other metal elements are commonly discharged in agricultural land and water bodies. The
discharge of the tailings at Sekotong of West has inhibited growth and yield of maize in the area.
The purpose of this study was to explore the potential of Lindernia crustacea for phytoremediation of
soil contaminated with small-scale gold mine tailings containing mercury. Lindernia crustacea was
grown on the mixture of top soil and (70% weight) and 30% (by weight) of amalgamation or
cyanidation tailings for 8 weeks. To enhance uptake of mercury, ammonium thiosulphate was
added with doses of 4 and 8 g kg-1 to the planting media when the plant reached 6 weeks old. The
results showed that the addition of 4 g and 8 g ammonium thiosulphate increased the accumulation
of Hg in the plant shoot by 61% and 27 %, respective, compared to the treatment without addition
of ligand. The addition of 4 g and 8 g ammonium thiosulphate also increased 15% and 11%
accumulation of Hg, respectively, in the plant root compared to the treatment without addition of
ligand. Based on BCF, BAF and TR values, it was known that with or without addition of
ammonium thiosulphate, Lindernia crustacean is suitable for use in pytostabilization activities.
Keywords: ammonium thiosulphate, Lindernia curstacea, phyoremediation, small-scale gold mine tailings
Tengah berkisar dari 25 ppm sampai 40 ppm, telah lama beradaptasi dan bertahan dalam
sedangkan kandungan Hg dalam biji jagung kondisi ekstrim (konsentrasi logam yang
dan padi yang tumbuh dilokasi pembuangan tinggi). Di antara 28 spesies tersebut, Lindernia
limbah sekitar 0.20 ppm (Krisnayanti et al., crustacean L. merupakan salah satu kandidat
2012). Kandungan Hg tersebut jauh melebihi untuk strategi fitoremediasi berdasarkan
konsentrasi toleransi maksimum (0.002 ppm), toleransinya terhadap logam berat. Namun
menurut Ketentuan Pemerintah. Pembuangan demikian, sampai saat ini belum banyak
lumpur sisa proses gelondong yang masih penelitian reklamasi lahan tercemar Hg yang
mengandung Hg ke lahan pertanian menggunakan jenis tumbuhan tersebut di atas.
menganggu pertumbuhan dan produksi Tujuan penelitian ini adalah untuk
tanaman, serta membahayakan kesehatan Mempelajari dan mengetahui potensi Lindernia
manusia melalui konsumsi pangan yang crustacea, dalam fitoremediasi tanah yang
dihasilkan dari tanah yang tercemar logam tercemar oleh limbang tambang emas
berat tersebut (Subowo et al., 2007). Menurut mengandung merkuri.
Fitter dan Hay (2002), bahwa ion-ion logam
bereaksi secara spesifik dengan enzim yang
pada gilirannya mengganggu proses
Bahan dan Metode
metabolisme pada tanaman. Tempat dan waktu penelitian
Kegiatan penambangan di wilayah
Penelitian dilakukan di laboratorium tanah
Sekotong tersebut di atas dilaporkan telah
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, dan
menyebabkan tanaman jagung menjadi
di green-house Universitas Tribhuwana
kekuning-kuningan yang pada gilirannya
Tunggadewi Malang pada bulan Juli 2013
menurunkan produksi tanaman jagung.
sampai dengan Desember 2013.
Khlorosis (tanaman menguning) merupakan
gejala utama tanaman yang keracunan Hg, Bahan penelitian
selain itu keracunan Hg juga menyebabkan akar
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
tanaman berwarna coklat, jumlah dan ukuran
adalah, tailing proses amalgamasi merkuri,
akar menurun, dan tudung akar rusak (Patra
tailing proses sianidasi, tanah, bahan ligand,
dan Sharma, 2000).
pupuk kalium (KCl), pupuk nitrogen (urea),
Kadar logam berat pada lahan pertanian
pupuk fosfor (SP36), kompos, bahan ligand,
tersebut dapat dikurangi dan dinetralisir dengan
amonium thiosulfat ([NH4]2S2O3), dan
metode yang murah, yang dikenal dengan
tumbuhan Lindernia crustacea. Tumbuhan
fitoremediasi, yaitu pemanfaatan tumbuhan
Lindernia crustacea diperoleh dari lokasi di sekitar
hijau atau mikroorganisme yang berasosiasi
lokasi pengambilan sampel tailing dalam
untuk menyerap, memindahkan, menurunkan
bentuk bentuk bentuk semai dari biji yang
aktivitas unsur toksik, serta mengurangi
ditumbuhkan selama 2 minggu.
kandungan senyawa toksik dalam tanah (Truu
Kompos yang digunakan adalah produksi
et al., 2003).
UPT kompos UB. Tanah yang digunakan
Fitoremediasi terdiri atas empat jenis
dalam penelitian ini adalah lapian atas (0-30
teknologi berbasis tanaman, yakni rhizofiltrasi,
cm) tanah Inceptisol di peroleh dari Kecamatan
fitostabilisasi, fitovolatilisasi, dan fitoekstraksi
Singosari, Kabupaten Malang. Pemilihan tanah
(Chandra Sekhar et al., 2005). Diantara empat
Inceptisol didasarkan pada pertimbangan
teknologi fitoremediasi tersebut, fitostraksi
bahwa tanah di Kecamatan Sekotong,
merupakan metode yang paling banyak
Kabupaten Lombok Barat tersebut di dominasi
digunakan untuk ekstraksi logam berat
oleh ordo Inceptisol. Sampel tanah di kering
pencemar tanah.
udarakan selama 3 hari, kemudian diayak
Handayanto et al. (2010) melaporkan
dengan ayakan 2 mm. Analisis dasar tanah
bahwa di daerah yang terkontaminasi oleh
meliputi kandungan N total (metode Kjeldahl),
limbah sianidasi emas Sekotong Kabupaten
P tersedia (Bray-1) dan K (flamephotometer),
Lombok Barat dijumpai 28 spesies pohon yang
http://jtsl.ub.ac.id
263
Tabel 1. Karakteristik tanah dan tailing tambang emas skala kecil di Desa Sekotong Tengah,
Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat.
No. Parameter Tanah Tailing Amalgamasi Tailing Sianidasi
1 pH H2O 6,4 7,7 9,1
2 C-organik (%) 0,95 1,19 1,18
3 N-total (%) 0,10 0,001 0,006
4 P-Olsen (ppm) 20,98 2.89 22.16
5 K-dd (cmol kg-1) 3,25 0.001 0.058
6 Na-dd (cmol kg-1) 0,89 0.64 1.34
7 Ca-dd (cmol kg-1) 3,04 1.99 5.85
8 Mg-dd (cmol kg-1) 1,26 0.84 0.39
9 KTK (cmol kg-1) 14,25 11.57 13.34
10 KB (%) - 31 58
11 Hg (ppm) - 1090 312
http://jtsl.ub.ac.id
263
Untuk memaksimalkan pertumbuhan Lindernia konsentrasi logam pada tajuk tanaman dan
crustacea, semua media (campuran tanah dan konsentrasi logam dalam tanah (Yoon et al.,
tailing) di dalam pot diberi pupuk dasar N, P 2006; Li dan Yang, 2008). Kemampuan
dan K dengan dosis setara 100kg N (urea) ha-1, tanaman untuk mentranslokasi logam dari akar
50kg K (KCl) ha-1, dan 50kg P (SP36) ha-1, ke tajuk diukur menggunakan TF (Translocation
serta kompos derngan dosis 10 t ha-1. Factor), yang didefinisikan sebagai rasio
Penambahan ammonium sulfat (untuk dosis 4 konsentrasi logam dalam tajuk dengan
dan 8 g kg-1 media) dalam bentuk larutan, konsentrasi logam dalam akar (Yoon et al.,
dilakukan setelah tumbuhan berumur 6 2006).
minggu, atau 2 minggu sebelum panen. Selama
percobaan, pemberian air dilakukan setiap hari
untuk menjaga kecukupan pasokan air untuk
Hasil dan Pembahasan
pertumbuhan tanaman. Dua minggu setelah Biomasa Tanaman
penambahan ammonium sulfat, tumbuhan
Hasil pengujian kemampuan toleransi
dipanen (umur 8 minggu).
menunjukkan bahwa L. crustacea mempunyai
Pada saat panen, tajuk dan akar
toleransi yang tinggi terhadap tanah yang
dipisahkan, kemudian di keringkan selama 48
terkontaminasi tailing tambang emas yang
jam pada 600C untuk analisis kandungan Hg.
mengandung merkuri. Hal ini ditunjukkan
Pengukuran kandungan Hg dengan
dengan tidak adanya hambatan pertumbuhan
menggunakan Cold Vapor Atomic Absorption
tanaman dan tidak adanya kerusakan fisik
Spectrometry (CVAAS) using a F732-S
akibat gejala keracunan di semua tanaman.
spectrophotometer (Shanghai Huaguang
Penambahan 4 g atau 8 g ammonium thiosulfat
Instrument Company). Data yang diperoleh
kg-1 meningkatkan berat kering tajuk tanaman
selanjutnya dilakukan analisis ragam dilanjutkan
pada umur 6 dan 9 minggu, dengan
dengan uji BNJ 5%. Kemampuan tanaman
peningkatan tajam pada umur 9 minggu
dalam menyerap logam berat dari tanah, dapat
(Gambar 3).
ditentukan dengan menghitung nilai
BioAccumulation Factor (BAF), yaitu rasio antara
Gambar 1. Berat kering tajuk tiga spesies tanaman yang ditumbuhkan selama 9 minggu.
Keterangan *) lihat Tabel 2
http://jtsl.ub.ac.id
1
Peningkatan berat kering, terutama tajuk, akibat pada 9 minggu, perlakuan T2L1 memiliki
penambahan ammonium thiosulfat karena potensi tertinggi untuk menghasilkan biomassa,
terjadi penambahan unsur hara tanaman sedangan biomasa terendah dijumpai pada
(nitrogen dan sulfur) yang dipasok melalui perlakuan T2LO. Dalam hal produksi biomassa
bahan khelat yang ditambahkan pada saat perlakuan T2LI tampaknya menjadi spesies
tanaman berumur 8 minggu. Selain karena tanaman yang terbaik untuk fitoremediasi tanah
pasokan hara, keberadaan unsur S dalam terkontaminasi merkuri.
ammonium thiosulfat juga berpotensi
Konsentrasi Merkuri dan Translokasi
menurunkan pH tailing yang pada gilirannya
Merkuri dalam Tanaman
meningkatkan ketersediaan unsur hara lainnya
yang dikandung oleh tailing. Pada tajuk tanaman, konsentrasi merkuri
Suatu jenis tanaman dapat diklasifikasikan tertinggi (11,11 mg kg-1) dijumpai pada
dalam kelompok akumulator logam berat L.crustacea yang ditumbuhkan pada tailing
akumulator harus memenuhi kriteria selain sianidasi dengan penambahan 8 g amonium
memiliki kemampuan untuk bertahan hidup thiosulfat kg-1 (perlakuan T2L1), sedangkan
pada konsentrasi logam yang tinggi dalam yang terendah (4,72 mg kg-1) pada tajuk
tanah, tingkat penyerapan dan translokasi L.crustacea yang ditumbuhkan pada tailing
logam dalam jaringan dengan kemampuan amalgamasi tanpa penambahan ligan (Gambar
tinggi idealnya juga memiliki potensi tinggi 4).
untuk produksi biomassa (Rascio dan Navari-
Izzo, 2011). Gambar 3 menunjukkan bahwa
Gambar 2. Konsentrasi Hg dalam Tajuk dan Akar tiga spesies tanaman yang ditumbuhkan selama 9
minggu. Keterangan *) lihat Tabel 1
Pada akar, konsentrasi merkuri tertinggi (22,22 yang ditumbuhan pada taoling amalgamasi
mg kg-1) dijumpai dalam akar L.crustacea yang tanpa penambahan ligand (Gambar 4).
ditumbuhkan pada tailing sianidasi dengan Penelitian yang dilakukan sebelumnya pada
penambahan 8 g amonium thiosulfat kg-1 tanah terkontaminasi dengan tailing proses
(perlakuan T2L1), sedangkan yang terendah sianidasi emas menunjukkan bahwa tiga spesies
(13,06 mg kg-1) dijumpai pada akar L.crustacea spesies tanaman tersebut dapat mengakumulasi
http://jtsl.ub.ac.id
266
9.06, 10.36 dan 15.65 mg Hg kg-1 (Muddarisna Navari-Izzo, 2011). Secara rata-rata,
et al., 2013). Angka ini melebihi nilai ambang penambahan 4 g dan 8 g ammonium thiosulfat
batas konsentrasi merkuri dari 0,001% atau 10 secara berturutan meningkatkan akumulasi Hg
mg kg-1 dari total berat kering (Pedron et di tajuk sebesar 61% dan 27%% dibandingkan
al.,2011). Peneliti lain menunjukkan bahwa ada dengan perlakuan tanpa penambahan ligand.
hubungan antara tingkat pencemaran logam Penambahan 4 g dan 8 g ammonium thiosulfat
berat dalam tanah dengan penyerapan oleh secara berturutan juga meningkatkan 15% dan
tanaman (Nagajyoti et al., 2010). 11% kumulasi Hg dalam akar dibandingkan
Akumulasi terjadi karena ada dengan perlakuan tanpa penambahan ligand
kecenderungan dari logam berat untuk (Gambar 5).
membentuk senyawa kompleks dengan bahan Menurut Ghosh dan Singh (2005)
anorganik yang ditemukan dalam tubuh fitoekstraksi adalah proses untuk
organism tanah (Selin, 2009). Tanaman menghilangkan kontaminasi dari tanah tanpa
mengembangkan beberapa mekanisme yang merusak struktur dan kesuburan tanah.
efektif untuk mentolerir kandungan logam yang Akumulasi logam berat dapat dikaitkan dengan
tingkat dalam tanah (Nagajyoti et al., 2010). mekanisme detoksifikasi berdasarkan
Tanaman akumulator tidak mencegah logam penyerapan ion logam berat dalam vakuola,
untuk masuk ke dalam akar tetapi dengan mengikat mereka pada ligan yang sesuai
mengembangkan mekanisme khusus untuk seperti asam organik, protein dan peptida
detoksifikasi logam berat dalam sel yang dengan adanya enzim yang dapat berfungsi
memungkinkan bioakumulasi logam dalam pada tingkat tinggi ion logam (Cui et al., 2007)
konsentrasi tinggi (Fasani, 2012). dan strategi penghindaran tanaman menyerap
Tanaman secara alami dapat loham berat (Ghosh dan Singh, 2005).
mengakumulasi logam melebihi nilai ambang Nilai TF (translocation factor), BAF
1% (Zn, Mn), 0,1% (Ni, Co, Cr, Pb dan Al), (BioAccumulation Factor), dan BCF
0,01% (Cd dan Se), 0,001% (Hg) atau 0,0001% (BioConcentration Factor) pada semua perlakuan
(Au ) dari berat biomassa kering tanpa adalah kurang dari 1 (Gambar 6).
menunjukkan gejala keracunan (Rascio dan
Gambar 3. Nilai TF (translocation factor), BAF (BioAccumulation Factor), dan BCF (BioConcentration
Factor) dari L. crustacea. Keterangan *) lihat Tabel 1
http://jtsl.ub.ac.id
266
http://jtsl.ub.ac.id
267
Moreno, F.N., Anderson, C.W.N., Robinson, B.H. Telmer, K. 2007. Mercury and Small Scale Gold
and Stewart, R.B. 2004. Phytoremediation of Mining –Magnitude and Challenges Worldwide.
mercury-contaminated mine tailings by induced GEF/UNDP/UNIDO Global Mercury Project
plant-Hg accumulation. Environmental Practice Truu, J. Talpsep, E. Vedler, E. Heinaru, E. and
6(2), 165-175. Heinaru, A. 2003. Enhanced Biodegradation of
Muddarisna, N., Krisnayanti, B.D., S.R. Utami, S.R. Oil Shale Chemical Industry Solid Wastes by
and E. Handayanto, E. 2013. Phytoremediation Phytoremediation and Bioaugmentation.
of mercury-contaminated soil using three wild Estonia Academy Publisher
plant species and its effect on maize growth. Veiga, M.M., Maxson, P.A. and Hylander, L.D.
Applied Ecology and Environmental Science. 1 2006. Origin and consumption of mercury in
(3), 27-32 small-scale gold mining. Journal of Cleaner
Nagajyoti, P.C., Lee, K.D. and Sreekanth, T.V.M. Production 14, 436-447.
2010. Heavy metals, occurrence and toxicity for Wang, J., X, Feng, X. and C.W.N. Anderson,
plants: a review. Environmental Chemistry C.W.N. 2012. Thiosulphate Assisted
Letters 8, 199-216. Phytoextraction of Mercury (Hg) Contaminated
Patra, M., and Sharma, A. 2000. Mercury toxicity in Soils at The Wanshan Mercury Mining District,
plants. Botanical Review 66(3), 379-422. Southwest China. In: Environmental, Socio-
Pedron, F., Petruzzelli, G., Barbafieri, M., Tassi, E., economic, and Health Impacst of Artisanal and
Ambrosini, P., and Patata, L. 2011. Mercury Small-Scale Minings. E. Handayanto, B.D.
mobilization in a contaminated industrial soil for Krisnayanti and Suhartini (eds). p 67-76. UB
phytoremediation. Communications in Soil Press, Malang, Indonesia.
Science and Plant Analysis 42,: 2767-2777. Wei, S., Zhou, Q. and Mathews, S. 2008. A newly
Rascio, N. and Navari-Izzo, F. 2011. Heavy metal found cadmium accumulator-Taraxacum
hyperaccumulating plants: how and why do they mongolicum. Journal of Hazardous Materials
do it? and what makes them so interesting?. 159,544-547.
Plant Science 180,: 169-181. Yoon, J., Cao, X. and Zhou, O. 2006. Accumulation
Selin, N.E. 2009. Global biogeochemical cycling of of Pb, Cu, and Zn in native plants growing on a
mercury: a review. Annual Review of contaminated Florida site. Science of the Total
Environment and Resources 34, 43-63. Environment 368, 456–464
Subowo, M., Widodo, S. dan Nugraha, A. 2007. Zhang, W.H., Y. Cai, C.Tu and Q.L. Ma, 2002
Status dan Penyebaran Pb, Cd, dan Pestisida Arsenic speciation and distribution in an arsenic
pada Lahan Sawah Intensifikasi di Pinggir Jalan hyperaccumulating plant. Science of the Total
Raya. Prosiding. Bidang Kimia dan Bioteknologi Environment, 300: 167–177.
Tanah, Puslittanak, Bogor.
http://jtsl.ub.ac.id
268
http://jtsl.ub.ac.id