Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Kel.5 Model-Model Pembelajaran Inovatif

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran

Dosen Pengampu :Dita Purwinda Angrella, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Laila Suchrufi Janah 193141138


2. Alfina Khusnawafi 193141154
3. Rizani Aulia Hanim 193141159

KELAS 4E

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2021/2022
PEMBAHASAN

A. MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY


Dalam pembelajaran discovery learning guru berperan sebagai pembimbing
memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar secara aktif. Disini berusaha
merubah keadaan dari teacher oriented menjadi student oriented 1. Maksudnya
dalam pendekatan ini guru berusaha menempatkan peserta didik untuk belajar
lebih mandiri.

Dalam pendekatan pembelajaran ini bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk
akhir, tetapi peserta didik dituntut untuk mengolah bahan ajar tersebut dan
membuat kesimpulan atau konsep.2

Ciri-ciri pembelajaran Discovery Learning3 adalah:

1. Tujuan utamanya adalah memanfaatkan/mengembangkan informasi dan


memecahkan masalah.
Dari pengetahuan yang dimiliki peserta didik diharapkan mampu
menciptakan pengetahuan yang baru, kemudian membentuk konsep umum
dalam suatu ilmu pengetahuan.
2. Berpusat pada siswa.
Peserta didik dituntut untuk aktif mengolah informasi dalam berbagai
bentuk agar menjadi pengetahuan baru. Jadi siswa mencari dan menggali
informasi sendiri sehingga siswa dapat bertindak sebagai peneliti, penemu,
dan ilmuwan.
3. Bahan ajar berupa informasi
Bahan ajar yang disampaikan berupa informasi-informasi yang mendorong
peserta didik untuk menemukan sendiri ilmu pengetahuan.
4. Guru berperan sebagai fasilitator

1
Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar
Siswa. Yogyakarta: Deepublish. Hlm 110
2
Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar
Siswa. Yogyakarta: Deepublish. Hlm 108
3
Mariyaningsih, Nining., Hidayati, Mistina. 2018. Bukan Kelas Biasa. Surakarta: Kekata Publisher.
Hlm 68
Guru mampu mengatur dan mengolah kelas untuk memberi fasilitas
kepada peserta didik agar pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah
dimiliki oleh peserta didik dapat digabungkan.
5. Guru berperan sebagai pembimbing
Guru menyediakan dan menunjukkan sumber informasi serta membimbing
dalam menyusun pengetahuan siswa.

Beberapa kelebihan penerapan Discovery Learning4, adalah:

1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan dan


proses kognitif. Usaha bagaimana cara seseorang belajar adalah kunci
utama dalam proses ini.
2. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat berharga karena
menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
3. Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil
4. Memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kemampuannya sendiri.
5. Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6. Metode ini dapat membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya,
karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
7. Berpusat pada peserta didik dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan.
8. Membantu peserta didik menghilangkan keraguan karena mengarah pada
kebenaran yang final dan pasti.
9. Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses
belajar yang baru.
11. Mendorong peserta didik berpikir dan bekerja atas kemauan sendiri

4
Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar
Siswa. Yogyakarta: Deepublish. Hlm 112
12. Mendorong peserta didik berpikir intuisi (kemampuan memahami sesuatu
berdasarkan naluri) dan merumuskan hipotesis sendiri.
13. Memberikan keputusan yang bersifat mendalam.
14. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
15. Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik
16. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar.
17. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Langkah-langkah pembelajaran discovery learning menurut Syah (2004)5 :

1. Memberi rangsangan (Simulation)


Permasalahan yang disajikan merangsang peserta didik untuk bertanya dan
memunculkan rasa ingin tau, sehingga peserta didik menyelidiki sendiri.
Guru menempatkan diri sebagai pemberi rangsangan seperti memberi
beberap pertanyaan, menyuruh peserta didik untuk mencari informasi
diberbagai sumber dan rangsangan lain yang mengarah pada pemecahan
masalah. Dalam proses belajar, rangsangan berfungsi untuk membantu dan
mengembangkan siswa dalam menjelajah bahan yang diberikan.
2. Mengidentifikasi masalah (Problem Statement)
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi
permasalahan yang relevan dengan bahan pelajaran, selanjutnya memilih
dan merumuskan dalam bentuk hipotesis/ jawaban sementara atas
pertanyaan masalah.
3. Mengumpulkan data (Data Collecting)
Peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan data yang relevan
dari berbagai sumber dan berbagai bentuk informasi, sehingga peserta
didik dapat mengeksplorasi pengetahuan konseptualnya, dan melatih
keterampilan berfikirnya.
4. Pengolahan data (Data Proccesing)

5
Mariyaningsih, Nining., Hidayati, Mistina. 2018. Bukan Kelas Biasa. Surakarta: Kekata Publisher.
Hlm 68-69
Informasi yang diperoleh peserta didik dari berbagai sumber kemudian
diolah, diidentifikasi, serta dutafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
5. Pembuktian (Verification)
Dengan suatu penemuan akternatif peserta didik melakukan penelitian
untuk membuktikan apakah hipotesis yang sebelumnya ditetapkan
dihubungkan dengan hasil data yang telah diolah sudah benar atau belum.
6. Menyimpulkan (Generalization)
Membuat kesimpulan yang dapat dijadikan sebagai pedoman umum dalam
memecahkan semua permasalahan dengan memperhatikan hasil
verifikasi..
B. MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY

Kata “Inquiry” berasal dari bahasa inggris yang berarti mengadakan penyelidikan,
menanyakan keterangan, melakukan pemeriksaan (Echols dan Hassan Shadily,
2003: 323). Sedangkan menurut Gulo (2005:84) inkuiri berarti pertanyaan atau
pemeriksaan, penyelidikan. Sumantri (1999:164), menyatakan bahwa metode
inquiry adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.

Metode inquiry berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri


siswa, dan menempatkan siswa dalam suatu peran yang menuntut inisiatif besar
dalam menemukan hal-hal penting untuk dirinya sendiri.

Karakteristik Model Inquiry Based Learning

Model inquiry ini berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia,
manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahunanya. Rasa
ingin tahu tentang keadaan alam disekelilingnya merupakan kodrat manusia seja
ok lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala
sesuatu melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan dan indra- indra
lainnya.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri ini, yaitu :
1. Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
menari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa
sebagai subjekbelajar.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Dengan
demikian strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.

Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan


kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis.

Tujuan utama pembelajaran melalui version Inquiry Based Learning ini adalah
menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan
keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan
mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.

Langkah-Langkah Model Inquiry Based Learning Secara umum, langkah-langkah


contoh inkuiri based learning menjadi berikut:

1. Orientasi
Langkah orientasi merupakan langkah buat membina suasana atau iklim
pembelajaran yg responsif. Pada langkah ini pengajar mengkondisikan
supaya murid siap melaksanakan proses pembelajaran. Pengajar
merangsang & mengajak murid buat berpikir memecahkan perkara.
Langkah orientasi adalah langkah yg sangat krusial. Keberhasilan startegi
ini sangat tergantung dalam kemauan murid buat beraktifitas memakai
kemampuannya pada memecahkan perkara, tanpa kemauan & kemampuan
maka proses pembelajaran nir akan berjalan menggunakan lancar.
2. Merumuskan Masalah
Merumuskan perkara adalah langkah membawa murid dalam suatu
problem yg mengandung teka -teki. Persoalan yg tersaji merupakan
problem yg menantang murid buat berpikir memecahkan teka-teki itu.
Dikatakanteka- teki pada rumusan perkara yg ingin dikaji ditimbulkan
perkara itu tentu terdapat jawabannya, & murid didorong buat mencari
jawaban yg tepat. Proses
mencari jawaban itulah yg sangat krusial pada taktik inkuiri, sang sebabitu
melalui proses tadi murid akan memperoleh pengalaman yg sangat
berharga menjadi upaya berbagi mental melalui proses berpikir.
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban ad interim menurut suatu konflik
yangsedang dikaji. Sebagai jawaban ad interim, hipotesis perlu diuji
kebenarannya.Perkiraan menjadi hipotesis bukan sembarang perkiraan,
namun wajib mempunyai landasan berpikir yg kokoh, sebagai akibatnya
hipotesis yg dimunculkan itu bersifat rasional & logis. Kemampuan
berpikir logis itu sendiri akan sangat ditentukan sang kedalaman wawasan
yg dimiliki dan keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu
yg kurang memiliki wawasan akan sulit berbagi hipotesis yg rasional
danlogis.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data merupakan aktifitas menjaring warta yg diperlukan
buat menguji hipotesis yg diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data adalah proses mental yg sangat krusial pada
pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yg bertenaga pada belajar, akan namun pula
membutuhkan ketekunan & kemampuan memakai potensiberpikirnya.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis merupakan memilih jawaban yg dipercaya diterima
sinkron menggunakan data atau warta yg diperoleh menurut
pengumpulandata. Menguji hipotesis pula berarti berbagi kepandaian
rasional. Artinya, kebenaran jawaban yg diberikan bukan hanya menurut
argumentasi, akan namun wajib didukung sang data yg ditemukan & bisa
dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan konklusi
Merumuskan konklusi merupakan proses mendeskri psikan temuan yg
diperoleh menurut output pengujian hipotesis. Untuk mencapai konklusi
yg seksama usahakan pengajar bisa memberitahuakn dalam murid data
mana yg relevan.6
C. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIH MASALAH (PROBLEM BASED
LEARNING)

Model pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan sebuah


pendekatan pembelajaran dimana dalam pendekatan ini lebih menekankan pada
pembelajaran berbasis masalah. Permasalahan yang disusun mendorong rasa ingin
tahu perserta didik terhadap pembelajaran yang dimaksud. Pendekatan ini
mendorong peserta didik bekerjasama dalam kelompok atau tim untuk
mendapatkan pengetahuan baru dan mencari solusi dalam permasalahan tersebut,
sehingga peserta didik memiliki metode/model belajar sendiri.

Berdasarkan pendapat Arends7, pada dasarnya pembelajaran berdasarkan


masalah (problem-based learning) memiliki beberapa karakteristik sebagai
berikut:

1. Mengorientasikan siswa kepada masalah nyata dan menghindari


pembelajaran yang susah dimengerti.
2. Berpusat pada siswa dalam jangka waktu lama.
3. Menciptakan pembelajaran interdisiplin.
4. Penelitian masalah autentik yang menggabungkan masalah dunia nyata
dan pengalaman.
5. Menghasilkan produk/karya dan mempublikasikannya.
6. Mengajarkan kepada siswa untuk mampu menerapkan apa yang mereka
pelajari di sekolah dalam kehidupannya.
7. Pembelajaran terjadi dalam kelompok yang kecil (kooperatif).
8. Peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing.

6
M Amalia 2016 "Kajian Teori" 2016 hal 23 (http://repository.unpas.ac.id/12866/5/BAB
%20II.pdf)
7
Ibnu Badar al-Tabany, Trianto. 2017. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Konstektual. Jakarta: Kencana. Hlm. 68
9. Masalah disusun untuk memfokuskan dan merangsang pembelajaran.
10. Masalah adalah media untuk pengembangan keterampilan pemecahan
masalah
11. Informasi baru diperoleh lewat belajar mandiri.

Kelebihan Menggunakan PBL8:

1. Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik akan


menerapkan segala pengetahuan yang dia miliki dan mencari informasi
yang diperlukan dalam belajar memecahkan suatu masalah. Belajar dapat
semakin bermakna apabila peserta didik mengetahui konsep yang
diterapkan.
2. Dalam situasi PBL peserta didik menggabungkan pengetahuan dan
keterampilan secara bersamaan dan menerapkannya dalam konteks yang
relevan.
3. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Menumbuhkan
kemauan peserta didik didik dalam bekerja, motivasi peserta didik untuk
belajar, dan dapat mengembangkan hubungan antar anggota dalam bekerja
kelompok.
4. Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan evaluasi dan penilaian
terhadap kemajuan belajarnya.
5. Dalam kegiatan kelompok dapat meningkatkan komunikasi dengan peserta
didik lain.
6. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga peserta didik tidak perlu
lagi menghafal semua materi.

Kelemahan Menggunakan PBL9 :

1. Masih rendahnya minat dan kepercayaan peserta didik dalam


menyelesaikan masalah sehingga pelaksanaan model PBL terkendala.

8
Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar
Siswa. Yogyakarta: Deepublish. Hlm 120-121
9
Mariyaningsih, Nining., Hidayati, Mistina. 2018. Bukan Kelas Biasa. Surakarta: Kekata Publisher.
Hlm 25
2. Tidak semua materi pelajaran dapat menerapkan model PBL apalagi jika
peserta didik belum faham alasan dilakukannya pemecahan masalah
tersebut.
3. Membutuhkan waktu yang banyak dalam pelaksanaan KBM.
4. Agar kerja peserta didik dalam kelompok berjalan secara efektif,
dibutuhkan kemampuan guru untuk memotivasi siswa dengan baik

Thon Dewey memberikan 6 langkah PBM, sebagaimana dituliskan dalam Sanjaya


(2007)10 sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah
Poin pertama dalam belajar adalah permasalahan. Tetapi sebelumnya guru
perlu menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan cerita untuk
memunculkan masalah serta memotivasi peserta didik agar terlibat dalam
pemecahan masalah. Masalah tersebut bisa berupa pengalaman pribadi
peserta didik.
2. Menganalisis masalah
Siswa menganalisis masalah secara kritis dengan berbagai sudut pandang.
Melalui diskusi dalam kelompok kecil dapat membahas klarifikasi
permasalahan, definisi masalah, tukar pikiran berdasarkan pengetahuan
yang dimiliki anggota kelompok, menentukan hal hal yang harus
dilakukan untuk solusi permasalahan tersebut.
3. Merumuskan hipotesis
Setelah menganalisi dalam kelompok kecil tersebut, peserta didik
menentukan berbagai alternatif pemecahan masalah dan memutuskan
menjadi alternatif pilihan kelompok.
4. Mengumpulkan data
Peserta didik mencari dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan
untuk memecahkan masalah dari berbagai jenis sumber. Dalam mencari
sumber informasi dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok

10
Mariyaningsih, Nining., Hidayati, Mistina. 2018. Bukan Kelas Biasa. Surakarta: Kekata Publisher.
Hlm 23-24
Informasi dapat dicari melalui berbagai sumber baik melalui perpustakaan,
internet, pengamatan atau melakukan observasi maupun wawancara.
5. Pengujian hipotesis
Peserta didik dapat membuat kesimpulan atas hipotesis yang telah
diajukan sebelumnya. Biasanya peserta didik diminta untuk menyajikan
solusi dari permasalahan yang ditemukan.
6. Merumuskan rekomendasi
Kegiatan rekomendasi menggambarkan hal yang dapat dilakukan sesuai
dengan hasil yang diperoleh. Peserta dididk melakukan evaluasi dengan
bantuan guru untuk menghasilkan suatu rekomendasi. Rekomendasi dapat
mengukur seberapa jauh pengetahuan yang sudah diperoleh peserta didik
dan mengetahui peran setiap peserta didik dalam kerja kelompoknya.
D. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED
LEARNING)

Menurut Afriana (2015), pembelajaran berbasis proyek merupakan model


pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi siswa.Pengalaman belajar siswa maupun konsep yang dibangun
berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis proyek.

Goodman dan Stivers (2010) mendefinisikan Project Based Learning (PjBL)


merupakan pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran
dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi pesertadidik yang terkait dengan
kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secaraberkelompok.

Sedangkan Made Wena (dalam Lestari, 2015:14) menyatakan bahwa model


Project Based Learning adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja
proyek. Pendekatan pembelajaran berbasis proyek (PjBL) menciptakan
lingkungan belajar "konstruktivis" dimana siswa membangun pengetahuan
mereka sendiri dan pendidik menjadi fasilitator.11

11
Goodman, Brandon and Stivers, J. 2010. Project-Based Learning. Educational Psychology. ESPY
505. Hal 14
Karakteristik model Project Based Learning diantaranya yaitu siswa dihadapkan
pada permasalahan konkret, mencari solusi, dan mengerjakan projek dalam tim
untuk mengatasi masalah tersebut

Real World Problem >>> Student Choice Project >>> Project Goal

Pada model PjBL siswa tidak hanya memahami konten, dan juga dapat
menumbuhkan keterampilan siswa tentang bagaimanan berperan didalam
masyarakat. Keterampilan yang ditumbukan dalam PjBl antaralain keterampilan
komunikasi dan presentasi, keterampilan manajemen organisasi dan waktu,
keterampilan penelitian dan penyelidikan, keterampilan penilaian diri dan refleksi,
partisipasi kelompok dan kepemimpinan, dan pemikiran kritis.
Penilian kinerja PjBL bisa dilakukan secara sendiri dengan menekankan pada
kualitas produk yang dihasilkan, tingkat kepahaman masalah yang ditunjukkan,
dan pemberian andil pada proses realisasi proyek yang sedang berlangsung. PjBL
juga dapat memberikan siswa untuk merefleksikan ide dan pendapat mereka
sendiri, dan membuat keputusan yang mempengaruhi hasil proyek dan proses
pembelajaran secara umum, dan mempresentasikan hasil akhir produk.
Hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Project Based Learning
adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Siswa membuat keputusan tentang sebuah rencana kerja,
2. Adanya hambatan atau permasalahan yang diajukan kepada peserta didik,
3. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas hambatan
atau permasalahan yang diajukan,
4. Siswa secara saling membantu bertanggungjawab untuk mencari tahu dan
memanajeman informasi agar dapat memecahkan hambatan atau
permasalahan,
5. Proses evaluasi dijalankan secara berkelanjutan,
6. Siswa secara berkala melakukan penilaian atas aktivitas yang sudah
dijalankan,
7. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,
8. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.12

Keunggulan penerapan model project based learning yaitu:

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa untuk belajar mendorong


kemampuan mereka agar melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu
dihargai;
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah;
3. Membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-
problem yang kompleks;
4. Meningkatkan Kerjasama antar siswa:
5. Mendorong siswa untuk mengembangkan dan melaksanakan
keterampilan komunikasi;
6. Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber;
7. Memberikan pengalaman kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam
mengatur proyek dan mengatur waktu dan sumber-sumber lain seperti
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas;
8. Memberikan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara kompleks
dan dirancang berkembang sesuai dunia nyata;
9. Melibatkan para siswa agar dapat belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata;
10. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik
maupu menikmati proses pembelajaran”.13

Model pembelajaran ini dapat digunakan ketika pendidik ingin membuat


pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa dimana siswa memiliki pengalaman
belajar yang lebih menarik dan memberikan hasil sebuah karya dari pengalaman
(kontekstual) yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran ini
juga dapat digunakan ketika pendidik ingin lebih memberikan keterampilan
dibidang sains yaitu pada kegiatan mengamati, menggunakan alat dan bahan,
menginterpretasikan, merencanakan proyek, menerapkan konsep, mengajukan
pertanyaan dan berkomunikasi dengan baik. Selain itu pendidik juga dapat
menggunakan model PjBL ketika ingin mengembangkan kemampuan berfikir
yang kreatif kepada siswa dalam merancang dan membuat sebuah proyek yang
dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan secara sistematis. Sehingga

12
Ibid. Hal 23

13
Nurfitriyanti, Maya. 2016. Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal Formatif 6(2): 252
model PjBL ini dapat membudayakan berpikir tingkat tinggi (high order
thinking/HOT) dalam mengimplementasikan pembelajaran saintifik.
Pembelajaran project based learning dapat dilaksanakan apabila syarat- syarat
sudah dipenuhi, antara lain sebagai berikut:
1. Pendidik dapat mengidentifikasi kompetensi dasar yang lebih menekankan
pada aspek keterampilan atau pengetahuan pada tingkat penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi;
2. Pendidik dapat memilih materi atau topik-topik yang akan dijadikan tema
proyek sehingga menjadi menarik;
3. Pendidik harus terampil memberikan dorongan atau motivasi kepada
peserta didik dalam mengerjakan proyek;
4. Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup;
5. Pendidik bisa menyesuaikan waktu proyek dengan kalender akademik agar
kegiatan proyek memungkinkan bisa dilakukan.14
Seperti yang sudah di uraikan bahwa model Project Based Learning merupakan
model pembelajaran yang lebih menekankan pada keterampilan proses sains dan
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga karakteristik materi yang sesuai
dalam penerapan model Project Based learning ini yaitu:
1. Memiliki kompetensi dasar yang lebih menekankan pada aspek
keterampilan atau kemampuan pada tingkat penerapan, analisis, sintesis,
dan evaluasi (memodifikasi, mencoba, membuat, menggunakan,
mengoperasikan, memproduksi, merekonstruksi, mendemonstrasikan,
menciptakan, merancang,menguji, dll)
2. Dapat menghasilkan sebuah produk
3. Memiliki keterkaitan dengan permasalahan nyata atau kehidupan sehari-
hari.15
Langkah-langkah model pembelajaran Project Based Learning adalah sebagai
berikut:
1. Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the
big question) Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan yang dapat
memberi gambaran pada siswa untuk melakukan suatu aktivitas. Topik
yang diambil hendaknya sesuai dengan realita dunia nyata dan dimulai
dengan sebuah investigasi mendalam.
2. Merencanakan proyek (design a plan for the project). Perencanaan
dilakukan secara bersama antara pendidik dengan peserta didik. Dengan
demikian siswa diharapakan akan merasa mepunyai andil atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi tentang peraturan yang tidak boleh di langgar
ketika melakukan proyek, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung
14
Afriana, Jaka.2015. Project Based Learning (PjBL). Makalah untuk Tugas Mata Kuliah
Pembelajaran IPA Terpadu. Hal 12
15
Nurfitriyanti, Maya. 2016. Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal Formatif 6(2): 154
dalam menjawab pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai
subjek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan yang
dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek.
3. Menyusun jadwal aktivitas (create schedule). Pendidik dan peserta didik
secara bersama menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek.
Waktu melaksanakan proyek harus jelas, dan peserta didik diberi arahan
agar dapat mengelola waktu yang ada. Biarkan siswa mencoba menggali
sesuatu yang baru, akan tetapi pendidik tetap harus memantau dan
mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan
proyek.
4. Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the
project). Pendidik bertanggungjawab melakukan pemantauan atau
monitoring terhadap aktivitas siswa selama melakukan proyek. Monitoring
dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan
kata lain, pendidik berperan sebagai mentor bagi aktivitas siswa. Pendidik
mengajarkan kepada siswa bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok.
Setiap siswa dapat memilih perannya masing masing dengan tidak
menyampingkan kepentingan kelompok.
5. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome). Penilaian
dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur mencapai standar,
berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing masing siswa, memberi
umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai oleh siswa,
serta membantu pendidik dalam membuat strategi pembelajaran
berikutnya. Penilaian produk dilakukan saat masing-masing kelompok
mempresentasikan produknya di depan kelompok lain secara bergantian.
6. Evaluasi (evaluate the experience). Pada akhir proses
pembelajaran,pendidik dan siswa melakukan evaluasi terhadap aktivitas
dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses evaluasi dilakukan baik
secara sendiri maupun bersama. Pada tahap ini, siswa diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama
menyelesaikanproyek.16
Berdasarkan penjelasan tersebut, berikut ini diagram tahapan dalam pelaksanaan

1.Pengenalan 2.Membuat
Masalah Perencanaan

3.Menyusun
6.Evalusi
16 Jadwal
Lestari, Tutik. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Dasar menyajikan Contoh- Contoh
Ilustrasi Dengan Model Pembelajaran Project Based Learning dan Metode Pembelajaran
Demonstrasi Hal. 25

4.Pelaksanaan
5.Penilaian dan
Monitoring
DAFTAR PUSTAKA

Afriana, Jaka.2015. Project Based Learning (PjBL). Makalah untuk Tugas Mata
Kuliah Pembelajaran IPA Terpadu. Program Studi Pendidikan IPA
Sekolah Pasca sarjana. Universitas Pendidikan Indonesia.Bandung.

Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam


Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: Deepublish
Goodman, Brandon and Stivers, J. 2010. Project-Based Learning. Educational
Psychology. ESPY 505.
Grant, M.M. 2002. Getting A Grip of Project Based Learning: Theory, Cases and
Recomandation. North Carolina: Meredian A Middle School Computer
Technologies. Journal Vol. 5.

Ibnu Badar al-Tabany, Trianto. 2017. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,


Progresif, dan Konstektual. Jakarta: Kencana.
Lestari, Tutik. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Dasar menyajikan
Contoh- Contoh Ilustrasi Dengan Model Pembelajaran Project Based
Learning dan Metode Pembelajaran Demonstrasi Bagi Siswa Kelas XI
Multimedia SMK Muhammadiyah Wonosari. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta.Yogyakarta.
M. Amalia. 2016. Kajian Teori. (http://repository.unpas.ac.id/12866/5/BAB
%20II.pdf)
Mariyaningsih, Nining., Hidayati, Mistina. 2018. Bukan Kelas Biasa. Surakarta:
Kekata Publisher.
Nurfitriyanti, Maya. 2016. Model Pembelajaran Project Based Learning
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal Formatif
6(2)
Rezeki, Rina Dewi., dkk. 2015. Penerapan Metode Pembelajaran Project Based
Learning (PjBl) Disertai dengan Peta Konsep Untuk meningkatkan
Prestasi dan Aktivitas Belajar Siswa Pada Materi Redoks Kelas X-3 SMA
Negeri Kebak Kramat Tahun pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan
Kimia (JPK),Vol.4 No.1

Anda mungkin juga menyukai