Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah Perawat Dalam Penanganan Bencana

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERAN PERAWAT DALAM PENANGANAN BENCANA

OLEH :
NAMA : MARLEN S. FADIRUBUN
NIM : 202001051

SEKOLAH TINGGI BATARAGURU


STIKES BATARAGURU

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas Makalah “Peran Perawat Dalam Penanganan Bencana”.
Saya menyadari bahwa makalah ini msih jauh dari sempurna dikarenakan terbatanya
pengetahuan yang saya miliki oleh karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta
masukkan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kalian
semua mengenai Perencanaan Penanggulangan Bencana.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................... 1
1.4. Manfaat Penulisan ............................................................................. 2
1.5. Metode Penulisan .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
2.1. Keperawatan Bencana ...................................................................... 3
2.2. Pengertian Bencana ........................................................................... 3
2.3. Jenis Bencana .................................................................................... 4
2.4. Pengertian Manajemen Bencana ....................................................... 5
2.5. Tujuan Manajemen Bencana ............................................................. 5
2.6. Fasse Pada Manajemen Bencana ....................................................... 5
2.7. Pelayanan Medis Bencana Berdasarkan Siklus Bencana .................. 7
2.8. Peran Perawat Dalam Manajemen Bencana ...................................... 7
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 12
3.1. Kesimpulan dan Saran ....................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Indonesia adalah negara tersering mengalami gempa bumi se-Asia Tenggara
berdasarkan Natural Disaster Reduction (2007). Hal ini menunjukan Indonesia adalah negara
rentan terhadap gempa. Melihat fenomena itu tentu banyak permasalahan fisik, psikologis,
spiritual, sosial, dan ekonomi yang terjadi. Manajemen bencana yang cepat perlu dilakukan
dalam mengatasi hal yang terjadi karena bencana. Manajemen bencana mencakup
interdisiplin, usaha tim kolaborasi, dan jaringan lembaga dan individual untuk
mengembangkan perencanaan bencana yang meliputi elemen kebutuhan untuk
perencanaan yang efektif. Manajemen bencana memilki beberapa fase, fase dalam
manajemen bencana merupakan hal penting yang harus diketahui.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari bencana?
2. Apa saja jenis dari bencana?
3. Apa pengertian dari manajemen bencana?
4. Apakah tujuan dari manajemen bencana?
5. Apa saja fase pada manajemen bencana?
6. Apa saja pelayanan medis bencana berdasarkan siklus bencana?
7. Bagaimana peran perawat pada setiap tahapan siklus manajemen bencana?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Penulisan ini ditujukan untuk memenuhi tuntutan akademik sebagai tugas penulisan
makalah untuk mata kuliah manajemen bencana
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini, yaitu :
a. Untuk mengetahui pengertian dari bencana.
b. Untuk mengetahui jenis dan fase dari bencana.
c. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan dari manajemen bencana.
g. Untuk mengetahui peran perawat pada setiap tahapan siklus manajemen bencana.

1
1.4 Manfaat Penulisan
Tulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak di antaranya
penting juga bagi seorang perawat agar mengerti akan perannya pada setiap tahapan siklus
manajemen bencana dan sangat penting untuk menunjang profesi sebagai seorang perawat
yang profesional.

1.5 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah focus group
discussion dan studi pustaka. Pengkajian studi mengenai materi tersebut ditelaah melalui
studi pustaka dengan menggunakan beberapa literatur dan pencarian data dari internet.
Penulis mencari literatur-literatur baik dari buku literatur maupun dari internet yang
berkaitan dengan topik dan sumbernya bisa dipercaya. Literatur tersebut kemudian
dianalisis dengan cara berdiskusi dalam kelompok focus group discussion dan
diinterpretasikan dengan topik peran perawat pada setiap tahapan siklus manajemen
bencana.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Keperawatan Bencana


Pendidikan keperawatan bencana merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan pada
fase tenang (fase dimana bencana belum terjadi) dari siklusbencana. Tugas perawatan dalam
situasi darurat adalah bukan tugas yang dapat dilakukan oleh semua perawat.
Untuk memberikan tindakan medis dan perawatan yang terbaik kepada korban dan
orang-orang yang terluka dalam jumlah banyak pada saat kondisi darurat, maka
perlu dilakukan pendidikan keperawatan bencana sebelum bencana terjadi sehingga perawat
mendapatkan pemahaman dan keterampilan khusus yang memungkinkan menagani situasi
khusus saat bencana secara cepat dan fleksibel.
Pada akhir tahun 1990, banyak bencana alam dalam skala besar terjadi diseluruh dunia,
menimbulkan kerusakan di Negara-negara secara luas, tidak terikat pada ukuran ataupun
status sebagai Negara industry atau pertanian, bahkan Negara-negara yang teknologinya maju
pun telah terkena bencana. PBB telah menetapkan periode dari tahun 1990-1999 sebagai
“Dekade Internasional Pengurangan Bencana Alam (IDNDR : International Decade Natural
disaster Reduction)” dan melakukan berbagai aktivitas untuk berkontribusi dan
mempromosikan upaya untuk mengurangi dampak bencana alam dengan tema
“Menciptakan Kultur Pencegahan”.
Pada tahun 2000, Strategi Internasional Pengurangan Bencana (ISDR: International
Strategy for Disaster Reduction) telah didirikan untuk meneruskan misi IDNDR. Keadaan ini
menunjukkan pentingnya tenaga ahli keperawatan yang meningkatkan kesehatan masyarakat
untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan kesiapsiagaan bencana, kemudian mningkatkan
kesadaran mereka terhadap benacana dalam kehidupan sehari-hari, mempunyai pengetahuan
khusus dan tepat tentang keperawatan bencana, dan belajar keterampilan diamana mereka
dapat melakukan praktik dalam situasi darurat.

2.2. Pengertian Bencana


Menurut (WHO) Bencana adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan,
gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau
pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau
wilayah yang terkena.Menurut (Depkes RI) Bencana adalah peristiwa/kejadian pada suatu
daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta
3
memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan
bantuan luar biasa dari pihak luar.
Menurut Wikipedia: disaster is the impact of a natural or man-made hazards that
negatively effects society or environment (bencana adalah pengaruh alam atau ancaman yang
dibuat manusia yang berdampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan).Manajemen
bencana adalah proses yang sistematis dimana didalamnya termasuk berbagai macam
kegiatan yang memanfaatkan kemampuan dari kebijakan pemerintah, juga kemampuan
komunitas dan individu untuk menyeseuaikan diri dalam rangka meminamalisir kerugian.
Tindakan-tindakan tersebut pada umumnya meliputi kegiatan-kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengarahan, pemantauan, evaluasi dan pengendalian yang
dapat teraktualisasi dalam bentuk sekumpulan kebijakan dan keputusan administratif maupun
aktivitas-aktivitas yang bersifat operasional.

2.3. Jenis Bencana


Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana menjadi 2 jenis yaitu :
1. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti kejadian-
kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus, badai,
kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.
2. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena perbuatan
manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, huru-hara,
sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan komunikasi, gangguan transportasi dan
lainnya.
Sedangkan berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari :
1. Bencana LokalBencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya
yang berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-bangunan
disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor manusia seperti kebakaran,
ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya.
2. Bencana RegionalJenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area
geografis yang cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam, seperti badai,
banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya.

4
2.4. Pengertian Manajemen Bencana
Manajemen kebencanaan (bencana) adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari aspek
perencanaan, penanggulangan, hingga tindakan pascabencana. Kegiatan ini meliputi usaha
pencegahan, tanggap darurat, mitigasi kesiapsiagaan, dan pemulihan. Tujuan diadakannya
manajemen kebencanaan ini adalah untuk mengurangi kerugian dan risiko yang akan terjadi
serta mempercepat proses pemulihan pascabencana.
Pelaksanaan manajemen terdiri dari dua tahap, yakni sebelum terjadi bencana dan
sesudah terjadi bencana. Kegiatan yang dilakukan sebelum terjadi bencana meliputi
pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan. Sebaliknya, kegiatan pascabencana meliputi
tanggap darurat, rekonstruksi, dan rehabilitasi.

2.5. Tujuan Manajemen Bencana


1. Menghindari kerugian pada individu, masyarakat, dan Negara melalui tindakan dini
2. Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat dan Negara berupa kerugian
yang berkaitan dengan orang, fisik, ekonomi, dan lingkungan bila bencana tersebut
terjadi, serta efektif bila bencana itu telah terjadi.
3. Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat yang
terkena bencana. Membantu individu dan masyarakat yang terkena bencana supaya
dapat bertahan hidup dengan cara melepaskan penderitaan yang langsung dialami.
4. Memberi informasi masyarakat danpihak berwenang mengenai resiko.
5. Memperbaiki kondisi sehingga indivudu dan masyarakat dapat mengatasi
permasalahan akibat bencana.

2.6. Fase Pada Manajemen Bencana


1. Mitigasi
Mitigasi merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengurangi resiko dan
potensi kerusakan akibat keadaan darurat. Analisa demografi populasi rentan dan
kemampuan komunitas harus dianalisa. Mitigasi mencakup pendidikan kepada publik
tindakan untuk menyiapkan bencana pada individu, keluarga dan komunitas. Dimulai
dengan mengidentifikasi hazard potensial yang mempengaruhi operator operasi.
Indonesia kini tengah menuju mitigasi/tindakan preventif. Mitigasi yang
dilakukan adalah dengan pembangunan struktural dan non struktural di daerah rentan
gempa dan bencana alam lainnya. Tindakan mitigasi struktural contohnya dengan

5
pemasangan sistem informasi peringatan dini tsunami, yang bekerja setelah terjadi
gempa. Mitigasi non struktural adalah penataan ulang tata ruang area rentan bencana.
2. Fase Kesiapsiagaan Dan Pencegahan (Prevention Phase)
Fase kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang baik dengan
berbagai tindakan untuk meminamalisir kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya
bencana dan menyusun perencanaan agara dapat melakukan kegiatan pertolongan
serta perawatan yang efektif saat terjadi bencana.
Tindakan terhadap bencana menurut PBB ada 9 kerangka: pengkajian terhadap
kerentanan; membuat perencanaan; pengorganisasian; sistem informasi; pengumpulan
sumber daya; sistem alarm; mekanisme tindakan; pendidikan dan pelatihan penduduk;
gladi resik. Beberapa langkah yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanganan
Bencana baik tingkat Nasional dan Daerah telah diusahakan sekeras mungkin.
Contohnya pemetaan daerah rawan bencana gempa, regionalisasi daerah bencana
gempa, penetapan daerah yang menjadi wilayah basis pencapaian lokasi bencana
gempa, serta penetapan daerah lokasi evakuasi saat dilakukan penanganan korban
gempa bumi.
3. Fase Tindakan (Respon Phase)
Fase tindakan merupakan fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat yang nyata
untuk menjaga diri sendiri atau harta kekayaan. Tujuan dari fase tindakan adalah
mengontrol dampak negatif dari bencana. Aktivitas yang dilakukan: instruksi
pengungsiaan; pencarian dan penyelamatan korban; menjamin keamanan dilokasi
bencana; pengkajian terhadap kerugian akibat bencana; pembagian dan penggunaan
alat perlengkapan pada kondisi darurat; pengiriman dan penyerahan barang material;
dan menyediakan tempat pengungsian. Fase tindakan dibagi menjadi fase akut dan
fase sub akut. Fase akut, 48 jam pertama sejak bencana terjadi disebut fase
penyelamatan dan pertolongan medis darurat sedangkan fase sub akut terjadi sejak 2-3
minggu.
4. Fase Pemulihan
Fase pemulihan merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan
kemampuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti kondisi sebelumnnya.
Pada fase ini orang-orang mulai melakukan perbaikan darurat tempat tinggal, mulai
sekolah atau bekerja, memulihkan lingkungan tempat tinggalnya. Fase ini merupakan
masa peralihan dari kondisi darurat ke kondisi tenang.

6
5. Fase Rehabilitasi
Fase Rehabilitasi merupakan fase dimana individu atau masyarakat berusaha
mengembalikan fungsi fungsi-fungsinya seperti sebelum bencana dan merencanakan
rehabilitasi terhadap seluruh komunitas. Keadaannya mengalami perubahan dari
sebelum bencana.

2.7. Pelayanan Medis Bencana Berdasarkan Siklus Bencana


1. Fase Akut Pada Siklus Bencana
Prioritas di lokasi bencana, pertolongan terhadap korban luka dan evakuasi dari
lokasi berbahaya ke tempat yang aman. 3 T (triage, treatment, dan transportation)
penting untuk menyelamatkan korban luka sebanyak mungkin. Pada fase ini juga
dilakukan perawatan terhadap mayat.
2. Fase Menengah Dan Panjang Pada Siklus Bencana
Fase perubahan pada lingkungan tempat tinggal. Pada fase ini harus
memperhatikan segi keamanan, membantu terapi kejiwaan korban bencana,
membantu kegiatan untuk memulihkan kesehatan hidup dan membangun kembali
komunitas sosial.
3. Fase Tenang Pada Siklus Bencana
Fase tidak terjadi bencana, pada fase ini diperlukan pendidikan penanggulangan
bencana saat bencana terjadi, pelatihan pencegahan bencana pada komunitas dengan
melibatkan penduduk setempat, pengecekan dan pemeliharaan fasilitas peralatan
pencegahan bencana baik di daerah maupun fasilitas medis, serta membangun sistem
jaringan bantuan.

2.8. Peran Perawat Dalam Manajemen Bencana


1. Peran dalam Pencegahan Primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat ini, antara lain :
a. Mengenali instruksi ancaman bahaya
b. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-
obatan, pakaian dan selimut, serta tenda).
c. Melatih penanganan pertama korban bencana.

7
d. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang
merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan
penyuluhan dan simulasi.
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :
a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang, perdarahan, dan pertolongan
pertama luka bakar.
c. Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas
kebakaran, RS dan ambulans.
d. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian
seperlunya, portable radio, senter, baterai)
e. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko
bencana
2. Peran Perawat Pada Pase pra Bencana
Siklus penanganan bencana pada pase pra bencana yaitu Kesiapan Dan
Pencegahan dengan peran perawat pada pase pra bencana :
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan,
paling merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana
kepada masyarakat.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal berikut.
1) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).
2) Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti menolong anggota
keluarga yang lain.
3) Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa
persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
4) Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat
seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.
5) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan dan posko-
posko bencana.
8
6) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti
pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya, dan lainnya.
3. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)
Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah
keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey
mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga
perawat sebagai bagian dari tim kesehatan.Perawat harus melakukan pengkajian
secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama.Ada saat dimana
seleksi pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. (Triase).
TRIASE
Merah D, paling penting, prioritas utama.keadaan yang mengancam kehidupan
sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal,
trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II
Kuning D, penting, prioritas kedua.Prioritas kedua meliputi injury dengan efek
sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya
pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur
tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat
II
Hijau D, prioritas ketiga.Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka
bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi
Hitam D, meninggal.Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari
bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.
4. Peran Perawat Di Dalam Posko Pengungsian Dan Posko Bencana
a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-
harib.
b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.
c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan
kesehatan di RS.
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi,
peralatan kesehatan.
f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular
maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya
berkoordinasi dengan perawat jiwa.
9
g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi
yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun
reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan
kelemahan otot).
h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan
dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan
psikiater.
j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan
kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.
5. Peran Perawat Pada Pase Intra/Saat Bencana
Siklus penanganan bencana pada pase intra/saat bencana yaitu Tanggap darurat
dengan peran perawat pada pase intra/saat bencana :
a. Bertindak cepat
b. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti,
dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.
d. Koordinasi danmenciptakan kepemimpinan.
e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan
dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30
bulan pertama.
6. Peran Perawat Dalam Fase Postimpact
Siklus penanganan bencana pada pase post/pasca bencana yaitu Rekuntruksi dan
rehabilitasi dengan peran perawat pada pase post/pasca bencana :
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaaan fisik, sosial, dan
psikologis korban.
b. Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-
traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria
utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut
mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-
peristiwa yang memacunya. Ketga, individu akan menunjukkan gangguan fisik.
Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan konsentrasi,
perasaan bersalah, dan gangguan memori.

10
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama
dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-
gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan
aman.

11
BAB III
PENUTUP

4.1 Simpulan dan Saran


Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bencana dapat mengakibatkan masalah
fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan ekonomi. Manajemen bencana perlu dilakukan secara
cepat dalam mengatasi bencana. Manajemen yang dilakukan dapat dilakukan sesuai fase.
Manajemen dalam penanganan bencana yang cepat dan tepat dapat meminimalisir
masalah dan kerugian yang terjadi akibat bencana. Peranan pelayanan medis juga penting
dalam penanganan bencana. Perawat memilki peranan dan kontribusi pada setiap fase dalam
manajemen penanganan bencana. Oleh karena itu, manajemen penanganan bencana
merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam mengatasi bencana.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010). Bencana.

http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2010/04/bencana.html. Diakses Pada November


2021.

Efendi, Ferry Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehtan Komunitas: Teori dan Praktik Dalam
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Science. Manajemen bencana. http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/1932953-


manajemen-bencana/ diunduh pada Novemver 2021

Weenbee. (2011). Peran Perawat Dalam Manajemen Bencana.

http://weenbee.wordpress.com/2011/08/23/peran-perawat-dalam-manajemen-bencana/#more-
94. Diakses Pada Tanggal 21 Maret 2012. Pukul 09.00 WIB.

WHO, 2007 Risk reduction and emergency preparedness http://whqlibdoc.who.int/hq/ 200


/WHO 08.7_eng.pdFWikipedia. (2011).

www.id.wikipedia.org/wiki/bencana. Diakses Pada November 2021

http://bencana.kesehatan.net/arsip/images/referensi/riset_bencana/Pengetahuan%20perawatan
%20IRD%20dala%20kesiapan%20menghadapi%20bencana.pdfhttps://weenbee.wordpr
ess.com/2011/08/23/peran-perawat-dalam-manajemen-bencana

13

Anda mungkin juga menyukai