Makalah Perawat Dalam Penanganan Bencana
Makalah Perawat Dalam Penanganan Bencana
Makalah Perawat Dalam Penanganan Bencana
OLEH :
NAMA : MARLEN S. FADIRUBUN
NIM : 202001051
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas Makalah “Peran Perawat Dalam Penanganan Bencana”.
Saya menyadari bahwa makalah ini msih jauh dari sempurna dikarenakan terbatanya
pengetahuan yang saya miliki oleh karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta
masukkan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kalian
semua mengenai Perencanaan Penanggulangan Bencana.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.4 Manfaat Penulisan
Tulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak di antaranya
penting juga bagi seorang perawat agar mengerti akan perannya pada setiap tahapan siklus
manajemen bencana dan sangat penting untuk menunjang profesi sebagai seorang perawat
yang profesional.
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.4. Pengertian Manajemen Bencana
Manajemen kebencanaan (bencana) adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari aspek
perencanaan, penanggulangan, hingga tindakan pascabencana. Kegiatan ini meliputi usaha
pencegahan, tanggap darurat, mitigasi kesiapsiagaan, dan pemulihan. Tujuan diadakannya
manajemen kebencanaan ini adalah untuk mengurangi kerugian dan risiko yang akan terjadi
serta mempercepat proses pemulihan pascabencana.
Pelaksanaan manajemen terdiri dari dua tahap, yakni sebelum terjadi bencana dan
sesudah terjadi bencana. Kegiatan yang dilakukan sebelum terjadi bencana meliputi
pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan. Sebaliknya, kegiatan pascabencana meliputi
tanggap darurat, rekonstruksi, dan rehabilitasi.
5
pemasangan sistem informasi peringatan dini tsunami, yang bekerja setelah terjadi
gempa. Mitigasi non struktural adalah penataan ulang tata ruang area rentan bencana.
2. Fase Kesiapsiagaan Dan Pencegahan (Prevention Phase)
Fase kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang baik dengan
berbagai tindakan untuk meminamalisir kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya
bencana dan menyusun perencanaan agara dapat melakukan kegiatan pertolongan
serta perawatan yang efektif saat terjadi bencana.
Tindakan terhadap bencana menurut PBB ada 9 kerangka: pengkajian terhadap
kerentanan; membuat perencanaan; pengorganisasian; sistem informasi; pengumpulan
sumber daya; sistem alarm; mekanisme tindakan; pendidikan dan pelatihan penduduk;
gladi resik. Beberapa langkah yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanganan
Bencana baik tingkat Nasional dan Daerah telah diusahakan sekeras mungkin.
Contohnya pemetaan daerah rawan bencana gempa, regionalisasi daerah bencana
gempa, penetapan daerah yang menjadi wilayah basis pencapaian lokasi bencana
gempa, serta penetapan daerah lokasi evakuasi saat dilakukan penanganan korban
gempa bumi.
3. Fase Tindakan (Respon Phase)
Fase tindakan merupakan fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat yang nyata
untuk menjaga diri sendiri atau harta kekayaan. Tujuan dari fase tindakan adalah
mengontrol dampak negatif dari bencana. Aktivitas yang dilakukan: instruksi
pengungsiaan; pencarian dan penyelamatan korban; menjamin keamanan dilokasi
bencana; pengkajian terhadap kerugian akibat bencana; pembagian dan penggunaan
alat perlengkapan pada kondisi darurat; pengiriman dan penyerahan barang material;
dan menyediakan tempat pengungsian. Fase tindakan dibagi menjadi fase akut dan
fase sub akut. Fase akut, 48 jam pertama sejak bencana terjadi disebut fase
penyelamatan dan pertolongan medis darurat sedangkan fase sub akut terjadi sejak 2-3
minggu.
4. Fase Pemulihan
Fase pemulihan merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan
kemampuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti kondisi sebelumnnya.
Pada fase ini orang-orang mulai melakukan perbaikan darurat tempat tinggal, mulai
sekolah atau bekerja, memulihkan lingkungan tempat tinggalnya. Fase ini merupakan
masa peralihan dari kondisi darurat ke kondisi tenang.
6
5. Fase Rehabilitasi
Fase Rehabilitasi merupakan fase dimana individu atau masyarakat berusaha
mengembalikan fungsi fungsi-fungsinya seperti sebelum bencana dan merencanakan
rehabilitasi terhadap seluruh komunitas. Keadaannya mengalami perubahan dari
sebelum bencana.
7
d. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang
merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan
penyuluhan dan simulasi.
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :
a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang, perdarahan, dan pertolongan
pertama luka bakar.
c. Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas
kebakaran, RS dan ambulans.
d. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian
seperlunya, portable radio, senter, baterai)
e. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko
bencana
2. Peran Perawat Pada Pase pra Bencana
Siklus penanganan bencana pada pase pra bencana yaitu Kesiapan Dan
Pencegahan dengan peran perawat pada pase pra bencana :
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan,
paling merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana
kepada masyarakat.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal berikut.
1) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).
2) Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti menolong anggota
keluarga yang lain.
3) Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa
persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
4) Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat
seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.
5) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan dan posko-
posko bencana.
8
6) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti
pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya, dan lainnya.
3. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)
Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah
keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey
mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga
perawat sebagai bagian dari tim kesehatan.Perawat harus melakukan pengkajian
secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama.Ada saat dimana
seleksi pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. (Triase).
TRIASE
Merah D, paling penting, prioritas utama.keadaan yang mengancam kehidupan
sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal,
trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II
Kuning D, penting, prioritas kedua.Prioritas kedua meliputi injury dengan efek
sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya
pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur
tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat
II
Hijau D, prioritas ketiga.Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka
bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi
Hitam D, meninggal.Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari
bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.
4. Peran Perawat Di Dalam Posko Pengungsian Dan Posko Bencana
a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-
harib.
b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.
c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan
kesehatan di RS.
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi,
peralatan kesehatan.
f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular
maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya
berkoordinasi dengan perawat jiwa.
9
g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi
yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun
reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan
kelemahan otot).
h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan
dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan
psikiater.
j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan
kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.
5. Peran Perawat Pada Pase Intra/Saat Bencana
Siklus penanganan bencana pada pase intra/saat bencana yaitu Tanggap darurat
dengan peran perawat pada pase intra/saat bencana :
a. Bertindak cepat
b. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti,
dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.
d. Koordinasi danmenciptakan kepemimpinan.
e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan
dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30
bulan pertama.
6. Peran Perawat Dalam Fase Postimpact
Siklus penanganan bencana pada pase post/pasca bencana yaitu Rekuntruksi dan
rehabilitasi dengan peran perawat pada pase post/pasca bencana :
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaaan fisik, sosial, dan
psikologis korban.
b. Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-
traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria
utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut
mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-
peristiwa yang memacunya. Ketga, individu akan menunjukkan gangguan fisik.
Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan konsentrasi,
perasaan bersalah, dan gangguan memori.
10
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama
dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-
gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan
aman.
11
BAB III
PENUTUP
12
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Ferry Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehtan Komunitas: Teori dan Praktik Dalam
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
http://weenbee.wordpress.com/2011/08/23/peran-perawat-dalam-manajemen-bencana/#more-
94. Diakses Pada Tanggal 21 Maret 2012. Pukul 09.00 WIB.
http://bencana.kesehatan.net/arsip/images/referensi/riset_bencana/Pengetahuan%20perawatan
%20IRD%20dala%20kesiapan%20menghadapi%20bencana.pdfhttps://weenbee.wordpr
ess.com/2011/08/23/peran-perawat-dalam-manajemen-bencana
13