Tab Hisap, Suppositoria, Dan Larutan Topikal
Tab Hisap, Suppositoria, Dan Larutan Topikal
Tab Hisap, Suppositoria, Dan Larutan Topikal
Tablet hisap merupakan sediaan padat yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat yang
terkandung dalam basis manis yang dimaksudkan untuk melarut atau terdisintegrasi secara
lambat di mulut dan mempunyai rasa yang enak. Tablet hisap telah banyak digunakan karena
kelebihan-kelebihannya, terutama rasanya yang enak sehingga lebih diterima oleh pasien pediatri
serta geriatri, meningkatkan waktu retensi obat di dalam rongga mulut, menurunkan iritasi
lambung, penyimpanan dan cara penggunaannya yang mudah. Selain itu, tablet hisap juga
memiliki kekurangan yaitu bentuk tablet hisap yang menarik menyebabkan tablet hisap dapat
salah dikenali sebagai permen oleh anak – anak, bentuk tablet hisap yang keras dapat menjadi
kasar, serta perlunya suhu tinggi dalam pembuatan tablet hisap tipe hard candy. Pembagian tipe
tablet hisap berdasarkan tekstur dan komposisinya dibagi menjadi empat, yaitu caramel based
medicated lozenge, candy base, compressed tablet, lozenge dan soft lozenge (Murtini 2018;
Pertiwi, 2021).
Contoh tab hisab: Nicorette, Nicotinell, dr.Herbies, Xon-Ce, Vitacimin,
Murtini G, Elisa Y. Bahan Ajar Farmasi: Teknologi Sediaan Solid. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta; 2018.
Pertiwi I, Sriwidodo, Nurhadi B. Formulasi dan Evaluasi Tablet Hisap Mengandung Zat Aktif
Bersifat Higroskopis. Majalah Farmasetika. 2021; 6 (1): 70-84.
Alat bahan
Alat yang digunakan adalah gelas ukur, beaker glass, corong pisah, pipet volum, pipet
tetes,penggiling (blender), hot plat, kertas saring, lemari asam, lumpang dan alu, termometer,
cawan penguap, kapas alat pencetak tablet, pengayak, desikator, hardness tester, uji kerapuhan
atau friabilator, moisture contentbalance sievinganalyzer neraca evaporator, erlenmeyer, cawan
analitik Jangica sorong. rotary porselen,corong statif krusplatina, batang pengaduk, spatula,oven
mikro pipet, labu ukur, spektro UV-Vis, vortex, lemari pendingin, Syamex Pouch 100,
FACSCalibur, serta peralatan yang lazim digunakan di laboratorium
Alat pencetak tablet hidrolik : Hydraulic press (Perkin Elmer), alat uji kekerasan tablet :
Hardness Tester Manual, alat uji kerapuhan tablet : Friability Tester, alat uji waktu hancur
tablet : Disintegran Tester 2 Cavity, alat uji kandungan lembab : Mettler Toledo HB 43-S, alat
pengering granul : Circulating Air Drying Oven, alat uji sifat alir : Corong standard dan
stopwatch, ayakan mesh 12 dan mesh 16, Neraca Analitik, mortar, stamfer, alat – alat gelas dan
Sieve Shaker (Pharmaco SO4-WT) (Murharyanti, 2018).
Murharyanti R, Renowati E, Jaya TD. Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Daun Ketepeng Cina
(Cassia Alata L.) Dengan Pengisi Manitol Dan Pengikat Cmc– Na. Indonesia Jurnal Farmasi.
2018; 3(1): 6.
Pertiwi I, Sriwidodo, Nurhadi B. Formulasi dan Evaluasi Tablet Hisap Mengandung Zat Aktif
Bersifat Higroskopis. Majalah Farmasetika. 2021; 6 (1): 70-84.
Suppositoria
Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi ke III, suppositoria adalah obat dengan bentuk
sediaan padat (solid) berbentuk peluru yang diracang untuk dimasukkan kedalam anus/rectum
(suppositoria rektal), vagina (suppositoria vagina) atau uretra (suppositoria uretra). Sediaan
suppositoria umunya melunak, meleleh, atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria rektal
dimaksudkan untuk kerja lokal dan paling sering digunakan untuk menghilangkan konstipasi dan
rasa sakit, iritasi, rasa gatal, dan radang sehubungan dengan wasir atau kondisi anorectal lainnya.
Suppositoria vaginal yang dimaksudkan untuk efek oka digunakan terutama sebagai antiseptik
pada hygiene Wanita dan sebagai zat pencegah penyakit. Sementara suppositoria uretral bisa
digunakan sebagai antibakteri dan sebagai sediaan anastetik lokal untuk pengujian uretral
(Sulanjani, 2016).
Contoh: Ducolax, Pamol, Kaltrofen
Gambar. Suppositoria
Sulanjani I, Hartanti, Nila A. Modul Guru Pembelajar: Paket Keahlian Farmasi SMK. Depok:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan; 2016.
Alat dan bahan
1. Cetakan suppositoria, Cawan porselen, Penangas air, Mortir‐stamper, Timbangan, Spatel,
Pisau, dan Lemari pendingin.
2. Contoh formula suppositoria sebagai berikut:
R/ Asam Salisilat 20 % , Caera alba 5 %, Oleum cacao ad 100 % (dengan teknis cetak
hasil leburan) (Gusmayadi, 2018).
2. Kompresi/ cetak kempa / cold compression Dalam pembuatan dengan cara kompresi
dalam cetakan, basis supositoria dan bahan lainnya dalam formula dicampur/diaduk
dengan baik, pergeseran pada proses tersebut menjadikan supositoria lembek seperti
kentalnya pasta. Dalam pembuatan dengan skala kecil digunakan alat mortar dan alunya.
Proses kompresi khususnya cocok untuk pembuatan supositoria yang mengandung bahan
obat yang tidak tahan pemanasan dan untuk supositoria yang mengandung sebagian besar
bahan yang tidak dapat larut dalam basis. Kelemahan proses ini adalah bahwa dibutuhkan
mesin khusus supositoria dan ada beberapa keterbatasan seperti bentuk supositoria yang
hanya dapat dibuat dari cetakan yang ada saja.
3. Digulung dan dibentuk dengan tangan. Pembuatan Secara menggulung dan membentuk
dengan tangan. Pembuatan supositoria ini dilakukan saat basisnya adalah oleum cacao
dengan skala kecil, hanya sudah jarang digunakan.
Sebelum membuat suppositoria tahap pertama harus melakukan uji faktor pengganti dengan
cara: Lebur basis tanpa zat aktif kemudian cetak dan timbang suppositoria yang terbentuk,
kemudian lebur basis dan zat aktif dengan dosis yang diinginkan bersama lalu cetak dan timbang
suppositoria yang diperoleh, kemudian hitung bilangan penggantinya. Setelah diketahui nilai
faktor pengganti maka jumlah massa basis supositoria dapat dihitung dengan rumus:
M = n (F – f A)
Keterangan: M = Masa basis suppositoria yang dibutuhkan n = jumlah suppositoria yang
akan dibuat f = Faktor pengganti F = Kapasitas cetakan suppositoria A = Jumlah bahan obat
(gram) untuk satu supsositoria 3 (Gusmayadi, 2018).
Gusmayadi I, et al. Modul Praktikum Sediaan Solid. Jakarta: FFS UHAMKA; 2018.
Larutan
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV Larutan adalah sediaan cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia yang telarut, misal: terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang
sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-molekul dalam larutan
terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya
memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan
diencerkan atau dicampur. Berikut pembagian larutan berdasarkan Farmakope Indonesia edisi
IV, Terdapat larutan oral, larutan topical, larutan otik, spirit, tingtur.
Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi seringkali
mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit, atau larutan
lidokain oral topical untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut. Sedian-sedian yang
termasuk larutan topikal : Colyrium (pembersih mata), Guttae ophthalmicae (tetes mata),
Gargarisma (obat kumur), Guttae oris (tetes mulut), Guttae nasalis (tetes hidung), Inhalation,
Injeksi, Lavement/Enema/Clysma (pembersih feces sebelum operasi), Douche (antiseptic
vagina), Ephitema (obat kompres), Litus Oris (oles bibir).
Gargarisma / obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya dalam keadaan
pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk digunakan sebagai
pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan (Suprapti, 2016).
Contohnya : Betadin gargle.