MAKALAH Dimensi Keperilakuan Terhadap Pengawasan Intern
MAKALAH Dimensi Keperilakuan Terhadap Pengawasan Intern
MAKALAH Dimensi Keperilakuan Terhadap Pengawasan Intern
Disusun oleh
Liza mizanny
1815020034
Fakultas ekonomi
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
Tahun ajaran 2020 /2021
Banda aceh
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami sampaikan kepada ALLAH SWT atas rahmat dan ridho-Nya, makalah ini dapat
kami selesaikan sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Akuntansi Keperilakuan dan
Organisasi.Makalah ini membahas kajian tentang dimensi keperilakuan terhadap pengawasan intern
Selanjutnya, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan pengajaran dan
arahan yang telah diberikan oleh ibuk Sufitrayati sebagai dosen pembimbing dalam mata kuliah ini, serta
kepada teman-teman yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa penulisan pada makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Namun, dengan segala
keterbatasan yang ada, kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan guna memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan khususnya dalam bidang
Akuntansi Keperilakuan dan Organisasi.Dan kami juga sangat mengharapkan kritikan dan masukannya
demi kesempurnaan makalah ini. Terimakasih
Liza mizanny
Sel 1: Spesifik/Pencegahen
1. Pembatasan akses (baik secara fisik maupun administratif) pada area
2. penyimpanan aset yang bernilai atau catatan yang sensitif. Pemisahan tugas, terutama untuk
tugas-tugas yang sensitif.
3. Validasi data sebelum dimasukkan.
Sel 2: Spesifik/Pendeteksian
1. Rekonsiliasi penghitungan persediaan secara periodik dengan catatan persediaan
2. Formulir bernomor urut tercetak (prenumbered forms)
3. Rekonsiliasi jumlah dokumen yang ada di laporan dengan jumlah dokumen yang ada pada
departemen asal.
Sel 3: Umum/Pencegahan
1. Kebijakan perekrutan dan pelatihan secara efektif.
2. Perencanaan organisasi secara efektif.
3. Code of conduct.
Sel 4: Umum/Pendeteksian
1. Supervise personal secara ketat.
2. Penggunaan staf audit internal.
3. Pembandingan laporan finansial secara periodik.
2.4 Situasi yang Mempengaruhi Pemilihan Tipe Pengendalian Internal
Pilihan atas pengendalian bergantung pada empat faktor yaitu:
1. Tipe kesalahan (error) dan ketidakberesan (irregularities) yang dihadapi. Hal ini akan
beragam tergantung tipe aset yang dimiliki perusahaan dan tipe transaksi yang terjadi. Misainya
risiko hilangnya persediaan bukan merupakan hal yang signifikan pada perusahaan jasa, yang
memiliki persediaan dalam jumlah sedikit. Komputerisasi sistem akuntansi
menyebabkan perubahan besar dalam jumlah dan tipe orang yang memiliki akses pada catatan
keuangan, dan perubahan ini memunculkan risiko.
2. Cost yang harus ditanggung organisasi jika terjadi satu atau lebih kesalahan atau
ketidakberesan, kontrol yang ketat harus dilakukan pada transaksi atau aset yang penting.
3. Kecenderungan terjadinya masing-masing tipe kesalahan dan ketidakberesan. Hal ini akan
beragam misalnya:
a. Tipe orang dalam aktivitas dikontrol. Risiko terjadinya kesalahan pada orang yang terlatih
baik dan berpengalaman lebih rendah daripada orang yang tidak berpengalaman.
b. Tingkat kemudahan penjualan aset. Bisnis yang berhubungan dengan kas memiliki risiko
yang tinggi.
c. Kompleksitas aktivitas yang dikontrol. Proses yang sangat kompleks akan mengakibatkan
kurangnya pemahaman pada sebagian orang yang mengerjakan aktivitas tersebut.
d. Struktur organisasi. Sangatlah sulit bagi manajemen puncak untuk selalu memantau seluruh
aktivitas pada organiasi yang sangat terdesentralisasi.
e. Filosofi manajemen. Lingkungan kerja yang tertekan akan cenderung mendorong karyawan
memanipulasi data untuk mencapai target. Hal ini juga akan memunculkan perilaku
disfungsional seperti pencurian.
4. Cost dan potensi efektivitas dari masing-masing tipe "pengendalian yang dapat digunakan.
Seperti benda ekonomis lain, pengendalian internal dapat diimplementaskan bila potensi
manfaatnya lebih besar dari pada cost-nya.
2.5 Permasalahan Dalam Pengendalian Internal
Kasus 1: Pencurian Persediaan
Pada akhir tahun fiskal 1982, auditor suatu perusahaan manufaktur penghasil kertas,
melakukan penghitungan fisik atas persediaan di gudang. Pada salah satu gudang, hasil
penghitungan fisik menunjukkan adanya kekurangan jumlah persediaan sebesar kira-kira $
120,000 dibandingkan dengan catatan persediaan perusahaan yang menggunakan metode
perpetual. Staf auditor internal perusahaan kemudian diminta untuk menginvestigasi hal tersebut.
Auditor internal menyatakan bahwa hilangnya persediaan tampaknya karena pencurian dan
mereka mendata personal yang diduga mencuri persediaan kertas. Kasus tersebut akhirnya
terselesaikan ketika kepala bagian produksi mengaku setelah dikonfrontasikan dengan bukti. Dia
mengakui bahwa dia mencuri persediaan dengan cara bekerjasama dengan salah seorang bagian
truk yang mengangkut persediaan. Pencurian ini telah dilakukan bertahun-tahun, dan pada tahun
1982 dilakukan pada jumlah yang lebih besar karena meningkatnya kebutuhan financial para
pencuri tersebut.
Solusi Untuk Contoh Kasus 1
Kasus pertama melibatkan pencurian persediaan. Pencegahan secara absolut dari tipe
masalah ini tidak dapat dilakukan, kecuali akses terhadap persediaan harus dibatasi pada satu
karyawan yang terpercaya. Perusahaan dapat melakukan langkah-langkah berikut untuk
meningkatkan kontrol atas persediaan:
1. Kepala bagian produksi yang terlibat pencurian harus diganti oleh orang yang lebih
terpercaya.
2. Prosedur baru diperlukan untuk kepala bagian pengangkutan yaitu penghitungan kuantitas
persediaan yang diangkut masing-masing truk dan penandatanganan dokumen pengangkutan
yang mengindikasikan persetujuan antara kuantitas yang tercantum dalam dokumen dan
penghitungannya. Prosedur ini didisain untuk menyediakan deteksi yang tepat bila terjadi
perpindahan persediaan dari truk. Kepala bagian pengangkutan juga perlu diingatkan bahwa
pengangkutan yang tidak diotorisasi tidak diperbolehkan.
3. Penghitungan persediaan dijadwalkan lebih sering. Penghitungan persediaan yang penting
perlu dijadwalkan lebih sering sehingga bila terjadi permasalahan dapat segera terdeteksi
secepat mungkin. Beberapa bentuk persediaan cukup dihitung secara tahunan, namun staf
auditor internal perlu diberi instruksi untuk melakukan pemeriksaan mendadak untuk
membandingkan penghitungan kuantitas fisik dengan catatan persediaan secara perpetual.
Kasus 2: Manipulasi Data
Pada tahun 1979, suatu perusahaan yang bangga atas pertumbuhan laba yang menaik terjadi
konsisten selama sepuluh tahun, mengungkapkan bahwa para manajer pada beberapa divisi
perusahaan telah berkonspirasi untuk mentransfer income antar beberapa tahun fiscal. Skema
transfer income telah dimulai sejak 1974 ketika beberapa manajer berupaya mengurangi profit
mereka untuk menghindar dari berlebihnya batas rasio gaji dan kontrol harga pada saat itu.
Tetapi skema kemudian berlanjut setelah kontrol harga dan gaji berlalu karena
manajer menyadari bahwa mereka dapat menabung profit dan menggunakan hal tersebut sebagai
pelindung mereka yang dapat menjamin mereka mencapai target laba tahunan.
Para manajer melakukan transfer income tersebut yang totalnya mencapai jutaan dollar
melalui sejumlah prosedur, antara lain:
1. Melebihi pembayaran untuk vendor dan menerima potongan harga pada tahun depan.
2. Meminta dan mempermahal faktur untuk jasa yang baru digunakan pada tahun yang akan
dating.
3. Memperendah nilai persediaan untuk mengantisipasi penurunan harga.
4. Mengundur pengiriman dokumen
Tim investigator ekstemal menyimpulkan bahwa beberapa kondisi kerja tertentu di
perusahaan turut memberi kontribusi pada muncul dan berlanjutnya praktik
transfer income. Pertama, karena adanya kesenjangan komunikasi antara kantor pusat dengan
divisi-divisi operasi. Perusahaan sangat terdesentralisasi dan yang penting adalah kepala divisi
keuangan dan akuntansi bertanggung jawab langsung pada chief executive officer (CEO)
perusahaan. Hal ini berarti hanya terjadi kontak yang relatif sedikit antara staf Keuangan di
dalam divisi dengan kantor pusat. Faktor kedua adalah organisasi beroperasi atas dasar
filosofi meritocratic; yaitu hanya orang-orang yang mencapai hasil yang diinginkan sajalah yang
pantas mendapatkan reward. Tetapi kantor pusat kadang-kadang memberi perintah dan
menyusun standar finansial tanpa mempertimbangkan apakah pencapaian target mungkin
dilakukan. Hal ini seringkali menyebabkan manajemen operasi tertekan. Faktor ketiga adalah
rencana insentif manajemen perusahaan. Perencanaan ini sangatlah baik,
menjanjikan reward hingga 40 persen gaji, namun hanya menekankan pada hasil operasi jangka
pendek (satu tahun). Ada juga ketentuan cutoff batas atas bahwa tidak ada bonus yang
dibayarkan pada income tahunan yang lebih besar dari target yang telah ditetapkan. Investor
merasa bahwa masing-masing faktor iai meningkatkan motivasi manajer untuk
mentransfer income antar periode.
Solusi Untuk Contoh Kasus 2
Tahap-tahap yang ketat perlu diambil untuk menjamin bahwa permasalahan terhenti dan tak
akan terjadi lagi. Beberapa tahap didisain untuk memperkuat system pengendalian internal, dan
tahap lain didisain untuk memperbaiki lingkungan kerja untuk mengurangi motivasi manajer
memanipulasi data. Tahap-tahap ini meliputi:
1. Code of conduct perusahaan perlu direvisi dan diperkuat dan perlu ditekankan pada seluruh
karyawan bahwa pelanggaran terhadap aturan ini tidak akan ditolerir.
2. Perekrutan pejabat baru dan pemberian tanggung jawab bagi seluruh fungsi diperusahaan
terkait akuntansi keuangan, pengendalian dan pelaporan ekstemal.
3. Seluruh kebijakan, praktik, prosedur dan pengendalian yang ada dievaluasi untuk memenuhi
ketentuan perundang-undangan yang ada (dalam kasus ini adalah Foreign Corrupt Practices
Act) dan praktik bisnis yang baik. Langkah selanjutnya perlu diambil bila ditemukan defisiensi.
4. Manual kebijakan akuntansi perlu disusun sebagai alat untuk membentuk,
mendokumentasikan, dan memperbaharui keseragaman kebijakan dan prosedur akuntansi.
Manual ini termasuk keseragaman deskripsi akun, kebijakan akuntansi yang mendefinisikan
kriteria waktu, penilaian dan pencatatan akuntansi; daftar format dan waktu pengungkapan
informasi finansial yang ditentukan peraturan; kebijakan tentang standar minimum. prosedur dan
sistem akuntansi; dan daftar batas otoritas personal dalam transaksi yang telah diotorisasi.
Manual ini bertujuan untuk menjamin bahwa seluruh divisi memiliki sistem akuntansi yang
memenuhi paling tidak standar minimum, dan para pengguna laporan keuangan memahami
karakteristik data yang disajikan.
5. Program yang sedang berjalan ditujukan untuk memonitor kepatuhan pada kebijakan dan
prosedur, dan untuk menjamin bahwa kebijakan dan prosedur tersebut efektif sepanjang waktu.
6. Disusun kebijakan baru yang mendorong perpindahan personal antara departemen keuangan
pada kantor pusat dan divisi. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kontak personal antara
dua kelompok ini dan mengurangi kesenjangan komunikasi.
7. Fungsi auditor internal perusahaan diperkuat, dan garis laporan diubah sehingga fungsi ini
bertanggung jawab langsung pada komite audit.
8. Review terhadap perencanaan insentif manajemen perlu dilakukan untuk menentukan
bagaimana memberlakukan insentif sambil mengurangi motivasi untuk praktik
transfer income. Beberapa alternatif yang dapat dipertimbangkan antara lain
pemberian award berdasarkan kinerja korporat (bukan divisi), kinerja jangka panjang, atau
kinerja diukur dalam indikator nonfinansial.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengendalian internal merupakan suatu perencanaan organisasi, prosedur, dan pencatatan
yang dilakukan untuk mengamankan aset perusahaan (organisasi) agar tidak terjadi kesalahan
dalam melaporkan aset tersebut untuk memperoleh keyakinan yang memadai dalam memberikan
laporan perusahaan dan tujuan perusahaan dapat dicapai dengan tertib dan efisien. Untuk
menghindari adanya kesalahan dalam pengendalian internal, ada beberapa unsur-unsur yang
terdapat dalam pengendalian internal, yaitu lingkungan pengendalian, prosedur pengendalian,
aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Adapun manfaat yang
diperoleh dari pengendalian internalini adalah pertama, untuk mencegah atau paling tidak
mengurangi terjadinya perilaku yang tidak diinginkan atau tidak dilakukannya suatu perilaku
yang diinginkan, dan kedua mengurangi biaya akibat terjadinya perilaku yang tidak diinginkan
atau perilaku yang tidak dilakukan. Adapun tipe-tipe dari pengendalian internal dapat
diklasifikasikan dengan tipe pendeteksian, pencegahan, dan tipe pengendalian umum atau tipe
pengendalian sekunder. Situasi yang mempengaruhi pemilihan tipe pengendalian internal
meliputi, tipe kesalahan (error) dan ketidakberesan (irregularities) yang dihadapi, cost yang
harus ditanggung organisasi jika terjadi satu atau lebih kesalahan atau ketidakberesan, kontrol
yang ketat harus dilakukan pada transaksi atau aset yang penting, penghitungan persediaan
dijadwalkan lebih sering, dan cost dan potensi efektivitas dari masing-masing tipe "pengendalian
yang dapat digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/28669/1/Skripsi11.pdf
Pertanyaan:
1. Terkadang perusahaan hampir berada di tingkat ketiadaan pengendalian, di mana hal tersebut
dinilai bahwa adanya kekurangan pengendalian. Bagaimana bisa terjadi kekurangan
pengendalian di dalam suatu perusahaan?
2. Jelaskan presepsi menurut anda apa itu pengertian lingkungan internal dan sebutkan tujuan
analisis lingkungan internal!
3. Jelaskan perbedaan tipe pengendalian pendeteksian dengan tipe pengendalian pencegahan,
beserta contoh nya!