Modul 8 - Analisis Keuangan Usaha
Modul 8 - Analisis Keuangan Usaha
Modul 8 - Analisis Keuangan Usaha
Analisis keuangan usaha dimaksudkan untuk mengetahui lebih dulu sebesar apa modal yang
diperlukan dan berapa lamamodal tersebut akan diterima kembali. Keuangan (finance) berbeda
artinya dengan akuntansi (accounting) dan ilmu ekonomi (economic). Akuntansi dan ilmu
ekonomi termasuk dalam ruang lingkup keuangan, sehingga mereka yang belajar keuangan
harus memiliki dasar ilmu akuntansi dan ekonomi.Di dunia kerja,bagian akuntansi dan ekonomi
berada di bawah supervise keuangan.
Hal yang paling utama untuk menarik dana dari investor dalah presentasi tentang analisis
keuangan usaha. Investor akan bersedia memberikan pinjaman uang jika kita bisa
menggambarkan analisis keuangan dengan baik. Dalam analisis keuangan dipelajari bagaimana
menganalisis anggaran modal, biaya-biaya, serta keuntungan yang mungkin akan didapat oleh
perusahaan maupun investor.
Contoh :
Sebuah home industri kue,mem[roduksi pop cake yang saat ini sedang diminati banyak
orang. Dalam satu hari bisa memproduksi hingga 30 pop cake. Bahan-bahan yang
diperlukan untuk membuat pop cake perharinya antara lain :
2 pak 50.000
Telur 23.000
Total 419.000
Harga tersebut belum termasuk bungkus pop cake Rp.1.000/bungkus. Listrik Rp.
165.000/bulan, biaya gas Rp. 150.000/bulan, biaya tenaga kerja 2 orang Rp.
1.500.000/bulan.
Berdasarkan data di atas mari kita hitung HPP satu pop cake, sehingga kita tahu berapa
harga jual pop cake kepada pelanggan.
Harga pokok produksi satu pop cake per bulan Rp. 16.983
Biaya untuk membuat satu pop cake adalah sebesar Rp. 16.983,- maka penjual harus
menetapkan harga jual di atas Rp. 17.000,- agar mendapat keuntungan. Berdasarkan
perhitungan HPP, maka penjual bisa menentukan berapa laba yang ingin diperoleh.
Misalnya, penjual ingin mendapatkan keuntungan dari tiap pop cake sebesar 30% dari
harga produksinya maka penjual harus menjual barangnya sebesar Rp. 22.000/bungkus
B. TITIK IMPAS
Dewi Utari dkk (2014,263) menyatakan bahwa titik impas atau break event point (BEP) adalah
kondisi dimana keuangan perusahaan tidak mendapatkan keuntungan ataupun mengalami
kerugian dari proses produksi. Perhitungan BEP dimaksudkan agar perusahaan mengetahui
jumlah minimal produksi yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
1. Penghitungan
Penghitungan titik impas terdiri dari tiga jenis (Utari dkk, 2014)
a. Biaya tetap dibagi marjin kontribusi per unit, hasil yang dilihat adalah dalam unit
penjualan. Marjin kontribusi per unit adalah harga jual per unit dikurangi dengan
biaya variable per unit.
Contoh :
Sebuah industri mikro nasi kucing setiap harinya memproduksi 1.000 bungkus nasi kucing.
Biaya variable yang dibutuhkan untuk membuat 1 bungkus nasi kucing adalah Rp.
1.500,- dan biaya tetapnya adalah sebesar Rp. 500.000. Nasi kucing dijual Rp.
2.500,-/bungkus. Hitunglah jumlah nasi kucing yang harus diproduksi agar
perusahaan mencapai titik impas.
Jawab :
Marjin kontribusi per unit = Harga jual per unit (p) – biaya variable per unit (v)
= 2.500 – 1.500
= Rp. 1.000,-
= 500.000
1.000
= 500 bungkus
Jika industry nasi kucing ingin mencapai titik impas, maka jumlah penjualan yang harus
dipenuhi adalah sebesar 500 bungkus.
b. Biaya tetap dibagi rasio margin kontribusi terhadap penjualan, hasilnya dalam
rupiah. Rasio marjin kontribusi dibagi dengan nilai penjualan. Yang dimaksud dengan
rasio margin kontribusi adalah penjualan dikurangi biaya variable, hasilnya dibagi
dengan penjualan dikali seratus persen.
Makin tinggi tinggi tingkat keamanan, maka perusahaan itu dalam kondisi makin
aman.Perusahaan mendekati kondisi bahaya apabila tingkat keamanan mendekati 1%.
Kelebihan dari analisis periode balik modal yaitu dapat mengethui tingkat resiko sebuah usaha.
Semakin kecil nilai perhitungannya, maka semakin kecil pula tingkat resiko kerugiannya
karena pemilik usaha sudah mendapatkan modalnya kembali dalam tempo yang relatif
singkat.
Kelemahan dari perhitungan analisis ini adalah tidak mempertimbangkan nilai waktu dari uang
(time value of money). Uang yang ada saat ini bisa berbeda nilainya dibandingkan saat periode
balik modal berakhir. Hal itu dipengaruhi oleh tingkat inflasi , inflasi secara sederhana diartikan
sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu Jika
harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan.Naiknya
harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi
dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.
Semakin tinggi inflasi maka periode balik modalnya harus lebih pendek.
1. Aset tetap
Aset tetap adalah jumlah barang-barang yang dimiliki dalam proses produksi. Pembelian aet tetap
biasanya hanya sekali perumur barang. Misalnya, untuk membuat usaha donat, asset tetap
yang harus dimiliki adalah kompor, tabung gas, penggorengan dll. Aset tetap memang tidak
termasuk untuk menghitung HPP, namun penjumlahan asset tetap yang dimiliki penting
untuk diketahui agar kita tahu kapan balik modal.
2. Penghitungan
Contoh :
Sebuah toko kelontong yang baru dibangun menghabiskan biaya pembangunan toko sebesar Rp.
350.000.000,-, pembelian etalase kaca dan rak Rp. 5.000.000,pembelian kulkas
Rp.5.500.000, pembelian mesin kasir Rp.12.000.000, dan peralatan untuk mengangkut
barang Rp.10.000.000. Pemilik toko juga membelibarang-barang isi toko Rp. 50.000.000 dan
terakhir pemilik toko membeli AC ruangan sebanyak 2 buah masing masing seharga
Rp.5000.000 sudah terasuk biaya pasang. Toko kelontong tersebut rata-rata mendapatkan
laba bersih Rp. 10.000.000/bulan
Dari data di atas, dapat diketahui bahwa pembelian isis toko tidak termasuk investasi pemilik toko.
Maka bisa kita hitung periode balik modal dari usaha toko kelontong tersebut