LP Krisis Hipertensi 1
LP Krisis Hipertensi 1
LP Krisis Hipertensi 1
I. Konsep Penyakit
1. Definisi
Krisis hipertensi atau hipertensi darurat adalah suatu kondisi dimana
diperlukan penurunan tekanan darah dengan segera (tidak selalu diturunkan
dalam batas normal), untuk mencegah atau membatasi kerusakan organ.
(Ladwing,2011 ).
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis di mana tekanan darah
menjadi sangat tinggi dengan kemungkinan adanya kerusakan organ seperti
otak (stroke), ginjal, dan jantung. Krisis hipertensi sangat sering terjadi pada
pasien hipertensi lama yang tidak rutin atau lalai meminum obat anti
hipertensinya(Ladwing,2011 ).
Krisis Hipertensi dibedakan menjadi 2 berdasar tingkat kegawatannya
1.1 Emergency Hypertension (Hipertensi Darurat):Hipertensi emergency,
situasi di mana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera
dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ
target akut atau progresif. Kerusakan yang dapat terjadi antara lain :
1.1.1 Neurologik ; Encephalopati Hipertensi, stroke hemoragik
(intraserebral atau subdural) atau iskemik, papil edema.
1.1.2 Kardiovaskuler ; Unstable angina, infark miokardium akut,
gagal jantung dengan edema peru, diseksi aorta.
1.1.3 Renal ; Proteinuria, hamaturia, gagal ginjal akut, krisis ginjal
scleroderma.
1.1.4 Mikroangiopati ; anemia hemolitik.
1.1.5 Preeklampsia dam eklampsia.
1.2 Urgency Hypertension (Hipertensi Mendesak) :Situasi di mana
terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna (ada yang
menyebut tekanan darah sistolik > 220 mmHg atau tekanan darah
diastolik > 125 mmHg) tanpa adanya gejala berat atau kerusakan target
organ progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa
jam.
2. Etiologi
2.1 Meminum obat anti hipertensi tidak teratur
2.2 Stress
2.3 Pasien mengkonsumsi kontrasepsi oral
2.4 Obesitas
2.5 Merokok
2.6 Minum alcohol
3. Manisfestasi Klinik
Gejala ringan :
3.1 Mual, muntah
3.2 Sakit Kepala
3.3 Kaku pada tengkuk
3.4 Nyeri Dada
3.5 Sesak Napas
Gejala yang lebih berat
3.6 Gangguan kesadaran sampai pingsan
3.7 Kejang
3.8 Nyeri Dada hebat
4. Patofisiologis
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun
sekunder, dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan
tekanan diastolik meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap
lebih dari 6 jam. Hal ini dapat menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan
tersebar luas, serta hiperplasi intima arterial interlobuler nefron-nefron.
Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada retina, otak dan ginjal. Pada
retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem papil. Gejala
retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan merupakan
gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna.
Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun
penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar
60-160 mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah
sehingga tidak mampu lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan
terjadi udem otak. Tekanan diastolik yang sangat tinggi memungkinkan
pecahnya pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak
yang irreversible.
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan
menyebabkan kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung.
Sedangkan pada hipertensi kronis hal ini akan terjadi lebih lambat karena
ada mekanisme adaptasi. Penderita feokromositoma dengan krisis hipertensi
akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang menetap atau berkala.
Gambar 1. Skema Patofisiologi Hipertensi Emergensi
Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami
perubahan bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg,
sedangkan pada penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120
mmHg. Pada keadaan hiper kapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit
dengan batas tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan yang sedikit saja dari
TD menyebabkan asidosis otak akan mempercepat timbulnya oedema otak.
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa
cara:
–Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
–Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya
tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah
menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan
darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil
(arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau
hormon di dalam darah.
–Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume
darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami
pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan
menurun.
5. Pathway
Meminum obat anti hipertensi tidak teratur, Stress, Pasien
mengkonsumsi kontrasepsi oral, Obesitas, Merokok,
Minum alcohol
Krisis hipertensi
Perubahan struktur
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Rangsang ng Intoleransi
aldosteron aktifitas
7. Pemeriksaan Penunjang
7.1 Elektrokardio
7.2 Urinalisa
7.3 USG
7.4 CT scan
7.5 Rongsen
8. Penatalaksanaan
8.1 Hipertensi Darurat (Emergency Hypertension)
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak
terburu-buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat
menyebabkan iskemik pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus
dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke
160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan sebaiknya per
parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering
digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila
tidak ada, pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk penderita ke
Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde
5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40
mg. Penderita harus dirawat inap.
8.2 Hipertensi Mendesak (Urgency Hypertension)
Penurunan tekanan darah dilakukan dengan obat oral kerja pendek,
tekanan darah harus diperiksa ulang dalam jangka waktu 24 jam.
8.3 Bila diagnosa krisis hipertensi telah ditegakkan maka TD perlu segera
diturunkan. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah : Rawat di ICU,
pasang femoral intra arterial line dan pulmonari arterial catether (bila ada
indikasi ). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status volume
intravaskuler. Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik. Tentukan
penyebab krisis hipertensi, singkirkan penyakit lain yang menyerupai
krisis hipertensi, tentukan adanya kerusakan organ sasaran. Tentukan TD
yang diinginkan didasari dari lamanya tingginya TD sebelumnya,
cepatnya kenaikan dan keparahan hipertensi, masalah klinis yang
menyertai dan usia pasien.Penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100
mmHg, TD sistolik tidak kurang dari 160 mmHg, ataupun MAP tidak
kurang dari 120 mmHg selama 48 jam pertama, kecuali pada krisis
hipertensi tertentu ( misal : disecting aortic aneurysm ). Penurunan TD
tidak lebih dari 25% dari MAP ataupun TD yang didapat. Penurunan TD
secara akut ke TD normal / subnormal pada awal pengobatan dapat
menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak, jantung dan ginjal dan hal
ini harus dihindari pada beberapa hari permulaan, kecuali pada keadaan
tertentu, misal : dissecting anneurysma aorta. TD secara bertahap
diusahakan mencapai normal dalam satu atau dua minggu.
8.4 Diet sehat penderita krisis hipertensi
Pengaturan menu bagi penderita hipertensi selama ini dilakukan dengan
empat cara, yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan lemak
terbatas, diet rendah serat,dan diet rendah energi (bagi yang kegemukan).
Cara diet tersebut bertambah satu dengan hadirnya DASH (Dietary
Approach to Stop Hipertension) yang merupakan strategi pengaturan
menu yang lengkap. Prinsip utama dari diet DASH adalah menyajikan
menu makanan dengan gizi seimbang terdiri atas buah-buahan, sayuran,
produk-produk susu tanpa atau sedikit lemak, ikan, daging unggas, biji-
bijian, dan kacang-kacangan. Porsi makanan tergantung pada jumlah
kalori yang dianjurkan untuk dikonsumsi setiap harinya. Jumlah kalori
tergantung pada usia dan aktifitas. Menu yang dianjurkan dalam diet
DASH untuk yang berat badannya normal mengandung 2.000 kalori yang
dibagi dalam tiga kali waktu makan (pagi, siang, malam).
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana Keperawatan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Penurunan curah Setelah diberikan 1. Pantau TD. Ukur pada kedua
jantung berhubungan asuhan keperawatan tangan untuk evaluasi awal.
dengan Peningkatan diharapkan curah Gunakan ukuran manset yang
afterload, jantung pasien mulai tepat dan teknik yang akurat.
vasokontriksi normal dengan criteria 2. Catat keberadaan, kualitas
pembuluh darah. hasil : denyutan sentral dan perifer
1. tidak adanya 3. Auskultasi tonus jantung dan
sianosis bunyi nafas
2. CRT < 2 dtk 4. Amati warna kulit, kelembaban,
3. Akral hangat suhu dan masa pengisian kapiler
4. RR Normal ( 16- 5. Pertahankan pembatasan aktivitas
20 x/mnt) seperti istirahat di tempat tidur/
5. Tidak ada bunyi kursi, jadwal periode istirahat
jantung tambahan tanpa gangguan, bantu pasien
6. GCS normal melakukan aktivitas perawatan
(E,V,M = 15) diri sesuai kebutuhan
7. Haluaran urine 6. Berikan lingkungan tenang,
dalam batas nyaman, kurangi aktivitas /
normal (400 ml / keributan lingkungan. Batasi
24 jam) warna jumlah pengunjung dan lamanya
kuning jernih. tinggal.
7. Kolaborasi : Berikan obat-obat
sesuai indikasi seperti Diuretik
dan tiazid
2 Nyeri akut : NOC: NIC :
berhubungan dengan v Pain Level Pain Management
peningkatan tekanan v Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
vaskuler serebral atau v Comfort Level komprehensip termasuk lokasi,
Iskemik miokard karakteristik, durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil: kualitas, dan faktor presipitasi
1. Mampu 2. Observasi reaksi nonverbal dari
mengontrol nyeri ketidaknyaman
(tahu penyebab 3. Gunakan teknik komunikasi
nyeri, mampu terapeutik untuk mengetahui
menggunakan pengalaman nyeri pasien
teknik 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
nonfarmakologi respon nyeri
untuk mengurangi 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
nyeri, mencari lampau
bantuan) 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
2. Melaporkan bahwa kesehatan lain tentang
nyeri berkurang ketidakefektivan kontrol nyeri
dengan masa lampau
menggunakan 7. Bantu pasien dan keluarga untuk
manajemen nyeri mencari dan menemukan
3. Mampu mengenali dukungan
nyeri (skala, 8. Kontrol lingkungan yang dapat
intensitas, mempengaruhi nyeri seperti suhu
frekuensi dan tanda ruangan, pencahayaan dan
nyeri) kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
4. Menyatakan rasa 10. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
nyaman setelah menentukan intervensi
nyeri berkurang 11. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
12. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
13. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
14. Tingkatkan istirahat
15. Kolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
16. Monitor penerimaan pasien
tentang managemen nyeri.
Daftar Pustaka
Ackley BJ, Ladwig GB. 2011. Nursing Diagnosis Handbook an Evidence-Based
Guide to Planning Care. United Stated of America : Elsevier.
Brunner and Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
Volume 2. Jakarta : EGC