Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

1.

1 Perencanaan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dilakukan secara terpadu yang


berbasis wilayah kerja Puskesmas bersama dengan lintas program dan lintas sector
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta dalam pelaksanaan
kegiatan harus memperhatikan kemudahan akses pengguna layanan
1.1.1 JENIS KEGIATAN
Puskesmas wajib menyediakan jenis-jenis pelayanan yang ditetapkan berdasarkan visi,
misi, tujuan, dan tata nilai, analisis kebutuhan dan harapan, analisis peluang
pengembangan pelayanan, analisis risiko pelayanan, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang dituangkan dalam perencanaan.
EP :
1. Ditetapkan visi, misi, tujuan dan tatanilai yang menjadi acuan dalam penyelenggaraan
Puskesmas mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan hingga evaluasi kinerja
Puskesmas (R)
2. Ditetapkan jenis-jenis pelayanan yang disediakan berdasarkan hasil identifikasi dan
analisis sesuai dengan yang diminta dalam pokok pikiran pada paragraf terakhir.
(R,D,W)
3. Rencana Lima Tahunan disusun dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor
serta berdasarkan rencana strategis Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota.
( R,D,W)
4. Rencana Usulan Kegiatan (RUK) disusun dengan melibatkan lintas program dan lintas
sektor, berdasarkan rencana strategis Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota,
Rencana Lima Tahunan Puskesmas dan hasil penilaian kinerja. (R, D, W)
5. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Puskesmas disusun bersama lintas program
sesuai dengan alokasi anggaran yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/ Kota. (R, D, W)
6. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Bulanan disusun sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Kegiatan Tahunan serta hasil pemantauan dan capaian kinerja bulanan. (R, D, W)
7. Apabila ada perubahan kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dilakukan revisi
perencanaan sesuai kebijakan yang ditetapkan (D, W)

1.1.2 AKSES PELAYANAN


Masyarakat sebagai penerima manfaat layanan, lintas program dan lintas sektor
mendapatkan kemudahan akses informasi tentang hak dan kewajiban pasien, jenis-jenis
pelayanan, dan kegiatan-kegiatan Puskesmas serta akses terhadap pelayanan dan
penyampaian umpan balik

EP :
1. Ditetapkan kebijakan tentang hak dan kewajiban pasien, dan jenis-jenis
pelayanan serta kegiatan yang disediakan oleh Puskesmas. (R)
2. Dilakukan sosialisasi tentang hak dan kewajiban pasien, jenis-jenis pelayanan
serta kegiatan yang disediakan oleh Puskesmas. (D,W)
3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap penyampaian informasi terkait
hak dan kewajiban pasien, jenis-jenis pelayanan dan kegiatan-kegiatan Puskesmas
terhadap pengguna layanan, lintas program maupun lintas sektor serta
pemanfaatan pelayanan dan kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan jadwal
yang disusun. (D, W)
4. Dilakukan upaya untuk memperoleh umpan balik dari masyarakat serta
dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap umpan balik. (D, O, W)
1.2 TATA KELOLA ORGANISASI

1.2.1 Struktur Organisasi


Struktur organisasi ditetapkan dengan kejelasan tugas, wewenang, tanggung jawab, dan
tata hubungan kerja serta persyaratan jabatan

1.2.2 Dokumen Regulasi


Kebijakan, pedoman/panduan, prosedur, dan kerangka acuan terkait pelaksanaan kegiatan,
disusun, didokumentasikan, dan dikendalikan, termasuk pengendalian dokumen bukti
pelaksanaan kegiatan. Pedoman tata naskah mengatur, antara lain:
1. Penyusunan,tinjauan & pengesahan
2. Pengendalian dokumen termasuk perubahannya
3. Pemeliharaan dokumen
4. Pengelolaan dokumen eksterna
5. Masa retensi
6. Alur penyusunan & distribusi
EP :
1. Ditetapkan pedoman tata naskah Puskesmas sebagaimana diminta dalam pokok
pikiran (R)
2. Ditetapkan kebijakan, pedoman/panduan, prosedur dan kerangka acuan untuk KMP,
penyelenggaraan UKM serta penyelenggaraan UKP, Kefarmasian dan Laboratorium.
(R) --- Ada DOKUMEN REGULASI (SK, Pedoman/Panduan, SOP, KAK untuk
KMP, Penyelenggaraan UKM, Penyelenggaraan UKPP, Kefarmasian dan
Laboratorium. Format Dokumen Regulasi harus mengacu pada Pedoman Tata Naskah
Puskesmas

1.2.3 Pengelolaan Jaringan dan Jejaring


Jaringan pelayanan Puskesmas meliputi: Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan
praktik bidan desa, atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku. ejaring Puskesmas meliputi
UKBM, UKS, klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium, praktik mandiri tenaga kesehatan,
dan Fasilitas kesehatan lainnya
1.2.4 Sistem Informasi Puskesmas
Puskesmas menyediakan data dan informasi yang dimanfaatkan sebagai bahan
pertimbangan pengambilan keputusan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maupun
pengambilan keputusan pada tingkat kebijakan di Dinas Kesehatan daerah kabupaten/kota
termasuk
penyampaian informasi kepada masyarakat dan pihak terkait. Ketersediaan data dan
informasi akan memudahkan Tim Peningkatan Mutu, para penanggung jawab upaya
pelayanan, dan masing-masing pelaksana pelayanan baik UKM maupun UKP,
Kefarmasian dan Laboratorium dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi keberhasilan upaya kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pengguna
layanan. Pengumpulan, penyimpanan, analisis data dan pelaporan data yang masuk ke
dalam sistem informasi dilakukan sesuai dengan periodisasi yang telah ditentukan.
1.3 MANAJEMEN SDM

1.3.1 KETERSEDIAAN SDM


Pemenuhan kebutuhan SDM di Puskesmas berdasarkan jumlah, jenis dan kompetensi
maka perlu dilakukan analisis jabatan dan analisis beban kerja. Analisis Jabatan yang dimaksud
di Puskesmas merujuk pada jabatan sesuai dengan struktur organisasi Puskesmas, jabatan
fungsional tenaga Puskesmas, dan jabatan pelaksana di Puskesmas.

EP :
1. Dilakukan analisis jabatan dan analisis beban kerja sesuai kebutuhan pelayanan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan. (R)
2. Disusun peta jabatan, uraian jabatan dan kebutuhan tenaga berdasar analisis jabatan dan
analisis beban kerja. (R, D, W)
3. Dilakukan upaya untuk pemenuhan kebutuhan tenaga baik dari jenis,
jumlah dan kompetensi sesuai dengan peta jabatan dan hasil analisis beban kerja, (D, W)
1.3.2 URAIAN TUGAS
Uraian tugas pegawai berisi tugas pokok dan tugas tambahan serta kewenangan dan
tanggung jawab yang ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. Kepala Puskesmas dalam
menetapkan tugas pokok memperhatikan: jenis pelayanan, kegiatan dan SK jabatan
fungsional. Bagi pegawai non ASN, tugas pokok adalah tugas yang sesuai dengan surat
keputusan pengangkatan sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas berdasarkan standar
kompetensi lulusan. Tugas tambahan adalah tugas yang diberikan kepada pegawai untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan program dan kegiatan

EP :
1. Ada penetapan uraian tugas yang berisi tugas pokok dan tugas tambahan untuk setiap
pegawai. (R)
2. Ditetapkan indikator penilaian kinerja pegawai sebagaimana diminta dalam pokok
pikiran. (R)
3. Dilakukan penilaian kinerja pegawai minimal setahun sekali dan tindak lanjut
terhadap hasil penilaian kinerja pegawai untuk upaya perbaikan. (D, W)

1.3.3 FILE KEPEGAWAIAN


Puskesmas wajib menyediakan file kepegawaian untuk tiap pegawai yang bekerja di
Puskesmas sebagai bukti bahwa pegawai yang bekerja memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan dilakukan upaya pengembangan untuk memenuhi persyaratan tersebut. File
kepegawaian tiap pegawai berisi antara lain:
1. bukti pendidikan (ijazah) dan verifikasinya
2. bukti surat tanda registrasi (STR) dan verifikasinya secara periodic
3. bukti surat izin praktik (SIP) dan verifikasinya secara periodic
4. uraian tugas pegawai dan/atau rincian wewenang klinis tenaga kesehatan
5. bukti sertifikat pelatihan
6. bukti pengalaman kerja jika dipersyaratkan
7. hasil penilaian kinerja pegawai
8. bukti kebutuhan pengembangan/pelatihan
9. bukti evaluasi penerapan hasil pelatihan
10. bukti pelaksaanaan orientasi

EP :
1. Ditetapkan dan tersedia kelengkapan isi file kepegawaian untuk tiap pegawai yang
bekerja di Pukesmas yang terpelihara sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
(R, D, O, W)
2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut secara periodik terhadap kelengkapan dan
pemutakhiran data kepegawaian. (D, W)
1.3.4 ORIENTASI PEGAWAI
Setiap pegawai baru dan alih tugas baik yang diposisikan sebagai Pimpinan Puskesmas,
Penanggung jawab Upaya Puskesmas, koordinator pelayanan, maupun pelaksana kegiatan harus
mengikuti orientasi, agar pegawai baru dan alih tugas memahami tugas, peran, dan tanggung
jawab yang akan diemban. Kegiatan orientasi umum dilaksanakan untuk mengenal secara garis
besar visi, misi, tata nilai, tugas pokok dan fungsi serta struktur organisasi Puskesmas, program
mutu Puskesmas dan keselamatan pengguna layanan, serta program pengendalian infeksi.
Kegiatan orientasi khusus difokuskan pada orientasi di tempat tugas yang menjadi tanggung
jawab dari pegawai yang bersangkutan dan tanggung jawab spesifik sesuai dengan penugasan
pegawai tersebut. Pada kegiatan orientasi khusus ini pegawai baru diberi/dijelaskan terkait apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan, bagaimana melakukan dengan aman sesuai dengan
Panduan Praktik Klinis, panduan asuhan lainnya dan pedoman program lainnya.
EP :
1. Kegiatan orientasi dilaksanakan sesuai kerangka acuan yang disusun. (D, W)
2. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan orientasi (D.W)

1. 3.5 PENYELENGGARAAN K3
Pegawai yang bekerja di Puskesmas mempunyai risiko terpapar infeksi yang dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja, terjadinya kecelakaan kerja terkait dengan pekerjaan yang
dilakukan dalam pelayanan baik langsung maupun tidak langsung. Dalam Program kesehatan
dan keselamatan kerja pegawai, semua staf harus memahami bagaimana
cara mereka melaporkan, cara mereka dirawat, dan cara mereka menerima konseling dan tindak
lanjut akibat cedera seperti tertusuk jarum (suntik), paparan terhadap penyakit menular,
memahami identifikasi risiko dan kondisi yang berbahaya dalam fasilitas serta masalah-masalah
kesehatan dan keselamatan lainnya.
EP :
1. Program K3 bagi pegawai disusun, ditetapkan, dilaksanakan, dan dievaluasi. (R, D,
W)
2. Dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap pegawai untuk menjaga kesehatan
pegawai sesuai dengan program yang telah ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. (D,
W)
3. Ada program dan pelaksanaan imunisasi bagi pegawai sesuai dengan tingkat risiko
dalam pelayanan. (D, W)
4. Dilakukan konseling dan tindak lanjut terhadap pegawai yang terpapar penyakit
infeksi, kekerasan, atau cedera akibat kerja.(D, W)
1.4 MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)

1.4.1 PROGRAM MFK


Disusun dan diterapkan rencana program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) yang
meliputi keselamatan dan keamanan fasilitas, pengelolaan bahan dan limbah berbahaya,
manajemen bencana, pengamanan kebakaran, alat kesehatan dan system utilisasi.

1.4.2 PROGRAM KESELAMATAN DAN KEAMANAN


Program untuk keselamatan dirancang untuk mencegah terjadinya cedera bagi pasien, petugas,
pengunjung dan masyarakat akibat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), seperti tertusuk
jarum, tertimpa bangunan, keb Program untuk keamanan perlu direncanakan untuk mencegah
terjadinya kejadian kekerasan fisik maupun cedera akibat lingkungan fisik yang tidak aman
seperti penculikan bayi, pencurian, dan kekerasan pada petugas kebakaran, gedung roboh, dan
tersengat listrik. Program keselamatan bagi petugas terintegrasi dengan program keselamatan
dan kesehatan kerja.

1.4.3 MANAJEMEN INVENTARISASI, PENGELOLAAN, PENYIMPANAN DAN


PENGGUNAAN B3
Puskesmas perlu menginventarisasi B3 meliputi lokasi, jenis, dan jumlah B3 serta limbahnya
yang disimpan. Daftar inventaris ini selalu dimutahirkan sesuai dengan perubahan yang terjadi di
tempat penyimpanan . Pengolahan limbah B3 sesuai standar (penggunaan dan pemilahan,
pewadahan dan penyimpanan/TPS B3 serta pengolahan akhir). Tersedia IPAL sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
1.4.4 PROGRAM TANGGAP DARURAT BENCANA
Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) ikut bertanggung jawab untuk
berperan aktif dalam upaya mitigasi dan penanggulangan bila terjadi bencana baik internal
maupun eksternal. Strategi untuk menghadapi bencana perlu disusun sesuai dengan potensi
bencana yang mungkin terjadi berdasarkan hasil penilaian kerentanan bahaya (Hazard
Vulnerability Assesment). Setiap pegawai wajib mengikuti pelatihan/ lokakarya dan simulasi
pelaksanaan program tanggap darurat yang diselenggarakan minimal setahun sekali agar siap
jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Debriefing adalah sebuah review yang dilakukan setelah
simulasi Bersama peserta simulasi dan observer yang bertujuan untuk menindaklanjuti hasil dari
simulasi. Hasil dari kegiatan debriefing didokumentasikan .
1.4.5 PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Program pencegahan dan penanggulangan kebakaran perlu disusun sebagai wujud kesiagaan
Puskesmas terhadap terjadinya kebakaran. Yang dimaksud dengan sistem proteksi adalah
penyediaan proteksi kebakaran baik aktif mau pasif. Proteksi kebakaran aktif, contohnya APAR,
sprinkler, detektor panas, dan detektor asap, Proteksi kebakaran secara pasif, contohnya: jalur
evakuasi, pintu darurat, tangga darurat, tempat titik kumpul aman.

1.4.6 PROGRAM KETERSEDIAAN ALAT KESEHATAN


Penggunaan Aplikasi Sarana, Prasarana, dan Alat Kesehatan (ASPAK) oleh Puskesmas
dilakukan untuk memastikan pemenuhan terhadap standar sarana, prasarana, dan alat
kesehatan. Data sarana, prasarana, dan alat kesehatan di Puskesmas harus diinput dalam ASPAK
dan divalidasi untuk menjamin kebenarannya. Agar tidak terjadi keterlambatan atau gangguan
dalam pelayanan, alat kesehatan harus tersedia, berfungsi dengan baik, dan siap digunakan saat
diperlukan. Program yang dimaksud meliputi kegiatan pemeriksaan dan kalibrasi secara berkala,
sesuai dengan panduan produk tiap alat kesehatan. Pemeriksaan alat kesehatan yang dilakukan
petugas meliputi : kondisi alat, ada tidaknya kerusakan, kebersihan, status kalibrasi, dan fungsi
alat.

1.4.7 PROGRAM PENGELOLAAN SISTEM UTILISASI


Sistem utilitas meliputi air, listrik, gas medis dan sistem penunjang
lainnya seperti genset, panel listrik, perpipaan air dan lainnya. Program pengelolaan sistem
utilitas perlu disusun untuk menjamin ketersediaan dan keamanan dalam menunjang kegiatan
pelayanan
Puskesmas. Prasarana air, listrik, dan prasarana penting lainnya, seperti genset, perpipaan air,
panel listrik, perlu diperiksa dan dipelihara untuk menjaga ketersediaannya dalam mendukung
kegiatan pelayanan.
1.4.8 DIKLAT MFK
Dalam rangka meningkatkan pemahaman, kemampuan, dan keterampilan dalam pelaksanaan
Manajemen Fasilitas Dan Keselamatan (MFK) perlu dilakukan pendidikan petugas agar dapat
menjalankan peran mereka dalam menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien, petugas, dan
masyarakat. Pendidikan petugas dapat berupa edukasi, pelatihan, dan in house training/
workshop/ lokakarya. Pendidikan petugas sebagaimana dimaksud tertuang dalam rencana
program pendidikan manajamen fasilitas dan keselamatan.

1.5 PENGAWASAN, PENGENDALIAN, PENILAIAN KERJA

1.5.1 INDIKATOR KINERJA


Indikator kinerja adalah indikator untuk menilai cakupan kegiatan dan manajemen Puskesmas.
Indikator kinerja untuk tiap jenis pelayanan dan kegiatan perlu disusun, dipantau dan dianalisis
secara periodik sebagai bahan untuk perbaikan kinerja dan perencanaan periode berikutnya.
Indikator-indikator kinerja tersebut meliputi:
1. Indikator kinerja Manajemen Puskesmas
2. Indikator kinerja cakupan pelayanan UKM yang mengacu pada indikator nasional seperti
Program Prioritas Nasional, indikator yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Daerah
Propinsi dan Indikator yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Daerah kabupaten/Kota
3. Indikator kinerja cakupan pelayanan UKP, Kefarmasian, dan Laboratorium

Dalam menyusun indikator-indikator tersebut harus mengacu pada Standar Pelayanan Minimal
Kabupaten, Kebijakan/Pedoman dari Kementerian Kesehatan, Kebijakan/Pedoman dari Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kebijakan/Pedoman dari dinas kesehatan daerah kabupaten/kota.
Pengawasan, pengendalian dan penilaian terhadap kinerja dilakukan dengan menggunakan
indikator kinerja yang jelas untuk memudahkan melakukan perbaikan penyelenggaraan
pelayanan dan perencanaan pada periode berikutnya Bentuknya dapat berupa pemantauan dan
evaluasi, supervisi, lokakarya mini, audit internal, dan rapat tinjauan manajemen.
EP :
1. Ditetapkan indikator kinerja Puskesmas sesuai dengan jenis-jenis pelayanan yang
disediakan dan kebijakan pemerintah Pusat dan Daerah (R)
2. Dilakukan pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja secara periodik sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan, dan hasilnya diumpanbalikkan pada lintas
program dan lintas sektor (R, D, W)
3. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil pengawasan, pengendalian dan
penilaian kinerja terhadap target yang ditetapkan dan hasil kaji banding dengan
Puskesmas lain (D)
4. Dilakukan analisis terhadap hasil pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja untuk
digunakan dalam perencanaan kegiatan masing-masing upaya Puskesmas, dan untuk
perencanaan Puskesmas (D)
5. Hasil pengawasan, pengendalian dalam bentuk perbaikan kinerja disediakan dan
digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan kegiatan Puskesmas dan
revisi perencanaan kegiatan bulanan (D, W)
6. Hasil pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja dalam bentuk Laporan Penilaian
Kinerja Puskesmas (PKP), serta upaya perbaikan kinerja dilaporkan kepada Dinas
Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota (D)

1.5.2 LOKAKARYA MINI


Komunikasi dan koordinasi Puskesmas melalui Lokakarya mini bulanan lintas program
dan Lokakarya mini triwulan lintas sektor dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Lokakarya mini bulanan digunakan untuk : menyusun secara lebih terinci
kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan selama 1 (satu) bulan mendatang, khususnya
dalam waktu, tempat, sasaran, pelaksana kegiatan, dukungan (lintas program dan sektor)
yang diperlukan, serta metode dan teknologi yang digunakan; menggalang kerjasama dan
keterpaduan serta meningkatkan motivasi petugas. Lokakarya mini triwulan digunakan untuk
: menetapkan secara konkrit dukungan lintas sektor yang akan dilakukan selama 3 (tiga)
bulan mendatang, melalui sinkronisasi/harmonisasi RPK antar-sektor (antar-instansi) dan
kesatupaduan tujuan; menggalang kerjasama, komitmen, dan koordinasi lintas sektor dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan di tingkat kecamatan; meningkatkan motivasi
dan rasa kebersamaan dalam melaksanakan pembangunan masyarakat kecamatan.
1.5.3 AUDIT INTERNAL DAN RAPAT TINJAUAN MANAJEMEN
Audit internal merupakan salah satu mekanisme pengawasan dan pengendalian yang
dilakukan secara sistematis oleh tim audit internal yang dibentuk oleh Kepala Puskesmas.
Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab Mutu secara periodik melakukan pertemuan
tinjauan manajemen untuk membahas umpan balik pelanggan, keluhan pelanggan, hasil audit
internal, hasil penilaian kinerja, perubahan proses penyelenggaraan Upaya Puskesmas dan
kegiatan pelayanan Puskesmas, maupun perubahan kebijakan mutu jika diperlukan, serta
membahas hasil pertemuan tinjauan manajemen sebelumnya, dan rekomendasi untuk
perbaikan. Pertemuan tinjauan manajemen dipimpin oleh Penanggung jawab Mutu.
EP:
1. Kepala Puskesmas membentuk tim audit internal dengan uraian tugas, wewenang,
dan tanggung jawab yang jelas. (R)
2. Disusun rencana program audit internal tahunan yang dilengkapi kerangka acuan
audit dan dilakukan kegiatan audit sesuai dengan rencana yang telah disusun. (R)
3. Ada laporan dan umpan balik hasil audit internal kepada Kepala Puskesmas, Tim
Mutu, pihak yang diaudit dan unit terkait. (D)
4. Tindak lanjut dilakukan terhadap temuan dan rekomendasi dari hasil audit internal
baik oleh kepala Puskesmas, penanggung jawab maupun pelaksana. (D)
5. Kepala Puskesmas bersama dengan Tim Mutu merencanakan pertemuan tinjauan
manajemen dan pelaksanaan pertemuan tinjauan manajemen dilakukan dengan
agenda sebagaimana pokok pikiran. (D, W)
6. Rekomendasi hasil pertemuan tinjauan manajemen ditindaklanjuti dan dievaluasi. (D)

Anda mungkin juga menyukai