Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Tugas Review 5 Jurnal Issn Kefarmasian

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

NAMA : Alawiyah Muzaema

NIM : 1908060022
MAKUL : Metode Penelitian
DOSEN PENGAMPU : Imam Syahputra Yamin, S.KM, M.E pid.

TUGAS REVIEW JURNAL

NO NAMA BAGIAN-BAGIAN
1. Review Pertama  Topik : Terapi di Puskesmas

 Variabel bebas : Kadar total kolestrol pada pasien


Prolansia
Variabel terikat : Terapi Simvastatin di Puskesmas

 Permasalahan : Yang menjadi permasalahannya


ialah dengan mengkonsumsi makanan sumber
kolesterol tinggi secara berlebihan dapat
mengakibatkan peningkatan kolesterol darah yang
dikenal dengan hiperkolesterolemia.
Hiperkolesterolemia merupakan masalah kesehatan
yang menjadi perhatian karena tingginya prevalensi.
World health organization .(WHO) melaporkan 2,6
juta kematian disebabkan oleh hiperkolesterolemia
atau 4,5% dari total kematian pada tahun 2015.

 Metode Penelitian : Dengan menggunakan metode


Penelitian deskriptif observasional ini dilaksanakan
pada bulan Juli sampai agustus 2018. Dan juga
Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang
dan melibatkan 27 pasien Prolanis di Puskesmas Air
Dingin . Subjek penelitian direkrut secara consecutive
sampling jika memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Subjek diinklusi merupakan pasien Prolanis di
Puskesmas Air Dingin yang mendapat terapi
simvastatin dan bersedia menjadi responden.

 Hasil Penelitian : Berikut hasil data yang dipeoleh


Keberhasilan Obat N %
Simvastatin
Terkontrol 12 44,4%
Tidak Terkontrol 15 55,6%
Total 27 100%

 Penelitian terhadap 27 data rekam medis subyek


penelitian menunjukkan bahwa distribusi kelompok
usia terbanyak terdapat pada kelompok usia 46-55
tahun sebanyak 10 orang (37 %). Berdasarkan hasil
data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
keberhasilan obat simvastatin terhadap kadar total
kolesterol subyek penelitian paling banyak yaitu kadar
kolesterol tidak terkontrol sebanyak 15 orang
(55,6%). Studi yang dilakukan oleh peneliti
didapatkan bahwa pasien Prolanis di Puskesmas Air
Dingin didapatkan aktivitas fisik kurang. Kadar total
kolesterol seseorang dipengaruhi oleh usianya,
semakin bertambah usia seseorang maka kadar total
kolesterolnya relatif meningkat dibandingkan kadar
total kolesterol pada usia muda. Hal ini disebabkan
aktivitas reseptor LDL berbanding terbalik dengan
peningkatan jumlah usia.

 Kesimpulan : Dari hasil yang diperoleh maka dapat


disimpulkan bahwa Pada penelitian usia terbanyak
pada pasien prolanis kelompok usia 46-55 tahun
sebanyak 10 orang dan jenis kelamin paling banyak
paling banyak yaitu pasien prolanis berjenis kelamin
perempuan sebanyak 23 orang.Kadar total kolesterol
pada pasien prolanis rata-rata ditemukan sebesar
212.67 mg/dL. Dosis konsumsi simvastatin pasien
prolanis paling banyak ditemukan yaitu dosis 1x20
mg. Keberhasilan obat simvastatin terhadap kadar
total kolesterol paling banyak yaitu kolesterol tidak
terkontrol sebanyak sebanyak 16 orang.
2. Review Ke-dua  Topik : Pola penggunaan Obat Di RSUD Raden
Mattaher Jambi.

 Variabel bebas : Obat Antitiroid


 Variabel teriakat : Pada Pasien Hipertiroid Di RSUD
Raden Mattaher Jambi

 Permasalahan : Menurut Riskesdas 2013, lebih dari


700.000 orang di Indonesia terdiagnosis hiperteroid,
dengan pasien terbanyak berada di Jawa, sedangkan di
Provinsi Jambi yang terdiagnosa hipertiroid sebanyak
4.625 orang. Prevalensi hipertiroid dilihat dari jenis
kelamin lebih banyak pada perempuan dari pada
lakilaki, dengan persentase 0,6% pada perempuan dan
0,2% pada laki-laki ( Kementerian Kesehatan RI,
2015). Onset penyakit ini biasanya terjadi diantara
usia 20 tahun hingga 50 tahun dan wanita 5-10 kali
lebih sering dibanding pria (Kartika dkk., 2018).
Hipertiroid dapat terjadi pada semua usia terutama
pada usia 20-40 tahun, hal ini disebabkan kelompok
usia ini memiliki tingkat stres tinggi dimana
produktivitas tinggi, banyak target yang ingin di
capai, hingga urusan keluarga, keuangan dan banyak
ambisi yang ingin di capai tak jarang akhirnya
kewalahan, sehingga lelah capek dan berujung stres,
dan stress juga pemicu dari gangguan tiroid karna
stress, berdampak negative pada produksi hormon,
hormon memang memiliki peran penting dalam
mengatur suasana hati seseorang.

 Metode Penelitian : Penelitian ini dilakukan secara


deskriptif yang dikerjakan secara retrospektif terhadap
data rekam medik pasien hipertiroid bulan Januari-
Desember tahun 2017. Deskriptif yaitu analisis yang
bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai
subjek penelitian, yang diarahkan pada penyajian
informasi mengenai data yang diperoleh melalui
proses penelitian dan retrospektif yaitu meneliti
kebelakang dengan menggunakan data sekunder
melalui data rekam medik.

 Hasil Penelitian : Berdasarkan data diambil dari


rekam medik pasien rawat jalan penyakit hipertiroid
pada tahun 2017. Berdasarkan data rekam medik
pasien tersebut diperoleh sebanyak 85 pasien
hipertiroid rawat jalan yang memenuhi kriteria inklusi
dengan jumlah total kunjungan sebanyak 1071 kali
kunjungan.

 Kesimpulan : Analisa kuantitatif : usia terbanyak


pada rentang umur 36-45 tahun (dewasa awal )
dengan persentase 35,29%, jumlah pasien laki-laki 17
orang (20%), dan perempuan 68 orang sebesar (80%),
jenis obat antitiroid yang paling banyak digunakan
yaitu PTU (propiltiorasil) sebanyak 65 orang sebesar
(76,47%) dan thyrazol sebanyak 20 orang sebesar
(23,53 %), berdasarkan metode pemberian dosis,100
% obat antitiroid diberikan dengan metode titrasi,
penyakit lain yang paling banyak ditemukan adalah
dispepsia yang diderita oleh 8 orang pasien dengan
persentase sebesar (9,41%). Terdapat 1 pasien hamil
yang saat menjalani terapi hipertiroid. Analisis
kualitatif :pada penelitian ini dapat diketahui
ketepatan dosis sebesar 100%, pada penelitian ini
dapat diketahui ketepatan pasien sebesar 100%.
3. Review Ke-tiga  Topik : Penatalaksana CKD

 Variabel bebas : Obat allopurinol (Hiperurisemia )


Variabel teriakat : Terhadap penyakit Ginjal
Kronik ( CKD )

 Permasalahan : CKD menjadi bermasalah karena


adanya kontraindikasi akibat fungsi ginjalnya
menurun serta komorbiditas yang sering terjadi pada
CKD. Penatalaksanaan non farmakologi dengan
intervensi perubahan gaya hidup seperti olahraga,
penurunan berat badan, konsumsi daging rendah
purin, hindari tinggi fruktosa, kurangi alkohol dan
herbal. Allopurinol diekskresi melalui ginjal sehingga
perlu penyesuaian dosis pada CKD, mulai 50-100
mg/hari, dinaikkan sampai 200-300 mg/hari setiap 2-5
minggu sampai SUA < 6 mg/dl. Dosis boleh > 300
mg/hari apabila pasien diberitahu dan monitor
kemungkinan toksik. Di Amerika, Eropa dan Jepang
merekomendasikan febuxostat hanya untuk
pengobatan hiperurisemia. prevalensi hiperurisemia di
Cina pada pria 19.4% dan wanita 7.9%; di Thailand
pada pria 18.4% dan wanita 7.8%; di Turki pada pria
19% dan wanita 5.8%; di Taiwan pada pria 21.6% dan
wanita 9.6%2.

 Metode Penelitian : Studi retrospective


observational, dan Studi meta-analisis.
 Hasil Penelitian : Studi tentang obat penurun urat
pada hiperurisemia asimptomatik dengan CKD stage
3-4 menujukkan bahwa tingkat penurunan GFR pada
kelompok yang mendapat obat dan kelompok tanpa
obat tidak ada perbedaan bermakna (p= 0.13).
Kemanjuran obat penurun urat dalam menunda
perkembangan CKD masih kontroversial. Oleh karena
itu RCT lebih lanjut diperlukan untuk
mengkonfirmasi kemanjurannya dalam perbaikan
penurunan fungsi ginjal pada pasien CKD stadium 3-4
. Mengingat efek samping obat penurun urat pada
pasien dengan CKD, harus diyakinkan apakah obat ini
sangat bermanfaat. Masih diperlukan studi prospektif
skala besar untuk mengkonfirmasi hal tersebut.
 Kesimpulan : Penatalaksanaan hiperurisemia pada
CKD meliputi pengobatan non farmakologi dan
farmakologi. Pengobatan hiperurisemia asimptomatik
pada CKD masih kontroversi, sebagian ahli
menyarankan pasien diobati dengan obat penurun urat
dengan alasan peningkatan asam urat dapat
memperburuk fungsi ginjal. Sebagian ahli tidak
merekomendasikan karena mengkhawatirkan efek
samping obat penurun asam urat.Konsumsi buah
sirsak dapat menjadi alternatif pengobatan
hiperurisemia pada CKD baik.

4. Review Ke-empat  Topik : Peran Zinc Sulphate dan Omega 3 pada


Penderita Tuberkulosis Paru
 Variabel bebas : Terhadap Peningkatan Berat Badan
dan Percepatan Konversi Sputum
Variabel teriakat : Pada Penderita Tuberkulosis Paru

 Permasalahan : Pada tahun 2010 jumlah seluruh


kasus TB sebanyak 37.226 kasus dan 23.223
diantaranya adalah TB paru BTA postif, tahun 2011
kaus BTA positif menurun sebesar 21.477, dan tahun
2012 sebesar 41.472 dan 25.618 adalah penderita
dengan BTA positif. Angka penemuan kasus baru
BTA positif tahun 2010 di Jawa Timur sebesar 58,2%,
tahun 2012 sebesar 63,03% masih dibawah target
70%. Untuk angka kesembuhan tahun 2010 sebesar
84,18%, tahun 2011 sebesar 93,46% (target lebih dari
90%) (Riskesdas, 2010).

 Metode Penelitian : Metode Penelitian ini


menggunakan desain Randomized Pre-Test Post Test
Control Group Design. menggunakan uji statistik uji t
sampel berpasangan (paired t test), Friedman test dan
uji Mann-Whitney untuk melihat hasil antara sebelum
dan sesudah penelitian.

 Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan


setelah suplementasi Zinc Sulphate dan Omega 3
selama 30 hari pada pasien tuberkulosis paru, ada
pengaruh terhadap peningkatan berat badan pasien.
Berdasarkan hasil analisis suplementasi Zinc Sulphate
dan Omega 3 terhadap BB sebelum dan setelah
perlakuan di dapatkan nilai rata-rata kenaikan berat
badan pada kelompok perlakuan yaitu 1,54 kg,
sedangkan pada kelompok Kontrol rata-rata kenaikan
berat badannya yaitu 0,8 kg. Hasil penelitian
menunjukkan setelah suplementasi Zinc Sulphate Dan
Omega 3selama 2 bulan pada pasien tuberkulosis
paru, ada pengaruh terhadap peningkatan CD4
pasien.Berdasarkan hasil analisis suplementasi Zinc
Sulphate dan Omega 3terhadap BB sebelum dan
setelah perlakuan dan kelompok Kontrol terdapat
perbedaan kenaikkan yang signifikan.

 Kesimpulan : Suplementasi Zinc Sulphate dan


Omega 3 dapat meningkatkan berat badan responden.
Pada kelompok perlakuan kenaikan rata-rata berat
badan responden adalah 1,54 kg. Sedangkan pada
kelompok kontrol kenaikan rata-rata berat badan
responden adalah 0,8 kg. Hasil uji paired ttest
sebelum dan sesudah suplementasi Zinc Sulphate dan
Omega 3 menunjukkan ada perbedaan bermakna
terhadap berat badan responden. Suplementasi Zinc
Sulphate dan Omega 3 menunjukkan hasil yang
positif pada hasil tes BTA pada pasien TB paru.
5. Review Ke-lima  Topik : Pola penggunaan obat pada pasien anak

 Variabel bebas : Penggunaan Parasetamol Atau


Ibuprofen
Variabel teriakat : Sebagai Obat Antipiretik Single
Therapy Pada Pasien Anak

 Permasalahan : Seiring berjalannya waktu, demam


konsisten menyebabkan tingginya tingkat kecemasan
pada orang tua dan kewaspadaan pada praktisi
kesehatan akan terjadinya pendarahan pada otak,
panas yang tinggi, bahkan kematian pada anak.3,4
Kesalahan konsep dalam memanagemen demam yang
terjadi karena kesalahan persepsi dari orangtua akan
memicu terjadinya fever phobia. Pada masyarakat
sering ditemukan adanya kasus orangtua yang
memberikan antipiretik pada suhu anak <380C dan
membangunkan anaknya untuk diberikan antipiretik.
Kesalahan lain yang sering terjadi adalah kesalahan
dalam pemberian dosis karena orang tua yang panik
saat pemberian obat.

 Metode Penelitian : Dengan menggunakan penelitian


deskriptif dengan desain potong lintang dimana
sampel dipilih melalui metode consecutive sampling.
penelitian deskriptif dengan desain potong lintang.
Data dikumpulkan dengan cara menggunakan
kuisioner yang berisi tentang karakteristik responden
dan pola penggunaan antipiretik single therapy pada
anak yang dibagikan kepada orang tua yang
memenuhi kriteria inklusi di TK Laksana Kumara,
sedangkan metode pengambilan data secara potong
lintang.

 Hasil Penelitian : Pada penggunaan obat


parasetamol maupun ibuprofen, kebanyakan
responden berusia 30 tahunan dan berjenis kelamin
perempuan. Responden yang memilih parasetamol
sebanyak 48,5% yang bekerja sebagai wirausaha
dan 64,7% yang bekerja sebagai ibu rumah tangga
memilih menggunakan obat ibuprofen. Pada
penggunaan obat parasetamol didapatkan sebanyak
42,8% telah menempuh pendidikan sarjana dan
untuk tingkat pendidikan terendah bagi pengguna
parasetamol adalah tingkat pendidikan SMP
sebanyak 8,6%.

 Kesimpulan : Pola Penggunaan Parasetamol Atau


Ibuprofen Sebagai Obat Antipiretik Single Therapy
Pada Pasien Anak” terdapat 34 responden yang
menggunakan parasetamol sebagai obat antipiretik
pilihan utama dari 50 responden yang bersedia untuk
mengisi kuisioner. Pada penelitian ini masih
didapatkan orang tua yang tidak mengetahui
bagaimana cara pemberian antipiretik yang tepat.
Obat parasetamol diberikan pada anak pada saat suhu
tubuh >370C dan pada penggunaan ibuprofen
diberikan pada saat suhu anak >390C. Obat
parasetamol atau ibuprofen diberikan tiap 4 jam sekali
pada demam anak. Penurunan suhu dengan
penggunaan parasetamol dicapai dalam waktu 2–4
jam dan pada penggunaan ibuprofen dicapai dalam
waktu <2 jam. Kedua obat ini mayoritas diberikan
dalam bentuk sediaan sirup dan menggunakan sendok
takar obat yang telah tersedia dalam kemasan. Acuan
yang digunakan dalam pemberian dosis obat
didapatkan dari dokter.

Anda mungkin juga menyukai