Analisis Kinerja
Analisis Kinerja
Analisis Kinerja
Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
Bayu Pamungkas
202063201010
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang masih melimpahkan
berkatnya kepada kami . yang akhirnya kami dapat menyelesaikan laporan penelitian kecil
tentang penambahan materi yang kurang pada penelitian ini.
Laporan ini telah kami susun dengan baik dan semaksimal mungkin juga mendapat bantuan
dari banyak referensi di buku maupun internet. Terima kasih banyak pada seluruh pihak yang
telah berkontribusi dalam menyelesaikan laporan penelitian mini ini.
Terlepas dari itu, bila laporan penelitian kecil ini masih banyak kesalahan penulisan kata
walaupun kekurangan dalam materi kami meminta maaf, karena sesama manusia tidak luput
dari berbagai macam kesalahan. Oleh karena itu kami berlapang dada menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan yang telah kami susun sedemikian
rupa. Akhir kata. Kami berharap semoga laporan penelitian kecil tentang “Analisis Tentang
Kinerja Kepemimpinan untuk Meningkatkan Etos Kerja di Kantor Kelurahan Bambu
Pemali Kabupaten Merauke” ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang baik.
Terima kasih.
Daftar Isi
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
B.rumusan masalah
C.tujuan penelitian
Bab 2 Pembahasan
A. Tinjau pustaka
B. Penelitian terdahulu
C. Kerangka pikir
lokasi penelitian
informasi penelitian
Kesimpulan
Saran
Daftar pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi merupakan kumpulan orang atau sekelompok orang untuk
melakukan sebuah kerjasama untuk mencapai sebuah tujuan yang sama. Dengan
sistematis taat pemimpin atau terkendali dengan adanya ketua organisasi yang disebut
juga pemimpin organisasi memberikan kepada para anggota untuk mengarahkan dan
mengatur segala hal yang ada dalam sebuah organisasi. Itu organisasi dalam sebuah
kelompok masyarakat juga untuk meningkatkan diri terhadap skill dan kemampuan
personal masing-masing. Untuk mencapai sebuah tujuan dalam sebuah organisasi,
pastinya harus adanya pemimpin. Dengan adanya pemimpin dalam sebuah organisasi
maka organisasi tersebut akan terarah dan terencana sehingga tujuan yang akan
dicapai akan lebih mudah dan efisien.
Jiwa kepemimpinan harus selalu ada dalam benak seorang pemimpin. . Karena
kepemimpinan merupakan sebuah cara seseorang pemimpin dalam berperan serta
melaksanakan tugas, tanggung jawab, serta kewajibannya dalam memimpin sebuah
organisasi, agar bisa tertata rapi dan mendapatkan hasil maksimal dalam sebuah
kinerja. Maka seorang pemimpin dibutuhkan untuk melakukan dan berperan apapun
hal yang dibutuhkan dalam kinerja organisasi, termasuk dengan peningkatan etos
kerja, dengan adanya peningkatan etos kerja para pegawai atau anggota organisasi
dapat melakukan kinerja berdasarkan tugas, tanggung jawab , serta kewajiban dalam
sebuah organisasi.
Etos kerja merupakan nilai yang didasarkan pada kerja keras serta ketekunan.
Selain itu etos kerja dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh kinerja serta
kemampuan seseorang dalam melakukan tanggung jawab serta kewajiban berkinerja.
Jika seseorang memiliki sebuah etos kerja yang sangat tinggi maka seseorang tersebut
mempunyai semangat kerja yang tinggi pula. Hal ini yang sekarang dibutuhkan oleh
berbagai organisasi satu contohnya adalah organisasi birokrasi internal di masyarakat
yaitu Kelurahan. Kelurahan adalah salah satu organisasi birokrasi pelayanan
masyarakat pegawai harus mempunyai etos kerja yang tinggi, Kelurahan juga bisa
dikatakan sebagai cerminan dari pemerintahan, jadi sistem pelayanan harus titik
semakin kinerja ukuran baik maka pandangan masyarakat terhadap itu juga sangat
baik atau positif Begitu pun sebaliknya jika sebuah pegawai sangat buruk maka
pandangan masyarakat akan sangat buruk juga maksimal.
Hal tersebut telah terjadi di berbagai daerah di penjuru Indonesia, salah
satunya adalah Kelurahan Bambu Pemali Kabupaten Merauke, di mana beberapa
pegawai yang sangat kurang memiliki etos kerja yang tinggi. Dikarenakan jika kita
lihat dari tingkat pengukuran kinerja masih banyak pegawai di kantor Kelurahan
Bambu Pemali ini masih memiliki etos kerja yang sangat kurang maksimal sehingga
pelayanan kepada masyarakat dalam pengurusan administrasi pun belum sepenuhnya
maksimal karena pelayanan yang kurang baik. Banyak para pegawai disini masih
mementingkan urusan pribadinya pada saat sedang atau masih jam kerja mereka
meninggalkan pekerjaan demi urusan pribadi mereka sendiri. Dengan cara pegawai
seperti inilah pelayanan di Kelurahan Bambu Pemali tidak berjalan secara maksimal
dan lebih ke malas-malas. Pegawai yang bekerja di Kelurahan Bambu Pemali ini tidak
terlalu banyak hanya ada 16 pegawai saja, itu pun termasuk kepala Kelurahan atau
Lurah dan kepala seksi-seksinya. Oleh karena itu jika ingin kinerja yang maksimal
pegawai kantor harus lebih maksimal untuk melakukan sebuah pekerjaan. Karena jika
pegawai memiliki sebuah etos kerja yang tinggi maka akan mendapat positif bagi
internal bahkan eksternal di Kelurahan Bambu Pemali ini. Contohnya adalah memiliki
semangat kerja yang tinggi dengan mengutamakan tanggung jawab dan kewajiban
sebagai pegawai kantor Kelurahan.
Dengan adanya masalah tersebut peran sebuah kepemimpinan dalam
memimpin sangat dibutuhkan. Dilihat dari atas Lurah lah sebagai sosok pemimpin
untuk berperan penting dalam membantu para pegawai untuk meningkatkan etos kerja
yang tinggi dan lebih maksimal serta selalu semangat dalam melakukan kinerja tanpa
beban. Dengan ini terjadi maka sebuah kinerja akan mendapatkan hasil yang lebih
maksimal. Oleh karena itu sebagai peneliti saya tertarik untuk meneliti kinerja
kepemimpinan dalam meningkatkan sebuah etos kerja di Kelurahan Bambu Pemali
Kabupaten Merauke.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan etos kerja Pegawai?
2. Bagaimana cara agar etos kerja pegawai lebih tinggi?
3. Bagaimana etos kerja bisa memengaruhi Stabilitas Kinerja?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Peran seorang pemimpin dalam memerankan sosok jiwa
kepemimpinan meningkatkan sikap etos kerja yang tinggi terhadap pegawai di
Kelurahan Bambu Pemali Kabupaten Merauke.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA, PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA
PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
I. Kepimpinan
1) Pengertian Kepemimpinan
Secara umum, kepemimpinan adalah sebuah kemampuan dalam diri
seseorang untuk mempengaruhi orang lain atau mengarahkan pihak tertentu
untuk mencapai tujuan. Teori kepemimpinan juga bisa didefinisikan sebagai
kemampuan seseorang dalam mengelola dan mengarahkan sebuah kelompok
dengan efektif dan efisien agar mencapai tujuan.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seorang
pemimpin adalah orang yang harus memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi atau memandu sekelompok orang atau pihak.
Sedangkan, Warren Bennis dan Burt Nanus, penulis buku Leaders: The
Strategies for Taking Charge berpendapat teori kepemimpinan adalah
kekuatan yang sangat berpengaruh di balik kesuksesan suatu organisasi atau
perusahaan. Seorang pemimpin harus bisa memobilisasi organisasi agar
mencapai visi yang telah ditetapkan dan menjadi organisasi yang efektif.
Kepemimpinan memiliki dua konsep dasar, yakni ilmu dan seni. Ilmu
kepemimpinan merupakan teori kepemimpinan yang bisa dipelajari dari
berbagai sumber. Anda bisa mempelajari teori kepemimpinan ini dengan
mengikuti pelatihan mengenai leadership atau metode kepemimpinan.
Sementara, seni kepemimpinan adalah metode atau teknik
kepemimpinan dalam mengkoordinasi sebuah kelompok. Metode
kepemimpinan ini diharapkan mampu membentuk karakter dan kinerja yang
baik guna membangun kelompok yang kompak dalam mewujudkan tujuan.
1) Teori Kepemimpinan Menurut Para Ahli
Para ahli yang mengemukakan gagasan-gagasannya merupakan bentuk
dari teori kepemimpinan. Para ahli pun memiliki pendapat masing-masing
mengenai teori kepemimpinan, berikut ini:
a. Moejiono (2002)
Moejiono mengatakan kepemimpinan merupakan pengaruh satu arah,
karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang
membedakan dirinya dengan pengikutnya.
Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung
memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh
secara tidak langsung dan sarana membentuk suatu kelompok yang sesuai
dengan keinginan pemimpinnya.
b. Wahjosumidjo (1987:11)
Menurut Wahjosumidjo, teori kepemimpinan adalah suatu yang
melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu, seperti:
kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability).
Kepemimpinan juga rangkaian kegiatan pemimpin yang tidak bisa
dipisahkan dengan kedudukan dan gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.
Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi pemimpin,
pengikut dan situasi.
c. Fiedler (1967)
Fiedler mengatakan teori kepemimpinan merupakan pola hubungan
antara individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap
kelompok agar bekerja sama untuk mencapai tujuan.
d. Sondang P. Siagian
Menurut Sondang P. Siagian, teori kepemimpinan bisa diartikan
sebagai kemampuan seseorang saat menjabat sebagai pimpinan organisasi
tertentu dalam mempengaruhi orang lain, khususnya bawahannya.
Hal itu dilakukan agar mereka mampu bertindak dan berpikir sesuai
dengan arahan, sehingga tujuan pun bisa tercapai dengan mudah.
e. Ott (1996)
Menurut Ott, teori kepemimpinan bisa didefinisikan sebagai proses
hubungan antar pribadi yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap,
kepercayaan dan perilaku orang lain.
2) Tujuan Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sikap yang harus dimiliki seorang pemimpin
dalam membuat rencana, berpikir dan mengambil tanggung jawab untuk
kelompok serta memberikan arahan kepada orang lain.
Fungsi utama seorang pemimpin adalah membantu suatu kelompok
untuk belajar memutuskan dan bekerja lebih efisien. Tapi, ada pula beberapa
peranan atau tujuan kepemimpinan, antara lain:
1. Mencapai Tujuan
Kepemimpinan dalam sebuah organisasi sangat dibutuhkan untuk
membuat kelompoknya mencapai tujuan dengan tepat dan efisien. Tanpa
adanya seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan, suatu organisasi akan
sulit mencapai tujuannya.
Sebab, mereka tidak memiliki sosok yang membantu mengarahkan,
menyatukan mereka dan menjadi pedomannya.
Tujuan merupakan penjabaran dari visi dan misi yang akan dicapai
oleh sebuah organisasi atau perusahaan. Tujuan adalah kuantitatif yang
mengukur keberhasilan kinerja bisnis melalui kesimpulan.
2. Memotivasi Orang Lain
Kepemimpinan dalam sebuah organisasi juga bertujuan memotivasi
orang lain atau anggotanya untuk melakukan hal baik dan memaksimalkan
kemampuan dalam diri. Tanpa adanya sosok berjiwa kepemimpinan, suatu
organisasi akan kurang termotivasi atau bersemangat dalam mencapai
tujuannya.
Sebab, mereka tidak memiliki sosok yang bisa menjadi pedoman dan
contoh baik dalam organisasi. Selain itu, mereka juga tidak akan terpacu untuk
mencapai sesuatu atau tidak merasa memiliki kewajiban melakukan tugasnya
dalam mencapai tujuan.
a. Kepemimpinan direktif
Tipe gaya kepemimpinan ini sama dengan model
kepemimpinan otoritas bahwa pendekatan yang dilakukan melalui
tekanan, pemaksaan dan pengarahan yang khusus diberikan oleh
pemimpin.
Dalam jenis gaya kepemimpinan ini tidak ada partisipasi dari
bawahannya.
b. Kepemimpinan supportif
Gaya kepemimpinan ini mempunyai kesediaan untuk
menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai
perhatian kemanusiaan yang murni terhadap para bawahannya.
c. Kepemimpinan partisipatif
Pada gaya kepemimpinan ini pemimpin berusaha meminta dan
menggunakan saran atau ide dari para bawahannya. Namun
pengambilan keputusan masih tetap berada padanya.
1. Exsploitive autoritative
Pemimpin model ini sangat otokratis, kurang percaya pada
bawahan, komunikasi satu arah ke bawah, memotivasi anggotanya
melalui rasa takut dan jarang memberi penghargaan, membatasi
pengambilan keputusan dari bawahannya, dan memperlihatkan
karakteristik yang sama.
2. Benevolent autoritative
Gaya kepemimpinan seperti ini sedikit yakin dan percaya kepada
anggotanya, memotivasi dengan ganjaran serta rasa takut dan hukuman
tertentu, memperkenalkan sedikit komunikasi ke atas, sedikit mendorong
timbulnya ide dan pendapat dari bawahan, dan memperkenalkan
pendelegasian pengambilan keputusan dalam hal-hal tertentu tetapi dengan
pengendalian kebijaksanaan yang tepat.
3. Consultative
Pemimpin seperti ini memiliki rasa yakin dan percaya secukupnya
kepada bawahan, biasanya menggunakan ide-ide kreatif dari para anggotanya
secara konstruktif. Selain itu, gaya kepemimpinan consultative menggunakan
ganjaran untuk memotivasi dan sekali-sekali menggunakan hukuman serta
keikutsertaan tertentu, berkomunikasi dua arah, keputusan-keputusan khusus
dilimpahkan ke tingkat bawah, serta bertindak konsultatif dengan cara-cara
lain.
4. Participative
Pemimpin dengan manajemen participative seperti ini memiliki rasa
yakin dan percaya pada bawahan dalam segala hal, berusaha memperoleh ide
kreatif dari anggotanya dan menggunakannya secara konstruktif, memberika
ganjaran ekonomi atas dasar keikutsertaan dan keterlibatan kelompok dalam
bidang-bidang seperti penyusunan tujuan, berkomunikasi dua arah dengan
rekan sekerja, mendorong adanya pengambilan keputusan pada semua tingkat
organisasi dan melaksanakan tugas bersama rekan sejawat dan bawahannya
sebagai kelompok.
Indikator Gaya Kepemimpinan
Jika berbicara indikator, maka ada hubungannya dengan alat ukur. Alat
ukur gaya kepemimpinan menurut Siagian dalam bukunya “Kiat
Meningkatkan Produktivitas Kerja” dibagi menjadi tujuh, yaitu sebagai
berikut :
1) Iklim saling mempercayai
Hubungan seorang pemimpin dengan bawahannya yang diharap-
harapkan adalah suatu hubungan yang dapat menumbuhkan iklim/suasana
saling mempercayai. Keadaan seperti ini akan menjadi suatu kenyataan
apabila di pihak pemimpin memperlakukan bawahannya sebagai manusia
yang bertanggung jawab dan di pihak lain bawahan dengan sikap mau
menerima kepemimpinan atasannya.
2) Penghargaan terhadap ide anggota
Seorang pemimpin yang memberikan penghargaan terhadap ide dari
anggotanya akan dapat memberikan nuansa tersendiri bagi para bawahannya.
Seorang anggota akan memiliki semangat dalam menciptakan ide-ide yang
positif demi pencapaian tujuan organisasi pada organisasi di mana ia bekerja.
3) Memperhitungkan perasaan para bawahan
Dari sini dapat dipahami bahwa perhatian pada manusia merupakan
visi manajerial yang berdasarkan pada aspek kemanusiaan dari perilaku
seorang pemimpin.
Etos kerja merupakan seperangkat perilaku positif dan fondasi yang mencakup
motivasi yang menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode
etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip,
dan standar-standar (Sinamo, Darodjat ; 2015:77).
Sebagai makhluk sosial, setelah manusia belajar dan melek secara intelektual,
selanjutnya mereka harus menghadapi hambatan-hambatan lainnya untuk menjadi pribadi
yang lebih baik. Membentuk pribadi yang baik dalam hal pekerjaan salah satunya adalah
menerapkan etos kerja yang baik.
Jika bekerja hanya menggugurkan tanggung jawab, itu sudah mainstream dilakukan
oleh banyak orang. Bekerja sepenuh hati dan menghasilkan prestasi, itu adalah salah satu
hasil penerapan dari sebuah etos kerja yang unik.
Perlu kamu ketahui bahwa etos kerja baik telah diterapkan oleh masyarakat Eropa
Barat dan Amerika. Melalui pendekatan budaya, mereka menciptakan doktrin terhadap
agamanya bahwa bermalas-malasan dan membuang-buang waktu adalah dosa yang paling
utama. Ada pun konsep lainnya yang menyatakan bahwa bekerja adalah sebuah panggilan
yang membuat pengikutnya bekerja sungguh-sungguh untuk memuliakan Tuhan yang mereka
sembah.
Pekerjaan itu adalah Rahmat Tuhan untuk kita.Apa pun pekerjaan kita, entah petani,
pegawai kantor, pedagang sampai buruh kasar sekalipun, semua itu adalah rahmat dari
Tuhan. Coba bayangkan kalau anda tidak punya pekerjaan ; anda menganngur ? bagaimana
perasaan anda menjadi pengagguran ? tanpa pendapatan untuk menghidupi keluarga anda ?
Anda akan diremehkan oleh keluarga dan orang lain bukan ? . Terimalah Anugerah tanpa
syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya sepeserpun. Bakat dan
kecerdasan yang memungkinkan kita bekerja adalah anugerah. Dengan bekerja, kita
menerima upah jerih payah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja
kita punya banyak teman dan kenalan, punya kesempatan untuk menambah ilmu dan
wawasan, dan masih banyak lagi. Semua itu anugerah yang patut disyukuri. Pemahaman
demikian akan mendorong untuk bekerja dengan tulus dan sungguh, akan keterlaluan jika
kita merespons semua nikmat itu dengan bekerja ogah-ogahan, malas-malasan, enggan
melayani orang lain .
Kerja itu suci, kerja adalah panggilanku, aku sanggup bekerja benar. Suci berarti
diabdikan, diuntukkan atau diorientasikan pada Tuhan , dalam rangka kita beribadah kepada
Allah SWT. Penghayatan kerja semacam ini hanya mungkin terjadi jika seseorang merasa
terpanggil. Dengan kesadaran seperti itu maka kerja menjadi sebuah panggilan suci, maka
terbukalah perasaan untuk melakukannya secara benar. Seorang ASN memanggul darma
untuk masyarakat dan koleganya yang memerlukan bantuannya, seorang perawat memanggul
darma untuk membantu orang sakit. Seorang guru memikul darma untuk menyebarkan ilmu
kepada muridnya. Seorang penulis menyandang darma untuk menyebarkan informasi tentang
kebenaran kepada masyarakat. Jika pekerjaan atau profesi disadari sebagai panggilan, kita
dapat berucap pada diri sendiri, “I’m doing my best!” Dengan begitu kita tidak akan merasa
puas jika hasil karya kita kurang baik mutunya.
Kerja itu sehat, kerja adalah aktualisasi, saya sanggup bekerja keras. Maksudnya
adalah bekerja membuat tubuh, roh dan jiwa menjadi sehat. Aktualisasi berarti mengubah
potensi menjadi kenyataan. Aktualisasi atau penggalian potensi ini terlaksana melalui
pekerjaan, akibatnya kita menjadi
Kuat, sehat lahir batin. Maka agar menjadi maksimal, kita akan sanggup bekerja keras
bukan kerja asal-asalan.
Apa pun pekerjaan kita, entah dokter, akuntan, ahli hukum, semuanya bentuk
aktualisasi diri. Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik
untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa “ada”. Bagaimanapun sibuk
bekerja jauh lebih menyenangkan daripada duduk bengong tanpa pekerjaan
Kerja adalah pengabdian, saya sanggup bekerja serius. Tuhan mewajibkan manusia
beribadah (secara ritual) dan beribadah (dalam artian kerja yang dilakukan untuk Tuhan).
Kerja merupakan lapangan konkrit melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Tuhan. Jadi
bekerja harus serius dan sungguh- sungguh agar makna ibadah dapat teraktualisasikan secara
nyata sebagai bentuk melayani Tuhan. Tak perduli apa pun agama atau kepercayaan kita,
semua pekerjaan yang halal merupakan ibadah. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat
kita dapat bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata. Motivasi
kerjanya telah berubah menjadi motivasi transendetal. Dengan demikian pekerjaan yang kita
lakukan dengan tingkat keletihan yang luar biasa akan terobati karena kita tidak hanya
mendapatkan nilai untuk kepentingan kita didunia, tetapi pekerjaan kita akan dinilai ibadah
oleh Allah SWT dan akan kita bawa sebagai amal ibadah di hadapannya kelak
Apapun yang anda kerjakan pasti ada unsur keindahan, keteraturan, harmoni, artistik
seperti halnya seni. Untuk mencapai tingkat penghayatan seperti itu dibutuhkan suatu
kreatifitas mengembangkan dan menyelesaikan setiap masalah pekerjaan. Jadi bekerja bukan
hanya mencari uang, tetapi lebih dari pada mengaktualisasikan potensi kreatif untuk
mencapai kepuasan seperti halnya pekerjaan seni sehingga kesadaran ini akan membuat kita
bekerja dengan enjoy seperti halnya melakukan hobi.
Kerja itu kehormatan, kerja adalah kewajiban, saya sanggup bekerja unggul.
Sebagai kehormatan kerja memiliki 5 dimensi : ( 1 ). Pemberi kerja menghormati kita karena
memilih sebagai penerima kerja ( 2 ). Kerja memberikan kesempatan berkarya dengan
kemampuan sendiri ( 3 ). Hasil karya yang baik memberi kita rasa hormat ( 4 ). Pendapatan
memandirikan
Seseorang sehingga tidak jadi tanggungan atau beban orang lain ( 5 ). Pendapatan bisa
menanggung hidup orang lain. Semuanya adalah kehormatan. Maka respon yang tepat adalah
menjaga kehormatan itu dengan bekerja semaksimal mungkin untuk menghasilkan mutu
setinggi- tingginya. Dengan unggul di segala bidang kita akan memenangkan persaingan.
Seremeh apa pun pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan. Jika dapat menjaga
kehormatan dengan baik, maka kehormatan lain yang lebih besar akan datang kepada kita.
Sebagai contoh etos kerja Pramoedya Ananta Toer, Sastrawan Indonesia kawakan ini tetap
bekerja (menulis), meskipun dia dikucilkan di pulau Buru yang terbatas. Hasilnya
memperlihatkan bahwa semua novelnya menjadi karya sastra kelas dunia.
Kerja itu mulia, kerja adalah pelayananku, aku sanggup bekerja sempurna. Kemuliaan
sejati datang dari pelayanan. Orang yang melayani adalah orang yang mulia. Pekerjaan
adalah wujud pelayanan nyata bagi institusi maupun orang lain. Kita ada untuk orang
lain, manusia mampu proaktif memikirkan dan berbuat bagi orang lain dan
masyarakat. Maka kuncinya ia akan sanggup bekerja sempurna
Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercusuar, semuanya dapat
dimaknai sebagi pengabdian kepada sesama. Pada pertengahan abad ke-20 di Prancis, hidup
seorang lelaki tua sebatangkara karena ditinggal mati oleh istri dan anaknya. Bagi
kebanyakan orang, kehidupan seperti yang ia alami mungkin hanya berarti menunggu
kematian. Namun bagi dia, tidak. Ia pergi ke lembah Cavennen, sebuah daerah yang sepi,
sambil menggembalakan domba, ia memunguti biji oak, lalu menanamnya di sepanjang
lembah itu. Tak ada yang membayarnya. Tak ada yang memujinya. Ketika meninggal dalam
usia 89 tahun, ia telah meninggalkan sebuah warisan luar biasa, hutan sepanjang 11 km²
Sungai- sungai mengalir lagi. Tanah yang semula tandus menjadi subur. Semua itu dinikmati
oleh orang yang sama sekali tidak ia kenal. Di Indonesia semangat kerja serupa dapat kita
jumpai pada Mak Eroh yang membelah bukit untuk mengalirkan air ke sawah-sawah di
desanya di Tasikmalaya, Jawa Barat.
B. Penelitian Terdahulu
C. Kerangka Pikir