Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Analisis Kinerja

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

“Analisis Tentang Kinerja Kepemimpinan untuk Meningkatkan Etos Kerja di Kantor

Kelurahan Bambu Pemali Kabupaten Merauke”

Dosen Pembimbing :

Erdoadus E. Maturbons, S. Sos. M, Si

Disusun oleh :

Bayu Pamungkas

202063201010

PROGRAM STUDI S1 ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE
Kata Pengantar

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang masih melimpahkan
berkatnya kepada kami . yang akhirnya kami dapat menyelesaikan laporan penelitian kecil
tentang penambahan materi yang kurang pada penelitian ini.

Laporan ini telah kami susun dengan baik dan semaksimal mungkin juga mendapat bantuan
dari banyak referensi di buku maupun internet. Terima kasih banyak pada seluruh pihak yang
telah berkontribusi dalam menyelesaikan laporan penelitian mini ini.

Terlepas dari itu, bila laporan penelitian kecil ini masih banyak kesalahan penulisan kata
walaupun kekurangan dalam materi kami meminta maaf, karena sesama manusia tidak luput
dari berbagai macam kesalahan. Oleh karena itu kami berlapang dada menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan yang telah kami susun sedemikian
rupa. Akhir kata. Kami berharap semoga laporan penelitian kecil tentang “Analisis Tentang
Kinerja Kepemimpinan untuk Meningkatkan Etos Kerja di Kantor Kelurahan Bambu
Pemali Kabupaten Merauke” ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang baik.
Terima kasih.
Daftar Isi

Cover

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab 1 Pendahuluan

A. Latar belakang masalah

B.rumusan masalah

C.tujuan penelitian

Bab 2 Pembahasan

A. Tinjau pustaka
B. Penelitian terdahulu
C. Kerangka pikir

Bab3 Pendekatan penelitian

lokasi penelitian

informasi penelitian

Kesimpulan

Saran

Daftar pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organisasi merupakan kumpulan orang atau sekelompok orang untuk
melakukan sebuah kerjasama untuk mencapai sebuah tujuan yang sama. Dengan
sistematis taat pemimpin atau terkendali dengan adanya ketua organisasi yang disebut
juga pemimpin organisasi memberikan kepada para anggota untuk mengarahkan dan
mengatur segala hal yang ada dalam sebuah organisasi. Itu organisasi dalam sebuah
kelompok masyarakat juga untuk meningkatkan diri terhadap skill dan kemampuan
personal masing-masing. Untuk mencapai sebuah tujuan dalam sebuah organisasi,
pastinya harus adanya pemimpin. Dengan adanya pemimpin dalam sebuah organisasi
maka organisasi tersebut akan terarah dan terencana sehingga tujuan yang akan
dicapai akan lebih mudah dan efisien.
Jiwa kepemimpinan harus selalu ada dalam benak seorang pemimpin. . Karena
kepemimpinan merupakan sebuah cara seseorang pemimpin dalam berperan serta
melaksanakan tugas, tanggung jawab, serta kewajibannya dalam memimpin sebuah
organisasi, agar bisa tertata rapi dan mendapatkan hasil maksimal dalam sebuah
kinerja. Maka seorang pemimpin dibutuhkan untuk melakukan dan berperan apapun
hal yang dibutuhkan dalam kinerja organisasi, termasuk dengan peningkatan etos
kerja, dengan adanya peningkatan etos kerja para pegawai atau anggota organisasi
dapat melakukan kinerja berdasarkan tugas, tanggung jawab , serta kewajiban dalam
sebuah organisasi.
Etos kerja merupakan nilai yang didasarkan pada kerja keras serta ketekunan.
Selain itu etos kerja dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh kinerja serta
kemampuan seseorang dalam melakukan tanggung jawab serta kewajiban berkinerja.
Jika seseorang memiliki sebuah etos kerja yang sangat tinggi maka seseorang tersebut
mempunyai semangat kerja yang tinggi pula. Hal ini yang sekarang dibutuhkan oleh
berbagai organisasi satu contohnya adalah organisasi birokrasi internal di masyarakat
yaitu Kelurahan. Kelurahan adalah salah satu organisasi birokrasi pelayanan
masyarakat pegawai harus mempunyai etos kerja yang tinggi, Kelurahan juga bisa
dikatakan sebagai cerminan dari pemerintahan, jadi sistem pelayanan harus titik
semakin kinerja ukuran baik maka pandangan masyarakat terhadap itu juga sangat
baik atau positif Begitu pun sebaliknya jika sebuah pegawai sangat buruk maka
pandangan masyarakat akan sangat buruk juga maksimal.
Hal tersebut telah terjadi di berbagai daerah di penjuru Indonesia, salah
satunya adalah Kelurahan Bambu Pemali Kabupaten Merauke, di mana beberapa
pegawai yang sangat kurang memiliki etos kerja yang tinggi. Dikarenakan jika kita
lihat dari tingkat pengukuran kinerja masih banyak pegawai di kantor Kelurahan
Bambu Pemali ini masih memiliki etos kerja yang sangat kurang maksimal sehingga
pelayanan kepada masyarakat dalam pengurusan administrasi pun belum sepenuhnya
maksimal karena pelayanan yang kurang baik. Banyak para pegawai disini masih
mementingkan urusan pribadinya pada saat sedang atau masih jam kerja mereka
meninggalkan pekerjaan demi urusan pribadi mereka sendiri. Dengan cara pegawai
seperti inilah pelayanan di Kelurahan Bambu Pemali tidak berjalan secara maksimal
dan lebih ke malas-malas. Pegawai yang bekerja di Kelurahan Bambu Pemali ini tidak
terlalu banyak hanya ada 16 pegawai saja, itu pun termasuk kepala Kelurahan atau
Lurah dan kepala seksi-seksinya. Oleh karena itu jika ingin kinerja yang maksimal
pegawai kantor harus lebih maksimal untuk melakukan sebuah pekerjaan. Karena jika
pegawai memiliki sebuah etos kerja yang tinggi maka akan mendapat positif bagi
internal bahkan eksternal di Kelurahan Bambu Pemali ini. Contohnya adalah memiliki
semangat kerja yang tinggi dengan mengutamakan tanggung jawab dan kewajiban
sebagai pegawai kantor Kelurahan.
Dengan adanya masalah tersebut peran sebuah kepemimpinan dalam
memimpin sangat dibutuhkan. Dilihat dari atas Lurah lah sebagai sosok pemimpin
untuk berperan penting dalam membantu para pegawai untuk meningkatkan etos kerja
yang tinggi dan lebih maksimal serta selalu semangat dalam melakukan kinerja tanpa
beban. Dengan ini terjadi maka sebuah kinerja akan mendapatkan hasil yang lebih
maksimal. Oleh karena itu sebagai peneliti saya tertarik untuk meneliti kinerja
kepemimpinan dalam meningkatkan sebuah etos kerja di Kelurahan Bambu Pemali
Kabupaten Merauke.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan etos kerja Pegawai?
2. Bagaimana cara agar etos kerja pegawai lebih tinggi?
3. Bagaimana etos kerja bisa memengaruhi Stabilitas Kinerja?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Peran seorang pemimpin dalam memerankan sosok jiwa
kepemimpinan meningkatkan sikap etos kerja yang tinggi terhadap pegawai di
Kelurahan Bambu Pemali Kabupaten Merauke.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA, PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA
PIKIR

A. Tinjauan Pustaka
I. Kepimpinan
1) Pengertian Kepemimpinan
Secara umum, kepemimpinan adalah sebuah kemampuan dalam diri
seseorang untuk mempengaruhi orang lain atau mengarahkan pihak tertentu
untuk mencapai tujuan. Teori kepemimpinan juga bisa didefinisikan sebagai
kemampuan seseorang dalam mengelola dan mengarahkan sebuah kelompok
dengan efektif dan efisien agar mencapai tujuan.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seorang
pemimpin adalah orang yang harus memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi atau memandu sekelompok orang atau pihak.
Sedangkan, Warren Bennis dan Burt Nanus, penulis buku Leaders: The
Strategies for Taking Charge berpendapat teori kepemimpinan adalah
kekuatan yang sangat berpengaruh di balik kesuksesan suatu organisasi atau
perusahaan. Seorang pemimpin harus bisa memobilisasi organisasi agar
mencapai visi yang telah ditetapkan dan menjadi organisasi yang efektif.
Kepemimpinan memiliki dua konsep dasar, yakni ilmu dan seni. Ilmu
kepemimpinan merupakan teori kepemimpinan yang bisa dipelajari dari
berbagai sumber. Anda bisa mempelajari teori kepemimpinan ini dengan
mengikuti pelatihan mengenai leadership atau metode kepemimpinan.
Sementara, seni kepemimpinan adalah metode atau teknik
kepemimpinan dalam mengkoordinasi sebuah kelompok. Metode
kepemimpinan ini diharapkan mampu membentuk karakter dan kinerja yang
baik guna membangun kelompok yang kompak dalam mewujudkan tujuan.
1) Teori Kepemimpinan Menurut Para Ahli
Para ahli yang mengemukakan gagasan-gagasannya merupakan bentuk
dari teori kepemimpinan. Para ahli pun memiliki pendapat masing-masing
mengenai teori kepemimpinan, berikut ini:
a. Moejiono (2002)
Moejiono mengatakan kepemimpinan merupakan pengaruh satu arah,
karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang
membedakan dirinya dengan pengikutnya.
Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung
memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh
secara tidak langsung dan sarana membentuk suatu kelompok yang sesuai
dengan keinginan pemimpinnya.
b. Wahjosumidjo (1987:11)
Menurut Wahjosumidjo, teori kepemimpinan adalah suatu yang
melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu, seperti:
kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability).
Kepemimpinan juga rangkaian kegiatan pemimpin yang tidak bisa
dipisahkan dengan kedudukan dan gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.
Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi pemimpin,
pengikut dan situasi.
c. Fiedler (1967)
Fiedler mengatakan teori kepemimpinan merupakan pola hubungan
antara individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap
kelompok agar bekerja sama untuk mencapai tujuan.
d. Sondang P. Siagian
Menurut Sondang P. Siagian, teori kepemimpinan bisa diartikan
sebagai kemampuan seseorang saat menjabat sebagai pimpinan organisasi
tertentu dalam mempengaruhi orang lain, khususnya bawahannya.
Hal itu dilakukan agar mereka mampu bertindak dan berpikir sesuai
dengan arahan, sehingga tujuan pun bisa tercapai dengan mudah.
e. Ott (1996)
Menurut Ott, teori kepemimpinan bisa didefinisikan sebagai proses
hubungan antar pribadi yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap,
kepercayaan dan perilaku orang lain.
2) Tujuan Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sikap yang harus dimiliki seorang pemimpin
dalam membuat rencana, berpikir dan mengambil tanggung jawab untuk
kelompok serta memberikan arahan kepada orang lain.
Fungsi utama seorang pemimpin adalah membantu suatu kelompok
untuk belajar memutuskan dan bekerja lebih efisien. Tapi, ada pula beberapa
peranan atau tujuan kepemimpinan, antara lain:

a. Membantu terciptanya suatu iklim sosial yang baik


Adanya kepemimpinan dalam sebuah organisasi bertujuan untuk
membantu terbentuknya suatu iklim sosial yang baik. Karena, iklim sosial ini
akan mempengaruhi kinerja dan kenyamanan setiap anggota di dalam
kelompok.
Iklim sosial adalah suatu konsep yang abstrak di dalam organisasi.
Meskipun abstrak, konsep ini bisa dirasakan pengaruhnya oleh setiap anggota
organisasi. Persepsi individu dan interpretasi kognitifnya terhadap kondisi
organisasi secara menyeluruh akan mempengaruhi sikap, perasaan, dorongan
dan tingkah lakunya.
Pada akhirnya, iklim sosial ini akan menentukan kesejahteraan
psikologis dari orang yang bersangkutan dan tercapai atau tidaknya tujuan
organisasi. Sehingga iklim sosial perlu dibangun untuk membawa pengaruh
yang optimal terhadap pertumbuhan dan perkembangan personal setiap
individu yang diinginkan dalam suatu organisasi.
b. Membantu kelompok dalam menetapkan prosedur-prosedur kerja
Kepemimpinan dalam sebuah organisasi juga bertujuan membantu
menetapkan prosedur-prosedur kerja yang harus dipatuhi oleh setiap
anggotanya.
Prosedur kerja adalah tahapan yang berurutan dengan tujuan, supaya
suatu aktivitas yang dikerjakan bisa berjalan lancar. Adanya tahapan-tahapan
kerja ini, setiap anggota dalam organisasi tidak akan kebingungan
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan tugasnya.
Karena, setiap tahapan kerja ini sudah dilengkapi aturan-aturan dan
cara pengerjaan yang bisa membantu mereka lebih mudah memahami
pekerjaannya agar selesai lebih cepat dan tepat.
c. Membantu kelompok untuk mengorganisasi diri
Kepemimpinan dalam sebuah organisasi juga berfungsi membantu
Mengkoordinir setiap anggotanya atau kelompoknya untuk mengorganisasikan
diri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mengorganisasi adalah
mengatur dan menyusun setiap bagian dalam organisasi, baik orangnya
maupun lainnya sehingga menjadi satu kesatuan.
Mengkoordinir berasal dari kata koordinasi yang artinya suatu bagian
integral dari seluruh fungsi manajerial dan menjadi inti dari ilmu manajemen.
Secara etimologis, koordinasi memiliki arti kegiatan penertiban mengatur atau
menciptakan segala sesuatu agar berjalan lancar secara bersamaan.
Maka, pengertian koordinasi adalah suatu tindakan pengaturan elemen-
elemen yang sangat kompleks supaya semuanya bisa terintegrasi dan bekerja
sama secara efektif serta harmonis.
Dalam ilmu manajemen, pengertian koordinasi adalah berbagai
aktivitas yang dikerjakan dengan tujuan untuk mengintegrasikan tujuan dan
rencana kerja yang sudah ditetapkan sebelumnya.
d. Mengambil keputusan sama dengan kelompok
Adanya kepemimpinan dalam sebuah organisasi juga akan membantu
mengambil setiap keputusan bersama untuk keberlangsungan organisasi
tersebut.
Pembuatan keputusan ini merupakan bagian kunci dalam
kepemimpinan yang berperan penting, terutama ketika pemimpin
melaksanakan fungsi perencanaan. Perencanaan yang menyangkut keputusan-
keputusan penting dan berlangsung jangka panjang.
Hal ini tentu tidak jauh dari pengambilan keputusan yang bisa
dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental maupun kognitif
yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan diantara beberapa
alternatif yang tersedia.
Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan
akhir. Lalu, keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan
maupun tindakan.
e. Memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari
pengalaman
Adanya kepemimpinan dalam sebuah organisasi, kelompok atau
perusahaan juga bertujuan memberi kesempatan kepada kelompok untuk
belajar dari pengalaman.
Kesempatan adalah waktu yang berkaitan dengan keleluasaan, peluang
dan sebagainya. Dalam hal ini, kesempatan memiliki makna berupa waktu
yang diberikan suatu kelompok untuk memperbaiki sesuatu yang salah atau
gagal sebelumnya.
Sehingga, mereka bisa belajar dari pengalaman dengan menghindari
kesalahan-kesalahan sebelumnya agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan.
3) Fungsi Kepemimpinan Dalam Organisasi
Kepemimpinan dalam organisasi adalah sebuah proses seorang
pemimpin mengarahkan dan memberikan contoh kepada anggota
kelompoknya atau organisasinya dalam mencapai tujuan.
Kepemimpinan menjadi salah satu faktor penting dari keberhasilan
sebuah organisasi.
Tapi, pemimpin yang baik bukan dinilai dari seberapa banyak anggota
yang mengikutinya dan lamanya memimpin sebuah organisasi. Melainkan,
pemimpin yang mampu menciptakan sosok pemimpin baru.
Kepemimpinan dalam organisasi itu mencakup keberanian,
pengabdian, dan bermimpi untuk mewujudkan harapan atau tujuan.
Kepemimpinan dalam organisasi juga tidak lepas dari kepercayaan diri dan
pengambilan keputusan.
Karena, setiap tindakan dan cara berpikir seorang pemimpin harus bisa
membuat anggota organisasinya percaya akan kemampuannya. Berikut ini,
tujuan kepemimpinan dalam sebuah organisasi yang harus dipahami oleh
seorang pemimpin.

1. Mencapai Tujuan
Kepemimpinan dalam sebuah organisasi sangat dibutuhkan untuk
membuat kelompoknya mencapai tujuan dengan tepat dan efisien. Tanpa
adanya seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan, suatu organisasi akan
sulit mencapai tujuannya.
Sebab, mereka tidak memiliki sosok yang membantu mengarahkan,
menyatukan mereka dan menjadi pedomannya.
Tujuan merupakan penjabaran dari visi dan misi yang akan dicapai
oleh sebuah organisasi atau perusahaan. Tujuan adalah kuantitatif yang
mengukur keberhasilan kinerja bisnis melalui kesimpulan.
2. Memotivasi Orang Lain
Kepemimpinan dalam sebuah organisasi juga bertujuan memotivasi
orang lain atau anggotanya untuk melakukan hal baik dan memaksimalkan
kemampuan dalam diri. Tanpa adanya sosok berjiwa kepemimpinan, suatu
organisasi akan kurang termotivasi atau bersemangat dalam mencapai
tujuannya.
Sebab, mereka tidak memiliki sosok yang bisa menjadi pedoman dan
contoh baik dalam organisasi. Selain itu, mereka juga tidak akan terpacu untuk
mencapai sesuatu atau tidak merasa memiliki kewajiban melakukan tugasnya
dalam mencapai tujuan.

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan


ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama
dalam definisi ini adalah intensitas, arah dan ketekunan.
4) Gaya Kepemimpinan
Apa itu gaya kepemimpinan? Bagi orang Human Resources
(HR) pasti sudah tidak asing dengan istilah tersebut, namun bagi kamu
mungkin istilah gaya kepemimpinan (leadership styles) adalah hal
yang baru. Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian gaya
kepemimpinan menurut para hali, diantaranya yaitu:
Menurut Rivai dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya
Manusia Untuk Perusahaan”, gaya kepemimpinan didefinisikan
sebagai pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang
tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya.
Menurut Miftah Thoha dalam bukunya “Kepemimpinan Dalam
Manajemen” menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan merupakan
norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang
tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia
lihat.
Menurut Hasibuan dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya
Manusia” menyatakan gaya kepemimpinan adalah suatu cara
pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya, agar mereka mau
bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan
organisasi.
Luthans dalam bukunya “ Organizational Behavior”
mendefinisikan gaya kepemimpinan merupakan cara pimpinan untuk
mempengaruhi anggota/bawahannya sedemikian rupa sehingga orang
tersebut mau melakukan kehendaknya untuk mencapai tujuan
organisasi meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak
disenangi.
Menurut Kartono dalam bukunya “Pemimpin dan
Kepemimpinan” memberikan definisi gaya kepemimpinan sebagai
sifat, kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian yang membedakan
seorang pemimpin dalam berinteraksi dengan orang lain.
Mulyadi dan Rivai dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya
Manusia” menerangkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola
perilaku dan strategi yang disukaidan sering diterapkan oleh seorang
pemimpin dalam rangka mencapai sasaran organisasi.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya gaya kepemimpinan merupakan strategi yang diterapkan
oleh seorang pemimpin dalam mengarahkan para bawahannya guna
menyatukan tujuan organisasi dengan karyawan demi mencapai tujuan
bersama.

Jenis-jenis Gaya Kepemimpinan

Banyak perusahaan yang menganggap bahwa gaya


kepemimpinan yang diterapkan dalam perusahaannya sudah sesuai
dengan harapan dari para karyawannya. Tetapi pada kenyataannya
sistem yang sudah diterapkan tersebut tidak sesuai dengan harapan
para karyawannya. Hal ini bisa dilihat dari kinerja karyawannya yang
terus menurun. Lalu, apa saja sih jenis-jenis gaya kepemimpinan yang
bisa diaplikasikan oleh para pimpinan, sehingga tujuan perusahaan bisa
tercapai. ,Menurut teori Path Goal jenis-jenis gaya kepemimpinan
dibagi menjadi empat yaitu :

a. Kepemimpinan direktif
Tipe gaya kepemimpinan ini sama dengan model
kepemimpinan otoritas bahwa pendekatan yang dilakukan melalui
tekanan, pemaksaan dan pengarahan yang khusus diberikan oleh
pemimpin.
Dalam jenis gaya kepemimpinan ini tidak ada partisipasi dari
bawahannya.
b. Kepemimpinan supportif
Gaya kepemimpinan ini mempunyai kesediaan untuk
menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai
perhatian kemanusiaan yang murni terhadap para bawahannya.

c. Kepemimpinan partisipatif
Pada gaya kepemimpinan ini pemimpin berusaha meminta dan
menggunakan saran atau ide dari para bawahannya. Namun
pengambilan keputusan masih tetap berada padanya.

d. epemimpinan berorientasi pada prestasi


Gaya kepemimpinan ini menetapkan serangkaian tujuan yang
menantang anggotanya untuk berprestasi dan menjadi lebih baik.
Pemimpin juga memberikan keyakinan kepada mereka bahwa mereka
mampu melaksanakan tugas pekerjaan mencapai tujuan secara baik.
Sedangkan menurut Rensis Likert membagi empat gaya
kepemimpinan dalam sistem manajemen partisipatif, yaitu sebagai
berikut.

1. Exsploitive autoritative
Pemimpin model ini sangat otokratis, kurang percaya pada
bawahan, komunikasi satu arah ke bawah, memotivasi anggotanya
melalui rasa takut dan jarang memberi penghargaan, membatasi
pengambilan keputusan dari bawahannya, dan memperlihatkan
karakteristik yang sama.

2. Benevolent autoritative
Gaya kepemimpinan seperti ini sedikit yakin dan percaya kepada
anggotanya, memotivasi dengan ganjaran serta rasa takut dan hukuman
tertentu, memperkenalkan sedikit komunikasi ke atas, sedikit mendorong
timbulnya ide dan pendapat dari bawahan, dan memperkenalkan
pendelegasian pengambilan keputusan dalam hal-hal tertentu tetapi dengan
pengendalian kebijaksanaan yang tepat.
3. Consultative
Pemimpin seperti ini memiliki rasa yakin dan percaya secukupnya
kepada bawahan, biasanya menggunakan ide-ide kreatif dari para anggotanya
secara konstruktif. Selain itu, gaya kepemimpinan consultative menggunakan
ganjaran untuk memotivasi dan sekali-sekali menggunakan hukuman serta
keikutsertaan tertentu, berkomunikasi dua arah, keputusan-keputusan khusus
dilimpahkan ke tingkat bawah, serta bertindak konsultatif dengan cara-cara
lain.
4. Participative
Pemimpin dengan manajemen participative seperti ini memiliki rasa
yakin dan percaya pada bawahan dalam segala hal, berusaha memperoleh ide
kreatif dari anggotanya dan menggunakannya secara konstruktif, memberika
ganjaran ekonomi atas dasar keikutsertaan dan keterlibatan kelompok dalam
bidang-bidang seperti penyusunan tujuan, berkomunikasi dua arah dengan
rekan sekerja, mendorong adanya pengambilan keputusan pada semua tingkat
organisasi dan melaksanakan tugas bersama rekan sejawat dan bawahannya
sebagai kelompok.
Indikator Gaya Kepemimpinan

Jika berbicara indikator, maka ada hubungannya dengan alat ukur. Alat
ukur gaya kepemimpinan menurut Siagian dalam bukunya “Kiat
Meningkatkan Produktivitas Kerja” dibagi menjadi tujuh, yaitu sebagai
berikut :
1) Iklim saling mempercayai
Hubungan seorang pemimpin dengan bawahannya yang diharap-
harapkan adalah suatu hubungan yang dapat menumbuhkan iklim/suasana
saling mempercayai. Keadaan seperti ini akan menjadi suatu kenyataan
apabila di pihak pemimpin memperlakukan bawahannya sebagai manusia
yang bertanggung jawab dan di pihak lain bawahan dengan sikap mau
menerima kepemimpinan atasannya.
2) Penghargaan terhadap ide anggota
Seorang pemimpin yang memberikan penghargaan terhadap ide dari
anggotanya akan dapat memberikan nuansa tersendiri bagi para bawahannya.
Seorang anggota akan memiliki semangat dalam menciptakan ide-ide yang
positif demi pencapaian tujuan organisasi pada organisasi di mana ia bekerja.
3) Memperhitungkan perasaan para bawahan
Dari sini dapat dipahami bahwa perhatian pada manusia merupakan
visi manajerial yang berdasarkan pada aspek kemanusiaan dari perilaku
seorang pemimpin.

4) Perhatian pada kenyamanan kerja bagi para bawahan


Hubungan antara individu dan kelompok akan menciptakan harapan-
harapan pari perilaku individu. Dari harapan-harapan ini akan menghasilkan
peranan-peranan tertentu yang harus dimainkan. Sebagian orang harus
memerankan sebagai pemimpin sementara yang lainnya memainkan peranan
sebagai bawahan. Dalam hubungan tugas keseharian seorang pemimpin harus
memperhatikan pada kenyamanan kerja bagi para bawahannya.
5) Memperhatikan kesejahteraan bawahannya
Pada dasarnya seorang pemimpin dalam fungsi kepemimpinannya
akan selalu berkaitan dengan dua hal penting yaitu hubungan dengan bawahan
dan hubungan yang berkaitan dengan tugas. Perhatian tersebut dapat berupa
berbuat baik pada bawahan, bertukar pikiran dengan bawahan, dan
memperjuangkan kepentingan bawahan.
6) Memperhitungkan faktor kepuasan kerja para bawahan dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan padanya
Dalam sebuah organisasi seorang pemimpin memang harus senantiasa
memperhitungkan faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan kepuasan
kerja para bawahan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, dengan demikian
hubungan yang harmonis antara pemimpin dan bawahan akan tercapai.
7) Pengakuan atas status para anggota organisasi secara tepat dan
profesional
Pemimpin dalam berhubungan dengan anggotanya perlu mengakui dan
menghormati status yang disandang anggotanya secara tepat dan profesional.
Pengakuan atas status para anggota secara tepat dan profesional menyangkut
sejauh mana para anggota dapat menerima dan mengakui kekuasaannya dalam
menjalankan kepemimpinan.
Gaya Kepemimpinan yang Efektif
Gaya kepemimpinan yang efektif adalah gaya kepemimpinan yang
dapat memberikan motivasi kerja pada pekerjanya. Karyawan dapat
memandang pimpinannya sebagai pemimpin yang efektif atau tidak,
berdasarkan kepuasan yang mereka peroleh dari pengalaman kerja secara
keseluruhan. Kinerja karyawan akan baik apabila pimpinan dapat memberikan
motivasi yang tepat dan pimpinan memiliki gaya kepemimpinan yang dapat
diterima oleh seluruh karyawan dan mendukung terciptanya suasanan kerja
yang baik dan nyaman.
Gaya kepemimpinan yang efektif memiliki ciri -ciri sebagai berikut:

 Memperhitungkan minat sampai hasil akhir.


 Memahami bahwa hasil adalah selalu penilaian terakhir.
 Memiliki semangat menyelesaikan masalah.
 Lebih demokratis dari pada autority.
 Memberikan kesempatan untuk mencapai potensi setiap orang.
 Memiliki Etika dan moral yang tinggi.
 Mengambil tanggung jawab terhadap hasil tim.
Gaya kepemimpinan yang sebaiknya dijalankan oleh seorang
pemimpin terhadap organisasinya sangat tergantung pada kondisi anggota
organisasi itu sendiri. Pada dasarnya tidak semua gaya kepemimpinan akan
memiliki kecocokan untuk semua kondisi. Dengan mengetahui kondisi nyata
karyawan, seorang pemimpin dapat memilih gaya kepemimpinan yang paling
tepat, dimana gaya kepemimpinan yang paling tepat yaitu gaya kepemimpinan
yang dapat memaksimalkan kinerja anggotanya, dan mudah dalam
menyesuaikan dengan segala situasi dalam organisasi.
Gaya kepemimpinan yang efektif sangat berorientasi pada bawahannya
yang bergantung pada komunikasi untuk tetap menjaga agar semua orang
bekerja sesuai dengan unit pekerjaannya masing-masing.
Itulah ulasan mengenai gaya kepemimpinan, jenis-jenisnya dan gaya
kepemimpinan yang seperti apa yang disebut gaya kepemimpinan ideal. Setiap
karyawan akan menjalankan tugasnya dengan senang hati tanpa keterpaksaan
jika pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang baik dan efektif.
Sebaliknya, gaya kepemimpinan yang tidak efektif tidak akan memberikan
pengarahan yang baik pada bawahannya sehingga sebagian besar karyawan
melakukan pekerjaan dengan keterpaksaan dan memberikan hasil yang tidak
maksimal. Oleh karena itu, dibutuhkan hubungan kerja yang baik antara
pemimpin dengan karyawannya.
5) Peran Kepemimpinan
Dalam pengertian lain kepemimpinan adalah kemampuan dan
keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan
satuan kerja untuk mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya,
untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui
perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam
pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan pengertian manajemen
adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan semua
sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya
Sebelum membahas tentang macam-macam peran
kepemimpinan terlebih dahulu kita akan memaparkan tentang
pengertian peran kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan adalah
adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang
diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.
Dalam kerangka manajemen, kepemimpinan merupakan sub
sistem dari pada manajemen. Karena mengingat peranan vital seorang
pemimpin dalam menggerakkan bawahan, maka timbul pemikiran di
antara para ahli untuk bisa jauh lebih mengungkapkan peranan apa saja
yang menjadi beban dan tanggung jawab pemimpin dalam
mempengaruhi bawahannya. Pengertian peran itu sendiri adalah adalah
perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi
tertentu. Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan
kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan
oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan
dapat berperan dengan baik, antara lain
a. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan
bukan pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan
orang lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan
b. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya
untuk tumbuh dan berkembang
c. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk
“membaca” situasi
d. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan
melalui pertumbuhan dan perkembangan
e. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta
bila setiap anggota mau menyesuaikan cara berpikir dan bertindaknya
untuk mencapai tujuan organisasi.

II. Konsep Etos Kerja


1) Pengertian Etos Kerja

Etos kerja merupakan seperangkat perilaku positif dan fondasi yang mencakup
motivasi yang menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode
etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip,
dan standar-standar (Sinamo, Darodjat ; 2015:77).

Secara sederhananya, paragraf di atas mengartikan bahwa etos kerja merupakan


cerminan kedisiplinan, semangat dan produktivitas milik seseorang. Seseorang yang memiliki
etos kerja rendah menjadikan produktivitasnya juga rendah, begitupun sebaliknya.

Sebagai makhluk sosial, setelah manusia belajar dan melek secara intelektual,
selanjutnya mereka harus menghadapi hambatan-hambatan lainnya untuk menjadi pribadi
yang lebih baik. Membentuk pribadi yang baik dalam hal pekerjaan salah satunya adalah
menerapkan etos kerja yang baik.

Jika bekerja hanya menggugurkan tanggung jawab, itu sudah mainstream dilakukan
oleh banyak orang. Bekerja sepenuh hati dan menghasilkan prestasi, itu adalah salah satu
hasil penerapan dari sebuah etos kerja yang unik.

Perlu kamu ketahui bahwa etos kerja baik telah diterapkan oleh masyarakat Eropa
Barat dan Amerika. Melalui pendekatan budaya, mereka menciptakan doktrin terhadap
agamanya bahwa bermalas-malasan dan membuang-buang waktu adalah dosa yang paling
utama. Ada pun konsep lainnya yang menyatakan bahwa bekerja adalah sebuah panggilan
yang membuat pengikutnya bekerja sungguh-sungguh untuk memuliakan Tuhan yang mereka
sembah.

2) Aspek-Aspek Etos Kerja

Jansen sinamo, ahli pengembangan sumberdaya manusia secara sistematis telah


memetakan motivasi kerja dalam konsep 8 Etos Kerja yaitu :

a. Kerja adalah Rahmat.

Pekerjaan itu adalah Rahmat Tuhan untuk kita.Apa pun pekerjaan kita, entah petani,
pegawai kantor, pedagang sampai buruh kasar sekalipun, semua itu adalah rahmat dari
Tuhan. Coba bayangkan kalau anda tidak punya pekerjaan ; anda menganngur ? bagaimana
perasaan anda menjadi pengagguran ? tanpa pendapatan untuk menghidupi keluarga anda ?
Anda akan diremehkan oleh keluarga dan orang lain bukan ? . Terimalah Anugerah tanpa
syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya sepeserpun. Bakat dan
kecerdasan yang memungkinkan kita bekerja adalah anugerah. Dengan bekerja, kita
menerima upah jerih payah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja
kita punya banyak teman dan kenalan, punya kesempatan untuk menambah ilmu dan
wawasan, dan masih banyak lagi. Semua itu anugerah yang patut disyukuri. Pemahaman
demikian akan mendorong untuk bekerja dengan tulus dan sungguh, akan keterlaluan jika
kita merespons semua nikmat itu dengan bekerja ogah-ogahan, malas-malasan, enggan
melayani orang lain .

b. Kerja adalah amanah


Melalui kerja kita menerima mandat. Sebagai pemegang mandat, kita dipercaya,
berkompeten dan wajib melaksanakannya sampai selesai. Jika terbukti mampu, kita akan
dipercaya dan tanggung jawab akan semakin menguat. Di pihak lain hal ini akan menjadi
jaminan sukses pelaksanaan mandat yang akan mengukir prestasi kerja dan pengharapan.
Maka tidak ada pekerjaan yang tidak tuntas. Apa pun pekerjaan kita, pramuniaga, pegawai
negeri, atau anggota DPR, semua adalah amanah. Pramuniaga mendapatkan amanah dari
pemilik toko. Pegawai negeri menerima amanah dari negara. Anggota DPR menerima
amanah dari rakyat Kepala Desa mendapat amanah dari masyarakat. Etos ini membuat kita
bisa bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela.

c. Kerja adalah panggilan.

Kerja itu suci, kerja adalah panggilanku, aku sanggup bekerja benar. Suci berarti
diabdikan, diuntukkan atau diorientasikan pada Tuhan , dalam rangka kita beribadah kepada
Allah SWT. Penghayatan kerja semacam ini hanya mungkin terjadi jika seseorang merasa
terpanggil. Dengan kesadaran seperti itu maka kerja menjadi sebuah panggilan suci, maka
terbukalah perasaan untuk melakukannya secara benar. Seorang ASN memanggul darma
untuk masyarakat dan koleganya yang memerlukan bantuannya, seorang perawat memanggul
darma untuk membantu orang sakit. Seorang guru memikul darma untuk menyebarkan ilmu
kepada muridnya. Seorang penulis menyandang darma untuk menyebarkan informasi tentang
kebenaran kepada masyarakat. Jika pekerjaan atau profesi disadari sebagai panggilan, kita
dapat berucap pada diri sendiri, “I’m doing my best!” Dengan begitu kita tidak akan merasa
puas jika hasil karya kita kurang baik mutunya.

d. Kerja adalah aktualisasi

Kerja itu sehat, kerja adalah aktualisasi, saya sanggup bekerja keras. Maksudnya
adalah bekerja membuat tubuh, roh dan jiwa menjadi sehat. Aktualisasi berarti mengubah
potensi menjadi kenyataan. Aktualisasi atau penggalian potensi ini terlaksana melalui
pekerjaan, akibatnya kita menjadi

Kuat, sehat lahir batin. Maka agar menjadi maksimal, kita akan sanggup bekerja keras
bukan kerja asal-asalan.

Apa pun pekerjaan kita, entah dokter, akuntan, ahli hukum, semuanya bentuk
aktualisasi diri. Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik
untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa “ada”. Bagaimanapun sibuk
bekerja jauh lebih menyenangkan daripada duduk bengong tanpa pekerjaan

e. Kerja itu ibadah

Kerja adalah pengabdian, saya sanggup bekerja serius. Tuhan mewajibkan manusia
beribadah (secara ritual) dan beribadah (dalam artian kerja yang dilakukan untuk Tuhan).
Kerja merupakan lapangan konkrit melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Tuhan. Jadi
bekerja harus serius dan sungguh- sungguh agar makna ibadah dapat teraktualisasikan secara
nyata sebagai bentuk melayani Tuhan. Tak perduli apa pun agama atau kepercayaan kita,
semua pekerjaan yang halal merupakan ibadah. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat
kita dapat bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata. Motivasi
kerjanya telah berubah menjadi motivasi transendetal. Dengan demikian pekerjaan yang kita
lakukan dengan tingkat keletihan yang luar biasa akan terobati karena kita tidak hanya
mendapatkan nilai untuk kepentingan kita didunia, tetapi pekerjaan kita akan dinilai ibadah
oleh Allah SWT dan akan kita bawa sebagai amal ibadah di hadapannya kelak

f. Kerja adalah seni

Apapun yang anda kerjakan pasti ada unsur keindahan, keteraturan, harmoni, artistik
seperti halnya seni. Untuk mencapai tingkat penghayatan seperti itu dibutuhkan suatu
kreatifitas mengembangkan dan menyelesaikan setiap masalah pekerjaan. Jadi bekerja bukan
hanya mencari uang, tetapi lebih dari pada mengaktualisasikan potensi kreatif untuk
mencapai kepuasan seperti halnya pekerjaan seni sehingga kesadaran ini akan membuat kita
bekerja dengan enjoy seperti halnya melakukan hobi.

g. Kerja adalah kehormatan.

Kerja itu kehormatan, kerja adalah kewajiban, saya sanggup bekerja unggul.
Sebagai kehormatan kerja memiliki 5 dimensi : ( 1 ). Pemberi kerja menghormati kita karena
memilih sebagai penerima kerja ( 2 ). Kerja memberikan kesempatan berkarya dengan
kemampuan sendiri ( 3 ). Hasil karya yang baik memberi kita rasa hormat ( 4 ). Pendapatan
memandirikan

Seseorang sehingga tidak jadi tanggungan atau beban orang lain ( 5 ). Pendapatan bisa
menanggung hidup orang lain. Semuanya adalah kehormatan. Maka respon yang tepat adalah
menjaga kehormatan itu dengan bekerja semaksimal mungkin untuk menghasilkan mutu
setinggi- tingginya. Dengan unggul di segala bidang kita akan memenangkan persaingan.
Seremeh apa pun pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan. Jika dapat menjaga
kehormatan dengan baik, maka kehormatan lain yang lebih besar akan datang kepada kita.
Sebagai contoh etos kerja Pramoedya Ananta Toer, Sastrawan Indonesia kawakan ini tetap
bekerja (menulis), meskipun dia dikucilkan di pulau Buru yang terbatas. Hasilnya
memperlihatkan bahwa semua novelnya menjadi karya sastra kelas dunia.

h. Kerja adalah pelayanan

Kerja itu mulia, kerja adalah pelayananku, aku sanggup bekerja sempurna. Kemuliaan
sejati datang dari pelayanan. Orang yang melayani adalah orang yang mulia. Pekerjaan
adalah wujud pelayanan nyata bagi institusi maupun orang lain. Kita ada untuk orang
lain, manusia mampu proaktif memikirkan dan berbuat bagi orang lain dan
masyarakat. Maka kuncinya ia akan sanggup bekerja sempurna
Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercusuar, semuanya dapat
dimaknai sebagi pengabdian kepada sesama. Pada pertengahan abad ke-20 di Prancis, hidup
seorang lelaki tua sebatangkara karena ditinggal mati oleh istri dan anaknya. Bagi
kebanyakan orang, kehidupan seperti yang ia alami mungkin hanya berarti menunggu
kematian. Namun bagi dia, tidak. Ia pergi ke lembah Cavennen, sebuah daerah yang sepi,
sambil menggembalakan domba, ia memunguti biji oak, lalu menanamnya di sepanjang
lembah itu. Tak ada yang membayarnya. Tak ada yang memujinya. Ketika meninggal dalam
usia 89 tahun, ia telah meninggalkan sebuah warisan luar biasa, hutan sepanjang 11 km²
Sungai- sungai mengalir lagi. Tanah yang semula tandus menjadi subur. Semua itu dinikmati
oleh orang yang sama sekali tidak ia kenal. Di Indonesia semangat kerja serupa dapat kita
jumpai pada Mak Eroh yang membelah bukit untuk mengalirkan air ke sawah-sawah di
desanya di Tasikmalaya, Jawa Barat.

B. Penelitian Terdahulu

Skripsi yang berjudul “Gaya kepemimpinan dalam meningkatkan etos kerja


karyawan di PT. DMI PRIMAGAMA Yogyakarta" oleh Thoha Putra pada tahun
2016. Tujuh penelitian ini untuk menelusuri permasalahan menyangkut gaya
kepemimpinan dalam meningkatkan etos kerja pada karyawan di PT. DMI
PRIMAGAMA.

Skripsi yang berjudul “peran pimpinan dalam meningkatkan etos kerja


karyawan pada PT. Penggadaian (persero) cabang Syariah Soebrantas di tinjau
menurut ekonomi Islam” yang di susun oleh Delvia Agusti pada tahun 2014. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menelusuri permasalahan yang berkaitan dengan peran
pemimpin yang kurang memperhatikan etos kerja pegawai yang kurang baik.

Skripsi yang berjudul “Hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan


etos kerja guru di Man Cibinong” oleh Alinda Oktoviani pada tahun 2011. Tujuan
penelitian ini untuk mencari tentang hubungan antara gaya kepemimpinan kepala
sekolah dengan etos kerja guru di Man Cibinong.

C. Kerangka Pikir

Kinerja pegawai merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang


pegawai dalam melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban sebagai pegawai.
Kinerja seorang pegawai dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keterampilan dalam
bekerja, akan menentukan etos kerja. Lurah sebagai pemimpin di lingkungan Kantor
Kelurahan Bambu Pemali harus membuat memutuskan suatu kebijakan yang bisa
mempengaruhi etos kerja yang tinggi terhadap karyawan atau pegawai kantor
Kelurahan.

Kepemimpinan kepala Kelurahan merupakan cara Lurah dalam membawa


anggotanya mencapai sebuah tujuan tertentu titik Lurah berusaha mempengaruhi
anggotanya untuk mencapai tujuan tersebut. Keberhasilan serta kegagalan pelayanan
di dalam kantor atau di luar Kantor Kelurahan ditentukan oleh pelayanan dari pegawai
kantor kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan tersebut.

Untuk meningkatkan etos kerja pegawai pada Kantor Kelurahan bambu


Pemali Kabupaten Merauke maka selaku pemimpin Kelurahan atau Lurah harus
menjalankan peran sebagai penentu, komunikator serta pelaku indikator yang baik
untuk meningkatkan etos kerja para pegawai jadi Kantor Kelurahan.

Anda mungkin juga menyukai