Laporan Biofar Kel 1
Laporan Biofar Kel 1
Laporan Biofar Kel 1
Disusun oleh :
1. Apriyanti Nur Prima k 1604015009
2. Adelia Khaerunnisa 1604015350
3. Chindy Wahyu Friandani 1604015363
4. Mohammad Fakhri Yuschak 1604015378
5. Rosa Mardalita 1504015340
Kelas : J1
Kelompok :1
A. Latar belakang
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berkewajiban untuk menilai
semua obat sebelum dipasarkan, memberikan izin pemasaran, dan selanjutnya
melakukan pengawasan terhadap obat tersebut setelah dipasarkan untuk
memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa obat tersebut memenuhi standar
efikasi, keamanan dan mutu yang dibutuhkan (BPOM, 2015)
Setiap produk yang akan beredar di pasaran harus terjamin kualitasnya
sehingga dengan pemakaian produk tersebut efek terapeutik yang diinginkan
dapat tercapai. Produk generik atau “me too” yang akan dipasarkan juga tidak
lepas dari persyaratan ini. Suatu produk generik atau “me too” harus memenuhi
standar dengan produk innovator dalam hal kualitas, efikasi, dan keamanan. Pada
umumnya yang dijadikan produk pembanding adalah produk innovator yang
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang untuk
dipasarkan. Diperolehnya status bioekivalen dari suatu produk diharapkan
diperolehnya respon efek dan keamanan yang sama dengan produk pembanding.
B. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan bioavailabilitas dan bioekivalensi
2. Menentukan status bioekivalensi dari suatu produk uji
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori
a. Uji bioavailabilitas dan bioekivalensi
Uji bioavailabilitas dan bioekivalensi (BABE) mensyaratkan pelaksanaan
sesuai dengan pedoman praktek laboratorium yang benar (Good Laboratory
Practice) dan pedoman cara uji klinik yang baik (Good Clinical Practice). Setiap
laboratorium pengujian, untuk menyusun proposal uji BABE diharuskan
melakukan penelitian dan kajian pustaka, karena dalam pedoman uji bioekivalensi
tidak menentukan produk yang harus diuji maupun inovator atau komparatornya
demikian pula dengan metode yang digunakan. (BPOM, 2004., BPOM, 2006).
b. Bioavailabilitas
Merupakan persentase dan kecepatan zat aktif dalam suatu produk obat
yang mencapai atau tersedia dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh atau aktif
setelah pemberian produk obat tersebut, diukur dari kadarnya dalam darah
terhadap waktu atau dari ekskresinya dalam urin (BPOM, 2015).
Bioavailabilitas absolut: bila dibandingkan dengan sediaan intravena yang
bioavailabilitasnya 100%.
Bioavailabilitas relatif: bila dibandingkan dengan sediaan bukan intravena.
c. Bioekivalensi
Dua produk obat disebut bioekivalen jika keduanya mempunyai ekivalensi
farmaseutik atau merupakan alternatif farmaseutik dan pada pemberian dengan
dosis moral yang sama akan menghasilkan biovailabilitas yang sebanding
sehingga efeknya akan sama, dalam hal efikasi maupun keamanan. Jika
bioavaibilitasnya tidak memenuhi kriteria bioekivalen maka kedua obat tersebut
disebut bioinekivalen (BPOM, 2015).
1. Ekivalensi farmaseutik
Dua produk obat mempunyai ekivalensi farmaseutik jika keduanya
mengandung zat aktif yang sama dalam jumlah yang sama dan bentuk sediaan
yang sama (BPOM, 2015).
2. Ekivalensi terapeutik
Dua produk obat mempunyai ekivalensi terapetik jika keduanya
mempunyai ekivalensi farmaseutik atau merupakan alternatif farmaseutik dan
pada pemberian dengan dosis moral yang sama akan menghasilkan efikasi klinik
dan keamanan yang sebanding. Dengan demikian, ekivalensi atau inekivalensi
terapeutik seharusnya ditunjukkan dengan uji klinik (BPOM, 2015).
d. Produk obat pembanding (referensi product)
Produk obat inovator yang telah diberi izin pemasaran di Indonesia
berdasarkan penilaian dossier lengkap dengan yang membuktikan efikasi,
keamanan dan mutu. Hanya jika produk obat inovator yang tidak dipasarkan di
Indonesia atau tidak lagi dikenali yang mana karena sudah terlalu lama beredar di
pasar, maka dapat di gunakan produk obat inovator dari primary market (negara
dimana produsennya menganggap bahwa efikasi, keamanan dan kualitas
produknya terdokumentasi paling baik) atau produk yang merupakan market
leader yang telah diberi izin pemasaran di Indonesia dan telah lolos penilaian
efikasi, keamanan dan mutu. Produk obat pembanding yang akan digunakan harus
disetujui oleh Badan POM (BPOM, 2004).
e. Kriteria untuk uji ekivalensi
1. Produk obat yang memerlukan uji ekivalensi in vivo
Uji ekivalensi in vivo dapat berupa studi bioekivalensi farmakokinetik,
studi farmakodinamik komparatif, atau uji klinik komparatif. Dokumentasi
ekivalensi in vivo diperlukan jika ada resiko bahwa peredaran bioavailabilitas
dapat menyebarkan inekivalensi terapi (BPOM 2004).
1.1. Produk obat oral lepas cepat yang bekerja sistemik, jika
memenuhi satu atau lebih kriteria berikut ini:
a. Obat-obat untuk kondisi yang serius yang memerlukan respon
terapi yang pasti, misal: antituberkulosis, antiretroviral, antibakteri,
antihipertensi, antiangina, obat gagal jantung, antiepilepsi,
antiasma.
b. Batas keamanan/ indeks terapi yang sempit; kurva doses-respons
yang curam, misal: digoksin, antiaritmia, antikoagulan, obat-obat
sitostatik, litium, feniton, siklosporin, sulfonilurea, teofilin.
c. Terbukti ada masalah bioavailabilitas atau bioinekivalensi dengan
obat yang bersangkutan atau obat-obat dengan struktur kimia atau
formulasi yang mirip (tidak berhubungan dengan masalah
disolusi,) misal:
- Absorpsi bervariasi atau tidak lengkap;
- Eliminasi presistemik yang tinggi;
- Farmakokinetik nonlinear;
- Sifat-sifat fisiokimia yang tidak menguntungkan
d. Eksipien dan proses pembuatannya diketahui mempengaruhi
bioekivalensi.
1.2. Produk obat non-oral dan non –parenteral yang didesain untuk
bekerja sistemik, misal : sediaan transdermal, supositoria, permen
nikotin, gel testosteron dan kontraseptif bawah kulit.
1.3. Produk obat lepas lambat atau termodifikasi yang bekerja
sistemik.
1.4. Produk kombinasi tetap untuk bekerja sistemik, yang paling
sedikit salah satu zat aktifnya memerlukan studi in vivo.
1.5. Produk obat bukan larutan bukan untuk penggunaan non
sistemik (oral nasal, okular, dermal, rektal, vaginal, dsb), dan
dimaksudkan untuk bekerja lokal (tidak untuk diabsorpsi sistemik).
2. Produk obat yang cukup dilakukan uji ekivalensi in vitro (uji disolusi
terbanding)
2.1. Produk obat yang tidak memerlukan studi in vivo (tidak
termasuk butir 4.1).
2.2. Produk obat” copy” yang hanya berbeda kekuatan uji disolusi
terbanding dapat diterima untuk kekuatan yang lebih rendah
berdasarkan perbandingan profil disolusi.
3. Produk obat yang tidak memerlukan uji ekivalensi
3.1. Produk obat “ copy” untuk penggunaan intravena sebagai
larutan dalam air yang mengandung zat aktif yang sama dalam kadar
molar yang sama dengan produk pembanding.
3.2. Produk obat “copy” untuk penggunaan parenteral yang lain
(misal: intramuskular, subkutan) sebagai larutan dalam air dan
mengandung zat aktif yang sama dalam kadar molar yang sama dan
eksipien yang sama atau mirip (similar) dalam kadar yang sebanding
seperti dalam produk pembanding. Eksipien tertentu (misal: bufer,
pengawet, antioksidan) boleh berbeda asalkan perubahan eksipien ini
diperkirakan tidak mempengaruhi keamanan dan/ atau efikasi produk
obat tersebut.
3.3. Produk obat” copy” berupa larutan untuk penggunaan oral
(termasuk sirup), eliksir, tingtur atau bentuk larutan lain tetapi bukan
suspensi),yang mengandung zat aktif dalam kadar molar yang sama
dengan produk pembanding, dan hanya mengandung eksipien yang
diketahui tidak mempunyai efek terhadap transit atau permeabilitas
dalam saluran cerna dan dengan demikian terhadap absorpsi atau
stabilitas zat aktif dalam saluran cerna.
3.4. Produk obat “ copy” berupa gas.
3.5. Produk obat “copy” berupa sediaan obat mata atau telinga
sebagai larutan dalam air dan mengandung zat (-zat) aktif yang sama
dalam kadar molar yang sama dan eksipien yang praktis sama dalam
kadar yang sebanding. Eksipien tertentu (misal : pengawet , bufer, zat
untuk menyesuaikan tonisitas atau zat pengental) boleh berbeda
asalkan penggunaan eksipien ini diperlukan tidak mempengaruhi
keamanan dan/ atau efikasi produk obat tersebut.
3.6. Produk obat “copy” berupa sediaan obat topikal sebagai
larutan dalam air dan mengandung zat (-zat) aktif yang sama dalam
kadar molar yang sama dan eksipien yang praktis sama dalam kadar
yang sebanding.
3.7. Produk obat “copy” berupa larutan untuk aerosal atau produk
inhalasi nebulizer atau semprot hidung, yang digunakan dengan atau
tanpa alat yang praktis sama, sebagai larutan dalam air dan
mengandung zat( zat) aktif yang sama dalam kadar yang sama
daneksipien yang praktis sama dalam kadar yang sebanding.
Untuk ketentuan 3.6, 3.7 atau 3.8 tersebut diatas, pemohonan harus
menunjukkan bahwa eksipien dalam produk “ copy” nya praktis sama dan
dalam kadar yang sebanding dengan produk pembandingnya. Jika informasi
mengenal produk pembanding ini tidak dapat diberikan oleh pemohon dan
Badan POM tidak memiliki data ini, pemohon harus melakukan studi in vivo
atau in vitro untuk menunjukkan bahwa perbedaan dalam eksipien ini tidak
mempengaruhi keamanan dan/ atau efikasi produk obat tersebut.
f. Parameter farmakokinetik
Pada studi bioavaibilitas/bioekivalensi (BA/BE), luas area di bawah kurva
kadar plasma terhadap waktu, serta profil ekskresi ginjal kumulatif dan
kecepatan ekskresi digunakan untuk menilai jumlah dan kecepatan absorpsi
(BPOM 2015).
1. AUC (area under curve of concentration-time relationship), luas area
dibawah kurva hubungan konsentrasi dan waktu.
2. Cmax (konsentrasi maksimum)
3. Tmax (waktu untuk mencapai konsentrasi maksimum)
g. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji BE
1. Subjek, yang meliputi penetapan kriteria inklusi dan eksklusi pada saat
seleksi subjek penelitian, perlakuan awal yang perlu dilakukan terhadap
subjek selama uji bioekivalensi.
2. Rancangan, antara lain berapa jumlah subjek yang akan digunakan, jenis
kelamin dan rancangan penelitian.
3. Perlakukan yang akan diberikan, yang meliputi dosis obat cara pemberian,
dosis obat yang digunakan, rancangan pengambilan sampel seperti sampel
apa yang akan dikumpulkan (darah, plasma atau urin) dan waktu
pengambilan sampel.
4. Evaluasi hasil yang diperoleh, anatara lain uji statistic yang akan
digunakan dan penetapan definisi dari bioekivalensi sebelum uji dimulai.
h. Glimepiride
Glimepiride merupakan suatu obat anti diabetes melitus golongan
sulfonylurea generasi kedua yang diberikan secara oral dan berfungsi menurunkan
gula darah dengan cara meningkatkan kerja insulin dalam proses pengambilan
glukosa perifer. Glimepiride dapat mencapai penurunan glukosa darah dengan
dosis paling rendah dari semua senyawa sulfonilurea sehingga obat ini
mempunyai potensi hipoglikemik 100x lebih besar dari pada obat anti diabetes
golongan sulfonil urea generasi pertama. Dosis tunggal besar 1 mg terbukti efektif
dan dosis harian maksimal yang dianjurkan adalah 8 mg. Glimepiride mempunya
waktu paruh 5 jam dan dimetabolisme secara lengkap oleh hati menjadi produk
yang tidak aktif (Katzung, 2002).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Hasil
a. Inovator
1. Tabel I
1 0,044 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,011 . jam
2 2 ml
a+b (0,044 +0,17) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,0535 . jam
2 2 ml
a+b (0,17 +0,18) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,0875 . jam
2 2 ml
a+b (0,18+ 0,09) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,0675 . jam
2 2 ml
a+b (0,09+ 0,051) μg
AUCV = x t= x 1=0,0705 . jam
2 2 ml
a+b (0,051+ 0,243) μg
AUCVI = x t= x 1=0,147 . jam
2 2 ml
a+b (0,243+ 0,089) μg
AUCVII = x t= x 2=0,332 . jam
2 2 ml
a+b (0,089+ 0,02) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,109 . jam
2 2 ml
a+b (0,02+ 0) μg
AUCIX = x t= x 2=0,02 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 0,898 . jam
ml
μg
Cmax = 0,247
ml
Tmax = 4 jam
2. Tabel II
1 0,102 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,0255 . jam
2 2 ml
a+b (0,102+ 0,164) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,0665 . jam
2 2 ml
a+b (0,164 +0,167) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,0827 . jam
2 2 ml
a+b (0,167 +0,661) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,207 . jam
2 2 ml
a+b (0,661+ 0,279) μg
AUCV = x t= x 1=0,47 . jam
2 2 ml
a+b (0,279+ 0,125) μg
AUCVI = x t= x 1=0,202 . jam
2 2 ml
a+b (0,125+ 0,106) μg
AUCVII = x t= x 2=0,231 . jam
2 2 ml
a+b (0,106 +0,113) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,219 . jam
2 2 ml
a+b (0,113+ 0,063) μg
AUCIX = x t= x 2=0,176 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 1,6797 . jam
ml
μg
Cmax = 0,661
ml
Tmax = 2 jam
3. Tabel III
1 0,103 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,0257 . jam
2 2 ml
a+b (0,103+ 0,143) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,0615 . jam
2 2 ml
a+b (0,143+ 0,16) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,0757 . jam
2 2 ml
a+b (0,16 +0,162) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,0805 . jam
2 2 ml
a+b (0,162+ 0,214) μg
AUCV = x t= x 1=0,188 . jam
2 2 ml
a+b (0,214 +0,12) μg
AUCVI = x t= x 1=0,167 . jam
2 2 ml
a+b (0,12+ 0,11) μg
AUCVII = x t= x 2=0,23 . jam
2 2 ml
a+b (0,11+ 0,097) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,207 . jam
2 2 ml
a+b (0,097 +0,068) μg
AUCIX = x t= x 2=0,165 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 1,2004 . jam
ml
μg
Cmax = 0,214
ml
Tmax = 3 jam
4. Tabel IV
1 0,201 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,0502 . jam
2 2 ml
a+b (0,201+ 0,243) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,111 . jam
2 2 ml
a+b (0,243+ 0,625) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,217 . jam
2 2 ml
a+b (0,625+ 0,617) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,3105 . jam
2 2 ml
a+b (0,617 +0,542) μg
AUCV = x t= x 1=0,5795 . jam
2 2 ml
a+b (0,542+ 0,479) μg
AUCVI = x t= x 1=0,5105 . jam
2 2 ml
a+b (0,479+ 0,433) μg
AUCVII = x t= x 2=0,912 . jam
2 2 ml
a+b (0,433+ 0,163) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,596 . jam
2 2 ml
a+b (0,163+ 0,138) μg
AUCIX = x t= x 2=0,301 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 3,5877 . jam
ml
μg
Cmax = 0,625
ml
Tmax = 1,5 jam
5. Tabel V
1 0,122 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,0305 . jam
2 2 ml
a+b (0,122+ 0,209) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,0827 . jam
2 2 ml
a+b (0,209+ 0,221) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,1072 . jam
2 2 ml
a+b (0,221+ 0,386) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,1517 . jam
2 2 ml
a+b (0,386 +0,399) μg
AUCV = x t= x 1=0,3925 . jam
2 2 ml
a+b (0,399+ 0,319) μg
AUCVI = x t= x 1=0,359 . jam
2 2 ml
a+b (0,319+ 0,131) μg
AUCVII = x t= x 2=0,45 . jam
2 2 ml
a+b (0,131+ 0,144) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,275 . jam
2 2 ml
a+b (0,144 +0,132) μg
AUCIX = x t= x 2=0,276 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 2,1246 . jam
ml
μg
Cmax = 0,399
ml
Tmax = 3 jam
6. Tabel VI
1 0,117 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,0292 . jam
2 2 ml
a+b (0,117 +0,159) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,069 . jam
2 2 ml
a+b (0,159+ 0,685) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,211 . jam
2 2 ml
a+b (0,685+ 0,82) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,3762 . jam
2 2 ml
a+b (0,82+ 0,456) μg
AUCV = x t= x 1=0,6375 . jam
2 2 ml
a+b (0,456 +0,309) μg
AUCVI = x t= x 1=0,382 . jam
2 2 ml
a+b (0,309+ 0,112) μg
AUCVII = x t= x 2=0,421 . jam
2 2 ml
a+b (0,112+ 0,081) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,193 . jam
2 2 ml
a+b (0,081+ 0,03) μg
AUCIX = x t= x 2=0,111 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 2,4299 . jam
ml
μg
Cmax = 0,82
ml
Tmax = 2 jam
7. Tabel VII
1 0,088 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,022 . jam
2 2 ml
a+b (0,088+ 0,222) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,0775 . jam
2 2 ml
a+b (0,222+ 0,517) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,1847 . jam
2 2 ml
a+b (0,517 +0,708) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,3062 . jam
2 2 ml
a+b (0,708+ 0,249) μg
AUCV = x t= x 1=0,4785 . jam
2 2 ml
a+b (0,249+ 0,105) μg
AUCVI = x t= x 1=0,177 . jam
2 2 ml
a+b (0,105+ 0,097) μg
AUCVII = x t= x 2=0,202 . jam
2 2 ml
a+b (0,097 +0,107) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,204 . jam
2 2 ml
a+b (0,107 +0,033) μg
AUCIX = x t= x 2=0,14 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 1,7919 . jam
ml
μg
Cmax = 0,708
ml
Tmax = 2 jam
8. Tabel VIII
1 0,14 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,035 . jam
2 2 ml
a+b (0,14 +1,38) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,38 . jam
2 2 ml
a+b (1,38+ 0,79) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,5425 . jam
2 2 ml
a+b (0,79+ 1,22) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,5025 . jam
2 2 ml
a+b (1,22+0,27) μg
AUCV = x t= x 1=0,745 . jam
2 2 ml
a+b (0,27 +0,29) μg
AUCVI = x t= x 1=0,28 . jam
2 2 ml
a+b (0,29+ 0,12) μg
AUCVII = x t= x 2=0,41 . jam
2 2 ml
a+b (0,12+ 0,14) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,26 . jam
2 2 ml
a+b (0,14 +0,05) μg
AUCIX = x t= x 2=0,19 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 3,345 . jam
ml
μg
Cmax = 1,38
ml
Tmax = 1 jam
9. Tabel IX
1 0,298 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,0745 . jam
2 2 ml
a+b (0,298+ 0,157) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,1137 . jam
2 2 ml
a+b (0,157 +0,147) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,076 . jam
2 2 ml
a+b (0,147 +0,188) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,0837 . jam
2 2 ml
a+b (0,188+ 0,579) μg
AUCV = x t= x 1=0,3835 . jam
2 2 ml
a+b (0,579+ 0,273) μg
AUCVI = x t= x 1=0,426 . jam
2 2 ml
a+b (0,273+ 0,135) μg
AUCVII = x t= x 2=0,408 . jam
2 2 ml
a+b (0,135+ 0,063) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,198 . jam
2 2 ml
a+b (0,063+ 0,02) μg
AUCIX = x t= x 2=0,083 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 1,8464 . jam
ml
μg
Cmax = 0,576
ml
Tmax = 3 jam
10. Tabel X
1 0,426 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,1065 . jam
2 2 ml
a+b (0,426 +0,528) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,2385 . jam
2 2 ml
a+b (0,528+ 0,49) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,2545 . jam
2 2 ml
a+b (0,49+ 0,36) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,2125 . jam
2 2 ml
a+b (0,36 +0,414) μg
AUCV = x t= x 1=0,387 . jam
2 2 ml
a+b (0,414 +0,76) μg
AUCVI = x t= x 1=0,578 . jam
2 2 ml
a+b (0,76 +0,431) μg
AUCVII = x t= x 2=1,191 . jam
2 2 ml
a+b (0,431+ 0,14) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,571 . jam
2 2 ml
a+b (0,14 +0,065) μg
AUCIX = x t= x 2=0,205 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 3,753 . jam
ml
μg
Cmax = 0,76
ml
Tmax = 4 jam
11. Tabel XI
1 0,268 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,067 . jam
2 2 ml
AUCII = −¿
a+b (0,268+ 1,417) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,4347 . jam
2 2 ml
a+b (1,417+ 0,411) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,4705 . jam
2 2 ml
a+b (0,411+ 0,326) μg
AUCV = x t= x 1=0,3685 . jam
2 2 ml
a+b (0,326 +0,17) μg
AUCVI = x t= x 1=0,248 . jam
2 2 ml
a+b (0,17 +0,236) μg
AUCVII = x t= x 2=0,406 . jam
2 2 ml
a+b (0,236 +0,116) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,352 . jam
2 2 ml
a+b (0,116 +0,081) μg
AUCIX = x t= x 2=0,197 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 2,5437 . jam
ml
μg
Cmax = 1,471
ml
Tmax = 1,5 jam
12. Tabel XII
1 0,312 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,078 . jam
2 2 ml
a+b (0,312+ 0,295) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,117 . jam
2 2 ml
a+b (0,295+ 0,195) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,1225 . jam
2 2 ml
a+b (0,195+ 0,184) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,0947 . jam
2 2 ml
a+b (0,184 +0,225) μg
AUCV = x t= x 1=0,2045 . jam
2 2 ml
a+b (0,225+ 0,372) μg
AUCVI = x t= x 1=0,2985 . jam
2 2 ml
a+b (0,372+ 0,26) μg
AUCVII = x t= x 2=0,632 . jam
2 2 ml
a+b (0,26 +0,138) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,398 . jam
2 2 ml
a+b (0,138+ 0,067) μg
AUCIX = x t= x 2=0,205 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 2,1849 . jam
ml
μg
Cmax = 0,372
ml
Tmax = 4 jam
b. Sample
1. Tabel I
1 0,203 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,0507 . jam
2 2 ml
a+b (0,203+ 0,198) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,1003 . jam
2 2 ml
a+b (0,198+ 0,291) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,1223 . jam
2 2 ml
a+b (0,291+ 0,316) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,1517 . jam
2 2 ml
a+b (0,316 +0,337) μg
AUCV = x t= x 1=0,3265 . jam
2 2 ml
a+b (0,337 +0,218) μg
AUCVI = x t= x 1=0,2775 . jam
2 2 ml
a+b (0,218+ 0,09) μg
AUCVII = x t= x 2=0,308 . jam
2 2 ml
a+b (0,09+ 0,031) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,121 . jam
2 2 ml
a+b (0,031+ 0) μg
AUCIX = x t= x 2=0,031 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 1,4888 . jam
ml
μg
Cmax = 0,337
ml
Tmax = 3 jam
2. Tabel II
1 0,171 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,0427 . jam
2 2 ml
a+b (0,171+ 0,303) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,1185 . jam
2 2 ml
a+b (0,303+ 0,481) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,196 . jam
2 2 ml
a+b (0,481+ 0,306) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,1968 . jam
2 2 ml
a+b (0,306 +0,35) μg
AUCV = x t= x 1=0,328 . jam
2 2 ml
a+b (0,35+ 0,245) μg
AUCVI = x t= x 1=0,2975 . jam
2 2 ml
a+b (0,245+ 0,102) μg
AUCVII = x t= x 2=0,347 . jam
2 2 ml
a+b (0,102+ 0,112) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,214 . jam
2 2 ml
a+b (0,112+ 0,088) μg
AUCIX = x t= x 2=0,2 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 1,9404 . jam
ml
μg
Cmax = 0,481
ml
Tmax = 1,5 jam
3. Tabel III
1 0,112 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,028 . jam
2 2 ml
a+b (0,112+ 0,248) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,09 . jam
2 2 ml
a+b (0,248+ 0,356) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,151 . jam
2 2 ml
a+b (0,356 +0,284) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,16 . jam
2 2 ml
a+b (0,284 +0,204) μg
AUCV = x t= x 1=0,244 . jam
2 2 ml
a+b (0,204 +0,12) μg
AUCVI = x t= x 1=0,162 . jam
2 2 ml
a+b (0,12+ 0,081) μg
AUCVII = x t= x 2=0,201 . jam
2 2 ml
a+b (0,081+ 0,053) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,134 . jam
2 2 ml
a+b (0,053+ 0,051) μg
AUCIX = x t= x 2=0,104 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 1,274 . jam
ml
μg
Cmax = 0,356
ml
Tmax = 1,5 jam
4. Tabel IV
1 0,213 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,0533 . jam
2 2 ml
a+b (0,213+ 0,208) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,1053 . jam
2 2 ml
a+b (0,208+ 0,792) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,25 . jam
2 2 ml
a+b (0,792+ 0,822) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,4035 . jam
2 2 ml
a+b (0,822+ 0,843) μg
AUCV = x t= x 1=0,8325 . jam
2 2 ml
a+b (0,843+ 0,51) μg
AUCVI = x t= x 1=0,0765 . jam
2 2 ml
a+b (0,51+ 0,301) μg
AUCVII = x t= x 2=0,841 . jam
2 2 ml
a+b (0,301+ 0,171) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,502 . jam
2 2 ml
a+b (0,171+ 0,145) μg
AUCIX = x t= x 2=0,316 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 3,9799 . jam
ml
μg
Cmax = 0,843
ml
Tmax = 3 jam
5. Tabel V
1 0,127 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,0318 . jam
2 2 ml
a+b (0,127 +0,197) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,081 . jam
2 2 ml
a+b (0,197 +0,162) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,0897 . jam
2 2 ml
a+b (0,162+ 0,168) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,0825 . jam
2 2 ml
a+b (0,168+ 0,393) μg
AUCV = x t= x 1=0,2805 . jam
2 2 ml
a+b (0,393+ 0,31) μg
AUCVI = x t= x 1=0,3515 . jam
2 2 ml
a+b (0,31+ 0,148) μg
AUCVII = x t= x 2=0,458 . jam
2 2 ml
a+b (0,148+ 0,113) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,261 . jam
2 2 ml
a+b (0,113+ 0,099) μg
AUCIX = x t= x 2=0,212 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 1,8479 . jam
ml
μg
Cmax = 0,393
ml
Tmax = 3 jam
6. Tabel VI
1 0,141 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,0352 . jam
2 2 ml
a+b (0,141+ 0,363) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,126 . jam
2 2 ml
a+b (0,363+ 0,505) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,217 . jam
2 2 ml
a+b (0,505+ 0,515) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,255 . jam
2 2 ml
a+b (0,515+ 0,436) μg
AUCV = x t= x 1=0,475 . jam
2 2 ml
a+b (0,436 +0,186) μg
AUCVI = x t= x 1=0,311 . jam
2 2 ml
a+b (0,186 +0,118) μg
AUCVII = x t= x 2=0,304 . jam
2 2 ml
a+b (0,118+ 0,023) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,141 . jam
2 2 ml
a+b (0,023+ 0) μg
AUCIX = x t= x 2=0,023 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 1,8872 . jam
ml
μg
Cmax = 0,515
ml
Tmax = 2 jam
7. Tabel VII
1 0,346 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,0865 . jam
2 2 ml
a+b (0,346 +0,805) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,2877 . jam
2 2 ml
a+b (0,805+ 0,498) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,3257 . jam
2 2 ml
a+b (0,498+ 0,461) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,2397 . jam
2 2 ml
a+b (0,461+1,043) μg
AUCV = x t= x 1=0,752 . jam
2 2 ml
a+b (1,043+ 0,262) μg
AUCVI = x t= x 1=0,311 . jam
2 2 ml
a+b (0,262+ 0,202) μg
AUCVII = x t= x 2=0,464 . jam
2 2 ml
a+b (0,202+ 0,132) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,334 . jam
2 2 ml
a+b (0,132+ 0,043) μg
AUCIX = x t= x 2=0,175 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 3,0464 . jam
ml
μg
Cmax = 1,043
ml
Tmax = 3 jam
8. Tabel VIII
1 0,434 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,1085 . jam
2 2 ml
a+b (0,434 +0,636) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,2675 . jam
2 2 ml
a+b (0,636 +0,818) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,3635 . jam
2 2 ml
a+b (0,818+ 0,771) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,3972 . jam
2 2 ml
a+b (0,771+ 0,52) μg
AUCV = x t= x 1=0,6455 . jam
2 2 ml
a+b (0,52+ 0,198) μg
AUCVI = x t= x 1=0,359 . jam
2 2 ml
a+b (0,198+ 0,191) μg
AUCVII = x t= x 2=0,389 . jam
2 2 ml
a+b (0,191+ 0,131) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,322 . jam
2 2 ml
a+b (0,131+ 0,063) μg
AUCIX = x t= x 2=0,198 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 3,0462 . jam
ml
μg
Cmax = 0,818
ml
Tmax = 1,5 jam
9. Tabel IX
1 0,237 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,0592 . jam
2 2 ml
a+b (0,237 +0,183) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,105 . jam
2 2 ml
a+b (0,183+ 0,215) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,0995 . jam
2 2 ml
a+b (0,215+ 0,464) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,1697 . jam
2 2 ml
a+b (0,464 +0,639) μg
AUCV = x t= x 1=0,5515 . jam
2 2 ml
a+b (0,639+ 0,316) μg
AUCVI = x t= x 1=0,4775 . jam
2 2 ml
a+b (0,316 +0,146) μg
AUCVII = x t= x 2=0,462 . jam
2 2 ml
a+b (0,146 +0,958) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,204 . jam
2 2 ml
a+b (0,058+ 0,023) μg
AUCIX = x t= x 2=0,081 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 2,2098 . jam
ml
μg
Cmax = 0,639
ml
Tmax = 3 jam
10. Tabel X
1 0,431 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,1077 . jam
2 2 ml
a+b (0,431+ 0,523) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,2385 . jam
2 2 ml
a+b (0,523+ 0,735) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,3145 . jam
2 2 ml
a+b (0,735+ 0,547) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,3205 . jam
2 2 ml
a+b (0,547 +0,532) μg
AUCV = x t= x 1=0,539 . jam
2 2 ml
a+b (0,532+ 0,45) μg
AUCVI = x t= x 1=0,491 . jam
2 2 ml
a+b (0,45+ 0,136) μg
AUCVII = x t= x 2=0,586 . jam
2 2 ml
a+b (0,136 +0,079) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,215 . jam
2 2 ml
a+b (0,079+ 0,36) μg
AUCIX = x t= x 2=0,439 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 3,517 . jam
ml
μg
Cmax = 0,375
ml
Tmax = 1,5 jam
11. Tabel XI
1 0,928 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,232 . jam
2 2 ml
a+b (0,928+ 0,48) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,352 . jam
2 2 ml
a+b (0,48+ 1,198) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,4195 . jam
2 2 ml
a+b (1,198+ 0,666) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,466 . jam
2 2 ml
a+b (0,666 +0,385) μg
AUCV = x t= x 1=0,5255 . jam
2 2 ml
a+b (0,385+ 0,212) μg
AUCVI = x t= x 1=0,2985 . jam
2 2 ml
a+b (0,212+ 0,185) μg
AUCVII = x t= x 2=0,397 . jam
2 2 ml
a+b (0,185+ 0,122) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,307 . jam
2 2 ml
a+b (0,122+ 0,085) μg
AUCIX = x t= x 2=0,207 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 3,2046 . jam
ml
μg
Cmax = 1,198
ml
Tmax = 1,5 jam
12. Tabel XII
1 0,177 μg
AUCI = x a x t= x 0,5=0,0442 . jam
2 2 ml
a+b (0,177 +0,111) μg
AUCII = x t= x 0,5=0,072 . jam
2 2 ml
a+b (0,111+ 0,123) μg
AUCIII = x t= x 0,5=0,0585 . jam
2 2 ml
a+b (0,123+ 0,163) μg
AUCIV = x t= x 0,5=0,0715 . jam
2 2 ml
a+b (0,163+ 0,35) μg
AUCV = x t= x 1=0,2775 . jam
2 2 ml
a+b (0,35+ 0,245) μg
AUCVI = x t= x 1=0,2525 . jam
2 2 ml
a+b (0,245+ 0,102) μg
AUCVII = x t= x 2=0,184 . jam
2 2 ml
a+b (0,102+ 0,112) μg
AUCVIII = x t= x 2=0,091 . jam
2 2 ml
a+b (0,02+ 0) μg
AUCIX = x t= x 2=0,02 . jam
2 2 ml
μg
∑AUC = 1,0712 . jam
ml
μg
Cmax = 0,392
ml
Tmax = 3 jam
c. Hasil
NO AUC I AUC II Ln AUC I Ln AUC II Selisih Ln AUC
1 0.898 1.4888 -0.1076 0.3980 -0.5056
2 1.6797 1.9404 0.5186 0.6629 -0.1443
3 1.2004 1.274 0.1827 0.2422 -0.0595
4 3.5877 3.9799 1.2775 1.3813 -0.1037
5 2.1246 1.8479 0.7536 0.6140 0.1395
6 2.4299 1.8877 0.8879 0.6354 0.2525
7 1.7919 3.0462 0.5833 1.1139 -0.5306
8 3.345 3.0462 1.2075 1.1139 0.0936
9 1.8464 2.2098 0.6132 0.7929 -0.1797
10 3.753 3.517 1.3226 1.2576 0.0649
11 2.5437 3.2046 0.9336 1.1646 -0.2310
12 2.1849 1.0712 0.7816 0.0688 0.7128
B. Pembahasan
Pada praktikum studi bioavaibilitas dan bioekivalensi sampel yang diuji
adalah Glimepiride. Glimepiride merupakan suatu obat anti diabetes melitus
golongan sulfonylurea generasi kedua yang diberikan secara oral dan berfungsi
menurunkan gula darah dengan cara meningkatkan kerja insulin.
Uji bioekivalensi merupakan data ekivalensi untuk melihat kesetaraan
sifat dan kerja obat didalam tubuh suatu obat “copy” dibandingkan dengan obat
innovator sebagai pembanding.
Alasan utama dilakukan studi bioekivalensi adalah karena produk obat
yang d ianggap ekivalen farmasetik tidak memberikan efek terapetik yang
sebanding pada penderita. Studi bioekivalensi berguna dalam membandingkan
bioavaibilitas suatu obat dari berbagai produk obat. Apabila produk obat
dinyatakan ekivalensi, maka efek terapetik dari produk obat ini dianggap sama.
Dengan ini efektifitas pengobatan akan dicapai dengan baik.
Indeks terapi merupakan parameter keamanan obat yaitu perbandingan
dosis yang menyebabkan kematian pada 50% hewan uji (DL50) dengan dosis
yang menghasilkan efek terapi pada 50% hewan uji (DE50). Indeks terapi sempit
memiliki nilai µmin dan µmax 0,9 – 1,11 dan indeks terapi luas memiliki nilai µ min
dan µmax 0,8 – 1,25.
Berdasarkan literature jurnal “Inadvertent Sulfonylurea Overdose and
Treatment with Octreotide: A Case Report”, glimepiride memiliki indeks terapi
luas. Indeks terapi luas yaitu dengan range µmin dan µmax adalah 0,8 – 1,25. Hasil
µmin dan µaax yang didapat adalah 0,8 – 1,14. Hal ini berarti sampel memiliki
indeks terapi luas ekuivalen dengan innovator.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penilaian BE adalah untuk menghitung perbedaan bioavailabilitas antara
obat uji dan obat innovator, dan untuk menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang bermakna secara klinik. Glimepiride memiliki indeks terapi luas. Indeks
terapi luas yaitu dengan range µmin dan µmax adalah 0,8 – 1,25. Hasil µmin dan
µmax yang didapat adalah 0,8 – 1,14. Hal ini berarti sampel memiliki indeks
terapi luas ekuivalen dengan innovator.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM). 2004. Pedoman
Uji Bioekivalensi. Jakarta
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM). 2006. Pedoman
Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM). 2015. Pedoman
Uji Bioekivalensi. Jakarta
Katzung. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika
Khan, Kamran et al. 2019. Inadvertent Sulfonylurea Overdose and Treatment with
Octreotide: A Case Report. Department of Medicine and Research Center,
Peshawar, Pakistan.