UEU Undergraduate 13574 BABI - Image.Marked
UEU Undergraduate 13574 BABI - Image.Marked
UEU Undergraduate 13574 BABI - Image.Marked
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja kepada bayi selama
enam bulan pertama kehidupan bayi tanpa memberikan makanan atau cairan
lain, kecuali vitamin, mineral, dan obat yang telah diizinkan (WHO, 2010).
Pada tahun 2006, World Health Organization (WHO) mengeluarkan standar
pertumbuhan anak yang kemudian diterapkan diseluruh belahan dunia. Isinya
adalah menekankan pentingnya pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir
sampai usia 6 bulan, ini berarti bahwa bayi hanya menerima ASI dari ibu, tanpa
tambahan cairan atau makanan padat lain.
Peningkatam kualitas sumber daya manusia dimulai sejak hamil, bayi,
anak sekolah, dewasa, sampai usia lanjut atau yang dikenal dengan perjalanan
siklus kehidupan. Setiap saat dari siklus tersebut manusia memerlukan
makanan yang berbeda-beda dan harus dipenuhi secara tepat. Pola pemberian
makanan terbaik bagi bayi dan anak menurut para ilmuwan dunia dan telah
menjadi rekomendasi organisasi kesehatan dunia World Health Organization
(WHO) adalah memberikan hanya ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai
dengan umur 6 bulan (ASI eksklusif), meneruskan pemberian ASI sampai anak
berumur 24 bulan dan memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI)
kepada bayi mulai usia 6 bulan (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian ASI diatur didalam Peraturan pemerintah Republik Indonesia
nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu ekslusif. Pasal 6
menegaskan bahwa setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI ekslusif
kepada bayi yang dilahirkannya. Dengan kata lain, pemerintah sebenarnya
mengharapkan bahwa pemberian ASI eksklusif adalah 100% untuk warganya.
Tidak hanya sampai di sana, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 128 ayat 1 menyatakan bahwa setiap bayi
berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam)
bulan, kecuali atas indikasi medis. Selanjutnya pelayanan yang mendukung
pemberian air susu ibu eksklusif juga tercantum pada peraturan pemerintah
Republik Indonesia Nomor 61 tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi pasal
1
2
eksklusif sesuai dengan salah satu tujuan dari Millenium Development Goals
(MDGs) yaitu mengurangi tingkat kematian anak dan meningkatkan kesehatan
Ibu. WHO (2009) menyatakan sekitar 15% dari total kasus kematian anak di
bawah usia lima tahun di negara berkembang disebabkan oleh pemberian ASI
secara tidak eksklusif. Asupan ASI yang kurang mengakibatkan kebutuhan
gizi bayi menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan pemenuhan gizi pada
bayi akan berdampak buruk pada kualitas sumber daya manusia yang dapat
dilihat dari terhambatnya tumbuh kembang bayi secara optimal (Bahriyah dkk,
2017).
Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi ibu, keluarga, dan negara.
Manfaat pemberian ASI antara lain, mencegah perdarahan pasca persalinan,
mengurangi risiko terjadinya anemia, mengurangi risiko kanker ovarium dan
payudara, memperkuat ikatan batin seorang ibu dengan bayi yang
dilahirkan,sebagai salah satu metode KB badan sementara. Manfaat ASI bagi
keluarga antara lain, mudah pemberiannya seperti tidak perlu mencuci botol dan
mensterilkan sebelum digunakan, menghemat biaya, bayi sehat dan jarang sakit
sehingga menghemat pengeluaran keluarga. Manfaat ASI bagi Negara antara
lain, menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, mengurangi subsidi
untuk rumah sakit, mengurangi devisa untuk membeli susu formula,
meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa (Astutik, 2014). Bayi yang
diberikan ASI eksklusif akan terhindar dari risiko kematian akibat diare sebesar
3,9 kali dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sebesar 2,4 kali (Arifeen
dkk, 2011). Besarnya manfaat dari pemberian ASI ini mendorong pemerintah
di seluruh dunia agar mendukung praktik pemberian ASI eksklusif.
Dalam kaitannya dengan penyakit infeksi yang perlu perawatan,
pemberian ASI eksklusif terbukti menurunkan angka kejadian rawat inap
sebesar 53% per bulan. Sedangkan pada pemberian ASI non eksklusif kejadian
rawat inap akibat penyakit infeksi sebanyak 31% (Quigley dkk, 2007).
Khususnya terhadap penyakit diare yang disebabkan oleh infeksi, terlihat
adanya hubungan langsung antara pola pemberian ASI dengan menurunnya
insiden diare, persentase hari sakit dan lamanya episode diare (Lopez-Alarcon,
dkk,2007).
4
yang tidak memberikan ASI eksklusif, dari tidak diberikannya ASI eksklusif
tersebut berdampak pada terjadinya penyakit pada bayi seperti diare dan ISPA
dimana angka kejadian penyakit tersebut cukup tinggi di Puskesmas Duren
Jaya dan bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif beralih menggunakan susu
formula yang mana kebutuhan gizi untuk bayi tidak terpenuhi dari susu formula
sehingga terdapat bayi yang berat badannya rendah, banyak dampak yang
ditimbulkan dari tidak diberikannya ASI secara eksklusif dan dapat
membahayakan bayi. Berdasarkan data tersebut maka peneliti tertarik untuk
mengetahui lebih dalam faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu
dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Duren Jaya Kota Bekasi tahun
2019.
Berdasarkan masalah dalam latar belakang yang telah di paparkan diatas
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif di
Puskesmas Duren Jaya Kota Bekasi tahun 2019”.
Jaya menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6
bulan belum mencapai target pemberian ASI eksklusif sebesar 75 %, dimana
dari total bayi 0-6 bulan yang diberikan ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Duren Jaya pada tahun 2017 terdapat sebanyak 242 bayi yang
diberikan ASI eksklusif dari 658 jumlah bayi atau sebanyak 35,8 % dan
mengalami penurunan menjadi 184 bayi yang diberikan ASI eksklusif dari 648
jumlah bayi atau sebesar 28,4% pada tahun 2018. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode kuantitatif, desain penelitian observasional
dengan pendekatan cross sectional. Data yang di gunakan adalah data primer
dengan cara wawancara melalui kuesioner. Sampel dari penelitian ini adalah
ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Duren Jaya
Kota Bekasi dengan teknik pengambilan sampel Cluster Sampling atau
memilih sebuah sampel dari kelompok-kelompok unit yang kecil.