Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Kti Ami

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


DI PMB NELLY SURYANI STR, KEB

Disusun oleh :
Nama: Rahmi Yanda Ridhatullah
Nim: 1915401025

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN
TUANKU TAMBUSAI
RIAU
2022

LAPORAN STUDI KASUS


ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
DI PMB NELLY SURYANI STR, KEB

Disusun oleh :
Nama : Rahmi Yanda Ridhatullah
Nim : 19154010125

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Ahli


Madya Kebidanan

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN
TUANKU TAMBUSAI
RIAU
2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan utama asuhan kehamilan adalah memfasilitasi hasil yang sehat dan
positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya
dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa,
mempersiapkan kelahiran, dan memberikan pendidikan.
Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap
berjalan normal selama kehamilan. Kehamilan dapat menjadi masalah atau
komplikasi setiap saat. Sekarang ini secara umum telah diterima bahwa setiap saat
kehamilan membawa risiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15%
dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang
berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya ( Vivian Nanny
Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011 ).
Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang
terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifar fisiologis bukan
patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang
meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari
kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak
terbukti manfaatnya.
Lingkup asuhan kehamilan meliputi komponen-komponen di bawah ini.
1. Diagnosis an manajemen awal dari kehamilan.
2. Penilaian dan evaluasi kesejahteraan dan kesehatan wanita.
3. Penilaian dan evaluasi kesejahteraan dan kesehatan janin.
4. Keringanan tindakan untuk kegelisahan kehamilan yang umum.
5. Mengantisipasi bimbingan dan instruksi.
6. Skrining komplikasi maternal dan janin.
Pelayanan yang terpusat pada wanita ( women centered ) serta keluarga
( family centere ). Wanita ( ibu ) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti
bahwa asuhan yang diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan
kebutuhan dan kepentingan bidan. Asuhanyang diberikan hendaknya tidak hanya
melibatkan ibu hamil saja melainkan juga keluarganya, dan itu sangat penting
bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian integral atau tak terpisahkan dari ibu
hamil.
Dalam hal pengambilan keputusan haruslah merupakan kesepakatan
bersama antara ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai penentu utama
dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk memilih dan
memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh pelayanan
kebidanannya (Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011).
Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan
memperoleh pengetahuan atau pengalaman yang berhubungan dengan
kehamilannya. Tenaga profesional kesehatan tidak mungkin terus-menerus
mendampingi dan merawat ibu hamil, oleh karena itu ibu hamil perlu mendapat
informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri sendiri secara benar.
Perempuan harus diberdayakan untuk mampu mengambil keputusan tentang
kesehatan diri dan keluarganya melalui tindakan KIE dan konseling yang
dilakukan bidan (Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011)
Gangguan kesehatan dalam masa kehamilan dan kesulitan dalam
persalinan mengakibatkan ancaman, baik bagi jiwa ibu maupun bayi yang
dilahirkan. Keadaan demikianlah yang mendorong keluarga atau ibu untuk
meminta pertolongan pada orang lain yang dianggap mampu. Orang tersebut pada
umumnya adalah seorang wanita setengah baya yang dinamakan dukun bersalin
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011)
Kehamilan dan persalinan adalah peristiwa fisiologi dan alami. Kematian
ibu dan bayi di dalam persalinan terbanyak adalah akibat infeksi dan kelainan
patologis. Pelayanan kebidanan pada awalnya adalah mempersiapkan ibu hamil
agar dapat melahirkan secara alamiah untuk melaksanakan pelayanan kebidanan.
Banyaknya kasus-kasus risiko tinggi yang tidak dapat ditangani terutama
daerah yang jauh dari faktor kesehatan, mendorong pemberian kewenangan bagi
bidan untuk melaksanakan tindakan terhadap kasus-kasus patologis terbatas,
misalnya bidan diberikan kewenangan melakukan tindakan manual plasenta,
forsep kepala letak rendah, pemberian infus, dan pengobatan sederhana (Vivian
Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah asuhan Kebidanan Pada Ibu hamil di
PMB Nelly Suryani wilayah kerja puskesmas kuok tahun 2022 ?

C. Tujuan Penelitian
1. tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil secara continuity of care dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan di PMB Nelly Suryani wilayah
kerja puskesmas kuok tahun 2022.
2. Tujuan khusus
a. Peneliti mampu melakukan pengkajian dengan metode SOAP
b. Melakukan pengkajian subjektif pada ibu hamil di PMB Nelly Suryani
wilayah kerja puskesmas kuok tahun 2022
c. Melakukan pengkajian objektif pada ibu hamil di PMB Nelly Suryani wilayah
kerja puskesmas kuok tahun 2022
d. Melakukan assesment (penegakan diagnosa) pada ibu hamil di PMB Nelly
Suryani wilayah kerja puskesmas kuok tahun 2022
e. Melakukan planning (perencanaa, pelaksanaan, dan evaluasi) pada ibu hamil di
PMB Nelly Suryani wilayah kerja puskesmas kuok tahun 2022

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang dapat
menambah wawasan khususnya mengenai asuhan kebidanan kehamilan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi klien dan keluarga
Diharapkan klien dan keluarga dapat menerima asuhan kebidanan yang aman,
bersih dan sehat.
b. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Data dan hasil yang diperoleh dapat dijadikan sebagai referensi dan masukan bagi
petugas kesehatan terutama bidan sebagai penolong utama ibu hamil untuk
mengoptimalkan pelayanan kesehatan dalam melakukan asuhan kebidanan
kehamilan
c. Bagi institusi
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam penanganan
masalah pemberian asuhan kebidanan pada ibu hamil.

2. Bagi subyek peneliti


Agar subyek atau masyarakat dapat mengetahui bentuk asuhan yang diberikan
pada ibu hamil untuk mencegah faktor risiko maupun komplikasi yang akan
terjadi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Konsep Dasar Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dari ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10
bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3
trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua
15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu
ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2018).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir (HPHT). Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan yaitu
triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan
keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketuju sampai 9 bulan
(Saifuddin, 2011).
2. Tanda-Tanda Kehamilan menurut (Yulizawati, 2017)
a. Tanda tidak pasti kehamilan. Berikut adalah tanda-tanda dugaan adanya
kehamilan:
1) Amenorea (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak
terjadinya pembentukan folikel de Graaf dan ovulasi. Dengan mengetahui hari
pertama haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle, dapat ditentukan
perkiraan persalinan.
2) Mual dan muntah (Emesis). Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah paling utama pada
pagi hari yang disebut dengan morning sickness. Dalam batas yang fisiologis,
keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang
3) Ngidam, wanita hamil yang sering menginginkan makanan tertentu, keinginan
tersebut dinamakan dengan ngidam.
4) Sinkope atau pingsan, terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
yang menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau
pingsan. Keadaan ini dapat hilang setelah usia kehamilan 16 minggu.
5) Payudara tegang, pengaruh estrogen dan progesteron dan somatomamotrofin
menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara membesar
dan tegang. Ujung saraf tertekan yang dapat menyebabkan rasa sakit terutama
pada hamil pertama.
6) Sering buang air kecil, desakan rahim kedepan dapat menyebabkan kandung
kemih cepat terasa penuh dan sering buang air kecil. Pada trimester II, gejala ini
sudah mulai menghilang.
7) Konstipasi atau obstipasi, pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik
usus, yang menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
8) Pigmentasi kulit, keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis
anterior yang dapat menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi (kloasma
gravidarum), pada dinding perut (striae lividae, striae nigra, linea alba makin
hitam) dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mamae, puting susu makin
menonjol, kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh darah manifes sekitar
payudara).
9) Epulis, hipertrofi gusi yang disebut epulis dapat terjadi apabila hamil.
10) Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Disebabkan karena pengaruh
dari estrogen dan progesteron yang menyebabkan penampakan pembuluh darah
vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah
itu terjadi di sekitar genitalia eksterna, kaki, betis dan payudara. Penampakan
pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan.
b. Tanda dugaan kehamilan
1) Rahim membesar, sesuai dengan usia kehamilan.
2) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda Chadwicks,
tanda Piscaseck, kontraksi Braxton Hicks dan teraba ballotement.
3) Pemeriksaantes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian
kemungkinan positif palsu.
c. Tanda pasti kehamilan
1) Gerakan janin di dalam rahim.
2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba pula bagian-bagian janin.
3) Denyut jantung janin, didengar dengan stetoskop Laenec, alat
kardiotokografi, alat Doppler dan dapat dilihat dengan ultrasonografi.

3. Tanda Bahaya Kehamilan


Tanda-tanda bahaya kehamilan antara lain:
a. Perdarahan per vaginam.
b. Sakit kepala yang hebat/menetap
c. Masalah penglihatan (kabur).
d. Bengkak pada muka dan tangan.
e. nyeri perut yang hebat.
f. Gerakan janin berkurang atau menghilang.
g. Deman
h. Mual muntah yang berlebihan.
i. Keluar cairan banyak per vaginam secara tiba-tiba (keluar air
ketuban sebelum waktunya) (Purwanti, 2016).
4. Ketidaknyamanan Umum Pada Kehamilan menurut (Vivian Nanny Lia
Dewi dan Tri Sunarsih, 2011)
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dari seorang wanita.
Namun, selama kunjungan antenatal mungkin ia akan mengeluh bahwa ia
mengalami ketidaknyamanan. Sebagian besar dari keluhan ini adalah hal yang
normal. Sebagai bidan, penting untuk membedakan antara ketidaknyamanan
normal dengan tanda bahaya. Walaupun ketidaknyamanan yang umum dalam
kehamilan tidak mengancam keselamatan jiwa ibu, tetapi hal tersebut dapat
mengganggu ibu. Sebagai seorang bidan harus dapat memberikan asuhan
kebidanan untuk mengatasi keluhan-keluhan tersebut.
Ketidaknyamanan yang terjadi pada kehamilan trimester I adalah sebagai berikut
a. Sakit kepala
penyebab:
1) Kontraksi, ketegangan otot, dan keletihan.
2) Pengaruh hormon, tegangan mata sekunder terhadap perubahan okuler,
kongesti hidung, dinamika cairan saraf yang berubah dan alkalosis pernapasan
ringan.
Cara mencegah:
1) Biofeedback.
2) Teknik relaksasi.
3) Memasase leher dan otot bahu.
4) Penggunaan bungkusan hangat atau es ke leher.
5) Istirahat.
6) Mandi air hangat.
Tanda bahaya:
1) Bila bertambah parah atau terus berlanjut.
2) Jika dibarengi dengan tekanan darah tinggi dan proteinuria (preeklamsia).

b. Rasa mual dan muntah (morning sickness).


penyebab yang persis tidak diketahui, kemungkinan disebabkan hak-hal sebagai
berikut
1) Tingkat HCG dan estrogen/progesteron yang meningkat.
2) Relaksasi otot-otot halus.
3) Metabolisme: perubahan dalam metabolisme karbohidrat.
4) Keletihan.
5) Mekanikal: kongesti, peradangan, penggembungan, dan pergeseran,
Cara mencegah:
1) Hindari bau atau faktor-faktor penyebabnya.
2) Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum bangkit dari tempat tidur di pagi
hari.
3) Makan sedikit-sedikit tapi sering.
4) Duduk tegak setiap kali selesai makan.
5) Hindari makanan dan makanan yang berminyak dan berbumbu keras.
6) Makan makanan kering dengan minum diantara waktu makan.
7) Minum cairan berkarbonat.
8) Bangun dari tidur secara perlahan-lahan dan jangan langsung bergerak.
9) Jangan menggosok gigi segera setelah makan.
10) Minum teh herbal.
11) Istirahat.
Tanda bahaya:
Pertambahan berat badan yang tidak memadai atau kehilangan berat badan
1) Tanda-tanda kurang gizi
2) Hiperemesis gravidarum
3) Perubahan dalam status gizi, dehidrasi, ketidaksinambungan elektrolit,
kehilangan berat badan yang signifikan, ketosis, dan asetonuria.
4) Pastikan tidak ada apendisitis, kolesistitis, dan pankreatitis.

c. Ptyalism (ludah berlebihan).


Patogenesisnya tidak diketahui.

d. Mengidam.
1) Sering dikaitkan dengan anemia akibat kekurangan zat besi.
2) Bisa merupakan tradisi
Cara mencegah:
1) Tidak perlu dikhawatirkan selama diet dalam arti tetap memadai.
2) Didiklah wanita tentang bahaya makanan yang tidak benar.
3) Bahaslah rencana makanan yang dapat diterima yang mengandung gizi yang
diperlukan, serta memuaskan rasa mengidam atau tradisi adat.
Tanda bahaya:
1) Jika pertambahan berat badan tidak memadai atau terjadi kekurangan berat
badan
2) Diikuti tanda-tanda gejala anemia karena kekurangan zat besi atau infeksi.
3) Tanda-tanda kurang gizi.
4) Jika bahan ngidam adalah bahan beracun atau jika bahan gizi yang dimakan
berada dalam jumlah yang tidak diperbolehkan.

e. Keringat bertambah.
1) Kegiatan kelenjar apokrin meningkat kemungkinan akibat perubahan hormonal
2) Kegiatan kelenjar eksokrin meningkat karena kegiatan kelenjar tiroid yang
meningkat, serta berat badan dan kegiatan metabolik yang meningkat.
3) Keringat telapak karena kegiata adrenokortisol.
4) Kegiatan kelenjar sebaseous.
Cara mencegah:
1) Pakailah pakaian yang tipis dan longgar.
2) Banyak minum.
3) Mandi secara teratur.

f. Kelelahan.
1) Kemampuan gerak usus yang berkurang yang mengaruh ke perlambatan waktu
pengosongan.
2) Tekanan uterus yang membesar terhadap usus besar.
3) Penelanan udara.
Cara mecegah:
1) Hindari makan makanan yang menghasilkan gas.
2) Mengunyah makanan secara sempurna.
3) Senam secara teratut
4) Pertahankan kebiasaan buang air secara teratur.

g. Hindari tersumbat/berdarah.
1) Tingkat estrogen dan progesteron yang meningkat.
2) Pembesaran kapiler.
3) Relaksasi otot halus vaskuler serta tegangan vaskuler hidung.
4) Volume darah sirkulasi yang meningkat.
Cara mencegah:
Gunakan vaprorizer udara dingin.
Tanda bahaya:
Dingin, demam > 38,30 C.
h. Gatal-gatal.
Kemungkinan karena hipersensitivitas terhadap antigen plasenta.
Cara mencegah:
1) Gunakan kompres atau mandi dengan siraman air sejuk.
2) Gunakan cara mandi outmeal.
Tanda bahaya:
1) Pruritis gravidarum (intrahepatik kolestasis kehamilan) tanpa atau dengan sakit
kuning yang berkaitan dengannya.
2) jika dibarengi dengan mual dan muntah, sakit kuning dan kolestasis.
3) Tanda-tanda dermatosis lainnya.

i. Frekuensi kemih meningkat.


1) Tekanan uterus atau kandung kemih.
2) Nokturia akibat ekskresi sodium yang meningkat dengan kehilangan air yang
wajib dan bersamaan.
3) Air dan sodium terperangkap di dalam tungkai bawah selama siang hari karena
statis vena, sedangkan pada malam hari terdapat aliran kembali vena yang
meningkat dengan akibat peningkatan dalam jumlah output.
Cara mencegah:
1) Penjelasan mengenai sebab-sebabnya.
2) Kosongkan kandung kemih saat terasa dorongan untuk berkemih.
3) Perbanyak minum pada siang hari.
4) Kurangi minum mendekati waktu tidur pada malam hari untuk mencegah
nokturia.
5) Batasi minum bahan diuretik alamiah.
Tanda bahaya:
1) Wanita hamil beresiko untuk terkena infeksi salurah kemih dan pyelonefritis
karena ginjal dan kantong kemih berubah.
2) Dysuria.
3) Oliguria.
4) Asimtomatik bakteriuria yang umum dijumpai pada kehamilan.
j. Diare.
1) Mungkin karena hormon.
2) Mungkin dari makanan
3) Efek samping dan virus.
Cara mencegah:
1) Cairan pengganti atau rehidrai moral.
2) Hindari makanan berserat tinggi.
3) Makan sedikit tapi sering.
Tanda bahaya:
1) Dehidrasi.
2) Demam, terdapat darah dalam kotoran.

k. Keputihan.
1) Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari.
2). Pakailah pakaian yang terbuat dari katun atau bahan dengan daya serap tinggi.
3) Hindari pakaian dalam yang terbuat dari nilon.

5. Faktor-faktor yang memengaruhi kehamilan menurut (Ari Sulistyawati,


2011).
a. Faktor Fisik
(1) Kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun akan sangat
menetukan proses kelahirannya. Hal ini pun turut memengaruhi kondisi janin.
(2) Pada proses pembuahan, kualitas sel telur wanita usia ini sudah menurun jika
dibandingkan dengan sel telur pada wanita dengan usia reproduksi sehat (25-30
tahun).
Jika pada proses pembuahan, ibu mengalami gangguan sehingga menyebabkan
terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan buah kehamilan, maka
kemungkinan akan menyebabkan terjadinya Intra-Uterine Growth Retardation
(IUGR) yang berakibat Bayi Berat Lahir rendah (BBLR).
(3) Kontraksi uterus juga sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik ibu. Jika ibu
mengalami penurunan kondisi, terlebih pada primitua (hamil pertama dengan usia
ibu lebih dari 40tahun) maka keadaan ini harus benar-benar diwaspadai.

b). Segi positif hamil di usia tua.


(1) Kepuasan peran di usia tua.
(2) Merasa lebih siap.
(3) Pengetahuan mengenai perawatan kehamilan dan bayi lebih baik.
(4) rutin melakukan pemeriksaan kehamilan.
(5) Mampu mengambil keputusan.
(6) Karier baik, status ekonomi lebih baik.
(7) Perkembangan intelektual anak lebih tinggi,
(8) Periode menyusui lebih lama.
(9) Toleransi pada kelahiran lebih besar.

c) Kehamilan Multipel
Pada kasus kehamilan multipel (kehamilan lebih dari satu janin) biasanya
kondisi ibu lemah. Ini disebabkan oleh adanya beban ganda yang harus
ditanggung, baik dari pemenuhan nutrisi, oksigen, dan lain-lain. Biasnaya
kehamilan multipel mengindikasikan adanya beberapa penyulit pada proses
persalinannya, sehingga persalinan operatif (sectio caesaria-SC) lebih
dipertimbangkan. Dengan demikian jika dilihat dari segi biaya, proses persalinan
dari kehamilan multipel akan lebih tinggi jika dibanding dengan kehamilan
tunggal, mengingat adanya kemungkinan terjadinya persalinan SC. Selain itu
risiko adanya kematian dan cacat harus juga dipertimbangkan.
Ketika bayi sudah lahir kemungkinan ketegangan dalam merawat bayi
akan terjadi, karena ibu harus berkonsentrasi dua kali lipat daripada bayi tunggal,
namun adanya keunikan-keunikan akan membawa kebahagiaan tersendiri bagi
keluarga.
d) Kehamilan dengan HIV
Pada kehamilan dengan ibu yang mengidap HIV, janin akan menjadi
sangat rentan terhadap penularan selama proses kehamilannya. Virus HIV
kemungkinan besar akan ditransfer melalui plasentake dalam tubuh bayi.
Para penderita HIV dalam proses perjalanan penyakitnya akan mengalami
penurunan kondisi tubuh jika tidak mendapatkan penanganan dan pemantauan
yang adekuat dari tenaga kesehatan. Terlebih pada penderita HIV yang akan
sedang menjalani proses kehamilan, karena pada kondisi tersebut banyak terjadi
perubahan pada sistem tubuhnya.
Selain adanya pengaruh fisik terhadap ibu dan bayi, hal lain yang tak kalah
pentingnya dan harus dipertimbangkan oleh tenaga kesehatan ketika memberikan
asuhan adalah kondisi pskologis ibu. Pada ibu hamil dengan HIV akan mengalami
kehilangan, cemas dan depresi, dilema, serta khawatir dengan kesehatan bayinya.

2) Status Gizi
Pemnuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat sangat mutlak dibutuhkan oleh ibu
hamil agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi yang dikandungnya dan persiapan fisik ibu untuk menghadapi
persalinan dengan aman.

3) Gaya Hidup
Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup masyarakat
sekarang,ternyata ada beberapa gaya hidup lain yang cukup merugikan kesehatan
seorang wanita hamil. Misalnya kebiasaan begadang, bepergian jauh dengan
berkendara motor, dan lain-lain. Gaya hidup ini akan mengganggu kesejahteraan
bayi yang dikandungnya karena kebutuhan istirahat mutlak harus dipenuhi.

4) Perokok/Alkohol
Ibu hamil yang merokok akan sangat merugikan dirinya dan bayinya. Bayi akan
kekurangan oksigen dan racun yang diisap melalui rokok dapat ditrasfer lewat
plasenta ke dalam tubuh bayi. Pada ibu hamil dengan merokok berat kita harus
waspada akan risiko keguguran, kelahiran prematur, BBLR, bahkan kematian
janin.

5) Hamil di Luar Nikah/Kehamilan yang Tidak Diharapkan


Jika kehamilan tidak diharapkan, maka secara otomatis ibu akan sangat membenci
kehamilannya, sehingga tidak ada keinginan dari ibu untuk melakukan hal-hal
postif yang dapat meningkatkan kesehatan bayinya.

b. Faktor Psikologis
1) Stresor Internal
Ini meliputi faktor-faktor pemicu stres ibu hamil yang berasal dari diri ibu
sendiri. Adanya beban psikologis yang ditanggung oleh ibu dapat menyebabkan
gangguan perkembangan bayi yang nantinya akan terlihat ketika bayi lahir. Anak
akan tumbuh menjadi seorang dengan kepribadian yang tidak baik, bergantung
pada kondisi stres yang dialami oleh ibunya, seperti anak yang menjadi seorang
dengan kepribadian temperamental, autis, atau orang yang terlalu rendah diri
(minder). Ini tentu saja tidak kita harapkan. Oleh karena itu, pemantauan
kesehatan psikologis pasien sangat perlu dilakukan.

2) Stresor Eksternal
Pemicu stres yang berasal dari luar, bentuknya sangat bervariasi. Misalnya
masalah ekonomi, konflik keluarga, pertengkaran dengan suami, tekanan dari
lingkungan (respon negatif dari lingkungan pada kehamilan lebih dari 5 kali), dan
masih banyak kasus yang lain.

3) Dukungan Keluarga
Setiap tahap usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan baik yang
bersifat fisik maupun psikologis. Ibu harus melakukan adaptasi pada setiap
perubahan yang terjadi di mana sumber stres terbesar terjadi karena dalam rangka
melakukan adaptasi terhadap kondisi tertentu.
Dalam menjalani proses itu, ibu hamil sangat membutuhkan dukungan yang
intensif dari keluarga dengan cara menunjukkan perhatian dan kasih sayang.

4)Penyalahgunaan Obat
Kekerasan yang dialami oleh ibu hamil di masa kecil akan snagat
membekas memengaruhi kepribadiannya. Ini perlu kita berikan perhatian karena
pada pasien yang mengalami riwayat ini, tenga kesehatan harus lebih maksimal
dalam menempatkan dirinya sebagai teman atau pendamping yang dapat dijadikan
tempat bersandar bagi pasien dalam masalah kesehatan. Pasien dengan riwayat ini
biasanya tumbuh dengan kepribadian yang tertutup.

5) Kekerasan yang Dilakukan oleh Pasangan (Partner Abuse)


Hasil penelitian menunjukkan bahwa korban kekerasan terhadap
perempuan adalah wanita yang telah bersuami. Setiap bentuk kekerasan yang
dilakukan oleh pasangan harus selalu diwaspadaioleh tenaga kesehatan jangan
sampai kekerasan yang terjadi akan membahayakan ibu dan bayinya. Efek
psikologis yang muncul adalah gangguan rasa aman dan nyaman pada pasien.
Sewaktu-waktu pasien akan mengalami perasaan terancam yang akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janinnya.

c. Faktor Lingkungan, Sosial, D an Budaya


1) Kebiasaan, Adat Istiadat
Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang yang merugikan kesehatan ibu
hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan bijaksana, jangan
smapai menyinggung “kearifan lokal” yang sudah berlaku di daerah tersebut.
Penyampaian mengenai pengaruh adat dapat melalui berbagai teknik, misalnya
melalui media massa, pendekatan tokoh masyarakat, dan penyuluhan yang
menggunakan media efektif. Namun, tenaga kesehatan juga tidak boleh
mengesampingkan adanya kebiasaan yang sebenarnya menguntungkan bagi
kesehatan. Jika kita menemukan adanya adat yang sama sekali tidak berpengaruh
buruk terhadap kesehatan, tidak ada salahnya jika memberikan respons yang
positif dalam rangka menjalin hubungan yang sinergis dengan masyarakat.

2) Fasilitas Kesehatan
Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menentukan
kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya
penyulit akan lebih tepat, sehingga langkah antisipatif akan kebih cepat
diambil.Fasilitas kesehatan ini sangat menentukan atau berpengaruh terhadap
upaya penurunan angka kesehatan ibu (AKI).

3) Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat sosial
ekonomi yang baik, otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan
psikologis yang baik pula. Status gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang
didapatkan berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis
mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan seahri-hari setelah bayinya
lahir.

4) Kekerasan dalam Kehamilan


Terjadinya kekerasan dalam kehamilan akan sangat memengaruhi
kesehatan ibu dan bayi. Tekanan psikologis yang dialami oleh ibu akan membawa
dampak yang sangat tidak baik bagi bayinya. Jika ibu mengalami depresi, maka
kemungkinan besar motivasi ibu untuk merawat bayi juga akan menurun,
sehingga bidan perlu waspada terhadap adanya penyulit dan komplikasi tersebut.

5) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu hamil juga sangat berperan dalam kualitas
perawatan bayinya. Informasiyang berhubungan dengan perawatan kehamilan
sangat dibutuhkan, sehingga akan meningkatkan pengetahuannya. Penguasaan
pengetahuan erat kaitannya dengan tingkat pendidikan seseorang. Penelitian
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin baik
pula pengetahuannya tentang sesuatu. Pada ibu hamil dengan tingkat pendidikan
yang rendah kadang ketika tidak mendapatkan cukup informasi mengenai
kesehatannya, maka ia tidak tahu mengenai bagaimana cara melakukan perawatan
kehamilan yang baik.

6) Pekerjaan
Pekerjaan seseorang akan menggambarkan aktivitas dan tingkat
kesejahteraan ekonomi yang akan didapatkan, Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa ibu yang bekerja mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik daripada
ibu yang tidak bekerja, Karena pada ibu yang bekerja akan lebih banyak memiliki
kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga lebih mempunyai
banyak peluang juga untuk mendapatkan informasi seputar keadaannya.

6. Tanda-Tanda Bahaya/ Komplikasi Pada Ibu Dan Janin Selama Masa


Kehamilan
a. Kehamilan Muda
1) Perdarahan per Vagina
a) Abortus
(1) Abortus imminens.
Sering juga disebut dengan keguguran membakat dan akan
terjadi jika ditemukan perdarahan pada kehamilan muda, namun
pada tes kehamilan masih menunjukkan hasil yang positif.
Dalam kasus ni keluarnya janin masih dapat dicegah dengan
memberikan terapi hormonal dan antispasmodik serta istirahat.
Jika setelah beberapa minggu ternyata perdarahan masih
ditemukan dan dalam dua kali tes kehamilan menunjukkan hasil
yang negatif, maka harus dilakukan kuretase karena hal tersebut
menandakan abortus sudah terjadi.
(2) Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung).
Abortus insipiens terjadi apabila ditemukan adanya perdarahan
pada kehamilan muda disertai dengan membukanya ostium uteri
dan terabanya selaput ketuban. Penanganannya sama dengan
abortus inkompletus.
(3) Abortus habitualis (keguguran berulang).
Pasien termasuk dalam abortus tipe ini jika telah mengalami
keguguran berturut-turut selama lebih dari tiga kali.
(4) Abortus inkompetus (keguguran bersisa).
Tanda pasien dalam abortus tipe ini adalah jika terjadi
perdarahan per vagina disertai pengeluaran desidua atau
plasenta. Gejala yang disertai adalah amenore, sakit perut karena
kontraksi, perdarahan yang keluar bisa banyak atau sedikit. Pada
pemeriksaan dalam ditemukan ostium yang terbuka dan kadang
masih teraba jaringan, serta ukuran uterus yang lebih kecil dari
usia kehamilannya.
Jika terdapat tanda-tanda syok, maka atasi terlebih dahulu
dengan pemberian trasnfusi darah dan cairan, kemudian
keluarkan jaringan secepatnya dengan metode digital
(menggunakan dua jari) atau kuretase, dan selanjutnya berikan
obat-obat uterotonika dan antibiotik.
(5) Abortus kompletus (keguguran lengkap)
Pada abortus jenis ini akan ditemukan pasien dengan perdarahan
per vagina disertai dengan pengeluaran seluruh hasil konsepsi
(janin dan desidua) sehingga rahim dalam keadaan kosong.

b. Kehamilan Mola
Disebut kehamilan anggur, yaitu adanya jonjot korion (chorionic villi) yang
tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung
banyak cairan sehingga menyerupai anggur atau mata ikan. Ini merupakan
benutk neoplasma trofoblas yang jinak (benigna). Pasien dengan kehamilan
jenis ini akan memiliki tanda dan gejala sebagai berikut.
1) Pada anamnesis ditemukan tanda dan gejala seperti berikut ini:
a) Terdapat gejala-gejala kehamila muda yang lebih nyata dari
kehamilan normal, misalnya mual muntah yang berlebihan.
b) Kadang kala ada tanda toksemia gravidarum (pusing, gangguan
penglihatan, dan tekanan darah tinggi).
c) Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, warna tengguli tua
atau kecoklatan seperti bumbu rujak, tidak teratur.
d) Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
e) Keluar jaringan mola (seperti anggur) yang merupakan diagnostik
pasti, namun jaringan mola ini tidak selalu ditemukan.
2) Pada inspeksi ditemukan tanda dan gejala seperti berikut ini.
a) Muka dan terkadang badan kelihatan lebih pucat atau kekuning-
kuningan,yang disebut muka mola.
b) Jika gelembung mola sampai keluar, maka tanda ini akan kelihatan
lebih jelas.
3) Pada palpasi ditemukan tanda dan gejala seperti berikut ini,
a) Uterus membesar tetapi tidak sesuai dengan usia kehamilan yang
seharusnya.
b) Tidak teraba bagian-bagian ballottement janin dan gerakan janin.
c) Adanya fenomena harmonika, yaitu tinggi fundus uteri yang turun
ketika darah dan gelembung mola keluar, namun akan naik kembali
karena terkumpulnya mola dan darah baru.
4) Pada auskultasi ditemukan tanda dan gejala seperti berikut ini.
a) Tidak terdengar DJJ
b) Terdengar bising dan bunyi khas.
5) Pada tes kehamilan ditemukan kadar HCG yang tinggi.
6) Pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda dan gejala seperti berikut
ini:
a) Rahim lebih besar.
b) Konsistensi lebih lembek.
c) Tidak ada baian-bagian janin.
d) Terdapat perdarahan.
e) teraba jaringan di kanalis servikalis dan vagina.
7) Uji sonde
Uji sonde dilakukan dengan metode Acosta- Sison. Sonde (penduga
rahim) dimasukkan secara perlahan-lahan dan hati-hati ke dalam
kanalis servikalis dabn kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, diputar
setelah itu ditarik sedikit, bila tetap tidak tahanan, maka kemungkinan
mola.
8) Pada foto rontgen abdomen tidak terlihat adanya kerangka janin(pada
usia kehamilan lebih dari tiga bulan).
9) Pada pemeriksaan USG ditemukan adanya gambarana badai salju
(gerakan khas pada kehamilan mola) dan tidak terlihat adanya janin.

c. Kehamilan Ektopik
Dinamakan kehamilan ektopik jika kehamilan dengan hasil konsepsi tidak
berada di dalam endomentrium uterus. Keadaan ini akan meningkat menjadi
kehamilan ektopik terganggu (KET) pada usia kehamilan lebih dari 10
minggu.Sebagian besar KET terjadi pada kehamilan yang terletak di tuba.
Diagnosis dan gejala-gejala klinis yang biasanya ditemui adalah sebagai
berikut:
1) Pada anamnesis ditemukan tanda dan gejala amenore serta keluhan
hamil muda dan gejala hamil lainnya.
2)Pada KET jika terjadi abortus tuba, maka kemungkinan keluhan tidak
begitu berat, hanya ada rasa sakit di perut dan pengeluaran darah per
vagina, yang kadang dikacaukan dengan abortus biasa. Namun, bila
terjadi ruptur tuba, maka gejala akan lebih hebat dan dapat
membahayakan jiwa ibu.
3) Perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba di perut seperti di iris-iris
dengan pisau disertai dengan muntah dan bisa sampai jatuh pingsan.
4) Tanda-tanda akut nyeri abdomen adalah sebagai berikut:
a) Nyeri tekan yang hebat
b) Muntah, gelisah, pucat, dan anemis.
c) Pada pemeriksaan tanda vital didapat denyut nadi yang kecil dan
halus, serta tekanan darah yang rendah sampai tidak terukur.
5) Nyeri bahu karena adanya ransangan ke diafragma
6) Terdapat tanda cullen, yaitu adanya warna biru lebam pada linea alba
atau sekitar pusat.
7) Pada pemeriksaan dalam didapati adanya tanda-tanda berikut.
a) Adanya nyeri goyang porsio, yaitu nyeri hebat yang dirasakan ibu
ketika porsio digerakkan/digoyangkan.
b) Douglas crise, yaitu rasa nyeri tekan yang hebat ketika kavum
douglas ditekan.
c) Kavum douglas teraba menonjol karena adanya penumpukan darah.
d) Teraba massa retrouterin (massa pelvis).
8) Per vaginam keluar desidual cast.
9) Pada pemeriksaan palpasi dan perkusi terdapat tanda-tanda perdarahan
intra-abdominal
10) Pada pemeriksaan Hb serial (diperiksa setiap satu jam) didapat
penurunan kadar Hb, selain itu juga terjadi leukositosis
11) Kuldosentesis (douglas pungsi)
a) Bertujuan untuk mengetahui adakah darah dalam kavum douglas
b) Bila keluar darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak
membeku atau hanya bekuan kecil-kecil diatas kain kassa maka hal itu
dikatakan positif (fibrinasi), dan menunjukkan adanya hematoma
retrouterin.
12) Cara lain yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa KET adalah
dengan pemeriksaan diagnostik laparaskopi USG.

d. Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat
membahayakan kehidupan. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan
hiperemesis adalah sebagai berikut.
1) Kemungkinan vili korialis masuk ke dalam darah.
2) Adanya faktor alergi.
3) Adanya faktor predisposisi, seperti primigravida dan overdistensi
rahim.
4) Adanya faktor psikologis, seperti ketidakharmonisan dalam rumah
tangga, kehamilan yang tidak diinginkan, atau ketidaksiapan untuk
memiliki anak (takut untuk hamil). Hiperemesis gravidarum memiliki
gejala-gejala yang berbeda sesuai dengan tingkatannya. Berikut adalah
uraian mengenai gejala hiperemesis gravidarum berdasarkan tingkat
keparahannya.
1) Tingkat I
a) Mual muntah terus-menerus sehingga memengaruhi keadaan
umum, terjadi dehidrasi.
b) Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dan dapat
disertai dengan naiknya suhu tubuh.
c) Nyeri epigastrium.

2) Tingkat II
a) Dehidrasi bertambah, yang ditandai dengan.
(1) Turgor kulit makin berkurang.
(2) Lidah kering dan kotor.
(3) Berat badan menurun.
(4) Mata cekung.
b) Gangguan sirkulasi darah, yang ditandai dengan.
(1) Nadi cepat dan tekanan darah menurun.
(2) Hemokonsentrasi.
(3) Oliguria.
(4) Obstipasi.

c) Gangguan metabolisme, yang ditandai dengan:


(1) Terjadi metabolisme anaerob dalam pemecahan lemak yang
menyebabkan adanya badan keton, dijumpai dalam urine dan
napas (bau keton)
(2) Gangguan fungsi liver, terjadi ikterus.

3) Tingkat III
a) Dehidrasi makin berat.
b) Mual muntah berhenti.
c) Terjadi perdarahan dari esofagus dan retina.
d) Gangguan fungsi liver (ikterus) yang terus meningkat.
e) Penurunan kesadaran, somnolen sampai koma.
f) Gangguan saraf berupa ensefalopati wernickle, yang ditandai
dengan.
(1) nistagnus.
(2) diplopia.
(3) Perubahan mental.

Diagnosis hiperemesis gravidarum dapat mudah digerakkan, yaitu melalui


beberapa gambaran klinis yaitu:
1) Amenore.
2) Mual muntah berlebihan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
3) Nyeri perut bagian bawah.
a) Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal
adalah tidak normal.
b) Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang
mengancam kesehatan jiwa dengan ciri-ciri nyeri hebat, dan tidak
hilang setelah beristirahat. Hal ini dapat mengindikasikan terjadinya:
(1) Kehamilan ektopik.
(2) Abortus.
(3) Apendisitis.
(4) Penyakit radang panggul.
(5) persalinan prematur (preterm).
(6) Penyakit infeksi kelamin akibat hubungan seksual.
(7) Gastritis.
(8) Penyakit kantong empedu.
(9) Uterus yang iritabilitas.
(10) Infeksi salurah kemih.
b. Kehamilan Lanjut
1) Perdarahan per vaginam
a) Plasenta previa
(1) Definisi.
Keadaan di mana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh jalan lahir.
(2) Klasifikasi.
Belum ada kata sepakat di kalangan para ahli mengenai klasifikasi
plasenta previa, dikarenakan keadaan yang berubah-ubah seiring
dengan bertambahnya usia kehamilan (besarnya uterus). Misalnya
pada bulan ketujuh masuk dalam klasifikasi plasenta previa totalis,
namun pada akhir kehamilan berubah menjadi plasenta previa
lateralis. Ada beberapa ahli yang menganjurkan untuk menegakkan
diagnosis yang sesuai dengan keadaan saat diperiksa (moment
opname).
Menurut De Snoo, diagnosis plasenta previa ditegakkan
berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm, dan jika dikombinasikan dari
pendapat beberapa ahli kebidanan di Amerika, maka ditetapkan
tiga klasifikasi plasenta previa, yaitu sebagai berikut:
(a) Plasenta previa totalis (sentralis):seluruh ostium ditutupi
plasenta.
(b) Plasenta previal parsialis (lateralis):sebagian ostium ditutupi
plasenta.
(c) Plasenta previa letak rendah (marginalis):tepi plasenta berada
3-4 cm diatas pinggir pembukaan, pada pemeriksaan dalam
tidak teraba.
(3) Diagnosis dan gambaran klinis.
(a) Anamnesis.
Keluhan utama pasien ketika datang ke fasilitas kesehatan
biasanya karena ada perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu atau pada kehamilan lanjut (tirmester III). Sifat
perdarahannya tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang.
Kadang terjadi pada bangun tidur di pagi hari, tanpa disadari
tempat tidur sudah penuh dengan darah. Jumlah darah yang
keluar biasanya akan bertambah banyak dari jumlah darah
yang keluar sebelumnya. Banyak sedikit nya darah yang
keluar tergantung pada seberapa besar bagian plasenta yang
lepas dan pembuluh darah yang putus oleh
pelepasan/robeknya plasenta.
(b) Inspeksi
Adanya perdarahan per vaginam dengan jumlah banyak atau
sedikit dan berwarna merah segar. Apabila perdarahan
banyak, ibu akan tampak pucat
(c) Palpasi abdomen.
Janin sering dalam keadaan belum cukup bulan, sehingga
TFU masih rendah dan sering dijumpai kesalahan letak janin
(sungsang, lintang) serta bagian terbawah janin belum turun.
Jika presentasi kepala, biasanya masih dapat digoyangkan.
(d) Pemeriksaan inspekulo.
Dengan memakai spekulum secara hati-hati, untuk melihat
sumber perdarahan, apakah dari dalam uterus, kelainan
vagina, atau pecahnya varises. Pemeriksaan USG terlihat
letak plasenta di segmen bawah rahim. Pemeriksaan dalam
merupakan teknik yang paling jelas dalam menegakkan
diagnosis plasenta previa, namun bahayanya juga paling
besar.
Bahaya pemeriksaan dalam pada plasenta previa antara lain,
yaitu dapat menyebabkan perdarahan yang hebat, dapat
menimbulkan infeksi, dan merangsang his (kontraksi rahim)
yang akan memicu terjadinya partus prematurus. Kegunaan
pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum adalah untuk
menegakkan diagnosis mengenai penyebab perdarahan.

b) Solusio Plasenta
Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas
sebagian atau seluruhnya sebelum janin lahir, biasanya dihitung sejak
usia kehamilan lebih dari 28 minggu. Solusio plasenta menurut derajat
lepasnya plasenta dibagi menjadi: solusio plasenta lateralis (sebagian
yang terlepas), totalis (seluruh bagian sudah terlepas), prolapsus
( kadang-kadang tur ke bawah dan teraba pada pemeriksaan dalam.
(1) Diagnosis dan gambaran klinis
(a) Anamnesis nya yaitu perasaan sakit tiba-tiba di perut,
terkadang pasien dapat melokalisasi tempat sakit yang tepat
dengan tempat terlepasnya plasenta. Perdarahan per vaginam
yang sifatnya bisa hebat dan pergerakan janin yang hebat
kemudian melemah sampai dengan tidak bergerak lagi. Kepala
yang terasa pusing, lemas, mual dan muntah, pnadangan kabur
serta ibu kelihatan anemis.
(b) Inspeksi
Pasien akan gelisah, pucat, sianosis, keringat dingin dan sering
merintih kesakitan. Kelihatan darah keluar per vaginam, fundus
uteri yang tambah naik karena terbentuknya hematoma
retroplasenta, uterus teraba tegang dan keras seperti papan, nyeri
tekan terutama di tempat lepasnya plasenta serta bagian-bagian
jain sudah dikenali karena uterus tegang seperti papan.
(c) Auskultasi
Sulit, karena uterus tegang dan bila terdengar biasanya frekuensi
diatas 140 kali per menit. Apabila dilakukan pemeriksaan
laboratorium maka didapati adanya albumin positif pada urin
dan pemeriksaan darah didapati Hb yang menurun. Serta
pemeriksaan plasenta dilakukan setelah bayi lahir, plasenta
tampak tipis dan cekung dibagian yang terlepas dan terdapat
koagulum atau bekuan darah dibelakang plasenta yang disebut
hematoma retroplasenta.

7. Perubahan Dan Adaptasi Fisiologi Dan Psikologis Kehamilan


a. Perubahan Adaptasi Fisiologi Kehamilan
1) Uterus
Selama masa kehamilan, uterus akan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan.
Uterus yang mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah
besar dengan sangat cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti
keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada
perempuan yang tidak hamil, uterus mempunyai berat 70 g dan kapasitas
lebih kurang 10 ml. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi
suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amion
rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 I bahkan
dapat mencapai 20 I atau lebih dengan berat rata-rata 1100 g
(Prawirohardjo, 2018).
Pada awal kehamilan akan terjadi penebalan uterus yang distimulasi
terutama oleh hormon estrogen dan sedikit oleh progesteron. Hal ini
dapat terlihat dengan perubahan uterus pada awal kehamilan yang mirip
dengan kehamilan ektopik. Akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu
lebih bertambah lagi ukuran uterus yang didominasi oleh desakan dari
hasil konsepsi. Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih
seperti bentuk aslinya seperti buah avokad.
Seiring dengan perkembangan kehamilan, darah fundus dan korpus akan
membulat dan akan menjadi sferis pada usia kehamilan 12 minggu.
Panjang uterus tersebut akan bertambah menjadi lebih cepat
dibandingkan lebarnya sehingga akan berbentuk oval. Ismus uteri pada
minggu pertama akan mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri yang
mengakibatkan ismus menjadi lebih Panjang dan lunak yang dikenal
dengan tanda Hegar (Prawirohardjo, 2018).

Gambar 2.1 Tanda Hegar (Saifuddin,2018)

Sejak trimester pertama kehamilan, uterus akan mengalami kontraksi


yang tidak teratur dan umumnya tidak disertai nyeri. Pada trimester
kedua kontraksi ini akan dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual.
Fenomena ini pertama kali diperkenalkan oleh Braxton hick pada tahun
1872 sehingga disebut dengan kontraksi Braxton hick.
Kontraksi ini muncul tiba-tiba dan sporadic, intensitasnya bervariasi
antara 5-25 mmHg sampai bulan terakhir kehamilan. Kontraksi ini sangat
jarang dan meningkat pada satu atau dua minggu sebelum persalinan. Hal
ini erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah reseptor oksitosin dan
gap junction diantara sel-sel myometrium. Pada saat ini, kontraksi ini
akan terjadi setiap 10-20 menit, dan pada
akhir kehamilan kontraksi ini akan menyebabkan rasa yang tidak nyaman
dan akan dianggap sebagai persalinan palsu (Prawirohardjo, 2018).

Gambar 2.2 Pembesaran uterus (Saifuddin, 2018)

2) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi, serviks akan berybah menjadi lebih lunak
dan kebiruan. Perubahan ini diakibatkan karena penambahan
vaskularisasi dan terjadi edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan
terjadinya hipertrofi dan hyperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks.
Perbedaan kontras dengan korpus, Serviks hanya memiliki 10-15% otot
polos. Jaringan ikat ekstra selular serviks terutama kolagen tipe 1 dan 3
dan sedikit tipe 4 pada membrana basalis. Diantara molekul-molekul
kolagen itu, berkat alasi glikosaminoglikan dan proteglikan, terutama
dermatan sulfat, asam hialuronat, dan heparin sulfat. Juga ditemukan
fibronektim dan elastis diantara serabut kolagen. Rasio tertinggi elastin
terhadap kolagen terdapat di ostium interna. Baik elastin maupun otot
polos semakin turun jumlahnya mulai dari ostium interna ke ostium
eksterna (Saifuddin, 2018).
Pada akhir trimester pertama kehamilan, berkas kolagen menjadi kurang
kuat terbungkusnya. Hal ini terjadi akibat adanya penurunan konsentrasi
kolagen secara keseluruhan. Dengan sel-sel otot polos dan jaringan
elastis, serabut kolagen Bersatu dengan arah parallel terhadap sesamanya
sehingga serviks menjadi lebih lunak dibandingkan kondisi tidak hamil,
tetapi tetap mampu mempertahankan kehamilan (Saifuddin, 2018).
Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan sehingga siklus
kehamilan yang berikutnya akan berulang. Waktu yang tidak tepat untuk
perubahan yang kompleks ini akan mengakibatkan persalinan preterm,
penundaan persalinan menjadi post term dan bahkan gangguan persalinan
spontan (Saifuddin, 2018).
3) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan ini akan terhenti dan pematangan
folikel baru juga akan ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat
ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7
minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil
progesterone dalam jumlah yang cukup relative minimal (Saifuddin,
2018).
4) Vagina dan perineum
Selama kehamilan, peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas
pada kulit dan otot-otot yang ada di perineum dan vulva, sehingga pada
vagina terlihat berwarna keunguan-unguan yang dikenal dengan tanda
chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya
sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos (Saifuddin,
2018).
5) Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah
payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan namastriae
gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan sering kali
ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dan
striae sebelumnya. Dan garis pertengahan perutnya (linea alba) akan
berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra.
Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah epidermal
dan dermal yang penyebab pastinya belum diketahui. Adanya
peningkatan kadar serum melanocyte stimulating hormone pada akhir
bulan kedua masih sangat diragukan sebagai penyebabnya. Estrogen dan
progesteron diketahui mempunyai peran dalam melanogenesis dan
diduga bisa menjadi faktor pendorongnya (Prawirohardjo, 2018).
6) Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya akan
menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah
ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Putting
payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak. Setelah bulan pertama,
suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar.
Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi.
Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum bisa diproduksi karena
hormone prolactin ditekan oleh prolactin inhibiting hormone. Setelah
persalinan kadar progesterone dan estrogen akan menurun sehingga
pengaruh sinhibisi progesterone terhadap laktal bulmin akan hilang.
Peningkatan prolactin akan sistensis lactose yang pada akhirnya akan
meningkat menjadi produksi air susu. Pada bulan yang sama aerola akan
lebih besar dan kehitaman. Kelenjar Montgomery, yaitu kelenjar sebasea
dari areola akan lebih besar dan cenderung menonjol keluar. Jika
payudara makin membesar, striae akan muncul di bagian perut. Ukuran
payudara sebelum kehamilan tidak mempunyai hubungan dengan
banyaknya air susu yang akan dihasilkan (Prawirohardjo, 2018).
7) Perubahan metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari
uterus. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ektraseluler.
Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg.
Tabel 2.1
Rekomendasi penambahan berat badan selama
kehamilan berdasarkan indeks masa tubuh
( Prawirohardjo,2018)
Kategori IMT Rekomendasi (kg)

Rendah <19,8 1 12,5-18

Normal 19,8-26 11,5-16

Tinggi 26-29 7-11,5

Obesitas >29 ≥7

Gemelli - 16-20,5

Pada trimester ke-2 dan ke-3 dianjurkan menambah berat badan


perminggu sebesar 0,4 kg sementara ibu hamil dengan gizi kurang atau
berlebih dianjurkan menambah berat badan perminggu masing-masing
0,5 kg dan 0,3 kg (Prawirohardjo, 2018).
Tabel 2.2
penambahan berat badan selama kehamilan
(Prawirohardjo,2018)
Jaringan dan 10 20 30 40

cairan minggu minggu minggu minggu


Janin 5 300 1500 3400

Plasenta 20 170 430 650

Cairan amnion 30 350 750 800

Uterus 140 320 600 970

Mammae 45 180 360 405

Darah 100 600 1300 1450


Cairanekstraseluler 0 30 80 1480
Lemak 310 2050 3480 3345
Total 650 4000 8500 12500

Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal yang


fisiologis. Hal ini disebabkan oleh turunnya osmolaritas dari 10
mOsm/kg yang di indukasikan oleh makin rendahnya ambang rasa haus
dan sekresi vasopressin. WHO menganjurkan untuk memenuhi asupan
protein perhari pada ibu hamil yaitu 51 g (Prawirohardjo, 2018).
8) System kardiovaskular
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan ini
terjadi untuk mengurangi resistensi vaskuler sistemik. Selain itu, terdapat
juga peningkatan denyut jantung. Antara minggu ke-10 dan 20 terjadi
peningkatan volume plasma sehingga terjadi juga peningkatan preload.
Performa vertikel selama kehamilan dipengaruhi oleh penurunan
resistensi vascular sistemik dan perubahan pada aliran pulsasi anterial.
Kapasitas vascular juga akan meningkat agar memenuhi kebutuhan.
Peningkatan estrogen dan progesteron juga akan menyebabkan terjadinya
vasodilatasi dan penurunan resistensi vascular perifer (Prawirohardjo,
2018).
9) Tractus digestivus
Seiring dengan semakin besarnya uterus, lambung dan usus akan
bergeser. Demikian juga dengan apendiks yang akan bergeser kearah atas
dan lateral. Perubahan yang nyata ini akan terjadi pada penurunan
motilitas otot polos pada tractus digestivus dan penurunan sekresi asam
hidroklorid dan peptin di lambung sehingga dapat menimbulkan gejala
pyrosis (heartburn) yang disebabkan oleh refluks asam lambung ke
esofagus bawah sebagai akibat perubahan posisi lambung dan
menurunnya tonus sfingter esofagus bagian bawah. Mual dapat terjadi
akibat penurunan motilitas usus besar. Hati manusia tidak mengalami
perubahan selama kehamilan baik secara anatomi maupun morfologi.
Pada fungsi hati kadar arkalin fostfatase akan meningkat 2 kali lipat,
sedangkan serum aspartate transamin, glutamin, transferase, albumin, dan
bilirubin akan menurun (Prawirohardjo, 2018).
10) Tractus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, kandung kemih akan tertekan oleh
uterus yang akan mulai membesar sehingga ibu hamil akan sering
berkemih. Keadaan ini akan hilang seiring dengan makin tuanya
kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan,
jika kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan itu akan
Kembali (Prawirohardjo, 2018).
11) System endokrin
Selama kehamilan normal, kelenjar hipofisis akan membesar ± 135 %.
Akan tetapi, kelenjar ini tidak akan begitu mempunyai arti penting
apabila dalam kehamilan perempuan yang mengalami hipofisektomi
persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon prolaktin akan
meningkat sepuluh kali lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya,
setelah persalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal ini
juga dapat ditemukan pada ibu-ibu yang menyusui:
a) Sistem muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada
kehamilan. Akibat konpensasi dari pembesaran uterus keposisi
anterior, lordosis menggeser pusat daya berat kebelakang kearah
dua tungkai. Sendi sakro illiaka, sakro koksigis dan pubis akan
meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh
hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan
sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak
pada bagian bawah punggung terutama terdapat pada akhir
kehamilan (Prawirohardjo, 2018).
b. Perubahan Adaptasi Psikologis Kehamilan
Selama hamil kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan
emosional. Sering kali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa
bahagianya dia karena sebentar lagi akan menjadi seorang ibu dan bahwa
dia sudah memilihkan sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkannya.
Namun tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir kalau terjadi masalah
dengan kehamilannya dan khawatir kalau ada kemungkinan dia kehilangan
kecantikannya, atau kemungkinan bayinya tidak normal. Sebagai seorang
bidan kita harus menyadari adanya perubahan perubahan tersebut pada
wanita hamil agar dapat memberikan dukungan dan memperhatikan
keprihatinan, kekhawatiran, ketakutan dan pertanyaan-pertanyaan (Fatimah,
2017).
1) Trimester Pertama
Segera setelah konsepsi, kadar hormon progestron dan estrogen dalam
tubuh akan meningkat yang menyebabkan timbulnya mual dan
muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan membesarnya payudara. Ibu
merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilannya. Banyak
ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan
kesedihan. Sering kali pada awal kehamilannya, ibu berharap tidak
hamil. Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-
tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap
perubahan yang terjadi terhadap tubuhnya akan selalu diperhatikan
dengan seksama karena perutnya masih kecil dan kehamilan
merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahukannya
kepada orang lain atau dirahasiakannya (Fatimah, 2017).
2) Trimester kedua
Trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa sehat, tubuh ibu
sudah terbiasa dengan adanay kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa
tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Perut ibu belum terlalu
besar sehingga belum dirasakan sebagai beban, ibu menerima
kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi nya dan pikiran
secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan
gerakan bayinya. Banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa
kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada
trimester pertama dan merasa meningkatnya libido (Fatimah dkk,
2017).
3) Trimester ketiga
Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan waspada
sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran
bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan 2 hal yang
mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang kadang ibu merasa khawatir
bahwa bayinya akan lahir sewaktu waktu. Ini menyebabkan ibu
meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan
terjadinya persalinan. Ibu seringkali merasa khawatir atau takut
apabila bayi yang dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga
akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau
benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang
ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang
akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat
kehamilan pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya
aneh dan jelek. Di samping itu ibu mulai merasa sedih karena akan
berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima
selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan ketenangan dan
dukungan dari suami, keluarga dan bidan (Fatimah dkk, 2017).
8. Keluhan Nyeri Pinggang Pada Ibu Hamil
Nyeri pinggung merupakan gangguan yang banyak dialami oleh ibu hamil
yang tidak hanya terjadi pada trimester tertentu, tetapi dapat dialami sepanjang
masa-masa kehamilan hingga periode post partum. Secara umum, nyeri
pinggung pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perubahan
postur tubuh, hal ini sejalan dengan bertambahnya berat badan secara bertahap
selama kehamilan dan redistribusi ligamen, pusat gravitasi tubuh bergeser
kedepan dan jika dikombinasikan dengan peregangan otot abdomen yang
lemah, hal ini sering mengakibatkan lekukan pada bahu, ada kecenderungan
otot punggung untuk memendek jika otot abdomen meregang dan dapat
menyebabkan tidak seimbangan nya otot di sekitar pelvis, dan tegangan dapat
dirasakan diatas ligament tersebut( Evi, 2016).
9. Kebutuhan Dasar Kehamilan
Kebutuhan dasar kehamilan menurut (tyastuti, 2016) adalah:
a. Kebutuhan oksigen
Pada kehamilan terjadi perubahan pada sistem respirasi untuk dapat
memenuhi kebutuhan O2, di samping itu terjadi pula desakan diafragma
karena dorongan rahim yang membesar. Sebagai kompensasi terjadinya
desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil tersebut
akan bernafas lebih dalam. Hal ini akan berhubungan dengan
meningkatnya aktifitas paru-paru. Oleh karena selain untuk mencukupi
kebutuhan O2, ibu juga harus mencukupi kebutuhan O2 janin. Ibu hamil
kadang–kadang merasakan sakit kepala, pusing ketika berada di
keramaian misalnya seperti di pasar, hal ini disebabkan karena
kekurangan O2. Untuk menghindari kejadian tersebut hendaknya ibu
hamil menghindari tempat kerumunan. Untuk memenuhi kecukupan O2
yang meningkat, ibu sebaiknya melakukan jalan–jalan dipagi hari,
duduk-duduk di bawah pohon yang rindang, dan berada di ruang yang
ventilasinya cukup.
b. Kebutuhan nutrisi
Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa hamil, ibu
hamil memerlukan banyak zat gizi dalam jumlah yang lebih besar
daripada sebelum hamil. Ibu hamil akan mengalami pertambahan berat
badan, penambahan berat badan bisa diukur dari IMT (Indeks Masa
Tubuh) / BMI (Body Mass Index). IMT dihitung dengan cara berat badan
sebelum hamil dalam kg dibagi (tinggi badan dalam m) misalnya:
seorang perempuan hamil dengan berat badan sebelum hamil 50 kg,
tinggi badan 150 cm maka IMT 50/(1,5) 2 = 22.22 (termasuk normal).
c. Personal hygiene
Kebersihan badan pada ibu hamil akan dapat mengurangi kemungkinan
infeksi, karena badan yang kotor akan banyak mengandung kuman. Pada
ibu hamil, karena bertambahnya aktifitas metabolisme tubuh maka ibu
hamil cenderung menghasilkan keringat yang berlebih, sehingga perlu
menjaga kebersihan badan secara ekstra dan rasa nyaman bagi ibu.
d. Pakaian
Pakaian yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah pakaian yang longgar,
nyaman dipakai, tanpa sabuk atau pita yang menekan bagian perut atau
pergelangan tangan karena akan mengganggu sirkulasi darah. Stocking
tungkai yang sering dikenakan sebagian wanita tidak dianjurkan karena
dapat menghambat sirkulasi darah. Pakaian dalam atas (BH) dianjurkan
yang longgar dan mempunyai kemampuan untuk menyangga payudara
yang makin berkembang. Dalam memilih BH dianjurkan mempunyai tali
bahu yang lebar sehingga tidak menimbulkan rasa sakit pada bahu.
Sebaiknya memilih BH yang bahannya dari katun karena selain mudah
dicuci juga jarang menimbulkan iritasi.
Celana dalam sebaiknya terbuat dari katun yang mudah menyerap air
sehingga dapat mencegah kelembaban yang dapat menyebabkan gatal
dan iritasi apalagi ibu hamil biasanya sering BAK karena ada penekanan
kandung kemih oleh pembesaran uterus. Korset dapat membantu
menahan perut bawah yang melorot dan mengurangi nyeri punggung.
Pemakaian korset tidak boleh menimbulkan tekanan pada perut yang
membesar dan dianjurkan korset yang dapat menahan perut secara
lembut. Korset yang tidak dibuat untuk kehamilan dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan tekanan pada uterus, korset seperti ini tidak
dianjurkan untuk ibu hamil.
e. Eliminasi (BAB dan BAK)
Masalah buang air kecil pada ibu hamil tidak mengalami kesulitan,
bahkan cukup lancar, untuk memperlancar dan mengurangi infeksi pada
kandung kemih, maka dianjurkan untuk minum dan menjaga kebersihan
sekitar kelamin. Perubahan hormonal juga mempengaruhi aktivitas usus
halus dan besar, sehingga buang air besar mengalami obstipasi
(sembelit).
f. Seksual
Masalah hubungan seksual merupakan suatu kebutuhan biologis yang
tidak dapat ditawar, tetapi perlu diperhitungkan bagi mereka yang hamil,
kehamilan bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan
seksual.
g. Mobilisasi, body mekanik
Ibu hamil harus mempunyai pengetahuan tentang bagaimana caranya
memperlakukan diri dengan baik dan kiat berdiri duduk dan mengangkat
tanpa menjadi tegang.
h. Senam hamil
Senam hamil bertujuan untuk mencegah terjadinya deformitas (cacat)
kaki dan dapat memelihara fungsi hati untuk dapat menahan berat badan
yang semakin naik, nyeri kaki, varices dan bengkak.
i. Istirahat/tidur
Wanita hamil harus bisa mengurangi semua kegiatan yang melelahkan
tapi tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menghindari pekerjaan
yang tidak disukainya. wanita hamil juga harus menghindari posisi
duduk, berdiri dalam waktu yang sangat lama.
j. Imunisasi
Kehamilan bukan saat untuk memakai program imunisasi terhadap
berbagai penyakit yang dapat dicegah. Karena hal ini dapat
membahayakan bagi janin. Imunisasi harus diberikan pada wanita hamil
hanya imunisasi TT untuk mencegah kemungkinan tetanus neonatorum.
Imunisasi TT harus diberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak waktu TT1
dan TT2 minimal 1 bulan, dan ibu hamil harus sudah di imunisasi
lengkap pada umur kehamilan 8 bulan.

B. Asuhan Kehamilan
1.Definis Asuhan Kehamilan
Asuhan kehamilan adalah upaya preventif program pelayanan Kesehatan
obsetrik untuk mengoptimalkan luaran maternal dan neonatal melalui
serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Ada 6 alasan
penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:
a. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas Kesehatan.
b. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang
dikandungnya.
c. Memperoleh informasi dasar tentang Kesehatan ibu dan kehamilannya.
d. Mengidentifikasi dan penatalaksanaan kehamilan resiko tinggi.
e. Memberi Pendidikan Kesehatan yang diperlukan dalam menjaga
kualitas kehamilan dan merawat bayi.
f. Menghindari gangguan Kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungannya.
Pelayanan kesehatan ibu hamil harus memenuhi frekuensi minimal ditiap
trimester, yaitu minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan
0-12 minggu), minimal satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan
12-24 minggu), dan minimal dua kali pada trimester ketiga (usia
kehamilan 24 minggu sampai menjelang persalinan). Standar waktu
pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu
hamil dan janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan
penanganan dini komplikasi kehamilan (Profil Kesehatan Indonesia,
2019).
Secara nasional, kebijakan program pelayanan asuhan antenatal ada 14
butir (14 T) yang meliputi :
a. Timbang Berat Badan (BB).
b. Ukur berat badan dalam kilogram tiap kali kunjungan. Kenaikan
berat.
c. badan normal pada waktu hamil 0,5 Kg per minggu mulai trimester
kedua.
e. Ukur tekanan darah.
f. Ukur tinggi fundus uteri.
g. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan.
h. Pemberian imunisasi TT.
i. Pemeriksaan Hb.
j. Pemeriksaan VDRL.
k. Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara.
l. Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil.
m. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
n. Pemeriksaan protein urine atas indikasi.
o. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi.
p. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok.

2. Jadwal Kunjungan Asuhan Antenatal Menurut Prawirohardjo (2018)


Bila kehamilan memasuki risiko tinggi, maka perhatian dan jadwal
kunjungan harus lebih ketat namun bila kehamilan normal, jadwal asuhan
cukup 4 kali. Dalam Bahasa program Kesehatan ibu dan anak, kunjungan
antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari
kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3,dan K4.
Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia
kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36
minggu dari sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan di
atas 36 minggu.
3. Identifikasi dan Riwayat Kesehatan
Menurut Prawirohardjo (2018).
a. Data umum
1) Nama.
2) Usia.
3) Alamat.
4) Pekerjaan ibu/suami.
5) Lamanya menikah.
6) Kebiasaan yang dapat merugikan Kesehatan.
b. Keluhan saat ini
1) jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu.
2) lamanya mengalami gangguan tersebut.
c. Riwayat haid
1) Hari pertama haid terakhir (HPHT).
2) Usia kehamilan dan taksiran persalinan
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya.
2) Cara persalinan.
3) Jumlah dan jenis kehamilan anak hidup.
4) Berat badan lahir.
5) Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan.
6) Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.
e. Riwayat kehamilan saat ini
1) Identifikasi kehamilan.
2) Identifikasi penyulit
3) Penyakit yang diderita.
4) Gerakan bayi dalam kandungan.
f. Riwayat penyakit dalam keluarga
1) Diabetes mellitus, hipertensi atau hamil kembar.
2) Kelainan bawaan.

g. Riwayat penyakit ibu


1) Penyakit yang pernah diderita.
2) DM, HDK, infeksi saluran kemih.
3) Penyakit jantung.
4) Infeksi virus berbahaya.
5) Alergi obat atau makanan tertentu.
6) Pernah mendapat tranfusi darah dan indikasi tindakan.
7) Inkompatibilitas rhesus .
8) Paparansinar-X/rontgen.
h. Riwayat penyakit yang memerlukan Tindakan pembedahan
1) Dilatasi dan kuretase.
2) Reparasi vagina.
3) Sectio cesarea.
4) Serviks inkompeten.
5) Operasi non-ginekologi.
i. Riwayat mengikuti program keluarga berencana.
j. Riwayat imunisasi.
k. Riwayat menyusui.

4. Pemeriksaan
a. Keadaan umum
1) Tanda vital.
2) Pemeriksaan jantung dan paru.
3) Pemeriksaan payudara.
4) Kelainan otot dan rangka serta neurologi.
b. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi
a) Bentuk dan ukuran abdomen .
b) Perut bekas operasi.
c) Tanda-tanda kehamilan.
d) Gerakan janin.
e) Varises atau pelebaran vena.
f) Hernia.
g) Edema .
2) Palpasi
a) Tinggi fundus .
b) Punggung bayi.
c) Presentasi
d) Sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu
atas panggul.
3) Auskultasi
a) 10 minggu depan doppler.
b) 20 minggu dengan fetoskop pinard.
4) Inspekulo vagina untuk identifikasi vaginitis pada Trimester I/II.

5. Laboratorium
a. Pemeriksaan
1) Analisis urin rutin.
2) Analisis tinja nurin.
3) Hb, MCV.
4) Golongan darah.
5) Hitung jenis sel darah.
6) Gula darah.
7) Antigen Hepatitis B virus.
8) Antibodi Rubbela.
9) HIV/VDRL.
b. Ultrasonografi – Rutin dilakukan pada kehamilan 18-22 minggu untuk
identifikasi kelainan janin.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif observasional yaitu penelitian
yang berusaha mendeskripsikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang
ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau
efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang sedang berlangsung
(Notoadmojo,2010).

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat
Study kasus ini dilakukan di Praktik Mandiri Bidan Nelly Suryani wilayah
kerja puskesmas kuok tahun 2022.
2. Waktu
Studi kasus ini dilakukan pada tanggal (masih direncanakan).

C. Subyek Penelitian
Ibu hamil di PMB Nelly Suryani wilayah kerja puskesmas kuok tahun 2022.

D. Jenis Data
1. Data Primer
Yaitu data yang didapat dari hasil wawancara, observasi langsung dan
pemeriksaan fisik kepada klien. Data yang didapat dari metode observasi
dapat menggunakan panca indera maupun alat sesuai format asuhan
kebidanan yaitu dengan pemeriksaan fisik head to toe. Sedangkan dengan
metode wawancara didapatkan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tentang kindisi ibu.
2. Data Sekunder
Data yang didapat dari dokumen rekam medik dari di Rumah Sakit atau
instansi lain yang terkait, buku, jurnal, atau hasil penelitian terdahulu yang
masih terkait dengan tema penelitian.
E. Alat dan Metode Pengumpulan Data
1. Alat
a. Format asuhan kebidanan sebagai acuan untuk mendapatkan informasi
dari subyek penelitian
b. Format wawancara
c. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis dengan cara pemeriksaan:
1) Inspeksi dengan mendeteksi tanda-tanda fisik normal ataupun tidak
normal.
2) Palpasi dengan sentuhan atau rabaan pada tubuh pasien.
3) Perkusi dengan cara pengetukan yang dilakukan pada tungkai
bawah.
4) Auskultasi dengan metode pendengaran.
d. alat tulis.
e. alat perekam.
f. alat vital sign.

2. Metode pengumpulan data


a. Wawancara
Suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan keterangan secara
lisan dari responden atau bercakap-cakap dan berhadapan langsung
dengan responden, jadi dalam metode ini data yang diperoleh dan didapat
secara langsung dari responden melalui pertemuan atau percakapan
(Notoadmojo, 2010).

b. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
subjek dan melakukan berbagai macam pemeriksaan yang berhubungan
dengan kasus yang diambil. Observasi dapat berupa pemeriksaan umum,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya
(Notoadmojo,2010). Pelaksanaan obsevasi dilakukan dengan
mengobservasi penyulit dan komplikasi dalam kehamilan.

c. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan secara sistematis (head to toe) dengan cara inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi.

d. Studi Dokumentasi
Semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen
resmi maupun tidak resmi (Notoadmojo,2010).

F.Analisis Data
Analisis data adalah suatu cara untuk mengolah sebuah data menjadi informasi
sehingga mudah dipahami dan juga bermanfaat dalam menemukan solusi
permasalahan dan agar lebih mudah untuk membuat kesimpulan dengan
beberapa tahap, diantaranya:
1. Reduksi data
Analisis data disederhanakan dengan cara mengidentifikasi data yang
diperoleh dari lapangan, baik dari wawancara, pengkajian fisik,
observasi, maupun dokumentasi yang bersumber dari rekam medis
lainnya.

2. Penyajian data
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,
sehingga kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Bentuk penyajian data berupa teks naratif.

3. Penarikan kesimpulan
Temuan dari hasil kajian kepustakaan dan analisis data di lapangan dicari
hubungan serta keterkaitannya, agar ditemukan pola penyimpanan atau
kesenjangan antara teori dan di lahan praktik dalam memberikan asuhan
pada kasus yang diambil.

G. Rencana Jalannya Penelitian


1. Persiapan proposal penelitian dilakukan dengan:
a. Menentukan tema dan judul penelitian.
b. Menentukan tempat, waktu dan responden sesuai kasus.
c. Menentukan data dari institusi.
d. Melakukan studi pendahuluan dengan dokumentasi.
e. Menyusun proposal penelitian.
f. Melakukan kosnsul proposal penelitian.
g. Melakukan revisi proposal penelitian.
h. Mendapat persetujuan proposal penelitian.
i. Ujian proposal penelitian.
j. Melakukan revisi ujian proposal.

2. Tahap pelaksanaan penelitian


a. Mengajukan surat izin.
b. Menentukan waktu dan pelaksanaan studi kasus.
c. Mencari responden ibu hamil di PMB Nelly Suryani wilayah kerja
puskesmas kuok tahun 2022.
d. Memberikan formulir persetujuan responden
e. Pengumpulan data dan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu
hamil.

3. Tahap Penyelesaian Laporan Kehamilan


a. Penyusunan laporan hasil penelitian.
b. Melakukan konsul dengan dosen pembimbing.
c. Melakukan revisi hasil penelitian.
d.Mendapat persetujuan dari dosen pembimbing.
e. Ujian hasil penelitian.
f. Revisi hasil ujian penelitian.
g. Pengumpulan hasil penelitian.

H. Etika Penelitian
Etika adalah peristiwa interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan falsafah moral, sopan santun dan budi pekerti. Menuliskan
laporan kasus juga memiliki masalah etik yang harus diatasi, beberapa masalah
etik yang harus diatasi adalah:
1. Inform Consent
Inform consent adalah suatu proses komunikasi efektif antara bidan
dengan klien dan bertemunya pemikiran apa yang akan dan apa yang
tidak akan dilakukan terhadap pasien.

2. Confidentiality (Kerahasiaan)
Confidentiality adalah pencegahan bagi mereka yang tidak
berkepentingan, yang ingin mengetahui kerahasiaan klien. Seseorang
dapat mendapatkan informasi apabila sudah dapat perizinan dari pihak
terkait.

3. Patient Safety (Keselamatan Pasien)


Saat penelitian, peneliti tetap menjaga kesehatan pasien dan memantau
kondisi pasien secara utuh, baik kondisi fisik maupun psikologis pasien.

Anda mungkin juga menyukai