Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Trauma Okuli

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 33

KARAKTERISTIK PASIEN TRAUMA OKULI DI

RSUP SANGLAH DENPASAR PADA BULAN


JULI 2011 – FEBRUARI 2015

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

RSUP SANGLAH DENPASAR

2016
ABSTRAK

KARAKTERISTIK PASIEN TRAUMA OKULI DI RSUP


SANGLAH DENPASAR
A.A.A. Sukartini Dj, I Putu Budhiastra , Putu Yuliawati,
Putu Adhi Surya Pradana, Ni Made Laksmi Utari.

Trauma okuli merupakan penyebab utama morbiditas pada mata dan


hilangnya fungsi penglihatan pada penduduk di negara berkembang. Dampak
yang ditimbulkan oleh trauma okuli sangat besar, karena penduduk yang berisiko
pada umumnya berada pada usia produktif, sehingga penderita akan mengalami
kehilangan waktu bekerja, yang berdampak pada hilangnya penghasilan mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran karakteristik pasien trauma
okuli di RSUP Sanglah Denpasar.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan
studi potong lintang. Data dikumpulkan secara retrospektif berdasarkan catatan
medis pasien trauma okuli di RSUP Sanglah periode Juli 2011 hingga Februari
2015. Data mengenai karakteristik subyek dianalisis secara deskriptif,
ditampilkan sebagai frekuensi, persentase, rerata dan deviasi standar.
Subyek penelitian berjumlah 905 pasien, yang terdiri atas 671 laki-laki
(74,1%) dan 234 perempuan (25,9%). Mayoritas kasus terjadi pada kelompok
usia 21 – 30 tahun (20,9%) dan sebagian besar berdomisili di Denpasar (85,6%).
Close globe injury merupakan jenis trauma yang paling sering ditemukan
(49,5%), dimana kayu merupakan penyebab terbanyak dari kejadian trauma
(16,8%). Mayoritas kejadian trauma okuli terjadi di rumah (59,2%). Visus pasien
yang datang dengan trauma okuli sebagian besar lebih buruk dari 3/60. Terdapat
adanya peningkatan kejadian trauma okuli di Rumah Sakit Sanglah dari tahun
2011 hingga 2014.

Kata kunci : trauma okuli, deskriptif, karakteristik, Sanglah


ABSTRACT

CHARACTERISTICS OF OCULAR TRAUMA PATIENTS IN SANGLAH


HOSPITAL FROM JULY 2011 – FEBRUARY 2015
A.A.A. Sukartini Dj, I Putu Budhiastra , Putu Yuliawati,
Putu Adhi Surya Pradana, Ni Made Laksmi Utari.

Ocular trauma is a major cause of ocular morbidity and unilateral visual


function loss in developing countries, although it usually does not result in
bilateral vision impairment. However, considering the impact of blindness, that
the population at risk is usually the productive age groups, and the potential
person days loss of work associated with treatment of the trauma, the impact of
ocular trauma can be enormous. This study is made to descibe characteristics of
ocular trauma patients in Sanglah General Hospital.
This report is an observational cross sectional study. Data were collected
retrospectively from medical report from July 2011 until February 2015. Patient
characteristics was analyzed with descriptive analyses and presented as
frequency, percentage, mean and standard deviation.
A total of 905 subjects were studied, consists of 671 men (74,1%) and 234
women (25,9%). The majority of patients were between 21 – 30 years old (20,9%),
who lived in Denpasar (85,6%). Close globe injury was the most frequent case of
trauma in Sanglah Hospital (49,5%). Wood was the major cause of trauma in this
study (16,8%). The majority of the eye injuries occurred at home (59,2%). Visual
acuity of majority case were worse than 3/60. There was an increasing tendency of
ocular trauma cases in Sanglah Hospital from 2011-2014.

Keywords : ocular trauma, descriptive, characteristic, Sanglah


DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN DESKRIPTIF ............................. ii


UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................. iv
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 11
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………...11
1.2. Masalah………………………………………………………………….. 13
1.3. Tujuan ……………………………………………………………………14
1.4. Manfaat …………………………………………………………………..15
BAB II METODE PENELITIAN ...................................................................... 16
2.1. Rancangan Penelitian …………………………………………………….16
2.2. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………………….16
2.3. Populasi dan Subyek Penelitian ………………………………………….16
2.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ……………………………………………..16
2.5. Kriteria Inklusi …………………………………………………………...16
2.6. Kriteria Eksklusi………………………………………………………….17
2.7. Definisi Operasional Variabel ……………………………………………17
2.8. Analisis Data…………………………………………………………….. 19
BAB III HASIL PENELITIAN ................................................................................. 20
3.1. Karakteristik dan Distribusi Subyek Penelitian…………………………..20
3.2. Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Jenis Trauma Okuli ………………24
3.3. Hubungan Antara Kelompok Umur dan Jenis Trauma Okuli ……………24
3.4. Hubungan Antara Tajam Penglihatan Awal dan Jenis Trauma Okuli …...25
3.5. Hubungan Antara Lokasi Kejadian dan Jenis Trauma Okuli ……………26

viii
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................... 28
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 34
5.1. Simpulan ……………………………………………………………….. . 34
5.2. Saran ……………………………………………………………………. 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 35
LAMPIRAN .................................................................. ………………………….; .. 36

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Karakteristik Pasien Trauma Okuli .................................................... 20

Tabel 3.2 Gambaran Tajam Penglihatan Pasien Trauma Okuli ............................ 21

Tabel 3.3 Penyebab Trauma Okuli ........................................................................... 24

Tabel 3.4 Diagnosis Pasien Trauma Okuli RSUP Sanglah ................................ 25

Tabel 3.5 Lokasi Kejadian Trauma Okuli .......................................................... 23

Tabel 3.6 Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Jenis Trauma Okuli .................. 24

Tabel 3.7 Hubungan Antara Kelompok Umur dan Jenis Trauma Okuli ............. 25

Tabel 3.8 Hubungan Antara Tajam Penglihatan Awal dan Jenis Trauma Okuli 26

Tabel 3.9 Hubungan Antara Lokasi Kejadian dan Jenis Trauma Okuli ………... 27

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma okuli merupakan salah satu penyebab utama morbiditas pada mata dan

hilangnya fungsi penglihatan yang bersifat unilateral pada penduduk di negara

berkembang (Serrano dkk, 2003; Negrel dkk, 1998). Faktor risiko yang berkaitan

dengan trauma okuli, di antaranya adalah jenis kelamin laki-laki, lingkungan

tempat kerja, kecelakaan lalu lintas, serta tingkat sosial ekonomi rendah.

Kebutaan yang disebabkan oleh trauma okuli jarang bersifat bilateral, namun

mengingat bahwa penderita trauma okuli pada umumnya berada dalam usia

produktif, sehingga dapat mengakibatkan hilangnya waktu bekerja akibat

perawatan trauma yang panjang, oleh karena itu trauma okuli dikatakan memiliki

dampak yang besar terhadap kehidupan sosial-ekonomi pasien (Nirmalan dkk,

2004; McCarty dkk, 1999).

Sejumlah penelitian mengenai trauma okuli yang telah dilakukan di beberapa

negara, menunjukkan bahwa prevalensi tertinggi terjadi pada populasi berusia muda

dengan tingkat sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah (McCarty dkk, 1999).

Sekitar 55 juta populasi penduduk dunia mengalami trauma okuli yang berakibat

pada terganggunya aktivitas hidup sehari-hari penderitanya, di antara kasus tersebut,

terdapat 1,6 juta pasien yang mengalami kebutaan tiap harinya (Wong dkk, 2000).

Penelitian Beaver Dam di Amerika Serikat, menemukan bahwa 1/5 penduduk

Amerika berkulit putih yang berusia diatas 42

11
tahun dan menetap di sebuah kota kecil, dilaporkan pernah mengalami kejadian

trauma okuli semasa hidupnya (Wong dkk, 2000). Penelitian di Australia

menyebutkan bahwa sekitar 29.000 kasus trauma okuli terjadi setiap tahunnya,

dan mengakibatkan kerugian sebesar $155 juta (McCarty dkk, 1999). Prevalensi

trauma okuli di India dilaporkan sebesar 2,4% di daerah perkotaan, 11,4% di

antaranya mengalami kebutaan (Nirmalan dkk, 2004; Krishnaiah dkk, 2006).

Angka prevalensi trauma okuli di Nigeria lebih tinggi daripada di India, yaitu

mencapai 4,06%, dimana penyebab terbesarnya adalah akibat kasus penyerangan

(Emem dan Uwemedimbu, 2012). Penelitian di RS Sanglah pada tahun 2006 –

2008 menunjukkan bahwa insiden trauma okuli terbanyak disebabkan oleh

trauma tumpul, dan dominan dialami oleh laki-laki, dengan usia 15 – 40 tahun

(Djelantik dkk, 2010).

Trauma okuli dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, namun

hingga saat ini masih belum terdapat klasifikasi yang standar. Duke-Elder

membagi trauma okuli menjadi dua, yaitu mekanik dan non mekanik, selain itu

dia juga membagi trauma berdasarkan lingkungan tempat terjadinya, seperti

industrial, agrikultural, serta rekreasional (Duke-Elder, 1972). Kuhn dan

rekannya membagi trauma menjadi open globe dan closed globe. Klasifikasi

tersebut berdasarkan kedalaman luka pada dinding bola mata, yang dalam hal ini

adalah kornea dan sklera. Trauma dikatakan open globe apabila kedalaman luka

mencapai keseluruhan tebal dinding bola mata, sedangkan trauma closed globe

adalah trauma yang hanya mengenai sebagian dinding bola mata. Open globe

sendiri dapat dibagi menjadi laserasi apabila disebabkan oleh benda tajam, dan

ruptur apabila disebabkan oleh benda tumpul (Kuhn, 1996). Kedua klasifikasi

12
tersebut, hanya terbatas pada trauma mekanik, sedangkan mata juga dapat

mengalami trauma yang bersifat non mekanik, seperti di antaranya adalah

trauma kimia dan trauma termal, oleh karena itu pada kedua jenis trauma itu,

digunakan klasifikasi yang berbeda. Klasifikasi yang dapat digunakan untuk

trauma non mekanik, di antaranya adalah klasifikasi Dua dan Roper-Hall (Dua,

2001; Ropper-Hall, 1965).

Trauma okuli merupakan salah satu penyebab kebutaan yang dapat dicegah,

dan kejadiannya cukup tinggi di populasi, namun penelitian mengenai angka

prevalensi dan insiden trauma okuli masih sangat sedikit. Penelitian deskriptif ini

dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik pasien trauma okuli di RSUP

Sanglah Denpasar, sehingga didapatkan data yang bisa digunakan sebagai dasar

dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai trauma okuli.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah karakteristik dan distribusi kasus trauma okuli di RSUP

Sanglah Denpasar dari Juli 2011 sampai Februari 2015?

2. Adakah hubungan antara jenis kelamin dengan jenis trauma okuli di

RSUP Sanglah Denpasar?

3. Adakah hubungan antara kelompok umur dengan jenis trauma okuli di

RSUP Sanglah Denpasar.

4. Adakah hubungan antara tajam penglihatan awal dengan jenis trauma

okuli di RSUP Sanglah Denpasar?

5. Adakah hubungan antara lokasi kejadian trauma dengan jenis trauma

okuli di RSUP Sanglah Denpasar?

13
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik dan distribusi, serta faktor-faktor yang

berhubungan dengan kasus trauma okuli di RSUP Sanglah Denpasar dari

Juli 2011 sampai Februari 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik dan distribusi kasus trauma okuli di

RSUP Sanglah Denpasar.

2. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan jenis trauma

okuli di RSUP Sanglah Denpasar.

3. Untuk mengetahui hubungan antara kelompok umur dengan jenis trauma

okuli di RSUP Sanglah Denpasar.

4. Untuk mengetahui hubungan antara tajam penglihatan awal dengan jenis

trauma okuli di RSUP Sanglah Denpasar.

5. Untuk mengetahui hubungan antara lokasi kejadian trauma dengan jenis

trauma okuli di RSUP Sanglah Denpasar.

14
1.4 Manfaat

Penelitian ini bermanfaat memberikan gambaran karakteristik dan distribusi,

serta beberapa faktor yang terkait dengan kejadian trauma okuli pada pasien

yang dirawat di RSUP Sanglah. Hasil penelitian ini juga bermanfaat sebagai

sumber acuan oleh pihak yang terkait dalam menyususun kebijakan-kebijakan

dalam upaya pencegahan kejadian trauma okuli. Manfaat lain penelitian ini

adalah dapat dijadikan dasar dalam melakukan penelitian mengenai trauma okuli

di masa mendatang.

15
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah suatu penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan

potong lintang (cross sectional). Data dikumpulkan secara retrospektif dari rekam

medik pasien. Data yang diambil pada penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur,

domisili, diagnosis, lokasi kejadian, visus awal, serta obyek penyebab trauma.

2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar secara retrospektif dengan

mencatat data pasien trauma okuli yang dimulai dari bulan Juli 2011 sampai

Februari 2015.

2.3 Populasi dan Subyek Penelitian

Populasi target pada penelitian ini adalah semua pasien trauma okuli. Populasi

terjangkau adalah pasien trauma okuli yang datang berobat ke RSUP Sanglah

Denpasar selama periode Juli 2011 hingga Februari 2015. Subyek penelitian

adalah semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

2.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

2.4.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah semua pasien trauma okuli yang datang berobat ke RSUP

Sanglah Denpasar selama periode Juli 2011 hingga Februari 2015.

16
2.4.2 Kriteria Eksklusi

Pasien dengan data yang tidak lengkap pada rekam mediknya.

2.5 Definisi Operasional Variabel

2.5.1 Trauma okuli adalah kejadian trauma yang mengenai bola mata dan

jaringan sekitarnya (Nassaralla dan Nassaralla, 2009).

2.5.2 Open globe injury adalah tipe trauma okuli dimana luka yang terjadi

mengenai keseluruhan tebal dinding bola mata (Kuhn dkk, 2008).

2.5.3 Closed globe injury adalah tipe trauma okuli dimana luka yang terjadi

tidak mengenai keseluruhan tebal dinding bola mata (Kuhn dkk, 2008).

2.5.4 Chemical trauma adalah tipe trauma okuli yang disebabkan oleh kontak

langsung mata dan jaringan sekitarnya dengan suatu substansi kimia

(Nassaralla dan Nassaralla, 2009).

2.5.5 Thermal injury adalah tipe trauma okuli yang dapat disebabkan oleh

ledakan kembang api, petasan, uap panas, air mendidih, atau lelehan

logam (Dua dkk, 2001).

2.5.6 Corneal foreign body adalah benda asing yang terdapat di permukaan

kornea (Bashour, 2016).

2.5.7 Intraorbital foreign body adalah benda asing yang terdapat di dalam

ruangan orbita, namun masih diluar bola mata (Fulcher dkk, 2002).

2.5.8 Photoelectric trauma adalah trauma pada epitel kornea yang disebabkan

oleh percikan sinar ultraviolet pada mata yang tidak menggunakan

pelindung, dimana salah satu contohnya adalah sinar las. Trauma ini

ditandai dengan adanya gambaran superficial punctate keratitis pada

kornea (Brozen, 2015).

17
2.5.9 Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara

biologis sejak lahir, diperoleh dari rekam medis.

2.5.10 Umur adalah angka yang ditentukan berdasarkan selisih dari tahun

kelahiran dengan tahun saat pemeriksaan dilakukan. Umur diperoleh dari

rekam medis. Umur kemudian dikelompokkan menjadi 7 kelompok.

2.5.11 Area domisili adalah kabupaten atau kota tempat tinggal pasien seperti

yang tercantum dalam rekam medis.

2.5.12 Tajam penglihatan adalah tajam penglihatan terbaik pasien saat pasien

pertama kali diperiksa. Tajam penglihatan diukur dengan menggunakan

snellen chart atau E chart dengan jarak 6 meter atau dengan hitung jari,

gerakan tangan, maupun bantuan senter. Tajam penglihatan kemudian

diklasifikasikan sesuai dengan klasifikasi International Council of

Ophthalmology, tahun 2002.

2.5.13 Lokasi kejadian trauma adalah tempat dimana seseorang mengalami

trauma okuli. Lokasi pada penelitian ini dibagi menjadi rumah, tempat

kerja, jalan, tempat olahraga.

18
2.6 Analisis Data

Semua data yang telah diperoleh kemudian dimasukkan dalam tabel kerja dan

selanjutnya dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 16.0. Data

mengenai karakteristik subyek dianalisis secara deskriptif. Data berskala

kategorik ditampilkan dalam bentuk frekuensi dan persentase, sedangkan untuk

data yang berskala numerik akan ditampilkan dalam bentuk rerata dan standar

deviasi. Tabulasi silang dilakukan guna menguji hubungan antara variabel, jenis

kelamin, kelompok umur, lokasi kejadian, serta tajam penglihatan awal dengan

variabel diagnosis trauma okuli. Hasil analisis data kemudian diuji dengan

menggunakan uji Chi-Square. Kemaknaan secara statistik dinilai dengan nilai p

< 0,05.

19
BAB III

HASIL PENELITIAN

3.1 Karakteristik dan Distribusi Subyek Penelitian

Selama periode Juli 2011 sampai Februari 2015 terdapat 905 pasien trauma okuli

yang datang ke RSUP Sanglah Denpasar. Data karakteristik pasien secara

keseluruhan disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Karakteristik Pasien Trauma Okuli


Periode Juli 2011-Februari 2015

Karakteristik Pasien n (%)


Jenis kelamin
Laki-laki 671 (74,10%)
Perempuan 234 (25,90%)

Umur (rerata ± SD) 27,92 ± 18,12


1-10 tahun 182 (20,10%)
11-20 tahun 172 (19%)
21-30 tahun 189 (20,90%)
31-40 tahun 141 (15,60%)
41-50 tahun 117 (12,90%)
51-60 tahun 56 (6,20%)
≥ 61 tahun 48 (5,30%)

Domisili
Denpasar 775 (85,60%)
Badung 30 (3,30%)
Gianyar 16 (1,80%)
Karangasem 22 (2,40%)
Buleleng 3 (0,30%)
Tabanan 24 (2,70%)
Klungkung 11 (1,20%)
Jembrana 18 (2,%)
Bangli 6 (0,70%)

20
Tabel 3.1 menunjukkan distribusi karakteristik pasien trauma okuli yang

datang RSUP Sanglah dari bulan Juli 2011 hingga Februari 2015. Penderita trauma

okuli yang berobat ke RSUP Sanglah sebagian besar berjenis kelamin laki-laki

(74,1%), sedangkan pasien dengan jenis kelamin perempuan hanya sebesar 25,9%.

Rerata umur pasien dengan trauma okuli yang datang ke RSUP Sanglah adalah

27,92 ± 18,12. Kelompok umur antara 21-30 tahun merupakan kelompok umur

dengan frekuensi terbanyak, diikuti oleh kelompok umur 1-10 tahun dengan

frekuensi yang tidak jauh berbeda. Denpasar merupakan daerah domisili sebagian

besar pasien trauma okuli yang berobat ke RSUP Sanglah (85,6%).

Gambaran tajam penglihatan pasien trauma okuli ketika pertama kali

datang ke RSUP Sanglah dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Gambaran Tajam Penglihatan Pasien Trauma Okuli


Periode Juli 2011-Februari 2015

Tajam Penglihatan n (%)

Normal 136 (15%)


Mild visual impairment 227 (25,10%)
Low vision 209 (23,10%)
Blindness 251 (27,70%)
FO,FL 82 (9,10%)

Tabel 3.2 menunjukkan frekuensi tajam penglihatan penderita trauma

okuli yang telah diklasifikasikan menjadi beberapa kategori. Sebanyak 251

orang pasien (27,7%) memiliki visus yang masuk kedalam kategori blindness,

sedangkan pasien yang memiliki tajam penglihatan normal, hanya sebanyak 136

orang dari total 905 pasien yang dimasukkan ke dalam penelitian.

21
Penyebab trauma okuli pada pasien yang datang ke RSUP Sanglah

disajikan pada Tabel 3.3

Tabel 3.3 Penyebab Trauma Okuli Periode Juli 2011-Februari 2015

Penyebab Trauma n (%)

Pecahan kaca 17 (1,80%)


Serpihan gerinda 44 (4,80%)
Kayu 153 (16,80%)
Gigitan anjing 26 (2,90%)
Dipukul 53 (5,80%)
Getah tanaman 7 (0,80%)
Kecelakaan lalu lintas 98 (10,80%)
Pisau 39 (4,30%)
Paku 37 (4%)
Batu 51 (5,60%)
Alat pancing 9 (1%)
Lem 57 (6,30%)
Dupa 14 (1,50%)
Alat olahraga 26 (2,90%)
Besi 84 (11%)
Cairan kimia 93 (10,30%)
Petasan 43 (4,70%)
Peluru 8 (0,90%)
Ledakan tabung gas 13 (1,40%)
Sinar las 3 (0,40%)
Rokok 8 (0,90%)
Bisa ular 8 (0,90%)
Albothyl 14 (1,50%)

Tabel 3.3 menunjukkan sejumlah objek yang mengakibatkan trauma okuli

pada pasien yang datang ke RSUP Sanglah. Kayu merupakan objek yang paling

sering mengakibatkan trauma. Sebanyak 153 pasien (16,8%) mengalami trauma

yang disebabkan oleh kayu.

Diagnosis pasien trauma okuli yang berobat ke RSUP Sanglah pada

periode Juli 2011 hingga Februari 2015 disajikan dalam Tabel 3.4.

22
Tabel 3.4 Diagnosis Pasien Trauma Okuli RSUP Sanglah
Periode Juli 2011-Februari 2015

Diagnosis n (%)

Open globe 173 (19,10%)


Closed globe 448 (49,50%)
Chemical 194 (21,40%)
Thermal 50 (5,50%)
Corneal foreign body 36 (4%)
Intraorbital foreign body 1 (0,10%)
Photoelectric 3 (0,30%)

Tabel 3.4 memperlihatkan bahwa closed globe injury merupakan jenis

trauma yang paling banyak ditemukan di RSUP Sanglah. Sebanyak 448 pasien

menderita closed globe injury (49,5%). Peringkat kedua ditempati oleh trauma

kimia, yaitu sebanyak 194 pasien (21,4%). Kasus benda asing intraorbita hanya

ditemukan sebanyak 1 kejadian saja selama periode penelitian (0,1%).

Gambaran lokasi tempat kejadian trauma yang diderita oleh pasien yang

berkunjung ke RSUP Sanglah ditampilkan pada Tabel 3.5

Tabel 3.5 Lokasi Kejadian Trauma Okuli


Periode Juli 2011-Februari 2015

Lokasi n (%)

Rumah 536 (59,20%)


Tempat kerja 226 (25%)
Jalan 117 (12,90%)
Tempat olahraga 26 (2,90%)

Rumah merupakan lokasi kejadian trauma tersering, yaitu sebanyak 536

(59,2%) kasus, sedangkan tempat olahraga, dengan jumlah kasus 26 (2,9%)

23
merupakan lokasi dengan frekuensi terendah terjadinya trauma pada pasien yang

berobat ke RSUP Sanglah.

3.2 Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Jenis Trauma Okuli

Hubungan antara diagnosis trauma okuli dan jenis kelamin dapat

dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 3.6 Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Jenis Trauma Okuli

Diagnosis trauma okuli

Jenis Kelamin Open globe Closed globe Chemical Thermal Foreign body p
+
photoelectric

Laki-laki 137 (20,4) 316 (47,1) 139 (20,7) 43 (6,4) 36 (5,4)


n (%)
0,005
Perempuan 36 (15,4) 132 (56,4) 55 (23,5) 7 (3) 4 (1,7)
n (%)

173 19,1 448 49,5 194 21,4 50 5,5 40 4,4

Berdasarkan Tabel 3.6 diatas terlihat bahwa hampir di semua tipe trauma

okuli, jumlah penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan, kecuali pada

kasus intraorbital foreign body, dimana hanya ditemukan satu kasus pada pasien

berjenis kelamin perempuan. Closed globe injury merupakan jenis trauma yang

paling banyak dijumpai pada laki-laki dan perempuan. Hasil uji Chi-Square

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kasus

trauma okuli (p = 0,005).

3.3 Hubungan Antara Kelompok Umur dan Jenis Trauma Okuli

Hubungan antara kelompok umur dan diagnosis trauma okuli disajikan pada

Tabel 3.7.

24
Tabel 3.7 Hubungan Antara Kelompok Umur dan Jenis Trauma Okuli

Kelompok Diagnosis trauma okuli

umur
Open globe Closed globe Chemical Thermal Foreign body + p
(tahun) photoelectric

1-10 n(%) 35(19,20) 98(53,80) 27(14,80) 18(9,90) 4(2,20)

11-20 n(%) 25(14,50) 83(48,30) 51(29,70) 9(5,20) 4(7,60)

21-30 n(%) 36(19) 85(45) 45(23,80) 11(5,80) 12(8,40)

31-40 n(%) 24(17) 65(46,10) 38(27) 6(4,30) 8(6,20) 0.006

41-50 n(%) 30(25,60) 57(48,70) 20(17,10) 4(3,40) 6(5,20)

51-60 n(%) 16(28,60) 31(55,40) 5(8,90) 1(1,80) 3(2,50)

>60 n(%) 7(14,60) 29(60,40) 8(16,70) 1(2,10) 3(2,10)

173(19,10) 448(49,50) 194(21,40) 50(5,50) 40(4,40)

Tabel 3.7 menunjukkan bahwa kejadian trauma okuli lebih banyak terjadi

pada kelompok umur 21-30 tahun. Distribusi frekuensi tertinggi masing-masing

diagnosis trauma okuli seringkali berada di kisaran kelompok umur 1-30. Closed

globe injury merupakan jenis trauma dengan frekuensi tertinggi di masing-

masing kelompok umur. Terdapat hubungan antara umur dengan trauma okuli (p

= 0,006).

3.4 Hubungan Antara Tajam Penglihatan Awal dan Jenis Trauma Okuli

Tabel 3.8 menunjukkan gambaran tajam penglihatan pada penderita trauma

okuli di RSUP Sanglah

25
Tabel 3.8 Hubungan Antara Tajam Penglihatan Awal dan Jenis Trauma Okuli

Diagnosis trauma okuli


Tajam
Penglihatan Open globe Closed globe Chemical Thermal Foreign body + p
photoelectric

Normal n(%) 4(2,90) 77(56,6) 44(32,40) 1(0,70) 10(7,40)

Mild n(%) 3(1,30) 138(60,8) 61(26,90) 11(4,80) 14(6,20)

Low n(%) 26(12,40) 90(43,1) 63(30,10) 20(9,60) 10(4,80) 0,001

Blind n(%) 126(50,20) 99(39,4) 19(7,60) 4(1,60) 3(1,20)

FO,FL n(%) 14(17,10) 44(53,7) 7(8,50) 14(17,10) 3(3,70)

173(19,10) 448(49,5) 194(21,40) 50(5,50) 40(4,40)

Sebanyak 50,2% tajam penglihatan yang masuk ke dalam kategori

blindness adalah disebabkan oleh open globe injury. Visus penderita yang masuk

dalam kategori normal paling banyak terdapat pada trauma tipe closed globe

(56,6%). Secara umum, frekuensi tertinggi tajam penglihatan penderita trauma

okuli yang berobat ke RSUP Sanglah masuk kedalam kategori blindness.

Terdapat hubungan antara tajam penglihatan awal penderita dengan jenis trauma

okuli yang dialaminya (p=0,001).

3.5 Hubungan Antara Lokasi Kejadian dan Jenis Trauma Okuli

Data mengenai hubungan antara kejadian trauma okuli dan lokasi kejadian

trauma, akan ditampilkan dalam Tabel 3.9.

26
Tabel 3.9 Hubungan Antara Lokasi Kejadian dan Jenis Trauma Okuli

Diagnosis trauma okuli


Lokasi

Kejadian Open globe Closed globe Chemical Thermal Foreign body + p


photoelectric

Rumah n(%) 93(17,40) 278(51,90) 124(23,10) 29(5,40) 12(2,20)

Tempat 61(27) 71(31,40) 46(20,40) 21(9,30) 27(11,90)

Kerja n(%)
0,001
Jalan n(%) 18(15,40) 75(64,10) 24(20,50) 0(0) 0(0)

Tempat 1(3,80) 24(92,30) 0(0) 0(0) 1(3,80)


Olahraga n(%)

173(19,10) 448(49,50) 194(21,40) 50(5,50) 40(4,40)

Sebagian besar kasus trauma okuli terjadi di rumah penderita, kecuali

pada kasus foreign body, dan photoelectric trauma. Kedua kasus tersebut lebih

banyak terjadi di tempat kerja. Kejadian trauma di rumah paling banyak bersifat

closed globe (51,9%), demikian pula pada kasus trauma yang terjadi pada lokasi

lainnya. Hasil uji Chi-Square menunjukkan adanya hubungan antara lokasi

kejadian dengan kasus trauma okuli (p = 0,001).

27
BAB IV

PEMBAHASAN

Trauma okuli merupakan salah satu penyebab morbiditas pada mata yang dapat

dicegah. Seringkali kasus trauma okuli berujung pada kebutaan, namun hanya

sebagian kecil kasus trauma okuli yang bersifat bilateral, oleh karena itu kasus

trauma okuli jarang mengakibatkan kebutaan pada kedua mata. Beberapa

penelitian menyebutkan bahwa kejadian trauma okuli lebih banyak ditemukan di

negara berkembang. Beberapa faktor risiko yang dilaporkan terkait dengan

kejadian trauma, di antaranya adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan (Krishnaiah

dkk, 2006; Nirmalan dkk 2004; McCarty dkk, 1999).

Penelitian di Beaver Dam mengenai trauma okuli menemukan bahwa

laki-laki memiliki kecenderungan sebesar 4 kali lipat lebih besar untuk

mengalami trauma okuli dibandingkan perempuan (Wong dkk, 2000). Penelitian

di New Zealand juga menemukan bahwa laki-laki lebih banyak mengalami

kejadian trauma okuli daripada perempuan (74%:26%, p<0,001) (Pandita dan

Merriman, 2012). Penelitian yang dilakukan di Nigeria mendapatkan hal yang

sama pula, dimana kasus trauma okuli di daerah tersebut didominasi oleh pria

(61,4%) (Emem dan Uwemedimbuk, 2012). Penelitian di RSUP Sanglah pada

tahun 2006-2008 menyebutkan bahwa kasus trauma okuli sebagian besar diderita

oleh laki-laki (78,4%) (Djelantik dkk, 2010).

Penelitian ini juga mendapatkan hasil yang konsisten dengan penelitian-

penelitian tersebut di atas, dimana didapatkan jumlah penderita yang berjenis

kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan (74,1%:25,9%).

28
Penderita dengan jenis kelamin laki-laki memiliki frekuensi kejadian tertinggi

hampir di setiap tipe trauma okuli yang berobat ke RSUP Sanglah, kecuali pada

kasus introrbital foreign body, dimana hanya ditemukan satu kasus saja pada

perempuan, selama periode penelitian. Hasil uji Chi-Square pada penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dan kasus trauma

okuli (p = 0,005). Jumlah penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan,

diduga disebabkan karena laki-laki memiliki aktivitas sehari-hari yang lebih

banyak, dan jenis pekerjaan yang relatif lebih berisiko mengalami trauma

(Krishnaiah dkk, 2006; Nirmalan dkk, 2004).

Beberapa penelitian menyatakan bahwa usia muda merupakan salah satu

faktor risiko kejadian trauma okuli. Penelitian yang dilakukan di Yunani

menemukan bahwa kejadian open globe injury paling banyak terjadi di

kelompok umur 0-19 tahun, sedangkan untuk kasus closed globe injury, paling

banyak ditemukan pada kelompok umur 20-39 tahun (Mela dkk, 2005).

Penelitian lainnya yang dilakukan di India juga mendapatkan hasil yang sama,

dimana pada penelitian tersebut didapatkan bahwa kejadian trauma paling sering

berada pada kelompok umur 21-40 tahun (Dhasmana dkk, 2012). Penelitian di

Nigeria menemukan hasil yang serupa, yaitu kejadian trauma okuli paling

banyak didapatkan pada kelompok umur produktif (21-50 tahun) (Emem dan

Uwemedimbuk, 2012). Penelitian di RSUP Sanglah pada tahun 2006-2008

menemukan bahwa kejadian trauma okuli terbanyak terjadi pada kelompok usia

15-40 tahun (Djelantik dkk, 2010).

Sebanyak 60% penderita trauma okuli pada penelitian ini berusia 30 tahun

kebawah. Kasus terbanyak ditemukan pada kelompok umur 21-30 tahun (20,9%).

29
Penelitian ini juga menemukan adanya hubungan antara kelompok umur dan

kejadian trauma (p = 0,006). Hasil ini serupa dengan beberapa penelitian yang

telah dilakukan tersebut. Tingginya kejadian trauma okuli di usia muda pada

umumnya berkaitan dengan tingginya paparan aktivitas yang berisiko pada usia

tersebut, seperti pekerjaan, olahraga, serta angka kecelakaan lalu lintas

(Aghadoost, 2014; Wong dkk, 2000).

Penelitian yang dilakukan di Cina pada tahun 2001-2010, mencatat

bahwa frekuensi tertinggi tajam penglihatan pasien trauma okuli adalah antara

4/200 hingga persepsi cahaya (45,1%). Penelitian tersebut juga melaporkan

bahwa tajam penglihatan pada open globe injury memiliki prognosis yang lebih

buruk jika dibandingkan dengan closed globe injury (Cao dkk, 2012). Penelitian

di India mendapatkan bahwa sebanyak 27 kasus (26,12%) trauma okuli memiliki

tajam penglihatan di antara 1/60 hingga persepsi cahaya. Tajam penglihatan pada

penderita closed globe injury lebih baik daripada open globe injury, dimana

didapatkan sebanyak 19 kasus (34,54%) memiliki tajam penglihatan 6/12 atau

lebih baik. Hanya ditemukan 5 penderita (12,5%) open globe injury yang

memiliki tajam penglihatan 6/12 atau lebih (Dhasmana dkk, 2012). Hasil yang

didapatkan dari penelitian di RSUP Sanglah, pada tahun 2006-2008, adalah

berbeda, dimana sebagian besar penderita trauma okuli yang datang pada periode

tersebut memiliki tajam penglihatan > 6/18 (Djelantik dkk, 2010).

Sebanyak 251 (27,7%) penderita trauma okuli yang berobat ke RSUP

Sanglah memiliki tajam penglihatan yang masuk kedalam kategori blindness.

Penyebab kasus dengan tajam penglihatan blindness terbanyak adalah open globe

injury, yaitu sebanyak 126 kasus (50,2%). Tajam penglihatan penderita dengan

30
closed globe injury cenderung lebih baik, daripada penderita dengan open globe

injury. Tajam penglihatan normal dimiliki oleh sebanyak 77 pasien (56,6%)

closed globe injury, sedangkan hanya 4 (2,9%) pasien dengan open globe injury

yang memiliki visus dengan kategori normal. Penelitian ini mendapatkan bahwa

terdapat hubungan antara tajam penglihatan dan tipe trauma okuli (p = 0,000).

Gangguan tajam penglihatan pada kasus trauma okuli dipengaruhi oleh tingkat

kerusakan yang terjadi pada struktur bola mata. Pasien dengan luka terbuka pada

struktur bola mata, apalagi hingga mengenai segmen posterior, memiliki

prognosis yang lebih buruk, oleh karena itu pasien dengan open globe injury

pada umumnya memiliki visus yang lebih buruk jika dibandingkan dengan

pasien closed globe injury (Cao dkk, 2012; Omolase dkk, 2011; Cillino dkk,

2008; Oum dkk, 2004).

Penelitian di New Zaeland mendapatkan bahwa closed globe injury

merupakan tipe trauma yang paling sering ditemukan, yaitu sebanyak 568 kasus,

sedangkan open globe injury hanya sebesar 253 kasus (Pandita dan Merriman,

2012). Penelitian di India pada tahun 2008 mendapatkan bahwa sebanyak 55

(53,39%) kasus trauma okuli merupakan tipe closed globe injury (Dhasmana

dkk, 2012). Penelitian yang dilakukan di Sanglah sebelumnya membagi trauma

menjadi trauma tajam, tumpul, kimia, fisik, termal, extraocular dan intraocular

foreign body. Penelitian tersebut menemukan bahwa trauma tumpul merupakan

tipe trauma yang paling sering terjadi, yaitu sebanyak 255 kasus (26,2%),

walaupun jumlahnya tidak terlalu berbeda jauh dengan kasus trauma tajam

(23,9%), atau kasus extraocular foreign body (25,6%) (Djelantik dkk, 2010).

Penelitian yang dilakukan di Nigeria walaupun juga belum membagi trauma

31
mekanis berdasarkan kriteria BETT, namun dari data yang ditampilkan,

diketahui bahwa trauma pada palpebra dan konjungtiva, yang termasuk dalam

kriteria closed globe injury, merupakan trauma yang paling banyak terjadi, yaitu

sebesar 38,6% (Emem dan Uwemedimbuk, 2012).

Closed globe injury merupakan tipe trauma yang paling sering ditemukan

pada penelitian ini, yaitu sebanyak 448 (49,5%) kasus. Temuan ini konsisten

dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya. Tingginya frekuensi closed globe

injury tersebut kemungkinan terkait dengan temuan bahwa penyebab trauma

tersering pada penelitian ini adalah kayu (16,8%), yang merupakan benda

tumpul. Sejumlah penelitian menyimpulkan bahwa tipe trauma yang dialami

oleh seseorang, diduga terkait dengan aktivitas yang sering dilakukan sehari-hari

oleh orang tersebut (Aghadoost, 2014; Pandita dan Merriman, 2012).

Penelitian di Korea mendapatkan bahwa kejadian trauma tersering terjadi

di lingkungan rumah (Oum dkk, 2004). Hal yang sama juga ditemukan dari

penelitian di RSUP Sanglah pada tahun 2006-2008 (Djelantik dkk, 2010).

Banyak juga penelitian lainnya yang menyebutkan bahwa tempat kerja

merupakan lokasi tersering terjadinya trauma okuli (Cao dkk, 2012; Omolase

dkk, 2011; Rahman dkk, 2006; Wong dkk, 2000).

Lokasi kejadian trauma pada penelitian ini sebagian besar terjadi di rumah.

Sebanyak 536 (59,2%) kasus trauma terjadi di rumah, dimana kasus trauma yang

terjadi didominasi oleh tipe closed globe injury (51,9%). Tempat kerja menempati

peringkat kedua lokasi tersering terjadinya trauma, yaitu sebanyak 226 (25%) kasus.

Corneal foreign body dan photoelectric trauma merupakan tipe trauma yang lebih

banyak ditemukan di tempat kerja. Uji Chi-Square menunjukkan

32
bahwa terdapat hubungan antara lokasi kejadian trauma dengan jenis trauma

okuli pada penelitian ini. Terdapat perbedaan mengenai lokasi kejadian trauma

di berbagai penelitian. Tingginya kejadian trauma di rumah diperkirakan

disebabkan oleh tingginya kejadian trauma pada kelompok umur 1-10 tahun.

Anak pada usia 1-10 tahun lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.

Penggunaan alat -alat bantu, dan bahan-bahan kimia di rumah juga semakin

meningkat. Risiko jatuh di dalam rumah pada penduduk usia tua juga semakin

meningkat. (Dhasmana dkk, 2012; Omolase dkk, 2011).

33
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah pasien trauma okuli

yang berobat ke RSUP Sanglah Denpasar periode Juli 2011 sampai Februari

2015 sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (74,1%), dengan usia rata-rata

27,92 ± 18,12 tahun dan sebagian besar berdomisili di Denpasar (85,6%).

Diagnosis trauma okuli yang paling banyak adalah closed globe injury (49,5%).

Penderita trauma okuli terbanyak berada pada kelompok umur 21-30 tahun

(20,9%). Tajam penglihatan pasien trauma okuli pada penelitian ini terbanyak

masuk kedalam kategori blindness (27,7%). Lokasi kejadian trauma okuli

terbanyak adalah di rumah (59,2%). Terdapat hubungan antara kelompok umur

dengan trauma okuli (p = 0,006). Terdapat pula hubungan antara jenis kelamin

dan tipe trauma okuli (p = 0,005). Tajam penglihatan berhubungan dengan jenis

trauma okuli (p = 0,001). Hasil uji Chi-Square menunjukkan adanya hubungan

antara lokasi kejadian dengan trauma okuli (p = 0,001).

5.2 Saran

Sistem pencatatan data pasien harus lebih baik lagi, untuk pasien mata yang

berobat ke RSUP Sanglah pada umumnya dan pasien trauma okuli pada

khususnya. Pencatatan yang lebih baik tersebut perlu dilakukan sehingga data

pasien yang terkumpul lebih lengkap, dan dapat digunakan sebagai alternatif

tambahan dari data rekam medis rumah sakit. Data tersebut nantinya akan dapat

digunakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

34
DAFTAR PUSTAKA

Aghadoost D. 2014. Ocular Trauma: An Overview. Arch Trauma Res, 3(2): 1-2.
Agrawal R. 2009. Evaluation and Initial Management of A Patient with Ocular
Trauma. In : Garg, A., Shukla, B., Bovet, J., Sachdev, M., Dhull, C.,
Ruiz-Moreno, J., Johnson, M., Mehta, K., Pajic, B., editors. Clinical
st
Diagnosis and Management of Ocular Trauma. 1 . Ed. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publishers. P. 13-21.
Blanch R, Good P, Shah P, Bishop J, Logan A, dkk. 2013. Visual Outcomes
after Blunt Ocular Trauma. Ophthalmology, 120: 1588-1591.
Cao H, Li L, dan Zhang M. 2012. Epidemiology of Patients Hospitalized for
Ocular Trauma in the Chaoshan Region of China, 2001–2010. Plos One,
7(10): 1-7.
Dandona L, dan Dandona R. 2006. Revision of visual impairment definitions in
the International Statistical Classification of Diseases. BMC Medicine
4(7): 1-7.
Dhasmana R, Bahadur H, dan Jain K. 2012. Profile of Ocular Trauma in
Uttarakhand, A Hospital Based Study. Indian Journal of Community
Health, 24(4): 297-303.
Djelantik S, Andayani A, dan Widiana R. 2010. The Relation of Onset of
Trauma and Visual Acuity on Traumatic Patient. Jurnal Oftalmologi
Indonesia, 7(3): 85-90.
Dua H, King A, dan Joseph A. 2001. A New Classification of Ocular Surface
Burns. Br J Ophthalmol, 85: 1379-1383.
Emem A, dan Uwemedimbuk E. 2012. Prevalence of Traumatic Ocular Injuries
in A Teaching Hospital in South-South Nigeria A Two Years Review.
Adv Trop Med Pub Health Int, 2(3): 102-108.
Krishnaiah S, Nirmalan P, Shamana B, Srinivas M, Rao G, dkk. 2006. Ocular
Trauma in a Rural Population of Southern India. Ophthalmology, 113:
1159-1164.
Kuhn F, Morris R, Mester V, dan Witherspoon C. 2008. Terminology of
Mechanical Injuries: The Birmingham Eye Trauma Terminology
(BETT). Ocular Traumatology, p.3-11.
McCarty C, Fu C, dan Taylor H. 1999. Epidemiology of Ocular Trauma in
Australia. Ophthalmology, 106: 1847-1852.
Nassaralla J dan Nassaralla B. 2009. Epidemiology and New Classification of
Ocular Trauma. In : Garg, A., Shukla, B., Bovet, J., Sachdev, M., Dhull,
C., Ruiz-Moreno, J., Johnson, M., Mehta, K., Pajic, B., editors. Clinical

35
st
Diagnosis and Management of Ocular Trauma. 1 . Ed. New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. P. 3-6.
Nirmalan P, Katz J, Tielsch J, Robin A, Thulasiraj R, dkk. 2004. Ocular Trauma
in a Rural South Indian Population. Ophthalmology, 111: 1778-1781.
Pandita A, dan Merriman M. 2012. Ocular Trauma Epidemiology: 10-year
Retrospective Study. Journal of the New Zealand Medical Association,
125: 61-69.
Shukla B dan Shukla D. 2009. New Classification of Ocular Trauma. In : Garg,
A., Shukla, B., Bovet, J., Sachdev, M., Dhull, C., Ruiz-Moreno, J.,
Johnson, M., Mehta, K., Pajic, B., editors. Clinical Diagnosis and
st
Management of Ocular Trauma. 1 . Ed. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers. P. 7-9.
Shukla B. 2009. Clinical Evaluation of Ocular Trauma. In : Garg, A., Shukla, B.,
Bovet, J., Sachdev, M., Dhull, C., Ruiz-Moreno, J., Johnson, M., Mehta,
K., Pajic, B., editors. Clinical Diagnosis and Management of Ocular
st
Trauma. 1 . Ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. P. 10-
12.
Voon L, See J, dan Wong T. 2001. The Epidemiology of Ocular Trauma in
Singapore: Perspective From The Emergency Service of Large Tertiary
Hospital. Royal College of Ophthalmologists, 15: 75-81.
Wong T, Klein B, dan Klein R. 2000. The Prevalence and 5-year Incidence of
Ocular Trauma. Ophthalmology, 107: 2196-2202.

36
37

Anda mungkin juga menyukai