Trauma Okuli
Trauma Okuli
Trauma Okuli
2016
ABSTRAK
viii
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................... 28
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 34
5.1. Simpulan ……………………………………………………………….. . 34
5.2. Saran ……………………………………………………………………. 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 35
LAMPIRAN .................................................................. ………………………….; .. 36
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.6 Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Jenis Trauma Okuli .................. 24
Tabel 3.7 Hubungan Antara Kelompok Umur dan Jenis Trauma Okuli ............. 25
Tabel 3.8 Hubungan Antara Tajam Penglihatan Awal dan Jenis Trauma Okuli 26
Tabel 3.9 Hubungan Antara Lokasi Kejadian dan Jenis Trauma Okuli ………... 27
x
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma okuli merupakan salah satu penyebab utama morbiditas pada mata dan
berkembang (Serrano dkk, 2003; Negrel dkk, 1998). Faktor risiko yang berkaitan
tempat kerja, kecelakaan lalu lintas, serta tingkat sosial ekonomi rendah.
Kebutaan yang disebabkan oleh trauma okuli jarang bersifat bilateral, namun
mengingat bahwa penderita trauma okuli pada umumnya berada dalam usia
perawatan trauma yang panjang, oleh karena itu trauma okuli dikatakan memiliki
negara, menunjukkan bahwa prevalensi tertinggi terjadi pada populasi berusia muda
dengan tingkat sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah (McCarty dkk, 1999).
Sekitar 55 juta populasi penduduk dunia mengalami trauma okuli yang berakibat
terdapat 1,6 juta pasien yang mengalami kebutaan tiap harinya (Wong dkk, 2000).
11
tahun dan menetap di sebuah kota kecil, dilaporkan pernah mengalami kejadian
menyebutkan bahwa sekitar 29.000 kasus trauma okuli terjadi setiap tahunnya,
dan mengakibatkan kerugian sebesar $155 juta (McCarty dkk, 1999). Prevalensi
Angka prevalensi trauma okuli di Nigeria lebih tinggi daripada di India, yaitu
trauma tumpul, dan dominan dialami oleh laki-laki, dengan usia 15 – 40 tahun
hingga saat ini masih belum terdapat klasifikasi yang standar. Duke-Elder
membagi trauma okuli menjadi dua, yaitu mekanik dan non mekanik, selain itu
rekannya membagi trauma menjadi open globe dan closed globe. Klasifikasi
tersebut berdasarkan kedalaman luka pada dinding bola mata, yang dalam hal ini
adalah kornea dan sklera. Trauma dikatakan open globe apabila kedalaman luka
mencapai keseluruhan tebal dinding bola mata, sedangkan trauma closed globe
adalah trauma yang hanya mengenai sebagian dinding bola mata. Open globe
sendiri dapat dibagi menjadi laserasi apabila disebabkan oleh benda tajam, dan
ruptur apabila disebabkan oleh benda tumpul (Kuhn, 1996). Kedua klasifikasi
12
tersebut, hanya terbatas pada trauma mekanik, sedangkan mata juga dapat
trauma kimia dan trauma termal, oleh karena itu pada kedua jenis trauma itu,
trauma non mekanik, di antaranya adalah klasifikasi Dua dan Roper-Hall (Dua,
Trauma okuli merupakan salah satu penyebab kebutaan yang dapat dicegah,
prevalensi dan insiden trauma okuli masih sangat sedikit. Penelitian deskriptif ini
Sanglah Denpasar, sehingga didapatkan data yang bisa digunakan sebagai dasar
13
1.3 Tujuan Penelitian
14
1.4 Manfaat
serta beberapa faktor yang terkait dengan kejadian trauma okuli pada pasien
yang dirawat di RSUP Sanglah. Hasil penelitian ini juga bermanfaat sebagai
dalam upaya pencegahan kejadian trauma okuli. Manfaat lain penelitian ini
adalah dapat dijadikan dasar dalam melakukan penelitian mengenai trauma okuli
di masa mendatang.
15
BAB II
METODE PENELITIAN
potong lintang (cross sectional). Data dikumpulkan secara retrospektif dari rekam
medik pasien. Data yang diambil pada penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur,
domisili, diagnosis, lokasi kejadian, visus awal, serta obyek penyebab trauma.
mencatat data pasien trauma okuli yang dimulai dari bulan Juli 2011 sampai
Februari 2015.
Populasi target pada penelitian ini adalah semua pasien trauma okuli. Populasi
terjangkau adalah pasien trauma okuli yang datang berobat ke RSUP Sanglah
Denpasar selama periode Juli 2011 hingga Februari 2015. Subyek penelitian
Kriteria inklusi adalah semua pasien trauma okuli yang datang berobat ke RSUP
16
2.4.2 Kriteria Eksklusi
2.5.1 Trauma okuli adalah kejadian trauma yang mengenai bola mata dan
2.5.2 Open globe injury adalah tipe trauma okuli dimana luka yang terjadi
2.5.3 Closed globe injury adalah tipe trauma okuli dimana luka yang terjadi
tidak mengenai keseluruhan tebal dinding bola mata (Kuhn dkk, 2008).
2.5.4 Chemical trauma adalah tipe trauma okuli yang disebabkan oleh kontak
2.5.5 Thermal injury adalah tipe trauma okuli yang dapat disebabkan oleh
ledakan kembang api, petasan, uap panas, air mendidih, atau lelehan
2.5.6 Corneal foreign body adalah benda asing yang terdapat di permukaan
2.5.7 Intraorbital foreign body adalah benda asing yang terdapat di dalam
ruangan orbita, namun masih diluar bola mata (Fulcher dkk, 2002).
2.5.8 Photoelectric trauma adalah trauma pada epitel kornea yang disebabkan
pelindung, dimana salah satu contohnya adalah sinar las. Trauma ini
17
2.5.9 Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara
2.5.10 Umur adalah angka yang ditentukan berdasarkan selisih dari tahun
2.5.11 Area domisili adalah kabupaten atau kota tempat tinggal pasien seperti
2.5.12 Tajam penglihatan adalah tajam penglihatan terbaik pasien saat pasien
snellen chart atau E chart dengan jarak 6 meter atau dengan hitung jari,
trauma okuli. Lokasi pada penelitian ini dibagi menjadi rumah, tempat
18
2.6 Analisis Data
Semua data yang telah diperoleh kemudian dimasukkan dalam tabel kerja dan
data yang berskala numerik akan ditampilkan dalam bentuk rerata dan standar
deviasi. Tabulasi silang dilakukan guna menguji hubungan antara variabel, jenis
kelamin, kelompok umur, lokasi kejadian, serta tajam penglihatan awal dengan
variabel diagnosis trauma okuli. Hasil analisis data kemudian diuji dengan
< 0,05.
19
BAB III
HASIL PENELITIAN
Selama periode Juli 2011 sampai Februari 2015 terdapat 905 pasien trauma okuli
Domisili
Denpasar 775 (85,60%)
Badung 30 (3,30%)
Gianyar 16 (1,80%)
Karangasem 22 (2,40%)
Buleleng 3 (0,30%)
Tabanan 24 (2,70%)
Klungkung 11 (1,20%)
Jembrana 18 (2,%)
Bangli 6 (0,70%)
20
Tabel 3.1 menunjukkan distribusi karakteristik pasien trauma okuli yang
datang RSUP Sanglah dari bulan Juli 2011 hingga Februari 2015. Penderita trauma
okuli yang berobat ke RSUP Sanglah sebagian besar berjenis kelamin laki-laki
(74,1%), sedangkan pasien dengan jenis kelamin perempuan hanya sebesar 25,9%.
Rerata umur pasien dengan trauma okuli yang datang ke RSUP Sanglah adalah
27,92 ± 18,12. Kelompok umur antara 21-30 tahun merupakan kelompok umur
dengan frekuensi terbanyak, diikuti oleh kelompok umur 1-10 tahun dengan
frekuensi yang tidak jauh berbeda. Denpasar merupakan daerah domisili sebagian
orang pasien (27,7%) memiliki visus yang masuk kedalam kategori blindness,
sedangkan pasien yang memiliki tajam penglihatan normal, hanya sebanyak 136
21
Penyebab trauma okuli pada pasien yang datang ke RSUP Sanglah
pada pasien yang datang ke RSUP Sanglah. Kayu merupakan objek yang paling
periode Juli 2011 hingga Februari 2015 disajikan dalam Tabel 3.4.
22
Tabel 3.4 Diagnosis Pasien Trauma Okuli RSUP Sanglah
Periode Juli 2011-Februari 2015
Diagnosis n (%)
trauma yang paling banyak ditemukan di RSUP Sanglah. Sebanyak 448 pasien
menderita closed globe injury (49,5%). Peringkat kedua ditempati oleh trauma
kimia, yaitu sebanyak 194 pasien (21,4%). Kasus benda asing intraorbita hanya
Gambaran lokasi tempat kejadian trauma yang diderita oleh pasien yang
Lokasi n (%)
23
merupakan lokasi dengan frekuensi terendah terjadinya trauma pada pasien yang
Tabel 3.6 Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Jenis Trauma Okuli
Jenis Kelamin Open globe Closed globe Chemical Thermal Foreign body p
+
photoelectric
Berdasarkan Tabel 3.6 diatas terlihat bahwa hampir di semua tipe trauma
okuli, jumlah penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan, kecuali pada
kasus intraorbital foreign body, dimana hanya ditemukan satu kasus pada pasien
berjenis kelamin perempuan. Closed globe injury merupakan jenis trauma yang
paling banyak dijumpai pada laki-laki dan perempuan. Hasil uji Chi-Square
Hubungan antara kelompok umur dan diagnosis trauma okuli disajikan pada
Tabel 3.7.
24
Tabel 3.7 Hubungan Antara Kelompok Umur dan Jenis Trauma Okuli
umur
Open globe Closed globe Chemical Thermal Foreign body + p
(tahun) photoelectric
Tabel 3.7 menunjukkan bahwa kejadian trauma okuli lebih banyak terjadi
diagnosis trauma okuli seringkali berada di kisaran kelompok umur 1-30. Closed
masing kelompok umur. Terdapat hubungan antara umur dengan trauma okuli (p
= 0,006).
3.4 Hubungan Antara Tajam Penglihatan Awal dan Jenis Trauma Okuli
25
Tabel 3.8 Hubungan Antara Tajam Penglihatan Awal dan Jenis Trauma Okuli
blindness adalah disebabkan oleh open globe injury. Visus penderita yang masuk
dalam kategori normal paling banyak terdapat pada trauma tipe closed globe
Terdapat hubungan antara tajam penglihatan awal penderita dengan jenis trauma
Data mengenai hubungan antara kejadian trauma okuli dan lokasi kejadian
26
Tabel 3.9 Hubungan Antara Lokasi Kejadian dan Jenis Trauma Okuli
Kerja n(%)
0,001
Jalan n(%) 18(15,40) 75(64,10) 24(20,50) 0(0) 0(0)
pada kasus foreign body, dan photoelectric trauma. Kedua kasus tersebut lebih
banyak terjadi di tempat kerja. Kejadian trauma di rumah paling banyak bersifat
closed globe (51,9%), demikian pula pada kasus trauma yang terjadi pada lokasi
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Trauma okuli merupakan salah satu penyebab morbiditas pada mata yang dapat
dicegah. Seringkali kasus trauma okuli berujung pada kebutaan, namun hanya
sebagian kecil kasus trauma okuli yang bersifat bilateral, oleh karena itu kasus
sama pula, dimana kasus trauma okuli di daerah tersebut didominasi oleh pria
tahun 2006-2008 menyebutkan bahwa kasus trauma okuli sebagian besar diderita
28
Penderita dengan jenis kelamin laki-laki memiliki frekuensi kejadian tertinggi
hampir di setiap tipe trauma okuli yang berobat ke RSUP Sanglah, kecuali pada
kasus introrbital foreign body, dimana hanya ditemukan satu kasus saja pada
perempuan, selama periode penelitian. Hasil uji Chi-Square pada penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dan kasus trauma
banyak, dan jenis pekerjaan yang relatif lebih berisiko mengalami trauma
kelompok umur 0-19 tahun, sedangkan untuk kasus closed globe injury, paling
banyak ditemukan pada kelompok umur 20-39 tahun (Mela dkk, 2005).
Penelitian lainnya yang dilakukan di India juga mendapatkan hasil yang sama,
dimana pada penelitian tersebut didapatkan bahwa kejadian trauma paling sering
berada pada kelompok umur 21-40 tahun (Dhasmana dkk, 2012). Penelitian di
Nigeria menemukan hasil yang serupa, yaitu kejadian trauma okuli paling
banyak didapatkan pada kelompok umur produktif (21-50 tahun) (Emem dan
menemukan bahwa kejadian trauma okuli terbanyak terjadi pada kelompok usia
Sebanyak 60% penderita trauma okuli pada penelitian ini berusia 30 tahun
kebawah. Kasus terbanyak ditemukan pada kelompok umur 21-30 tahun (20,9%).
29
Penelitian ini juga menemukan adanya hubungan antara kelompok umur dan
kejadian trauma (p = 0,006). Hasil ini serupa dengan beberapa penelitian yang
telah dilakukan tersebut. Tingginya kejadian trauma okuli di usia muda pada
umumnya berkaitan dengan tingginya paparan aktivitas yang berisiko pada usia
bahwa frekuensi tertinggi tajam penglihatan pasien trauma okuli adalah antara
bahwa tajam penglihatan pada open globe injury memiliki prognosis yang lebih
buruk jika dibandingkan dengan closed globe injury (Cao dkk, 2012). Penelitian
tajam penglihatan di antara 1/60 hingga persepsi cahaya. Tajam penglihatan pada
penderita closed globe injury lebih baik daripada open globe injury, dimana
lebih baik. Hanya ditemukan 5 penderita (12,5%) open globe injury yang
memiliki tajam penglihatan 6/12 atau lebih (Dhasmana dkk, 2012). Hasil yang
berbeda, dimana sebagian besar penderita trauma okuli yang datang pada periode
Penyebab kasus dengan tajam penglihatan blindness terbanyak adalah open globe
injury, yaitu sebanyak 126 kasus (50,2%). Tajam penglihatan penderita dengan
30
closed globe injury cenderung lebih baik, daripada penderita dengan open globe
closed globe injury, sedangkan hanya 4 (2,9%) pasien dengan open globe injury
yang memiliki visus dengan kategori normal. Penelitian ini mendapatkan bahwa
terdapat hubungan antara tajam penglihatan dan tipe trauma okuli (p = 0,000).
Gangguan tajam penglihatan pada kasus trauma okuli dipengaruhi oleh tingkat
kerusakan yang terjadi pada struktur bola mata. Pasien dengan luka terbuka pada
prognosis yang lebih buruk, oleh karena itu pasien dengan open globe injury
pada umumnya memiliki visus yang lebih buruk jika dibandingkan dengan
pasien closed globe injury (Cao dkk, 2012; Omolase dkk, 2011; Cillino dkk,
merupakan tipe trauma yang paling sering ditemukan, yaitu sebanyak 568 kasus,
sedangkan open globe injury hanya sebesar 253 kasus (Pandita dan Merriman,
(53,39%) kasus trauma okuli merupakan tipe closed globe injury (Dhasmana
menjadi trauma tajam, tumpul, kimia, fisik, termal, extraocular dan intraocular
tipe trauma yang paling sering terjadi, yaitu sebanyak 255 kasus (26,2%),
walaupun jumlahnya tidak terlalu berbeda jauh dengan kasus trauma tajam
(23,9%), atau kasus extraocular foreign body (25,6%) (Djelantik dkk, 2010).
31
mekanis berdasarkan kriteria BETT, namun dari data yang ditampilkan,
diketahui bahwa trauma pada palpebra dan konjungtiva, yang termasuk dalam
kriteria closed globe injury, merupakan trauma yang paling banyak terjadi, yaitu
Closed globe injury merupakan tipe trauma yang paling sering ditemukan
pada penelitian ini, yaitu sebanyak 448 (49,5%) kasus. Temuan ini konsisten
tersering pada penelitian ini adalah kayu (16,8%), yang merupakan benda
oleh seseorang, diduga terkait dengan aktivitas yang sering dilakukan sehari-hari
di lingkungan rumah (Oum dkk, 2004). Hal yang sama juga ditemukan dari
merupakan lokasi tersering terjadinya trauma okuli (Cao dkk, 2012; Omolase
Lokasi kejadian trauma pada penelitian ini sebagian besar terjadi di rumah.
Sebanyak 536 (59,2%) kasus trauma terjadi di rumah, dimana kasus trauma yang
terjadi didominasi oleh tipe closed globe injury (51,9%). Tempat kerja menempati
peringkat kedua lokasi tersering terjadinya trauma, yaitu sebanyak 226 (25%) kasus.
Corneal foreign body dan photoelectric trauma merupakan tipe trauma yang lebih
32
bahwa terdapat hubungan antara lokasi kejadian trauma dengan jenis trauma
okuli pada penelitian ini. Terdapat perbedaan mengenai lokasi kejadian trauma
disebabkan oleh tingginya kejadian trauma pada kelompok umur 1-10 tahun.
Anak pada usia 1-10 tahun lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.
Penggunaan alat -alat bantu, dan bahan-bahan kimia di rumah juga semakin
meningkat. Risiko jatuh di dalam rumah pada penduduk usia tua juga semakin
33
BAB V
5.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah pasien trauma okuli
yang berobat ke RSUP Sanglah Denpasar periode Juli 2011 sampai Februari
2015 sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (74,1%), dengan usia rata-rata
Diagnosis trauma okuli yang paling banyak adalah closed globe injury (49,5%).
Penderita trauma okuli terbanyak berada pada kelompok umur 21-30 tahun
(20,9%). Tajam penglihatan pasien trauma okuli pada penelitian ini terbanyak
dengan trauma okuli (p = 0,006). Terdapat pula hubungan antara jenis kelamin
dan tipe trauma okuli (p = 0,005). Tajam penglihatan berhubungan dengan jenis
5.2 Saran
Sistem pencatatan data pasien harus lebih baik lagi, untuk pasien mata yang
berobat ke RSUP Sanglah pada umumnya dan pasien trauma okuli pada
khususnya. Pencatatan yang lebih baik tersebut perlu dilakukan sehingga data
pasien yang terkumpul lebih lengkap, dan dapat digunakan sebagai alternatif
tambahan dari data rekam medis rumah sakit. Data tersebut nantinya akan dapat
34
DAFTAR PUSTAKA
Aghadoost D. 2014. Ocular Trauma: An Overview. Arch Trauma Res, 3(2): 1-2.
Agrawal R. 2009. Evaluation and Initial Management of A Patient with Ocular
Trauma. In : Garg, A., Shukla, B., Bovet, J., Sachdev, M., Dhull, C.,
Ruiz-Moreno, J., Johnson, M., Mehta, K., Pajic, B., editors. Clinical
st
Diagnosis and Management of Ocular Trauma. 1 . Ed. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publishers. P. 13-21.
Blanch R, Good P, Shah P, Bishop J, Logan A, dkk. 2013. Visual Outcomes
after Blunt Ocular Trauma. Ophthalmology, 120: 1588-1591.
Cao H, Li L, dan Zhang M. 2012. Epidemiology of Patients Hospitalized for
Ocular Trauma in the Chaoshan Region of China, 2001–2010. Plos One,
7(10): 1-7.
Dandona L, dan Dandona R. 2006. Revision of visual impairment definitions in
the International Statistical Classification of Diseases. BMC Medicine
4(7): 1-7.
Dhasmana R, Bahadur H, dan Jain K. 2012. Profile of Ocular Trauma in
Uttarakhand, A Hospital Based Study. Indian Journal of Community
Health, 24(4): 297-303.
Djelantik S, Andayani A, dan Widiana R. 2010. The Relation of Onset of
Trauma and Visual Acuity on Traumatic Patient. Jurnal Oftalmologi
Indonesia, 7(3): 85-90.
Dua H, King A, dan Joseph A. 2001. A New Classification of Ocular Surface
Burns. Br J Ophthalmol, 85: 1379-1383.
Emem A, dan Uwemedimbuk E. 2012. Prevalence of Traumatic Ocular Injuries
in A Teaching Hospital in South-South Nigeria A Two Years Review.
Adv Trop Med Pub Health Int, 2(3): 102-108.
Krishnaiah S, Nirmalan P, Shamana B, Srinivas M, Rao G, dkk. 2006. Ocular
Trauma in a Rural Population of Southern India. Ophthalmology, 113:
1159-1164.
Kuhn F, Morris R, Mester V, dan Witherspoon C. 2008. Terminology of
Mechanical Injuries: The Birmingham Eye Trauma Terminology
(BETT). Ocular Traumatology, p.3-11.
McCarty C, Fu C, dan Taylor H. 1999. Epidemiology of Ocular Trauma in
Australia. Ophthalmology, 106: 1847-1852.
Nassaralla J dan Nassaralla B. 2009. Epidemiology and New Classification of
Ocular Trauma. In : Garg, A., Shukla, B., Bovet, J., Sachdev, M., Dhull,
C., Ruiz-Moreno, J., Johnson, M., Mehta, K., Pajic, B., editors. Clinical
35
st
Diagnosis and Management of Ocular Trauma. 1 . Ed. New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. P. 3-6.
Nirmalan P, Katz J, Tielsch J, Robin A, Thulasiraj R, dkk. 2004. Ocular Trauma
in a Rural South Indian Population. Ophthalmology, 111: 1778-1781.
Pandita A, dan Merriman M. 2012. Ocular Trauma Epidemiology: 10-year
Retrospective Study. Journal of the New Zealand Medical Association,
125: 61-69.
Shukla B dan Shukla D. 2009. New Classification of Ocular Trauma. In : Garg,
A., Shukla, B., Bovet, J., Sachdev, M., Dhull, C., Ruiz-Moreno, J.,
Johnson, M., Mehta, K., Pajic, B., editors. Clinical Diagnosis and
st
Management of Ocular Trauma. 1 . Ed. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers. P. 7-9.
Shukla B. 2009. Clinical Evaluation of Ocular Trauma. In : Garg, A., Shukla, B.,
Bovet, J., Sachdev, M., Dhull, C., Ruiz-Moreno, J., Johnson, M., Mehta,
K., Pajic, B., editors. Clinical Diagnosis and Management of Ocular
st
Trauma. 1 . Ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. P. 10-
12.
Voon L, See J, dan Wong T. 2001. The Epidemiology of Ocular Trauma in
Singapore: Perspective From The Emergency Service of Large Tertiary
Hospital. Royal College of Ophthalmologists, 15: 75-81.
Wong T, Klein B, dan Klein R. 2000. The Prevalence and 5-year Incidence of
Ocular Trauma. Ophthalmology, 107: 2196-2202.
36
37