Asal Mula Cianjur
Asal Mula Cianjur
Asal Mula Cianjur
Akisah, dahulu kala di daerah jawa barat hiduplah seorang lelaki kaya raya. Ia adalah pemilik seluruh
sawah dan ladang di desanya. Seluruh penduduk desa hanya menjadi buruh tani penggarap sawah
dan ladang si lelaki tuan tanah. Ia dikenal sebagai orang kikir. Penduduk desa memanggilnya dengan
julukan Pak Kikir. Bahkan terhadap anak lelaki satu-satunya pun dia tetap bersikap pelit. 6. Situ
Bagendit
Situ Bagendit
Menurut legenda, di sebuah desa di Kabupaten Garut, Jawa Barat, hidup seorang janda bernama Nyi
Endit. Ia merupakan seorang janda kaya raya. Dengan kekayaannya, Nyi Endit mampu membeli apa
saja yang ia inginkan. Banyak penduduk miskin di desa yang meminjam uang pada Nyi Endit. Namun
Nyi Endit meminta imbalan yaitu, penduduk desa harus mengembalikan uang dengan bunga sangat
tinggi. Jika telah tiba waktu membayar hutang, Nyi Endit akan menagih uang kepada peminjamnya
sembari membawa pengawal atau tukang pukul. Jadi kalau ada peminjam yang tidak mau membayar
hutang pada waktunya, tukang pukul Nyi Endit akan melakukan kekerasan.
Di daerah Majalengka, Provinsi Jawa barat, pernah berdiri sebuah kerajaan bernama Girilawungan.
Nama Girilawungan sendiri berasal dari bahasa sunda 'Ngalawung' yang memiliki arti 'berhadap-
hadapan'. Konon di tempat tersebut dahulu pasukan Majapahit pernah melakukan aksi 'ngalawung'
menunggu putri Giri Larang keluar dari tempat persembunyiannya, karena mereka merasa malu jika
harus pulang ke kerajaan Majapahit tanpa hasil. 8. Ciung Wanara
Ciung Wanara
Konon saat itu wilayah kerajaan Galuh membentang dari Hujung Kulon, ujung barat pulau jawa,
hingga Hujung galuh, yang saat ini merupakan muara sungai Brantas di dekat kota Surabaya
sekarang. Cerita rakyat Ciung Wanara ini mengisahkan hubungan darah dan juga budaya antara
orang sunda yang tinggal di bagian barat pulau jawa dengan orang jawa yang tinggal di bagian
tengah dan timur pulau jawa. Dongeng Ciung Wanara memiliki kemiripan dengan dongeng Jawa
Timur, Cindelara
Di desa Malakeudeu tampat tinggalnya, seorang haji dianggap sebagai orang yang sangat terhormat,
karena disamping dianggap sebagai orang saleh, seorang haji juga dianggap sebagai orang kaya yang
mampu membayar ongkos kapal laut menuju tanah suci untuk beribadah haji. Si Kabayan tahu persis
bahwa mertuanya sangat menghormati seorang haji. Jika seorang haji bertandang ke rumah
mertuanya, maka mertuanya itu akan menyajikan makanan yang enak untuk menjamu tamu
kehormatannya. 10.
Si Kabayan kemudian teringat percakapannya dengan Abah mertuanya, “Dengar Kabayan, seberani-
beraninya manusia, percayalah dia selalu dibayangi oleh rasa takut. Berani dan takut itu merupakan
dua sifat yang menempel dalam jiwa setiap manusia. Juga dalam jiwa si lintah darat kamu itu.
Walaupun dia berani menentang larangan agama, dia pasti punya rasa takut akan sesuatu, yang
entah apa, harus kamu cari dan ketahui, Kabayan.”Legenda Gunung Tampomas
Gunung Tampomas terletak di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Dulunya Gunung
Tampomas bernama Gunung Gede. Menurut cerita rakyat Jawa Barat, pada masa kerajaan
Sumedang larang, Gunung Tampomas pernah mengeluarkan erupsi, dan untuk menghentikan erupsi
tersebut, raja Sumedang Larang saat itu harus melemparkan keris emas ke dalam kawah Gunung
Gede sehingga namanya diubah menjadi Gunung Tampomas. 12. Kisah Prabu Panggung Keraton
Pada jaman dahulu, tersebutlah seorang raja bernama Prabu Panggung Keraton yang memerintah
sebuah kerajaan kecil bernama Kerajaan Dayeuh Manggung Masanggrahan. Walaupun hanya
sebuah kerajaan kecil namun, rakyat hidup dalam kemakmuran. 12.
Pada jaman dahulu, tersebutlah seorang raja bernama Prabu Panggung Keraton yang memerintah
sebuah kerajaan kecil bernama Kerajaan Dayeuh Manggung Masanggrahan. Walaupun hanya
sebuah kerajaan kecil namun, rakyat hidup dalam kemakmuran.
Nyi Roro Kidul atau biasa dikenal juga dengan nama Ratu Laut Pantai Selatan, pada awalnya
adalah seorang putri dari kerajaan Pakuan Pajajaran. Beliau adalah Putri Kandita, seorang
putri dari raja pakuan Pajajaran yang bernama. Bagaimana ceritanya seorang putri kerajaan
Pakuan Pajajaran bisa menjadi Ratu Laut Pantai
Pada saat bulan purnama, kita bisa melihat bayangan Nyai Anteh tengah menenun ditemani oleh
kucingnya. Konon, Anteh menenun benang menjadi sebuah tangga yang akan digunakannya untuk
pulang ke bumi, namun kucingnya selalu merusak hasil tenunannya. Akibatnya hingga kini Anteh
tinggal di bulan, tidak bisa pulang ke bumi.
Pada malam hari, pulau Mas di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, sering terlihat bercahaya
kekuningan seperti sinar emas, maka disebutlah pulau tersebut oleh masyarakat sekitar dengan
nama Pulau Mas. Pulau Mas adalah sebuah pulau kecil yang dijadikan sebagai salah satu tujuan
wisata.
Nyi Mas Belimbing adalah putri seorang pertapa bernama Resi Rarata yang tinggal di pertapaan
Ujung Kulon propinsi Banten sekarang. Menurut cerita rakyat Jawa Barat, Nyi Mas Belimbing hidup
sejaman dengan Sunan Gunung Jati.
Cerita ini mengisahkan kehidupan Putri Rengganis yang hidup di tempat pertapaan bersama ayahnya
di Tanah Parahyangan. Suatu hari, Putri Rengganis terbang dan memetik bunga di Taman
Banjaransari milik Raden Iman Suwangsa. Raden Iman Suwangsa yang merupakan calon pewaris
tahta adipati merasa kesal dan marah. Raden Iman Suwangsa pun memantrai taman bunganya agar
bunganya tidak mudah dimiliki oleh orang lain, bahkan oleh para prajurit dan pembantunya sekali
pun.
Setelah mengamatinya selama beberapa waktu, Raden Iman Suwangsa meminta patihnya, Raden
Narpatmaja, untuk menangkap pencuri bunganya. Putri Rengganis tertangkap basah karena
informasi yang diberikan sahabatnya sendiri, Si Belang. Sang putri menangis dan air matanya
berubah menjadi air bah yang tinggi. Air mata itu mulai membuat genangan di sekitar tubuh sang
putri dan jejak seretan jalinan tadi. Raden Iman Suwangsa dan Raden Narpatmaja merasa heran
melihat pemandangan tersebut dan berusaha untuk menyelamatkan diri. Penyesalan tampak jelas
dari wajah Raden Iman Suwangsa.
(yum/tya)
Baca artikel detikjabar, "5 Cerita Rakyat Jawa Barat Terpopuler, Baca Kisahnya" selengkapnya
https://www.detik.com/jabar/budaya/d-6031095/5-cerita-rakyat-jawa-barat-terpopuler-baca-
kisahnya.
Bandung -
Setiap daerah memiliki cerita rakyat yang turun temurun, meskipun tidak diketahui pasti siapa
pengarangnya. Cerita rakyat yang beredar ini untuk memberikan pesan tersirat dan intropeksi diri.
Cerita rakyat juga dapat mengenalkan kita pada asal muasal suatu daerah, makanan, atau ciri khas
lain dari daerah tersebut dengan segala keunikannya.
Cerita rakyat Jawa Barat ini soal penamaan kota Bandung. Alkisah di tanah pasundan, hidup seorang
kakek dengan ilmu sakti mandraguna. Ia adalah Empu Wisesa yang tinggal bersama anak
perempuannya, Sekar.
Empu Wisesa memiliki 2 orang murid Jaka dan Wira. Jaka memiliki paras yang tampan dan pintar.
Namun karena suka menyepelekan sesuatu, membuatnya tertinggal dari Wira yang rajin mencari
ilmu. Diam-diam, keduanya mendambakan Sekar.
Singkat cerita, Empu Wisesa membuat sayembara untuk kedua muridnya. Apabila salah satunya bisa
memadamkan lahar panas Tangkuban Perahu, maka orang itulah yang akan menikah dengan Sekar.
Bukannya mencari ilmu, Jaka justru berfoya-foya bahkan bermain wanita. Berbeda dengan Wira, ia
tekun mengitari cekungan luas yang terbentuk oleh lahar panas. Secara tidak sengaja ia melihat
berang-berang yang sedang membuat bendungan dari ranting-ranting pohon. Terinspirasi dari
berang-berang, ia memutuskan untuk membendung sungai Citarum untuk memadamkan lahar
panas.
Berbekal kesaktian dari Empu Wisesa, ia meruntuhkan sebuah bukit untuk membendung air sungai.
Cekungan menjadi danau luas, orang-orang menyebut daerah itu "Danau Bandung" yang berasal dari
kata "Bendungan".
Sekar akhirnya dinikahkan dengan Wira, mereka hidup bahagia dengan dikaruniai banyak anak dan
cucu. Sementara Jaka menghilang begitu saja. Bertahun-tahun kemudian, bendungan yang dibuat
Wira mulai runtuh. Air di danau mengering, kemudian tanahnya justru jadi subur dan gembur.
Keluarga besar Wira akhirnya menjadi penduduk asli di tanah yang kemudian dinamai kota
"Bandung".
Baca juga:
2. Si Kabayan
Menceritakan seorang pemuda tanah pasundan yang pemalas, bernama Kabayan. Ia selalu punya
akal untuk mendukung rasa malasnya. Suatu hari, ia diminta istrinya untuk mengambil siput di
sawah. Kabayan pergi ke sawah dengan rasa malas. Bukannya mencari siput, ia hanya duduk di
pematang sawah hingga sore hari. Nyi Iteung, sang istri menyusul Kabayan ke sawah karena
khawatir suaminya belum pulang. Saat ditemui, Kabayan mengatakan bahwa ia takut dengan sawah
yang sangat dalam, sehingga ia hanya menggali di pinggir sawah saja. Nyi Iteung jengkel kemudian
mendorong Kabayan hingga terguling ke tengah sawah.
Alkisah ada seorang putri raja yang sedang mengasingkan diri, bernama Dayang Sumbi. Ia hidup
ditemani oleh seekor anjing jantan bernama si Tumang.
Suatu hari Dayang Sumbi sedang menenun, peralatan tenunannya terjatuh. Karena malas untuk
mengambilnya, terlontarlah ucapan dengan tanpa sadarnya. "Siapapun juga yang bersedia
mengambilkan peralatan tenunku yang terjatuh, seandainya itu lelaki akan kujadikan suami, jika dia
perempuan dia akan kujadikan saudara," ujar Dayang.
Tak disangka justru si Tumang yang mengambil peralatan tenun itu dan memberikannya kepada
Dayang Sumbi. Ia pun memenuhi ucapan dengan menikahi si Tumang yang ternyata titisan dewa.
Tumang dikutuk menjadi hewan dan dibuang ke bumi. Beberapa bulan setelah menikah, Dayang
Sumbi pun mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Bayi
laki-laki itu tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan.
Singkat cerita, saat Sangkuriang marah pada anjingnya, ia membunuh si Tumang. Mengetahui hal ini,
jelas Dayang Sumbi marah hingga memukul kepala anaknya dengan keras. Hal ini membuat
Sangkuriang pergi mengembara ke arah timur.
Sangkuriang telah berkelana dan mempelajari banyak ilmu sakti. Ia terpesona dengan kecantikan
Dayang Sumbi yang abadi dan tidak menyadari bahwa perempuan cantik yang ditemuinya di hutan
adalah ibu kandungnya. Begitu melihat luka di kepala Sangkuriang, Dayang Sumbi tersadar bahwa itu
anaknya.
Setelah dijelaskan, Sangkuriang justru marah besar dan bersikukuh akan menikahi Dayang Sumbi.
Ibunya itu kemudian memberi syarat agar sungai citarum dibendung untuk dibuat danau, dan di
dalam danau itu ada perahu besar. Semua itu harus dapat selesai dalam waktu satu malam.
Saat mengetahui pekerjaan Sangkuriang hampir selesai, Dayang Sumbi memaksa ayam jantan
berkokok disaat waktu masih malam. Para makhluk halus suruhan Sangkuriang sangat ketakutan
ketika mengetahui fajar telah tiba. Mereka berlari dan menghilang ke segala penjuru. Mereka
meninggalkan pekerjaannya membuat danau dan perahu yang belum selesai. Merasa dicurangi,
Sangkuriang menendang perahu besar yang telah dibuatnya hingga terlempar jauh dan jatuh
tertelungkup. Menjelmalah perahu besar itu menjadi sebuah gunung yang kemudian disebut gunung
Tangkuban Perahu.
4. Lutung Kasarung
Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang putri bernama Purbasari. Dia merupakan anak bungsu dari
Prabu Tapa Agung yang merupakan raja kerajaan Pasir Batang. Setelah bertahta dalam waktu yang
cukup lama, Prabu Tapa Agung berniat turun tahta. Ia menunjuk Purbasari sebagai pewaris tahta
karena kebaikan hatinya, meskipun Purbararang adalah anak sulungnya. Purbararang sangat marah
luar biasa mendapati takhta Kerajaan Pasir Batang diserahkan kepada adik bungsunya dan tidak
kepada dirinya. Maka, Purbararang meminta bantuan nenek sihir untuk mencelakai Purbasari yang
membuat adiknya itu menjadi seolah terkena penyakit kulit.
Purbasari diasingkan, sementara ada seorang Pangeran dari kayangan yang melihat kecantikan sang
putri. Demi menemui sang pujaan hati, ia harus pergi ke dunia tidak dalam bentuk pangeran
Guruminda yang gagah dan tampan, melainkan harus dalam wujud penyamaran sebagai Lutung
Kasarung. Setelah tiba di hutan, Lutung Kasarung sudah menjadi raja para lutung dan kera di hutan
tersebut. Mengetahui keburukan dan kekejaman dari Purbararang, Lutung Kasarung benar-benar
ingin memberi pelajaran kepada Ratu yang kejam tersebut.
Singkat cerita, Lutung Kasarung menjadi penjaga sekaligus menjadi sahabat dekat Purbasari. Dengan
hadirnya Lutung Kasarung disisinya membuat kesedihan Purbasari perlahan sirna. Tanpa diketahui
Purbasari, Lutung Kasarung memohon kepada ibunda nya untuk dibuatkan taman yang indah
dengan tempat pemandian untuk Purbasari. Sunan ambu lantas memerintahkan para dewa dan para
bidadari turun ke bumi untuk mewujudkan keinginan dari putranya. Para Dewa dan Bidadari
membuatkan taman dan tempat mandi yang sangat indah untuk Purbasari.
Di pemandian tersebut, boreh kutukan yang menempel di wajah dan tubuhnya perlahan sirna.
Kecantikannya telah kembali. Purbararang khawatir, telah kembalinya kecantikan adiknya Purbasari
akan mengancam takhta yang saat ini dikuasainya. Singkat cerita, Purbararang memerintahkan
algojo untuk memenggal Purbasari. Lutung Kasarung tiba-tiba duduk bersila dengan mata terpejam.
Ia berubah menjadi sosok Pangeran Guruminda yang sangat tampan dan gagah.
Betapa tampannya Pangeran Guruminda, bahkan sangat jauh melebihi ketampanan Indrajaya
tunangan dari Purbararang. Pangeran Guruminda lantas mengumumkan bahwa ratu kerajaan Pasri
Batang yang sebenarnya adalah Purbasari. Purbararang telah mengalami kekalahan dari tantangan
yang dibuatnya sendiri.
Dia pun memohon ampun atas kejahatan yang telah dilakukannya bersama Indrajaya tunangannya.
Dengan kebaikan hatinya, Purbasari memaafkan kesalahan kakak sulungnya itu. Sejak saat itu
Purbasari kembali bertahta sebagai Ratu dan menikah dengan Pangeran Guruminda yang tampan
dan gagah. Purbasari dan Pangeran Guruminda pun hidup berbahagia.
Baca artikel detikjabar, "5 Cerita Rakyat Jawa Barat Terpopuler, Baca Kisahnya" selengkapnya
https://www.detik.com/jabar/budaya/d-6031095/5-cerita-rakyat-jawa-barat-terpopuler-baca-
kisahnya.