Kia Maya Print Beneran
Kia Maya Print Beneran
Kia Maya Print Beneran
Oleh:
MAYA INDAH PURNAMA SARI
0432950921033
Oleh:
MAYA INDAH PURNAMA SARI
0432950921033
Dengan hormat :
NIM 0432950921033
Menyatakan bahwa karya ilmiah akhir Analisis Praktik Berbasis Bukti Penerapan
Terapi Bercakap – cakap Pada pasien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi di
Ruang Antareja RSJ dr H Marzoeki Mahdi Bogor adalah hasil karya saya sendiri
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar.
i
HALAMAN PERSETUJUAN KARYA ILMIAH AKHIR
Karya ilmiah akhir oleh Maya Indah Purnama Sari (0432950921033) dengan judul:
“Analisis Praktik Berbasis Bukti Penerapan Terapi Bercakap – cakap Pada pasien
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi di Ruang Antareja RSJ dr H Marzoeki Mahdi
Bogor”. Karya ilmiah akhir ini telah disetujui dan siap diuji sidingkan dihadapan
penguji sidang Karya Ilmiah Akhir Jurusan Keperawatan Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh Bekasi.
ii
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Mengetahui.
iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh Bekasi, saya yang
bertanda tangan dibawah ini:
Nim 0432950921033
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir yang berjudul
“Analisis Praktik Berbasis Bukti Penerapan Terapi Bercakap – cakap Pada pasien
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi di Ruang Antareja RSJ dr H Marzoeki Mahdi
Bogor”. Penyusunan karya ilmiah akhir ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti menyampaikan banyak terimakasih
kepada:
1. Ns. Yusrini, M. Kep. Sp. Kep. J selaku pembimbing yang senantiasa telah
membimbing, meluangkan waktu untuk bisa memberikan arahan dan motivasi
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini
dengan baik.
2. Ns. Aty Nurillawaty R, M. Kep., Sp. Kep. J selaku penguji 1 dan yang telah
meluangkan waktu, memberikan masukan dan pengarahan guna
penyempurnaan karya ilmiah akhir ini.
3. Ns. Soimah, S. Kep. M. Kep. Sp. Kep. J selaku penguji 2 dan yang telah
meluangkan waktu, memberikan masukan dan pengarahan guna
penyempurnaan karya ilmiah akhir ini.
4. Ns. Meria Woro L,M.Kep.,Sp.Kep.Kom selaku kaprodi STIKES Bani Saleh
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.
5. Ns. Ashar Prima.,M.Kep selaku PLT ketua STIKES Bani Saleh dan ketua
jurusan keperawatan STIKES Bani Saleh yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian ini.
6. Seluruh dosen dan Staf akademik Stikes Bani Saleh Bekasi
7. Bapak dan ibu saya yang selalu memberikan dukungan semangat dan
mendo’akan untuk kelancaran saya dalam membuat karya ilmiah akhir ini dan
memberikan material kepada saya untuk bisa membeli barang-barang saya
butuhkan untuk keperluan penyusunan karya ilmiah akhir ini.
8. Teman-teman seperjuangan Profesi Ners STIKES Bani Saleh Bekasi yang
selalu bersama-sama, memberikan kenangan yang indah semasa kuliah dan
selama menjalankan stase di rumah sakit.
v
9. Semua pihak yang sangat berperan penting didalam proses pengerjaan karya
ilmiah akhir ini yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.
Peneliti tidak bisa menyebutkan satu persatu, peneliti hanya dapat memanjatkan do’a
agar semua kebaikkan yang telah diberikan mendapatkan keberkahan dari allah
SWT Aamiin. Semoga karya ilmiah akhir ini dapat bermanfaat bagi peneliti serta
pihak- pihak lain yang membutuhkan.
vi
Maya Indah Purnama Sari
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh
Jurusan Keperawatan Program Studi Profesi Ners
Karya Ilmiah Akhir, 2022
Maya Indah Purnama Sari
ABSTRAK
v
Maya Indah Purnama Sari
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh
Jurusan Keperawatan Program Studi Profesi Ners
Karya Ilmiah Akhir, 2022
Maya Indah Purnama Sari
ABSTRACT
Background: Sensory perception disorder: Hallucinations are one of the nursing problems that
are often found in patients with schizophrenia. Maladaptive behavior that can be caused by
hallucinations experienced by patients is aggressive behavior that can attack when they feel
disturbed. excessive fear or panic as a result of the hallucinations that appear. One of the efforts
to minimize the risk of hallucinations problems to reduce signs and symptoms of hallucinations
is one of them is the application of conversation therapy. Objective: to provide an overview of
the implementation in the application of speech therapy therapy in patients with hallucinatory
sensory perception disorders. Research Methods: The research method used in this study is a
case study on 3 patients with sensory perception disorders by means of a pre-post test one group
design. Results: After conversational therapy, the patient was able to control hallucinations,
marked by a decrease in the average results of the evaluation of hallucinatory signs and
symptoms by 10 signs and symptoms of hallucinations. hallucinations in patients with sensory
perception disorders: hallucinations. Suggestion: It is hoped that the Mental Hospital will use
nursing interventions, especially conversation therapy in group activity therapy activities in
patients with sensory perception disorders, hallucinations and other mental disorders
v
DAFTAR ISI
4.2.3 Keefektifan Terapi Bercakap – cakap untuk Menurunkan Tanda dan Gejala
Halusinasi.................................................................................................................36
Tabel 4.5 Review Jurnal Terapi Bercakap – cakap......................................................37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................39
5.1 Kesimpulan............................................................................................................39
5.2 Saran......................................................................................................................40
x
5.2.1 Bagi Institusi...................................................................................................40
5.2.2 Bagi Rumah Sakit Jiwa dr H Marzoeki Mahdi Kota Bogor...........................40
5.2.3 Bagi Penerapan Evidence Base Selanjutnya..................................................40
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................41
x
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4: Dokumentasi
Konsultasi KIA
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
Hasil dari pelaksanaan EBN ini dapat menjelaskan keefektifan dari
latihan bercakap – cakap untuk mengontrol halusinasi pada penderita
skizofrenia dengan halusinasi pendengaran
1.4.2 Praktis
1) Bagi perawat
Hasil pelaksanaan Karya Ilmiah Akhir EBN ini dapat bermanfaat untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan profesi keperawatan, sehingga mampu
mengembangkan intervensi keperawatan mandiri yang akan diberikan kepada
pasien, khususnya yang bekerja di wilayah Rumah Sakit Jiwa dalam
membantu terapi modalitas pada klien dengan Skizofrenia Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi.
2) Bagi rumah sakit
Sebagai dasar pengetahuan dan dapat ikut berpartisipasi dalam melakukan
terapi Bercakap – cakap pada Pasien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi,
dan dapat memasukan terapi Bercakap – cakap dalam kegiatan terapi
aktivitas kelompok pada klien gangguan jiwa.
3) Bagi institusi pendidikan
Dalam rangka penambah referensi Karya Ilmiah Akhir di bidang
Keperawatan Jiwa, dan diharapkan memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai
referensi dalam pengembangan kurikulum pembelajaran keperawatan jiwa
sebagai topik bahasan, baik dalam kelas maupun lahan praktik di Rumah
Sakit Jiwa langsung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
2.2.3 Etiologi
1) Faktor genetik
Gangguan jiwa terkait skizofrenia seperti gangguan kepribadian
skizotipal, schizoid dan paranoid lebih sering didapatkan dari
keluarga biologis penderita skizofrenia.
2) Faktor biokimia
Khasiat banyak obat antipsikotik terutama terkait dengan daya
antagnisme terhadap reseptor dopamine dan zat/obat peningkat
aktivitas dopaminergic, bersifat psikotomimetik yang berlebihan
dianggap penyebab skizofrenia
3) Faktor neuropatologi
Neuropatologi skizofrenia (sistim limbik, ganglia basalis)
serta kelainan neuropatologi dan neurokimia di korteks serebral,
thalamus dan batang otak. Berkurangnya volume otak penderita
skizofrenia dikaitkan dengan kemungkinan berkurangnya
densitas akson, dendrit dan sinaps yang memediasi fungsi
asosiatif otak.
2.2 Konsep Halusinasi
2.2.4 Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu
obyek tanpa adanya ransangan dari luar, gangguan persepsi
sensori ini meliputi seluruh pancaindra. halusinasi merupakan
salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapak perabaan, atau
penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak
ada (Yusuf et al., 2014)
Halusinasi pendengaran (akustik, auditorik) adalah
gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara
8
kecemasan dikontrol)
TAHAP II
1. Menyalahkan 1. Pengalaman sensori 1. Peningkatan sistem saraf otak,
2. Tingkat kecemasan berat menakutkan tanda – tanda ansietas, seperti
3. Secara umum halusinasi 2. Mulai merasa kehilangan peningkatan denyut jantung,
menyebabkan rasa antipati kontrol pernapasan dan tekanan darah
3. Merasa dilecehkan oleh 2. Rentang perhatian menyempit
pengalaman sensori 3. Konsentrasi dengan pengalaman
tersebut sensori
4. Menarik diri dari oranglain 4. Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dari
NON PSIKOTIK realita
TAHAP III
1. Mengontrol tingkat 1. Pasien menyerah dan 1. Perintah halusinasi ditaati
kecemasan berat menerima pengalaman 2. Sulit berhubungan dengan orang
2. Pengalaman sensori tidak sensorinya lain
dapat ditolak lagi 2. Isi halusinasi menjadi 3. Rentang perhatian hanya
atraktif beberapa detik atau menit
3. Kesepian bila pengalaman 4. Gejala fisika ansietas berat,
sensori berakhir berkeringat, tremor, dan tidak
mampu mengikuti perintah
PSIKOTIK
TAHAP IV
1. Menguasai tingkat 1. Pengalaman sensori 1. Perilaku panik
kecemasan panik secara menjadi ancaman 2. Potensial tinggi untuk bunuh diri
umum diatur dan 2. Halusinasi dapat 3. Tindakan kekerasan agitasi,
dipengaruhi oleh waham. berlangsung selama menarik diri, atau katatonia
beberapa jam atau hari 4. Tidak mampu berespon terhadap
(jika tidak diinvensi) perintah yang kompleks
5. Tidak mampu berespon terhadap
PSIKOTIK lebih dari satu orang
Sp 3
1. Evaluasi kegiatan
menghardik dan minum
obat
2. Latih pasien mengontrol
halusinasi dengan cara
berbincang – bincang
dengan oranglain
3. Masukan kedalam jadwal
kegiatan harian
Sp 4
1. Evaluasi cara menghardik,
minum obat, berbincang –
bincang dengan oranglain
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian
3. Masukan kedalam jadwal
kegiatan harian
15
1
memecahkan masalah
11. Tidak dapat berfikir logis
12. Inkoheren
13. Disorientasi
14. Sirkumtansial
15. Flight of idea (ide yang
melompat)
16. Mendengar suara hati
17. Blocking fikiran
18. Daya tilik diri jelek
Afektif
19. Senang
20. Sedih
21. Merasa terganggu
22. Marah – marah
23. Ketakutan
24. Khawatir
25. Curiga
26. Merasa
terbelenggu/terikat
27. Afek datar/tumpul
Fisiologis
28. Sulit tidur
29. Kewaspadaan meningkat
30. Tekanan darah
meningkat
31. Denyut nadi meningkat
32. Frekuensi pernafasan
meningkat
33. Muka tegang
34. Keringat dingin
35. Pusing
36. Keletihan/kelelahan
Perilaku
37. Bicara sendiri
38. Tertawa sendiri
39. Menyeringai
40. Menggerakan
bibir/komat kamit
2
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Pelaksanaan Praktik Berbasis Bukti
Penerapan terapi aktivitas kelompok latihan bercakap – cakap ini dilaksanakan
di Ruang Antareja Rumah Sakit Jiwa dr H Marzoeki Mahdi pada tanggal 9
sampai 11 Februari 2022. Partisipan yang akan diambil sebanyak 3 klien
skizofrenia: gangguan sensori persepsi: halusinasi yang terdiri dari 3 pasien
intervensi yang berjenis kelamin perempuan. Peneliti menggunakan ruangan
rawat inap pasien dengan ventilasi yang baik, penerangan yang cukup terang,
bersih, rapih, tenang, nyaman bagi klien dalam melakukan kegiatan latihan
bercakap – cakap.
4.1.2 Karakteristik Partisipan
1) Kriteria Partisipan
a. Pasien yang mengalami halusinasi pendengaran
b. Pasien halusinasi yang sudah melewati SP 1: mengenal halusinasinya dan
dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi
c. Pasien halusinasi yang mampu berkomunikasi dengan baik serta tidak
mengalami gangguan komunikasi di ruang Antareja RSJ Dr H Marzoeki
Mahdi Bogor
d. Pasien kooperatif
2) Resume Partisipan
Pengkajian penerapan praktik berbasis bukti dengan pemberian latihan
bercakap – cakap pada pasien skizofrenia sebagai berikut:
Tabel 4.1 Resume Partisipan Pemberian Latihan Bercakap – cakap Terhadap
Tanda dan gejala pasien skizofrenia di RSJ dr H Marzoeki Mahdi Kota
Bogor
Pasien Intervensi (n=3)
23
2
3. Ny. I Gangguan S S S
persepsi 1. Pasien 1. Pasien 1. Pasien
sensori: mengatakan mengatakan mengatakan
Halusinasi masih sering masih sering masih sering
3
berbicara dengan oranglain dan tidak ingin mengikuti kegiatan apapun selama
di rumah sakit.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Usia
Berdasarkan karakteristik responden yang diberikan intervensi mengalami
penurunan tanda dan gejala setelah dilakukan terapi bercakap – cakap yaitu Ny. N
berusia 46 tahun menjadi 10 tanda dan gejala halusinasi, Ny. M berusia 43 tahun
menjadi 9 tanda dan gejala halusinasi dan Ny. I berusia 30 tahun menjadi 11 tanda
dan gejala halusinasi dapat disimpulkan bahwa terapi bercakap – cakap efektif
dilakukan pada rentang usia dewasa akhir. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Emilyani (2010) dimana usia tersebut tergolong usia dewasa
sehingga perubahan koping setelah pemberian Terapi Aktivitas Kelompok akan
lebih mudah dan pada usia tersebut kepribadian seseorang lebih matang secara
emosional.
4.2.2 Lama Perawatan dengan Kemampuan Mengontrol Halusinasi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Ruang Antareja Rumah Sakit Jiwa dr H
Marzoeki Mahdi Bogor yang terdiri dari 3 pasien dengan gangguan persepsi
sensori: halusinasi diantaranya 2 pasien sudah dirawat selama 2 minggu
dibandingkan dengan 1 pasien yang baru 1 hari pada saat dilakukan pengkajian,
dengan perbedaan waktu perawatan tersebut didapatkan hasil setelah dilakukan
penerapan terapi bercakap – cakap dengan penurunan tanda dan gejala yaitu Ny. N
menjadi 10 tanda dan gejala halusinasi, Ny. M menjadi 9 tanda dan gejala
halusinasi dan Ny. I menjadi 11 tanda dan gejala halusinasi. Hasil pengukuran
tanda dan gejala ketiga pasien tersebut hanya berselisih 1-3 tanda dan gejala
halusinasi hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara lama
perawatan dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Devita & Hendriyani (2019) penelitian
menunjukan bahwa tidak ada hubungan lama rawat dengan kemampuan
mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia dengan nilai p value
0,407 (>0,05).
Kemampuan pasien dalam mengontrol Halusinasi dipengaruhi oleh keadaan
individu yang mengalami gangguan berpikir, orientasi realitas, pemecahan
masalah, penilaian dan pemahaman yang berhubungan dengan koping (Stuart,
3
2016). Menurut hasil observasi peneliti tidak adanya hubungan lama perawatan
dengan kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia.
Kemampuan mengontrol dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya keinginan
dan motivasi pasien yang kurang untuk sembuh serta koping yang maladaptive
serta respon pasien terhadap halusinasinya. Terdapat pasien dengan halusinasi
pendengaran yang didapatkan malah menyukai halusinasinya, sehingga tidak mau
ketika disuruh untuk mengusir halusinasinya dan terdapat pasien yang enggan dan
malas untuk berbicara dengan orang lain dan enggan melakukan aktivitas lainnya
dan mengontrol halusinasinya. Hal inilah membuat pasien dengan waktu rawat
yang lama masih menunjukan tanda dan gejala halusinasi sehingga pasien kurang
memiliki kemampuan untuk mengontrol halusinasinya. Sedangkan pada pasien
dengan waktu rawat yang sebentar memiliki keinginan dan motivasi yang tinggi
untuk sembuh sehingga memudahkan untuk mengontrol halusinasi yang ditandai
oleh penurunan tanda dan gejala halusinasi yang signifikan.
4.2.3 Keefektifan Terapi Bercakap – cakap untuk Menurunkan Tanda dan Gejala
Halusinasi
Perbandingan jurnal dan intervensi latihan bercakap – cakap tidak ada
perbedaan antara jurnal dan intervensi yang dilakukan oleh peneliti, dan hasil
yang didapatkan dalam terapi bercakap – cakap berpengaruh terhadap
penurunan tanda dan gejala halusinasi pada pasien skizofrenia: gangguan
persepsi sensori: halusinasi. Berdasarkan pada panduan KIA Ners yang
dilakukan intervensi terapi bercakap – cakap sebanyak 3 pasien yang terdiri dari
3 pasien intervensi. SOP terapi bercakap – cakap sesuai dengan yang dilakukan
oleh penulis dengan tinjauan pustaka.
Hasil intervensi pada pasien 1, 2 dan 3 dengan skizofrenia: gangguan persepsi
sensori: halusinasi sebelum dilakukan terapi bercakap – cakap masih mengalami
halusinasi, sering lupa dengan kegiatan sehari – hari, masih tidak mampu
memulai pembicaraan dan tidak dapat mempertahankan kontak mata dan
didapatkan rata – rata hasil evaluasi tanda dan gejala halusinasi pada hari
pertama yaitu sebanyak 20,6 tanda dan gejala halusinasi. Setelah dilakukan
terapi bercakap – cakap pasien mampu mengontrol halusinasi ditandai dengan
pasien jarang berhalusinasi, pasien mampu mempertahankan kontak mata,
pasien mampu memulai pembicaraan dan didapatkan penurunan rata – rata hasil
3
evaluasi tanda dan gejala halusinasi sebanyak 10 tanda dan gejala halusinasi.
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfaniyah & Pratiwi,
2021 di Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat (RPSBM) Kota
Pekalongan dengan hasil pasien mampu mengalami peningkatan kemampuan
mengontrol halusinasi ditandai dengan penurunan tanda dan gejala halusinasi
setelah diberikan terapi bercakap – cakap dibuktikan dengan hasil evaluasi tanda
dan gejala halusinasi yang dialami responden 1 sebelum pemberian terapi
bercakap – cakap ditemukan sebanyak 22 tanda dan gejala halusinasi, kemudian
tanda dan gejala halusinasi turun menjadi 6 sesudah diberikan terapi bercakap –
cakap. Sementara pada responden 2 sebelum pemberian terapi bercakap – cakap
ditemukan sebanyak 20 tanda dan gejala halusinasi kemudian setelah diberikan
terapi bercakap – cakap hasilnya menurun menjadi 4 tanda dan gejala halusinasi.
Dalam penerapan terapi bercakap – cakap pada pasien skizofrenia: gangguan
persepsi sensori: halusinasi adapun pendekatan analisis menggunakan P-I-C-O-
T merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada pendekatan kejadian
(evidens). Berikut merupakan analisis berbasis P-I-C-O-T, yaitu:
Tabel 4.5 Review Jurnal Terapi Bercakap – cakap
Time/Lama
No Populasi Intervensi Comparasi Outcome Jurnal
Penelitian
1. 2 pasien Terapi bercakap - Mengontrol Penelitian Penerapan
dengan – cakap halusinasi dilakukan terapi
skizofrenia: selama 9 bercakap –
gangguan hari cakap pada
persepsi pasien
sensori: gangguan
halusinasi percepsi
pendengaran sensori:
dan Halusinasi
penglihatan
2. 6 pasien Latihan - 1. Peningkatan Penelitian Melatih
dengan bercakap – kemampuan ini bercakap –
skizofrenia: cakap pasien dilakukan cakap pada
gangguan dalam selama 2 orang
persepsi bercakap – hari (11 – dengan
sensori: cakap 12 Oktober gangguan
halusinasi 2. Mengontrol 2021) jiwa untuk
halusinasi mengontrol
halusinasi
3. 19 pasien 1. Menghardik - Mengontrol Mei 2019 Efektifitas
dengan halusinasi halusinasi terapi
skizofrenia: 2. Latihan pendengaran aktifitas
gangguan bercakap – kelompok
persepsi cakap stimulasi
sensori: dengan terhadap
halusinasi oranglain kemampuan
pendengaran 3. Patuh mengontrol
3
5.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia: gangguan persepsi
sensori: halusinasi dilakukan selama 3 hari perawatan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan pada saat pengkajian
dilakukan dengan observasi, wawancara dan melalui rekam medis pasien
di Rumah Sakit Jiwa dr H Marzoeki Mahdi Kota Bogor. Pasien yang
memenuhi kriteria dalam penerapan terapi bercakap – cakap ini
sebanyak 3 pasien yang merupakan pasien intervensi.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil penurunan tanda
dan gejala halusinasi secara signifikan setelah penerapan terapi bercakap
– cakap efektif dilakukan pada rentang usia dewasa akhir. Kemampuan
mengontrol dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya keinginan dan
motivasi pasien yang kurang untuk sembuh serta koping yang
maladaptive serta respon pasien terhadap halusinasinya sehingga tidak
adanya hubungan lama perawatan dengan kemampuan mengontrol
halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia.
Hasil intervensi pada pasien 1, 2 dan 3 dengan skizofrenia:
gangguan persepsi sensori: halusinasi sebelum dilakukan terapi bercakap
– cakap pada hari pertama yaitu sebanyak 20,6 tanda dan gejala
halusinasi. Setelah dilakukan terapi bercakap – cakap pasien mampu
mengontrol halusinasi ditandai dengan penurunan rata – rata hasil
evaluasi tanda dan gejala halusinasi sebanyak 10 tanda dan gejala
halusinasi. Terapi bercakap – cakap efektif terhadap penurunan tanda
dan gejala halusinasi serta dapat meningkatkan kemampuan pasien
dalam mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia: gangguan persepsi
sensori: halusinasi di Rumah Sakit Jiwa dr H Marzoeki Mahdi Kota
Bogor.
3
40
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi
Diharapkan karya ilmiah akhir ini dapat berguna bagi institusi
sebagai bahan referensi pembelajaran untuk mahasiswa –
mahasiswi lainnya di STIKes Bani Saleh dalam mengaplikasikan
teori terapi bercakap – cakap dalam ilmu keperawatan jiwa guna
menunjang terwujudnya pelayanan kesehatan mental yang
menyentuh kebutuhan mental dan psikososial pada pasien
skizofrenia: gangguan persepsi sensori: halusinasi.
5.2.2 Bagi Rumah Sakit Jiwa dr H Marzoeki Mahdi Kota Bogor
Diharapkan pada pihak Rumah Sakit Jiwa untuk menggunakan
intervensi keperawatan khususnya terapi bercakap – cakap dalam
kegiatan terapi aktivitas kelompok pada pasien skizofrenia:
gangguan persepsi sensori: halusinasi.
5.2.3 Bagi Penerapan Evidence Base Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah
satu sumber data untuk penelitian selanjutnya dan dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan menambah waktu pelaksanaan dan
menambah jumlah responden terapi bercakap – cakap supaya
mendapat variasi hasil yang lebih beragam dan memperluas
bahasan dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Alfaniyah, U., & Pratiwi, Y. S. (2021). Penerapan Terapi Bercakap - cakap pada
Pasien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi. 2398–2403.
Aritonang, M. (2019). EFEKTIFITAS TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK STIMULASI
TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PENDENGARAN
PASIEN RUANG CEMPAKADI RSJ PROF. DR. ILDREM MEDAN. 248–257.
Baradero, M dkk. 2016. Kesehatan Mental Psikiatri: Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC
4
4
Lampiran 1
PENJELASAN PENELITIAN
6. Hasil penelitian ini juga dapat diserahkan kepada saudara/i jika saudara/i
menginginkannya.
7. Jika dari penjelasan di atas terdapat hal yang belum dipahami dan kurang jelas, maka
saudara/i bisa menanyakan langsung kepada peneliti.
Jika saudara/i sudah memahami dan bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini,
silahkan saudara/i menandatangani lembar persetujuan yang telah tersedia .
4
Lampiran 2
DOKUMENTASI PENELITIAN
5
Lampiran
LEMBAR KONSULTASI KIA
Nama : Maya Indah Purnama Sari
NIM 0432950921033
Pembimbing : Ns. Yusrini M. Kep. Sp. Kep. J
Judul Penelitian : Analisis Praktik Keperawatan Berbasis Bukti Penerapan
Terapi Bercakap – cakap Pada pasien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi di
Ruang Antareja RSJ dr H Marzoeki Mahdi Bogor