Review Jurnal Das
Review Jurnal Das
Review Jurnal Das
RUMUSAN Permasalahan utama dalam pembangunan pengelolaan DAS adalah belum mantapnya
MASALAH institusi dan lemahnya sistem perencanaan yang komprehensif. Meskipun upaya-
upaya pengelolaan DAS di Indonesia telah cukup lama dilaksanakan, namun karena
kompleksitas masalah yang dihadapi hasilnya belum mencapai yang diinginkan,
terutama yang berkaitan dengan pembangunan sumberdaya manusia dan kelembagan
masyarakat. Kemiskinan sering dianggap sebagai salah satu penyebab kemerosotan
lingkungan dan dampak negatif dari pembangunan. Sebaliknya kemerosotan daya
dukung lingkungan dapat menjadi penyebab muncul dan berkembangnya kemiskinan.
Untuk mengatasi kemiskinan, pendekatan harus dapat dilekatkan dalam berbagai
program pembangunan, maupun sebagai program yang khusus dan eksplisit.
TUJUAN Tujuan dari pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) pada dasarnya adalah
pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan dengan terlanjutkan (sustainable) sehingga
tidak membahayakan lingkungan lokal, regional, nasional dan bahkan global.
TINJAUAN PUSTAKA Anonim (1998). Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua (1994/1995 – 2019/2020). Kantor Menteri
Lingkungan Hidup. 2. Anonim (1997). Agenda 21 Indonesia. Strategi Nasional Untuk
Pembangunan Berkelanjutan. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. 3. Copeland,
O.L., (1961). Watershed Management and Reservoir Life. Journal American Water
Works Association. Vol 53 No. 5, USA. 4. Haeruman H. (1979). Perencanaan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sekolah Pasca Sarjana, Jurusan PSL, IPB, Bogor. 5.
Karyana, A.. (1985). Pembangunan Partisipatoris Dalam Pengelolaan DAS.
akaryana@yahoo.com. 6. Martopo, S. dkk. (1994). Dasar-dasar Ekologi. Program Pasca
Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 7. Notohadiprawiro T., (1988). Tanah,
Tataguna Lahan dan Tata Ruang dalam Aanalisis Dampak Lingkungan. PPLHUGM,
Yogyakarta 8. Soemarwoto, Otto (1985). Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.
Penerbit Jambatan, Jakarta.
METODE/ANALISIS Pengelolaan DAS di Indonesia sebenarnya telah lama diperkenalkan, yaitu sejak jaman
Belanda, khususnya dalam praktek pengelolaan hutan, dimana pembagian-pembagian
daerah hutan diatur berdasarkan satuan DAS. Pada tahun 1961 diadakan gerakan
penghijauan secara massal dalam bentuk Pekan Penghijauan Nasional Pertama, di
Gunung Mas, Puncak, Bogor. Upaya pengelolaan DAS terpadu yang pertama
dilaksanakan di DAS Citanduy pada tahun 1981, dimana berbagai kegiatan yang
bersifat lintas sektoral dan lintas disiplin dilakukan. Selanjutnya pengelolaan DAS
terpadu dikembangkan di DAS Brantas, Jratunseluna. Namun proyek-proyek
pengelolaan DAS saat itu lebih menekankan pada pembangunan infrastruktur fisik
kegiatan konservasi tanah untuk mencegah erosi dan bajir yang hampir seluruhnya
dibiayai oleh dana pemerintah. Baru tahun 1994 konsep partisipasi mulai diterapkan
dalam penyelengaraan Inpres Penghijauan dan Reboisasi, walaupun dalam tarap
perencanaan. Pada tahun 1973 sampai 1981, FAO dan UNDP telah melakukan berbagai
uji coba untuk memperoleh metoda yang tepat dalam rangka rehabilitasi lahan dan
konservasi tanah yang ditinjau dari aspek fisik maupun sosial ekonomi di DAS Solo.
Hasilhasil pengujian ini antara lain diterapkan dalam proyek Inpres Penghijauan dan
Reboisasi sejak tahun 1976 pada 36 DAS di Indonesia.
ISI Sumberdaya Hutan Sumberdaya hutan Indonesia yang berfungsi sebagai sumberdaya
alam dan lingkungan hidup telah mempunyai peranan sangat strategis untuk
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Sumberdaya hutan juga telah
melindungi puluhan Daerah Aliran Sungai dari bahaya banjir, kekeringan, erosi dan
sedimentasi. Namun dilain pihak, kualitas dan kuantitas sumberdaya hutan cenderung
semakin menurun. Hal ini antara lain karena penebangan hutan yang berlebihan,
kebakaran hutan, perambahan hutan dan perladangan berpindah. Penurunan kualitas
dan kuantitas hutan cenderung meningkat. Sementara kegiatan-kegiatan rehabilitasi
sumberdaya hutan, seperti reboisasi, pengendalian perladangan berpindah,
pengendalian kebakaran hutan, masih belum memadai dibanding dengan laju
kerusakan yang terjadi. ° ° ° Dengan memperhatikan fungsi ekonomi dan ekologi,
kondisi dan upaya yang telah dikembangkan, maka perlu disusun perencanaan
pengelolaan hutan yang terarah, terinci dan terpadu. Pada dasarnya pengelolaan
hutan harus mencakup aspek pemanfaatan, pelestarian dan penelitian yang
dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan1) : ° peningkatan kegiatan reboisasi; ° ° ° ° ° °
° peningkatan pembinaan HPH; peningkatan kegiatan pengendalian perladangan
berpindah; pengembangan sistem pengendalian kebakaran hutan; peningkatan
pembangunan hutan tanaman industri; pengembangan pengelolaan Daerah Aliran
Sungai; peningkatan penelitian keanekaragaman hayati. 4.2. Sumberdaya Lahan Lahan
merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dan sekaligus merupakan
media lingkungan untuk memproduksi pangan, perumahan, dan lainlain. Pertambahan
jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kegiatan pembangunan telah
berakibat terjadinya pergeseran pola penggunaan lahan di Indonesia. Sering dijumpai
pola penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan tersebut, sehingga
timbul berbagai masalah, seperti terjadinya jutaan lahan kritis, hilangnya lahan subur,
dan terjadinya pencemaran tanah1). Degradasi lahan tersebut terjadi karena
peruntukan lahan/tanah yang kurang tepat, sebagai akibat pelaksanaan yang tidak
memperhatikan kaidah penataan ruang dan kriteria kemampuan serta kesesuaian
lahan. Guna menjamin pemanfaatan yang lestari, lahan harus dikelola dengan
memperhatikan keseimbangan antara aspek konservasi dan pemanfaatannya.
Pemanfaatan sumberdaya lahan dilakukan dengan mempertimbangkan: fungsi lokasi
lahan dalam tatanan lingkungan berdasarkan karakteristik tanah, lahan dan wilayah;
cara-cara pemanfaatan yang memperhitungkan kaidah konservasi; pemanfaatannya
disesuaikan dengan tata ruang; kelembagaan dan kualitas sumberdaya manusia; peran
serta masyarakat secara luas. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai …..(Sudaryono) 155
4.3. Sumberdaya Air Pesatnya perkembangan industri dan peningkatan jumlah
penduduk telah memacu penggunaan air, baik berupa air tanah maupun air
permukaan. Hal ini merupakan ancaman bagi ketersediaan air maupun kualitas air.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan air yang berasal dari air
permukaan akan meningkat pula. Kebutuhan air untuk irigasi dari tahun ke tahun juga
bertambah, demikian pula kebutuhan air untuk industri diperkirakan akan mengalami
peningkatan pula. Kondisi kekritisan sumber air, keadaannya sudah mulai tampak dari
sekarang, dimana beberapa daerah perkotaan kekurangan air untuk industri terutama
pada musim kemarau, seperti di Jakarta, Surabaya, Bandung, dan lain-lain 1).
Pemanfaatan air tanah untuk kegiatan industri terus meningkat yang mengakibatkan
terjadinya penurunan muka air tanah, seperti yang terjadi di Jakarta, Cengkareng,
Grogol, Cempaka Putih, Cakung, dan lian-lain. Adapun pengelolaan sumberdaya air,
harus memperhatikan: ° ° ° ° ° ° ° ° keterpaduan pengelolaan sumberdaya air
permukaan dan air bawah tanah serta kemungkinan pemanfaatan air laut secara lintas
sektoral; pengelolaan sumberdaya air dilakukan secara terpadu dalam
pemanfaatannya melalui penataan ruang wilayah; mengatur pemanfaatan air secara
efisien; pembentukan tim koordinasi untuk kegiatan koordinasi yang melibatkan
berbagai instansi terkait. 4.4. Sumberdaya Manusia Untuk mengatasi kemiskinan
dipedesa-an, khususnya untuk mengentaskan petani dari perangkap kemiskinan, perlu
dilakukan pelestarian fungsi sumberdaya alam yang menjadi sumber penghidupan
masyarakat, seperti kawasan hutan, daerah penggalian tambang, dan lain-lain.
Pelestarian fungsi tersebut harus disertai dengan penciptaan iklim yang sehat dan
kondusif dengan memberikan kemudahan dan akses yang adil dan merata bagi
kelompok miskin untuk memanfaatkan sumberdaya alam tersebut. Pertambahan
jumlah penduduk yang tinggi akan mempunyai implikasi terhadap kebutuhan
sumberdaya lahan, baik untuk pemukiman, pendidikan, tempat berusaha, atau untuk
kepentingan lainnya. Padahal sumberdaya lahan sangat terbatas, membuka hutan
tanpa perencanaan yang matang dan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan
berarti bencana. Strategi pengelolaan masyarakat, antara lain1): pengembangan
peranserta masyarakat; pengembangan kemitraan pemerintah, pengusaha dan
masyarakat; peningkatan dan pengembangan peran wanita; strategi pengembangan
etika lingkungan. 5. SASARAN PENGELOLAAN DAS TERPADU Sebagaimana yang
disampaikan pada ulasan didepan maka sasaran kegiatan pengelolaan DAS meliputi 4
kegiatan, antara lain: a) pengelolaan hutan (vegetasi), b) pengelolaan lahan, c)
pengelolaan air, d) pembinaan aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumberdaya
alam yang tersedia. 5.1. Sasaran Pengelolaan Hutan Hutan di Indonesia mempunyai
peranan baik, ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya, maupun ekologi. Hutan
mempunyai fungsi yang beraneka ragam, antara lain sebagai penghasil kayu, sebagai
pelindung lingkungan yang berfungsi mengatur tata air, melindungi kesuburan tanah,
mencegah erosi dan lain-lain. Namun demikian sejalan dengan pertambahan
penduduk dan pertumbuhan ekonomi, teknologi terhadap sumberdaya hutan semakin
meningkat. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu dilakukan strategi
pengelolaan hutan tidak saja dalam hal pemanfaatan hutan, kelembagaan, aspek
hukum dan aturan yang mendukung upaya pengelolaan hutan secara berkelanjutan. Di
dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan, sumberdaya hutan harus dilihat dari
perspektif baru tidak saja merupakan sumberdaya yang mempunyai nilai ekonomi
yang multiguna tetapi harus berubah, dari tree management ke ecosystem
management. Pada prinsipnya pengelolaan hutan harus dapat dilaksanakan secara
maksimal dengan berlandaskan asas kelestarian. Sasaran pengelolaan hutan terutama
ditujukan untuk melestarikan fungsi hutan (vegetasi) (1) hutan sebagai sumber plasma
nutfah; 156 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 2, Mei 2002: 153-158 (2) hutan
sebagai sumber produksi kayu; (3) hutan sebagai fungsi hidro-orologis; (4) hutan
sebagai pengatur tata air, mencegah dan membatasi banjir, erosi serta; (5) hutan
sebagai pengontrol pencemaran; (6) melindungi iklim dan memberi pengaruh yang
baik; (7) memberikan keindahan alam pada umumnya dan khususnya dalam bentuk
alam, suaka margasatwa, taman perburuhan dan taman wisata. Oleh karena itu
sasaran pengelolaan hutan, anatara lain: (1) meningkatkan keanekaragaman jenis; (2)
reboisasi dan penghijauan pada lahan-lahan kritis; (3) pemilihan jenis untuk
meningkatkan nilai ekonomi dan nilai ekologis dari vegetasi/tanaman; (4) pengaturan
dan meningkatkan teknik penebangan; (5) meningkatkan proses produksi hasil hutan.
5.2. Sasaran Pengelolaan Lahan Meningkatnya kebutuhan tanah untuk keperluan
pembangunan telah meningkatkan tekanan terhadap sumberdaya tanah. Selain itu
pengembangan sumberdaya tanah juga menghadapi masalah ketidakserasian antar
berbagai kepentingan dan berbagai sektor ekonomi yang pada gilirannya akan menjadi
counter productive antara satu dengan lainnya 2). Untuk mengatasi masalah tersebut,
perlu disusun suatu strategi dalam perencanaan sumberdaya tanah yang efisien,
berkeadilan dan berkelanjutan guna mencegah dampak negatif dari kegiatan yang
dilakukan. Pengelolaan lahan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan/tanah
yang tinggi dan dibarengi dengan usaha menjaga kelestarian kualitas lahan. DAS
sebagai sistem lahan pada dasarnya berkemampuan untuk digunakan memenuhi
berbagai kepentingan. 5.3. Sasaran Pengelolaan Sumberdaya Air Sumberdaya air
merupakan sumberdaya yang ketersediaanya dirasakan semakin terbatas. Untuk
menghindari hal tersebut strategi pengelolaan sumberdaya air harus diarahkan untuk
perlindungan dan pelestarian sumberdaya air dan merubah kebiasaan masyarakat
yang menganggap air merupakan sumberdaya yang tidak terbatas. Selain itu, dalam
pengelolaan sumberdaya air, perlu dilakukan berbagai tindakan yang meliputi efisiensi
dan distribusi sumberdaya air yang memadai sesuai dengan kebutuhan. Sasaran
pengelolaan air dalam pengelolaan DAS mencakup; (1) menjaga kelestarian air
(meningkatkan ketersediaan air, mengurangi kisaran aliran maksimum dan minimum,
mengurangi hasil sedimen dan meningkatkan kualitas air). (2) mengelola pemanfaatan
sumberdaya air untuk berbagai kepentingan (air minum, irigasi, industri, rekreasi,
perikanan) 5.4. Sasaran Pembinaan Aktivitas Manusia DAS merupakan suatu wilayah
kesatuan ekosistem dimana manusia termasuk didalamnya mempunyai fungsi ganda,
yaitu sebagai bagian dari komponen ekosistem DAS dan fungsi dalam pemanfaatan
sumberdaya alam. Kerusakan DAS dapat disebabkan oleh aktivitas manusia dan atau
oleh bencana alam. Oleh karena itu dalam pengelolaan DAS perlu melibatkan peran
serta aktif manusia, sehingga tercapai manfaat yang maksimal dan berkesinambungan.
Oleh karena itu sasaran pembinaan aktivitas manusia dalam pemanfaatan sumberdaya
alam mencakup: (1) penyuluhan/pendidikan dan pembinaan untuk meningkatkan
persepsi dan kemampuan mengelola lingkungan; (2) mengurangi laju pertumbuhan
dan kepadatan penduduk; (3) meningkatkan pendapatan penduduk; (4) menciptakan
lapangan kerja di luar sektor pertanian (5) meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui peningkatan gizi, peningkatan prasarana kesehatan (6) mengembangkan
lembaga-lembaga swadaya masyarakat.
KOMENTAR Jurnal ini ini sangat baik. Mengenai jurnal ini banyak data-data yang dapat saya
ketahui yang sangat bermanfaat bagi pembaca.
KESIMPULAN . Pengelolaan DAS harus dilakukan melalui satu sistem yang dapat memberikan : °
produktivitas lahan yang tinggi ° ° kelestarian DAS peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan pada umumnya karena
diakibatkan ulah manusia yang dalam pemanfaatan sumberdaya alam tersebut tidak
dilakukan secara arief dengan mendasarkan kaedah konservasi sumberdaya alam. 3.
Pengelolaan DAS harus dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi, terutama dalam
membina masyarakat 4. Teknologi usahatani konservasi terpadu merupakan pola
usahatani yang dapat diaplikasikan pada lahan berlereng 5. Dalam pelaksanaan sistem
perencanaan pengelolaan DAS terpadu dengan memperhatikan kejelasan keterkaitan
antar sektor terkait, pada tingkat lokal, regional dan nasional.