Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Document

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 41

Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

DAFTAR ISI

Implementasi prototype deteksi gejala dini covid-19 berbasis nodeMCU ESP8266 pada
usia lanjut
(Putri Diah Pitaloka*, Firman Hardianto, Heni Sumarti) ....................................................................243

Pendugaan potensi sumber air tanah menggunakan metode geolistrik konfigurasi


Schlumberger di desa Srowot kecamatan Kalibagor kabupaten Banyumas
(Imam Teguh Prasetyo, Sehah*, dan Hartono) ...................................................................................250

Pengaruh temperatur pembakaran dan volume surfaktan pada proses sintesis graphene
oxide (GO) dari limbah tulang ayam broiler
(Aura Salvia Gayatri*, Arif Tjahjono) ................................................................................................260

Perancangan reaktor plasma CVD untuk deposisi lapisan karbon


(Mira Setiana*, D J Djoko H Santjojo) ...............................................................................................267

Identifikasi frekuensi bunyi gambang laras slendro gamelan Jawa menggunakan jaringan
syaraf tiruan pada Matlab
(Salma Sukmawati Nur Aisah, Farzand Abdullatif*, Hartono)..........................................................273
Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

Implementasi prototype deteksi gejala dini covid-19


berbasis nodeMCU ESP8266 pada usia lanjut

Putri Diah Pitaloka1*, Firman Hardianto1, Heni Sumarti2


1
Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Walisonog Semarang
2
Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Jalan Walisongo No. 3-5, Tambakaji, Kec. Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah (50185)
*email: putri_1808066007@student.walisongo.ac.id

Abstrak - Pada awal tahun 2020, dunia dihadapkan dengan wabah pneumonia baru yang muncul dari Kota
Wuhan dan menjadi pandemi karena menyebar dengan cepat ke 190 negara salah satunya adalah Indonesia.
Wabah ini dikenal sebagai Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Banyak upaya yang telah dilakukan untuk
mencegah penularan Covid-19 seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sampai pengecekan suhu yang
banyak dijumpai di beberapa tempat. Namun, sampai saat ini belum ada alat yang menerapkan tiga parameter
yang dapat ditinjau sebagai pemeriksaan awal Covid-19 (suhu, denyut jantung dan saturasi oksigen). Penelitian
ini bertujuan untuk mengembangkan alat deteksi dini Covid-19 yang dapat digunakan untuk mengukur tiga
parameter dalam satu alat terpadu dan menjelaskan hasil implementasinya pada usia lanjut. Penelitian ini
menggunakan metode Research and Development (RnD) dengan tahapan yang dilakukan meliputi tahap
perancangan, pembuatan, dan pengujian. Analisis data dilakukan dengan pengujian akurasi, yakni
membandingkan dengan alat standar. Hasil akurasi pada pengukuran suhu adalah sebesar 98,38%, denyut
jantung sebesar 95,1% dan saturasi oksigen sebesar 98,8%. Alat yang telah dikembangkan berfungsi dengan baik
dan dapat digunakan sebagai alat ukur standar karena tingkat akurasinya di atas 95%. Berdasarkan implementasi
deteksi gejala dini Covid-19, maka disimpulkan bahwa responden dalam keadaan sehat dan tidak terjangkit
Covid-19.

Kata kunci: Covid-19, Suhu tubuh, Denyut jantung, Saturasi oksigen

Abstract – In early 2020, the world was faced with a new pneumonia outbreak that started in Wuhan City and
became a pandemic because it spread rapidly to 190 countries, one of which was Indonesia. The outbreak is
known as Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Many efforts have been made to prevent the transmission of
Covid-19, such as large-scale social distancing and temperature checks which are often found in several places.
However, until now there is no tool that applies three parameters that can be reviewed as an initial Covid-19
check (temperature, heart rate, and oxygen saturation). This study aims to develop a Covid-19 detection tool that
can be used to measure three parameters in one integrated tool and explain the results of the implementation in
the elderly. This research uses the Research and Development (RnD) method with the stages carried out
including of planning, processing, and testing tools. Data analysis was carried out by testing accuracy, namely
comparing with standard tools. The results of the accuracy of temperature measurement is 98,38%, heart rate is
95,1% and oxygen saturation is 98,8%. The tool that has been developed functions well and can be used as a
standard measuring tool because the accuracy rate is above 95%. Based on the implementation of Covid-19
early symptom detection, it was concluded that the respondents were in good health and not infected with Covid-
19.

Key words: Covid-19, Temperature of body, Heart rate, Oxygen saturation

Contoh penyakit menular yang memerlukan alat


PENDAHULUAN
kontrol kesehatan sebagai tahap pemeriksaan
Kemajuan teknologi membawa dampak yang awal adalah Covid-19 [4]. Ada tiga parameter
baik bagi kehidupan [1]. Pada bidang kesehatan, yang dapat diukur menggunakan alat ukur dalam
perkembangan teknologi elektronika dapat pemeriksaan awal gejala yang dialami oleh
dimanfaatkan terutama dalam melakukan orang yang terinfeksi Covid-19, yakni suhu
pengukuran sebagai alat kontrol kesehatan [2]. tubuh yang lebih dari 38 C, saturasi oksigen
Alat kontrol kesehatan bisa digunakan sebagai kurang dari 95% dan denyut jantung tidak
tahap awal pemeriksaan medis sebelum penyakit teratur [5]. Covid-19 merupakan peristiwa
seseorang didiagnosa lebih lanjut [3]. peradangan dimana penderita mengalami

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5173 243


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

perubahan detak jantung seiring berkembangnya


peradangan [6]. Terdapat peningkatan suhu
METODE PENELITIAN
tubuh di atas suhu normal manusia [7].
Penderita mengalami happy hypoxia atau Penelitian ini merupakan penelitian Research
berkurangnya kadar oksigen dalam tubuh di and Development (RnD) yang meliputi tiga
bawah kondisi normal [8]. tahapan utama, yakni tahap perancangan,
Detak jantung normal usia dewasa berada pembuatan, dan pengujian. Prosedur penelitian
pada rentang 60-80 detik per menit. Sedangkan dalam penelitian ini ditunjukan dalam Gambar
pada usia di bawah 10 tahun, detak jantung 1.
normal berada pada rentang 80-120 detik per
menit [9]. Sebagian besar penderita Covid-19
mengalami perubahan detak jantung menuju
keadaan aritmia takikardia atau detak jantung
tidak teratur dan berada di atas 100 detak/ menit
pada usia dewasa [10].
Suhu tubuh merupakan parameter deteksi
awal yang umum digunakan dalam melihat
gejala Covid-19 [11]. Suhu tubuh manusia
berada pada rentang normal antara 36-37C
[12]. Sedangkan pada penderita Covid-19
mengalami peningkatan suhu di atas 37C [13].
Covid-19 diterjemahkan sebagai penyakit
multifaset dengan kegagalan pernafasan sebagai
manifestasi umum [8]. Kondisi pernafasan ini
dapat ditinjau dari saturasi atau kadar oksigen
[14]. Saturasi oksigen normal pada manusia
berada pada rentang 95-100%. Penderita Covid-
19 mengalami happy hypoxia dengan parameter
saturasi oksigen berada di bawah 95% [15].
Evaluasi lebih lanjut dibutuhkan apabila nilai
saturasi oksigen berada di bawah 85% [16].
Sebelumnya pernah dilakukan penelitian
pengembangan oleh Rezky dkk. [17] terkait alat
deteksi kadar oksigen dan suhu tubuh dalam
pencegahan Covid-19. Penelitian lain oleh
Wulandari [18] terkait rancang bangun pengukur
suhu. Selain itu, penelitian Setiawan dkk. [19]
tentang rancang bangun pendeteksi denyut
jantung. Gambar 1. Skema penelitian
Berdasarkan tiga parameter pemeriksaan dini
Covid-19, perlu dikembangkan teknologi Populasi dan Sampel
kesehatan yang memiliki fungsi untuk mengukur Cakupan populasi dalam penelitian meliputi
tiga parameter tersebut. Covid-19 merupakan penduduk Desa Purwoyoso dan Tambakaji,
penyakit yang menular, sehingga perlu Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang pada usia
diusahakan menghindari kontak langsung antar di atas 40 tahun. Sampel penelitian diberi batas
manusia. Penggunakan teknologi mikrokontroler sebanyak 15 responden untuk menguji akurasi
dapat digunakan sebagai alternatif alat. Teknik sampling yang digunakan dalam
pengembangan alat deteksi dini Covid-19. menentukan sampel yaitu random sampling.
Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan
alat deteksi dini Covid-19 yang dapat digunakan Alat dan Bahan
untuk mengukur tiga parameter di antaranya
suhu, detak jantung, dan saturasi oksigen dalam Penelitian ini membutuhkan peralatan meliputi
satu alat terpadu. Selain itu, penelitian juga Personal Computer (PC)/ Laptop, gunting,
ditujukan untuk menjelaskan hasil implementasi solder, kabel usb, multimeter, lem tembak,
pengukuran pada usia lanjut. obeng dan bor. Bahan yang digunakan dalam

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5173 244


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

penelitian meliputi papan rangkaian NodeMCU energi adalah power bank yang lebih praktis
ESP8266, LCD Module, sensor Max 30100, digunakan dan rechargeable.
sensor LM35, kabel penghubung, kotak Pembuatan alat dimulai dengan
rangkaian dan power bank. menghubungkan komponen utama berupa
Untuk uji akurasi alat digunakan alat NodeMCU dengan sensor MAX30100 dan
pembanding standar yakni, Pulse Oximeter Lk87 sensor LM35. Setelah ketiga komponen
untuk mengukur saturasi oksigen dan detak terhubung, NodeMCU dihubungkan ke
jantung. Thermometergun/Non-contact Infrared PC/Laptop untuk input program. Jika program
Thermometer ZK-YK1028 untuk mengukur suhu dan data dapat terbaca oleh PC maka proses
tubuh. penghubungan komponen utama berhasil.
Selanjutnya LCD Module dihubungkan dengan
Prosedur Penelitian rangkaian. Proses ini juga memerlukan input
program kembali untuk melakukan tes LCD.
Penelitian dimulai dari studi literatur yang
Gambar 3.2 memperlihatkan prototype alat yang
berguna untuk mengetahui langkah perancangan
telah dibuat dan dapat menampilkan data.
yang harus dilakukan. Kemudian dilanjutkan
dengan perancangan dan pembuatan komponen.
Setelah alat dibuat, dilakukan pengujian akurasi.
Apabila alat sudah dapat digunakan, maka uji
akurasi dapat dilakukan dalam bentuk
pengambilan data alat dan pembandingnya,
selanjutnya data dianalisis, dibahas, dan
disimpulkan. Skema penelitian dapat dilihat
pada Gambar 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 3.2. Prototype alat

Perancangan Alat Setelah rangkaian terhubung dan data dapat


tampil di LCD, maka semua rangkaian dapat
disolder kemudian dilakukan pengecekan
menggunakan multimeter. Apabila hasil
pengecekan normal, rangkaian dimasukkan ke
dalam kotak rangkaian.
Alat ini bekerja berdasarkan prinsip
teknologi mikrokontroler dengan program yang
telah diinput pada NodeMCU. Input program
dilakukan dengan bantuan software arduino
melalui Laptop. Sensor sebagai detektor sinyal
input mengirimkan data yang telah dibaca
Gambar 2. Rancangan alat berdasarkan parameter tertentu untuk diproses
pada NodeMCU. NodeMCU mengirimkan data
Setelah melakukan studi literatur, dilanjutkan untuk dapat ditampilkan pada LCD Module
dengan perancangan alat yang rangkaiannya sebagai output.
dapat dilihat pada Gambar 2. Rancangan alat
tersebut menjadi dasar penentuan komponen alat Uji Akurasi
dan bahan yang diperlukan [20]. NodeMCU
berfungsi sebagai mikrokontroler, sensor Uji akurasi dilakukan untuk memperoleh akurasi
Max30100 difungsikan untuk deteksi denyut alat dengan pembanding standar yang banyak
jantung dan saturasi oksigen, sensor LM35 tersedia di pasaran. Analisis data didapatkan
berfungsi untuk deteksi suhu tubuh, dan LCD dengan menghitung persentase kesalahan alat
Module sebagai penampil hasil ukur. Sumber pada persamaan berikut.
tegangan yang digunakan untuk menyuplai
%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = × 100% (1)

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5173 245


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = × 100% (2) Tabel 1. Hasil pengukuran saturasi oksigen


Sampel Saturasi Oksigen (%)
ke-n Alat Pembanding Error
Persamaan 1 berfungsi untuk menghitung
1 96 96 0,0
kesalahan relatif pada alat pengukuran suhu
2 95 98 3,0
tubuh. Sedangkan persamaan 2 digunakan untuk 3 95 97 2,0
menghitung kesalahan pada alat pengukuran 4 98 99 1,0
saturasi oksigen dan denyut jantung. 5 98 98 0,0
Tahap uji dilakukan untuk melihat akurasi 6 96 97 1,0
alat. Tujuan itu tentu berimplikasi bahwa alat 7 99 98 1,0
harus dibandingkan. Pembanding yang 8 96 97 1,0
digunakan untuk uji akurasi meliputi Pulse 9 97 97 0,0
Oxymeter Lk87 untuk mengukur saturasi 10 99 99 0,0
oksigen dan detak jantung serta Thermogun 11 95 97 2,0
12 96 96 0,0
sebagai pembanding suhu tubuh dari alat yang
13 96 99 3,0
dikembangkan. Pengujian nilai akurasi alat yang 14 96 98 2,0
dikembangkan melibatkan 15 orang responden 15 96 98 2,0
yang dipilih secara random sampling dengan Rata-rata 1,2
kriteria usia di atas 40 tahun dan kondisi negatif Akurasi 98,8
covid-19 untuk menghindari penularan. Kriteria
responden di atas 40 tahun karena pada usia 40 Tabel 2 menunjukkan hasil ukur denyut
tahun digolongkan usia rentan memiliki resiko jantung yang diperoleh dari dua alat ukur. Alat
tinggi terhadap gejala berat hingga kematian ukur yang dikembangkan dan alat ukur
[21]. Data yang diperoleh dari laman pembanding. Umumnya, denyut jantung normal
covid19.go.id [22] meliputi data penderita pada usia dewasa berkisar antara 60-80 BPM
meninggal di antaranya 0-5 tahun 0,5%, 6-18 (Beat Per Minute) [9]. Namun, pada penderita
tahun 0,5%, 19-30 tahun 2,9% 31-45 tahun Covid-19 ditemukan keadaan aritmia takikardia
12,9%, 46-59 tahun 36,4%, dan di atas 60 tahun atau keadaan ketika detak jantung tidak teratur
46,8%. dan melebihi 100 BPM [10]. Sebagian nilai hasil
Tabel 1 menunjukkan perbandingan hasil ukur alat dan pembanding pada pengukuran ini
ukur saturasi oksigen ketika diukur diperoleh nilai denyut jantung lebih dari 80
menggunakan alat yang dikembangkan dengan BPM, namun masih kurang dari 100 BPM
pembandingnya. Saturasi oksigen manusia sehingga responden dikategorikan tidak
dikatakan normal ketika berada pada rentang mengalami aritmia takikardia. Keadaan denyut
nilai 95-100% [23]. Nilai saturasi oksigen yang jantung melebihi kondisi normal bisa
telah diambil pada responden berkisar pada disebabkan karena responden beraktivitas fisik
rentang saturasi normal baik menggunakan alat sebelum dilakukan pengukuran. Hal ini karena
pengembangan ataupun pembandingnya. Hal ini perubahan denyut jantung dapat terjadi karena
mengindikasikan berdasarkan nilai saturasi aktivitas fisik [25]. Nilai kesalahan rata-rata
oksigen, responden tidak terpapar Covid-19 dan yang diperoleh dari hasil perbandingan alat
berada dalam keadaan sehat. Sebagai bentuk adalah 4,9%. Nilai ini menghasilkan akurasi
deteksi gejala dini Covid-19, saturasi oksigen sebesar 95,1%.
yang berada di bawah nilai rentang normal
merupakan salah satu tanda vital munculnya Tabel 2. Hasil pengukuran denyut jantung
fenomena happy hipoxya. Happy hipoxya yaitu Sampel Denyut Jantung (BPM)
kondisi ketika tubuh mengalami kadar oksigen ke-n Alat Pembanding Error
darah yang rendah. Pada kasus Covid-19, 1 70 71 1,4
2 89 93 4,3
dilaporkan bahwa pasien mengalami gejala 3 72 66 9,0
gangguan pernapasan dan happy hipoxya [24]. 4 88 90 2,2
Nilai kesalahan rata-rata yang diperoleh dari 5 62 69 10,1
perbandingan alat ukur adalah 1,2%. Nilai ini 6 87 97 10,0
menghasilkan akurasi yang diperoleh sebesar 7 93 95 2,1
8 63 64 1,5
98,8%. 9 81 84 3,5
10 73 72 1,3
11 90 92 2,1

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5173 246


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

12 89 83 7,2 anggota tubuh individu dari sistem saraf


13 93 90 3,3 otonom. Perilaku dan tanggapan terhadap
14 70 78 10,2
15 65 69 5,8 lingkungan, termasuk tanggapan pada
Rata-rata 4,9 lingkungan psikososial yang memainkan peran
Akurasi 95,1 penting dalam variabilitas denyut jantung jangka
panjang [28].
Tabel 3 menunjukkan perbandingan yang Berdasarkan datasheet sensor LM35 mampu
diperoleh dari implementasi pengukuran suhu mengukur suhu dengan rentang pengukuran -
tubuh dari alat yang dikembangkan dan 50oC – 150oC [29], sedangkan sensor
pembandingnya. Pengukuran suhu tubuh MAX30100 mampu mengukur saturasi oksigen
dilakukan di berbagai tempat sebagai bagian dalam rentang 0% – 100% dan detak jantung 30
dari deteksi dini Covid-19. Hal ini telah menjadi BPM – 250 BPM [30]. Hal ini menunjukkan
pengetahuan umum karena suhu merupakan bahwa prototype deteksi dini Covid-19 ini
salah satu parameter dini seorang terpapar mampu mendeteksi suhu diatas 38oC, saturasi
Covid-19 atau tidak [26]. Data penelitian oksigen dibawah 97% dan detak jantung tidak
sebelumnya didapat bahwa 40% demam yang teratur yang merupakan gejala pada penderita
dialami pasien Covid-19 memiliki suhu tertinggi Covid-19.
pada rentang 38.1-39oC, sedangkan 34% lainnya
hingga 39oC [27]. Hasil yang diperoleh pada
pengukuran ini menunjukkan bahwa responden KESIMPULAN
memiliki suhu normal di bawah kondisi demam Telah dilakukan pengembangan prototype
pasien Covid-19. Sehingga hasil deteksi deteksi dini Covid-19 mencakup tiga parameter
parameter suhu menunjukkan bahwa responden pengukuran di antaranya saturasi oksigen,
tidak terjangkit Covid-19. denyut jantung, dan suhu tubuh. Hasil akurasi
pada pengukuran saturasi oksigen sebesar
Tabel 3. Hasil pengukuran suhu tubuh
Sampel Suhu (oC)
98,8%, denyut jantung sebesar 95,1%, dan suhu
Ke- n Alat Pembanding Error tubuh sebesar 98,38%. Alat yang dikembangkan
1 36 36,5 1,3 dapat digunakan dengan baik dan telah
2 36 36,4 1,1 berfungsi optimal sebagai alat ukur standar
3 35 36,4 3,8 karena tingkat akurasinya di atas 95%.
4 36 36,5 1,3
5 36 36,5 1,3
Berdasarkan implementasi deteksi gejala dini
6 36 36,5 1,3 Covid-19, maka disimpulkan bahwa responden
7 37 36,4 1,6 dalam keadaan sehat dan tidak terjangkit Covid-
8 36 35,0 2,8 19.
9 35 35,6 1,6
10 35 35,8 2,2
11 35 35,7 1,9
12 37 36,8 0,5 DAFTAR PUSTAKA
13 37 36,4 1,6
14 36 36,3 0,8 [1] I. K. R. Arthana, “Perancangan Alat
15 36 36,5 1,3 Pendeteksi Detak Jantung Dan Notifikasi
Rata-rata 1,62 Melalui Sms,” Semin. Nas. Ris. Inov.
Akurasi 98,38 (2017) 889–895.

Nilai kesalahan rata-rata yang diperoleh dari [2] G. W. Wohingati dan A. Subari, “Alat
pengukuran suhu tubuh sebesar 1,62%. Nilai ini Pengukur Detak Jantung Menggunakan
menghasilkan akurasi 98,38%. Berdasarkan tiga Pulse Sensor Berbasis Arduino Uno R3
parameter gejala Covid-19, maka responden Yang Diintegrasikan Dengan Bluetooth,”
dalam keadaan sehat dan tidak terpapar Covid- Gema Teknolog 17(2) (2013) 65–71.
19. [3] A. Rofii, K. Anam, dan W. Cahyadi,
Nilai kesalahan alat pada pemeriksaan “Kontrol Pipet Otomatis Dalam
denyut jantung menghasilkan nilai error Pengambilan Sampel Plasma Darah
terbesar. Hal ini disebabkan oleh kondisi detak Dengan Metode Fuzzy,” Berk. Sainstek
jantung yang selalu berubah-ubah. Investigasi 8(2) (2020) 29
fisiologis utama yang mempelajari komponen doi: 10.19184/bst.v8i2.11202.
variabilitas denyut jantung ini disebabkan oleh

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5173 247


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

[4] N. Y. Damo, J. P. Porotu’o, G. I. Rambert, COVID 19,” Int. J. Anal. Exp. modal Anal.,
and F. E. S. Rares, “Diagnostik 12(6) (2020) 1175–1181.
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
[14] T. Kaprawi, M. Moningka, dan J.
dengan Pemeriksaan Laboratorium
Rumampuk, “Perbandingan Saturasi
Mikrobiologi Klinik,” J. e-Biomedik. 9(1)
Oksigen pada Orang yang Tinggal di
(2021) 77–86
Pesisir Pantai dan yang Tinggal di Daerah
doi: 10.35790/ebm.v9i1.31899.
Pegunungan,” e-Biomedik, 4(1) (2016) 2–5
[5] Kementerian Kesehatan Republik doi: 10.35790/ebm.4.1.2016.10816.
Indonesia, “Pedoman Pencegahan dan
[15] F. Naufal dan A. Z. F. Rifa’i, “Tinjauan
Pengendalian Serta Definisi Coronavirus
Pustaka Smartphone Pulse Oxymeter :
Disease (COVID-19),” Germas (2020) 11–
Early Detection For,” Jimki 8(3) (2021)
45, [Online]. Available:
189–194.
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/downl
oad/REV-04_Pedoman_P2_COVID- [16] A. Andriani dan R. Hartono, “Saturasi
19__27_Maret2020_TTD1.pdf [Diakses 11 Oksigen Dengan Pulse Oximetry Dalam 24
Juni 2021]. Jam pada Pasien Dewasa Terpasang
Ventilator di Ruang ICU Rumah Sakit
[6] T. Zhu, P. Watkinson, and D. A. Clifton,
Panti Wilasa Citarum Semarang,” Jendela
“Smartwatch data help detect COVID-19,”
Nurs. J. 2(1) (2013).
Nat. Biomed. Eng., 4(12) (2020) 1125–
1127 [17] N. Rezky et al., “Pengembangan Pendeteksi
doi: 10.1038/s41551-020-00659-9. Suhu Tubuh Dan Kadar Oksigen Darah
Untuk Pencegahan Dini Penularan Covid-
[7] Y. C. Wu, C. S. Chen, and Y. J. Chan, “The
19,” Semin. Nas. Teknol. dan Rekayasa
outbreak of COVID-19,” J. Chinese Med.
(2020) 105–114.
Assoc. 83(3) (2020) 217–220
doi: [18] R. Wulandari, “Rancang Bangun Pengukur
10.1097/JCMA.0000000000000270>Wu. Suhu Tubuh Berbasis Arduino Sebagai Alat
Deteksi Awal Covid-19,” Pros. SNFA
[8] C. M. Shianata, J. N. A. Engka, and D. H.
(Seminar Nas. Fis. dan Apl. 5 (2020) 183–
C. Pangemanan, “Happy Hypoxia Pada
89.
Coronavirus Disease,” J. Biomedik Jbm,
13(1) (2021) 58–66 [19] R. R. Setiawan, M. Syafaat, and H.
doi: 10.35790/jbm.13.1.2021.31743. Setiawan, “Pendeteksi Suspect Covid-19
Berdasarkan Detak Jantung Pada Rancang
[9] I. Nawawinetu, Erwin Dyah;Lutfiya,
Bangun Poltekad Electronic Detector
“Journal of Vocational Health Studies
Covid-19 Menggunakan Metode
Factors associated with the ability to
Photoplethysmography (PPG),” J. Elkasista
perform physical fitness tests with qcst,”
2 (2021).
3 (2020) 97–102.
doi: 10.20473/jvhs.V3I3.2020.97. [20] F. Hardianto, “Pengembangan media
praktikum hukum oersted,” J. Sains dan
[10] K. M. Hanky, “Aritmia dan Covid-19:
Pendidik. Fis. 2 (2021) 122–127.
Sebuah Pisau Bermata Dua,” 2020. .
[21] R. N. Bragg, K. J. Crandall, and D. Ph,
[11] I. Ardiyansah dan L. Nurpulaela, “Sistem
“Physical Activity Interventions for Older
Pengukuran Suhu Tubuh Otomatis Berbasis
Adults in the Age of COVID-19 and
Arduino Sebagai Alat Deteksi Awal Covid-
Beyond,” (2021) 1–7.
19,” J. Orang Elektro 10( 2) (2021) 2021.
[22] Satuan Tugas COVID-19, “Peta Sebaran
[12] F. Fadliondi, H. Isyanto, and B. Budiyanto,
Covid-19,” Gugus Tugas Percepatan
“Bypass Diodes for Improving Solar Panel
Penanganan Covid-19, 2021.
Performance,” Int. J. Electr. Comput. Eng.,
https://covid19.go.id/peta-sebaran.
(2018).
[23] D. A. Nofrianti, “Pajanan Gas NO2
[13] G. Vasantharao and S. Arifunneesa,
Pengelasan dengan Kadar Saturasi Oksigen
“Temperature Detection and Automatic
pada Pegawai Divisi Niaga PT. PAL,” J.
Sanitization and Disinfection Tunnel-
Kesehat. Lingkung. 9(1) (2018) 92.

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5173 248


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

[24] A. S. Hyperastuty and Y. Mukhammad, [27] C. Huang et al., “Clinical Features of


“Monitoring Saturasi Oksigen Patients Infected With 2019 Novel
Menggunakan Spo2 Max 30100 Berbasis Coronavirus in Wuhan, China,” Lancet,
Android Oxygen Saturation Monitoring 395(10223) (2020) 497–506.
Using Android-Based Spo2 Max 30100,” 2
[28] Y. Y. Lokhandwala and L. M. Rodriguez,
(1) (2021) 1–6.
“Heart rate variability.,” Indian heart
[25] M. H. S. T. Penggalih, M. Hardiyanti, and journal 46(4) (1994) 125–129.
F. I. Sani, “Perbedaan Perubahan Tekanan
[29] Semiconductor National, “Lm35,” Data
Darah dan Denyut Jantung Pada Berbagai
Sheet, no. November, p. 13, 2000, [Online].
Intensitas Latihan Atlet Balap Sepeda,” J.
Available:
Keolahragaan 3 (2015) 218–227.
http://www.didacticaselectronicas.com/ima
[26] A. Susilo et al., “Coronavirus Disease ges/documentos/lm35.pdf.
2019 : Tinjauan Literatur Terkini
[30] Maxim Integrated, “Pulse Oximeter and
Coronavirus Disease 2019 : Review of
Heart-Rate Sensor IC for Wearable
Current Literatures,” J. Penyakit Dalam
Health,” Lect. Notes Energy 38 (2014) 1–
Indonesia 7(1) (2020) 45–67.
29, 2014, [Online]. Available:
www.maximintegrated.com.

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5173 249


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

Pendugaan potensi sumber air tanah menggunakan metode geolistrik konfigurasi


Schlumberger di desa Srowot kecamatan Kalibagor kabupaten Banyumas

Imam Teguh Prasetyo, Sehah*, dan Hartono


Program Studi Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Jenderal Soedirman
Jalan Dr. Suparno No.61 Karangwangkal Purwokerto Jawa Tengah Indonesia
*email: sehah@unsoed.ac.id

Abstrak – Survei geolistrik resistivitas dengan konfigurasi Schlumberger telah dilakukan untuk menduga
kedalaman lapisan akuifer air tanah di Desa Srowot Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas. Akuisisi data
dilakukan di enam titik sounding, yaitu titik SR-1, SR-2, SR-3, SR-4, SR-5, dan SR-6 dengan panjang bentangan
200 m. Hasil survei menunjukkan bahwa lapisan akuifer di daerah penelitian terdiri atas akuifer tertekan, akuifer
bebas, dan akuifer semi tertekan. Akuifer tertekan terdapat di titik SR-1 berupa pasir berbutir halus (2,36 Ωm)
pada kedalaman lebih dari 19,58 m. Adapun akuifer bebas dan/atau akuifer semi tertekan terdapat pada titik SR-
2, SR-3, SR-4, SR-5, dan SR-6. Pada titik SR-2, lapisan akuifer berupa lempung pasiran (13,90 Ωm) dengan
kedalaman 10,62-22,61 m. Pada titik SR-3, lapisan akuifer berupa lempung pasiran agak mampat (56,80 Ωm)
dan lempung pasiran (15,70 Ωm) pada kedalaman 10,04-22,44 m dan lebih dari 50,04 m. Pada titik SR-4, lapsian
akuifer berupa pasir berbutir sedang (6,91 Ωm) pada kedalaman lebih dari 64,40 m. Pada titik SR-5, lapisan
akuifer berupa pasir lempungan (4,79 Ωm) pada kedalaman 2,74−25,04 m dan pasir berbutir halus (2,82 Ωm)
pada kedalaman lebih dari 46,64 m. Sedangkan pada titik SR-6, lapisan akuifer berupa pasir lempungan (19,00
Ωm) pada kedalaman 9,29−22,60 m serta pasir berbutir halus (2,70 Ωm) pada kedalaman lebih dari 46,60 m.

Kata kunci: geolistrik resistivitas, konfigurasi Schlumberger, akuifer air tanah, Desa Srowot

Abstract – A resistivity geoelectric survey with the Schlumberger configuration has been carried out to estimate
the depth of the groundwater aquifer layer in Srowot Village, Kalibagor District, Banyumas Regency. Data
acquisition was carried out at six sounding points, i.e. SR-1, SR-2, SR-3, SR-4, SR-5, and SR-6 with a stretch
length of 200 m. The survey results show that the aquifer layers in the study area consist of confined, unconfined,
and semiconfined aquifers. Confined aquifer is located at point of SR-1 in the form of fine-grained sand (2.36
Ωm) at a depth of more than 19.58 m. Meanwhile the unconfined aquifers or/and semi confined aquifers are
located at points of SR-2, SR-3, SR-4, SR-5, and SR-6. At point of SR-2, the aquifer layer is sandy clay (13.90
Ωm) with a depth of 10.62-22.61 m. At point of SR-3, the aquifer layer consists of slightly compressed sandy clay
(56.80 Ωm) and sandy clay (15.70 Ωm) at depth of 10.04-22.44 m and more than 50.04 m. At point of SR-4, the
aquifer layer is medium-grained sand (6.91 Ωm) at a depth of more than 64.40 m. At point of SR-5, the aquifer
layer is in the form of clayey sand (4.79 Ωm) at a depth of 2.74−25.04 m and fine-grained sand (2.82 Ωm) at a
depth of more than 46.64 m. While point of SR-6, the aquifer layer is clayey sand (19.00 Ωm) at a depth of
9.29−22.60 m and fine-grained sand (2.70 Ωm) at a depth of more than 46.60 m.

Key words: geoelectric resistivity, Schlumberger configuration, groundwater aquifer, Srowot Desa Village

PENDAHULUAN meningkatnya kebutuhan air. Ketersediaan air


yang kurang mencukupi jika dibandingkan
Air merupakan kebutuhan pokok setiap makhluk dengan kebutuhan manusia terhadap air bersih
hidup di muka bumi, khususnya manusia. akan menimbulkan krisis dan kelangkaan air [1].
Kebergantungan manusia terhadap air bukan Kondisi ini diperparah ketika musim kemarau
hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dimana banyak daerah di Indonesia yang
saja melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan mengalami kekeringan akibat cadangan air tanah
lain seperti produksi, industri, pertanian, di daerah resapannya habis sehingga perlu dicari
peternakan, kesehatan, dan lain-lain. lagi sumber air yang baru [2]. Air tanah
Ketersediaan air bersih yang mencukupi amat tersimpan dalam lapisan batuan pembawa air
diprioritaskan baik di wilayah perkotaan tanah yang dinamakan akuifer. Usaha untuk
maupun pedesaan. Namun seiring berjalannya mengeksplorasi lapisan pembawa air perlu
waktu dan meningkatnya jumlah populasi dilakukan melalui kegiatan survei, penelitian,
penduduk berbanding lurus dengan dan pendugaan struktur batuan bawah

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5411 250


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

permukaan tanah agar dapat diketahui posisi


lapisan akuifer air tanah dan kedalamannya;
LANDASAN TEORI
sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Salah satu desa yang sering terdampak A. Metode Geolistrik Resistivitas
kekeringan adalah Desa Srowot, Kecamatan
Kalibagor, Kabupaten Banyumas. Pada saat Geolistrik merupakan salah satu metoda
musim kemarau, debit mata air mulai berkurang geofisika yang dapat dimanfaatkan untuk
dan banyak sumber air di daerah tersebut mulai mengetahui perubahan resistivitas batuan bawah
mengering [3]. Selama musim kemarau, permukaan tanah dengan cara menginjeksikan
sebagian besar masyarakat di Desa Srowot arus listrik searah (DC) bertegangan tinggi ke
mengandalkan pasokan air bersih dari Badan dalam tanah. Injeksi arus listrik dilakukan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melalui dua buah elektroda C1 dan C2 yang
Kabupaten Banyumas dan Proyek Penyediaan ditancapkan di permukaan tanah dengan jarak
Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat tertentu. Semakin panjang jarak bentangan
(PAMSIMAS). Namun pasokan air tersebut elektroda arus, semakin dalam arus listrik
belum mencukupi bagi masyarakat untuk menembus lapisan batuan bawah
keperluan sehari-hari. Mayoritas penduduk di permukaan.Aliran arus listrik menimbulkan
desa ini bekerja sebagai petani, dimana mereka polarisasi listrik di dalam tanah. Beda potensial
juga membutuhkan sumber air yang lain untuk yang terjadi akibat polarisasi listrik pada
mengairi sawah dan lahan pertanian lain ketika permukaan tanah ini, diukur melalui dua buah
memasuki musim kemarau. Oleh sebab itu, elektroda potensial di titik P1 dan P2. Jika jarak
untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan bentangan elektroda arus diubah menjadi lebih
usaha untuk tetap memenuhi kebutuhan air. besar, beda potensial yang terukur juga ikut
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah berubah sesuai dengan jenis batuan yang
dengan melakukan eksplorasi sumber air tanah terinjeksi arus listrik pada kedalaman tertentu
baru dengan memanfaatkan potensi air bawah [8]. Skema pengukuran nilai resistivitas dalam
permukaan tanah di daerah tersebut. survei geolistrik dapat dilihat pada Gambar 1.
Sehubungan dengan hal tersebut gambaran
struktur lapisan bawah permukaan tanah perlu
diketahui, sehingga dapat diidentifikasi lapisan
akuifer yang ada di Desa Srowot.
Salah satu metode geofisika yang dapat
diterapkan untuk memperoleh gambaran dan
informasi lapisan batuan bawah permukaan
termasuk lapisan akuifer air tanah adalah
metode geolistrik resistivitas [4]. Metode ini
merupakan salah satu metode geofisika yang
dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan
akuifer. Metode geolistrik resistivitas didasarkan
pada fakta bahwa batuan bawah permukaan
yang berbeda akan mempunyai nilai resistivitas Gambar 1. Skema survei geolistrik untuk mengukur
yang berbeda jika dialiri arus listrik. Prinsip nilai resistivitas batuan bawah permukaan [9].
kerjanya dengan cara menginjeksikan arus ke
bawah permukaan bumi sehingga diperoleh beda Setelah arus (I) dan beda potensial (∆V) terukur
potensial yang kemudian akan didapatkan pada alat, kemudian nilai resistivitas semu
informasi tentang resistivitas batuan [5]. Metode (apparent resistivity) untuk masing-masing
ini sangat baik dimanfaatkan untuk mengetahui lapisan batuan dapat dihitung menggunakan
kondisi atau struktur geologi bawah permukaan persamaan [10]:
berdasarkan variasi resistivitasnya [6]. Metode
V
geolistrik resistivitas cukup baik diterapkan a  K (1)
untuk eksplorasi dangkal, yaitu sekitar 100 I
meter [7]. Jika kedalaman lapisan lebih dari di mana K adalah faktor geometri, yang nilainya
harga tersebut, informasi yang diperoleh kurang tergantung dari konfigurasi elektroda yang
akurat, hal ini akibat melemahnya arus listrik diterapkan di dalam akuisisi data resistivitas.
untuk jarak bentangan yang semakin besar. Untuk konfigurasi Schlumberger, susunan

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5411 251


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

elektrodanya didesain sebagaimana terlihat pada seperti domestik, pertanian, peternakan, industri,
Gambar 2, dengan nilai faktor geometri dapat kesehatan, dan lainnya. Mengingat fungsinya
dirumuskan [10]: yang penting, formasi batuan ini didesain
mampu menyimpan dan dilewati air dalam
2  a 2  b2  jumlah besar. Akuifer juga didefinisikan sebagai
K Sch    
 1 1   1 1   2b  (2) satuan geologi yang jenuh yang berfungsi
    
 A M MB   AN NB  memasok air ke dalam sumur atau mata air
sehingga dapat digunakan sebagai sumber air
Resistivitas semu terjadi sebagai akibat bagi manusia dan makhluk hidup lain. Akuifer
kerak bumi tersusun atas lapisan-lapisan batuan kadang disebut sebagai formasi yang
dengan nilai resistivitas (ρ) yang berbeda-beda, mengandung air tanah (groundwater bearing
sehingga potensial yang terukur dipengaruhi formation) atau reservoir air tanah (groundwater
oleh lapisan-lapisan tersebut. Oleh sebab itu reservoir). Agar dapat berfungsi sebagai akuifer,
nilai resistivitas yang terukur bukan nilai suatu batuan harus berpori atau berongga dan
resistivitas untuk sebuah lapisan saja, terutama terkait satu dengan lain, sehingga bisa
untuk jarak bentangan antar elektroda yang lebar menyimpan dan meloloskan air tanah untuk
[11]. bergerak dari rongga ke rongga lain atau dari
bagian ke bagian lain di dalam suatu lapisan
batuan. Akuifer dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok besar [14]:
1. Akuifer bebas (unconfined aquifer)
merupakan suatu akuifer yang hanya
memiliki sebuah lapisan pembatas kedap air
yang terletak di bagian bawahnya. Dengan
kata lain muka air tanah merupakan bidang
batas di sebelah atas dari daerah jenuh air.
Akuifer ini disebut sebagai phreatic aquifer.
2. Akuifer tertekan (confined aquifer)
Gambar 2. Skema peralatan pengukuran teknik merupakan suatu akuifer jenuh air yang pada
geolistrik dengan konfigurasi Schlumberger [11].
lapisan atas dan lapisan di bawahnya
merupakan lapisan yang bersifat kedap air.
Survei geolistrik dengan teknik konfigurasi
Schlumberger memiliki kelebihan dan Pada lapisan pembatasnya tersebut tidak
kekurangan. Kelebihannya adalah dapat terdapat air yang mengalir. Pada akuifer ini,
tekanan airnya lebih besar daripada tekanan
digunakan untuk mendeteksi adanya non-
homogenitas lapisan batuan di bawah dan dekat atmosfer, sehingga akuifer ini disebut juga
permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai dengan pressure aquifer.
resistivitas semu pada saat jarak antar elektroda 3. Akuifer semi-tertekan (semiconfined aquifer)
potensial MN/2 berubah. Adapun kelemahannya adalah akuifer yang seluruhnya bersifat jenuh
adalah pembacaan beda potensial pada elektroda air, dimana di bagian atasnya dibatasi oleh
MN lebih kecil terutama pada saat jarak lapisan semi kedap dan bagian bawahnya
elektroda AB yang relatif jauh [12]. Konfigurasi merupakan lapisan kedap air.
Schlumberger biasanya digunakan untuk Secara alami tidak semua batuan dapat
sounding, yaitu pengambilan data resistivitas bertindak sebagai akuifer, tergantung porositas
batuan bawah permukaan yang difokuskan dan permeabilitasnya. Batuan pasir dan batu
secara vertikal, sehingga sering disebut teknik sedimen yang tersusun atas butiran kasar
Vertical Electrical Sounding (VES). Contoh umumnya memiliki persyaratan tersebut,
penerapannya adalah untuk mendeteksi terutama beberapa batuan yang belum
kedalaman air tanah dalam rangka pembuatan terkompakan (unconsolidated rock). Itu artinya
sumur [13]. faktor umur batuan juga berpengaruh. Batuan-
batuan yang berumur tua umumnya telah
B. Akuifer Air Tanah
mengalami kompaksi dan sementasi, sehingga
Akuifer merupakan formasi geologi yang jenuh ruang antar butiran menjadi rapat dan
sehingga dapat dijadikan sumber air dalam termampatkan. Hal ini mengakibatkan batuan ini
jumlah yang cukup untuk berbagai keperluan tidak dapat menyimpan dan meloloskan air

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5411 252


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

tanah dalam jumlah banyak. Batuan dengan potensial (P1 dan P2) dapat diperlebar secara
karakteristik seperti ini memiliki porositas dan perlahan pada saat jarak bentangan antar
permeablitas yang kecil. Pada zona seperti ini, elektroda arus (C1 dan C2) sudah sedemikian
agak sulit ditemukan air tanah, kecuali lapisan besar, asalkan terpenuhi syarat AB  5MN [6].
batuan yang memiliki banyak rekahan yang Variasi jarak antar elektroda secara gradual
sering disebut sebagai akuifer rekahan (fracture dilakukan untuk mendapatkan data kedalaman
aquifer) [15]. dan jenis-jenis batuan bawah permukaan
berdasarkan nilai resistivitas yang terukur secara
vertikal (vertical sounding). Semakin panjang
METODE PENELITIAN bentangan elektroda, maka informasi struktur
dan jenis lapisan batuan bawah permukaan yang
A. Persiapan
diperoleh juga semakin dalam [12].
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap
persiapan adalah melakukan survei geologi dan
survei pendahuluan di lokasi penelitian,
menyiapkan peralatan resistivitymeter dan
peralatan pendukungnya, membentuk tim survei
geolistrik di lapangan, mengkaji peta topografi
melalui Google Map dan peta geologi untuk
menentukan letak titik-titik sounding dan
lintasan survei geolistrik di lokasi penelitian.
Seperangkat peralatan Naniura Resistivity-meter
yang digunakan dalam akuisisi data resistivitas Gambar 4. Pergerakan elektroda arus dan elektroda
ditunjukkan pada Gambar 3. potensial dalam survei geolistrik resistivitas
konfigurasi Schlumberger.

Hasil akuisisi data resistivitas


menggunakan teknik VES di lapangan adalah
nilai resistivitas semu. Nilai resistivitas semu
ini, kemudian di-plot di dalam sebuah grafik
sehingga diperoleh kurva logaritmik antara
resistivitas semu masing-masing lapisan (a)
versus jarak bentangan elektroda arus (½AB).
Selanjutnya kurva logaritmik ini dijadikan
sebagai dasar untuk pemodelan, sehingga
Gambar 3. Peralatan Naniura Resistivity meter yang diperoleh kurva logaritmik resistivitas
digunakan dalam akuisisi data resistivitas.
sebenarnya (true resistivity, t) versus jarak
½AB dan log resistivitas lapisan-lapisan batuan
B. Pelaksaaan dilengkapi dengan kedalamannya. Secara
Akuisisi data resistivitas yang diterapkan di litologis, log resistivitas diinterpretasi sehingga
dalam survei geolistrik mengunakan teknik diperoleh log litologi batuan bawah permukaan
Vertical Electrical Sounding (VES) dengan di daerah penelitian. Proses interpretasi
konfigurasi Schlumberger. Teknik akuisisi ini dilakukan berdasarkan tabel resistivitas batuan
dilakukan dengan memvariasi jarak bentangan dan informasi geologi.
elektroda C1 terhadap P1, dan C2 terhadap P2
seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Pada HASIL DAN PEMBAHASAN
awalnya jarak bentangan masing-masing
elektroda dibuat sama, misalnya a. Kemudian Akuisisi data resistivitas telah selesai dilakukan
dilakukan pengukuran kuat arus, beda potensial, di daerah penelitian sesuai dengan desain survei
serta jarak ½AB dan ½MN. Pada saat seperti terlihat pada Gambar 5. Setelah
pengukuran berikutnya, jarak elektroda C1 dilakukan akuisisi data resistivitas maka
diperlebar terhadap P1 dan elektroda C2 diperoleh sejumlah data mentah (raw data) yang
diperlebar terhadap P2, misalnya 2a. Demikian terdiri atas data beda potensial (∆V), kuat arus
seterusnya, sehingga pengukuran data mencapai (I), dan jarak bentangan elektroda (a). Faktor
satu lintasan. Jarak bentangan antar elektroda geometri (K) dihitung menggunakan persamaan

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5411 253


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

(2). Sedangkan nilai resistivitas semu (ρa)


batuan bawah permukaan dihitung
menggunakan persamaan (1). Proses pengolahan
data pada konfigurasi ini telah dilakukan
menggunakan aplikasi IPI2Win 3.0. Adapun
pemodelan dan interpretasi data resistivitas telah
dilakukan menggunakan aplikasi Surfer 10
sehingga diperoleh kontur resistivitas satu
dimensi (1D) batuan bawah permukaan.

Gambar 6. Model litologi 1D pada titik sounding


SR-1
Gambar 5. Desain survei geolistrik resistivitas
dengan teknik VES di daerah penelitian [18]. Titik Sounding SR-2
Titik sounding SR-2 terletak pada posisi -
Titik Sounding SR-1 7,51426 LS dan 109,325868° BT. Berdasarkan
Titik sounding SR-1 terletak pada posisi - hasil pemodelan inversi terhadap data
7,51423 LS dan 109,324985° BT. Hasil resistivitas, telah diperoleh tiga lapisan batuan
pemodelan inversi menunjukkan lima lapisan bawah permukaan. Lapisan ke-1 diinterpretasi
batuan seperti terlihat pada Gambar 6. Lapisan sebagai tanah penutup (top soil) dengan nilai
ke-1 memiliki nilai resistivitas 340,0 Ωm resistivitas 102,0 m pada kedalaman 0−10,62
dengan kedalaman 0–2,14 m yang diinterpretasi m. Lapisan ke-2 diinterpretasi sebagai lempung
sebagai tanah/batuan penutup. Lapisan ke-2 pasiran dengan nilai resistivitas 13,9 m pada
memiliki nilai resistivitas 27,7 Ωm dengan kedalaman 10,62−22,61 m. Dan lapisan ke-3
kedalaman 2,14−3,80 m yang diinterpretasi diinterpretasi sebagai perselingan batupasir dan
sebagai lanau pasiran kering. Lapisan ke-3 batulempung dengan nilai resistivitas 45,4 m
memiliki nilai resistivitas 5,29 Ωm dengan pada kedalaman lebih dari 22,61 m. Model
kedalaman 3,80−8,61 m yang diinterpretasi litologi hasil pemodelan pada titik SR-1
sebagai lanau pasiran basah. Lapisan ke-4 ditunjukkan pada Gambar 7.
memiliki nilai resistivitas 86,1 Ωm dengan
kedalaman 8,61−19,58 m yang diinterpretasi
sebagai lempung. Dan lapisan ke-5 memiliki
nilai resistivitas 2,36 Ωm pada kedalaman 
19,58 m yang diinterpretasi sebagai pasir
berbutir halus.

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5411 254


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

m dengan kedalaman 6,5−64,4 m,


diinterpretasi sebagai perselingan batupasir dan
batulempung. Sedangkan lapisan ke-4 memiliki
nilai resistivitas 6,91 m dengan kedalaman 
64,40 m, diinterpretasi sebagai pasir berbutir.

Gambar 7. Model litologi 1D titik sounding SR-2

Titik Sounding SR-3


Titik sounding SR-3 terletak pada posisi -
7,514168 LS dan 109,327682° BT. Hasil
pemodelan inversi menunjukkan lima lapisan
batuan bawah permukaan seperti terlihat pada
Gambar 8. Lapisan ke-1 memiliki nilai
resistivitas 74,10 Ωm dengan kedalaman 0 −
2,01 m dan diinterpretasi sebagai tanah penutup
(top soil). Lapisan ke-2 memiliki nilai Gambar 8. Model litologi 1D pada titik sounding
resistivitas 40,80 Ωm dengan kedalaman 2,01 − SR-3
10,04 m yang diinterpretasi sebagai lempung.
Lapisan ke-3 memiliki nilai resistivitas 56,80
Ωm dengan kedalaman 10,04−22,44 m yang
diinterpretasi sebagai lempung pasiran. Lapisan
ke-4 memiliki nilai resistivitas 43,80 Ωm
dengan kedalaman 22,44−50,04 m yang
diinterpretasi sebagai perselingan batupasir dan
batu lempung. Adapun lapisan ke-5 memiliki
nilai resistivitas 14,70 Ωm dengan kedalaman 
50,04 m yang diinterpretasi sebagai lempung
pasiran.

Titik Sounding SR-4


Titik sounding SR-4 terletak pada posisi -
7,51424 LS dan 109,326863° BT. Berdasarkan
hasil pemodelan secara inversi, terdapat empat
lapisan batuan seperti ditunjukkan pada
Gambar 9. Lapisan ke-1 diinterpretasi sebagai
tanah penutup (top soil) dengan nilai resistivitas
28,8 m pada kedalaman 0−3,33 m. Lapisan ke-
2 diinterpretasi sebagai lempung dengan nilai
resistivitas 4,19 m dan kedalaman 3,33−6,50
m. Lapisan ke-3 memiliki nilai resistivitas 46,7

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5411 255


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

Gambar 9. Model litologi 1D pada titik sounding memiliki nilai resistivitas 48,9 m diinterpretasi
SR-4 sebagai tanah penutup pada kedalaman 0 − 9,29
m. Lapisan ke-2 yang memiliki nilai resistivitas
Titik Sounding SR-5 19,0 m diinterpretasi sebagai pasir lempungan
Titik sounding SR-5 terletak pada posisi - dengan kedalaman 9,29 − 22,60 m. Lapisan ke-3
7,51426 LS dan 109,325868° BT. Berdasarkan yang memiliki nilai resistivitas 28,8 m
hasil pemodelan inversi, terdapat empat lapisan diinterpretasi sebagai lanau pasiran kering pada
batuan bawah permukaan. Lapisan ke-1 kedalaman 9,29 − 46,60 m. Sedangkan lapisan
diinterpretasi sebagai tanah penutup (top soil) ke-4 yang memiliki nilai resistivitas 2,7 m
dengan nilai resistivitas 45,6 m dan kedalaman diinterpretasi sebagai pasir berbutir halus
0−2,74 m. Lapisan ke-2 diinterpretasi sebagai dengan kedalaman lebih dari 46,60 m. Model
pasir lempungan dengan nilai resistivitas 4,79 litologi hasil pemodelan pada titik SR-6
m dan kedalaman 2,74−25,04 m. Lapisan ke-3 ditunjukkan pada Gambar 11.
diinterpretasi sebagai lanau pasiran kering
dengan nilai resistivitas 22,7 m dan kedalaman Korelasi Titik Sounding SR-1 sampai SR-6
25,04−46,64 m. Adapun lapisan ke-4 Korelasi bertujuan untuk mengetahui
diinterpretasi sebagai pasir berbutir halus keterhubungan antar masing-masing lapisan
dengan nilai resistivitas 2,82 m pada yang memiliki kesamaan litologi di setiap titik
kedalaman lebih dari 46,64 m. Model litologi sounding. Kesamaan litologi ini ditandai dengan
hasil pemodelan pada titik SR-5 ditunjukkan hasil interpretasi yang sama terhadap nilai-nilai
pada Gambar 10. resistivitas batuan bawah permukaan. Hasil
korelasi ditunjukkan pada Gambar 12.
Berdasarkan hasil pengolahan dan pemodelan
inversi menggunakan aplikasi IPI2Win serta
hasil korelasi diketahui bahwa lapisan tersebut
didominasi oleh lempung pasiran, serta
perselingan antara batupasir dan batulempung.
Sedangkan yang diindikasikan sebagai lapisan
akuifer air tanah pada umumnya berada pada
lapisan yang mengandung pasir [16]. Lapisan
pasir mempunyai potensi kandungan air tanah
yang cukup besar sebab lapisan pasir umumnya
dapat menyimpan cadangan air dalam jumlah
yang melimpah. Lapisan ini terdapat pada
kedalaman lebih dari 50 m.

Gambar 10. Model litologi 1D pada titik sounding


SR-5

Titik Sounding SR-6


Titik sounding SR-6 terletak pada posisi -
7.51423 LS dan 109.324985°. Berdasarkan
hasil pemodelan inversi, terdapat empat lapisan
batuan bawah permukaan. Lapisan ke-1 yang

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5411 256


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

dengan nilai resistivitas 2,36–6,91 Ωm.


Berdasarkan hasil interpretasi ini, lapisan batuan
bawah permukaan yang paling potensial
berperan sebagai akuifer air tanah adalah lapisan
pasir [16]. Hasil korelasi antar lapisan
menunjukkan bahwa akuifer yang berupa pasir
berbutir sedang terdapat pada titik sounding SR-
1 dan SR-4. Masing-masing terdapat pada
kedalaman lebih dari 19,58 m dan 64,40 m.
Sedangkan lapisan akuifer yang berbentuk pasir
berbutir halus terdapat pada titik sounding SR-5
dan SR-6 dengan kedalaman lebih dari 46,60 m.

Gambar 11. Model litologi 1D pada titik sounding


SR-6

Analisis dan Diskusi


Pemodelan data resistivitas telah
menghasilkan beberapa lapisan batuan bawah
permukaan pada setiap titik sounding yang
berbeda nilai resistivitasnya. Hasil-hasil
pemodelan dilengkapi dengan jenis litologi,
ketebalan, dan kedalaman masing-masing
lapisan. Namun demikian nilai resistivitas yang
diperoleh tidak mesti mewakili satu jenis
litologi. Hal ini karena nilai resistivitas suatu
jenis batuan merupakan nilai kisaran atau Gambar 12. Korelasi lapisan-lapisan batuan yang
rentang. Selain itu, untuk menginterpretasi jenis memiliki kesamaan litologi pada titik sounding SR-1
litologi, tidak hanya didasarkan pada nilai hingga SR-6.
resistivitas, tetapi juga didasarkan atas peta
geologi baik lokal maupun regional wilayah Berdasarkan jenis lapisan penyusunnya,
setempat. akuifer pada titik sounding SR-1 termasuk jenis
Berdasarkan informasi geologi [17] dan akuifer tertekan (confined aquifer) sebab lapisan
tabel resistivitas batuan [10], lapisan batuan batuan di bagian atas lapisan akuifer tersebut
bawah permukaan di daerah penelitian terdiri merupakan lapisan yang kedap air
atas tanah penutup (top soil) dengan nilai (impermeable) sehingga memiliki tekanan lebih
resistivitas berkisar 28,80−340,00 Ωm, lempung besar daripada tekanan atmosfer. Dengan
dengan nilai resistivitas berkisar 4,19–86,10 demikian air tanah di dalam lapisan ini
Ωm, lanau pasiran dengan nilai resistivitas cenderung tertekan ke permukaan sesuai dengan
berkisar 5,29–28,80 Ωm, lempung pasiran persamaan fluida [18]. Kendala pengukuran
dengan nilai resistivitas berkisar 13,90–56,80 geolistrik di lokasi titik sounding SR-1 adalah
Ωm, pasir lempungan dengan nilai resistivitas keterbatasan panjang bentangan kabel elektroda
berkisar 4,79−19,00 Ωm, perselingan antara arus akibat terpotong Sungai Serayu. Akibatnya
batupasir dan batulempung dengan nilai lapisan akuifer tertekan ini tidak dapat
resistivitas berkisar 43,80–46,70 Ωm, serta pasir terinterpretasi hingga batas bawah secara jelas.

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5411 257


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

Selain itu, kesinambungan lapisan akuifer bebas ditemukan pada titik SR-2 pada
tertekan juga tidak terdeteksi akibat kurangnya kedalaman 10,62−22,61 m, titik SR-4 pada
titik sounding dalam survei geolistrik ini. kedalaman 2,73−25,04 m, titik SR-5 pada
Lapisan akuifer bebas (unconfined aquifer) kedalaman 2,73−25,04 m, dan titik SR-6 pada
terdapat pada titik sounding SR-2 hingga SR-6, kedalaman 9,29−22,60 m. Adapun akuifer semi
kecuali SR-4. Sedangkan lapisan akuifer semi tertekan ditemukan di titik SR-3 pada
tertekan (semiconfined aquifer) terdapat pada kedalaman lebih dari 50,04 m, titik SR-4 pada
titik sounding SR-3 hingga SR-6. Berdasarkan kedalaman lebih dari 64,40 m, titik SR-5 pada
hasil interpretasi, tidak ditemukan adanya kedalaman lebih dari 46,64 m, dan titik SR-6
lapisan kedap air pada bagian atas akuifer- pada kedalaman lebih dari 46,60 m
akuifer tersebut. Akuifer semi tertekan masih
berpotensi dimanfaatkan sebagai sumber air
UCAPAN TERIMA KASIH
bersih dalam skala besar, seperti menjadi
sumber air bersih dalam program Penyediaan Terima kasih disampaikan kepada Kepala
Air Minum dan Sanitasi Masyarakat Laboratorium Elektronika, Instrumentasi, dan
(PAMSIMAS). Adapun pemanfaatan akuifer Geofisika Fakultas MIPA, Universitas Jenderal
bebas terbatas untuk memenuhi kebutuhan skala Soedirman atas peralatan Resistivity-meter merk
kecil. Tinggi rendahnya muka air tanah dalam NANIURA yang digunakan dalam akusisi data.
akuifer bebas serta debit air dan luas Terimakasih juga disampaikan kepada tim
penyebarannya dipengaruhi oleh musim, curah survei geolistrik yang telah bersusah payah dan
hujan, dan kondisi lingkungan setempat. Oleh bersinergi dalam melakukan akuisisi data
karena itu, saat musim hujan ketinggian muka resistivitas di lapangan.
air akan tinggi sehingga debitnya besar, namun
saat musim kemarau ketinggian muka airnya
turun sehingga debitnya kecil [14]. DAFTAR PUSTAKA
[1] Kodoatie, R., Roestam, dan Sjarief., Tata
KESIMPULAN Ruang Air, Penerbit ANDI, Yogyakarta,
2010.
Survei geolistrik resistivitas menggunakan
konfigurasi Schlumberger telah dilakukan di [2] H. Hendrayana, Hidrogeologi Mata Air,
Desa Srowot, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Lecture note. Teknik Geologi, Fakultas
Banyumas. Berdasarkan hasil survei, diperoleh Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM),
variasi nilai resistivitas batuan bawah Yogyakarta, 2013.
permukaan, yang terdiri atas tujuh jenis lapisan [3] R. Prasetyo, Radio Republik Indonesia.
batuan. Secara litologi, lapisan batuan tersebut Diakses September 21, 2019, dari
diinterpretasi sebagai tanah penutup (top soil) http://www.rri.co.id/purwokerto/post/berita/
dengan nilai resistivitas berkisar 28,80 − 340,00 .
Ωm, lempung dengan nilai resistivitas berkisar
[4] H. Bakri, H., J. R Husain, dan Firdaus,
4,19–86,10 Ωm, lanau pasiran dengan nilai
“Pendugaan Air Tanah dengan
resistivitas berkisar 5,29 – 28,80 Ωm, lempung
Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan
pasiran dengan nilai resistivitas berkisar 13,90 –
Jenis di Desa Tellumpanua Kec. Tanete
56,80 Ωm, pasir lempungan dengan nilai
Rilau Kab. Barru Sulawesi Selatan”,
resistivitas berkisar 4,79−19,00 Ωm, perselingan
Jurnal Geomine 3(1) ( 2015) 165-169.
antara batupasir dan batulempung dengan nilai
resistivitas berkisar 43,80–46,70 Ωm, serta pasir [5] A.A. Aning, N. Sackey, I.S. Jakalia,
dengan nilai resistivitas berkisar 2,36–6,91 Ωm. O. Sedoawu, E. H. Tetteh, G. Hinson,
Hasil-hasil interpretasi menunjukkan R. Akorlie, D. Appiah, E. Quaye,
keberadaan lapisan akuifer di daerah penelitian. “Electrical Resistivity as a Geophysical
Lapisan akuifer ditemukan pada titik sounding Mapping Tool; A Case Study of the New
SR-1 hingga SR-6. Lapisan akuifer di daerah Art Department Knust-Ghana.
penelitian diinterpretasi terdiri atas akuifer International”, Journal of Scientific and
tertekan, akuifer bebas dan akuifer semi Research Publication 4(1) (2014) 1-7.
tertekan. Akuifer tertekan ditemukan pada titik
[6] A. Lutan, “Metode Pengukuran Tahanan
sounding SR-1 dengan kedalaman 19,58 m
Jenis Bawah Permukaan Tanah”, DikLat
hingga batas yang tidak diketahui. Akuifer

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5411 258


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

Geofísika Eksplorasi Terbatas. Lembaga [12] AGI. Schlumberger Array: Electrical


Físika Nasional, LIPI, Jakarta, 1981. Resistivity Methods, Part2. Sumber:
https://www.agiusa.com/schlumberger-
[7] Sehah, Hartono, Z. Irayani, dan
array. Diakses: 3 Feb 2021.
U.N. Prabowo, “Designing Aquifer Model
for the Banks of the Serayu River, [13] Sehah, Wihantoro, U.N. Prabowo,
Sokawera, Somagede, Banyumas, “Sosialisasi dan Realisasi Hasil Pengukuran
Indonesia by Means of 1D-Electrical Geolistrik untuk Eksplorasi Sumber Air
Resistivity Data”, J. Math. Fund. Sci. Tanah di Desa Metenggeng, Kecamatan
53(3) (2021) 344-357. Bojongsari Kabupaten Purbalingga”, Jurnal
PKM Serambi Abdimas 2(2) (2021) 83-88.
[8] M.R.S.S. Kumar and G. Swathi, “Vertical
Electrical Sounding (VES) for Subsurface [14] Indarto, Hidrologi Dasar Teori dan Contoh
Geophysical Investigation Inkanigiri Area, Aplikasi Model Hidrologi, PT. Bumi
Prakasam District, Andhra Pradesh, India”, Aksara, Jakarta, 2012.
Advances in Applied Science Research 5(5)
[15] H. Bouwer, Groundwater Hydrology,
(2014) 82-86.
McGraw-Hill Book Company, New York,
[9] D. Hanifa, I. Sota, dan S. Siregar, 1978.
“Penentuan Lapisan Akuifer Air Tanah
[16] E.O. Joshua, O.O. Odeyemi,
dengan Metode Geolistrik Konfigurasi
O.O. Fawehinmi, “Geoelectric
Schlumberger di Desa Sungaijati
Investigation of the Groundwater Potential
Kecamatan Mataram Kabupaten Banjar
of Moniya Area”, Ibadan. Journal of
Kalimantan Selatan”, Jurnal Fisika Flux 13
Geology and Mining Research 3(3) (2011
(1) (2016) 30-39.
54-62.
[10] W. M. Telford, L. P. Geldart, and R. E.
[17] M. Djuri, T. Samodra, S. Amin, S., Gafoer,
Sheriff, Applied Geophysics, Cambridge
Peta Geologi Lembar Purwokerto dan
University, New York, USA, 1990.
Tegal, Jawa, Pusat Penelitian dan
[11] E. Minarto, “Pemodelan Inversi Data Pengembangan Geologi, Bandung, 1996.
Geolistrik untuk Menentukan Struktur
[18] M.H. Syahruddin, “Persamaan Aliran Air
Perlapisan Bawah Permukaan Daerah
dalam Media Berpori sebagai Aliran
Panasbumi Mataloko”, Jurnal Fisika dan
Airtanah (Groundwater)”, Simposium
Aplikasinya 3(2) (2011) 1-5.
Fisika Nasional 2014 (SFN XXVII),
Denpasar-Bali, 16-17 Oktober 2014.

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5411 259


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

Pengaruh temperatur pembakaran dan volume surfaktan pada proses sintesis


graphene oxide (GO) dari limbah tulang ayam broiler

Aura Salvia Gayatri*, Arif Tjahjono


Program Studi Fisika, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl.Ir.H.Juanda No. 95, Cemp. Putih, Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten
*email: aurasalviagayatri1@gmail.com

Abstrak – Limbah tulang ayam broiler bermanfaat dalam perkembangan industri graphene oxide (GO) karena
limbah tersebut mengandung senyawa karbon yang dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bahan baku
pembuatan graphene oxide (GO) yang bermanfaat dalam pengembangan teknologi penyimpanan energi.
Penelitian ini menggunakan metode liquid phase exfoliation dengan variasi temperatur pembakaran arang pada
400 ̊C dan 600 ̊C serta variasi volume surfaktan pada 0,76 ml; 0,96 ml dan 1,16 ml. Variasi dilakukan untuk
mengetahui temperatur pembakaran dan komposisi volume surfaktan yang paling optimum untuk membentuk
GO. Hasil pengujian EDX diketahui pembakaran pada temperatur 400 ̊C menghasilkan natural graphite paling
murni dengan kandungan karbon sebesar 21,09 %wt (weight percent) atau 33,59 %at (atomic percent). Dari hasil
spektra UV-Vis diketahui pada temperatur pembakaran 400 ̊C serta volume surfaktan 1,16 ml menghasilkan GO
paling optimum dengan panjang gelombang 230 nm dan nilai absorbansi 10. Berdasarkan spektra FTIR terlihat
variasi temperatur pembakaran dan volume surfaktan tidak mempengaruhi gugus fungsi yang terbentuk, namun
mempengaruhi besar persentase transmitasi yang menunjukkan kekuatan gugus fungsi dalam berikatan.

Kata kunci: Blender, furnace, limbah tulang ayam, liquid phase exfoliation, surfaktan

Abstract – Broiler chicken bone waste is useful in the development of the graphene oxide (GO) industry because
the waste contains carbon compounds that can be used as a source of raw material for the manufacture of
graphene oxide (GO) which is useful in developing energy storage technology. This study used the liquid phase
exfoliation method with variations in charcoal burning temperature at 400 C and 600 C and variations in
surfactant volume at 0.76 ml; 0.96 ml and 1.16 ml. Variations were made to determine the optimum combustion
temperature and volume composition of the surfactant to form GO. The results of the EDX test show that
combustion at a temperature of 400 C produces the purest natural graphite with a carbon content of 21.09 %wt
(weight percent) or 33.59%at (atomic percent). From the results of UV-Vis spectra it is known that at a
combustion temperature of 400 C and a surfactant volume of 1.16 ml produces the most optimum GO with a
wavelength of 230 nm and an absorbance value of 10. Based on the FTIR spectra, it can be seen that variations
in combustion temperature and surfactant volume do not affect the functional groups formed, but affects the %
transmittance which indicates the ability of the functional group to bind.

Key words: Blender, furnace, Poultry chicken bone waste, liquid phase exfoliation, Surfactant

memanfaatkan limbah tulang ayam dengan


PENDAHULUAN
variasi volume surfaktan dilakukan untuk
Karbon merupakan unsur yang tersedia dalam mengetahui temperatur pembakaran tulang ayam
jumlah banyak di bumi yang dapat dimanfaatkan dan komposisi volume surfaktan yang paling
sebagai bahan dasar dalam hal inovasi teknologi optimum dalam sintesis GO. Metode liquid
penyimpanan energi [1]. Graphene merupakan phase exfoliation cukup ramah lingkungan
lapisan tipis selapis berbentuk susunan karbon karena tidak menghasilkan gas yang berbahaya
heksagonal dua dimensi yang cukup kuat. selama proses sintesis GO karena tidak
Tumpukan dari lebaran graphene dinamakan menggunakan natrium nitrat (NaNO3) sehingga
graphite. Graphite mrtupakan atom karbon (C) tidak memproduksi gas beracun seperti nitrogen
yang tesusun bertumpuk [2]. Graphene dapat dioksida (NO2) dan dinitrogen tetraoksida
dimanfaatkan dalam bidang baterai, perangkat (N2O4) [3,4]. Eswariah Varrla et al [5] telah
penyimpanan energi (ultrakapasitor), transistor, melakukan penelitian terkait pengelupasan dari
dan sebagai elektroda konduktor transparan graphene menggunakan detergent rumah tangga
[1,3]. Sintesis graphene oxide (GO) yang dan blender dapur. Hasilnya graphite dapat
dikelupas dan menghasilkan graphene

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5497 260


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

berkualitas tinggi menggunakan blender. Surfaktan dapat menyesuaikan energi


Limbah tulang ayam broiler dipilih karena permukaan graphene agar terjadi proses dispersi
mudah dijumpai dan minim pemanfaatan. yang stabil. Sementara mencegah aglomerasi
Kandungan karbon pada tulang ayam berasal graphene, efek volume dari surfaktan juga dapat
dari kolagen yang berada pada matriks tulang menyebabkan jarak yang jauh antara lembaran
organik [6,7]. graphene yang berdekatan, yang mempengaruhi
GO disintesis menggunakan limbah tulang konduktivitas graphene dan permeabilitas
ayam sebagai bahan dasarnya dengan temperatur membran graphene dalam sistem dispersi [17].
pembakaran yang paling optimum untuk
mendapatkan natural graphite dengan kualitas
METODE PENELITIAN
yang terbaik. Karbon terdiri dari beberapa
material allotrope yang memiliki sifat-sifat yang Penelitian ini diawali dengan membersihkan
sangat bervariasi [8]. Karbonisasi merupakan limbah tulang ayam broiler dari sum-sum dan
proses perubahan zat organik ke dalam karbon tulang rawannya sebelum dilakukan proses
pada saat proses pembuatan arang [9]. Kualitas karbonisasi. Selanjutnya tulang ayam dilakukan
arang ditentukan oleh perlakuan temperatur proses dehidrasi selama 30 menit pada
karbonisasi [10]. Graphene atau graphite temperatur 200 ̊C untuk mereduksi kandungan
monoatomik memiliki ukuran nano [3,11]. Pada air yang terdapat dalam tulang [6]. Tulang yang
kisi heksagonal graphene terdiri dari atom sudah dilakukan proses dehidrasi kemudian
karbon sp2 hibridisasi yang mana setiap karbon dilanjutkan ke tahap karbonisasi selama 1 jam
atom dalam lapisan membentuk sudut 120 ̊ pada temperatur 400 ̊C dan 600 ̊C. Arang hasil
dengan jarak antar atom karbon sebesar 1,42 Å karbonisasi kemudian diayak menggunakan
(0,142 nm) dan diikat dengan ikatan kovalen. saringan 200 mesh agar benar-benar halus dan
Gambar 1 merupakan ilustrasi lembaran ukurannya lebih merata. Gambar 2
graphene pada graphite yang diikat dengan menunjukkan tampilan tulang proses dehidrasi
ikatan van der waals pada tiap lembarannya tulang ayam dan pembakaran tulang ayam di
dengan jarak lembarnya 0,34 nm [12]. temperatur 400 ̊C dan 600 C
̊ .

a b c

Gambar 2 Proses pembuatan arang (a) tulang hasil


proses dehidrasi, (b) tulang yang sudah dihaluskan,
(c) proses karbonisasi tulang dengan variasi
temperatur

Gambar 1 Ilustrasi lembaran graphene pada Masing-masing arang yang telah diayak dibagi
graphite [13] menjadi 3 bagian dengan berat masing-masing 2
gram untuk dilakukan pencampuran dengan 250
Graphene yang teroksidasi disebut graphene ml aquades dengan variasi volume surfaktan,
oxide (GO). Pada GO lembaran graphite yaitu 0,76 ml; 0,96 ml dan 1,16 ml. Proses
monomolekul terdiri dari banyak gugus fungsi pemblenderan dilakukan selama 3 jam lalu
polar [14]. Reduced graphene oxide (rGO) diendapkan selama 3 hari untuk memisahkan
adalah GO yang mana kandungan oksigennya liquid dengan graphene.
dikurangi baik dengan metode termal, kimia, .
ataupun yang lainnya [15]. Konsep liquid phase
HASIL DAN PEMBAHASAN
exfoliation yaitu eksfoliasi dan oksidasi graphite
yang terjadi di dalam fasa cair hingga Karbonisasi dan Sintesis GO Secara
menghasilkan suatu bentuk material GO [1,16]. Observasi
Pada metode liquid phase exfoliation surfaktan
Secara visual arang hasil pembakaran
merupakan agen penstabil permukaan yang
temperatur 400 ̊C memiliki warna coklat tua
dapat menyusup kedalam lapisan graphene [4].
dengan massa awal 110 gram menjadi 63,5

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5497 261


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

gram. Sedangkan arang hasil pembakaran pada 500


001

temperatur 600 C
̊ memiliki warna hitam pekat

PKa
450

CaKa
PbM3-N
dengan massa awal 110 gram menjadi 56,98

CeMr
400

PtMr PbMa PbMb


350
gram. Gambar 3 menunjukkan tampilan arang

CeMa

PtMa

PbM3-O PbM2-N
300

Counts

OKa
CeMz
hasil furnace dengan variasi temperatur

LaMr

PbMz
250

PbMr
AlKa

CeLb2
200

CKa

LaMa
pembakaran.

CeLb
PtMb
PtMz

CeLa
SKb

CaKb
MgKa
150

LaLb2
LaMz

SiKa

PtM1
SKa

LaLb
LaLa

PtLa
PtLl
100
a b
50
0
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00

keV

Gambar 5 Spektrum EDX arang dengan perlakuan


temperatur furnace 400 ̊C
001

Gambar 3 Arang hasil furnace dengan variasi

PKa
440

PbMa PbMb

CaKa
temperatur (a) 400 ̊C dan (b) 600 ̊C 400
360

CeMr

PbMz
320

OKa
Hasil sintesis GO secara visual menunjukkan

PbM3-N
CeMa

PtMa

PbM3-O PbM2-N
280

Counts
sampel semakin keruh seiring dengan 240

CeMz
LaMr

PtMr
PbMr
AlKa
200

CKa
meningkatnya volume surfaktan. Kekeruhan

CeLb2
LaLb2 CeLb
PtMz
LaMa

CeLa
160

PtMb
SKb
MgKa

CaKb
pada sampel menunjukkan semakin banyaknya 120

SiKa
LaMz

PtM1

LaLb
LaLa
SKa

PtLa
PtLl
80
GO yang dihasilkan seperti terlihat pada 40

Gambar 4. 0
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00

keV

a b
Gambar 6 Spektrum EDX arang dengan perlakuan
temperatur furnace 600 ̊C

Tabel 1 Kandungan sampel tulang ayam broiler


dengan perlakuan temperatur furnace 400 ̊C
Gambar 4 Hasil sintesis GO dengan variasi volume
surfaktan (a) temperatur 400 ̊C, (b) temperatur 600 ̊C Unsur % massa % atom
C 21,09 33.59
Hasil Karakterisasi EDX
O 37,74 45,11
Hasil uji EDX menunjukkan bahwa arang hasil P 12,94 7,99
pembakaran baik pada temperatur 400 C ̊ Ca 26,62 12,71
maupun 600 C ̊ memiliki komposisi unsur yang
sama yaitu karbon, oksigen, fosfor dan kalsium.
Namun, kadar unsur yang dihasilkan berbeda. Tabel 2 Kandungan sampel tulang ayam broiler
Terlihat adanya penurunan persentase dengan perlakuan temperatur furnace 600 ̊C
kandungan karbon pada arang 600 ̊C. Hal ini
Unsur % massa % atom
terjadi akibat semakin banyak karbon yang
bereaksi menjadi gas CO2 dan H2 karena ruang C 20,75 31,78
furnace yang tidak dalam keadaan vakum. O 43,53 50,04
Gambar 5 dan Gambar 6 menyajikan spektrum P 12,07 7,17
EDX arang hasil furnace 400 ̊C dan 600 ̊C. Ca 23,07 10,59
Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan informasi
mengenai kandungan arang dengan variasi
temperatur pembakaran. Hasil Karakterisasi UV-Vis
Berdasarkan hasil karakterisasi UV-Vis sampel
hasil sintesis GO pada arang 400 C ̊ dengan
volume surfaktan 0,76 ml memiliki puncak
absorbansi tertinggi sebesar 3,259 pada panjang
gelombang 205 nm yang mana belum bisa
dikategorikan sebagai GO. Terdapat pula
puncak minor dengan absorbansi sebesar 2,24
pada panjang gelombang 230 nm yang
menunjukkan sampel arang 400 C
̊ dengan

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5497 262


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

volume surfaktan 0,76 ml mengandung GO menginformasikan besar absorbansi dan panjang


yang absorbansinya tidak jauh berbeda dengan gelombang pada tiap sampel secara detail.
absorbansi pada panjang gelombang 205 nm.
Sampel dengan volume surfaktan 0,96 ml dan
1,16 ml dapat menghasilkan graphene oxide Tabel 3 Panjang gelombang dan absorbansi sampel
karena puncak serapan tertinggi berada pada hasil sintesis graphene oxide menggunakan arang
400 ̊C
panjang gelombang 230 nm. Intensitas Arang hasil pembakaran pada suhu 400 ℃
absorbansi merepresentasikan seberapa banyak Surfaktan 0,76 ml Surfaktan 0,96 ml Surfaktan 1,16 ml
GO yang dapat dihasilkan [18]. Puncak λ (nm) Abs λ (nm) Abs λ (nm) Abs
205 3,259 230 2,027 205 3,388
absorbansi pada panjang gelombang 230 nm 230 2,241 300 0,809 220 2,955
dikatakan sebagai GO dan puncak minor pada 290 0,905 - - 230 10
panjang gelombang 290 nm dan 300 nm - - - - 290 0,987
dikatakan sebagai rGO [19]. Puncak absorbansi
tertinggi pada panjang gelombang 205 nm Tabel 4 Panjang gelombang dan absorbansi sampel
mungkin dikategorikan sebagai graphite oxide. hasil sintesis graphene oxide menggunakan arang
600 ̊C
Gambar 7 menunjukkan hasil UV-Vis GO Arang hasil pembakaran pada suhu 600 ℃
berdasarkan variasi volume surfaktan pada arang Surfaktan 0,76 ml Surfaktan 0,96 ml Surfaktan 1,16 ml
400 C̊ dan 600 C
̊ . λ (nm) Abs λ (nm) Abs λ (nm) Abs
225 0,828 225 1,320 220 1,433
- - - - 230 1,088
a

b
b

Gambar 7 Hasil UV-Vis sintesis GO variasi volume


surfaktan (a) arang 400 ̊C, (b) arang 600 ̊C.

Sampel sintesis GO dengan temperatur


pembakaran natural graphite 600 C ̊ terjadi efek
hiperkromik (blueshift) pada sampel dengan
volume surfaktan 0,76 ml. Lalu terjadi efek
Gambar 8 Spektrum UV-Vis perbandingan
hipsokromik pada sampel dengan volume
temperatur pembakaran arang berdasarkan volume
surfaktan 1,16 ml jika dibandingkan dengan surfaktan (a) 0,76 ml, (b) 0,96 ml, (c) 1,16 ml
sampel volume surfaktan 0,76 ml dan 0,96 ml.
Puncak absorbansi tertinggi pada sampel sintesis Dari Gambar 8 terlihat intensitas
GO menggunakan graphite 600 ̊C tidak berada absorbansi sampel temperatur hasil pembakaran
pada panjang gelombang 230. Sehingga dapat temperatur 400 C
̊ lebih tinggi dibandingkan
dikatakan GO belum terdispersi dengan dengan sampel temperatur pembakaran 600 C ̊
sempurna menjadi lapisan yang lebih tipis. dengan puncak absorbansi lebih dari satu jenis
Puncak serapan maksimum graphene oxide panjang gelombang tiap sampelnya. Hal ini
berada pada panjang gelombang sekitar 220-270 karena adanya perbedaan energi untuk eksitasi
nm dengan karakter graphene oxide sebagai yang mempengaruhi panjang gelombang. Pada
graphene multilayer [16]. Tabel 3 dan Tabel 4 panjang gelombang 230 nm terjadi transisi

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5497 263


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

elektron π→π* yang mana ∆E lebih besar jika sintesis graphene oxide menggunakan natural
dibandingkan pada panjang gelombang 300 nm graphite hasil pembakaran di suhu 600 ̊C
yang terjadi transisi elektron n→π* [20]. menghasilkan 9 daerah serapan. Perbedaan
jumlah daerah serapan dimungkinkan karena
Hasil Karakterisasi FTIR adanya pengaruh suhu pembakaran pada natural
Secara keseluruhan gugus fungsi yang graphite. Namun secara keseluruhan, gugus
dihasilkan pada endapan GO baik menggunakan fungsi yang dihasilkan pada endapan graphene
natural graphite hasil pembakaran 400 C ̊ oxide baik menggunakan natural graphite hasil
maupun 600 C ̊ menunjukkan volume surfaktan pembakaran 400 ̊C maupun 600 ̊C hampir
tidak mempengaruhi jenis gugus fungsi yang memiliki kesamaan. Daerah serapan sampel
dihasilkan melainkan mempengaruhi persentase hasil pembakaran pada suhu 400 ̊C dan suhu
transmitasinya. Hal ini karena belum adanya 600 ̊C diinformasikan pada Tabel 5 dan Tabel
perbedaan senyawa yang berikatan akibat 6.
perbedaan suhu pembakaran natural graphite Tabel 5 Nilai pita serapan dari gugus fungsi endapan
dan volume surfaktan. Perbedaan transmitasi graphene oxide menggunakan natural graphite
akibat dari perbedaan kekuatan senyawa dalam 400 ̊C
berikatan saat terjadi vibrasi akibat serapan Bilangan gelombang Bilangan
energi radiasi inframerah [21]. sampel (cm-1) gelomban
g literatur
Gugus Fungsi
(cm-1)
0,76 ml 0,96 ml 1,16 ml [9][21][22
]
a
O-H stretch 3363,76 3368,65 3360,49 3750-3000
C-H stretch asym 2923,54 2924,47 2924,63 2935-2915
C-H stretch sym 2853,43 2854,36 2854,13 2865-2845
C=C stretch 1643,46 1641,64 1643,52 1680-1620
C-H bending 1452,44 1451,79 1452,53 1485-1445
C-H in plane
1414,54 1414,69 1414,31 1420-1410
bending
PO4+3- 1009,79 1012,39 1016,40 1000-1100
C-O-O 872,84 872,75 873,31 890-820
O-H out of plane
599,12 599,52 599,73 720-590
bending
Ca2+ 558,09 558,37 559,89 500-610
b

Tabel 6 Nilai pita serapan dari gugus fungsi endapan


graphene oxide menggunakan natural graphite
600 ̊C
Bilangan gelombang Bilangan
sampel (cm-1) gelombang
Gugus Fungsi literatur
0,76 ml 0,96 ml 1,16 ml (cm-1)
[9][21][22]
O-H stretch 3373,15 3387,73 3384,96 3750-3000
C-H stretch asym 2925,37 2924,71 2924,41 2935-2915
C=C stretch 1632,82 1629,26 1633,41 1680-1620
C-H bending 1452,60 1452,97 1453,14 1485-1445
Gambar 9 Hasil FTIR GO variasi volume surfaktan C-H in plane 1413,84 1413,70 1413,27
a) arang 400 ̊C b) arang 600 ̊C 1420-1410
bending
PO4+3- 1015,25 1014,79 1012,85 1000-1100
C-O-O 873,25 873,48 873,61 890-820
O-H out of 599,53 599,42 599,93
Gambar 9 menunjukkan hasil analisis plane bending
720-590
endapan pada sampel tidak terdapat adanya Ca2+ 560,08 559,89 559,85 500-610
gugus fungsi karbon yang berikatan dengan
oksigen. Hal ini mengindikasikan bahwa pada
sampel 400 ̊C dan 600 ̊C dengan variasi volume Gambar 10 menampilkan perbandingan grafik
surfaktan endapan tidak terdapat graphene hasil karakterisasi FTIR pada gugus fungsi
oxide. Endapan hasil sintesis graphene oxide bedasarkan perbedaan perlakuan suhu furnace
menggunakan natural graphite hasil pada arang. Berdasarkan grafik diketahui bahwa
pembakaran di suhu 400 C ̊ menghasilkan 10 variasi suhu furnace pada arang tulang ayam
daerah serapan. Sedangkan endapan hasil

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5497 264


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

broiler mengakibatkan perbedaan % transmitasi. pembakaran 400 ̊C dengan volume surfaktan


Perbedaan % transmitasi menunjukkan sebesar 1,16 ml. Berdasarkan hasil karakterisasi
perbedaan kekuatan setiap gugus fungsi untuk UV-Vis semakin besar volume surfaktan yang
berikatan. Selain itu perbedaan suhu furnace diberikan maka semakin besar pula tingkat
mempengaruhi vibrasi gugus fungsi yang mana absorbansi yang dihasilkan. Kemudian suhu
pada sampel dengan furnace 400 ̊C memiliki berpengaruh terhadap panjang gelombang
gugus fungsi C-H sym, sedangkan pada sampel graphene oxide yang dihasilkan. Berdasarkan
dengan gugus fungsi 600 ̊C tidak memiliki hasil karakterisasi FTIR terlihat bahwa variasi
gugus fungsi C-H sym. Namun, hal ini tidak volume surfaktandan suhu pembakaran natural
mempengaruhi kualitas endapan graphene graphite tidak mempengaruhi jenis gugus fungsi
oxide. Gugus fungsi C-H sym. dan asym. hanya yang dihasilkan melainkan mempengaruhi besar
dibedakan berdasarkan arah vibrasinya saja [20]. transmitasi yang dihasilkan. Berdasarkan gugus
fungsi pada sampel endapan menginformasikan
a bahwa graphene oxide tidak terdapat di dalam
endapan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] M. E. T. Thebora, K. N. Ningsih, dan M. I.
Shalihin, “Sintesis Grafena Dari Limbah
Pelepah Sawit (Elaeis Sp.) Dengan Metode
Reduksi Grafit Oksida Menggunakan
Pereduksi Zn”, Khazanah Intelekt. 3 (2019)
b
462–476.
[2] Darmito, M. A. Bagqiya, dan R. Asih,
Pengembangan Bahan Karbon dari
Biomassa, ITS Press, Surabaya, 2018.
[3] A. Hidayat, S. Setiadji, dan E. P.
Hadisantoso, “Sintesis Oksida Grafena
Tereduksi ( rGO ) Dari Arang Tempurung
Kelapa ( Cocos nucifera )”, alKimiya 5
(2019) 1–6.
c
[4] Y. L. Zhong, Z. Tian, G. P. Simon, and D.
Li, “Scalable production of graphene via
wet chemistry: Progress and challenges”,
Mater. Today 18(2) (2015) 2–6,
doi: 10.5772/intechopen.86023.
[5] E. Varrla et al., “Turbulence-assisted shear
exfoliation of graphene using household
detergent and a kitchen blender”,
Nanoscale 6(20) (2014) 11810–11819.
Gambar 10 Spektrum FTIR perbandingan doi:10.1039/c4nr03560g.
temperatur arang berdasarkan volume surfaktan (a)
0,76 ml, (b) 0,96 ml, (c) 1,16 ml [6] S. Wardani, E. Rosa, dan R. Mirdayanti,
“Pengolahan Limbah Tulang Kambing
Sebagai Produk Arang Aktif Menggunakan
KESIMPULAN Proses Aktivasi Kimia dan Fisika”, Ilmu
Lingkung. 18(1) (2020) 67–72,
Graphene oxide dapat disintesis dari limbah doi: 10.14710/jil.18.1.67-72.
tulang ayam boiler menggunakan metode liquid
phase exfoliation. Sampel graphene oxide [7] S. A. Maftuhin, T.A. Hanifah, “Potensi
ditemukan pada sampel yang memiliki fasa cair. Pemanfaatan Tulang Ayam Sebagai
Sampel graphene oxide yang paling optimum Adsorben Kation Timbal Dalam Larutan”,
terbentuk pada graphite dengan suhu

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5497 265


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

Fak. Mat. dan Ilmu Pengetah. Alam, pp. 1– [16] Y. I. Bete, M. Bukit, A. Z. Johannes, dan
8, 2014. R. K. Pingak, “Kajian Awal Sifat Optik
Graphene Oxide Berbahan Dasar Arang
[8] H. O. Pierson, Handbook of Carbon,
Tongkol Jagung Yang Disintesis Dengan
Graphite, Diamonds and Fullerenes,
Metode Liquid Phase Exfoliation (LPE)”, J.
Processing Properties and Applications,
Fis. Fis. Sains dan Apl. 4(2) (2019) 114–
New Jersey, USA, 1993.
120, doi: 10.35508/fisa.v4i2.1832.
[9] V. Amalia, F. A. L. Ayyinah, F. A. Z.
[17] L. Li et al., “Research Progress of the
Ahara, D. A. N. E. Ko, dan P. R. H.
Liquid-Phase Exfoliation and Stable
Adisantoso, “Potensi Pemanfaatan Arang
Dispersion Mechanism and Method of
Tulang Ayam Sebagai Adsorben Logam
Graphene”, Front. Mater. 6 (2019)1–25,
Berat Cu Dan Cd”, al-Kimiya 4(1) (2017)
doi: 10.3389/fmats.2019.00325.
31–37.
[18] I. R. Solo, M. Bukit, dan A. Z. Johannes,
[10] A. Sabit dan M. Tirono, “Efek Suhu Pada
“Kajian Awal Sifat Optik Graphene Oxide
Proses Pengarangan Terhadap Nilai Kalor
Berbahan Dasar Arang Sekam Padi Dengan
Arang Tempurung Kelapa (Coconut Shell
Metode Liquid Phase Exfoliation
Charcoal)”, J. Neutrino 3(2) (2012) 143–
Menggunakan Alat Bantu Blender Dan
152, doi: 10.18860/neu.v0i0.1647.
Ultrasonic Cleaner”, J. Fis. Fis. Sains dan
[11] D. A. P. Puspitasari, V. P. Bintoro, and B. Apl. 5(2) (2020) 1–4,
E. Setiani, “The Soaking Effect On
[19] S. Uran, A. Alhani, and C. Silva, “Study of
Different Hydrocloride Acid Level and
ultraviolet-visible light absorbance of
Soaking Time On PH, Swelling Percentage
exfoliated graphite forms”, AIP Adv.
and Collagen Yield Of Chicken Shank
035323(1) (2017) 1–10,
Bone”, Fac. Anim. Agric. Sci., 2 (2013) 2–
doi: 10.1063/1.4979607.
6.
[20] T. Suhartati, Dasar-Dasar Spektrofotometri
[12] H. Aoki, Physics of Graphene, Springer,
UV-Vis Dan Spektrometri Massa Untuk
Tokyo, 2014.
Penentuan Struktur Senyawa Organik,
[13] R. Lakshmanan and N. Maulik, Graphene- Anugrah Utama Raharja, Bandar Lampung,
“Based Drug Delivery Systems In Tissue 2017.
Engineering And Nanomedicine”, Can. J.
[21] Dachriyanus, Analisis Struktur Senyawa
Physiol. Pharmacol., 96(9) (2018) 869–
Organik Secara Spektroskopi, Lembaga
878, doi: 10.1139/cjpp-2018-0225.
Pengembangan Teknologi Informasi dan
[14] S. Bhattacharjee, R. Joshi, and A. A. Komunikasi, Padang, 2004.
Chughtai, “Graphene Modified
[22] A. B. D. Nandiyanto, R. Oktiani, and R.
Multifunctional Personal Protective
Ragadhita, “How to read and interpret ftir
Clothing”, Adv. Mater. Interfaces 6(21)
spectroscope of organic material.” Indones.
(2019), doi: 10.1002/admi.201900622.
J. Sci. Technol. 4(1) (2019) 97–118,
[15] R. Mmaduka Obodo, I. Ahmad, and F. doi: 10.17509/ijost.v4i1.15806.
Ezema, “Introductory Chapter: Graphene
and Its Applications, Graphene Its Deriv”.
Synth. Appl., (2019), doi:
10.5772/intechopen.86023.

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5497 266


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

Perancangan reaktor plasma CVD untuk deposisi lapisan karbon

Mira Setiana1*, D J Djoko H Santjojo2


1
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas PGRI Yogyakarta
Jl. IKIP PGRI I No.117, Kab. Bantul –D.I Yogyakarta
2
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Malang –Jawa Timur
*email : mirasetiana@upy.ac.id

Abstrak - Penggunaan plasma untuk “mengaktifkan” prekursor uap kimia (Plasma Chemical Vapor Deposition
(CVD)) memungkinkan proses deposisi berlangsung pada suhu yang lebih rendah daripada proses deposisi
menggunakan teknik CVD konvensional. Sistem plasma CVD telah dirancang untuk deposisi lapisan karbon di
atas substrat kaca. Bagian utama dari reaktor plasma CVD ini meliputi tutup reaktor, chamber reaktor dan
konfigurasi elektroda Capacitively Coupled Discharge (CCD). Chamber reaktor dibuat dari desikator, sementara
elektroda dibuat dari stainless steel tipe SS 304. Tingkat vakum pada sistem ini adalah medium vakum
(3,090295 Torr). Heater Catridge digunakan sebagai pemanas elektroda bagian bawah (meja sampel). Gas yang
digunakan terdiri dari gas Argon sebagai carrier gas, Blue Gaz sebagai sumber karbon yang akan dideposisikan.
Parameter reaktor yang dapat dikontrol adalah laju aliran gas. Perbandingan laju alir gas Argon: Blue Gaz
optimal yang digunakan adalah (25: 24,2) mL/min .Plasma yang dihasilkan dari sistem ini adalah plasma glow
discharge.

Kata Kunci:, Plasma CVD, Capacitively Coupled Discharge (CCD), plasma glow discharge

Abstract – The use of plasma to “activate” chemical vapor precursors (Plasma CVD) allows the deposition
process to take place at a lower temperature than the deposition process without the use of plasma (CVD). The
Chemical Vapor Deposition (CVD) plasma system has been designed for the deposition of a carbon layer on a
glass substrate. The main part of this CVD plasma reactor includes the reactor cover, the reactor chamber and
the Capacitively Coupled Discharge (CCD) electrode configuration. The reactor chamber is made of a
desiccator, while the electrode is made of SS 304 stainless steel. The vacuum level in this system is a medium
vacuum (3.090295 Torr). The Heater Cartridge is used as a heater for the lower electrode (sampling table). The
gas used consists of argon gas as a carrier gas, blue gas as a carbon source to be deposited. The reactor
parameter that can be controlled is the gas flow rate. The plasma produced by this system is glowing discharge
plasma.

Key words: Plasma CVD, Capacitively Coupled Discharge (CCD), plasma glow discharge

Teknik pelapisan menggunakan ruang vakum


PENDAHULUAN
dapat dilakukan dengan menguapkan padatan
Saat ini, teknologi lapisan tipis semakin menjadi atau cairan dalam ruang vakum sehingga uap
perhatian. Hal tersebut dikarenakan teknologi ini mengendap sebagai atom atau molekul di
menawarkan efisiensi yang lebih besar jika permukaan sampel. Teknik deposisi
dibandingkan teknologi pemrosesan bahan menggunakan ruang vakum dibagi menjadi dua,
menggunakan bulk. Salah satu teknik pelapisan yaitu Plasma Chemichal Vapor Deposition dan
yang saat ini tengah menarik perhatian para Physical Vapor Deposition[5–7]. Kedua teknik
peneliti adalah teknik pelapisan menggunakan ini sama-sama melibatkan gas dalam prosesnya.
plasma. Plasma dapat didefinisikan sebagai gas Namun, pada Plasma Physical Vapor
yang terionisasi, yangmana merupakan fase ke Deposition, gas yang digunakan berperan
empat dari materi, selain materi cair, padat, dan sebagai materi yang akan menembaki bahan
gas[1,2]. Teknik deposisi menggunakan plasma target, sementara pada plasma CVD, gas yang
dapat dilakukan dalam ruang vakum maupun digunakan berperan sebagai carrier gas dan
non-vakum[3,4]. Dari kedua teknik tersebut, sumber bahan yang akan dideposisikan. Dari
teknik deposisi menggunakan ruang vakum kedua teknik tersebut, teknik Plasma CVD lebih
lebih diminati, karena lebih mudah untuk banyak diminati. Hal ini karena teknik Plasma
mengontrol spesies yang ada di dalam ruang. CVD memanfaatkan spesies reaktif untuk

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5502 267


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

deposisi lapisan, sehingga memungkinkan


penggunaan temperatur rendah [8–11] dari
temperatur yang digunakan pada proses PVD
dan CVD standar [12, 13]. Selain itu, teknik ini
juga memerlukan biaya yang lebih murah
dibandingkan dengan PVD, serta dapat
digunakan untuk produksi skala industri atau
skala besar[14, 15]. Proses deposisi
menggunakan teknik Plasma CVD dapat
dilakukan pada ruang vakum. Selama proses
Gambar 1. Elektroda Sistem Plasma CVD
deposisi berlangsung, carrier gas dan gas utama
yang unsurnya akan dideposisikan, mengalami
berbagai reaksi. Reaksi-reaksi tersebut meliputi
Perakitan Sistem Plasma CVD
dissosiasi, ionisasi, rekombinasi, eksitasi,
deeksitasi, radiasi, dan reaksi kimia ion[16]. Perakitan sistem plasma CVD diawali dengan
mempersiapkan alat-alat yang akan dirangkai.
Kemudian dilanjutkan dengan perakitan reaktor
METODE PENELITIAN
plasma, yang terdiri dari tutup reaktor (Gambar
Desain Reaktor 3), sepasang elektroda, selang kecil untuk gas
masuk, dan selang besar untuk gas keluar.
Desain reaktor plasma dilakukan dengan Cabang aliran gas masuk terdiri dari cabang
menggunakan bantuan software Solid Works Blue Gaz dan gas Argon. Selang besar
2013. Desain utama dari reaktor plasma CVD dihubungkan ke pompa vakum untuk gas
ini meliputi tutup reaktor, chamber reaktor, dan keluaran dan gas masukan ke flowmeter.
konfigurasi elektroda Capacitively Coupled Masing-masing elektroda dihubungkan dengan
Discharge (CCD). Tutup reaktor dibuat dari generator plasma. Jarak antar elektroda pada
bahan teflon, sementara chamber reaktor dibuat sistem reaktor plasma diatur sebesar 1,5 cm.
dari desikator, dan elektroda sistem dibuat dari Tujuan pembuatan jarak 1,5 cm ini adalah
bahan stainless. Chamber reaktor yang memaksimalkan plasma yang akan terbentuk,
digunakan memiliki diameter 13,3 cm. dengan mempertimbangkan juga kemungkinan
Penyangga elektroda yang digunakan berasal terjadinya loncatan elektron antar plat elektroda,
dari bahan keramik. Lubang yang dibuat pada yang biasa disebut dengan arc discharge.
penyangga elektroda ini berukuran 1cm x 1cm
dengan kedalaman 1 cm. Ukuran penyangga
elektroda yang digunakan adalah 7cm x 2cm
dengan tebal sebesar 1,9 cm. Elektroda sistem
dibuat dari bahan stainless steel tipe SS 304,
dengan bentuk elektroda bagian atas adalah
balok, sementara elektroda bagain bawah
berbentuk setengah silinder (Gambar 1).
Ukuran permukaan masing-masing elektroda
adalah 9,5 cm x 3 cm. Agar dinding chamber
tidak terkena panas dari elektroda, pemasangan
elektroda dikaitkan pada penyangga elektroda
(Gambar 2). Heater catridge ditanam di
dalam elektroda setengah silinder, sebagai
pemanas meja substrat. Untuk jalur perpipaan Gambar 2. Desain Penyangga Elektroda
(gambar 4), selang gas yang digunakan adalah
berbahan teflon, dengan ukuran diameter dalam Pada tutup reaktor, arus yang dihantarkan
selang gas masuk sebesar 3 mm, sedangkan oleh generator cukup besar karena generator
untuk gas keluar adalah sebesar 6 mm. Gas yang yang digunakan adalah generator Low
digunakan adalah Gas Argon(carrier gas) dan Frequency (LF). Oleh karena itu, untuk
Blue Gaz (sumber karbon). meminimalisasi terjadinya hubung singkat, tutup
atas reaktor dibuat dari bahan teflon. Selain itu,
upaya untuk meminimalisasi hubung singkat
arus dari generator dilakukan dengan

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5502 268


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

menempatkan masing masing kabel generator Gambar 3. Tampilan tutup reaktor: (a) Tampilan
dengan jarak yang sejauh mungkin, agar tutup secara keseluruhan, (b) tampilan tutup dari sisi
elektron tidak loncat dan menyebabkan hubung atas
singkat arus.
Untuk menghindari kebocoran reaktor,
antara tutup asli reaktor dengan tutup teflon
diberi O-ring, sedangkan lubang-lubang
keluaran gas dan terminal-terminal ditutup
dengan lem epoxy. Selanjutnya, di antara tutup
reaktor dengan tutup badan reaktor diberi karet
silikon dan grease untuk meminimalisasi
terjadinya kebocoran melalui daerah tersebut.
Meja substrat dihubungkan dengan
termokopel untuk menganalisa suhu katoda.
Pada tutup reaktor plasma dipasang sensor
(a) (b) tekanan untuk menganalisa tekanan dalam
Keterangan: chamber. Setelah proses perakitan selesai,
1. Selang gas masuk. 5. Termokopel. pengaturan laju alir gas dapat dilakukan.
2. Selang gas keluar. 6. Sensor tekanan. Pengaturan laju alir dapat dilakukan dengan
3. Terminal pemanas. 7. Pompa vakum. memvariasikan laju gas pada flowmeter.
4. Terminal power plasma.
Rancancangan lengkap sistem plasma CVD
dapat dilihat dari Gambar 4.

Gambar 4. Rancang bangun sistem plasma CVD

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5502 269


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

Pada penenelitian ini flowmeter yang dilakukan selama 30 menit. Tekanan maksimum
digunakan memiliki tekanan maksimum 0,1 chamber setelah pemvakuman adalah sebesar
Mpa, tekanan keluaran Gas Argon diatur 3,090295 Torr. Berdasarkan tekanan chamber
sebesar 0,1 bar. Sumber energi yang digunakan setelah pemvakuman ini dapat diasumsikan
pada sistem ini adalah Generator Low bahwa di dalam chamber masih terjadi
Frequency (LF). kebocoran. Jika chamber tidak mengalami
kebocoran, maka tekanan di dalam chamber
akan bernilai mendekati tekanan maksimum
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang mampu dicapai pompa, yaitu sebesar
Pengujian pertama pada sistem reaktor ini 4×10-4 mbar atau 3,000255×10-7 Torr.
adalah uji tingkat vakum chamber (Gambar 5).
Pada pengujian ini, pemvakuman chamber

Gambar 5. Proses Pengujian Tekanan Chamber

Pengujian kedua adalah uji pembangkitan dan


kestabilan plasma. Selama proses vakum,
pemanas yang ada di dalam elektroda mulai
dinyalakan. Setelah 30 menit, gas mulai
dialirkan , dan generator dinyalakan. Setelah
proses tersebut, plasma mulai dapat
dibangkitkan (Gambar 6). Elektron pertama
dari plasma dihasilkan dari polarisasi molekul
gas karena adanya medan listrik. Perlu
diperhatikan bahwa, diameter selang untuk gas Gambar 6. Plasma pada laju alir argon, Blue Gaz
masuk dan gas keluar tidak boleh sama. (25: 24,2) mL/min.
Diameter selang untuk gas masuk harus lebih
kecil dari diameter selang gas keluar. Hal ini Pengujian ketiga adalah uji intensitas dan
dikarenakan selang yang kecil menghasilkan kestabilan plasma. Pengujian intensitas plasma
tekanan yang lebih besar. Selain itu, ukuran dilakukan dengan memvariasikan laju alir Gas
diameter selang yang kecil juga dapat Argon dan Blue Gaz yang dialirkan ke dalam
menghambat aliran gas, sehingga aliran gas ke chamber, sementara pengujian kestabilan
dalam ruang/chamber dapat lebih terkontrol. plasma dilakukan dengan cara pembangkitan
plasma selama 4 jam. Pada pengujian ini, Gas
Argon dan Blue Gaz dialirkan ke dalam
ruang/chamber, dengan memvariasikan laju alir

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5502 270


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

Blue Gaz. Semakin besar flowrate gas, maka [2] N. Nandkumar, “Plasma: The fourth state
semakin banyak pula gas yang dialirkan ke of matter,” Br. Plast. Rubber 3(FEB)
dalam chamber. Hal ini menyebabkan semakin (2007) 6, doi: 10.1119/1.2351410.
banyak tumbukan antar spesies plasma,
[3] Quintino, Overview of coating
sehingga intensitas plasma yang dihasilkan akan
technologies, Woodhead Publishing
semakin besar (Gambar 6). Pada penelitian ini,
Limited, 2014.
intensitas plasma yang dibangkitkan adalah
stabil selama waktu pembangkitan empat jam. [4] T. Neubert, “Organic optical coatings,”
Gambar 6 menunjukkan plasma yang berhasil (2013),
dibangkitkan dari sistem plasma CVD ini. Pada doi: 10.1533/9780857097316.3.427.
gambar tersebut terlihat plasma yang dihasilkan [5] D. M. Mattox, The Foundations of Vacuum
berwarna ungu. Warna ungu ini menunjukkan Coating Technology, 2003.
warna plasma dari Gas Argon. Dikarenakan
tekanan ruang/chamber hasil pengujian [6] T. Dunn, “Overprint Varnishes and
menunjukkan bahwa nilai tekanan Coatings,” Flex. Packag. (2015). 227–232,
ruang/chamber setelah divakum masih jauh dari doi: 10.1016/b978-0-323-26436-5.00027-8.
nilai tekanan maksimum yang dapat dicapai [7] A. Guglya and E. Lyubchenko, Ion-beam-
pompa, maka dapat dikatakan bahwa plasma assisted deposition of thin films, Elsevier
yang dihasilkan pada sistem ini tidak murni Inc., 2018.
campuran dari Gas Argon dan Blue Gaz. Hal ini
dikarenakan masih terdapat banyak pengotor [8] S. Shahidi, J. Wiener, and M.
atau senyawa lain dari udara luar yang terjebak Ghoranneviss, Plasma-Enhanced Vapor
di dalam ruang/chamber. Deposition Process for the Modification of
Textile Materials.
KESIMPULAN [9] D. K. W. Lam, “Low temperature plasma
chemical vapor deposition of silicon
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, oxynitride thin-film waveguides,” Appl.
dapat disimpulkan sebagai berikut. Reaktor Opt., 23(16) (1984) 2744, doi:
plasma Chemical Vapor Deposition (CVD) 10.1364/ao.23.002744.
berhasil dibuat dari desikator, dengan bahan
teflon untuk tutup atas reaktor,bahan keramik [10] S. Peter, M. Günther, D. Hauschild, and F.
sebagai penyangga elektroda, dan bahan isolator Richter, “Low temperature plasma
setrika sebagai resistansi listrik antara elektroda enhanced chemical vapor deposition of thin
dengan termokopel. Plasma yang dihasilkan dari films combining mechanical stiffness,
penelitian ini adalah plasma glow discharge. electrical insulation, and homogeneity in
Plasma yang dihasilkan dari penelitian ini stabil, microcavities,” J. Appl. Phys., 108(4)
namun tidak murni plasma campuran antara Gas (2010), doi: 10.1063/1.3474989.
Argon dan Blue Gaz. [11] J. H. Warner, F. Schäffel, A. Bachmatiuk,
and M. H. Rümmeli, Methods for
UCAPAN TERIMA KASIH Obtaining Graphene, 2013.
[12] K. Gupta, N. K. Jain, and R. Laubscher,
Penulis mengucapkan terimakasih
“Surface Property Enhancement of Gears,”
kepada semua anggota Laboratorium Research
Adv. Gear Manuf. Finish. (2019) 167–196,
Center for Advanced System and Material
doi: 10.1016/b978-0-12-804460-5.00006-7.
Technology, Universitas Brawijaya dan Tim
yang telah membantu mengimplementasikan [13] P. H. Li, P. K. Chu, and H. Kong, Thin film
penelitian. deposition technologies and processing of
biomaterials, 2016, doi: 10.1016/B978-1-
78242-453-6.00001-8.
DAFTAR PUSTAKA
[14] Y. Hamedani, P. Macha, T. J. Bunning, R.
[1] K. T. A. L. Burm, “Plasma : The Fourth R. Naik, and M. C. Vasudev, Plasma-
State of Matter”, pp. 401–407, 2012, doi: Enhanced Chemical Vapor Deposition :
10.1007/s11090-012-9356-1. Where we are and the Outlook for the
Future.

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5502 271


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

[15] Y. Liu and Y. Chen, “Synthesis of large [16] Y. A. Mankelevich, M. N. R. Ashfold, and
scale graphene oxide using plasma J. Ma, “Plasma-chemical processes in
enhanced chemical vapor deposition microwave plasma-enhanced chemical
method and its application in humidity vapor deposition reactors operating with
sensing,” J. Appl. Phys. 119(10) (2016) 1– C/H/Ar gas mixtures,” J. Appl. Phys.,
7, doi: 10.1063/1.4942999. 104(11) (2008), doi: 10.1063/1.3035850.

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5502 272


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

Identifikasi frekuensi bunyi gambang laras slendro gamelan Jawa menggunakan


jaringan syaraf tiruan pada Matlab

Salma Sukmawati Nur Aisah, Farzand Abdullatif*, Hartono


Program Studi Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Jenderal Soedirman
Jln. Dr. Soeparno 61, Grendeng, Purwokerto, Indonesia, 53122
*email: farzand@unsoed.ac.id

Abstrak – Penalaan gambang laras slendro selama ini dilakukan dengan mempertimbangkan perasaan yaitu
perasaan enak atau tidak enak bunyi didengar. Dengan cara ini, keselarasan dapat berubah seiring dengan
perasaan pengrajin, selain itu akan berbeda pula antara pengrajin satu dengan pengrajin lainnya. Penelitian
bertujuan untuk membuat sistem yang mampu menggantikan orang dalam penalaan nada berdasarkan Artificial
Intelligence. Sistem menganalisis karakteristik tiap nada bilah dengan meninjau frekuensi fundamental
mengunakan algoritma Fast Fourier Transform (FFT) yang dimiliki oleh software Matlab, dan meninjau
hubungan antara ukuran bilah dan frekuensi yang dihasilkan. Sebuah program Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
dibuat untuk membantu dalam identifikasi. Untuk mempermudah menjalankan program dibuat tampilan
sederhana menggunakan GUI (Graphical User Interface). Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi
fundamental dapat ditentukan dari puncak tertinggi dalam sebuah spektrum frekuensi dan ukuran bilah
berpengaruh terhadap nada yang dihasilkan. Sistem penala gambang laras slendro menggunakan JST dapat
mendeteksi secara benar 47,5% sampel dalam pengujian.

Kata Kunci: Gambang laras slendro, Frekuensi, Jaringan Syaraf Tiruan, Fast Fourier Transform, Matlab.

Abstract – The tuning of the slendro gambang by considering the feelings, namely good or bad feelings about
the sound product. In this way the harmony can change along with the feelings of the craftsman, but it also differ
from one craftsman to another. The research aims to create a system capable of replacing people in tone tuning
based on artificial intelligence. The system, analyzes the characteristics of each blade tone by reviewing the
fundamental frequency using the Matlab’s Fast Fourier Transform (FFT) algorithm, and examining the
relationship between blade size and the resulting frequency. An Artificial Neural Network (ANN) program was
created to assist in identification and to make it easier to run the program, a simple display is made using a GUI
(Graphical User Interface). The results showed that the fundamental frequency can be determined from the
highest peak in a frequency spectrum and the blade size has an effect on the production of the tone. The slendro
gambang tuning system with ANN can correctly detected 47.5% of the samples in the test.

Key words: Slendro Gambang, Frequency, Artificial Neural Network, Fast Fourier Transform, Matlab

sebuah benda yang bergetar dengan besaran-


PENDAHULUAN
besaran fisika seperti periode, amplitudo,
Gamelan Jawa merupakan salah satu alat musik panjang gelombang, cepat rambat, dan
dalam kesenian yang lahir dari masyarakat Jawa. frekuensi [1]. Besaran-besaran tersebut dapat
Sejak dulu hingga sekarang, gamelan Jawa diukur menggunakan instrumen ukur yang
dibuat berdasarkan perasaan dalam penyelarasan sesuai. Frekuensi menjadi besaran yang akan
nada yaitu perasaan enak atau tidak enak bunyi diukur dalam penelitian ini sebagai acuan
didengar. Dengan cara ini keselarasan dapat menala nada untuk mengganti parameter
berubah seiring dengan perasaan pengrajin, perasaan pembuatan gamelan.
selain itu akan berbeda pula antara pengrajin Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
satu dengan pengrajin lainnya. Terkait hal menganalisis frekuensi dari tiap-tiap jenis
tersebut, bidang fisika dapat masuk dalam gamelan seperti saron demung laras pelog oleh
persoalan ini untuk membantu penalaan nada. Mitrayana dan Cyitasari [2] dan gong laras
Bunyi merupakan fenomena fisika yang slendro oleh Trisnowati [3]. Jenis gamelan Jawa
kita jumpai setiap saat dan dimanapun. Bunyi lain yang belum diteliti yaitu gambang laras
merupakan sebuah gelombang longitudinal atau slendro model Banyumas. Hal ini perlu
gelombang akustik yang terbentuk akibat adanya

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5816 273


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

dilakukan untuk mengungkap kekhasan jenis Gelombang Bunyi


gamelan ini.
Bunyi gamelan merupakan gelombang akustik,
Identifikasi bunyi dapat memanfaatkan
atau gelombang bunyi. Gelombang bunyi
Artificial Intelligence (AI), metode ini sudah
mampu merambat melalui zat padat, cair,
banyak digunakan dalam pengenalan suara
maupun gas yang diakibatkan adanya transmisi
menggunakan algoritma backpropagation
gelombang oleh partikel zat (bahan) berupa
neural network [4]. Sistem identifikasi bunyi
rambatan osilasi di dalam arah penjalaran
gambang ini menggunakan Jaringan Syaraf
gelombang [1]. Gelombang yang periodik akan
Tiruan (JST) Backpropagation dengan tampilan
menimbulkan suatu sensasi yang menyenangkan
sistem menggunakan Graphical User Interface.
(jika intensitasnya tidak terlalu tinggi) seperti
bunyi musik, sedangkan bunyi yang mempunyai
LANDASAN TEORI gelombang tidak periodik akan terdengar
sebagai derau (noise) [6]. Pada contoh bunyi alat
Gambang Laras Slendro musik, dihasilkan warna bunyi yang bagus dan
Gambang merupakan gamelan Jawa yang terdiri teratur untuk didengarkan dan dinikmati. Hal ini
atas tiga rancak (tempat) gambang yaitu disebabkan bunyi yang terbentuk berfrekuensi
gambang laras slendro, gambang laras pelog tetap sehingga keharmonisannya juga teratur [7].
bem, dan gambang laras pelog barang. Gambang Getaran ketika bilah dipukul akan
memiliki lebih banyak nada daripada gamelan menghasilkan suatu gelombang bunyi, dan akan
lain dengan jumlah 18 hingga 22 bilah [5]. membuat molekul penyusun kayu ikut bergetar.
Gambang yang digunakan dalam penelitian ini Pulsa gelombang akan menjalar di sepanjang
merupakan gambang kayu terbuat dari kayu jati batang zat padat (atau kayu). Persamaan
terdiri atas 20 bilah. Gambang dimainkan gelombang tersebut :
dengan cara dipukul menggunakan tabuh terbuat
dari kayu, bambu, atau tanduk kerbau yang = , (1)
dikecilkan dan berbentuk bundar dilapisi oleh
kain atau karet agar menghasilkan bunyi lebih dengan 𝑐 = 𝑌⁄𝜌. Berdasarkan perumusan
lembut. Tabuh ini diberi tangkai sebagai tersebut, 𝑐 sebagai cepat rambat gelombang
pegangan. pada batang bergantung pada modulus Young
Laras slendro dan laras pelog memiliki 𝑌 dan massa jenis batang 𝜌 [8]. Cepat rambat
nada dengan suasana berbeda. Laras slendro gelombang dipengaruhi oleh panjang gelombang
menghasilkan suasana yang gembira, ringan, dan frekuensi, 𝑐 = 𝜆𝑓. Massa jenis dipengaruhi
dan terasa lebih damai. Namun, laras slendro oleh volume dan massa batang, 𝜌 = 𝑚⁄𝑉 .
juga dapat memberikan suasana sedih, romantis, Sehingga dari persamaan tersebut, didapatkan :
dan rindu. Slendro memiliki lima nada per oktaf, (𝜆𝑓) = 𝑌𝑉⁄𝑚 . (2)
yaitu 1 2 3 5 6 dengan interval yang sama.
Bentuk khas gambang laras slendro
diperlihatkan pada Gambar 1. Fast Fourier Transform (FFT)
Fast Fourier Transform (FFT) merupakan
sebuah algoritma yang digunakan untuk
menghitung Discrete Fourier Transform (DFT)
dalam pemrosesan sinyal digital secara real
time. DFT merupakan metode transformasi
matematis untuk sinyal waktu diskret menjadi
(a) domain frekuensi. Adapun FFT merupakan
algoritma untuk membantu transformasi
tersebut. FFT digunakan untuk mengurangi
kompleksitas transformasi pada DFT [9].
Persamaan FFT sebagai berikut :
N 1
(b) F ( f n )  t  g (t k )e i 2 nk / N , (3)
Gambar 1. Gambang laras slendro; (a) Gambang, (b) k 0
Bilah gambang.

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5816 274


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

dengan F ( fn ) sebagai amplitudo sumber jaringan akan menentukan keberhasilan target


karena tidak semua permasalahan dapat
frekuensi (n=1,2,3,…), f n sebagai frekuensi ke- diselesaikan dengan arsitektur yang sama [13].
n ( f n  n / N ) , F (t k ) merupakan amplitudo Pemilihan arsitektur jaringan disesusaikan
sebagai fungsi waktu, N merupakan jumlah dengan mempertimbangkan efektivitas kinerja
jaringan yaitu ketepatan mengenali input dan
data, k merupakan data ke-k, t k keterangan
kesesusaian dengan target serta kecepatan dalam
i 2 n / N
waktu, W  e
n
sebagai konstanta DFT, memproses sinyal.
dan nilai t sebagai selang waktu [10].
Backpropagation
Backpropagation merupakan sebuah algoritma
Jaringan Syaraf Tiruan (JST) dan juga merupakan sebuah pola atau arsitektur
Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu sistem jaringan yang digunakan untuk pelatihan
pemrosesan informasi yang mempunyai jaringan. Model jaringan terdiri dari lapisan
karakteristik menyerupai jaringan syaraf input, lapisan tersembunyi, dan lapisan output
manusia [11]. Dalam pemrosesan informasi dengan setiap lapisan terdiri atas neuron-neuron.
digunakan metode komputasi yang memiliki Penentuan jumlah neuron ditentukan secara
karakteristik pengolahan paralel (pengolahan eksperimental (random), karena belum ada
data secara bersama agar meningkatkan pedoman pasti untuk menentukan jumlah
kecepatan pengolahan data), pengolahan unsur neuron.
dalam jumlah besar, dan toleransi kesalahan Backpropagation dengan lapisan tunggal
dengan batas nilai menggunakan fungsi Mean memiliki keterbatasan dalam pengenalan pola.
Square Error (MSE). Jaringan syaraf tiruan ini Keterbatasan ini dapat ditanggulangi dengan
diasumsikan sebagai berikut. menambahkan satu atau beberapa lapisan
1. Pemrosesan informasi terjadi pada elemen tersembunyi. Algoritma ini memiliki
sederhana yang disebut neuron. kemampuan untuk mengenali arsitektur jaringan
2. Isyarat mengalir di antara sel syaraf/neuron dengan cara melatih jaringan mendapat
melalui suatu sambungan penghubung. keseimbangan dan kemampuan untuk
Setiap sambungan penghubung memiliki memberikan respon yang benar terhadap pola
bobot yang bersesuaian. masukan serupa dengan pola yang dipakai
3. Setiap sel syaraf merupakan fungsi aktivasi selama pelatihan [12].
terhadap isyarat hasil penjumlahan
berbobot yang masuk kepadanya untuk
menentukan isyarat keluarannya.

Gambar 3. Model jaringan backpropagation [12]


Gambar 2. Model Jaringan Syaraf Tiruan [12]
Pelatihan backpropagation meliputi 3 fase.
Jaringan syaraf tiruan memiliki sebuah Fase pertama adalah fase maju. Pola masukan
aturan yang bersifat menyeluruh (general rule) dihitung maju mulai dari lapisan masukan
sehingga model jaringan memiliki konsep dasar hingga lapisan keluaran menggunakan fungsi
yang sama. Model sebuah Jaringan Syaraf aktivasi yang ditentukan. Fase kedua adalah fase
Tiruan memiliki struktur umum yang mundur. Selisih antara keluaran jaringan dengan
diperlihatkan pada Gambar 2. Arsitektur target yang diinginkan. Selisih ini disebut

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5816 275


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

dengan error atau kesalahan. Kesalahan tersebut Tahap Pengolahan Data


dipropagasikan mundur, dimulai dari
Pada tahap ini, pengolahan rekaman nada bilah
sambungan yang berhubungan langsung dengan
untuk dijadikan data latih JST melalui tahap
unit-unit di lapisan keluaran. Fase ketiga adalah
perhitungan frekuensi dengan FFT. Audio hasil
modifikasi bobot untuk menurunkan kesalahan.
rekaman masih dalam bentuk domain waktu,
Ketiga fase tersebut diulang-ulang terus hingga
sehingga belum dapat diketahui nilai
kondisi penghentian dipenuhi. Umumnya
frekuensinya. Hal yang perlu dilakukan yaitu
kondisi penghentian yang sering dipakai adalah
dengan cara mengubah audio domain waktu
jumlah iterasi atau kesalahan. Iterasi akan
menjadi audio domain frekuensi menggunakan
dihentikan jika jumlah iterasi yang dilakukan
algoritma Fast Fourier Transform (FFT). Data
sudah melebihi jumlah maksimum iterasi yang
diabsolutkan terlebih dahulu agar data tidak
ditetapkan, atau jika kesalahan yang terjadi
bernilai negatif. Plot data dalam grafik untuk
sudah lebih kecil dari toleransi yang
mengetahui frekuensi fundamental/dominan atau
diijinkan [14].
pitch paling tinggi, dapat dilakukan perbesaran
hingga terlihat jelas nilainya. Penentuan
METODE PENELITIAN frekuensi fundamental dilakukan dengan
bantuan software Audacity.
Prosedur penelitian identifikasi frekuensi bunyi
gambang laras slendro dibagi menjadi empat Tahap Pemrosesan dengan JST
tahap, yaitu pengambilan data, pengolahan data,
pemodelan JST, dan pengujian sistem. Tahap analisis berlanjut pada pemrosesan
dengan JST menggunakan algoritma
Tahap Pengambilan Data backpropagation dengan jumlah neuron yang
bervariasi. Penentuan jumlah neuron belum
Pengambilan data diawali dengan melakukan dapat ditentukan karena belum terdapat
pengukuran bilah untuk panjang, lebar, dan pedoman yang pasti, sehingga dalam
tebalnya (tinggi) pada dua gambang yang menentukan jumlah neuron dilakukan secara
berbeda. Pengambilan data dengan cara eksperimental (random). Variasi jumlah neuron
memukul bilah gambang slendro menggunakan bertujuan untuk mengetahui keakuratan jaringan
tabuh. Kemudian bunyi ditangkap oleh mikrofon oleh data yang diujikan. Penelitian ini
dan direkam melalui perangkat lunak Nuendo. memvariasikan jumlah neuron yaitu 80, 90, 100,
Pemukulan berada di tengah-tengah bilah dan 110, dan 120. Keakuratan tersebut dapat
dilakukan secara berulang untuk setiap bilah diketahui dari nilai MSE (Mean Square Error).
untuk mendapatkan nilai yang lebih dekat Semakin rendah MSE, maka semakin pintar
dengan nilai sebenarnya. Dalam penelitian ini jaringan yang tersusun dari neuron-neuron
perulangan dilakukan sebanyak 5 kali. Posisi tersebut. Nilai ini ditampilkan oleh JST ketika
peletakan mikrofon berada di depan bilah yang pelatihan jaringan selesai.
dipukul. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
noise terlalu banyak yang disebabkan oleh Tahap Pengujian Sistem
pantulan bunyi jika mikrofon berada di atas
bilah. Susunan alat dalam pengambilan data Pengujian sistem sangat diperlukan untuk
diperlihatkan pada Gambar 4. Sampel dalam mengetahui apakah sistem dapat bekerja dengan
bentuk audio disimpan dalam format *.wav. baik atau tidak. Tujuan pengujian ini untuk
Rentang waktu sampel disamakan agar mudah mengetahui performa sistem dalam mengenali
untuk dianalisis menggunakan Audacity dan input yang diberikan.
perlakuan ini tidak mempengaruhi analisis akhir. Pengujian dapat dikatakan berhasil apabila
sistem mampu mengenali nada sesuai dengan
penala. Dengan kata lain, apabila penala
menetapkan sampel sebagai gambang bagus
(tidak sumbang) dan sistem mengidentifikasinya
sebagai gambang bagus, maka sistem sesuai
dengan penala. Apabila penala menetapkan
sampel sebagai gambang tidak bagus (sumbang)
dan sistem mengidentifikasinya sebagai
Gambar 4. Rancangan pengambilan data
gambang tidak bagus, maka sistem sesuai
dengan penala. Pengujian dikatakan gagal

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5816 276


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

apabila sistem tidak mampu mengenali sampel sampel. Terdapat puncak kedua, ketiga,
yang diberikan dan tidak sesuai dengan penala. keempat, dan kelima dengan amplitudo yang
Sehingga dari pengujian tersebut dapat diperoleh lebih kecil pada kelima sampel terletak pada
tingkat kesesuaian antara sistem dan penala. frekuensi 963,0 Hz nada B5; 1.090,0 Hz nada
C#6; 1.569,0 Hz G#6; dan 2235 Hz C#7. Pola
suara seperti ini dalam laras slendro disebut
HASIL DAN PEMBAHASAN
nada 5̈.
Spektrum Frekuensi Antar Sampel
Grafik amplitudo terhadap frekuensi yang
menampilkan spektrum frekuensi sampel oleh
Matlab diperlihatkan pada Gambar 5. Untuk
mempermudah analisis dalam menentukan nada
menggunakan software Audacity dengan
meninjau frekuensi fundamental pada grafik
ditandai dengan pitch tertinggi.

Sampel Bilah 1 Gambang 1

Gambar 6. Hasil analisis sampel bilah 1 gambang 2

Perbandingan Spektrum Frekuensi


Gambang 1 dan Gambang 2
Untuk membandingkan spektrum frekuensi
kedua gambang, diambil contoh bilah 1 pada
kedua sampel yang memiliki frekuensi
fundamental pada 113,7 Hz nada A#2 dan 117,1
Hz nada A#2. Kedua sampel memiliki nada
Gambar 5. Hasil analisis sampel bilah 1 gambang 1 yang sama tetapi memiliki spektrum yang
berbeda. Pengrajin yang membuat kedua
Berdasarkan gambar 5 hasil analisis Fast gambang ketika melaras nada menganggap
Fourier Transform yang dilakukan terhadap bahwa keduanya adalah sama, yaitu mempunyai
sampel di atas. Terdapat puncak frekuensi bunyi yang sama. Dalam hal ini dapat diartikan
pertama (frekuensi fundamental), yang jelas bahwa ketika suatu bunyi memiliki frekuensi
muncul pada 113,7 Hz nada A#2 pada kelima fundamental yang sama atau nada yang sama,
sampel. Terdapat puncak kedua, ketiga, maka hal tersebut juga berlaku terhadap pola
keempat, kelima, dan keenam dengan amplitudo spektrum bunyinya, dianggap sama. Dengan
yang lebih kecil pada kelima sampel terletak kemampuan mendengar dan mengingat pitch
pada frekuensi 227,4 Hz nada A#3; 395,0 Hz yang relatif, manusia dapat mendengar nada satu
nada G4; 843,8 Hz G#5; 1.371,0 Hz F6; dan oktaf dan masih dapat mendengar nada pada
1991 Hz nada B6. Pola suara seperti ini dalam oktaf yang berbeda. Perubahan frekuensi
laras slendro disebut nada 5̈. terkecil yang dapat dideteksi oleh orang dewasa
dengan pendengaran normal termasuk dalam
Sampel Bilah 1 Gambang 2 0,2-0,3% untuk frekuensi di antara 250-4.000
Hz dan meningkat cepat dengan peningkatan
Berdasarkan gambar 6 hasil analisis Fast frekuensi di atas 4 kHz [15].
Fourier Transform yang dilakukan terhadap Dalam hal ini dapat ketahui bahwa manusia
sampel di atas. Terdapat puncak frekuensi lebih sensitif untuk mendengar nada murni atau
pertama (frekuensi fundamental) yang jelas pitch tertinggi (frekuensi fundamental)
muncul pada 117,1 Hz nada A#2 pada kelima dibandingkan dengan pitchs lainnya yang

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5816 277


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

muncul. Oleh karena itu, pada nada yang sama dengan pitch tertinggi yang dapat dilihat dalam
tetapi spektrum frekuensi (warna bunyi) berbeda grafik. Sepuluh sampel dari 2 gambang slendro
dianggap sama oleh manusia. yang sudah diketahui nilai frekuensi
fundamentalnya, kemudian dihitung nilai rata-
rata populasi dan standar deviasinya. Standar
Frekuensi Fundamental deviasi diperlukan sebagai nilai toleransi agar
mengetahui angka penting dalam rentang
Frekuensi tiap-tiap bilah gambang dapat dilihat
frekuensi tersebut.
dalam Tabel 1. Frekuensi fundamental ditandai

Tabel 1. Frekuensi fundamental


Frekuensi Sampel (Hz) Frekuensi Standar Frekuensi
Bilah Gambang 1 Gambang 2 Rata-rata Deviasi Fundamental
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 (Hz) (Hz) (Hz)
1 113,722 113,722 113,722 113,722 113,722 117,087 117,760 117,087 117,760 117,760 115,606 2,001 115,6 ± 2,0
2 119,106 119,106 119,106 119,106 119,106 127,180 127,180 127,180 127,180 127,180 123,143 4,255 123,1 ± 4,2
3 137,947 137,947 137,947 137,947 137,947 139,293 139,293 139,293 139,293 139,293 138,620 0,709 138,6 ± 0,7
4 154,770 154,770 154,770 154,770 154,770 158,807 158,134 158,134 158,807 158,807 156,654 2,001 156,6 ± 2,0
5 181,686 181,686 181,686 181,686 181,686 176,303 176,303 176,303 176,303 176,303 178,995 2,837 178,9 ± 2,8
6 198,509 198,509 198,509 198,509 198,509 203,220 203,220 203,220 203,893 203,220 200,932 2,562 200,9 ± 2,5
7 230,136 230,809 230,136 230,809 230,136 236,865 236,865 236,865 236,865 236,865 233,635 3,413 233,6 ± 3,4
8 269,838 269,838 269,838 269,165 269,838 273,203 273,203 273,203 273,203 273,875 271,520 1,936 271,5 ± 1,9
9 318,288 318,288 318,288 318,288 318,288 317,615 317,615 317,615 317,615 317,615 317,952 0,355 317,9 ± 0,3
10 359,335 359,335 359,335 359,335 360,008 365,392 365,392 365,392 365,392 365,392 362,431 3,128 362,4 ± 3,1
11 411,150 411,150 411,150 411,150 411,150 414,514 414,514 414,514 414,514 414,514 412,832 1,773 412,8 ± 1,7
12 482,478 482,478 482,478 482,478 482,478 483,151 483,151 483,151 483,151 483,151 482,815 0,355 482,8 ± 0,3
13 547,751 547,751 547,751 547,751 547,751 554,480 554,480 554,480 554,480 554,480 551,116 3,546 551,1 ± 3,5
14 625,136 625,136 625,136 625,136 625,136 629,846 630,519 629,846 629,846 629,846 627,558 2,561 627,5 ± 2,5
15 728,091 728,091 728,091 728,091 728,091 732,129 732,129 732,129 732,129 732,129 730,110 2,128 730,1 ± 2,1
16 848,543 848,543 847,870 848,543 847,870 849,216 849,216 849,216 849,216 849,216 848,745 0,554 848,7 ± 0,5
17 956,209 956,882 956,882 956,209 956,209 974,377 974,377 974,377 974,377 974,377 965,428 9,437 965,4 ± 9,4
18 1088,100 1088,100 1088,100 1088,770 1088,770 1090,120 1090,120 1090,120 1090,120 1090,120 1089,244 0,955 1089,2 ± 0,9
19 1255,650 1255,650 1255,650 1255,650 1255,650 1254,980 1254,980 1254,980 1254,980 1254,980 1255,315 0,353 1255,3 ± 0,3
20 1483,100 1483,770 1483,770 1483,770 1483,770 1479,060 1478,390 1478,390 1478,390 1479,060 1481,147 2,643 1481,1 ± 2,6

Berdasarkan Tabel 1, frekuensi pada Gambar 7. dengan a merupakan sisi


fundamental yang didapat dari hasil analisis panjang, b merupakan sisi miring atas, c
yaitu 115,6 ± 2,0 Hz bilah 1; 123,1 ± 4,2 Hz merupakan sisi pendek, d merupakan sisi miring
bilah 2; 138,6 ± 0,7 Hz bilah 3; 156,6 ± 2,0 Hz bawah, dan t merupakan tebal bilah.
bilah 4; 178,9 ± 2,8 Hz bilah 5; 200,9 ± 2,5 Hz
bilah 6; 233,6 ± 3,4 Hz bilah 7; 271,5 ± 1,9 Hz
bilah 8; 317,9 ± 0,3 Hz bilah 9; 362,4 ± 3,1 Hz
bilah 10; 412,8 ± 1,7 Hz bilah 11; 482,8 ± 0,3
Hz bilah 12; 551,1 ± 3,5 Hz bilah 13; 627,5 ±
2,5 Hz bilah 14; 730,1 ± 2,1 Hz bilah 15; 848,7
± 0,5 Hz bilah 16; 965,4 ± 9,4 Hz bilah 17;
1.089,2 ± 1,0 Hz bilah 18; 1.255,3 ± 0,4 Hz
bilah 19; dan 1481,1 ± 2,6 Hz bilah 20. Nilai
tersebut digunakan sebagai batas nilai sistem Gambar 7. Bentuk bilah gambang
dalam mengidentifikasi nada bilah gambang
slendro. Sebagai contoh pada bilah 1 memiliki Berdasarkan persamaan 2.2, volume
batas nilai 113,722-117,491 Hz ketika suatu berbanding lurus dengan kuadrat frekuensi.
nada memiliki frekuensi dalam rentang tersebut, Apabila variabel lain dianggap tidak
sistem akan mengidentifikasinya sebagai bilah 1 berpengaruh (konstan). Semakin besar dan tipis
gambang slendro. bilah, maka frekuensi semakin rendah.
Sedangkan semakin kecil dan tebal bilah, maka
Pengaruh Ukuran Bilah Terhadap Frekuensi frekuensi semakin tinggi.
Bilah gambang ada yang berbentuk balok tipis Ketika membuat bilah, penala tidak
dan prisma trapesium, tetapi untuk penelitian ini memperhitungkan volumenya. Namun, ukuran
yang digunakan yaitu bilah bentuk prisma (panjang, lebar, dan tebal) bilah tetap menjadi
trapesium. Visualisasi bilah secara horizontal acuan penala agar bilah berukuran seragam.
Sehingga ukuran bilah pada Tabel 2 dapat

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5816 278


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

dijadikan sebagai acuan ukuran bilah. Apabila berpegang pada kayu keras. Sampel gambang
meninjau luas permukaan bilah, semakin luas yang digunakan pada penelitian ini terbuat dari
permukaan bilah frekuensi yang dihasilkan kayu jati untuk bilahnya. Dengan menggunakan
semakin rendah. Sedangkan sempit permukaan kayu jati, nada menjadi lebih harmoni.
bilah frekuensinya semakin tinggi. Dalam Bilah kayu jati memiliki Modulus Young
menala nada, penala menipiskan bilah agar tinggi [16] dan densitas besar, sehingga menjadi
mendapatkan nada yang sesuai sehingga tebal kaku. Syarat utama pembuatan instrumen
bilah bervariasi. Ini yang mengakibatkan perkusi dari kayu yaitu kekerasan permukaan
hubungan volume dan frekuensi tidak linear. dan redaman internal rendah, sehingga nada
Proses pembuatan nada oleh penala juga dapat dipertahankan dengan baik [17].
tidak memperhitungkan jenis kayu, tetapi masih

Tabel 2. Pengaruh ukuran bilah terhadap frekuensi


Gambang 1 Gambang 2

Bilah Ukuran (cm) Luas Ukuran (cm) Luas


Volume Frekuensi Volume Frekuensi
Permukaan Permukaan
(cm3) (Hz) (cm3) (Hz)
a b c d t (cm2) a b c d t (cm2)
1 56,3 6,9 54,4 6,6 1,4 378,30 55,33 113,722 55,4 6,6 54,5 7,0 1,5 361,8 55,0 117,491
2 54,4 6,2 53,2 6,2 1,1 331,99 53,80 119,106 54,1 7,3 52,6 7,5 1,6 387,4 53,4 127,180
3 53,0 6,4 51,8 5,9 1,4 333,88 52,40 137,947 52,1 6,6 50,5 6,7 1,7 336,1 51,3 139,293
4 51,1 6,1 50,2 6,0 1,5 308,12 50,65 154,770 50,2 6,6 48,8 6,3 1,9 324,9 49,5 158,538
5 49,5 6,2 47,9 6,0 1,5 299,42 48,70 181,686 48,5 6,4 47,2 6,7 1,5 304,7 47,9 176,303
6 48,0 6,0 46,3 6,1 1,6 280,05 47,15 198,509 47,3 6,2 45,4 6,2 1,9 284,0 46,4 203,355
7 46,1 5,7 44,9 5,7 1,5 257,91 45,50 230,405 44,5 5,8 44,2 5,8 1,9 257,1 44,4 236,865
8 44,4 6,3 43,5 5,1 1,6 276,18 43,95 269,703 43,7 6,0 42,6 5,5 2,0 257,8 43,2 273,337
9 42,8 5,6 41,4 5,7 1,6 233,91 42,10 318,288 41,7 5,1 41,2 5,6 1,9 211,1 41,5 317,615
10 41,3 6,0 39,8 6,1 1,5 241,39 40,55 359,469 40,8 5,2 39,6 5,4 2,0 207,6 40,2 365,392
11 40,0 5,8 38,2 5,9 1,8 224,03 39,10 411,150 39,5 5,0 38,2 5,1 1,9 192,3 38,8 414,514
12 37,3 5,5 36,5 5,1 1,2 202,41 36,90 482,478 38,2 5,6 36,5 5,4 2,1 206,7 37,4 483,151
13 36,8 5,2 35,5 5,3 1,2 186,49 36,13 547,751 36,6 5,5 35,2 5,5 2,0 195,8 35,9 554,480
14 34,9 5,8 33,8 5,9 1,3 198,33 34,35 625,136 34,9 5,4 34,0 5,2 1,8 185,4 34,5 629,981
15 33,5 5,2 31,8 5,6 2,0 167,50 32,65 728,091 33,7 5,7 32,3 5,4 2,0 186,6 33,0 732,129
16 32,1 5,8 30,4 5,6 1,9 179,29 31,25 848,274 32,2 5,3 30,7 4,7 2,0 165,0 31,5 849,216
17 30,3 5,2 29,0 5,0 2,1 151,48 29,65 956,478 30,9 5,1 29,5 5,2 2,0 152,6 30,2 974,377
18 29,0 5,0 27,8 4,8 1,2 140,97 28,40 1088,368 29,5 5,0 28,2 5,0 1,8 143,0 28,9 1090,120
19 26,9 5,3 25,8 5,4 1,9 138,90 26,35 1255,650 28,1 5,1 26,8 5,0 2,1 138,9 27,5 1254,980
20 26,2 4,5 25,4 4,2 2,2 115,64 25,80 1483,636 26,9 4,1 25,7 4,2 2,2 106,7 26,3 1478,658

Tabel 3. Hasil training JST dengan variasi neuron


Hasil Training Rerata Hasil Akurasi
Neuron Training
MSE Epochs Waktu (s) MSE Epochs Waktu (s) (%)
1 8,86E-05 133 3,752
80 2 9,44E-05 133 3,914 9,094E-05 133 3,702 99,992
3 8,98E-05 133 3,439
1 8,65E-05 118 2,882
90 2 8,85E-05 118 2,896 8,752E-05 118 2,894 99,993
3 8,75E-05 118 2,903
1 8,80E-05 106 2,862
100 2 8,68E-05 106 3,462 8,725E-05 106 3,311 99,993
3 8,69E-05 106 3,611
1 8,62E-05 96 2,668
110 2 8,11E-05 96 2,784 8,529E-05 96 2,678 99,993
3 8,86E-05 96 2,582
1 8,13E-05 88 2,558
120 2 7,96E-05 88 2,692 7,992E-05 88 2,614 99,993
3 7,88E-05 88 2,592

Model Jaringan Syaraf Tiruan satu lapisan output. Pada lapisan input dan
lapisan output terdapat 20 neuron yang tidak
Penelitian ini menggunakan tiga lapisan yaitu
berubah pada saat variasi neuron pada lapisan
satu lapisan input, satu lapisan tersembunyi, dan
tersembunyi. Terdapat neuron pada layar

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5816 279


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

tersembunyi yang divariasikan, yaitu dari 80, 90,


100, 110, dan 120. Pelatihan menggunakan
fungsi aktivasi “tansig” pada lapisan input
menuju lapisan tersembunyi dan fungsi linear
“purelin” pada lapisan tersembunyi menuju
lapisan output, sedangkan fungsi transfer
jaringan menggunakan “traingd”.

Training JST untuk satu variasi neuron


dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan
dengan tujuan untuk mengetahui presisi.
Berdasarkan Tabel 3, pada 80 neuron MSE
bernilai 9,094E-05, epochs atau iterasi sebanyak
Gambar 8. Epochs pada 120 neuron
133 kali, dan kecepatan kerja 3,7 detik; pada 90
neuron MSE bernilai 8,752E-05, epochs
sebanyak 118 kali, dan kecepatan kerja 2,9
detik; pada 100 neuron MSE bernilai 8,725E-05,
epochs sebanyak 106 kali, dan kecepatan kerja
3,3 detik; pada 110 neuron MSE bernilai
8,529E-05, epochs sebanyak 96 kali, dan Gambar 9. Arsitektur jaringan
kecepatan kerja 2,7 detik; pada 120 neuron MSE
bernilai 7,992E-05, epochs sebanyak 88 kali, Hasil Pengujian Sistem
kecepatan kerja 2,6 detik dengan akurasi
Dalam mempermudah penggunaan, tampilan
tertinggi.
sistem menggunakan Graphical User Interface
Berdasarkan hasil tersebut, model JST yang
(GUI) yang dapat dilihat pada Gambar 10.
digunakan dalam sistem penala nada gambang
Sistem penalaan gambang slendro mengacu
slendro terdiri atas satu lapisan input dengan 20
pada frekuensi fundamental saja, sehingga
neuron, satu lapisan tersembunyi dengan 120
frekuensi lain yang muncul setelah frekuensi
neuron, dan satu lapisan output dengan 20
fundamental belum dapat dideteksi.
neuron. Kinerja jaringan tersebut lebih cepat
Keterbatasan ini mengakibatkan warna bunyi
dari variasi neuron lain dengan error yang
bilah tidak dapat teridentifikasi. Warna bunyi
rendah, sehingga semakin tepat dalam mencapai
merupakan kajian penting dalam suatu bunyi
target berdasarkan input yang diberikan. Hasil
untuk membedakan bunyi lainnya pada
pelatihan pada model ini dapat dilihat dalam
frekuensi yang sama. Akan tetapi penelitian ini
Gambar 8 yang menunjukkan 88 epochs dan
tidak akan membuat warna bunyi seragam
arsitektur jaringan pada Gambar 9.
karena sensitivitas penala berbeda-beda.

Gambar 10. Hasil identifikasi oleh sistem

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5816 280


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

Pada penelitian ini, besar toleransi penala penala sudah diketahui, maka pentingnya
tidak diukur secara pasti. Oleh sebab itu, perlu standarisasi perlu dilakukan dan sistem ini
meninjau secara kuantitatif besar toleransi berpotensi untuk dikembangkan menjadi
penala. Apabila nilai toleransi dari beberapa perangkat standarisasi.

Tabel 4. Hasil pengujian sistem


Sampel Penala Sistem Keterangan Sampel Penala Sistem Keterangan
1 1 1 Sesuai 21 1 0 Tidak sesuai
2 1 1 Sesuai 22 1 1 Sesuai
3 1 1 Sesuai 23 1 0 Tidak sesuai
4 1 1 Sesuai 24 1 0 Tidak sesuai
5 1 1 Sesuai 25 0 0 Sesuai
6 1 1 Sesuai 26 0 0 Sesuai
7 1 1 Sesuai 27 1 1 Sesuai
8 1 1 Sesuai 28 0 0 Sesuai
9 1 0 Tidak sesuai 29 1 0 Tidak sesuai
10 1 1 Sesuai 30 1 0 Tidak sesuai
11 1 1 Sesuai 31 1 0 Tidak sesuai
12 1 0 Tidak sesuai 32 1 0 Tidak sesuai
13 1 1 Sesuai 33 1 0 Tidak sesuai
14 1 1 Sesuai 34 1 0 Tidak sesuai
15 1 1 Sesuai 35 1 0 Tidak sesuai
16 1 0 Tidak sesuai 36 1 0 Tidak sesuai
17 1 1 Sesuai 37 1 0 Tidak sesuai
18 1 0 Tidak sesuai 38 1 0 Tidak sesuai
19 1 0 Tidak sesuai 39 1 0 Tidak sesuai
20 1 0 Tidak sesuai 40 1 0 Tidak sesuai
Keterangan :
1 = teridentifikasi sebagai gambang bagus
0 = teridentifikasi sebagai gambang tidak bagus (sumbang)

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui detail dan noise dalam data latih sebagai konsep
bahwa 19 sampel atau 47,5% sampel dapat oleh sistem. Konsep ini tidak berlaku untuk data
dideteksi benar dan 21 sampel atau 52,5% tidak baru, sehingga kemampuan untuk
dapat dideteksi benar oleh sistem. Sampel 1 menggeneralisasi sulit dilakukan [18] Oleh
hingga 20 menggunakan gambang yang sama sebab itu, sistem ini mengalami overfitting.
ketika pelatihan, sehingga tingkat kesesuaian Rendahnya kesesuain juga disebabkan oleh
yang didapat lebih tinggi dibandingkan dengan faktor lainnya, yaitu kondisi lingkungan sekitar.
sampel 21 hingga 40 yang menggunakan Kondisi yang dimaksud adalah tingkat
gambang lain oleh penala lain. kebisingan di sekitar pengujian. Sehingga
Sampel gagal dideteksi benar disebabkan disarankan ketika sistem digunakan untuk
memiliki frekuensi fundamental berbeda dari menala, maka kondisi seperti ini perlu
data latih, sehingga sistem menganggap bahwa diperhatikan.
sampel tersebut berasal dari gambang yang telah
sumbang. Frekuensi fundamental yang dibaca
KESIMPULAN
oleh sistem memiliki toleransi yang kecil yakni
0,76% dan sesuai dengan pelatihan, sehingga 1. Spektrum frekuensi ditandai dengan adanya
sulit menggeneralisasi data uji. Sedangkan frekuensi fundamental dan diikuti oleh
penala memiliki toleransi yang lebih lebar, frekuensi lainnya. Frekuensi fundamental
sehingga hasil identifikasi sistem jauh lebih masing-masing bilah gambang laras slendro
sempit. yaitu 115,6 ± 2,0 Hz bilah 1; 123,1 ± 4,2 Hz
Penyebab kinerja buruk pada machine bilah 2; 138,6 ± 0,7 Hz bilah 3; 156,6 ± 2,0
learning adalah kelebihan atau kekurangan data. Hz bilah 4; 178,9 ± 2,8 Hz bilah 5; 200,9 ±
Sistem penala gambang slendro ini dibuat 2,5 Hz bilah 6; 233,6 ± 3,4 Hz bilah 7; 271,5
dengan data latih yang sedikit. Performa sistem ± 1,9 Hz bilah 8; 317,9 ± 0,3 Hz bilah 9;
bagus pada data pelatihan dan generalisasi buruk 362,4 ± 3,1 Hz bilah 10; 412,8 ± 1,7 Hz bilah
pada data baru, ini yang disebut overfitting. 11; 482,8 ± 0,3 Hz bilah 12; 551,1 ± 3,5 Hz
Overfitting terjadi ketika sistem mempelajari bilah 13; 627,5 ± 2,5 Hz bilah 14; 730,1 ±

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5816 281


Jurnal Teras Fisika Volume 5, Nomor 1 Maret 2022

2,1 Hz bilah 15; 848,7 ± 0,5 Hz bilah 16; [7] D.C. Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1,
965,4 ± 9,4 Hz bilah 17; 1.089,2 ± 1,0 Hz Erlangga, Jakarta, 1998.
bilah 18; 1.255,3 ± 0,4 Hz bilah 19; dan
[8] H.J, Pain, The Physics of Vibrations and
1.481,1 ± 2, Hz 6 bilah 20.
Waves Six Edition, John Wiley & Sons Ltd,
2. Ukuran bilah berpengaruh terhadap frekuensi
Chichester,2005.
bunyi yang dihasilkan ditinjau dari luas
permukaannya. Semakin lebar permukaan [9] H.Sujadi, I. Sopiandi, dan A. Mutaqin.
bilah, maka frekuensi semakin rendah. Sistem Pengenalan Suara Menggunakan
Sedangkan semakin sempit permukaan, maka Algoritma FFT (Fast Fourier Transform,)
frekuensi semakin tinggi. Universitas Majalengka, Majalengka,
3. Sistem penala gambang slendro 2017.
menggunakan JST dapat mendeteksi secara [10] E. Winayanti, Analisis Karakteristik
benar 47,5% sampel dalam pengujian. Spektrum Intensitas Akord Mayor dan
Minor pada Alat Musik Gitar, Skripsi,
Untuk mendapatkan frekuensi fundamental yang Universitas Jenderal Soedirman,
lebih eksak perlu dilakukan pelatihan dengan Purwokerto, 2019.
jumlah sampel gambang dan penala yang lebih [11] A. Hermawan, Jaringan Saraf Tiruan,
banyak. Teori dan Aplikasinya, Andi Offset,
Yogyakarta , 2006.
DAFTAR PUSTAKA [12] A. Jumarwanto, R. Hartanti., D.Prastiyanto.
[1] R. Resnick, dan D. Haliday, Fisika. “Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan
(Diterjemahkan oleh Pantur Silaban dan Backpropagation untuk Memprediksi
Erwin Sucipto), Gelora Aksara, . Bandung, Penyakit THT di Rumah Sakit Mardi
1995 Rahayu Kudus”, Jurnal Teknik Elektro
1(1) (2007).
[2] Mitrayana dan V.J.Cytasari, “Pengukuran
Frekuensi Bunyi Saron Demung Laras [13] F. Zola, G. W. Nurcahyo., dan J. Santony.
Pelog Gamelan Jawa Menggunakan “Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan
Perangkat Lunak Visual Analyser”, Jurnal Algoritma Backpropagation untuk
Fisika Indonesia 28(54) (2014). Memprediksi Prestasi Siswa”, Jurnal
Teknologi dan Open Source 1(1) (2018).
[3] E. Trisnowati, “Analisis Frekuensi pada
Gong Laras Slendro”, Indonesian Journal [14] J.J. Siang, Jaringan Syaraf Tiruan dan
of Sains and Education 1(1) (2017). Pemrogramannya Menggunakan Matlab,
Andi, Yogyakarta, 2009.
[4] Faradiba, “Pengenalan Pola Sinyal Suara
Manusia Menggunakan Metode [15] B. C. Moore, “Frequency Difference
Backpropagration Neural Network’, Jurnal Limens for Short-duration Tones”, J.
Edu. Math. Sains 2(1) (2017). Acoust. Soc. Am. 54 (1973) 610-619.

[5] P.W. Arta, Perakitan Gambang Kayu Versi [16] P. Rusnaldy dan N.Iskandar, “Pengukuran
Sudono Sebuah Kajian Organologis, Modulus Elastisitas Berbagai Jenis Kayu
Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Bantul, Untuk Furnitur”, Jurnal Rotasi 11(4)
2016. (2009).

[6] R. Resnick, dan D. Haliday, Fisika Jilid 2,


Erlangga, Jakarta, 1997.

DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.1.5816 282

Anda mungkin juga menyukai