Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Tugas Skenario 1 Kelompok 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

“Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguam Proses Pikir”

Oleh kelompok 1:

1. Agung Riwayati (00120062)


2. Ahmad Fadli (00120061)
3. Anang Wahyudi (00112085)
4. Emilia (00120073)
5. Efrida Mayasari (00120081)
6. Junaidah (00120080)
7. Rama Yunita (00120065)
8. Sri Kurniati (00120074)
9. Sumarlini (00120075)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes AWAL BROS BATAM
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia – Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini meskipun ada sedikit keterlambatan.

Makalah ini berisi tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan


Proses Pikir. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Proses Pikir.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusun makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah
senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin

Batam, 23 April 2021

Penyusun.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ........................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG .......................................................................................... 3


B. TUJUAN ............................................................................................................... 3
C. MANFAAT ........................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS ............................................................................................. 4


B. FAKTOR PREDISPOSISI .................................................................................... 5
C. FAKTOR PRESIPITASI ...................................................................................... 5
D. POHON MASALAH ............................................................................................ 5
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN .......................................................................... 6
F. RENCANA KEPERAWATAN ............................................................................ 6
G. LANGKAH PENANGANANAN ........................................................................ 6

BAB II KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN ................................................................................................... 10
B. SARAN ............................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan psikotik merupakan masa-lah utama dalam kesehatan

mental. ( Subandi, 2014) Penderita gangguan psikotik sering mendapat stigma

dan diskriminasi yang lebih besar dari masyarakat di sekitarnya dibandingkan

individu yang menderita penyakit medis lainnya. Hal ini mungkin disebabkan

oleh karena ketidaktahuan atau pengertian yang salah dari keluarga atau

anggota masyarakat mengenai gangguan ini. Gangguan psikotik merupakan

gangguan mental yang berat yang menyebabkan pemikiran dan persepsi yang

tidak normal dan juga orang dengan gangguan psikotik akan kehilangan

realita dalam dirinyak (Ina, 2013)

Penderita gangguan psikotik sering mendapat perilaku yang tidak

manusiawi misalnya perlakuan kekerasan, diasingkan, diisolasi, atau

dipasung. Manifestasi gangguan ini sering ditemukan pada kelompok usia

muda. Hal ini akan mempengaruhi perasaan, pikiran, perilaku, pergerakan,

pembicaraan, dianggap sebagai beban dan kurang berguna bagi masyarakat.

Penelitian mengenai penyakit mental “The Global Burden of Disease”

yang dilakukan oleh Murray (1996) bekerjasama dengan WHO dan World

Bankmemprediksikan bahwa penyakit mental akan menduduki posisi kedua

setelah penyakit kardiovaskuler pada tahun 2020. Salah satu penyakit mental

tersebut adalah penyakit Psikosis. (Labellepansa, 2011)

Prevalensi gangguan ini adalah sekitar satu persen (Kaplan & Sadock,

1998; Esan, Ojagbemi, Gureje, 2012). Hal ini berarti ada sekitar 250 juta

1
penduduk Indonesia menderita gangguan psikotik. Bagi keluar-ga, masalah

gangguan psikotik ini menim-bulkan berbagai macam beban, mulai dari

beban finansial yang luar biasa, beban psikologis (distress), sampai persoalan

stig-ma sosial. Beratnya masalah yang dialami keluarga semakin bertambah

karena penderita psikotik memerlukan perawatan dalam jangka waktu lama.

( Subandi, 2014)

Kasus gangguan psikotik yang paling banyak ditemukan di

masyarakat adalah skizofrenia. Skizofrenia mempunyai prevalensi sebesar

1% dari populasi di dunia (rata- rata 0,85%). Prevalensi berdasarkan ras dan

budaya adalah sama. Wanita cenderung mengalami gejala lebih ringan, lebih

sedikit rawat inap dan fungsi sosial yang lebih baik di komunitas

dibandingkan laki- laki. (Ina, 2013)

Prevalensi gangguan psikotik lainnya seperti gangguan skizoefektif

adalah 0,32%, gangguan skizofreniform 0,07% gangguan delusi 0,18% dan

0,21% untuk gangguan psikotik oleh karena kondisi medis. (Ina, 2013)

Penilaian dan manajemen dalam penatalaksanaan penderita gangguan

ini perlu dilakukan dengan menentukan diagnosis yang lebih akurat dan

pilihan pengobatan yang lebih efektif dan efisien dengan mempertimbangkan

banyak aspek. Ini memberikan harapan hasil yang lebih baik seperti gangguan

fungsi yang dialami oleh pasien mengalami perbaikan, kualitas hidup

penderita menjadi lebih baik, dan penderitaan emosional yang dialami oleh

pasien dan anggota keluarga berkurang. (Ina, 2013)

2
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka kelompok

merumuskan masalah dalam makalah ini mengenai tentang “bagaimana

gangguan psikotik” dalam konteks pembelajaran mahasiswa.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari makalah ini adalah : Untuk mengetahui asuhan keperawatan jiwa
pada klien dengan gangguan psikotik

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat makalah ini terbagi menjadi dua, yaitu manfaat secara teoritis

dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi

referensi atau masukan bagi mahasiswa keperawatan dan menambah

kajian ilmu keperawatan khususnya mengenai “Gangguan Psikotik”

untuk mengetahui secara mendalam.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi

masukan bagi pihak penulis itu sendiri dalam menempuh pembelajaran di

STIKES Awal Bros Batam. Dan bagi pihak lain penulis juga

mengharapkan dapat membantu pihak lain dalam penyajian informasi

untuk yang lebih baik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus
Nn. A adalah seorang vloger terkenal, Nn A sering membuat konten

vlogernya tentang tutorial skincare, sejak 8 bulan yang lalu Nn. A berobat ke

dokter kulit dengan keluhan muka merah dan gatal-gatal, dan sejak 6 bulan yang

lalu keluhan Nn. A bertambah, Nn. A merasa gatal diseluruh tubuh, Nn A

dinyatakan Dermatitis kontak oleh dokter di sebuah klinik diberikan terapi

difenhidramin dan salep steroid, namun dalam waktu beberapa bulan pengobatan

keluhan tidak juga hilang dan Nn. A konsul ke ahli dermatitis namun dokter di RS

tersebut meyarankan bahwa Nn. A konsul dengan psikiater, menurut dokter ahli

dermatitis klien ini mengalami Delusi yang melibatkan parasit namun Nn. A

menolak untuk konsul dengan psikiater, dibagian tangan Nn A tampak ada luka

bekas garutan dari hasil pemeriksaan Nn. A menggunakan bahan disinfekton

pembunuh serangga untuk menghilangkan rasa gatal yang dialaminya , terkadang

dia mengalami batuk dan sesak nafas.

Alasan Ke RS
keluhan muka merah dan gatal-gatal, dan sejak 6 bulan yang lalu keluhan Nn.

A bertambah, Nn. A merasa gatal diseluruh tubuh, Nn A dinyatakan Dermatitis

kontak oleh dokter di sebuah klinik diberikan terapi difenhidramin dan salep

steroid, namun dalam waktu beberapa bulan pengobatan keluhan tidak juga

hilang dan Nn. A konsul ke ahli dermatitis namun dokter di RS tersebut

meyarankan bahwa Nn. A konsul dengan psikiater, menurut dokter ahli dermatitis

4
klien ini mengalami Delusi yang melibatkan parasit namun Nn. A menolak untuk

konsul dengan psikiater.

B. Faktor Predisposisi
Klien sebelumnya tidak pernah mengalami gangguan jiwa,klien ini adalah

seorang vloger terkenal,klien sering membuat konten vlogernya tentang tutorial

skincare.sejak klien mengalami dermatitis kontak,klien tidak pernah lagi membuat

vloger nya.klien sudah berobat ke dokter kulit hingga konsul ke ahli

dermatitis,tapi keluhan klien tidak juga hilang.sehingga klien disaran kan untuk

konsul ke psikiater karena menurut ahli dermatitis klien mengalami delusi yang

melibatkan parasit,namun klien menolak.

C. Faktor Presipitasi

1. Timbul rasa tidak percaya diri atau Harga diri rendah

2. kurangnya kemampuan mengatasi masalah

3. Tidak mampu mengembangkan koping efektif,cenderung menghindari


kenyataan

D. Pohon Masalah

Kerusakan komunikasi verbal : Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perubahan proses pikir:


waham

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

5
E. Diagnosa Keperawatan :
a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Kerusakan komunikasi : verbal
c. Perubahan isi pikir : waham
d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

F. Rencana Keperawatan
a. Tujuan umum: sesuai masalah (problem).

b. Tujuan khusus

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Tindakan:

1.1. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri,

jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat

kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).

1.2. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat

menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai

ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai

ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.

1.3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan

perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman,

gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.

1.4. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan

perawatan diri

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

Tindakan:

2.1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.

6
2.2. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu

dan saat ini yang realistis.

2.3. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk

melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan

perawatan diri).

2.4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai

kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien

sangat penting.

3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi

Tindakan:

3.1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.

3.2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di

rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).

3.3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.

3.4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan

memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).

3.5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan

wahamnya.

4. Klien dapat berhubungan dengan realitas

Tindakan:

4.1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat

dan waktu).

4.2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.

4.3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien

7
5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar

Tindakan:

5.1. Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan

efek samping minum obat.

5.2. Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien,

obat, dosis, cara dan waktu).

5.3. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang

dirasakan.

5.4. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

6. Klien dapat dukungan dari keluarga

Tindakan:

6.1. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang:

gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow

up obat.

6.2. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

G. Langkah Penganan Dari Kasus Yang Telah Ditentukan Berdasarkan Jurnal

A. Psikoterapi
1. Menstimulasi motivasi untuk mendapatkan bantuan dengan menekankan

kemauan untuk membantu pasien mengatasi kecemasan atau iritabilitasnya,

tanpa menyatakan bahwa waham yang diobati. \

2. Menghormati kebutuhan pasien akan pertahanan proyeksi. perawat


berperan sebagai penampung semua perasaan negatif yang diproyeksikan
oleh pasien;.
3. Bersikap empati dengan pengalaman internal pasien yang sedang dilanda

penyiksaan terhadap sakitnya. Mungkin membantu mengeluarkan

8
komentar, “Anda pasti merasa lelah, mengingat apa yang telah anda lalui.”

Tanpa menyetujui setiap mispersepsi delusional, perawat dapat menyadari

bahwa, dari pandangan pasien, persepsi tersebut menciptakan penghilangan

ketegangan yang baik

4. Membantu pasien memiliki keraguan tentang persepsinya. Saat pasien

menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan inferioritas yang menyertai

depresi dapat timbul. Saat pasien membiarkan perasaan kelemahan

memasuki terapi, suatu hubungan terapetik yang positif telah ditegakkan,

dan pekerjaan terapetik yang konstruktif menjadi dimungkinkan.

5. Terapi keluarga Jika anggota keluarga hadir, klinisi dapat memutuskan

untuk melibatkan mereka di dalam rencana pengobatan

B. Farmakologi

Khususnya pada pasien yang berada dalam resiko tinggi untuk mengalami efek

samping ekstrapiramidal (sebagai contohnya, orang muda), suatu obat antikolinergik

kemungkinan harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik sebagai profilaksis

terhadap gajala gangguan pergerakan akibat medikasi. Selain itu, benzodiazepine dapat

digunakan dalam terapi singkat psikosis. Walaupun benzodiazepine memiliki sedikit

kegunaan atau tanpa kegunaan dalam pengobatan jangka panjang gangguan psikotik,

obat dapat efektif untuk jangka singkat dan disertai dengan efek samping yang lebih

jarang daripada antipsikotik. Pada kasus yang jarang benzodiazepine disertai dengan

peningkatan agitasi, dan pada kasus yang lebih jarang lagi, dengan kejang putus obat

(withdrawal seizure), yang biasanya hanya terjadi pada penggunaan dosis tinggi terus

menerus.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

9
A. KESIMPULAN

Gangguan psikotik merupakan masa-lah utama dalam kesehatan mental. (

Subandi, 2014) Penderita gangguan psikotik sering mendapat stigma dan

diskriminasi yang lebih besar dari masyarakat di sekitarnya dibandingkan individu

yang menderita penyakit medis lainnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena

ketidaktahuan atau pengertian yang salah dari keluarga atau anggota masyarakat

mengenai gangguan ini. Gangguan psikotik merupakan gangguan mental yang berat

yang menyebabkan pemikiran dan persepsi yang tidak normal dan juga orang

dengan gangguan psikotik akan kehilangan realita dalam dirinyak (Ina, 2013)

Penderita gangguan psikotik sering mendapat perilaku yang tidak

manusiawi misalnya perlakuan kekerasan, diasingkan, diisolasi, atau dipasung.

Manifestasi gangguan ini sering ditemukan pada kelompok usia muda. Hal ini akan

mempengaruhi perasaan, pikiran, perilaku, pergerakan, pembicaraan, dianggap

sebagai beban dan kurang berguna bagi masyarakat.

Langkah penganan dari kasus yang telah ditentukan berdasarkan jurnal

adalah Menstimulasi motivasi untuk mendapatkan bantuan dengan menekankan

kemauan untuk membantu pasien mengatasi kecemasan atau iritabilitasnya, tanpa

menyatakan bahwa waham yang diobati, Menghormati kebutuhan pasien akan

pertahanan proyeksi. perawat berperan sebagai penampung semua perasaan negatif

yang diproyeksikan oleh pasien, Bersikap empati dengan pengalaman internal

pasien yang sedang dilanda penyiksaan terhadap sakitnya. Mungkin membantu

mengeluarkan komentar, “Anda pasti merasa lelah, mengingat apa yang telah anda

lalui.” Tanpa menyetujui setiap mispersepsi delusional, perawat dapat menyadari

bahwa, dari pandangan pasien, persepsi tersebut menciptakan penghilangan

10
ketegangan yang baik, Membantu pasien memiliki keraguan tentang persepsinya.

Saat pasien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan inferioritas yang

menyertai depresi dapat timbul. Saat pasien membiarkan perasaan kelemahan

memasuki terapi, suatu hubungan terapetik yang positif telah ditegakkan, dan

pekerjaan terapetik yang konstruktif menjadi dimungkinkan, Terapi keluarga Jika

anggota keluarga hadir, klinisi dapat memutuskan untuk melibatkan mereka di

dalam rencana pengobatan

B. Saran

Seperti pada makalah lainnya pada umumnya sudah pasti tidak lepas dari yang

namanya kritik dan kesalahan dalam pembuatan dan penulisannya.Ini semua

dikarenakan keterbatasan kemampuan penyusun dalam menyusun makalah ini. Namun

penyusun akan berjanji dan berusaha untuk memperbaiki kesalahan dalam pembuatan

makalah.

Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

agar dalam pembuatan makalah yang selanjutnya dapat lebih baik lagi.Penyusun siap

menerima kritik dan saran yanng diberikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Subandi, M. A. (2014). Interaksi Dinamis Penderita Gangguan Psikotik. BUletin


Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Madavolume 22, NO. 2,, 87.

Chotim, M., Christiana, R., & Pratama, A. H. (2012). Pelatihan Kecakapan Vokasional
Untuk Meningkatkankemandirian Sosial Ekonomi Individu Eks Psikotik Di Upt.
Jurnal psikologi.

Hadiyanti, P. (2015, 4). Academia.edu. Retrieved 1 2018, from Academia.edu Web


site: https://www.academia.edu/5924220/Word_gangguan_psikotik

Ina. (2013, 3). Retrieved 1 Minggu, 2018, from Scribd:


https://www.scribd.com/doc/157822436/Referat-Gangguan-Psikotik

Labellepansa, A. (2011). Sistem Penalaran Berbasis Aturan Dan Kasus Untuk


Diagnosa Gangguan Kejiwaan Psikosis. Jurnal Psikologi.

12

Anda mungkin juga menyukai