Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah KLB Kelompok 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

T&P BIMBINGAN DAN KONSELING LINTAS BUDAYA


“KEBUDAYAAN DAN KOMUNIKASI SEBAGAI ELEMEN KEBUDAYAAN”
DOSEN PENGAMPU : Dr. Baiq Mahyatun. M.Pd.Kons

Kelompok 3

1. Aidil Zaky_200101001
2. Jamilah _ 200101007
3. M. Zikrullah _ 200101009
4. M. Isroni_200101012
5. Mustari Irawan_ 200101020
6. Patih Ardi Salim_ 200101024
7. Wida Siswanti_ 200101029

UNIVERSITAS HAMZANWADI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

TAHUN 2022

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “KEBUDAYAAN DAN
KOMUNIKASI SEBAGAI ELEMEN KEBUDAYAAN”. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah T&P KONSELING LINTAS
BUDAYA.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

Pancor,18 Oktober 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
PEMBAHASAN ................................................................................................................1
1. Komunikasi Antar-Budaya, Stereotipe, dan Prasangka...........................................1
2. Komunikasi Non – Verbal dan Bahasa sebagai Ekspresi kebudayaan ...................1
3. Bahasa sebagai kendala dan pengaruh kebudayaan.................................................3
4. Kontak Antar-Budaya dan Imigrasi & Akulturasi...................................................3
5. Asimilasi dan Identitas Budaya...............................................................................4
6. Membangun Kebudayaan dan Identitas Sub-Kelompok.........................................4
7. Multikultularisme dan Komunikasi Antar Budaya..................................................5

iii
PEMBAHASAN
“ KEBUDAYAAN DAN KOMUNIKASI SEBAGAI ELEMEN KEBUDAYAAN “
1. Komunikasi Antar-Budaya, Stereotipe, dan Prasangka
Definisi komunikasi (communication) dalam kamus lengkap bahasa Inggris, yaitu: “Dictionary
of the English Language” dimana makna komunikasi yang diharapkan sebagian atau bersama -
sama memberikan pemahaman dari berbagai konteks budaya. Komunikasi itu sendiri dikaitkan
dengan unsur-unsur budaya dengan berbagai studi model-model komunikasi yang berbeda. Kita
dapat mempelajari berbagai studi perbedaan komunikasi dan budaya serta berbagai keterampilan
yang dibutuhkan secara efektif dalam komunikasi lintas budaya. Adapun komponen-komponen
komunikasi adalah: sumber - Source, sandi - encoding, message, saluran - channel, bunyi - noise,
penerima – receiver, penerimaan respon sandi - decoding, receiver response, umpan balik -
feedback, dan konteks -context.
Adapun pendekatan-pendekatan studi komunikasi dan budaya, di antaranya:
(a) internasional,
(b) global
(c) lintas-budaya
(d) inter-kultural.
Dan adapun pendekatan komunikasi (communication approach), yang deskripsi oleh Chen
(1989, 1990) lebih banyak didasari pada identifikasi keterampilan-keterampilan yang sama
dalam komunikasi, yaitu: (a) kekuatan pribadi, (b) keterampilan-keterampilan komunikasi, (c)
penyesuaian psikologis, dan (d) kesadaran budaya. Adapun Rintangan-rintangan komunikasi
(communication barriers) interkultural menurut LaRay M. Barna (1997), menunjukkan ada enam
rintangan komunikasi interkultural, yaitu: (a) kecemasan, (b) menyamakan sesuatu padahal
sebenarnya berbeda, (c) etnosentrisme, dan (d) stereotipe dan prasangka.
2. Komunikasi Non – Verbal dan Bahasa sebagai Ekspresi kebudayaan
Dalam pembahasan ini, bagaimana kita melihat cara yang berbeda dalam komunikasi
nonverbal. Adapun pesan nonverbal dalam suatu budaya akan diperlihatkan saling berhubungan
dengan faktor-faktor lain dalam budaya itu, yaitu:
a. Perilaku Nonverbal sebagai Isyarat (Nonverbal Behaviors as Cues)
Beberapa dasar perilaku nonverbal nampaknya menjadi isyarat yang reliable sebagai sikap
pandang seseorang karena mereka nampaknya menjadi “pembicara” (spoken) internasional.
Studi tentang anak - anak yang lahir tuli dan buta menunjukkan bahwa walaupun kurang
dipelajari secara sosial, mereka tersenyum, tertawa, dan menangis dengan cara-cara yang sama
dengan bayi yang dapat mendengar dan melihat orang dewasa.

iv
b. Komunikasi Nonverbal sebagai Komunikasi intensional (Nonverbal Communication as
Intentional Communication)
Komunikasi nonverbal biasa digunakan dengan intensional sebagai pengguna suatu simbul tanpa
bicara (nospoken) untuk komunikasi suatu pesan yang bersifat khusus. Mendefinisikan
komunikasi nonverbal sebagai perbuatan dan attribute manusia yang secara sosial bermakna,
adalah intensional atau ditaksirkan secara disengaja, dengan sadar dikirim atau dengan sadar
diterima, dan memiliki potensi untuk feedback dari penerima.
Salah satu cara untuk mendemontrasikan bagaimana komunikasi nonverbal bisa digunakan
secara intensional untuk mengkomunikasikan pesan yang dilihat pada fungsi secara khusus yang
dibentuk melalui komunikasi nonverbal, yaitu:
 Menggantikan pesan percakapan (Replacing spoken messages)
 Pengiriman pesan yang tidak enak (Sending uncomfortable messages)
 Membentuk kesan yang memandu komunikasi (Forming impressions that guide
communication)
 Membuat hubungan yang bersih (Making relationships clear)
 Mengatur Interaksi (Regulating interaction)
 Penguatan dan memodifikasi pesan verbal (Reinforcing and modifying verbal messages)

c. Mengetahui Budaya melalui Pesan Non-verbal (Knowing culture through Nonverbal


Messages).
Budaya dapat di artikan sebagai suatu sistem yang saling berhubungan: setiap aspek budaya
berhubungan dengan aspek lain dari budaya itu. Kita akan melihat banyak pesan nonverbal
digunakan dalam suatu budaya yang berhubungan secara konsisten dengan aspek budaya lain.
Dalam suatu pengertian selanjutnya, aspek lain dari budaya itu diungkapkan pada komunikasi
nonverbal.
d. Misinterpretasi Non-verbal sebagai rintangan (Nonverbal Misinterpretations as a Barrier).
Judee Burgoon (1986) telah mengidentifikasi dua perspektif dalam komunikasi nonverbal: Dia
menulis bahwa banyak komunikasi nonverbal sudah secara consensus mengenali makna dan
konsistens digunakan dengan budaya dan seperti halnya format vocabulary pada simbul
nonverbal.
e. Kode-kode Pesan Non-verbal (Nonverbal Message Codes).
Berbagai macam komunikasi nonverbal memberikan banyak perhatian melalui wisatawan dan
peneliti seperti: (1) proxemics, (2) kinesics, (3) chronemics, (4) paralanguage, (5) silence, (6)
haptics, (7) clothing and physical appearance, (8) olfactics, dan (9) oculesics.
f. Dari Perspektif Budaya Interkultural (From The Intercultural Perspectif)
Ketika kita belajar untuk berkomunikasi, kita tidak hanya belajar suatu bahasa percakapan tetapi
juga berbagai cara-cara yang lain yang dikomunikasikan orang - orang artinya di dalam budaya
kita. Komunikator menggunakan kedua-duanya yang pesan lisan dan gaya nonverbal untuk
komunikasi dan pendengar mengharapkan untuk menerima kedua macam pesan selama
percakapan.
g. Mengenal Budaya Melalui Bahasa (Knowing Culture Through Language)
Beberapa ahli bahasa, terutama sarjana Perserikatan Soviet yang terdahulu,
belajar behasa dari suatu perspektif budaya dan antropologi. Sarjana ini mencoba

v
untuk mencari kembali asal- muasal dari semua bahasa dunia ke bahasa ibu atau tetap
kembali ke bahasa pertama manusia. Studi mereka tentang asal mula bahasa di
dasarkan pada dua asumsi, yaitu: bahwa bahasa adalah dinamis selalu berubah dan
bahwa hubungan antara bunyi terhadap kata dan pengertiannya berubah-ubah.

3. Bahasa sebagai kendala dan pengaruh kebudayaan


Ada lima elemen-elemen yang bersifat khas yang menyebabkan terjadinya permasalahan dalam
menterjemahkan adalah kekurangan pada ekuivalensi tata bahasa (vocabulary), idiom-idiom,
grammar dan syntaksis (syntax), pengalaman, dan konsep - konsep. Suatu waktu, terjemahan
tidak dapat membuat kata demi kata (word for word) berdasarkan, karena kata –kata ada dalam
satu bahasa mungkin tidak ada dalam bahasa yang lain.
4. Kontak Antar-Budaya dan Imigrasi & Akulturasi
Ada bebarapa yang terjadi ketika seseorang dari budaya yang berbeda berintraksi dengan orang
lain. Pertama ,memfokuskan pada difusi, atau penyebaran praktik-praktik dari satu budaya lain.
Kedua bagaimana mengidentifikasi tentang peranan proses difusi dan karakteristik yang paling
memungkinkan untuk digunakan dalam praktik-praktik yang bersifat paling terbaru. Contohnya
tentang kunci kunci keberhasilan difusi adalah pengadaptasian ke dalam praktik-praktik yang
terbaru untuk menerima budaya yaitu pemasaran simbol-simbol budaya amerika seperti Coca-
cola dan McDonald’s.

Di dalam suatu cara yang sama, adalah semua hal yang telah di kenal tentang kontak orang-orang
eropa dengan orang-orang aborigin Australia. 18 tahun setalah kapten Cook yang mendarat
pertama dipantai timur Australia adalah kapten Arthur Philip dengan 11 kapal dan bawaan
mereka adalah para narpidana/tawanan yang ditetapkan oleh pemerintah inggris untuk
menempati pantai pelaabuhan Sydney dalam bulan januari, 1778.

Salah satu hasil kontak antara budaya adalah melalui interaksi suatu budaya yang mungkin
mempelajari dan mengadopsi praktik-praktik tertentu terhadap budaya lain. Salah satu contoh
yang signifikan pada adopsi praktik-praktik terbaru yang di hasilkan dari pelayaran Colombus’s
yang menghubungkan dua bagian dunia yang terpisah dalam satu titik yaitu Dunia Lampau
dengan Dunia yang Baru.

vi
Kunjungan wistawan suatu Negara untuk periode waktu yang singkat adalah seperti mencapai
tujuan relaksasi dan pencerahan diri. Apakah setiap individu termasuk budaya asli sebagai
persinggahan atau sebagai kaum imigran, maka goncangan budayalah sebagai kemungkinan
jawaban yang pertama.

Pada saat ini, sekitar 100 juta orang hidup diluar negeri kelahiran mereka sendiri. Kaum migrant
hanya memperlihatkan sedikit prosentase terhadap populasi dunia. Seorang yang bermigrasi
dengan berbagai alasan yang beragam dari melarikan diri dari peperangan atau penganiayaan
untuk mencari kesempatan ekonomi yang lebih baik, dari konflik ke kelebihan tenaga
kerja/buruh.

Sekarang ini, perjalan internasional adalah akan menjadi lebih lazim. Beberapa orang akan
menetap disuatu Negara untuk waktu yang singkat, yang lainnya mungkin menetap lebih lama
lagi atau bahkan untuk selamanya. Jika sesorang hidup dalam suatu budaya baru untuk beberapa
waktu (khususnya beberapa bulan atau lebih), individu itu umumnya mengalami goncangan
budaya. Goncangan budaya adalah digunakan untuk mendiskripsikan suatu perasaan cemas dan
disorientasi yang terdapat dalam kehidupan suatu budaya baru.

5. Asimilasi dan Identitas Budaya


Budaya dalam budaya adalah sering kali berdasarkan atas kelas sosial dan ekonomi, etnik, ras,
atau wilayah geografisnya. Budaya dalam budaya adalah bermanfaat yang mencakup relatifitas
jumlah yang besar terhadap seseorang dan mewakili akumulasi generasi manusia yang bekerja
keras. Kesadaran akan budaya dalam budaya adalah mengkritisi keterampilan komunikasi
interkultural. Di dalam pembahasan ini, kita akan membaca sekitar beberapa budaya dalam
budaya yang menimbulkan imigrasi ke dalam budaya Amerika Serikat.
Pertama, akan melihat dua kelompok-kelompok imigran baru, sementara bagaimana keberadaan
marginalisasinya. Dan kedua, anda akan mereviu tentang sejarah imigrasi Asian ke dalam
budaya Amerika Serikat.
Iu Mien dan Hmong adalah kaum imigran yang baru saja diterima yang disebut dengan orang
yang sangat ill-prepared (siap menderita) dan sesungguhnya kaum imigran ke Amerika Serikat.
Tran Minh Tung (1990: 335) mendeskripsikan bahwa kelompok-kelompok budaya ke dalam
Cambodian, Laotian, Hmong, dan pengungsi Vietnam kebanyakan beresiko untuk marginalisasi,
yaitu:
- Newcomers (pendatang baru)
- Refugee teenagers (pengungsi belasan tahun)
- Elderky refugees (pengungsi Tua)
- Rural refugees (pengungsi pedalaman)
Agama merupakan suatu hal yang terpenting bagi orang Iu Mien. Satu tradisinya adalah buku-

vii
buku nenek moyang (ancestor books). Teks tua ini berisikan silsilah nenek moyang yang
diturunkan ke keluarga dari generasi ke generasi. Buku itu juga berisikan intruksi-intruksi ritual
yang beragam. The Hmong diartikan secara harfiah (literally) adalah sebagai “manusia
bebas” (free men) juga dikenal sebagai Montagnards.

6. Membangun Kebudayaan dan Identitas Sub-Kelompok


Nama-nama dan label-label adalah menjadi penting karena mereka dapat membantu
mendefinisikan suatu identitasnya. African-American adalah satu kelompok label yang
mempunyai peralihan waktu. Dimasa lalu, seseorang menggunakan kata-kata Negroes dan
Blacks. Sekarang banyak orang-orang menggunakan kata African-American. Label ini
merefleksikan sejarah dan pengalaman African-American di Amerika Serikat. African-American
mengalami perbudakkan, pemisahan (pemisahan dari budaya dominan), pengintegrasian (suatu
akhir separasi dan memaksa interaksi dengan budaya dominan), dan menjadi budaya dalam suatu
budaya.
Sub kelompok biasanya tidak melibatkan jumlah yang sama besarnya terhadap orang-orang
sebagai budaya dan tidak perlu menggangap sebagai akumulasi nilai - nilai dan pola-pola tingkah
laku dari generasi ke generasi dalam cara yang sama seperti budaya. Yang ada dalam budaya,
sub-kelompok memberikan kepada anggota - anggota dengan nilai-nilai dan pola-pola perilaku
yang relatif komplit.
Mengingat bahwa bahasa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh budaya. Tiap - tiap bahasa adalah
bersifat unik. Refleksi suatu bahasa bagaimana pembicara melihat suatu realitas, dan sebaliknya,
bahasa mengontrol bagaimana pembicara menerima dan merasakan suatu realitas. Kita mungkin
juga mengingat bahwa budaya dan sub budaya memiliki bahasa mereka sendiri, demikian pula
sub-kelompok memiliki cara yang khusus dalam berkomunikasi yang disebut dengan bahasa
(Argot) – pronounced AR-go, yang secara khusus merupakan pembendaharaan kata/kosa kata.
Pada masa silam, pembendaharaan kata yang khusus memiliki suatu jenis yang disebut “Jargon”,
‘Cant”,“Slang”. Bagimanapun, bahasa adalah suatu istilah yang mencakup pemaknaan dan tidak
memiliki makna yang negatif sebagaimana yang dimiliki oleh beberapa kata yang lain. Argot
memiliki dua fungsi, yaitu: (1) membantu anggota sub-kelompok menciptakan suatu perasaan
identitas sub-kelompok, dan (2) membantu para anggota mengetahui siapa anggota kelompok
dan siapa yang bukan anggota kelompok.
7. Multikultularisme dan Komunikasi Antar Budaya
Multikulturalisme atau kemajemukan budaya (berasal dari kata "multi" dan "kultural"; yang
berarti "budaya yang majemuk") adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan
perbedaan. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan individu dengan individu lain atau
perbedaan nilai-nilai yang dianut, seperti perbedaan sistem, budaya, agama, kebiasaan, dan
politik.Komunikasi antar budaya merupakan suatu proses penyataan atau transmisi oleh
seseorang ( individu ) beberapa orang kepada orang ( kelompok ) kepada orang lain melalui

viii
media yang bersifat intensional yang menimbulkan efek dan membawa misi atau tujuan
tertentu,yang dilakukan suatu perencanaan dan dalam konteks antarbudaya ( SastroAtmodjo ;
2021 ). Atau Komunikasi Antarbudaya didefinisikan sebagai situasi komunikasi antara individu-
individu atau kelompok yang memiliki asal-usul bahasa dan budaya yang berbeda. Ini berasal
dari definisi dasar berikut: komunikasi adalah hubungan aktif yang dibangun antara orang
melalui bahasa, dan sarana antarbudaya bahwa hubungan komunikatif adalah antara orang-orang
dari budaya yang berbeda, di mana budaya merupakan manifestasi terstruktur perilaku manusia
dalam kehidupan sosial dalam nasional spesifik dan konteks lokal, misalnya politik, linguistik,
ekonomi, kelembagaan, dan profesional.
Homogenitas budaya adalah relatif jarang di dunia sekarang ini. Homogenitas etnis di Itali,
Jepang, Norway, dan sedikitnya dari negara lain sudah terbentuk pada abad yang silam.
Multikulturalisme Australia didorong secara individual untuk menegaskan perbedaan budaya
dan dinyatakan memiliki kekuatan yang sama dan bersifat respektif di antara kelompok.
Terminilogi tentang Etnisdan kelompok etnis menjadi bagian dari percakapan politik nasional
Australia. Kallens mendahului pluralisme budaya saat ini membicarakan multikuturlisme.
Hollinger (1995) telah mendiskripsikan tentang isu-isu seperti Twosided konfrontasi antara
mereka yang mendukung pluralisme budaya di dasarkan pada peradaban Barat dan mereka yang
memperkenalkan perbedaan budaya yang beragam. Edith Folb (1994: 426), memperdebatkan
bahwa kebanyakan masyarakat memiliki status hirarki dan kekuasaan. Kelompok-kelompok
non-dominan adalah mereka yang tidak secara historis atau tradisional telah secara terus menerus
mengakses atau mempengaruhi atau dengan institusi budaya-budaya yang dominan. Beberapa
permasalahan praktis komunikasi interkultural adalah diperlihatkan oleh imigrasi dan
multikulturalisme. Pertama, adanya suatu goncangan budaya dan dengan itu, ada efek-efek
keterampilan terhadap bahasa. Amerika Serikat telah mendiskripsikan sebagai masyarakat
multikultural. Dalam masa yang silam, orang-orang berakulturasi (adjusted) ke masyarakat
Amerika dengan asimilasi ke dalam budaya yang dominan.
Aspek-aspek komunikasi pada budaya ini termasuk penggunaan standar bahasa Inggris,
mengarahkan kontak mata, kontak pisik yang terbatas, dan mengawasi ungkapan emosional.
Komunikasai Antar-Budaya (Intercultural Communication).
Beragam pendekatan komunikasi antar-budaya dalam organisasi adalah dinyatakan secara tidak
langsung oleh Adler’s (1980: 447) terdapat tiga model-model managemen antar-budaya:
a. Model budaya dominan, tak ada yang mengakui nilai-nilai budaya yang berbeda. Budaya
dalam budaya dan sub-kelompok mungkin mengalami perlawanan yang sungguh-sungguh dalam
organisasi jenis ini.
b. Model kompromi budaya, adalah persamaan antara kelompok yang berbeda budaya yang
membentuk inti dari kebijakan organisasi dan praktik. Dengan adat istiadat (culturally) yang
berbeda wilayah adalah dihormati.
c. Model sinergi budaya, adalah didasari melebihi dari budaya individual terhadap anggota-
anggota organisasi. Perbedaannya adalah digunakan sebagai sumber daya dalam mendesain dan
mengembangkan organisasi. Kekuatan model ini adalah menghasilkan jangkauan kebijakkan
lebih luas dan praktik serta menghilangkan sedikit konplik.

ix
DAFTAR PUSTAKA
Adhiputra, A.A.Ngurah (2013) KONSELING LINTAS BUDAYA. Edisi Pertama, 2013, - (-). GRAHA ILMU, Ruko
Jambusari No. 7 A Yogyakarta. ISBN 978-979-756-962-4

Djafar, W. S. (2013). Komunikasi Antarbudaya: Berbagi Budaya Berbagi Makna. Farabi (e-
Journal) , 10(1), 1-14.

Anda mungkin juga menyukai