Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Materi Puisi Kelas 8

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Puisi, Jenis, Struktur & Unsur

Pembentuknya | Bahasa Indonesia Kelas 8


Jenis-Jenis Puisi
1. Puisi Naratif
Puisi naratif adalah puisi yang mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Puisi naratif terbagi
menjadi dua, yaitu balada dan romansa. Balada adalah jenis puisi yang bercerita tentang orang-
orang perkasa maupun tokoh pujaan. Contoh puisi balada ini pernah ditulis oleh W.S. Rendra yang
berjudul Balada Orang-Orang Tercinta. Sementara itu, romansa adalah jenis puisi yang bercerita
tentang kisah percintaan, dan diselingi perkelahian atau petualangan. Contohnya puisi karya Sitor
Situmorang yang berjudul Lagu Gadis Itali.

2. Puisi Lirik
Puisi lirik adalah puisi yang mengungkapkan berbagai perasaan penyairnya. Puisi lirik dibagi
menjadi tiga macam, yaitu elegi, serenada, dan ode.
Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka dari si penyairnya. Contohnya, Elegi
Jakarta I karya Asrul Sani.
Serenada adalah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan. Nyanyian serenada ini tepat
dinyanyikan pada waktu senja. Contohnya puisi Serenada Biru karya W.S. Rendra.
Ode merupakan jenis puisi yang berisi pujian yang dapat ditunjukkan untuk seseorang, suatu hal,
maupun suatu keadaan. Contohnya, puisi yang ditulis oleh Chairil Anwar yang berjudul Diponegoro.

3. Puisi Deskriptif
Puisi deskriptif adalah puisi di mana penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap suatu
keadaan, peristiwa, benda, maupun suasana yang menarik perhatiannya. Puisi deskriptif terbagi
menjadi dua, yaitu satire dan puisi kritik sosial.
Satire adalah puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan,
tetapi dengan cara menyindir atau menyatakan hal yang sebaliknya. Contohnya, puisi karya KH A
Mustofa Bisri yang berjudul Negeriku. Sementara itu, puisi kritik sosial juga merupakan jenis puisi
yang mengungkapkan ketidakpuasan penyair terhadap suatu keadaan, tetapi dengan cara
membeberkan atau menyebarkan ketidakadilan yang terjadi. Contohnya, puisi yang berjudul Aku
Tulis Pamplet Ini karya W.S. Rendra.

Bentuk Penyampaian Puisi


Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menyampaikan puisi, seperti membacakan
puisi, deklamasi puisi, atau bisa juga dalam bentuk pertunjukan puisi. Lalu, bedanya apa,
ya?

1. Membacakan Puisi
Sesuai dengan namanya ya, membacakan puisi berarti menyampaikan puisi dengan
bahasa lisan atau melalui ucapan. Saat membacakan puisi, teks puisi bisa dibawa ke atas
pentas. 

2. Deklamasi Puisi
Deklamasi puisi adalah menyampaikan puisi secara lisan juga, namun bedanya,
penyampaiannya dilakukan dengan penuh penghayatan dan luapan kejiwaan, bisa disertai
dengan gerakan tangan atau kaki. Nah, saat kamu ingin mendeklamasikan puisi, kamu
nggak perlu membawa teks puisi, melainkan harus dihafal.

3. Pertunjukkan Puisi
Penyampaian puisi dalam bentuk pertunjukkan dibagi menjadi musikalisasi puisi dan
dramatisasi puisi. Pada musikalisasi puisi, kamu akan mengubah puisi menjadi sebuah lagi.
Oleh karena itu, penyampaian puisi dan irama lagu harus memiliki keselarasan, supaya
lebih hikmat didengar. Selain itu, dramatisasi puisi dilakukan dengan memperagakan atau
memerankan tokoh sesuai peristiwa yang ada di dalam puisi itu sendiri. Dramatisasi puisi
bisa dilakukan secara individu maupun berkelompok layaknya pementasan drama.

Unsur Pembentuk Puisi


Oke, setelah kamu mengetahui pengertian, jenis, dan bentuk penyampaian puisi, sekarang, mari kita
simak apa saja unsur-unsur pembentuk puisi, ya.
1. Majas dan Irama
Teks puisi merupakan teks atau karangan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyairnya
dengan mengutamakan keindahan kata-kata. Teks puisi mengutamakan majas dan juga irama.
Majas (figurative language) adalah bahasa kias yang dipergunakan untuk menciptakan kesan
tertentu bagi penyimak atau pembacanya. Untuk menimbulkan kesan-kesan tersebut, bahasa yang
dipergunakan berupa perbandingan, pertentangan, perulangan, dan perumpamaan. Majas yang
biasanya digunakan adalah majas personifikasi, majas paralelisme, majas metafora, majas
hiperbola, dan majas perumpamaan.
Irama (musikalitas) adalah alunan bunyi yang teratur dan berulang-ulang. Irama berfungsi untuk
memberi jiwa pada kata-kata dalam sebuah puisi yang pada akhirnya dapat membangkitkan emosi
tertentu seperti sedih, kecewa, marah, rindu, dan bahagia.

2. Penggunaan Kata-Kata Konotasi


Kata konotasi adalah kata yang bermakna tidak sebenarnya. Kata itu telah mengalami
penambahan-penambahan, baik itu berdasarkan pengalaman, kesan, maupun imajinasi, dan
perasaan penyair. Puisi memang banyak menggunakan kata-kata bermakna konotatif. Hal itu
merupakan kiasan atau merupakan suatu perbandingan.

3. Kata-Kata Berlambang
Lambang atau simbol adalah sesuatu seperti gambar, tanda, ataupun kata yang menyatakan
maksud tertentu. Misalnya, rantai dan padi kapas dalam gambar Garuda Pancasila, tunas kelapa
sebagai lambang Pramuka. Lambang-lambang itu menyatakan arti tertentu yang bisa dipahami
umum.
Untuk kata-kata dalam puisi, seperti kata putih yang melambangkan kesucian atau kebersihan,
bunga yang melambangkan kecantikan, api yang melambangkan kemarahan, dan baja yang
melambangkan kekuatan atau ketangguhan.

4. Pengimajinasian dalam Puisi


Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi.
Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu
yang diungkapkan penyair. Kata-kata yang digunakan penyair membuat pembaca seolah-olah
mendengar suara (imajinasi auditif), melihat benda-benda (imajinasi visual), atau meraba dan
menyentuh benda-benda (imajinasi taktil).

Struktur Batin Puisi


1. Tema
Tema adalah gagasan pokok yang ingin diungkapkan oleh penyair. Tema biasanya tersirat dalam
keseluruhan isi puisi. Tema yang diungkapkan merupakan penggambaran suasana batin atau juga
berupa respons penyair terhadap kenyataan sosial budaya.

2. Nada dan Suasana


Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana adalah keadaan jiwa
pembaca setelah membaca puisi akibat psikologis yang ditimbulkan puisi terhadap pembaca. Nada
dan suasana puisi saling berkaitan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya.

3. Perasaan dalam Puisi


Puisi mengungkapkan perasaan dari penyair. Jika penyair hendak mengungkapkan keindahan
alam, maka sebagai sarana ekspresi ia akan menggunakan imaji-imaji, majas serta diksi yang
mewakili makna tentang keindahan alam.

4. Amanat
Amanat merupakan suatu pesan yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya. Pesan tersebut
dihadirkan dalam ungkapan yang tersembunyi. Amanat akan selaras dengan tema dari puisi
tersebut.

Strukrur Fisik Puisi


1. Tipografi (bentuk puisi)
merupakan teknik penulisan dalam puisi. Tipografi merupakan pembeda yang paling awal yang dapat
dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi ataupun drama. Baris-baris dalam puisi membentuk
sebuah periodisitas yang disebut bait. Tipografi merupakan aspek bentuk visual yang berupa tata
hubungan, susunan baris dan ukiran bentuk yang dipergunakan untuk mendapatkan kesan menarik agar
indah dipandang. Tujuan tipografi dalam puisi adalah untuk keindahan indrawi dan untuk mendukung
pengedepanan makna rasa dan suasana puisi.
2. Diksi (pilihan kata)
Pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya
sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih
secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi,
dan urutan kata.
3. Imaji
Kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan,
pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji
penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca
seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. Pengimajinasian
dalam puisi berguna untuk memberi gambaran yang jelas menimbulkan suasana khusus membuat
hidup gambaran dalam pikiran dan pengindraan serta untuk menarik perhatian dan memberikan kesan
mental atau bayangan visual penyair menggunakan gambaran-gambaran angan.
4. Kata Konkret
Kata yang dapat ditangkap dengan indra yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini
berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata konkret “salju” melambangkan kebekuan
cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain. Sedangkan kata konkret “rawa-rawa” dapat melambangkan
tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain. Kata konkret merupakan syarat terjadinya
pengimajian atau pencitraan.
5. Gaya bahasa (Majas)
Penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi
tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna
atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapun macam-macam majas antara lain
metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme,
antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, dan paradoks.
6. Rima/Irama
Persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup onomatope
(tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.); bentuk intern
pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak
penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya; pengulangan kata atau ungkapan (ritma) merupakan tinggi
rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

Anda mungkin juga menyukai