Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

2 Selasa Asam Sitrat

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 101

BUKTI ACC LAPORAN OLEH ASISTEN

BUKTI ACC LAPORAN OLEH DOSEN


LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BIOPROSES

Materi :

Asam Sitrat

Group :

2 Selasa

Anggota : 1. Cindy Nabila Salim (NIM 21030120130072)


2. Imanuel Davin Setiawan (NIM 21030120140196)
3. R. Kesawa Raafi Harjuno (NIM 21030120140079)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI
TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Laporan praktikum Asam Sitrat yang disusun oleh:


Kelompok : 2 Selasa
Anggota : 1. Cindy Nabila Salim (NIM 21030120130072)
2. Imanuel Davin Setiawan (NIM 21030120140196)
3. R. Kesawa Raafi Harjuno (NIM 21030120140079)

Telah diterima dan disetujui oleh Dr. Aprilina Purbasari, S.T., M.T. selaku dosen
pengampu pada:
Hari :
Tanggal :

Semarang, 25/10/2021
Mengetahui,
Dosen Pengampu

(Dr. Aprilina Purbasari, S.T., M.T.)


NIP. 197604161999032002

ii
RINGKASAN

Asam sitrat (C6H8O7, 2 – hydroxy – 1,2,3 – propane tricarboxylic acid),


konstituen alami dan metabolit umum tumbuhan dan hewan, adalah asam organik
yang paling serbaguna dan banyak digunakan di bidang pangan (60%) dan farmasi
(10%). Mikroba penghasil asam sitrat yang efisien adalah salah satu masalah utama
dalam mencapai efektivitas biaya produksi asam sitrat. Aspergillus niger telah
digunakan selama 50 tahun terakhir sebagai produsen komersial asam sitrat. Tujuan
dalam praktikum ini adalah untuk membuat asam sitrat dari buah alpukat pada media
semi-padat dengan cara fermentasi, mempelajari pengaruh perbedaan variabel
kuantitas KH2PO4 dan urea terhadap asam sitrat yang dihasilkan, dan mempelajari
pengaruh waktu fermentasi terhadap pH.
Asam sitrat adalah salah satu asam organik penting dalam kehidupan manusia.
Asam sitrat dapat ditemukan dalam buah – buahan bergenus Citrus. Asam sitrat dapat
diproduksi dengan proses sintesis secara kimiawi, ekstraksi dari buah – buahan, dan
pemanfaatan aktivitas mikroorganisme melalui proses fermentasi. Aspergillus niger
merupakan salah satu mikroorganisme yang paling sering digunakan pada sintesis
komersial asam sitrat, karena hasil produksinya yang baik, mudah ditangani, dapat
memfermentasi berbagai bahan baku, dan menghasilkan yield yang tinggi. Hal-hal
yang berpengaruh pada hasil asam sitrat adalah waktu, mikroba, konsentrasi gula
awal, pH, pemberian oksigen, nutrien, dan suhu.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan adalah buah alpukat, bekatul,
sekam padi, urea, KH2PO4, MgSO4.7H2O, HCl, Aspergillus niger, Ca(OH)2, H2SO4,
NaOH, aquadest, CH3COOH, dan alkohol. Alat-alat yang digunakan dalam
percobaan adalah petridish, beaker glass, erlenmeyer, gelas ukur, buret, statif, klem,
pipet, inkubator fase semi padat, dan oven. Prosedur praktikum yang dilakukan, yaitu
sterilisasi alat, penyiapan media berupa fermentasi pada media semi padat, dan
analisa hasil.
Pengaruh waktu terhadap pH dan pada data yang didapatkan sudah sesuai
dengan teori, dimana semakin lama proses fermentasi dilakukan pH akan semakin
turun. Hal tersebut disebabkan oleh terjadinya akumulasi asam sitrat yang terbentuk.
Selain itu, anomali kenaikan pH disebabkan oleh karena pelepasan proton oleh spora
Aspergillus niger. Pengaruh waktu terhadap volume titran (NaOH) yang dibutuhkan
yaitu sebanding dan pada data yang diperoleh sudah sesuai teori, artinya semakin
lama proses fermentasi maka volume titran yang dibutuhkan semakin banyak pula. Hal
tersebut disebabkan karena kebutuhan volume titran yaitu volume NaOH juga semakin
banyak pada saat titrasi asam sitrat. Perbedaan penambahan KH2PO4 pada tiap
variabel pun dapat memengaruhi kadar asam sitrat yang terbentuk. Konsentrasi
optimum KH2PO4 yang dapat diberikan berdasarkan hasil percobaan yaitu sekitar
4,762 % w/w. Pada penambahan KH2PO4 sendiri harus tepat karena apabila terlalu
banyak dapat menyebabkan fiksasi CO2, sedangkan jika terlalu sedikit dapat
menyebabkan kurangnya nutrien dalam media dan juga ketidakstabilan pH media.
Perbedaan penambahan urea pada tiap variabel pun dapat memengaruhi kadar asam
sitrat yang terbentuk. Konsentrasi optimum urea yang dapat diberikan berdasarkan
hasil percobaan yaitu sekitar 6,977 % w/w. Pada penambahan urea sendiri juga harus
tepat karena apabila terlalu banyak akan menyebakan produksi asam sitrat tidak
optimum karena peningkatan jumlah mikroba tidak disertai penambahan nutrisi.
Beberapa saran yang dapat diberikan dalam praktikum ini adalah ditambahkan
jenis mikroba yang digunakan dan pengaruh jenis fermentasi terhdap jumlah asam
sitrat pada variasi variabel, menggunakan bahan baku dari bagian tumbuhan lain
yang juga memiliki kadar gula untuk dilakukan proses fermentasi, melakukan
pengontrolan pH menggunakan asam lemah seperti CH3COOH agar penurunan pH
stabil dan tidak terlalu drastis, serta mencoba metode ekstraksi untuk proses recovery
asam sitrat.

iii
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat melaksanakan sebuah
praktikum dan menyelesaikannya dengan baik hingga menjadi sebuah laporan
praktikum materi asam sitrat. Laporan yang kami susun dengan sistematis dan sebaik
mungkin ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Bioproses Tahun
Ajaran 2021/2022.
Dengan terselesaikannya laporan resmi praktikum ini, maka tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
laporan ini, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. Ing. Suherman, S.T., M.T. selaku Kepala Departemen Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.
2. Dr. Ing. Ir. Silviana, S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng. selaku penanggung jawab
Laboratorium Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Undip.
3. Dr. Aprilina Purbasari, S.T., M.T. selaku dosen pengampu materi asam sitrat.
4. Fitra Adami selaku koordinator asisten Laboratorium Mikrobiologi Industri
Teknik Kimia Undip.
5. Sabrina Rahmi Adiyar dan Silvia Ariyani M. selaku asisten pengampu materi asam
sitrat.
6. Asisten-asisten Laboratorium Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Undip.
7. Orang tua yang selalu mendoakan kelancaran kuliah kami.
8. Teman-teman yang saling membantu dalam menyelesaikan laporan resmi
praktikum ini.
Demikian laporan yang kami buat, mohon kritik dan sarannya atas kekurangan
dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
dan bagi kami selaku praktikan.

Semarang, 1 Oktober 2021

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
RINGKASAN ............................................................................................................. iii
PRAKATA .................................................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Praktikum ....................................................................................... 2
1.4 Manfaat Praktikum ..................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3
2.1 Pengertian Asam Sitrat ............................................................................... 3
2.2 Teori Aspergillus niger ............................................................................... 4
2.3 Reaksi Pembuatan Asam Sitrat dan Pemurniannya .................................... 5
2.4 Hal - hal yang Berpengaruh ....................................................................... 5
2.5 Fungsi Nutrient ........................................................................................... 6
2.6 Kandungan Nutrisi Alpukat ........................................................................ 7
2.7 Metode Pembuatan Asam Sitrat ................................................................. 9
2.8 Media Semi-Padat dan Media Cair ........................................................... 10
BAB III METODE PRAKTIKUM .......................................................................... 12
3.1 Rancangan Praktikum .............................................................................. 12
3.1.1 Skema Rancangan Percobaan ......................................................... 12
3.1.2 Variabel Operasi.............................................................................. 13
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan.............................................................. 14
3.2.1 Bahan ............................................................................................... 14
3.2.2 Alat .................................................................................................. 14
3.3 Gambar Alat ............................................................................................. 14
3.4 Prosedur Praktikum .................................................................................. 16
3.4.1 Sterilisasi Alat ................................................................................. 16
3.4.2 Perisapan Media .............................................................................. 16
3.4.3 Analisa Hasil ................................................................................... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 19

v
4.1 Pengaruh Waktu terhadap pH ................................................................... 19
4.2 Pengaruh Waktu terhadap Volume Titran ................................................ 20
4.3 Kadar Optimum KH2PO4 dalam Pembuatan Asam Sitrat ........................ 21
4.4 Kadar Optimum Urea dalam Pembuatan Asam Sitrat .............................. 22
BAB V PENUTUP..................................................................................................... 24
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 24
5.2 Saran ........................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 25
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan nutrisi alpukat per 100 gram ..................................................... 9


Tabel 3.1 Gambar alat ................................................................................................ 14

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur asam sitrat ................................................................................... 3


Gambar 3.1 Skema rancangan proses fermentasi pada media semi-padat ................ 12
Gambar 3.2 Skema rancangan proses analisa hasil..................................................... 13
Gambar 4.1 Grafik hubungan waktu terhadap pH ...................................................... 19
Gambar 4.2 Grafik hubungan waktu terhadap volume titran..................................... 20

viii
DAFTAR LAMPIRAN

LAPORAN SEMENTARA ...................................................................................... A-1


LEMBAR PERHITUNGAN..................................................................................... B-1
LEMBAR KUANTITAS REAGEN ......................................................................... C-1
REFERENSI ............................................................................................................. D-1
LEMBAR ASISTENSI

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asam sitrat (C6H8O7, 2 – hydroxy – 1,2,3 – propane tricarboxylic acid),
konstituen alami dan metabolit umum tumbuhan dan hewan, adalah asam organik
yang paling serbaguna dan banyak digunakan di bidang pangan (60%) dan
farmasi (10%). Asam sitrat terutama digunakan dalam industri makanan karena
rasa asamnya yang enak dan kelarutannya yang tinggi dalam air. Asamsitrat
diterima di seluruh dunia sebagai "GRAS" (Generally Recognized As Safe),
disetujui oleh Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives. Industri
farmasi dan kosmetik membutuhkan 10% dari penggunaannya dan sisanya
digunakan untuk berbagai keperluan lainnya (Vandenberghe et al., 1999).
Mikroba penghasil asam sitrat yang efisien adalah salah satu masalah
utama dalam mencapai efektivitas biaya produksi asam sitrat. Aspergillus niger
telah digunakan selama 50 tahun terakhir sebagai produsen komersial asam sitrat.
Keuntungan utama menggunakan mikroorganisme ini yaitu kemudahan
penanganannya, sifatnya kemampuan untuk memfermentasi berbagai bahan
mentah yang murah, dan hasil yang tinggi. Oleh karena kompleksitas proses
produksi asam sitrat, pemilihan produsen asam sitrat yang efisien bukan satu-
satunya solusi untuk hemat biaya produksi asam sitrat. Namun, mengerti lebih
semua faktor yang saling terkait yang mempengaruhi proses fermentasi, yang
meliputi detail sintesis asam sitrat dan ketergantungannya pada beberapa kondisi
nutrisi untuk pertumbuhan sel dan sintesis asam sitrat sangat penting untuk
diperoleh proses fermentasi hasil tinggi (Ciriminna et al., 2017, dalam Kanti et
al., 2018). Meskipun produksi asam sitrat konvensional dengan metode
submerged menggunakan strain mutan yield tinggi dari Aspergillus niger telah
dioptimalkan, tetapi masih ada ketertarikan untuk mendesain ulang manufaktur
proses tradisional untuk meningkatkan hasil dan selanjutnya meminimalkan
biaya operasi keseluruhan (Kanti et al., 2018).
Permintaan asam sitrat di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2010, tingkat konsumsi asam sitrat oleh industri mencapai 23.993,59
ton dengan tingkat produksi 18.450.120 ton. Hal ini menunjukkan peluang
produksi asam sitrat di pasar. Hampir 70% dari total produksi asam sitrat
digunakan dalam industri makanan dan minuman, 12% untuk industri farmasi,
dan 18% untuk industri lainnya. Penggunaan asam sitrat dalam industri makanan
dan minuman banyak digunakan sebagai acidifying agent. Penambahan zat

1
penyamak menurunkan pH minuman sehingga menghambat pertumbuhan
mikroba (Khusumawati et al., 2019).

1.2 Perumusan Masalah


Asam sitrat dapat diproduksi secara kimiawi dan secara fermentasi serta
memiliki pemanfaatan yang besar di industri. Produksi asam sitrat di Indonesia
masih terbatas menggunakan proses fermentasi permukaan pada media cair dan
dengan tingginya permintaan asam sitrat di dunia industri, maka perlu adanya
peningkatan asam sitrat yang dihasilkan. Maka dalam praktikum ini, praktikan
menganalisa bagaimana pembuatan asam sitrat dari buah alpukat secara
fermentasi, bagaimana pengaruh perbedaan variabel KH2PO4 dan urea pada
pembuatan asam sitrat, dan bagaimana pengaruh waktu terhadap pH pada
pembuatan asam sitrat.

1.3 Tujuan Praktikum


1. Membuat asam sitrat dari alpukat pada media semi-padat dengan cara
fermentasi.
2. Mempelajari pengaruh perbedaan variabel kuantitas KH2PO4 dan urea
terhadap asam sitrat yang dihasilkan.
3. Mempelajari pengaruh waktu fermentasi terhadap pH.

1.4 Manfaat Praktikum


1. Praktikan dapat membuat asam sitrat dari alpukat pada media semi-padat
dengan cara fermentasi.
2 Praktikan dapat memahami pengaruh perbedaan variabel kuantitas
KH2PO4 dan urea terhadap asam sitrat yang dihasilkan.
3 Praktikan dapat memahami pengaruh waktu fermentasi terhadap pH.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Asam Sitrat


Asam sitrat adalah salah satu asam organik penting dalam kehidupan
manusia. Asam sitrat terdapat dalam buah – buahan terutama jeruk, namun juga
banyak terdapat pada nanas, pir dan lainnya. Asam sitrat digunakan sebagai
bahan pengemulsi, antioksidan, plasticizer, dan sebagai pengasam dalam
minuman berkarbonasi, selai, dan jelly. Dalam proses fermentasi, asam sitrat
merupakan produk metabolit primer yang terbentuk dari siklus TCA
(Tricarboxylic Acid Cycle). Sumber karbon utamanya berasal dari glukosa,
dimana 80% glukosa akan dipecah melalui beberapa reaksi dalam lintasan
Embden Meyerhof Parnas (EMP). Produk akhir dari lintasan EMP adalah asam
piruvat, yang kemudian dioksidasi lebih lanjut dan dengan bantuan enzim
dekarboksilase akan membentuk asetat (dekarboksilasi). Melalui ikatan dengan
koenzim-A akan dihasilkan Acetyl-CoA dan selanjutnya bersama oksaloasetat
yang merupakan salah satu senyawa antara siklus TCA terkondensasi akan
membentuk asam sitrat dengan bantuan enzim pengoksidasi nitrat sintase
(Haryani, 2011).
Asam sitrat juga dapat diproduksi dengan reaksi bahan kimia murni. Asam
sitrat pertama kali disintesis secara kimia pada tahun 1880 oleh Grimaux dan
Adam, menggunakan gliserol sebagai bahan baku, tetapi metode ini tidak cukup
kompetitif secara ekonomi dibandingkan dengan rute produksi lain seperti
fermentasi. Oleh karena itu, fermentasi mikroba menjadi pilihan untuk
fermentasi asam sitrat komersial karena lebih berhasil daripada cara kimia. Asam
sitrat multifungsi dan vital di banyak industri. Berbagai macam aplikasi
serbaguna di berbagai industri sejak awal abad kedua puluh telah menciptakan
permintaan asam sitrat yang tinggi secara terus menerus. Produksi asam sitrat di
seluruh dunia pada tahun 2007 adalah 1,6 juta ton, dengan peningkatan
permintaan dan konsumsi tahunan 3,5–4,0% (Anastasssiadis et al., 2008, dalam
Show et al., 2016).

Gambar 2.1 Struktur asam sitrat

3
2.2 Teori Aspergillus niger
Aspergillus niger merupakan salah satu mikroorganisme yang paling sering
digunakan pada sintesis komersial asam sitrat, karena hasil produksinya yang
baik, mudah ditangani, dapat memfermentasi berbagai bahan baku, dan
menghasilkan yield yang tinggi (Show et al., 2015).
Kondisi spora dari Aspergillus niger yaitu licin, tidak berwarna atau kuning
kecoklatan, lemak atau merupakan campuran tiga warna atau lebih, konidia
berkepala hitam coklat/ungu coklat besar dan berbentuk bola. Dalam kepala yang
besar terdapat bubuk bola yang mengembang. Serbuk pada seluruh permukaan
kepalanya kering, menyusut menyerupai kubah dari konidia spora pendek.
Konidia spora terlihat bertangan besar dan berwarna coklat hitam (Wangge et al.,
2012).
Program peningkatan strain merupakan salah satu pendekatan untuk
meningkatkan rendemen asam sitrat. Hal ini dapat ditingkatkan dengan
memodifikasi metabolisme jamur, A. niger (Swain et al., 2012, dalam Agherra
& Bhatt, 2019). Perbaikan strain dapat dicapai dengan proses mutagenesis.
Berbagai mutan strain A. niger diperoleh dan digunakan untuk produksi
komersial asam sitrat (Jialong et al., 2000, dalam Agherra & Bhatt, 2019).
Berbagai parameter perlu diperhitungkan saat memilih strain yang ditingkatkan
yaitu strain harus stabil karakter fisiologis dan biokimia, asam sitrat tidak boleh
digunakan oleh strain untuk tujuan lain, strain tidak boleh menghasilkan asam
metabolik lain seperti oksalat, glukonat, asam malat, dan lain - lain. (Yalcin et
al., 2010, dalam Agherra & Bhatt, 2019). Mutagenesis dapat dicapai dengan cara
fisik, kimia dan dengan kloning gen. Cara fisik yang paling umum yang
digunakan adalah radiasi gamma dan UV. Bahan kimia yang digunakan seperti
dietil sulfonat (DES), N-Metil-N-Nitrosoguanidin, etidium bromida, dll., bahan
tersebut merupakan mutagen kimia yang terkenal (Zia et al., 2010, dalam
Agherra & Bhatt, 2019).

2.3 Reaksi Pembuatan Asam Sitrat dan Pemurniannya


a. Reaksi Pembentukan
(C6H10O5)n(s) + n(H2O)(l) → (C12H22O11)(s)
Karbohidrat Air Sukrosa
(C12H22O11)(s) + (H2O)(l) → (C6H12O6)(s) + (C6H12O5)(s)
Sukrosa Air Glukosa Fruktosa

4
(C6H12O6)(s) + O2(g) → (C6H8O7)(s) + 2(H2O)(l)
Glukosa Oksigen As. Sitrat Air
(Amalia et al., 2019)
b. Reaksi Pemurnian
(C6H8O7)(s) + 3(Ca(OH)2)(l) → (Ca3(C6H5O7)2)(s) + 6(H2O)(l)
As. Sitrat Ca. Hidroksida Ca. Sitrat Air
(Ca3(C6H5O7)2)(s) + 3(H2SO4)(l) → 3(CaSO4)(s) + 2(C6H8O7)(aq)
Ca. Sitrat As. Sulfat Ca. Sulfat As. Sitrat
(C6H8O7)(aq) + 3(NaOH)(aq) → (Na3(C6H8O7))(s) + 3(H2O)(l)
As. Sitrat Na. Hidroksida Na. Sitrat Air
(Mores et al., 2021)

2.4 Hal – hal yang Berpengaruh


a. Waktu
Waktu optimum untuk fermentasi adalah 5-7 hari. Bila kurang dari 7
hari, bahan baku belum terfermentasi semua. Jika lebih lama, asam sitrat
dapat berubah menjadi asam oksalat (Hamad & Sasmita, 2010).
b. Mikroba
Aspergillus niger sejauh ini mempertahankan tempatnya di produksi
asam sitrat karena memiliki keunggulan dibandingkan bakteri lainnya
mikroorganisme seperti Arthrobacter paraffinens, Bacillus licheniformis,
Bacillus subtilis, Brevibacterium flavum, Corynebacterium spp. dan
Penicillium janthinellum (Ikram-ul et al., 2004, dalam Show et al., 2015).
Hal ini disebabkan karena Aspergillus niger mudah ditangani, bisa
difermentasi dengan berbagai bahan baku berbiaya rendah dan
memberikan hasil tinggi (Themelis & Tzanavaras, 2001, dalam Show et
al., 2015).
c. Konsentrasi gula awal
Konsentrasi sumber karbon sangat penting untuk keberhasilan
produksi asam sitrat. Sejak produksi asam sitrat berhubungan langsung
dengan konsentrasi gula, seiring konsentrasi meningkat begitu juga jumlah
asam sitrat yang dihasilkan (Xu et al., 1989, dalam Show et al., 2015).
Namun, hasil menunjukkan bahwa konsentrasi dapat diperoleh dengan 14-
-22% gula. Sebuah studi oleh Xu et al. (1989) dalam Show et al. (2015)
menggunakan sukrosa, glukosa, fruktosa, manosa dan maltosa memperoleh
hasil yang maksimal pada konsentrasi gula 10% (b/v), kecuali glukosa, di

5
mana hasil maksimum 7,5% (b/v) diperoleh (Amenaghawon & Aisien,
2012, dalam Show et al., 2015).
d. pH
Derajat keasaman (pH) pada media mempengaruhi produksi asam
sitrat dari Aspergillus niger karena beberapa enzim yang berperan dalam
siklus TCA (Tricarboxylic acid) sensitif terhadap pH. Produksi asam sitrat
akan optimal dengan pH sekitar 2. Jika kondisi tersebut tidak diperoleh
hasil produksi akan berkurang. Selain itu, pH juga mempengaruhi
morfologi dan produktivitas asam sitrat dari Aspergillus niger dari hasil
data kuantitatif. Morfologi dengan agregat yang kecil dan filamen yang
pendek berkaitan dengan meningkatnya produksi asam sitrat pada pH
sekitar 2,0. Pada pH 1,6 , morfologi jamur akan berkembang abnormal
(bulbous hyphae) dan produksi asam sitrat akan menurun secara drastis.
Pada pH 3,0 agregat mempunyai bentuk perimeter yang lebih panjang dan
terbentuk asam oksalat (Sasmitaloka, 2017).
e. Pemberian Oksigen
Sifat yang sangat aerobik dari bio-produksi asam sitrat membuat
jumlah oksigen yang disuplai menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Oleh
karena itu, tingkat aerasi yang bervariasi dapat berdampak buruk efek pada
kinerja fermentasi dan hasil (Grewal & Kalra, 1995, dalam Show et al.,
2015). Peran aerasi rendah dimaksudkan untuk mengekang pernapasan
aktivitas Aspergillus niger, sehingga menggeser metabolisme dari produksi
biomassa ke sintesis asam sitrat. Disimpulkan juga bahwa aerasi yang lebih
kuat menghasilkan peningkatan sporulasi dan penurunan akumulasi asam
sitrat (Soccol et al., 2006, dalam Show et al., 2015).
f. Suhu
Konsentrasi asam sitrat terbaik sebesar 1,431 g/dm3 diperoleh pada
suhu 30ºC. Ini adalah suhu optimal yang diidentifikasi untuk produksi asam
sitrat. Suhu fermentasi penting karena ketika sel tumbuh di bawah kondisi
suhu yang tidak ideal, mereka menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan
yang buruk dan metabolisme yang terhambat. Produksi asam sitrat dapat
dipengaruhi oleh perkecambahan jamur yang lambat, aktivitas
metabolisme yang lambat, denaturasi enzim dan penurunan viabilitas sel
ketika sel Aspergillus niger diinkubasi pada suhu rendah atau tinggi. Suhu
optimum yang diperoleh dalam penelitian ini sesuai dengan fakta bahwa
jamur berfilamen seperti Aspergillus niger bersifat mesofilik sehingga

6
membutuhkan suhu optimal antara 25 °C dan 35 °C untuk pertumbuhannya
(Shankar & Shivakumar, 2016).

2.5 Fungsi Nutrient


a. Urea
Urea (CO(NH2)2) merupakan salah satu sumber non protein nitrogen
(NPN) yang berbentuk kristal putih, bersifat mudah larut dalam air dan
mengandung 45% nitrogen. Keuntungan urea diantaranya urea mudah larut
dalam air dan mudah diserap. Urea dalam proses fermentasi akan diuraikan
kembali oleh enzim urease menjadi amonia dan karbondioksida,
selanjutnya amonia akan digunakan untuk membentuk asam amino.
Nitrogen dalam media fermentasi mempunyai fungsi fisiologis bagi
mikroorganisme, yaitu sebagai bahan untuk mensintesis protein, asam
nukleat dan koenzim. Penggunaan urea dalam proses fermentasi
mempengaruhi kandungan protein kasar, protein murni, serat kasar, lemak
kasar, dan bahan kering (Purwanti, 2012).
b. MgSO4.7H2O
Magnesium sulfat ialah suatu garam anorganik (senyawa kimia) yang
mengandung magnesium, sulfur dan oksigen, dengan rumus MgSO4. Hal
ini sering ditemui sebagai epsomite mineral sulfat heptahidrat
(MgSO4.7H2O), biasa disebut garam Epsom. Mg2SO4.7H2O berfungsi
sebagai sumber S yang berperan dalam stabilisasi ribosom, stabilisasi
membrane, dan dinding sel (Afid et al., 2016).
c. KH2PO4
KH2PO4 berfungsi sebagai buffer untuk menyeimbangkan pH.
Kandungan kalium dan fosfat pada KH2PO4 berguna untuk memberi nutrisi
sel mikroorganisme serta sebagai elemen kunci dalam pengendalian
metabolism sel, proses transport, dan dibutuhkan pada metabolisme
karbohidrat, KH2PO4 memiliki kandungan berupa unsur K yang tinggi dan
sebagai sumber P. Fungsi KH2PO4 adalah sebagai larutan buffer untuk
menstabilkan pH medium (Afid et al., 2016).
d. H2SO4
Asam sulfat digunakan untuk mengatur pH molases pada tangki
pencampuran dan sterilisasi, serta mengubah endapat kalsium sitrat
menjadi asam sitrat pada tangki asidulator (Pamudji & Rachmadani, 2009).

7
e. Ca(OH)2
Ca(OH)2 atau disebut lime berguna untuk menetralkan cairan asam
sitrat menjadi kalsium sitrat agar dapat dipisahkan dari hasil samping yang
terbentuk (Pamudji & Rachmadani, 2009).
f. NaOH
NaOH digunakan sebagai larutan standar basa untuk mendeteksi
larutan asam sitrat di dalam sampel. NaOH dipilih karena larutan ini cukup
efektif dalam meningkatkan hasil hidrolisis dan relatif lebih murah
dibandingkan dengan reagen kimia lainnya (Gunam et al., 2011).
g. Bekatul
Bekatul berfungsi sebagai medium tumbuh mikroorganisme yang
dapat membantu dalam proses fermentasi, yaitu penguraian senyawa
kompleks seperti selulosa dan lignin menjadi zat-zat lain yang lebih
sederhana. Zat-zat ini selanjutnya akan berguna sebagai bahan makanan
bagi jamur. Kandungan nutrien penting yang terdapat dalam bekatul adalah
vitamin B1, mineral, nitrogen dan serat. Bekatul juga mengandung
sejumlah multi vitamin, asam folat, biotin, kolin, serta asam amino esensial
(Simatupang et al., 2013).
h. Sekam Padi
Sekam padi mengandung lignoselulosa yang tinggi, dimana
lignoselulosa tersebut dapat menjadi sumber glukosa pada pertumbuhan
jamur.Selain itu, sekam yang ditambahkan kedalam media tanam membuat
media menjadi lebih berongga sehingga media tanam menjadi lebih
panjang, sehingga membuat waktu yang dibutuhkan miselium untuk
memenuhi baglog menjadi lebih lama (Muchsin et al., 2017).

2.6 Kandungan Nutrisi Alpukat


Alpukat (Persea americana Mill.) ialah buah tropis dan subtropics yang
berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah. Permintaan terhadap alpukat
mengalami kenaikan du seluruh dunia akibat dari manfaat nutrisi yang baik dan
relevan bagi kesehatan manusia (Araújo et al., 2018). Secara morfologi, buah
alpukat bisa sekecil 120 g dan sebesar 2,5 kg, dapat memiliki permukaan yang
halus atau kasar, kulit yang tebat ataupun tipis. Alpukat memiliki satu biji
namun itu tergantung pada varietasnya (Morton, 2004, dalam Araújo et al.,
2018).

8
Tabel 2.1 Kandungan nutrisi alpukat per 100 gram
Jenis Nutrisi Jumlah
Karbohidrat 8,64 gram
Gula 0,3 gram
Serat 6,8 gram
Protein 1,96 gram
Lemak 15,4 gram
Vitamin A 7 mikrogram
Vitamin B-6 0,29 mikrogram
Vitamin C 8,8 miligram
Kalsium 13 miligram
Potasium 507 miligram
Fosfor 54 miligram
Magnesium 29 miligram
Energi 167 kcal

(USDA, 2011, dalam Araújo et al.,2018)

2.7 Metode Pembuatan Asam Sitrat


Ada tiga metode utama yang tersedia untuk produksi asam sitrat yaitu,
ekstraksi dari buah bergenus Citrus, sintesis kimia dan fermentasi. Baru-baru ini
teknik submerged banyak digunakan untuk produksi asam sitrat. Diperkirakan
bahwa sekitar 80% dari produksi dunia diperoleh dengan submerged
fermentation. Ini juga menghadirkan beberapa keuntungan seperti produktivitas
yang lebih tinggi dan menghasilkan biaya tenaga kerja yang lebih rendah, resiko
kontaminasi yang lebih rendah dan penurunan konsumsi tenaga kerja (Kanse et
al., 2017). Berikut adalah penjelasan dari metode ekstraksi dari buah bergenus
Citrus dan sintesis kimia.
 Ekstraksi dari Buah Bergenus Citrus
Dalam proses ini, buah bergenus Citrus, terutama lemon dicuci yang
dikupas dan dihancurkan di antara pemeras untuk mendapatkan jus. Jus
saringan yang mengandung asam sitrat 3-4% dikapur untuk mendapatkan
kalsium sitrat. Kalsium sitrat dengan asam sulfat untuk membentuk larutan
dari mana asam sitrat dikristalkan (Kanse et al., 2017).

9
 Sintesis Kimia
Dalam proses ini, dua kali lipat hidrogensianida berlebih
ditambahkan dengan cepat ke dalam bubur 15 g dikloroaseton simetris
dalam 10ml. Dalam etanol bersuhu 0 0C, sekitar 100 mg natrium sianida
ditambahkan dan campuran diaduk pada 0-10 0C selama 2 jam dan
kemudian 60 0C selama 2 jam. Setelah pendinginan 250 ml konsentrat
dingin asam klorida terus ditambahkan dengan pengadukan. Larutan
disimpan pada 0 0C semalaman dan akhirnya dididihkan di bawah refluks
selama 24 jam. Asam klorida menguap dan air ditambahkan. Campuran
yang terbentuk diekstraksi dengan eter. Untuk jumlah bahan kimia tersebut
dihasilkan sekitar 117 gram produk (Kanse et al., 2017).

2.8 Media Semi-Padat dan Media Cair


Menurut Juariah dan Sari (2018), media merupakan suatu bahan yang
terdiri atas campuran nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme, baik dalam mengkultur bakteri, jamur, dan mikroorganisme
lain. Suatu media dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan baik bila
memenuhi persyaratan antara lain kelembapan yang cukup, pH yang sesuai,
kadar oksigen baik, media steril dan media harus mengandung semua nutrisi yang
mudah digunakan mikroorganisme. Adapun jenis media pertumbuhan dapat
berupa media semi-padat dan media cair.
1. Media Semi-Padat
Media semi-padat dibuat dengan menambahkan agar-agar. Agar
berasal dari ganggang/alga yang berfungsi sebagai bahan pemadat. Media
semi-padat memiliki komposisi agar (pemadat) yang tidak terlalu tinggi.
Media ini digunakan untuk melihat gerak kuman secara mikroskopik
(Ramadhian, 2015). Penggunaan media semi-padat seperti gel kolagen
dalam biakan sel sangat membantu dalam memahami proses pertumbuhan
suatu jenis sel secara tiga dimensi seperti kelenjar ambing dan papila vateri
dari organ lidah. Berdasarkan hal tersebut, media biakan sel menggunakan
gel kolagen atau agar-agar lunak merupakan media yang cocok untuk
mengamati angiogenesis secara in vitro. Metode ini diharapkan dapat
menyerupai kondisi in vivo, karena secara in vivo angiogenesis sulit
diamati (Harlina et al., 2003). Namun, penggunaan media semi-padat
untuk produksi komersial masih terkendala oleh tingkat produksi plantlet
yang rendah, biaya tenaga kerja yang tinggi, dan kebutuhan ruang yang
lebih banyak (Alkhateeb & Alturki, 2014).

10
2. Media Cair
Pada media cair, di dalamnya tidak ditambahkan dengan zat pemadat.
Media cair digunakan untuk pertumbuhan bakteri, ragi dan mikroalga
(Ramadhian, 2015). Media cair telah digunakan sebagai metode yang
efisien untuk perbanyakan massal yang memfasilitasi otomatisasi dan
pengurangan biaya dan waktu. Keuntungan dari sistem kultur cair adalah
kondisi kultur yang seragam, penggantian media yang mudah tanpa
mengganti wadah, dan sterilisasi dengan ultra-filtrasi dan pembersihan
wadah yang lebih mudah setelah digunakan. Selain itu, dengan media
kultur cair, wadah dengan volume berbeda dapat digunakan, sedangkan
media agar memerlukan kultur permukaan jaringan. Sistem kultur cair
menawarkan banyak keuntungan potensial dibandingkan kultur padat
seperti laju pertumbuhan yang lebih cepat, penyerapan nutrisi yang cepat
oleh jaringan, serta pengenceran penghambat pertumbuhan (fenolat) yang
dilepaskan oleh eksplan sehingga meminimalkan efek negatif pada
pertumbuhan. Jaringan tanaman dari berbagai spesies memiliki kinerja
yang lebih baik dalam media cair daripada pada media padat atau semi-
padat. Namun, kultur cair dicirikan oleh kelembaban tinggi, pertukaran gas
terbatas antara atmosfer internal wadah kultur dan lingkungan sekitarnya,
sehingga dapat menyebabkan gangguan fisiologis seperti hiperhidrisitas
(Alkhateeb & Alturki, 2014).

11
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Rancangan Praktikum


3.1.1 Skema Rancangan Percobaan
a. Fermentasi pada media semi-padat

Sterilisasi Alat

Preparasi buah alpukat sebagai sumber


karbohidrat

Menambahkan MgSO4, KH2PO4, dan


urea sebagai nutrient sesuai variabel

Pengaturan kelembaban media dan pH


pada pH 3

Tutup dengan alumunium foil dan


panaskan hingga 70 oC

Penanaman suspensi spora Aspergillus


niger secara aseptik

Inkubasi selama 7 hari pada 28 – 30 oC

Disaring dan filtrat dites untuk analisis


asam sitrat

Gambar 3.1 Skema rancangan proses pembuatan fermentasi pada


media semi-padat

12
b. Analisa Hasil

Membuat larutan Ca(OH)2

Panaskan filtrat dan tambahkan larutan


Ca(OH)2

Saring endapan yang timbul dan dicuci


dengan air panas 70 oC

Keringkan endapan didalam oven

Dilarutkan dengan H2SO4 encer dan


saring menggunakan kertas saring

Encerkan 1 mL filtrat menjadi 10 mL


dengan aquadest

Titrasi dengan NaOH 0,1 N

Gambar 3.2 Skema rancangan proses analisa hasil


3.1.2 Variabel Operasi
1. Variabel Tetap
Alpukat (20 gram), MgSO4 (1 gram), bekatul (4 gram), sekam padi
(3 gram), pH 3, waktu fermentasi (7 hari).
2. Variabel Bebas
KH2PO4 (1,5 gram, 1,2 gram, dan 1 gram) dan urea (2 gram, 2
gram, dan 1,5 gram).
3. Variabel Respon
Volume titran dan pH.

13
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Alpukat @20 gram 8. Aspergillus niger
2. Bekatul 12 gram 9. Ca(OH)2
3. Sekam padi 9 gram 10. H2SO4
4. Urea 5,5 gram 11. NaOH
5. KH2PO4 3,7 gram 12. Aquadest
6. MgSO4 3 gram 13. CH3COOH
7. HCl 14. Alkohol
3.2.2 Alat
1. Petridish
2. Beaker glass
3. Erlenmeyer
4. Gelas ukur
5. Buret, statif, dan klem
6. Pipet
7. Inkubator fase semi padat
8. Oven

3.3 Gambar Alat


Tabel 3.1 Gambar alat
No Nama Alat Gambar

1. Petridish

2. Beaker glass

14
3. Erlenmeyer

4. Gelas ukur

5. Buret, statif, dan klem

6. Pipet

7. Inkubator untuk fase semi padat

15
8. Oven

3.4 Prosedur Praktikum


3.4.1 Sterilisasi Alat
1. Cuci erlenmeyer sampai bersih dan keringkan.
2. Bungkus erlenmeyer dengan kertas koran dan sterilisasi alat pada
suhu 120-121°C menggunakan autoclave selama ± 15 menit.
3.4.2 Penyiapan Media
Pada percobaan ini dilakukan fermentasi pada media semi-padat :
1. Siapkan buah alpukat yang akan digunakan, kupas dan haluskan
terlebih dahulu lalu airnya dibuang/dituang dengan cara diperas
sampai sedikit kering.
2. Setelah agak kering, timbang buah alpukat sebanyak 20 gram dan
kedalamnya ditambahkan nutrient – nutrient (urea, sekam padi,
bekatul, MgSO4.7H2O, dan KH2PO4) sesuai variabel. Aduk sampai
homogen di dalam erlenmeyer.
3. Tambahkan aquades hingga media menjadi lembab (sampai becek).
4. Atur pH pada pH 3.
5. Tutup menggunakan alumunium foil dan panaskan hingga mencapai
suhu 70oC
6. Biarkan dingin pada suhu kamar. Setelah dingin tanami media
dengan suspensi spora di dalam ruang aseptik. Aduk dengan baik
agar suspensi spora dapat tersebar merata dalam media, lalu tutup
kembali alam aluminium foil.
7. Cara penanaman suspensi spora :
 Menyiapkan kawat osse, bunsen, alkohol, dan HCl
 Semprot ruang aseptik dengan menggunakan alkohol dan
diamkan selama ± 1 menit. Lalu bisa dilakukan penanaman
suspensi spora.

16
 Penanaman suspensi spora dilakukan dengan cara mensterilkan
kawat osse: Panaskan kawat osse menggunakan bunsen,
kemudian memasukkan ke larutan HCl, kemudian panaskan
kawat osse lagi.
 Ambil beberapa kawat osse Aspergillus niger dari biakan
murni yang telah disediakan dan masukkan ke dalam sampel
yang sudah di autoclave, lalu siap diinkubasikan.
 Inkubasikan selama 7 hari pada 28 – 30oC (dalam inkubator
untuk media semi padat).
 Setelah selesai inkubasi, tambahkan aquades ke dalam
erlenmeyer sedikit demi sedikit dan lumat semua isi
erlenmeyer hingga tercampur merata. Volume aquadest yang
ditambahkan maksimal 50 mL.
 Saring dengan kertas saring atau pompa vakum dan filtratnya
di test untuk analisis asam sitratnya.
3.4.3 Analisa Hasil
1. Buat larutan Ca(OH)2 dengan melarutkan 5 gram Ca(OH)2 dengan
aquadest sampai 50 mL. Panaskan filtrat yang diperoleh dari
percobaan di atas sampai 70°C. Tambahkan larutan Ca(OH)2
sebanyak 10 mL (jaga temperatur konstan).
2. Endapan yang timbul cepat-cepat disaring (dalam keadaan panas
70°C), kemudian dicuci dengan air panas 70°C. Endapan tersebut
adalah kalsium sitrat.
3. Keringkan endapan di oven kemudian timbang dan catat beratnya.
4. Endapan tersebut dilarutkan dengan H2SO4 encer sesuai perhitungan
lalu saring dengan kertas saring. Filtratnya merupakan asam sitrat
dan endapannya adalah kalsium sulfat.
5. Untuk mengetahui berat asam sitrat yang diperoleh pada percobaan,
encerkan 1 mL filtrat menjadi 10 mL dengan aquadest, lalu titrasi
dengan NaOH 0,1 N. Catat kebutuhan titran.

* Menghitung kebutuhan H2SO4 encer :


Ca3(C6H5O7)2(s) + 3H2SO4(l) → 3CaSO4(s) ↓ + 2C6H8O7(s)
𝑋𝑔𝑟
= 𝐴 𝑚𝑜𝑙 3𝐴 𝑚𝑜𝑙
𝐵𝑀𝐶𝑎𝑆𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡

Buat larutan H2SO4 dengan melarutkan 5 mL H2SO4 pekat menjadi


100 mL.

17
gram H2SO4 = volume H2SO4 . ρ H2SO4 . kadar H2SO4
= 5 mL . 1,84 gram/cm3 . 98/100
= 9,016 gram
𝑚𝑜𝑙 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝐵𝑀
molar H2SO4 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 𝑉
𝑔𝑟𝑎𝑚
9,016 𝑔𝑟𝑎𝑚/ 98
𝑚𝑜𝑙
= 0,1 𝐿

= 0,92 M
𝑚𝑜𝑙
molar H2SO4 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
3𝐴 𝑚𝑜𝑙
0,92 M = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

V = ………. L = ………. mL

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Waktu terhadap pH


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh grafik hubungan
waktu terhadap pH pada proses fermentasi asam sitrat dari buah alpukat dengan
sumbu x menyatakan waktu dan sumbu y menyatakan pH sebagai berikut.

3
Variabel 1
2
pH

Variabel 2
1 Variabel 3

0
0 1 2 3 4 5 6 7
Waktu (Hari)

Gambar 4.1 Grafik hubungan pH terhadap waktu


Hasil percobaan pengaruh waktu terhadap pH dapat dilihat pada Gambar
4.1. Variabel 1 mengandung 1,5 gram KH2PO4, 1 gram MgSO4, 2 gram urea, 4
gram bekatul, dan 3 gram sekam padi. Variabel 2 mengandung 1,2 gram KH2PO4,
1 gram MgSO4, 2 gram urea, 4 gram bekatul, dan 3 gram sekam padi. Variabel 3
mengandung 1 gram KH2PO4, 1 gram MgSO4, 1,5 gram urea, 4 gram bekatul,
dan 3 gram sekam padi. Pada variabel 1 didapatkan perubahan pH pada hari ke
1, 2, 3, 6, dan 7 secara berturut-turut sebesar 3, 3, 3, 3, dan 2. Pada variabel 2
didapatkan perubahan pH pada hari ke 1, 2, 3, 6, dan 7 secara berturut-turut
sebesar 3, 3, 3, 2, dan 2. Pada variabel 3 didapatkan perubahan pH pada hari ke
1, 2, 3, 6, dan 7 secara berturut-turut sebesar 3, 3, 4, 3, dan 2. Dalam rentang
waktu 7 hari, variabel 1, 2 dan 3 secara umum menujukkan penurunan, namun
pada hari ke -3 variabel 3 mengalami kenaikan pH, kemudian turun lagi pada hari
ke -6.
Aktivitas metabolisme mikroba menyebabkan pH media berubah terus
menerus, terutama karena sekresi asam organik seperti asam sitrat, dan asam
glukonat dan asam oksalat yang tidak diinginkan. Aktivitas metabolisme
mikroba seperti spesies Aspergillus, Rhizopus dan Penicillium mampu
menurunkan pH dengan cepat hingga di bawah 3, sedangkan jamur lain seperti
spesies Sporotrichum dan Pleurotus menghasilkan pH yang lebih stabil antara 4

19
dan 5 (del Campo et al., 2006, dalam Show et al., 2015). PH media fermentasi
paling berpengaruh selama sporulasi dan fase produksi. Pada tahap
perkecambahan, spora yang berkecambah menyerap amonia dan melepaskan
proton, sehingga meningkatkan keasaman medium dan mendukung produksi dari
asam sitrat. Pada pH rendah sekitar kurang dari 2, pembentukan produk yang
tidak diinginkan seperti asam oksalat dan glukonat dihambat, dan kemungkinan
kontaminasi oleh mikroorganisme juga berkurang, membuat pemulihan asam
sitrat asam lebih mudah (Max et al. 2010 dalam Show et al., 2015).
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan sudah
sesuai dengan teori yang ada. Fermentasi ketiga variabel dimulai dari rentang pH
3 yang merupakan kondisi dimana Aspergillus niger dapat tumbuh dengan baik.
Seiring berjalannya waktu fermentasi, asam sitrat yang dihasilkan oleh
Aspergillus niger semakin bertambah banyak yang menyebabkan pH larutan
akan semakin menurun. Selain itu, kenaikan pH pada variabel 3 di hari ke -3
disebabkan karena proses perkecambahan Aspergillus niger, dimana pada proses
tersebut spora Aspergillus niger melepaskan proton yang dapat menaikkan pH
media.

4.2 Pengaruh Waktu terhadap Volume Titran


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh grafik hubungan
waktu terhadap volume titran pada proses fermentasi asam sitrat dari buah
alpukat dengan sumbu x menyatakan waktu dan sumbu y menyatakan volume
titran sebagai berikut.

12

10
Volume Titran (mL)

6 Variabel 1
Variabel 2
4 Variabel 3

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Waktu (Hari)

Gambar 4.2 Grafik hubungan waktu terhadap volume titran

20
Hasil percobaan pengaruh waktu terhadap volume titran dapat dilihat pada
Gambar 4.2. Pada variabel 1 didapatkan volume titran pada hari ke 1, 2, 3, 6, dan
7 secara berturut-turut sebesar 1,1 mL, 2,7 mL, 3,8 mL, 8,8 mL, dan 10,5 mL.
Pada variabel 2 didapatkan perubahan pH pada hari ke 1, 2, 3, 6, dan 7 secara
berturut-turut sebesar 1,6 mL, 2,5 mL, 4 mL, 7,8 mL, dan 10,6 mL. Pada variabel
3 didapatkan perubahan pH pada hari ke 1, 2, 3, 6, dan 7 secara berturut-turut
sebesar 1,7 mL, 2,9 mL, 4,6 mL, 9,2 mL, dan 11,2 mL. Ketiga variabel tersebut
mengalami kenaikan volume titran yang dibutuhkan untuk menitrasi asam sitrat
seiring dengan bertambahnya waktu dalam rentang waktu 7 hari.
Konsentrasi asam sitrat yang dihasilkan oleh aktivitas Aspergillus niger
akan meningkat seiring bertambahnya waktu. Produksi asam sitrat dimulai
sekitar 18 jam dari inokulasi. Produksi asam sitrat tinggi, melebihi di semua
percobaan 100 g/l pada waktu 150 jam fermentasi. Tingkat produksi asam sitrat
meningkat seiring konsentrasi NH4+ dalam fermentasi mengalami penurunan
sedang ke level sangat rendah setelah jam ke-36 dari inokulasi (Papagianni &
Mattey, 2006). Titrasi asam basa atau titrasi netralisasi perlu dilakukan untuk
mengetahui jumlah asam sitrat yang dihasilkan dari proses fermentasi. Pada
titrasi asam basa, asam dititrasi dengan basa atau sebaliknya (Hillerich, 2018).
Dalam titrasi asam sitrat, NaOH yang merupakan salah satu basa kuat menjadi
titrannya.
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan sudah
sesuai dengan teori yang ada. Ketiga variabel mengalami peningkatan
konsentrasi asam sitrat seiring bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan oleh
akumulasi asam sitrat akibat aktivitas perombakan karbohidrat oleh Aspergillus
niger.

4.3 Kadar Optimum KH2PO4 dalam Pembuatan Asam Sitrat


Kalium dan fosfat dalam KH2PO4 dianggap sebagai nutrisi peningkat
pertumbuhan dan agen penyangga yang mempertahankan nilai yang diinginkan
dari pH. Oleh karena itu, jumlah yang wajar harus digunakan secara berurutan
untuk menjaga pH substrat dalam kisaran yang diinginkan (Imandi et al., 2008;
Ali et al., 2011, dalam Mostafa & Alamri, 2012). Berbagai konsentrasi KH2PO4
(0,05–0,30 g/l) diuji untuk mengidentifikasi konsentrasi fosfor optimum untuk
memproduksi asam sitrat. Tingkat produksi asam sitrat tertinggi (80,6 g/l) dan
produktivitas (0,559 g/l/jam) diperoleh dengan penambahan 0,1 g/l KH2PO4 ke
dalam media produksi. Seperti yang diharapkan, gula yang dikonsumsi
berkorelasi positif dengan produksi asam sitrat (Mostafa & Alamri, 2012).

21
Pembatasan fosfor dapat memiliki efek menguntungkan pada hasil asam sitrat,
sementara konsentrasi tinggi fosfat menyebabkan penurunan fiksasi karbon
dioksida, dimana berdampak negatif karena meningkatkan pembentukan asam
gula tertentu (Mourya & Jauhri, 2000; Zhang & Roehr, 2002, dalam Mostafa &
Alamri, 2012). Di sisi lain, Haq et al. melaporkan bahwa produksi maksimum
asam sitrat dicapai pada 0,1% (dalam Mostafa & Alamri, 2012).
Pada percobaan ini, variabel 1, 2, dan 3 diberikan penambahan KH2PO4
masing – masing secara berurutan sebanyak 1,5 gram, 1,2 gram, dan 1 gram. Jika
dikonversi pada 100 gram buah alpukat, maka didapatkan hasil pada variabel 1,
2, dan 3 masing – masing secara berurutan sebanyak 7,5 gram/100 gram alpukat
(6,977 % w/w), 6 gram/100 gram alpukat (5,66 % w/w), dan 5 gram/100 gram
alpukat (4,762 % w/w). Dari data variabel yang didapatkan dapat disimpulkan
bahwa semua variabel sudah melewati kondisi konsentrasi optimal dari
penambahan KH2PO4.
Pada percobaan didapatkan volume titran tertinggi pada variabel 3
sebanyak 11,2 mL di hari ke-7. Hal ini sesuai dengan teori, dimana pada variabel
1 dan 2 dimungkinkan terjadinya fiksasi CO2 akibat kadar KH2PO4 yang berlebih
dan menyebabkan terhambatnya pembentukan asam sitrat. Dapat disimpulkan
bahwa kadar optimum KH2PO4 yang diperoleh dari percobaan sebesar 4,762 %
w/w, dimana kadar tersebut melebihi kadar optimum pada teori.

4.4 Kadar Optimum Urea dalam Pembuatan Asam Sitrat


Produksi asam sitrat secara langsung dipengaruhi oleh sumber nitrogen.
Secara fisiologis, biasanya digunakan garam ammonium, misalnya urea,
amonium sulfat, amonium chlorure, pepton, ekstrak biji - bijian, dan lain - lain.
Konsumsi nitrogen menyebabkan penurunan pH, poin yang sangat penting dalam
fermentasi asam sitrat (Rohr et al., 1983; Kubicek & Rohr, 1986, dalam
Vandenberghe et al., 1999 ). Namun, perlu untuk mempertahankan nilai pH
terlebih dahulu pada hari pertama fermentasi sebelum menentukan jumlah
tertentu produksi biomassa. Urea memiliki efek tampon, yang menjamin kontrol
pH (Raimbault, 1980, dalam Vandenberghe et al., 1999). Konsentrasi sumber
nitrogen yang dibutuhkan untuk fermentasi asam sitrat adalah 0,1-0,4 N.
Konsentrasi nitrogen yang tinggi meningkatkan jamur pertumbuhan dan
konsumsi gula, tetapi mengurangi jumlah asam sitrat yang dihasilkan (Hang et
al., 1977, dalam Vandenberghe et al., 1999).
Pada percobaan ini, variabel 1, 2, dan 3 diberikan penambahan urea masing
– masing secara berurutan sebanyak 2 gram, 2 gram, dan 1,5 gram. Jika

22
dikonversi pada 100 gram buah alpukat, maka didapatkan hasil pada variabel 1
dan 2 sebanyak 10 gram/100 gram alpukat (9,091 % w/w), sedangkan untuk
variabel 3 sebesar 7,5 gram/100 gram alpukat (6,977 % w/w). Menurut teori,
didapatkan kadar asam sitrat optimum sebesar 0,1 – 0,4 N ( 1,633 % w/w – 6,64
% w/w) Dari data variabel yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa semua
variabel sudah melewati kondisi konsentrasi optimal dari penambahan urea.
Menurut hasil percobaan didapatkan volume titran tertinggi pada variabel
3 sebanyak 11,2 mL di hari ke-7. Pada variabel 1 dan 2, urea yang digunakan
terlalu banyak sehingga menyebabkan meningkatnya pertumbuhan mikroba dan
penurunan produksi asam sitrat. Hal ini disebabkan peningkatan pertumbuhan
mikroba tidak disertai penambahan nutrisi, sehingga produksi asam sitrat
menjadi tidak optimum.

23
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pengaruh waktu terhadap pH dan pada data yang didapatkan sudah sesuai
dengan teori, dimana semakin lama proses fermentasi dilakukan pH akan
semakin turun. Hal tersebut disebabkan oleh terjadinya akumulasi asam
sitrat yang terbentuk. Selain itu, anomali kenaikan pH disebabkan oleh
karena pelepasan proton oleh spora Aspergillus niger.
2. Pengaruh waktu terhadap volume titran (NaOH) yang dibutuhkan yaitu
sebanding dan pada data yang diperoleh sudah sesuai teori, artinya semakin
lama proses fermentasi maka volume titran yang dibutuhkan semakin
banyak pula. Hal tersebut disebabkan karena kebutuhan volume titran yaitu
volume NaOH juga semakin banyak pada saat titrasi asam sitrat untuk
menghitung kadar asam sitrat yang dihasilkan.
3. Perbedaan penambahan KH2PO4 pada tiap variabel pun dapat
memengaruhi kadar asam sitrat yang terbentuk. Konsentrasi optimum
KH2PO4 yang dapat diberikan berdasarkan hasil percobaan yaitu sekitar
4,762 % w/w. Pada penambahan KH2PO4 sendiri harus tepat karena apabila
terlalu banyak dapat menyebabkan fiksasi CO2, sedangkan jika terlalu
sedikit dapat menyebabkan kekurangan nutiren dan ketidakstabilan pH.
4. Perbedaan penambahan urea pada tiap variabel pun dapat memengaruhi
kadar asam sitrat yang terbentuk. Konsentrasi optimum urea yang dapat
diberikan berdasarkan hasil percobaan yaitu sekitar 6,977 % w/w. Pada
penambahan urea harus tepat, serta lebih baik jika disertai dengan
penambahan nutrisi. Hal ini dikarenakan urea dapat meningkatkan
pertumbuhan mikroba, namun apabila tidak disertai penambahan nutrisi
akan menyebabkan terhambatnya produksi asam sitrat.

5.2 Saran
1. Sebaiknya ditambahkan jenis mikroba yang digunakan dan pengaruh jenis
fermentasi terhadap jumlah asam sitrat pada variasi variabel.
2. Menggunakan bahan baku dari bagian tumbuhan lain yang juga memiliki
kadar gula untuk dilakukan proses fermentasi.
3. Melakukan pengontrolan pH menggunakan asam lemah seperti CH3COOH
agar penurunan pH stabil dan tidak terlalu drastis.
4. Mencoba metode ekstraksi untuk proses recovery asam sitrat.

24
DAFTAR PUSTAKA

Afid, S.N., Harlia, E., dan Juanda, W. (2016). Potensi Sludge Biogas Dari Feses Sapi
Potong Sebagai Sumber Bakteri Anaerob Penghasil Gas Metana. Students e-
Journal 5(3), 1-8. Diakses dari http://journal.unpad.ac.id
Agherra, P. R. dan Bhatt, N. S. (2019). Citric Acid: Biosynthesis, Properties, and
Application. [e-book]. Mauritius: LAP Lamber Academic Publishing
https://www.researchgate.net/publication/335397181_Citric_Acid_Biosynthesis
_Properties_and_Application [diakses 19 September 2021]
AlKhateeb, A.A. dan Alturki, S.M. 2014. A Comparison of Liquid and Semi-Solid
Cultures on Shoot Multiplication and Rooting of Three Date Palm Cultivars
(Phoenix dactylifera L.) in Vitro. Advances in Environmental Biology, 8(16), 263
– 264. Diakses dari http://www.aensiweb.com/AEB
Amalia, I., Nurnanda, D., Hendrianie, N., dan Darmawan, R. (2019). Proses Pembuatan
Asam Sitrat dari Molasses dengan Metode Submerged Fermentation. Jurnal
Teknik ITS, 8(2), F145 - F149. Doi: 10.12962/j23373539.v8i2.45960
Araújo, R.G., Rodriguez-Jasso, R.M., Ruiz, H.A., Pintado, M.M.E., dan Aguilar C.N.
2018. Avocado by-products: Nutritional and functional properties. Trends in
Food Science & Technology, 80, 51-53. Diakses dari
https://www.sciencedirect.com
Gunam, I. B. W., Wartini, N. M., Anggreni, A. A. M. D., dan Suparyana, P. M. (2011).
Delignifikasi Ampas Tebu Dengan Larutan Natrium Hidroksida Sebelum Proses
Sakaraifikasi secara Enzimatis Menggunakan Enzim Selulase Kasar Dari
Aspergillus Niger FNU 6018. Jurnal Teknologi Indonesia, 34, 24-25. Diakses
dari https://www.researchgate.net
Hamad, A. dan Sasmita, S. C. (2010). Kajian pemanfaatan limbah tepung tapioca
sebagai submerge culture dalam fermentasi asam sitrat. Techno (Jurnal Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto), 11(2), 94-98. Diakses dari
http://www.jurnalnasional.ump.ac.id
Harlina, E., Priosoeryanto, B.P., dan Riadi, Y. 2002. Studi In Vitro Biakan Sel Endotel
Kelinci pada Media Cair dan Semi Padat. Hayati, 10(1), 34. Diakses dari
https://repository.ipb.ac.id
Haryani, K. (2011). Studi Kinetika Pertumbuhan Aspergillus niger pada Fermentasi
Asam Sitrat dari Kulit Nanas dalam Reaktor Air-lift External Loop. Momentum,
7(1), 48 - 52. Diakses dari https://core.ac.uk
Hillerich, J. (2018). Titration Handbook. Third Version. Germany : SI Analytics.

25
Juariah, S. dan Sari, W.P. 2018. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai
Media Alternatif Pertumbuhan Bacillus sp. Jurnal Analis Kesehatan Klinikal
Sains 6 (1), 24-25. Diakses dari http://jurnal.univrab.ac.id
Kanse, N.G., Deepali, M., Kiran, P., Priyanka, B., dan Dhanke, P. 2017. A Review On
Citric Acid Production And Its Applications. International Journal of Current
Advanced Research, 6(9), 5880-5883. Diakses dari https://www.journalijcar.org
Kanti, A., Ilyas, M., Napitupulu, T. P., Idris, dan Sudiana, I M. (2018). Production of
Citric Acids by Aspergillus niger on Sorghum Bagasse. Proceedings of 5th
International Symposium on Innovative Bio-Production Indonesia. Bogor : 10
Oktober 2018. Hal. 15 -16.
Khusumawati, A.D., Hidayat, N., dan Perdani, C.G. (2019). Solid state fermentation of
citric acid production from raja banana peels using Aspergillus niger (effect of
KH2PO4 as phosphate sources). Journal Food Life Science, 3(2), 74-81. Diakses
https://jfls.ub.ac.id
Mores, S., Vandenberghe, L., Magalhães Júnior, A., de Carvalho, J., de Mello, A.,
Pandey, A., dan Soccol, C. (2021). Citric acid bioproduction and downstream
processing : Status, opportunities, and challenges. Bioresource Technology, 320,
124426. Diakses dari https://www.sciencedirect.com
Mostafa, Y. S. dan Alamri S. A. (2012). Optimization of date syrup for enhancement
of the production of citric acid using immobilized cells of Aspergillus niger.
Saudi Journal of Biological Sciences, 19(2), 241-246. Diakses dari
htps://www.sciencedirect.com
Muchsin, A.Y., Murdiono, W.E., dan Maghfoer, M.D. (2017). The Effect of Adding
Rice Husks and Rice Bran on Mycellium Growth and Productivity of White
Oyster Mushroom (Pleurotus ostreatus). PLANTROPICA Journal of
Agricultural Science, 2(1), 30-38. Diakses dari https://jpt.ub.ac.id
Pamudji, A. S. dan Rachmadani, S. (2009). Pabrik asam sitrat dari mollases dengan
menggunakan proses submergered fermentasi dengan menggunakan bakteri
Aspergillus niger. Tugas Akhir. Fakultas Teknik Industri. Institut Teknologi
Sepuluh November, Surabaya.
Papagianni, M. dan Mattey, M. (2006). Morphological development of Aspergillus
niger in submerged citric acid fermentation as a function of the spore inoculum
level. Application of neural network and cluster analysis for characterization of
mycelial morphology. Microb Cell Fact, 5(3). Doi: 10.1186/1475-2859-5-3
Purwanti, F.W. (2012). Kualitas nutrien onggok yang difermentasi Aspergillus niger
dengan penambahan level urea dan zeolit yang berbeda. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

26
Ramadhian, M. R. (2015). Telmisartan menghambat peningkatan kadar TGF-β1 aorta
tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi NaCl 8%. In Seminar Nasional Sains
dan Teknologi VI UNILA.
Sasmitaloka, K. S. (2017). Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus Niger pada Kultivasi
Media Cair. Jurnal Integrasi Proses, 6(3), 116–122. Diakses dari
https://jurnal.untirta.ac.id
Shankar, T. dan Shivakumar T. (2016). Optimization of Citric Acid Production Using
Aspergillus niger Isolated from the Leaf Litter Soil of Sathuragiri Hills.
Universal Journal of Microbiology Research, 4(4), 79-87. Doi :
10.13189/ujmr.2016.040401
Show, P., Oladele, K., Siew, Q., Aziz Zakry, F., Lan, J., dan Ling, T. (2015). Overview
of citric acid production from Aspergillus niger. Frontiers In Life Science, 8(3),
271-283. Doi : 10.1080/21553769.2015.1033653
Simatupang, E., Murniati, dan Sirnaputra, S.I. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis
Bekatul Pada Medium Serbuk Gergaji Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Jurusan Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Riau. Diakses dari https://repository.unri.ac.id
Vandenberghe, L. P. S., Soccol C.R., Pandhey, A., dan Lebeault, J. (1999).
Review:Microbial Production of Citric Acid. Braz. arch. biol. technol., 42(3), 1-
2. Diakses dari https://www.scielo.br
Wangge, E., Suprapta, D., dan Wirya, G. (2012). Isolasi dan Identifikasi Jamur
Penghasil Mikotoksin pada Biji Kakao Kering yang Dihasilkan Di Flores.
Journal Of Agricultural Sciences And Biotechnology, 1(1), 39 - 47. Diakses dari
http://ojs.unud.ac.id

27
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM BIOPROSES

Materi :

Asam Sitrat

Group :

2 Selasa

Anggota : 1. Cindy Nabila Salim (NIM 21030120130072)


2. Imanuel Davin Setiawan (NIM 21030120140196)
3. R. Kesawa Raafi Harjuno (NIM 21030120140079)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021

A-1
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Membuat asam sitrat dari alpukat pada media semi-padat dengan cara
fermentasi.
2. Mempelajari pengaruh perbedaan variabel kuantitas KH2PO4 dan urea
terhadap asam sitrat yang dihasilkan.
3. Mempelajari pengaruh waktu fermentasi terhadap pH.

II. PERCOBAAN
2.1 Bahan yang Digunakan
1. Alpukat @20 gram 8. Aspergillus niger
2. Bekatul 12 gram 9. Ca(OH)2
3. Sekam padi 9 gram 10. H2SO4
4. Urea 5,5 gram 11. NaOH
5. KH2PO4 3,7 gram 12. Aquadest
6. MgSO4 3 gram 13. CH3COOH
7. HCl 14. Alkohol
2.2 Alat yang Dipakai
1. Petridish
2. Beaker glass
3. Erlenmeyer
4. Gelas ukur
5. Buret, statif, dan klem
6. Pipet
7. Inkubator untuk fase semi padat
8. Oven

2.3 Cara Kerja


2.3.1 Sterilisasi Alat
1. Cuci erlenmeyer sampai bersih dan keringkan.
2. Bungkus erlenmeyer dengan kertas koran dan sterilisasi alat
pada suhu 120-121°C menggunakan autoclave selama ± 15
menit.
2.3.2 Penyiapan Media
Pada percobaan ini dilakukan fermentasi pada media semi-padat :
a. Siapkan buah alpukat yang akan digunakan, kupas dan
haluskan terlebih dahulu lalu airnya dibuang/dituang dengan
cara diperas sampai sedikit kering.

A-2
b. Setelah agak kering, buah alpukat sebanyak 20 gram dan
kedalamnya ditambahkan nutrient – nutrient (urea, sekam padi,
bekatul, MgSO4.7H2O, dan KH2PO4) sesuai variabel. Aduk
sampai homogen di dalam erlenmeyer.
c. Tambahkan aquades hingga media menjadi lembab (sampai
becek).
d. Atur pH pada pH 3.
e. Tutup menggunakan alumunium foil dan panaskan hingga
mencapai suhu 70 oC.
f. Biarkan dingin pada suhu kamar. Setelah dingin tanami media
dengan suspensi spora di dalam ruang aseptik. Aduk dengan
baik agar suspensi spora dapat tersebar merata dalam media,
lalu tutup kembali alam aluminium foil.
g. Cara penanaman suspensi spora :
 Menyiapkan kawat osse, bunsen, alkohol, dan HCl
 Semprot ruang aseptik dengan menggunakan alkohol dan
diamkan selama ± 1 menit. Lalu bisa dilakukan
penanaman suspensi spora.
 Penanaman suspensi spora dilakukan dengan cara
mensterilkan kawat osse: Panaskan kawat osse
menggunakan bunsen, kemudian memasukkan ke larutan
HCl, kemudian panaskan kawat osse lagi.
 Ambil beberapa kawat osse Aspergillus niger dari biakan
murni yang telah disediakan dan masukkan ke dalam
sampel yang sudah di autoclave, lalu siap diinkubasikan.
 Inkubasikan selama 7 hari pada 28 – 30oC (dalam
inkubator untuk media semi padat).
 Setelah selesai inkubasi, tambahkan aquades ke dalam
erlenmeyer sedikit demi sedikit dan lumat semua isi
erlenmeyer hingga tercampur merata. Volume aquadest
yang ditambahkan maksimal 50 mL.
 Saring dengan kertas saring atau pompa vakum dan
filtratnya di test untuk analisis asam sitratnya.
2.3.3 Analisa Hasil
a. Buat larutan Ca(OH)2 dengan melarutkan 5 gram Ca(OH)2
dengan aquadest sampai 50 mL. Panaskan filtrat yang

A-3
diperoleh dari percobaan di atas sampai 70°C. Tambahkan
larutan Ca(OH)2 sebanyak 10 mL (jaga temperatur konstan).
b. Endapan yang timbul cepat-cepat disaring (dalam keadaan
panas 70°C), kemudian dicuci dengan air panas 70°C. Endapan
tersebut adalah kalsium sitrat.
c. Keringkan endapan di oven kemudian timbang dan catat
beratnya.
d. Endapan tersebut dilarutkan dengan H2SO4 encer sesuai
perhitungan lalu saring dengan kertas saring. Filtratnya
merupakan asam sitrat dan endapannya adalah kalsium sulfat.
e. Untuk mengetahui berat asam sitrat yang diperoleh pada
percobaan, encerkan 1 mL filtrat menjadi 10 mL dengan
aquadest, lalu titrasi dengan NaOH 0,1 N. Catat kebutuhan
titran.

* Menghitung kebutuhan H2SO4 encer :


Ca3(C6H5O7)2(s) + 3H2SO4(l) → 3CaSO4(s) ↓ + 2C6H8O7(s)
𝑋𝑔𝑟
= 𝐴 𝑚𝑜𝑙 3𝐴 𝑚𝑜𝑙
𝐵𝑀𝐶𝑎𝑆𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡

Buat larutan H2SO4 dengan melarutkan 5 mL H2SO4 pekat


menjadi 100 mL.
gram H2SO4 = volume H2SO4 . ρ H2SO4 . kadar H2SO4
= 5 mL . 1,84 gram/cm3 . 98/100
= 9,016 gram
𝑚𝑜𝑙 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝐵𝑀
molar H2SO4 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 𝑉
𝑔𝑟𝑎𝑚
9,016 𝑔𝑟𝑎𝑚/ 98
𝑚𝑜𝑙
= 0,1 𝐿

= 0,92 M
𝑚𝑜𝑙
molar H2SO4 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
3𝐴 𝑚𝑜𝑙
0,92 M = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

V = ………. L = ………. mL

A-4
2.4 Hasil Percobaan

Analisa Hasil

Variabel Parameter Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V Hari VI Hari VII

pH 3 3 3 3 2
1
V titran 1,1 2,7 3,8 8,8 10,5
pH 3 3 3 2 2
2
V titran 1,6 2,5 4 7,8 10,6
pH 3 3 4 3 2
3
V titran 1,7 2,9 4,6 9,2 11,2

Variabel Berat Jumlah (gram) Volume H2SO4 (mL)

Kertas Saring 0,72


1 20,84
Endapan + Kertas Saring 3,9
Kertas Saring 0,75
2 29,22
Endapan + Kertas Saring 5,21
Kertas Saring 0,75
3 25,21
Endapan + Kertas Saring 4,6

Semarang, 21 September 2021


Praktikan ASISTEN

Cindy Nabila S. Imanuel Davin R. Kesawa Raafi Silvia Ariyani M.


21030120130072 21030120140196 21030120140079 21030119120035

A-5
LEMBAR PERHITUNGAN

1. Kebutuhan NaOH
BM NaOH = 40 gram/mol
Volume aquadest = 100 mL
Normalitas NaOH = 0,1 N
𝑤 𝑁𝑎𝑂𝐻 1000
𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 = ×
𝐵𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑉 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑤 𝑁𝑎𝑂𝐻 1000
0,1 𝑁 = ×
40 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 100 𝑚𝐿

w NaOh = 0,4 gram


2. Kebutuhan H2SO4
BM CaSitrat = 498 gram/mol
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐸𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 𝐶𝑎𝑆𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡
= 𝐴 𝑚𝑜𝑙
𝐵𝑀 𝐶𝑎𝑆𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡
Ca3(C6H3O7)2(s) + 3H2SO4 → 3CaSO4 + 2C6H8O7
𝑋 𝑔𝑟
𝐵𝑀 𝐶𝑎𝑆𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡
= 𝐴 𝑚𝑜𝑙 3A 𝑚𝑜𝑙

 Menghitung molaritas H2SO4


massa H2SO4 = V H2SO4 × 𝜌 H2SO4 × kadar H2SO4
= 5 mL × 1,84 gr/cm × 98%
= 9,016 gram
9,016 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙 𝑔𝑟/𝐵𝑀 98 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
M H2SO4 = = = = 0,92 M
𝑉 𝑉 0,1 𝐿
3𝐴 𝑚𝑜𝑙
0,92 𝑀 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
a. Variabel 1
Berat Endapan CaSitrat = 5,03 gram
5,03 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0101 mol
498 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
3 × 0,0101 𝑚𝑜𝑙
0,92 M =
𝑉
Volume H2SO4 = 0,03294 liter = 32,94 ml
b. Variabel 2
Berat Endapan CaSitrat = 5,47 gram
5,47 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,01098 mol
498 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙

B-1
3 × 0,01098 𝑚𝑜𝑙
0,92 M =
𝑉
Volume H2SO4 = 0,03582 liter = 35,82 ml
c. Variabel 3
Berat Endapan CaSitrat = 5,28 gram
5,28 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0106 mol
498 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
3 × 0,0106 𝑚𝑜𝑙
0,92 M =
𝑉
Volume H2SO4 = 0,03457 liter = 34,57 ml

B-2
LEMBAR KUANTITAS REAGEN
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI
TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS DIPONEGORO

PRAKTIKUM KE :2
MATERI : Asam Sitrat
HARI : Selasa
TANGGAL : 21 September 2021
KELOMPOK : 2 Selasa
NAMA : Cindy Nabila Salim
Imanuel Davin Setiawan
R. Kesawa Raafi Harjuno
ASISTEN : Silvia Ariyani M.
KUANTITAS REAGEN:

Sampel : Alpukat @20 gram


Media : Semi-padat
Sekam
KH2PO4 MgSO4 Urea Bekatul Waktu
Variabel Padi pH
(gram) (gram) (gram) (gram) (hari)
(gram)
1 1,5 1 2 4 3 3 7
2 1,2 1 2 4 3 3 7
3 1 1 1,5 4 3 3 7

TUGAS TAMBAHAN:

1. Mencari kandungan nutrisi dari alpukat


2. Mengkaji metode pembuatan asam sitrat selain dengan fermentasi (min. 2)
3. Perbedaan, kelebihan, dan kekurangan media semi-padat dan media cair

Semarang, 16 September 2021


ASISTEN

Silvia Ariyani M.
NIM 21030119120035

C-1
REFERENSI

D-1
D-2
D-3
D-4
D-5
D-6
D-7
D-8
D-9
D-10
D-11
D-12
D-13
D-14
D-15
D-16
D-17
D-18
D-19
D-20
D-21
D-22
D-23
D-24
D-25
D-26
D-27
D-28
D-29
D-30
D-31
D-32
D-33
D-34
D-35
D-36
D-37
D-38
D-39
D-40
D-41
D-42
D-43
D-44
D-45
D-46
D-47
D-48
D-49
D-50
D-51
D-52
D-53
LEMBAR ASISTENSI

DIPERIKSA TANDA
KETERANGAN
NO TANGGAL TANGAN
1 29/09/2021 Revisi P0 :
Perbaiki halaman pengesahan,
ringkasan, prakata, daftar isi,
daftar tabel, daftar lampiran, Bab
1, Bab 2, Bab 3, Bab 4, Bab 5,
daftar pustaka, laporan
sementara, lembar perhitungan,
lembar asistensi

2 30/09/2021 Revisi P1 :
Perbaiki cover, daftar tabel, Bab
1, Bab 2, Bab 3, Lembar
Asistensi

3 01/10/2021 ACC P0 Aslab

4 04/10/2021 P0 Dosen

5 22/10/2021 P1 Dosen

6 25/10/2021 P2 Dosen

Anda mungkin juga menyukai