2 Selasa Asam Sitrat
2 Selasa Asam Sitrat
2 Selasa Asam Sitrat
Materi :
Asam Sitrat
Group :
2 Selasa
Telah diterima dan disetujui oleh Dr. Aprilina Purbasari, S.T., M.T. selaku dosen
pengampu pada:
Hari :
Tanggal :
Semarang, 25/10/2021
Mengetahui,
Dosen Pengampu
ii
RINGKASAN
iii
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat melaksanakan sebuah
praktikum dan menyelesaikannya dengan baik hingga menjadi sebuah laporan
praktikum materi asam sitrat. Laporan yang kami susun dengan sistematis dan sebaik
mungkin ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Bioproses Tahun
Ajaran 2021/2022.
Dengan terselesaikannya laporan resmi praktikum ini, maka tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
laporan ini, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. Ing. Suherman, S.T., M.T. selaku Kepala Departemen Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.
2. Dr. Ing. Ir. Silviana, S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng. selaku penanggung jawab
Laboratorium Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Undip.
3. Dr. Aprilina Purbasari, S.T., M.T. selaku dosen pengampu materi asam sitrat.
4. Fitra Adami selaku koordinator asisten Laboratorium Mikrobiologi Industri
Teknik Kimia Undip.
5. Sabrina Rahmi Adiyar dan Silvia Ariyani M. selaku asisten pengampu materi asam
sitrat.
6. Asisten-asisten Laboratorium Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Undip.
7. Orang tua yang selalu mendoakan kelancaran kuliah kami.
8. Teman-teman yang saling membantu dalam menyelesaikan laporan resmi
praktikum ini.
Demikian laporan yang kami buat, mohon kritik dan sarannya atas kekurangan
dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
dan bagi kami selaku praktikan.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
4.1 Pengaruh Waktu terhadap pH ................................................................... 19
4.2 Pengaruh Waktu terhadap Volume Titran ................................................ 20
4.3 Kadar Optimum KH2PO4 dalam Pembuatan Asam Sitrat ........................ 21
4.4 Kadar Optimum Urea dalam Pembuatan Asam Sitrat .............................. 22
BAB V PENUTUP..................................................................................................... 24
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 24
5.2 Saran ........................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 25
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
penyamak menurunkan pH minuman sehingga menghambat pertumbuhan
mikroba (Khusumawati et al., 2019).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Teori Aspergillus niger
Aspergillus niger merupakan salah satu mikroorganisme yang paling sering
digunakan pada sintesis komersial asam sitrat, karena hasil produksinya yang
baik, mudah ditangani, dapat memfermentasi berbagai bahan baku, dan
menghasilkan yield yang tinggi (Show et al., 2015).
Kondisi spora dari Aspergillus niger yaitu licin, tidak berwarna atau kuning
kecoklatan, lemak atau merupakan campuran tiga warna atau lebih, konidia
berkepala hitam coklat/ungu coklat besar dan berbentuk bola. Dalam kepala yang
besar terdapat bubuk bola yang mengembang. Serbuk pada seluruh permukaan
kepalanya kering, menyusut menyerupai kubah dari konidia spora pendek.
Konidia spora terlihat bertangan besar dan berwarna coklat hitam (Wangge et al.,
2012).
Program peningkatan strain merupakan salah satu pendekatan untuk
meningkatkan rendemen asam sitrat. Hal ini dapat ditingkatkan dengan
memodifikasi metabolisme jamur, A. niger (Swain et al., 2012, dalam Agherra
& Bhatt, 2019). Perbaikan strain dapat dicapai dengan proses mutagenesis.
Berbagai mutan strain A. niger diperoleh dan digunakan untuk produksi
komersial asam sitrat (Jialong et al., 2000, dalam Agherra & Bhatt, 2019).
Berbagai parameter perlu diperhitungkan saat memilih strain yang ditingkatkan
yaitu strain harus stabil karakter fisiologis dan biokimia, asam sitrat tidak boleh
digunakan oleh strain untuk tujuan lain, strain tidak boleh menghasilkan asam
metabolik lain seperti oksalat, glukonat, asam malat, dan lain - lain. (Yalcin et
al., 2010, dalam Agherra & Bhatt, 2019). Mutagenesis dapat dicapai dengan cara
fisik, kimia dan dengan kloning gen. Cara fisik yang paling umum yang
digunakan adalah radiasi gamma dan UV. Bahan kimia yang digunakan seperti
dietil sulfonat (DES), N-Metil-N-Nitrosoguanidin, etidium bromida, dll., bahan
tersebut merupakan mutagen kimia yang terkenal (Zia et al., 2010, dalam
Agherra & Bhatt, 2019).
4
(C6H12O6)(s) + O2(g) → (C6H8O7)(s) + 2(H2O)(l)
Glukosa Oksigen As. Sitrat Air
(Amalia et al., 2019)
b. Reaksi Pemurnian
(C6H8O7)(s) + 3(Ca(OH)2)(l) → (Ca3(C6H5O7)2)(s) + 6(H2O)(l)
As. Sitrat Ca. Hidroksida Ca. Sitrat Air
(Ca3(C6H5O7)2)(s) + 3(H2SO4)(l) → 3(CaSO4)(s) + 2(C6H8O7)(aq)
Ca. Sitrat As. Sulfat Ca. Sulfat As. Sitrat
(C6H8O7)(aq) + 3(NaOH)(aq) → (Na3(C6H8O7))(s) + 3(H2O)(l)
As. Sitrat Na. Hidroksida Na. Sitrat Air
(Mores et al., 2021)
5
mana hasil maksimum 7,5% (b/v) diperoleh (Amenaghawon & Aisien,
2012, dalam Show et al., 2015).
d. pH
Derajat keasaman (pH) pada media mempengaruhi produksi asam
sitrat dari Aspergillus niger karena beberapa enzim yang berperan dalam
siklus TCA (Tricarboxylic acid) sensitif terhadap pH. Produksi asam sitrat
akan optimal dengan pH sekitar 2. Jika kondisi tersebut tidak diperoleh
hasil produksi akan berkurang. Selain itu, pH juga mempengaruhi
morfologi dan produktivitas asam sitrat dari Aspergillus niger dari hasil
data kuantitatif. Morfologi dengan agregat yang kecil dan filamen yang
pendek berkaitan dengan meningkatnya produksi asam sitrat pada pH
sekitar 2,0. Pada pH 1,6 , morfologi jamur akan berkembang abnormal
(bulbous hyphae) dan produksi asam sitrat akan menurun secara drastis.
Pada pH 3,0 agregat mempunyai bentuk perimeter yang lebih panjang dan
terbentuk asam oksalat (Sasmitaloka, 2017).
e. Pemberian Oksigen
Sifat yang sangat aerobik dari bio-produksi asam sitrat membuat
jumlah oksigen yang disuplai menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Oleh
karena itu, tingkat aerasi yang bervariasi dapat berdampak buruk efek pada
kinerja fermentasi dan hasil (Grewal & Kalra, 1995, dalam Show et al.,
2015). Peran aerasi rendah dimaksudkan untuk mengekang pernapasan
aktivitas Aspergillus niger, sehingga menggeser metabolisme dari produksi
biomassa ke sintesis asam sitrat. Disimpulkan juga bahwa aerasi yang lebih
kuat menghasilkan peningkatan sporulasi dan penurunan akumulasi asam
sitrat (Soccol et al., 2006, dalam Show et al., 2015).
f. Suhu
Konsentrasi asam sitrat terbaik sebesar 1,431 g/dm3 diperoleh pada
suhu 30ºC. Ini adalah suhu optimal yang diidentifikasi untuk produksi asam
sitrat. Suhu fermentasi penting karena ketika sel tumbuh di bawah kondisi
suhu yang tidak ideal, mereka menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan
yang buruk dan metabolisme yang terhambat. Produksi asam sitrat dapat
dipengaruhi oleh perkecambahan jamur yang lambat, aktivitas
metabolisme yang lambat, denaturasi enzim dan penurunan viabilitas sel
ketika sel Aspergillus niger diinkubasi pada suhu rendah atau tinggi. Suhu
optimum yang diperoleh dalam penelitian ini sesuai dengan fakta bahwa
jamur berfilamen seperti Aspergillus niger bersifat mesofilik sehingga
6
membutuhkan suhu optimal antara 25 °C dan 35 °C untuk pertumbuhannya
(Shankar & Shivakumar, 2016).
7
e. Ca(OH)2
Ca(OH)2 atau disebut lime berguna untuk menetralkan cairan asam
sitrat menjadi kalsium sitrat agar dapat dipisahkan dari hasil samping yang
terbentuk (Pamudji & Rachmadani, 2009).
f. NaOH
NaOH digunakan sebagai larutan standar basa untuk mendeteksi
larutan asam sitrat di dalam sampel. NaOH dipilih karena larutan ini cukup
efektif dalam meningkatkan hasil hidrolisis dan relatif lebih murah
dibandingkan dengan reagen kimia lainnya (Gunam et al., 2011).
g. Bekatul
Bekatul berfungsi sebagai medium tumbuh mikroorganisme yang
dapat membantu dalam proses fermentasi, yaitu penguraian senyawa
kompleks seperti selulosa dan lignin menjadi zat-zat lain yang lebih
sederhana. Zat-zat ini selanjutnya akan berguna sebagai bahan makanan
bagi jamur. Kandungan nutrien penting yang terdapat dalam bekatul adalah
vitamin B1, mineral, nitrogen dan serat. Bekatul juga mengandung
sejumlah multi vitamin, asam folat, biotin, kolin, serta asam amino esensial
(Simatupang et al., 2013).
h. Sekam Padi
Sekam padi mengandung lignoselulosa yang tinggi, dimana
lignoselulosa tersebut dapat menjadi sumber glukosa pada pertumbuhan
jamur.Selain itu, sekam yang ditambahkan kedalam media tanam membuat
media menjadi lebih berongga sehingga media tanam menjadi lebih
panjang, sehingga membuat waktu yang dibutuhkan miselium untuk
memenuhi baglog menjadi lebih lama (Muchsin et al., 2017).
8
Tabel 2.1 Kandungan nutrisi alpukat per 100 gram
Jenis Nutrisi Jumlah
Karbohidrat 8,64 gram
Gula 0,3 gram
Serat 6,8 gram
Protein 1,96 gram
Lemak 15,4 gram
Vitamin A 7 mikrogram
Vitamin B-6 0,29 mikrogram
Vitamin C 8,8 miligram
Kalsium 13 miligram
Potasium 507 miligram
Fosfor 54 miligram
Magnesium 29 miligram
Energi 167 kcal
9
Sintesis Kimia
Dalam proses ini, dua kali lipat hidrogensianida berlebih
ditambahkan dengan cepat ke dalam bubur 15 g dikloroaseton simetris
dalam 10ml. Dalam etanol bersuhu 0 0C, sekitar 100 mg natrium sianida
ditambahkan dan campuran diaduk pada 0-10 0C selama 2 jam dan
kemudian 60 0C selama 2 jam. Setelah pendinginan 250 ml konsentrat
dingin asam klorida terus ditambahkan dengan pengadukan. Larutan
disimpan pada 0 0C semalaman dan akhirnya dididihkan di bawah refluks
selama 24 jam. Asam klorida menguap dan air ditambahkan. Campuran
yang terbentuk diekstraksi dengan eter. Untuk jumlah bahan kimia tersebut
dihasilkan sekitar 117 gram produk (Kanse et al., 2017).
10
2. Media Cair
Pada media cair, di dalamnya tidak ditambahkan dengan zat pemadat.
Media cair digunakan untuk pertumbuhan bakteri, ragi dan mikroalga
(Ramadhian, 2015). Media cair telah digunakan sebagai metode yang
efisien untuk perbanyakan massal yang memfasilitasi otomatisasi dan
pengurangan biaya dan waktu. Keuntungan dari sistem kultur cair adalah
kondisi kultur yang seragam, penggantian media yang mudah tanpa
mengganti wadah, dan sterilisasi dengan ultra-filtrasi dan pembersihan
wadah yang lebih mudah setelah digunakan. Selain itu, dengan media
kultur cair, wadah dengan volume berbeda dapat digunakan, sedangkan
media agar memerlukan kultur permukaan jaringan. Sistem kultur cair
menawarkan banyak keuntungan potensial dibandingkan kultur padat
seperti laju pertumbuhan yang lebih cepat, penyerapan nutrisi yang cepat
oleh jaringan, serta pengenceran penghambat pertumbuhan (fenolat) yang
dilepaskan oleh eksplan sehingga meminimalkan efek negatif pada
pertumbuhan. Jaringan tanaman dari berbagai spesies memiliki kinerja
yang lebih baik dalam media cair daripada pada media padat atau semi-
padat. Namun, kultur cair dicirikan oleh kelembaban tinggi, pertukaran gas
terbatas antara atmosfer internal wadah kultur dan lingkungan sekitarnya,
sehingga dapat menyebabkan gangguan fisiologis seperti hiperhidrisitas
(Alkhateeb & Alturki, 2014).
11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Sterilisasi Alat
12
b. Analisa Hasil
13
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Alpukat @20 gram 8. Aspergillus niger
2. Bekatul 12 gram 9. Ca(OH)2
3. Sekam padi 9 gram 10. H2SO4
4. Urea 5,5 gram 11. NaOH
5. KH2PO4 3,7 gram 12. Aquadest
6. MgSO4 3 gram 13. CH3COOH
7. HCl 14. Alkohol
3.2.2 Alat
1. Petridish
2. Beaker glass
3. Erlenmeyer
4. Gelas ukur
5. Buret, statif, dan klem
6. Pipet
7. Inkubator fase semi padat
8. Oven
1. Petridish
2. Beaker glass
14
3. Erlenmeyer
4. Gelas ukur
6. Pipet
15
8. Oven
16
Penanaman suspensi spora dilakukan dengan cara mensterilkan
kawat osse: Panaskan kawat osse menggunakan bunsen,
kemudian memasukkan ke larutan HCl, kemudian panaskan
kawat osse lagi.
Ambil beberapa kawat osse Aspergillus niger dari biakan
murni yang telah disediakan dan masukkan ke dalam sampel
yang sudah di autoclave, lalu siap diinkubasikan.
Inkubasikan selama 7 hari pada 28 – 30oC (dalam inkubator
untuk media semi padat).
Setelah selesai inkubasi, tambahkan aquades ke dalam
erlenmeyer sedikit demi sedikit dan lumat semua isi
erlenmeyer hingga tercampur merata. Volume aquadest yang
ditambahkan maksimal 50 mL.
Saring dengan kertas saring atau pompa vakum dan filtratnya
di test untuk analisis asam sitratnya.
3.4.3 Analisa Hasil
1. Buat larutan Ca(OH)2 dengan melarutkan 5 gram Ca(OH)2 dengan
aquadest sampai 50 mL. Panaskan filtrat yang diperoleh dari
percobaan di atas sampai 70°C. Tambahkan larutan Ca(OH)2
sebanyak 10 mL (jaga temperatur konstan).
2. Endapan yang timbul cepat-cepat disaring (dalam keadaan panas
70°C), kemudian dicuci dengan air panas 70°C. Endapan tersebut
adalah kalsium sitrat.
3. Keringkan endapan di oven kemudian timbang dan catat beratnya.
4. Endapan tersebut dilarutkan dengan H2SO4 encer sesuai perhitungan
lalu saring dengan kertas saring. Filtratnya merupakan asam sitrat
dan endapannya adalah kalsium sulfat.
5. Untuk mengetahui berat asam sitrat yang diperoleh pada percobaan,
encerkan 1 mL filtrat menjadi 10 mL dengan aquadest, lalu titrasi
dengan NaOH 0,1 N. Catat kebutuhan titran.
17
gram H2SO4 = volume H2SO4 . ρ H2SO4 . kadar H2SO4
= 5 mL . 1,84 gram/cm3 . 98/100
= 9,016 gram
𝑚𝑜𝑙 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝐵𝑀
molar H2SO4 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 𝑉
𝑔𝑟𝑎𝑚
9,016 𝑔𝑟𝑎𝑚/ 98
𝑚𝑜𝑙
= 0,1 𝐿
= 0,92 M
𝑚𝑜𝑙
molar H2SO4 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
3𝐴 𝑚𝑜𝑙
0,92 M = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
V = ………. L = ………. mL
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3
Variabel 1
2
pH
Variabel 2
1 Variabel 3
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Waktu (Hari)
19
dan 5 (del Campo et al., 2006, dalam Show et al., 2015). PH media fermentasi
paling berpengaruh selama sporulasi dan fase produksi. Pada tahap
perkecambahan, spora yang berkecambah menyerap amonia dan melepaskan
proton, sehingga meningkatkan keasaman medium dan mendukung produksi dari
asam sitrat. Pada pH rendah sekitar kurang dari 2, pembentukan produk yang
tidak diinginkan seperti asam oksalat dan glukonat dihambat, dan kemungkinan
kontaminasi oleh mikroorganisme juga berkurang, membuat pemulihan asam
sitrat asam lebih mudah (Max et al. 2010 dalam Show et al., 2015).
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan sudah
sesuai dengan teori yang ada. Fermentasi ketiga variabel dimulai dari rentang pH
3 yang merupakan kondisi dimana Aspergillus niger dapat tumbuh dengan baik.
Seiring berjalannya waktu fermentasi, asam sitrat yang dihasilkan oleh
Aspergillus niger semakin bertambah banyak yang menyebabkan pH larutan
akan semakin menurun. Selain itu, kenaikan pH pada variabel 3 di hari ke -3
disebabkan karena proses perkecambahan Aspergillus niger, dimana pada proses
tersebut spora Aspergillus niger melepaskan proton yang dapat menaikkan pH
media.
12
10
Volume Titran (mL)
6 Variabel 1
Variabel 2
4 Variabel 3
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Waktu (Hari)
20
Hasil percobaan pengaruh waktu terhadap volume titran dapat dilihat pada
Gambar 4.2. Pada variabel 1 didapatkan volume titran pada hari ke 1, 2, 3, 6, dan
7 secara berturut-turut sebesar 1,1 mL, 2,7 mL, 3,8 mL, 8,8 mL, dan 10,5 mL.
Pada variabel 2 didapatkan perubahan pH pada hari ke 1, 2, 3, 6, dan 7 secara
berturut-turut sebesar 1,6 mL, 2,5 mL, 4 mL, 7,8 mL, dan 10,6 mL. Pada variabel
3 didapatkan perubahan pH pada hari ke 1, 2, 3, 6, dan 7 secara berturut-turut
sebesar 1,7 mL, 2,9 mL, 4,6 mL, 9,2 mL, dan 11,2 mL. Ketiga variabel tersebut
mengalami kenaikan volume titran yang dibutuhkan untuk menitrasi asam sitrat
seiring dengan bertambahnya waktu dalam rentang waktu 7 hari.
Konsentrasi asam sitrat yang dihasilkan oleh aktivitas Aspergillus niger
akan meningkat seiring bertambahnya waktu. Produksi asam sitrat dimulai
sekitar 18 jam dari inokulasi. Produksi asam sitrat tinggi, melebihi di semua
percobaan 100 g/l pada waktu 150 jam fermentasi. Tingkat produksi asam sitrat
meningkat seiring konsentrasi NH4+ dalam fermentasi mengalami penurunan
sedang ke level sangat rendah setelah jam ke-36 dari inokulasi (Papagianni &
Mattey, 2006). Titrasi asam basa atau titrasi netralisasi perlu dilakukan untuk
mengetahui jumlah asam sitrat yang dihasilkan dari proses fermentasi. Pada
titrasi asam basa, asam dititrasi dengan basa atau sebaliknya (Hillerich, 2018).
Dalam titrasi asam sitrat, NaOH yang merupakan salah satu basa kuat menjadi
titrannya.
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan sudah
sesuai dengan teori yang ada. Ketiga variabel mengalami peningkatan
konsentrasi asam sitrat seiring bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan oleh
akumulasi asam sitrat akibat aktivitas perombakan karbohidrat oleh Aspergillus
niger.
21
Pembatasan fosfor dapat memiliki efek menguntungkan pada hasil asam sitrat,
sementara konsentrasi tinggi fosfat menyebabkan penurunan fiksasi karbon
dioksida, dimana berdampak negatif karena meningkatkan pembentukan asam
gula tertentu (Mourya & Jauhri, 2000; Zhang & Roehr, 2002, dalam Mostafa &
Alamri, 2012). Di sisi lain, Haq et al. melaporkan bahwa produksi maksimum
asam sitrat dicapai pada 0,1% (dalam Mostafa & Alamri, 2012).
Pada percobaan ini, variabel 1, 2, dan 3 diberikan penambahan KH2PO4
masing – masing secara berurutan sebanyak 1,5 gram, 1,2 gram, dan 1 gram. Jika
dikonversi pada 100 gram buah alpukat, maka didapatkan hasil pada variabel 1,
2, dan 3 masing – masing secara berurutan sebanyak 7,5 gram/100 gram alpukat
(6,977 % w/w), 6 gram/100 gram alpukat (5,66 % w/w), dan 5 gram/100 gram
alpukat (4,762 % w/w). Dari data variabel yang didapatkan dapat disimpulkan
bahwa semua variabel sudah melewati kondisi konsentrasi optimal dari
penambahan KH2PO4.
Pada percobaan didapatkan volume titran tertinggi pada variabel 3
sebanyak 11,2 mL di hari ke-7. Hal ini sesuai dengan teori, dimana pada variabel
1 dan 2 dimungkinkan terjadinya fiksasi CO2 akibat kadar KH2PO4 yang berlebih
dan menyebabkan terhambatnya pembentukan asam sitrat. Dapat disimpulkan
bahwa kadar optimum KH2PO4 yang diperoleh dari percobaan sebesar 4,762 %
w/w, dimana kadar tersebut melebihi kadar optimum pada teori.
22
dikonversi pada 100 gram buah alpukat, maka didapatkan hasil pada variabel 1
dan 2 sebanyak 10 gram/100 gram alpukat (9,091 % w/w), sedangkan untuk
variabel 3 sebesar 7,5 gram/100 gram alpukat (6,977 % w/w). Menurut teori,
didapatkan kadar asam sitrat optimum sebesar 0,1 – 0,4 N ( 1,633 % w/w – 6,64
% w/w) Dari data variabel yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa semua
variabel sudah melewati kondisi konsentrasi optimal dari penambahan urea.
Menurut hasil percobaan didapatkan volume titran tertinggi pada variabel
3 sebanyak 11,2 mL di hari ke-7. Pada variabel 1 dan 2, urea yang digunakan
terlalu banyak sehingga menyebabkan meningkatnya pertumbuhan mikroba dan
penurunan produksi asam sitrat. Hal ini disebabkan peningkatan pertumbuhan
mikroba tidak disertai penambahan nutrisi, sehingga produksi asam sitrat
menjadi tidak optimum.
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pengaruh waktu terhadap pH dan pada data yang didapatkan sudah sesuai
dengan teori, dimana semakin lama proses fermentasi dilakukan pH akan
semakin turun. Hal tersebut disebabkan oleh terjadinya akumulasi asam
sitrat yang terbentuk. Selain itu, anomali kenaikan pH disebabkan oleh
karena pelepasan proton oleh spora Aspergillus niger.
2. Pengaruh waktu terhadap volume titran (NaOH) yang dibutuhkan yaitu
sebanding dan pada data yang diperoleh sudah sesuai teori, artinya semakin
lama proses fermentasi maka volume titran yang dibutuhkan semakin
banyak pula. Hal tersebut disebabkan karena kebutuhan volume titran yaitu
volume NaOH juga semakin banyak pada saat titrasi asam sitrat untuk
menghitung kadar asam sitrat yang dihasilkan.
3. Perbedaan penambahan KH2PO4 pada tiap variabel pun dapat
memengaruhi kadar asam sitrat yang terbentuk. Konsentrasi optimum
KH2PO4 yang dapat diberikan berdasarkan hasil percobaan yaitu sekitar
4,762 % w/w. Pada penambahan KH2PO4 sendiri harus tepat karena apabila
terlalu banyak dapat menyebabkan fiksasi CO2, sedangkan jika terlalu
sedikit dapat menyebabkan kekurangan nutiren dan ketidakstabilan pH.
4. Perbedaan penambahan urea pada tiap variabel pun dapat memengaruhi
kadar asam sitrat yang terbentuk. Konsentrasi optimum urea yang dapat
diberikan berdasarkan hasil percobaan yaitu sekitar 6,977 % w/w. Pada
penambahan urea harus tepat, serta lebih baik jika disertai dengan
penambahan nutrisi. Hal ini dikarenakan urea dapat meningkatkan
pertumbuhan mikroba, namun apabila tidak disertai penambahan nutrisi
akan menyebabkan terhambatnya produksi asam sitrat.
5.2 Saran
1. Sebaiknya ditambahkan jenis mikroba yang digunakan dan pengaruh jenis
fermentasi terhadap jumlah asam sitrat pada variasi variabel.
2. Menggunakan bahan baku dari bagian tumbuhan lain yang juga memiliki
kadar gula untuk dilakukan proses fermentasi.
3. Melakukan pengontrolan pH menggunakan asam lemah seperti CH3COOH
agar penurunan pH stabil dan tidak terlalu drastis.
4. Mencoba metode ekstraksi untuk proses recovery asam sitrat.
24
DAFTAR PUSTAKA
Afid, S.N., Harlia, E., dan Juanda, W. (2016). Potensi Sludge Biogas Dari Feses Sapi
Potong Sebagai Sumber Bakteri Anaerob Penghasil Gas Metana. Students e-
Journal 5(3), 1-8. Diakses dari http://journal.unpad.ac.id
Agherra, P. R. dan Bhatt, N. S. (2019). Citric Acid: Biosynthesis, Properties, and
Application. [e-book]. Mauritius: LAP Lamber Academic Publishing
https://www.researchgate.net/publication/335397181_Citric_Acid_Biosynthesis
_Properties_and_Application [diakses 19 September 2021]
AlKhateeb, A.A. dan Alturki, S.M. 2014. A Comparison of Liquid and Semi-Solid
Cultures on Shoot Multiplication and Rooting of Three Date Palm Cultivars
(Phoenix dactylifera L.) in Vitro. Advances in Environmental Biology, 8(16), 263
– 264. Diakses dari http://www.aensiweb.com/AEB
Amalia, I., Nurnanda, D., Hendrianie, N., dan Darmawan, R. (2019). Proses Pembuatan
Asam Sitrat dari Molasses dengan Metode Submerged Fermentation. Jurnal
Teknik ITS, 8(2), F145 - F149. Doi: 10.12962/j23373539.v8i2.45960
Araújo, R.G., Rodriguez-Jasso, R.M., Ruiz, H.A., Pintado, M.M.E., dan Aguilar C.N.
2018. Avocado by-products: Nutritional and functional properties. Trends in
Food Science & Technology, 80, 51-53. Diakses dari
https://www.sciencedirect.com
Gunam, I. B. W., Wartini, N. M., Anggreni, A. A. M. D., dan Suparyana, P. M. (2011).
Delignifikasi Ampas Tebu Dengan Larutan Natrium Hidroksida Sebelum Proses
Sakaraifikasi secara Enzimatis Menggunakan Enzim Selulase Kasar Dari
Aspergillus Niger FNU 6018. Jurnal Teknologi Indonesia, 34, 24-25. Diakses
dari https://www.researchgate.net
Hamad, A. dan Sasmita, S. C. (2010). Kajian pemanfaatan limbah tepung tapioca
sebagai submerge culture dalam fermentasi asam sitrat. Techno (Jurnal Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto), 11(2), 94-98. Diakses dari
http://www.jurnalnasional.ump.ac.id
Harlina, E., Priosoeryanto, B.P., dan Riadi, Y. 2002. Studi In Vitro Biakan Sel Endotel
Kelinci pada Media Cair dan Semi Padat. Hayati, 10(1), 34. Diakses dari
https://repository.ipb.ac.id
Haryani, K. (2011). Studi Kinetika Pertumbuhan Aspergillus niger pada Fermentasi
Asam Sitrat dari Kulit Nanas dalam Reaktor Air-lift External Loop. Momentum,
7(1), 48 - 52. Diakses dari https://core.ac.uk
Hillerich, J. (2018). Titration Handbook. Third Version. Germany : SI Analytics.
25
Juariah, S. dan Sari, W.P. 2018. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai
Media Alternatif Pertumbuhan Bacillus sp. Jurnal Analis Kesehatan Klinikal
Sains 6 (1), 24-25. Diakses dari http://jurnal.univrab.ac.id
Kanse, N.G., Deepali, M., Kiran, P., Priyanka, B., dan Dhanke, P. 2017. A Review On
Citric Acid Production And Its Applications. International Journal of Current
Advanced Research, 6(9), 5880-5883. Diakses dari https://www.journalijcar.org
Kanti, A., Ilyas, M., Napitupulu, T. P., Idris, dan Sudiana, I M. (2018). Production of
Citric Acids by Aspergillus niger on Sorghum Bagasse. Proceedings of 5th
International Symposium on Innovative Bio-Production Indonesia. Bogor : 10
Oktober 2018. Hal. 15 -16.
Khusumawati, A.D., Hidayat, N., dan Perdani, C.G. (2019). Solid state fermentation of
citric acid production from raja banana peels using Aspergillus niger (effect of
KH2PO4 as phosphate sources). Journal Food Life Science, 3(2), 74-81. Diakses
https://jfls.ub.ac.id
Mores, S., Vandenberghe, L., Magalhães Júnior, A., de Carvalho, J., de Mello, A.,
Pandey, A., dan Soccol, C. (2021). Citric acid bioproduction and downstream
processing : Status, opportunities, and challenges. Bioresource Technology, 320,
124426. Diakses dari https://www.sciencedirect.com
Mostafa, Y. S. dan Alamri S. A. (2012). Optimization of date syrup for enhancement
of the production of citric acid using immobilized cells of Aspergillus niger.
Saudi Journal of Biological Sciences, 19(2), 241-246. Diakses dari
htps://www.sciencedirect.com
Muchsin, A.Y., Murdiono, W.E., dan Maghfoer, M.D. (2017). The Effect of Adding
Rice Husks and Rice Bran on Mycellium Growth and Productivity of White
Oyster Mushroom (Pleurotus ostreatus). PLANTROPICA Journal of
Agricultural Science, 2(1), 30-38. Diakses dari https://jpt.ub.ac.id
Pamudji, A. S. dan Rachmadani, S. (2009). Pabrik asam sitrat dari mollases dengan
menggunakan proses submergered fermentasi dengan menggunakan bakteri
Aspergillus niger. Tugas Akhir. Fakultas Teknik Industri. Institut Teknologi
Sepuluh November, Surabaya.
Papagianni, M. dan Mattey, M. (2006). Morphological development of Aspergillus
niger in submerged citric acid fermentation as a function of the spore inoculum
level. Application of neural network and cluster analysis for characterization of
mycelial morphology. Microb Cell Fact, 5(3). Doi: 10.1186/1475-2859-5-3
Purwanti, F.W. (2012). Kualitas nutrien onggok yang difermentasi Aspergillus niger
dengan penambahan level urea dan zeolit yang berbeda. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
26
Ramadhian, M. R. (2015). Telmisartan menghambat peningkatan kadar TGF-β1 aorta
tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi NaCl 8%. In Seminar Nasional Sains
dan Teknologi VI UNILA.
Sasmitaloka, K. S. (2017). Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus Niger pada Kultivasi
Media Cair. Jurnal Integrasi Proses, 6(3), 116–122. Diakses dari
https://jurnal.untirta.ac.id
Shankar, T. dan Shivakumar T. (2016). Optimization of Citric Acid Production Using
Aspergillus niger Isolated from the Leaf Litter Soil of Sathuragiri Hills.
Universal Journal of Microbiology Research, 4(4), 79-87. Doi :
10.13189/ujmr.2016.040401
Show, P., Oladele, K., Siew, Q., Aziz Zakry, F., Lan, J., dan Ling, T. (2015). Overview
of citric acid production from Aspergillus niger. Frontiers In Life Science, 8(3),
271-283. Doi : 10.1080/21553769.2015.1033653
Simatupang, E., Murniati, dan Sirnaputra, S.I. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis
Bekatul Pada Medium Serbuk Gergaji Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Jurusan Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Riau. Diakses dari https://repository.unri.ac.id
Vandenberghe, L. P. S., Soccol C.R., Pandhey, A., dan Lebeault, J. (1999).
Review:Microbial Production of Citric Acid. Braz. arch. biol. technol., 42(3), 1-
2. Diakses dari https://www.scielo.br
Wangge, E., Suprapta, D., dan Wirya, G. (2012). Isolasi dan Identifikasi Jamur
Penghasil Mikotoksin pada Biji Kakao Kering yang Dihasilkan Di Flores.
Journal Of Agricultural Sciences And Biotechnology, 1(1), 39 - 47. Diakses dari
http://ojs.unud.ac.id
27
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM BIOPROSES
Materi :
Asam Sitrat
Group :
2 Selasa
A-1
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Membuat asam sitrat dari alpukat pada media semi-padat dengan cara
fermentasi.
2. Mempelajari pengaruh perbedaan variabel kuantitas KH2PO4 dan urea
terhadap asam sitrat yang dihasilkan.
3. Mempelajari pengaruh waktu fermentasi terhadap pH.
II. PERCOBAAN
2.1 Bahan yang Digunakan
1. Alpukat @20 gram 8. Aspergillus niger
2. Bekatul 12 gram 9. Ca(OH)2
3. Sekam padi 9 gram 10. H2SO4
4. Urea 5,5 gram 11. NaOH
5. KH2PO4 3,7 gram 12. Aquadest
6. MgSO4 3 gram 13. CH3COOH
7. HCl 14. Alkohol
2.2 Alat yang Dipakai
1. Petridish
2. Beaker glass
3. Erlenmeyer
4. Gelas ukur
5. Buret, statif, dan klem
6. Pipet
7. Inkubator untuk fase semi padat
8. Oven
A-2
b. Setelah agak kering, buah alpukat sebanyak 20 gram dan
kedalamnya ditambahkan nutrient – nutrient (urea, sekam padi,
bekatul, MgSO4.7H2O, dan KH2PO4) sesuai variabel. Aduk
sampai homogen di dalam erlenmeyer.
c. Tambahkan aquades hingga media menjadi lembab (sampai
becek).
d. Atur pH pada pH 3.
e. Tutup menggunakan alumunium foil dan panaskan hingga
mencapai suhu 70 oC.
f. Biarkan dingin pada suhu kamar. Setelah dingin tanami media
dengan suspensi spora di dalam ruang aseptik. Aduk dengan
baik agar suspensi spora dapat tersebar merata dalam media,
lalu tutup kembali alam aluminium foil.
g. Cara penanaman suspensi spora :
Menyiapkan kawat osse, bunsen, alkohol, dan HCl
Semprot ruang aseptik dengan menggunakan alkohol dan
diamkan selama ± 1 menit. Lalu bisa dilakukan
penanaman suspensi spora.
Penanaman suspensi spora dilakukan dengan cara
mensterilkan kawat osse: Panaskan kawat osse
menggunakan bunsen, kemudian memasukkan ke larutan
HCl, kemudian panaskan kawat osse lagi.
Ambil beberapa kawat osse Aspergillus niger dari biakan
murni yang telah disediakan dan masukkan ke dalam
sampel yang sudah di autoclave, lalu siap diinkubasikan.
Inkubasikan selama 7 hari pada 28 – 30oC (dalam
inkubator untuk media semi padat).
Setelah selesai inkubasi, tambahkan aquades ke dalam
erlenmeyer sedikit demi sedikit dan lumat semua isi
erlenmeyer hingga tercampur merata. Volume aquadest
yang ditambahkan maksimal 50 mL.
Saring dengan kertas saring atau pompa vakum dan
filtratnya di test untuk analisis asam sitratnya.
2.3.3 Analisa Hasil
a. Buat larutan Ca(OH)2 dengan melarutkan 5 gram Ca(OH)2
dengan aquadest sampai 50 mL. Panaskan filtrat yang
A-3
diperoleh dari percobaan di atas sampai 70°C. Tambahkan
larutan Ca(OH)2 sebanyak 10 mL (jaga temperatur konstan).
b. Endapan yang timbul cepat-cepat disaring (dalam keadaan
panas 70°C), kemudian dicuci dengan air panas 70°C. Endapan
tersebut adalah kalsium sitrat.
c. Keringkan endapan di oven kemudian timbang dan catat
beratnya.
d. Endapan tersebut dilarutkan dengan H2SO4 encer sesuai
perhitungan lalu saring dengan kertas saring. Filtratnya
merupakan asam sitrat dan endapannya adalah kalsium sulfat.
e. Untuk mengetahui berat asam sitrat yang diperoleh pada
percobaan, encerkan 1 mL filtrat menjadi 10 mL dengan
aquadest, lalu titrasi dengan NaOH 0,1 N. Catat kebutuhan
titran.
= 0,92 M
𝑚𝑜𝑙
molar H2SO4 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
3𝐴 𝑚𝑜𝑙
0,92 M = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
V = ………. L = ………. mL
A-4
2.4 Hasil Percobaan
Analisa Hasil
Variabel Parameter Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V Hari VI Hari VII
pH 3 3 3 3 2
1
V titran 1,1 2,7 3,8 8,8 10,5
pH 3 3 3 2 2
2
V titran 1,6 2,5 4 7,8 10,6
pH 3 3 4 3 2
3
V titran 1,7 2,9 4,6 9,2 11,2
A-5
LEMBAR PERHITUNGAN
1. Kebutuhan NaOH
BM NaOH = 40 gram/mol
Volume aquadest = 100 mL
Normalitas NaOH = 0,1 N
𝑤 𝑁𝑎𝑂𝐻 1000
𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 = ×
𝐵𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑉 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑤 𝑁𝑎𝑂𝐻 1000
0,1 𝑁 = ×
40 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 100 𝑚𝐿
B-1
3 × 0,01098 𝑚𝑜𝑙
0,92 M =
𝑉
Volume H2SO4 = 0,03582 liter = 35,82 ml
c. Variabel 3
Berat Endapan CaSitrat = 5,28 gram
5,28 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0106 mol
498 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
3 × 0,0106 𝑚𝑜𝑙
0,92 M =
𝑉
Volume H2SO4 = 0,03457 liter = 34,57 ml
B-2
LEMBAR KUANTITAS REAGEN
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI
TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS DIPONEGORO
PRAKTIKUM KE :2
MATERI : Asam Sitrat
HARI : Selasa
TANGGAL : 21 September 2021
KELOMPOK : 2 Selasa
NAMA : Cindy Nabila Salim
Imanuel Davin Setiawan
R. Kesawa Raafi Harjuno
ASISTEN : Silvia Ariyani M.
KUANTITAS REAGEN:
TUGAS TAMBAHAN:
Silvia Ariyani M.
NIM 21030119120035
C-1
REFERENSI
D-1
D-2
D-3
D-4
D-5
D-6
D-7
D-8
D-9
D-10
D-11
D-12
D-13
D-14
D-15
D-16
D-17
D-18
D-19
D-20
D-21
D-22
D-23
D-24
D-25
D-26
D-27
D-28
D-29
D-30
D-31
D-32
D-33
D-34
D-35
D-36
D-37
D-38
D-39
D-40
D-41
D-42
D-43
D-44
D-45
D-46
D-47
D-48
D-49
D-50
D-51
D-52
D-53
LEMBAR ASISTENSI
DIPERIKSA TANDA
KETERANGAN
NO TANGGAL TANGAN
1 29/09/2021 Revisi P0 :
Perbaiki halaman pengesahan,
ringkasan, prakata, daftar isi,
daftar tabel, daftar lampiran, Bab
1, Bab 2, Bab 3, Bab 4, Bab 5,
daftar pustaka, laporan
sementara, lembar perhitungan,
lembar asistensi
2 30/09/2021 Revisi P1 :
Perbaiki cover, daftar tabel, Bab
1, Bab 2, Bab 3, Lembar
Asistensi
4 04/10/2021 P0 Dosen
5 22/10/2021 P1 Dosen
6 25/10/2021 P2 Dosen