Kelompok 4 Keseimbangan Asam Dan Basa
Kelompok 4 Keseimbangan Asam Dan Basa
Kelompok 4 Keseimbangan Asam Dan Basa
Oleh :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik serta dapat dibaca oleh semua pihak. Makalah ini disusun dengan
berbagai sumber yaitu melalui media cetak, media elektronik dan berbagi media
pendukung lainnya. Makalah ini dibuat dengan berbagai tujuan yaitu sebagai
tugas kuliah, menambah pengetahuan dibidang Patofisiologi yaitu dengan judul
“Proses Perubahan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit dan Asam Basa”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran bahan kuliah
dengan harapan agar semua mahasiswa/mahasiswi dapat memahami materi ini
dengan baik.
Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini dan semoga makalah ini berguna
bagi semuanya. Serta kami sebagai tim penyusun mohon maaf apabila terdapat
kata, atau hal yang kurang tepat bahkan salah dalam penyusunan makalah
ini,terimakasih.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
3. Apa saja yang termasuk dalam keseimbangan cairan dan elektrolit?
4. Apakah yang dimaksud dengan proses edema dan bagaimana proses
edema terjadi?
5. Apakah yang dimaksud dengan hiper dan hipo elektrolit ?
6. Bagaimanakah proses asidosis dan alkalosis ?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi cairan dan elektrolit
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam cairan dan elektrolit
dalam tubuh
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan proses odem dan
prosesnya
4. Untuk mengetahui pengertian hiper dan hipo elektrolit
5. Untuk mengetahui proses asidosis dan alkalosis
4
BAB II
PEMBAHASAN
Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price,
2006). Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan
(Price, Silvia, 2006)
5
dan cairan transeluler. Cairan interstisial terdapat dalam ruang antar-sel, plasma
darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan
tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan cairan. Guna
mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan
pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS
dan CES. Elektrolit yang berperan adalah : kation dan anion.
2.2.2 Elektrolit Utama Tubuh Manusia
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan
dan tidak bermuatan listrik, seperti: protein, urea, glukosa, oksigen,karbon
dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium
(Na+),kalium (K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++), Klorida (Cl-),
bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-). Konsenterasi elektrolit
dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang lainnya,tetapi
meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik
menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah
muatan-muatan positif.
Rasa haus adalah keinginan yang disadari tehadap kebutuhan akan cairan.
Rasa haus biasanya muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 295 mOsm/kg.
Osmoreseptor yang terletak di pusat rasa haus hipotalamus sensitive terhadap
perubahan osmolalitas pada cairan ekstrasel. Bila osmolalitas meningkat, sel akan
mengkerut dan sensasi rasa haus akan muncul akibat kondisi dehidrasi.
Mekanismenya adalah sebagai berikut :
6
a. Penurunan perfusi ginjal merangsang pelepasan renin, yang akhirnya
menghasilkan angiotensin II. Angiotensin II merangsang hipotalamus
untuk melepaskan substrat neuron yang bertanggungjawab meneruskan
sensasi haus.
b. Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotic
dan mengaktivasi jaringan saraf sehingga menghasilkan sensasi haus.
c. Rasa haus dapat diinduksi oleh kekeringan local pada mulut akibat status
hiperosmolar. Selain itu, rasa haus bisa juga muncul untuk menghilangkan
sensasi kering yang tidak nyaman akibat penurunan saliva.
2. Hormon ADH.
3. Hormon aldosteron.
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada tubulus ginjal
untuk meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium mengakibatkan retensi air.
Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, kadar
natrium serum, dan sistem rennin-angiotensin.
4. Prostaglandin.
7
5. Glukortikoid.
8
c. Calcium(Ca2+ ). Membentuk garam bersama dengan fosfat,
carbonat, flouride di dalam tulangdan gigi untuk membuatnya
keras dan kuat, meningkatkan fungsi syaraf dan muscle,
meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses
pengaktifan protrombin dan thrombin. Sumber : susu dengan
kalsium tinggi,ikan dengan tulang,sayuran,dll.
b. Anion.
9
dapat berakumulasi berlebihan di dalam ruang interstitial sehingga menimbulkan
edema. Namun apabila cairan sangat berlebih maka kelebihan cairan adakalanya
dapat berkumpul di ruang ketiga yaitu rongga – rongga tubuh seperti perut dada
dan rongga perut.
2.4.2 Mekanisme Terjadinya Edema
10
2. Peningkatan tekanan hidrostatik intravaskuler
11
koloid intravaskuler yang mengakibatkan terjadinya peningkatan filtrasi
cairan dan penurunan absorbsi (penyerapan) yang puncaknya
mengakibatkan terjadinya edema. Hipoalbuminemia dapat terjadi karena
penurunan produksi albumin oleh hati atau terjadi kehilangan plasma yang
berlebihan. Penurunan produksi hepatik paling sering terjadi karena
kekurangan protein yang memadai untuk jalur sintesis sebagai akibat dari
kekurangan gizi atau malabsorbsi usus terhadap protein serta penyakit
pada hati yang berat dengan terjadinya penurunan massa hepatosit atau
gangguan fungsi hepatosit yang dapat menyebabkan kekurangan produksi
albumin. Kehilangan albumin dari plasma dapat terjadi pada penyakit
gastrointestinal yang ditandai dengan kehilangan darah yang parah seperti
pada infeksi yang disebabkan oleh parasit. Pada penyakit ginjal, dimana
glomerulus dan/atau fungsi tubular terganggu dapat mengakibatkan
hilangnya albumin bersama urin. Eksudasi plasma yang menyertai luka
bakar merupakan penyebab yang jarang menyebabkan kehilangan
albumin.
12
2.4.3 Jenis-jenis edema di dalam tubuh
1. Edema perifer
2. Edema paru
Gejala ini biasanya akan semakin parah saat Anda berbaring. Edema paru
adalah kondisi serius, bahkan termasuk gawat medis. Pasalnya, edema di
paru ini bisa menyebabkan gagal napas hingga kematian.
3. Edema serebral
13
4. Edema makula
5. Edema pedal
Edema pedal terjadi saat cairan berkumpul di kaki bagian atas dan bawah.
Kondisi ini paling sering menyerang orang yang lebih tua atau hamil. Oleh
karena itu, orang yang mengalami edema pedal biasanya sulit bergerak
karena kaki sering kali mati rasa.
6. Limfedema
Ada dua macam kelainan elektrolit yang terjadi ; kadarnya terlalu tinggi
(hiper) dan kadarnya terlalu rendah (hipo). Peningkatan kadar konsentrasi
Natrium dalam plasma darah atau disebut hipernatremia akan mengakibatkan
kondisi tubuh terganggu seperti kejang akibat dari gangguan listrik di saraf dan
otot tubuh. Natrium yang juga berfungsi mengikat air juga mengakibatkan
meningkatnya tekanan darah yang akan berbahaya bagi penderita yang sudah
menderita tekanan darah tinggi. Sumber natrium berada dalam konsumsi makanan
14
sehari-hari kita; garam, sayur-sayuran dan buah-buahan banyak mengandung
elektrolit termasuk natrium.
15
mengancam jiwa. Beberapa hal yang menjadi penyebab meningkatnya kadar
kalium adalah pemberian infus yang mengandung kalium, dehidrasi, luka bakar
berat, kenjang, meningkatnya kadar leukosit darah, gagal ginjal, serangan jantung
dan meningkatnya keasaman darah karena diabetes. Keadaan hiperkalemia ini
biasanya diketahui dari keluhan berdebar akibat detak jantung yang tidak teratur,
yang apabila dilakukan pemeriksaan rekam jantung menunjukkan gambaran yang
khas.
Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung
asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan
menurunnya pH darah. Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu
banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang
16
menyebabkan meningkatnya pH darah. Alkadosis dan alkalosis bukan merupakan
suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit.
Kadar asam basa (pH) dalam darah diukur dengan skala pH, dari 1-14.
Kadar pH darah normal berkisar antara 7,35 sampai 7,45. Darah seseorang dinilai
terlalu asam bila pH kurang dari 7,35. Kondisi tersebut dinamakan asidosis.
Sedangkan darah dengan nilai pH lebih besar dari 7,45, dikategorikan terlalu basa,
atau disebut dengan alkalosis.
Asidosis dan alkalosis juga dapat terjadi ketika produksi asam basa dalam
tubuh tidak seimbang atau bisa juga terjadi akibat ginjal tidak bisa membuang
kelebihan asam atau basa dari dalam tubuh. Asidosis dan alkalosis yang terjadi
akibat dua kondisi di atas disebut asidosis metabolik dan alkalosis metabolik.
Asidosis
17
Alkalosis
Asidosis Metabolik
Langkah 1
Seiring H+ mulai menumpuk dalam tubuh, bufer kimia dalam sel dan
cairan ekstraselular berikatan dengannya
Langkah 2
Kelebihan H+ yang tidak dapat diikat bufer dengan penurunan pH dan
merangsang kemoreseptor dalam medulla untuk meningkatkan kecepatan
pernafasan. Kecepatan pernafasan yang meningkat tersebut menurunkan
tekanan parsial karbon dioksida arterial (PaCO2), yang memungkinkan
lebih banyak H+ berikatan dengan HCO3-
Langkah 3
Ginjal yang sehat mencoba melakukan kompensensasi untuk asidosis
dengan menyekresi kelebihan H+ ke dalam tubulus renalis
Langkah 4
Setiap saat H+ disekresikan ke dalam tubulus renalis, ion natrium (Na+)
dan HCO3- diabsorbsi dari tubulus dan kembali ke darah
Langkah 5
18
Kelebihan H+ dalam cairan ekstraselular berdifusi ke dalam sel, untuk
mempertahankan keseimbangan muatan melewati membran, sel-sel
melepaskan kalium (K+) ke dalam darah
Kelebihan H+ mengubah keseimbangan normal ion-ion K+, Na+, dan
kalsium (Ca+), menyebabkan penurunan eksitabilitas sel-sel saraf
19
disebabkan oleh meningkatnya pH
Gangguang pencernaan Anoreksia, mual, muntah, diare,
kemunngkinan dehidrasi
Penurunan respons vascular yang Kulit hangat, kemerahan
sensitive pH terhadap stimulus
simpatis
Komplikasi
a. koma
b. paralis
c. aritmia ventricular
d. lemah
Pengobatan
- Natrium bikarbonat (NaHCO3) IV (untuk anion gap tinggi yang berat pada
pasien-pasien dengan pH kurang dari 7,20 dan kehilangan HCO3-) untuk
menetralisasi keasama darah
- Pemantauan elektrolit plasma (terutama K) selama pemberian terapi
NaHCO3- (kadar K kemungkinan turun seiring kenaikan pH) untuk
mencegah atau mengobati ketidakseimbangan
- Cairan IV untuk memperbaiki asidosis metabolic anion gap normal dan
deficit volume cairan ekstraselular
- Ventilasi mekanis (jika perlu) untuk mempertahankan kompensasi
respirasi
- Antibiotic untuk mengobati infeksi
- Dialysis untuk mengobati gagal ginjal atau toksisitas obat tertentu
- Again-agen antidiare untuk mengobati kehilangan HCO3- akibat diare
Alkalosis Metabolik
20
Memahami alkalosis metabolic
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 3
Langkah 4
Langkah 5
Langkah 6
21
Seiring berkurangnya kadar H+, ionisasi Ca berkurang. Penurunan ionisasi
tersebut membuat sel-sel saraf lebih permeable terhadap Na+. Na+ yang
bergerak ke dalam sel-sel saraf merangsang implus neural dan
menimbulkan eksitabilitas berlebih system saraf perifer dan SSP.
22
respiratorius yang berat menjadi
gagal nafas
Penurunan aliran darah, perifer Spasme karpal ( tanda trousseau,
(selama pemeriksaan tekanan darah kemungkinan tanda tetanus yang
berulang) akan terjadi )
Komplikasi
a. koma
b. serangan kejang
Cara pengobatan
- kalium klorida dan larutan garam normal (kecuali pada gagal jantung )
untuk menggantikan kehilangan akibat drainase lambung
- penghentian deuretik dan suplemen kalium klorida untuk mencegah
kehilangan elektrolit lebih lanjut
- asetazolamid oral atau IV untuk meningkatkan ekskresi HCO3- renal dan
memperbaiki alkalosis metabolic tanpa ekspansi volume yang cepat
asidosis respiratorius
- ketidakseimbangan asam-basa yang ditandai dengan penurunan ventilasi
alveolar
- disebabkan oleh ketidakmampuan system pulmonal untuk membersihkan
CO2 dari tubuh
- menyebabkan hiperkapnia (Paco2 lebih dari 45 mmHg) dan asidosis (pH
kurang dari 7,35)
- dapat akut (atau kegagalan mendadak pada ventilasi) atau kronik (penyakit
paru jangka Panjang)
23
Bila ventilasi pulmonal berkurang. CO2 yang masih ada bercempur
dengan H2O membentuk H2CO3. H2CO3-. H2CO3 berlebih
menyebabkan penurunan pH
Langkah 2
Seiring penurunan kadar pH 2,3 diphoshoglycerate (2,3,-DPG)
meningkat dalam sel darah merah dan menyebabkan perubahan
hemoglobin (Hb) yang membuat Hb melepaskan O2. Hb yang
berubah menjadi alkali yang kuat, mengambil H+ dsan CO2
sehingga mengeliminasi beberapa H+ bebas dari CO2
Langkah 3
Setiap saat Paco2 meningkat, CO2 terbentuk di semua jaringan dan
cairan. CO2 bereaksi dengan H2O untuk membentuk H2CO3, yang
kemudian pecah menjadi H+ bebas dan HCO3-. Peningkatan
jumlah CO2 dan H+ bebas merangsanng pusat pernafasan untuk
meningkatkan laju peningkatan laju pernafasan pengeluaran lebih
banyak O2 dan membantu menurunklan kadar CO2 dalam darah
dan jaringan lain.
Langkah 4
CO2 dan H+ menyebabkan pembuluh darah serebral mengelami
dilatasi yang meningkatkan aliran darah ke otak
Langkah 5
Dengan kegagalan mekanisme pernafasan, Paco2 uang meningkat
merangsang ginjal menjaga HCO3- dan Na+ dan mengekresi H+,
beberapa ammonium (NH4). HCO3- tambahan dan Na menyatu
membentuk NaHCO3 ekstra yang kemudian mampu melakukan
bufer H+ bebas lebih banyak lagi
Langkah 6
Bersamaan dengan konsentrasi H+ meliputi mekanisme
kompensasi tubuh, H+ masuk ke dalam sel dan K+ ke luar.
Kurangnya O2 secara bersamaan menyebabkan peningkatan
24
produksi anaerob asam laktat, yang kemudian mengganggu
keseimbangan asam-basa.
Factor penyebab
a. Obat-obat yang menurukan pusat pernafasan (opioid,
anestesi umum, hipnotik, alcohol, sedative)
b. Trauma SSP (cedera dapat medulla dapat mengganggu
kerja ventilasi)
c. Henti jantu jantung
d. Apnea tidur (sleep apnea)
e. Alkalosis metabolik kronik
f. Terapi ventilasi
- Tekanan akhir ekspirasi positif tinggi (PEEP)
dengan berkurangnya curah jantung (dapat
menyebabkan hiperkapnia)
g. Penyakit neuromuscular (miastenia gravis, sindrom
Guillain Barre, poliomyelitis), otot pernafasan tidak dapat
memberikan respon secara tepat terhadap kerja pernafasan
h. Obstruksi jalan nafas, sindrom gawat nafas akut, penyekit
paru obstreuktif kronik, asma
i. Pneumotoraks besar, pneumonia yang luas, edema paru,
thrombosis paru, embolisme paru
Hal yang terjadi pada asidosis respiratorius
25
dan aritmia atrial dan
ventricular, hipertensi, hipotensi
dengan vasodilatasi (nadi kuat
dan perifer hangat pada asidosis
berat
Komplikasi
a. Henti jantung
b. Gangguang kardiovaskular dan SSP yang berat
c. Syok
Cara pengobatannya
a. Koreksi penyebab untuk memperbaiki ventilasi alveolar
b. Inserensi jalan nafas artifisial (intubasi endotrakeal atau
trakeotomi), ventilasi mekanis, terapi oksigen untuk
mempertahankan ventilasi adekuat
c. Bronkodilator IV atau aerosol untuk membuka jalan nafas
nafas yang mengalami konstruksi
d. PEEP untuk mencegah kolaps alveolar
e. Bronskoskopi untuk mengeluarkan sekresi berlebih yang
tertahan
Alkalosis Respiratoius
Ketidakseimbangan asam-basa yang ditandai dengan Paco2 kurang
dari 35 mmHg dan pH darah lebih dari 7,45 yang disebabkan oleh :
- Hiperventilasi alveolar
- Hipokapnia atau Paco2 di bawah normal, yang
terjadi bila paru mengeluarkan lebih banyak CO2
daripada yang dihasilkan sel-sel
Memahami alkalosis respiratorius
Langkah 1
26
Bila ventilasi pulmonal meningkat di atas jumlah yang diperlukan
untuk mempertahankan kadar CO2 normal, jumlah CO2 yang
berlebih dikeluarkan. Kehilangan CO2 tersebut menyebabkan
hipokapnia (penurunan Paco2), yang menyebabkan penurunan
produksi H2CO3, kehilangan H+ dan HCO3-, dan kehilangan H+
akhirnya peningkatan pH
`Langkah 2
Langkah 3
Langkah 4
Langkah 5
Langkah 6
27
ionisasi Ca yang sebaliknya menyebabkan peningkatan
eksitabilitas saraf dan kontraksi otot
Factor penyebab
Komplikasi
28
d. Serangan kejang
Cara pengobatannya
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Jadi uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa :
Cairan dan elektrolit adalah suatu hal yang sangat penting didalam tubuh.
Cairan tubuh merupakan cairan yang berupa air dan zat terlarut. Sedangkan
elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35
hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa
agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan
asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan
ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam
pelepasan asam.
3.2. Saran
29
Demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat mengharapkan kritikan
dan saran yang bersifat membangun kearah kebaikan demi kelancaran dan
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
30
https://www.alodokter.com/gangguan-keseimbangan-asam-basa diakses pada
tanggal 15 Februari 2019
31