3 Laporan Kadar Serat Kasar 3
3 Laporan Kadar Serat Kasar 3
3 Laporan Kadar Serat Kasar 3
UNIVERSITAS PANCASAKTI
LAPORAN PERCOBAAN
KELOMPOK II/C2/2021
MUNAWWARAH AJEMAIN 51821011037
NURHILMI SAFITRI 51821011075
SRY FAJRYANI 51821011076
UMI AWAL RAHMADANI 51821011084
MELINDA SOELIYANTO 51721011085
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Serat adalah zat non gizi, ada dua jenis serat yaitu serat makanan (dietry fiber)
dan serat kasar (crude fiber). Peran utama dari serat dalam makanan adalah pada
kemampuannya mengikat air, selulosa dan pektin. Dengan adanya serat, membantu
keluar. Tanpa bantuan serat, feses dengan kandungan air rendah akan lebih lama
tinggal dalam saluran usus dan mengalami kesukaran melalui usus untuk dapat
lamban.
Istilah dari serat makanan (dietary fiber) harus dibedakan dengan istilah serat
kasar (crude fiber) yang biasa digunakan dalam analisa proksimat bahan
pangan. Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh
asam atau basa kuat, bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar
serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH
Serat kasar sangat penting dalam penilaian kualitas bahan makanan karena
angka ini merupakan indeks dan menentukan nilai gizi makanan tersebut. Selain itu,
kandungan serat kasar dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu proses pengolahan,
misalnya proses penggilingan atau proses pemisahan antara kulit dan kotiledon,
dengan demikian persentase serat dapat dipakai untuk menentukan kemurniaan bahan
atau efisiensi suatu proses. Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan yang
yang tetap ada dalam kolon atau usus besar setelah proses pencernaan, baik yang
berbentuk serat yang larut dalam air maupun yang tidak larut dalam air.
Mutu serat dapat dilihat dari komposisi komponen serat makanan, dimana
komponen serat makanan terdiri dari komponen yang larut (Solube Dietary Fiber,
SDF), dan komponen yang tidak larut (Insoluble Dietary Fiber, IDF). Serat yang
tidak larut dalam air ada 3 macam, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Serat
Sedangkan serat yang larut dalam air adalah pectin, musilase, dan gum. Serat ini juga
banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran, dan sereal. Sedangkan gum banyak
Ada beberapa metode analisis serat, antara lain metode crude fiber, metode
kekurangan. Data serat kasar yang ditentukan secara kimia tidak menunjukan sifat
serat secara fisiologis, rentang kesalahan apabila menggunakan nilai serat kasar
sebagai total serat makanan adalah antara 10 - 500%, kesalahan terbesar terjadi pada
penetapan kadar serat kasar pada bahan pangan. Adapun sampel yang digunakan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Percobaan
Adapun tujuuan percobaan ini adalah untuk mengetahui cara penetapan kadar
D. Prinsip Percobaan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Ringkas
sebaiknya ada dalam susunan diet sehari-hari. Serat telah diketahui mempunyai
banyak manfaat bagi tubuh terutama dalam mencegah berbagai penyakit, meskipun
komponen ini belum dimasukkan sebagai zat gizi (Piliang dan Djojosoebagio, 1996).
Definisi terbaru serat makanan yang disampaikan oleh The American Assosiation of
Ceral Chemist adalah merupakan bagian yang dapat dimakan dari tanaman atau
kabohidrat analog yang resisten terhadap pencernaan dan absorpsi pada usus halus
dengan fermentasi lengkap atau partial pada usus besar (Joseph, 2002).
dan kelarutannya. Serat makanan berdasarkan kelarutan terdiri atas serat larut dan
serat tidak larut, tergantung kelarutan komponen serat tersebut di dalam air atau
larutan bufer. Contoh serat tak larut, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin, serat
Ada beberapa metode analisis serat makanan, yaitu metode analisis serat kasar
(crude fiber). Metode deterjen, metode enzimatis (Joseph, 2002) dan metode Englyst
bahan makanan mengalami proses pemanasan dengan asam dan basa kuat selama
2. Metode Deterjen
Metode deterjen ini terdiri atas 2 yaitu Acid Detergent Fiber (ADF) dan
Neutral Detergent Fiber (NDF). Kedua metode ini hanya dapat menentukan
kadar total serat yang tak larut dalam larutan deterjen digunakan (Meloan and
Pomeranz, 1987).
ADF hanya dapat untuk menurunkan kadar total selulosa dan lignin.
hemiselulosa dan lignin. Selisih jumlah serat dari analisis NDF dan ADF
ini dapat mengukur kadar serat makan total, serat larut dan tak larut secara
terpisah (Joseph, 2002). Kekurangan metode ini, enzim yang digunakan mungkin
mempunyai aktivitas lebih yang bisa saja merusak komponen serat. Kemudian
kemungkinan protein yang tidak terdegradasi sempurna dan ikut terhitung sebagai
B. Uraian Bahan
1. Energen
METODE KERJA
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah batang pengaduk, cawan
porselin, desikastor, erlenmeyer 250 ml, gelas kimia, oven, pipit tetes, penjepit
2. Bahan
Bahan yang digunaka pada praktikum ini adalah, adalah air sulin, asam
klorida, kertas perkamen, kertas saring, Natrium hidriksida dan sampel bahan
B. Cara Kerja
1. Tetapkan bobot cawan dengan cara : Timbang cawan kosong sebagai bobot awal
cawan, lalu panaskan cawan dalam tanur pada suhu 350°C -500°C. Kemudian
keluarkan cawan dan dinginkan dalam desikator lalu timbang ulangi perlakuan
30 menit.
6. Masukkan kertas saring ke dalam cawan dan panaskan kembali dalam oven pada
suhu 105°C selama 30 menit, kemudian dinginkan lalu timbang sebagai bobot
akhir
BAB IV
4,38−1,5366
= x 100 %
3,0936
= 0,9191 x 100 %
= 91,91 %
III.2 Pembahasan
instan dengan merk energen. pada kemasan energen terdapat kadar serat pangan yaitu
1 gram atau 4 % sedangkan Pada daftar buku komposisi makanan yang dicantumkan
merupakan kadar serat kasar bukan kadar serat makanan, tapi dapat dijadikan sebagai
indeks serat makanan karena pada umumnya di dalam serat kasar terdapat 0,2-0,5
bagian jumlah serat makanan. Kandungan kadar serat kasar sangat penting dalam
penilaian kualitas bahan makanan karena angka ini merupakan indeks dalam
menentukan nilai gizi makanan tersebut. Selain itu, kandungan serat kasar dapat
proses.
Pada praktikum metode analisis yang digunakan untuk menentukan kadar serat
digunakan metode Diterjen, karena serat yang ada merupakan serat serbuk minuman.
Prinsip dari metode ini sampel dengan asam dan basa untuk memisahkan serat dari
bahan lainnya, peranan utama serat dalam makanan adalah kemampuan untuk
mengiat air, selulosa dan pektin. Bagian yang tertinggal setelah hidrolisis dikeringkan
dan ditimbang sampai bobot konstan terhitung sebagai kadar serat kasar. Jika kadar
serat lebih dari 1% maka perlakuan selanjutnya yaitu pengabuan. Proses pengabuan
ini untuk mengkoreksi kadar serat sebenarnya, karena dalam serat adanya
mengakibatkan kadar serat menjadi besar. Pada praktikum, cawan yang akan
digunakan di oven terlebih dahulu pada suhu 1050C untuk menghilangkan molekul air
yang ada pada cawan, lalu ditimbang hingga berat konstan, simpan dalam desikator.
Cawan yang digunakan harus bebas air karena bisa menambah berat untuk kadar serat
Erlenmeyer.
bentuk monomer-monomernya, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam
lemak. Proses hidrolisis ini dilakukan dalam keadaan panas dengan menggunakan
pendingin balik, karena dengan suhu yang tinggi dapat mempercepat proses
hidrolisis. Asam yang digunakan yaitu asam kuat encer yang derajat keasamannya
tidak terlalu kuat. Karena jika yang ditambahkannya adalah asam yang sangat kuat
saring whatman yang telah diketahui beratnya karena pori corong buchner masih
memungkinkan terlewati oleh partikel yang besar, sedangkan dengan adanya kertas
whatman yang ukuran porinya lebih kecil memungkinkan untuk menahan lebih
banyak partikel yang tidak larut. Kertas saring whatman tersebut kemudian dibasahi
dengan aquadest sehingga kertas saring tersebut akan menempel pada corong dan
proses penyaringan vakum dapat tercapai karena tidak ada udara yang masuk
dalam keadaan panas karena jika dibiarkan terlalu lama maka sampel akan mengental
untuk menghilangkan kadar air yang ada dalam sampel. Suhu pengovenan yaitu
desikator, desikator digunakan untuk mengeringkan sampel dengan menyerap uap air.
Lalu cawan ditimbang hingga berat konstan. Untuk faktor koreksi hasil kadar serat
menggunakan tanur dengan suhu maksimal 6000C. Pada proses pengabuan zat-zat
organik diuraikan menjadi air dan CO2 tetapi zat anorganik tidak. Abu merupakan zat
anorganik sisa pembakaran suatu bahan organik, kadar abu merupakan ukuran dari
jumlah total mineral yang terdapat dalam bahan pangan, pengertian dari kadar
mineral adalah ukuran jumlah komponen anorganik tertentu yang terdapat dalam
yang didapat hasil sebelumnya dikurangi kadar abu sehingga kadar serat pada sampel
yaitu 91,91%.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu, penetapan kadar serat kasar dilakukan
dengan metode pemanasan dengan cara pengeringan bahan makanan atau sampel
dalam oven. Sampel yang digunakan yaitu serbuk minuman instan dan dari hasil
B. Saran
Kemenkes RI, 2020, Farmakope Indonesia Edisi VI, Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.
Piliang, W.G. dan S. Djojosoebagio, Al Haj. 2002. Fisiologi Nutrisi. Vol. I. Edisi Ke-
4. IPB Press, Bogor.
Winarno, zf. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia pustaka utama : Jakarta.
LAMPIRAN
1. Skema Kerja
Tetapkan bobot cawan porselin dengan cara dipanaskan dalam tanur hingga
konstan
Ditimbang sampel sebanyak 1-3 gram lalu masukkan kedalam erlenmeyer 250
mL lalu tambahkan 30 mL asam sulfat kemudian panaskan dalam oven
Masukkan kertas saring kedalam cawan dan panaskan kembali dalam oven
pada suhu 105°C selama 30 menit kemudian dinginkan dan timbang
2. Dokumentasi Praktikum