Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Kitab Karya Kh. Ahsin Sakho

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

BAB II

MENGENAL KITAB MAMBA’ AL-BARAKĀT FĪ SAB’ AL-QIRĀĀT

A. Biografi Penulis

1. Ahsin Sakho’ Muhammmad

Dr. Ahsin Sakho’ Muhammad adalah seorang pakar bidang

qirāāt dan ilmu-ilmu al-Qur’an. Putra pasangan K.H. Muhammad dan

Nyi Umi Salamah ini lahir di Arjowinangun, Cirebon, pada 21

Februari 1956. Sejak kecil ia telah menunjukkan bakatnya dalam ilmu-

ilmu al-Qur’an. Ketika masih duduk di di kelas IV SD dan belum

dikhitan, ia telah hafal tiga juz al-Qur’an, yakni juz 28, 29, dan 30.

Karena itu kakeknya dari pihak ibu, K.H. Syathori, pendiri dan

pengasuh Pondok Pesantren Darut Tauhid, Arjowinangun, sangat

menyayanginya.1

Ayah lima anak ini menyelesaikan pendidikan dasarnya di SD

dan SMP Arjowinangun. Sedangkan dasar-dasar ilmu agama ia

pelajari di pesantren milik keluarganya. Selama tiga tahun sejak 1970

ia melanjutkan pelajaran di pesantren Lirboyo, Kediri, sambil belajar

di SMU. Sejak lama, pesantren Lirboyo memang didominasi oleh para

santri asal Cirebon dan sekitarnya. Di pesantren terkemuka itu, ia

belajar fiqh dan ilmu-ilmu alat, seperti nhwu, sharaf, dan sebagainya.

1
Ahsin Sakho’ Muhammad, Keberkahan Al-Qur’an, Memahami Tema-Tema Penting
Kehidupan dalam Terang Kitab Suci, (Tangerang: Qaf, 2017).hal.5.

24
25

Sementara di saat libur panjang ia menimba ilmu di pesantren lain.

Antara lain, ia pernah mengaji tabarruk kepada K.H. Umar Abdul

Manan (Solo) dengan menyetorkan hafalan-hafalan al-Qur’annya.

Meski tidak lama belajar kepadanya, tidak sampai dua bulan, ia merasa

sangat beruntung, karena bisa memperoleh syahadah sanad dari guru.2

Keinginannya yang kuat untuk mendalami al-Qur’an

membawanya meneruskan belajar di Pondok Pesantren Al-Munawwir,

Krapyak, Yogyakarta (1973-1976). Ia juga sempat belajar kepada K.H.

Arwani (Kudus). Tetapi ketika baru berjalan sekitar dua bulan, ia

diminta pulang ke Cirebon untuk menyiapkan keberangkatannya ke

Mekkah.3

Sekitar satu tahun, 1976-1977, ia mengaji al-Qur’an di

Masjidil Haram di bawah bimbingan Syekh Abdullah al-‘Arabi,

seorang Mesir yang didatangkan oleh Jama’ah Tahfizh Al-Qur’an.

Sore harinya ia menuntut ilmu di Markaz Ta’lim al-Lughah al-

‘Arabiyyah. Karena sudah hafal al-Qur’an, ketika belajar ia hanya

“menyetor” hafalan dan mendalami bacaannya. Di akhir tahun, ia

mengikuti ujian dan lulus, mendapat syahadah yang menyatakan

bahwa yang bersangkutan dapat membaca al-Qur’an secara hafalan

dari awal hingga akhir.4

2
Ibid. hal. 5-6.
3
Ibid. hal. 6.
4
Ibid.
26

Pada tahun 1977, ia berangkat ke Madinah al-Munawwarah

untuk mengikuti kuliah di Fakultas Kulliyyatul-Qur’an Dirasah

Islamiyyah dari Al-Jami’ah Al-Islamiyyah. Akhirnya ia meraih gelar

Doktor dengan yudisium mumtaz syaraful ‘ula (summa cumlaude)

pada 1989. Praktis selama 12 tahun, sejak 1977, ia menghabiskan masa

mudanya di Al-Jami’ah Al-Islamiyyah, Madinah.5

Penguasaannya yang mendalam tentang ilmu-ilmu al-Qur’an

menarik perhatian banyak kalangan. Maka pada 1992, ia diajak oleh

K.H. Syukron Makmun, pengasuh Pondok Pesantren Darul Rahman,

Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, untuk mendirikan Institut Islam

Darul Rahman. Pada tahun itu juga ia mengajar di Perguruan Tinggi

Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) dan Institut Agama Islam Negeri (kini

Universitas Islam Negeri, UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Beberapa

tahun kemudian ia diangkat sebagai pengajar tetap di Perguruan Tinggi

tersebut hingga kini.6

Selain dipercaya menjadi anggota dewan pendiri Organisasi

Tahfizh Al-Qur’an Internasional di Jedah, ketua Tim Revisi

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Departemen Agama, dan Rektor

Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), Jakarta (2005-2014), kini beliau menjadi

sekretaris Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementrian Agama

5
Ahsin Sakho’ Muhammad, Keberkahan Al-Qur’an…, hal.6.
6
Ibid.
27

RI dan Rais Majelis Ilmi Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffazh Nahdlatul

Ulama.7

Beliau juga pengasuh Pondok Pesantren Dar al-Tauhid di

Arjowinangun, Cirebon, untuk mencetak para penghafal al-Qur’an dan

para generasi Qur’ani.8

Di antara karyanya yang sudah terbit selain Mamba’ al-

Barakāt fī Sab’ al-Qirāāt adalah Keberkahan Al-Qur’an, memahami

tema-tema penting kehidupan dalam kitab suci, Oase Al-Qur’an

Penyejuk Kehidupan, dan Menghafal Al-Qur’an: Manfaat, keutamaan,

keberkahan, dan tuntunan praktisnya.

2. Romlah Widayati

Beliau lahir di Klaten, Jawa Tengah, pada 28 Desember 1962.

Pendidikan dasarnya dimulai di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN)

Batur, Klaten (1973). Pendidikan Menengah Pertama Di SMP Al-

Muayyad, Surakarta, (1979), dan pada tahun 1982 berhasil

menamatkan Pendidikan Menengah Atas di MA Al-Muayyad

Surakarta, Solo, Jawa Tengah. Tak puas dengan apa yang

diperolehnya, ibu dari empat anak ini pun meneruskan jenjang

penidikan sarjana (S-1) di Jakarta, tepatnya di Fakultas Syari’ah

Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta (1988), kemudian pendidikan S-2

di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (1999) dan

7
Ahsin Sakho Muhammad, Oase Al-Qur’an Penyejuk Kehidupan, (Tangerang: Qaf, 2017),
hal.7.
8
Ibid.
28

pada tahun2009, ia berhasil merampungkan jenjang studi doctoral (S-

3) di universitas yang sama dengan spesifikasi kajian Ilmu-Ilmu Al-

Qur’an (Ulumul Qur’an).9

Selain sebagai dosen tetap Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta,

peraih juara I cabang tafsir al-Qur’an pada MTQ nasional tahun 1990

di Yogyakarta ini, juga aktif di berbagai forum ilmiah, seperti

Pelatihan dan Mustawarah Perhakiman MTQ/STQ, (LPTQ Nasional,

2007); Pelatihan Penelitian bagi Dosen IIQ Jakarta (2007); Seminar

Hasil Penelitian Pesantren Tahfizh Al-Qur’an di Nusantara,

(Puslitbang DEPAG RI, 2008); Seminar Dakwah Multikultural di

Nusantara (PP Muslimat NU dan Puslitbang, Juli 2008). Wakil Rektor

III bidang Kemahasiswaan dan alumni IIQ ini juga aktif di berbagai

organisasi sosial keagamaan, seperti PP Muslimat NU, PimpinanPusat

Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffazh (JQH), dan beberapa majlis ta’lim.10

Tak hanya itu, tangan halus ibu dari empat anak ini juga telah

melahirkan banyak karya ilmiah. Di antara yang sudah dipublikasikan

adalah; Keutamaan Menghafal Al-Qur’an: Bunga Rampai Mutiara Al-

Qur’an (PP JQH, 2006); Kepemimpinan Wanita Menurut Hukum

Islam (Jurnal Al-Furqan, 2001); Taqwa dalam Perspektif Al-Qur’an

(Jurnal Nida Al-Qur’an, 2005); Dari Jakarta untuk Indonesia; Sejarah

LPTQ Provinsi Jakarta (Kontributor, 2009); Penelitian Kompetensi

9
Romlah Widayati, Implikasi Qirā’āt Syādzdzah Terhadap Istinbat Hukum, (Tangerang
Selatan: Transpustaka, 2015), hal.337-338.
10
Ibid.
29

Pengajaran Bahasa Arab dan Bahasa Inggris MAN 4 Model Jakarta

(Dikmenti, 2008); Qira’at Syadzdzah dalam Tafsir Bahr al-Muhith;

Analisis Penafsiran Ayat-Ayat Hukum (Disertasi, 2009); Urgensi

Qira’at dalam Memahami Al-Qur’an (Jurnal Al-Misykat, 2009); Sikap

Ibnu Jarir Al-Thabari terhadap Qira’at dalam Kitab Tafsir Jami’ al-

Bayan (Jurnal Nida’ Al-Qur’an, 2009); Musnad Al-Imam Asy-Syafi’i,

(Jurnal Al-Fanar, 2009); Pembelajaran Ilmu Qira’at Juz 1,2, dan 3

[Ketua Tim Penulis] (IIQ Press, 2009 dan terbit ulang 2014); Mamba’

al-Barakat, Juz 1-3 (IIQ Press, 2014); Kumpulan Ayat-Ayat

Munasabat Diniyyah beserta CD, ditulis bersama Dr. K.H. Ahsin

Sakho’ Muhammad (IIQ Press, 2014). Penulis juga tercatat sebagai tim

penyusun Tafsir Al-Wajiz Kementrian Agama RI.11

B. Latar Belakang Penulisan

Di dalam pendahuluan pertama kitab Mamba’ al-Barakāt

disebutkan bahwasanya kitab ini ditulis untuk memberikan kemudahan

kepada para pengakaji ilmu qirāāt khususnya para mahasiswa-mahasiswi

Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta (IIQ) dalam mempelajari ilmu qirāāt tujuh

karena banyak sekali perbedaan bacaaan antara para imam-imam qirāāt

tujuh baik mengenai kaidah pokok maupun kaidah cabang serta

meningkatnya kesulitan dalam mengumpulkan perbedaan bacaan tersebut

sesuai dengan para imam qirāāt.

11
Ibid. hal.338.
30

C. Karakteristik Penulisan

Kitab Mamba’ al-Barakāt karya Ahsin Sakho Muhammad ini

adalah kitab qirāāt tujuh yang berbahasa Arab yang tiap jilidnya terdiri

dari tiga juz al-Qur’an, dan yang bisa sampai pada kita hingga saat ini ada

satu jilid yakni juz 1-3.

Kitab ini ditulis sesuai runtutan surat dan ayat al-Qur’an, dan bila

terdapat perbedaan bacaan dalam tiap ayatnya, maka akan perbedaan

tersebut diwarnai dengan warna merah, sehingga mudah untuk dipelajari.

Selanjutnya perbedaan bacaan para imam qirāāt yang terdapat dalam ayat

tersebut diperinci secara jelas, singkat dan gamblang dengan disertai dalil-

dalil syāṭibiyyah.

Di dalam kitab ini ada dua pendahuluan yakni pendahuluan

pertama dari penulis, sedangkan pendahuluan kedua terdiri dari:

1. Tentang ilmu qirāāt yang meliputi:

a. Pengertian ilmu qirāāt, manfaat dan kegunaan ilmu qirāāt,

keutamaan mempelajari ilmu qirāāt, hukum mempelajari ilmu

qirāāt

b. Perbedaan antara qirāāt, riwayat , dan ṭarīq

c. Perbedaan antara muqri’ dan qari’.

2. Tentang imam qirāāt sab’ah disertai para rawinya

3. Tentang sab’atu ahruf

4. Tentang hubungan antara sab’atu ahruf dan qirāāt sab’ah


31

5. Kaidah-kaidah qirāāt

6. Tentang pengumpulan runtutan qirāāt- qirāāt

7. Tentang ṭariq Syaṭibiyyah, Durrah dan Ṭibah

8. Tentang qirāāt ‘asyr ṣughra dan kubra

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan kitab Mamba’ al-Barakāt adalah sebagai berikut:

1. Menurut urutan tertib surat dan ayat al-Qur’an, ayat demi ayat.

2. Jika ditemukan perbedaan di antara para imam qirāāt dalam satu ayat

baik kaidah pokok maupun kaidah cabang, maka perbedaan-perbedaan

tersebut diperinci dengan sedemikian rupa kata demi kata dengan

disertai kutipan dari dalil-dalil Syaṭibiyyah.

3. Memberikan penjelasan kaidah-kaidah qirāāt tersebut baik dengan

bentuk jadwal maupun yang lainnya.

4. Menguraikan cara-cara membaca para imam qirāāt sab’ah dengan

disertai bagaimana penerapan/ pengaplikasian bacaan-bacaan tersebut,

contoh:

Pertama diawali dengan Qālūn

Kedua, apabila terdapat kesepakatan para imam qirāāt dalam hal

qirāāt-nya, maka kita katakana indaraja (mengikuti) / wāfiqun ‘alaihi

(sepakat)…(fulan wa fulan)
32

Ketiga, apabila terdapat mad jaiz munfasil maka dimulai dari wajah

qasr/ pendek (1 alif / 2 harakat), kemudian tawassuṭ /sedang (2 alif /4

harakat), diteruskan dengan ṭūl / panjang (3 alif/ 6 harakat).

Sumber rujukan Kitab Mamba’ al-Barakāt ini diambil dari kitab-kitab

qirāāt sab’ah seperti kitab “Ḥirz al-Amānī wa Wajh al-Tahānī” karya al-

Syāṭibī, kitab “Al-Budūr al-Zāhirah fī al-Qirāāt al-Mutawātirah” karya

‘Abd al-Fattah ibn ‘Abd al-Ghanī al-Qāḍī rahimahullah, kitab “Taqrīb al-

Ma’anī fī Syarḥ Ḥirz al-Amānī fī Qirāāt al-Sab’” dan kitab-kitab qirāāt

yang lain.

Anda mungkin juga menyukai