Makalah Mikrobiologi
Makalah Mikrobiologi
Makalah Mikrobiologi
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mikroba. Jasad hidup yang
ukurannya kecil sering disebut sebagai mikroba atau mikroorganisme atau
jasad renik. Jasad renik disebut sebagai mikroba bukan hanya Karena
ukurannya yang kecil, sehingga sukar dilihat dengan mata biasa, tetapi juga
pengaturan kehidupannya yang lebih sederhana dibandingkan dengan jasad
tingkat tinggi.
( Hidayati, 2016)
C. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
A. PENEMUAN ANIMALCULUS
Awal terungkapnya dunia mikroba adalah dengan ditemukannya
mikroskop Oleh Leeuwenhoek (1633-1723). Mikroskop temuan tersebut
masih sangat sederhana, dilengkapi satu lensa dengan jarak fokus yang
sangat pendek, tetapi dapat menghasilkan bayangan jelas yang
perbesarannya antara 50-300 kali. Leeuwenhoek melakukan pengamatan
tentang struktur mikroskopis biji, jaringan tumbuhan dan invertebrata kecil,
tetapi penemuan yang terbesar adalah diketahuinya dunia mikroba yang
disebut sebagai “animalculus” atau hewan kecil. Animalculus adalah jenis-
jenis mikroba yang sekarang diketahui sebagai protozoa, algae, khamir, dan
bakteri.
B. TEORI ABIOGENESIS DAN BIOGENESIS
Penemuan animalculus di alam, menimbulkan rasa ingin tahu
mengenai asal usulnya. Menurut teori abiogenesis, animalculus timbul
dengan sendirinya dari bahan - bahan mati. Doktrin abiogenesis dianut
sampai jaman Renaissance, seiring dengan kemajuan pengetahuan
mengenai mikroba, semakin lama doktrin tersebut menjadi tidak terbukti.
Sebagian ahli menganut teori biogenesis, dengan pendapat bahwa
animalculus terbentuk dari “benih” animalculus yang selalu berada di
udara. Untuk mempertahankan pendapat tersebut maka penganut teori ini
mencoba membuktikan dengan berbagai percobaan. Fransisco Redi (1665),
memperoleh hasil dari percobaannya bahwa ulat yang berkembang biak di
dalam daging busuk, tidak akan terjadi apabila daging tersebut disimpan di
dalam suatu tempat tertutup yang tidak dapat disentuh oleh lalat. Jadi
dapat disimpulkan bahwa ulat tidak secara spontan berkembang dari
daging. Percobaan lain yang dilakukan oleh Lazzaro Spalanzani memberi
bukti yang menguatkan bahwa mikroba tidak muncul dengan sendirinya,
pada percobaan menggunakan kaldu ternyata pemanasan dapat
menyebabkan animalculus tidak tumbuh. Percobaan ini juga dapat
menunjukkan bahwa perkembangan mikrobia di dalam suatu bahan, dalam
arti terbatas menyebabkan terjadinya perubahan kimiawi pada bahan
tersebut. Percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur juga banyak
membuktikan bahwa teori abiogenesis tidak mungkin, tetapi tetap tidak
dapat menjawab asal usul animalculus. Penemuan Louis Pasteur yang
penting adalah (1) Udara mengandung mikrobia yang pembagiannya tidak
merata, (2) Cara pembebasan cairan dan bahan - bahan dari mikrobia, yang
sekarang dikenal sebagai pasteurisasi dan sterilisasi.
Pasteurisasi adalah cara untuk mematikan beberapa jenis mikroba
tertentu dengan menggunakan uap air panas, suhunya kurang lebih 62 oC.
Sterilisasi adalah cara untuk mematikan mikroba dengan pemanasan dan
tekanan tinggi, cara ini merupakan penemuan bersama ahli yang lain.
C. PENEMUAN BAKTERI BERSPORA
John Tyndall (1820-1893), dalam suatu percobaannya juga
mendukung pendapat Pasteur. Cairan bahan organik yang sudah
dipanaskan dalam air garam yang mendidih selama 5 menit dan diletakkan
di dalam ruangan bebas debu, ternyata tidak akan membusuk walaupun
disimpan dalam waktu berbulan-bulan, tetapi apabila tanpa pemanasan
maka akan terjadi pembusukan. Dari percobaan Tyndall ditemukan adanya
fase termolabil (tidak tahan pemanasan, saat bakteri melakukan
pertumbuhan) dan termoresisten pada bakteri (sangat tahan terhadap
panas). Dari penyelidikan ahli botani Jerman yang bernama Ferdinand
Cohn, dapat diketahui secara mikroskopis bahwa pada fase termoresisten,
bakteri dapat membentuk endospora. Dengan penemuan tersebut, maka
dicari cara untuk sterilisasi bahan yang mengandung bakteri pembentuk
spora, yaitu dengan pemanasan yang terputus dan diulang beberapa kali
atau dikenal sebagai Tyndallisasi. Pemanasan dilakukan pada suhu 100 oC
selama 30 menit, kemudian dibiarkan pada suhu kamar selama 24 jam, cara
ini diulang sebanyak 3 kali. Saat dibiarkan pada suhu kamar, bakteri
berspora yang masih hidup akan berkecambah membentuk fase
pertumbuhan / termolabil, sehingga dapat dimatikan pada pemanasan
berikutnya.
D. PERAN MIKROBA DALAM TRANSFORMASI BAHAN ORGANIK
Suatu bahan yang ditumbuhi oleh mikroba akan mengalami
perubahan susunan kimianya. Perubahan kimia yang terjadi ada yang
dikenal sebagai fermentasi (pengkhamiran) dan pembusukan
(putrefaction). Fermentasi merupakan proses yang menghasilkan alkohol
atau asam organik, misalnya terjadi pada bahan yang mengandung
karbohidrat. Pembusukan merupakan proses peruraian yang menghasilkan
bau busuk, seperti pada peruraian bahan yang mengandung protein. Pada
tahun 1837, C. Latour, Th. Schwanndon, dan F. Kutzing secara terpisah
menemukan bahwa zat gula yang mengalami fermentasi alkohol selalu
dijumpai adanya khamir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan
gula menjadi alkohol dan CO2 merupakan fungsi fisiologis dari sel khamir
tersebut. Teori biologis ini ditentang oleh Jj. Berzelius, J. Liebig, dan F.
Wahler. Mereka berpendapat bahwa fermentasi dan pembusukan
merupakan reaksi kimia biasa. Hal ini dapat dibuktikan pada tahun 1812
telah berhasil disintesa senyawa organik urea dari senyawa
anorganik.Pasteur banyak meneliti tentang proses fermentasi (1875-1876).
Suatu saat perusahaan pembuat anggur dari gula bit, menghasilkan anggur
yang masam. Berdasarkan pengamatannya secara mikroskopis, sebagian
dari sel khamir diganti kedudukannya oleh sel lain yang berbentuk bulat
dan batang dengan ukuran sel lebih kecil. Adanya sel-sel yang lebih kecil ini
ternyata mengakibatkan sebagian besar proses fermentasi alkohol tersebut
didesak oleh proses fermentasi lain, yaitu fermentasi asam laktat. Dari
kenyataan ini, selanjutnya dibuktikan bahwa setiap proses fermentasi
tertentu disebabkan oleh aktivitas mikroba tertentu pula, yang spesifik
untuk proses fermentasi tersebut. Sebagai contoh fermentasi alkohol oleh
khamir, fermentasi asam laktat oleh bakteri Lactobacillus, dan fermentasi
asam sitrat oleh jamur Aspergillus.
E. PENEMUAN KEHIDUPAN ANAEROB
Selama meneliti fermentasi asam butirat, Pasteur menemukan
adanya proses kehidupan yang tidak membutuhkan udara. Pasteur
menunjukkan bahwa jika udara dihembuskan ke dalam bejana fermentasi
butirat, proses fermentasi menjadi terhambat, bahkan dapat terhenti sama
sekali. Dari hal ini kemudian dibuat 2 istilah, (1) kehidupan anaerob, untuk
mikroba yang tidak memerlukan Oksigen, dan (2) kehidupan aerob, untuk
mikroba yang memerlukan Oksigen. Secara fisiologis adanya fermentasi
dapat digunakan untuk mengetahui beberapa hal. Oksigen umumnya
diperlukan mikroba sebagai agensia untuk mengoksidasi senyawa organik
menjadi CO2. Reaksi oksidasi tersebut dikenal sebagai “respirasi aerob”,
yang menghasilkan tenaga untuk kehidupan jasad dan pertumbuhannya.
Mikroba lain dapat memperoleh tenaga dengan jalan memecahkan
senyawa organik secara fermentasi anaerob, tanpa memerlukan Oksigen.
Beberapa jenis mikroba bersifat obligat anaerob atau anaerob sempurna.
Jenis lain bersifat fakultatif anaerob, yaitu mempunyai dua mekanisme
untuk mendapatkan energi. Apabila ada Oksigen, energi diperoleh secara
respirasi aerob, apabila tidak ada Oksigen energi diperoleh secara
fermentasi anaerob. Pasteur mendapatkan bahwa respirasi aerob adalah
proses yang efisien untuk menghasilkan energi.
F. PENEMUAN ENZIM
Menurut Pasteur, proses fermentasi merupakan proses vital untuk
kehidupan. Pendapat tersebut ditentang oleh Bernard (1875), bahwa
khamir dapat memecah gula menjadi alkohol dan CO2 karena mengandung
katalisator biologis dalam selnya. Katalisator biologis tersebut dapat
diekstrak sebagai larutan yang tetap dapat menunjukkan kemampuan
fermentasi, sehingga fermentasi dapat dibuat sebagai proses yang tidak
vital lagi (tanpa sel). Pada tahun 1897, Buchner dapat membuktikan
gagasan Bernard, yaitu pada saat menggerus sel khamir dengan pasir dan
ditambahkan sejumlah besar gula, terlihat dari campuran tersebut
dibebaskan CO2 dan sedikit alkohol. Penemuan ini membuka jalan ke
perkembangan biokimia modern. Akhirnya dapat diketahui bahwa
pembentukan alkohol dari gula oleh khamir, merupakan hasil urutan
beberapa reaksi kimia, yang masing-masing dikatalisir oleh biokatalisator
yang spesifik atau dikenal sebagai enzim.
G. MIKROBA PENYEBAB PENYAKIT
Pasteur menggunakan istilah khusus untuk mengatakan kerusakan
pada minuman anggur oleh mikrobia, yaitu disebut penyakit Bir. Ia juga
mempunyai dugaan kuat tentang adanya peran mikroba dalam
menyebabkan timbulnya penyakit pada jasad tingkat tinggi. Bukti-buktinya
adalah dengan ditemukannya jamur penyebab penyakit pada tanaman
gandum (1813), tanaman kentang (1845), dan penyakit pada ulat sutera
serta kulit manusia. Pada tahun 1850 diketahui bahwa dalam darah hewan
yang sakit antraks, terdapat bakteri berbentuk batang. Davaine (1863-1868)
membuktikan bahwa bakteri tersebut hanya terdapat pada hewan yang
sakit, dan penularan buatan menggunakan darah hewan yang sakit pada
hewan yang sehat dapat menimbulkan penyakit yang sama. Pembuktian
bahwa antraks disebabkan oleh bakteri dilakukan oleh Robert Koch (1876),
sehingga ditemukan “postulat Koch” yang merupakan langkah-langkah
untuk membuktikan bahwa suatu mikroba adalah penyebab penyakit.
Postulat Koch dalam bentuk umum adalah sebagai berikut:
1. Suatu mikroba yang diduga sebagai penyebab penyakit harus ada pada
setiap tingkatan penyakit.
2. Mikroba tersebut dapat diisolasi dari jasad sakit dan ditumbuhkan
dalam
bentuk biakan murni.
3. Apabila biakan murni tersebut disuntikkan pada hewan yang sehat dan
peka, dapat menimbulkan penyakit yang sama.
4. Mikrobia dapat diisolasi kembali dari jasad yang telah dijadikan sakit
tersebut.
H. PENEMUAN VIRUS
Iwanowsky menemukan bahwa filtrat bebas bakteri -(cairan yang
telah disaring dengan saringan bakteri)- dari ekstrak tanaman tembakau
yang terkena penyakit mozaik, ternyata masih tetap dapat menimbulkan
infeksi pada tanaman tembakau yang sehat. Dari kenyataan ini kemudian
diketahui adanya jasad hidup yang mempunyai ukuran jauh lebih kecil dari
bakteri (submikroskopik) karena dapat melalui saringan bakteri, yaitu
dikenal sebagai virus. Untuk membuktikan penyakit yang disebabkan oleh
virus, dapat digunakan postulat River (1937), yaitu:
1. Virus harus berada di dalam sel inang.
2. Filtrat bahan yang terinfeksi tidak mengandung bakteri atau mikroba
lain yang dapat ditumbuhkan di dalam media buatan.
3. Filtrat dapat menimbulkan penyakit pada jasad yang peka.
4. Filtrat yang sama yang berasal dari hospes peka tersebut harus dapat
menimbulkan kembali penyakit yang sama.
I. MIKROBIOLOGI TANAH
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mikrobia berperan atas
perubahan kimiawi yang terjadi di dalam tanah. Peranan mikrobia dalam
beberapa siklus unsur hara yang penting, seperti siklus Karbon, Nitrogen,
Sulfur, ditunjukkan oleh Winogradsky dan Beijerinck. Winogradsky
menemukan bakteri yang mempunyai fisiologis khusus, yang disebut
bakteri autotrof. Bakteri ini dapat tumbuh pada lingkungan yang
seluruhnya anorganik. Energi diperoleh dari hasil oksidasi senyawa
anorganik tereduksi, dan menggunakan CO2 sebagai sumber Karbon.
Bakteri autotrof dapat dicirikan dari kemampuannya menggunakan
sumber anorganik tertentu. Sebagai contoh, bakteri Belerang dapat
mengoksidasi senyawa Belerang anorganik. Penemuan lain bersama
Beijerinck adalah adanya bakteri penambat Nitrogen nonsimbiotik dan
simbiotik, yang dapat memanfaatkan Nitrogen dalam bentuk gas N2.
J. GENERATIO SPONTANEA (ABIOGENESIS) MENURUT PANDANGAN BARU
Bukti-bukti baru mendukung bahwa kehidupan terjadi dari berbagai
unsur kimia, dengan rangkaian reaksi yang mirip dengan reaksi yang
terjadi di alam. Menurut pendapat Oparin (1938) dan Haldane (1932),
bumi pada jaman prebiotik mempunyai atmosfer yang bersifat anaerob.
Atmosfer bumi saat itu mengandung sejumlah besar Nitrogen, Hidrogen,
CO2, uap air, sejumlah ammonia, CO, dan H2S. Di atmosfer Oksigen
hampir tidak ada, dan lapisan ozon sangat tipis, sehingga sinar ultra violet
banyak mengenai bumi. Radiasi uv, suhu tinggi dan loncatan bunga api
listrik, menyebabkan sejumlah bahan anorganik yang ada berubah
menjadi bahan organik, serta terjadinya evolusi pada bahan-bahan organik
menjadi lebih kompleks, atau mulai terbentuk makromolekul. Diduga
makromolekul akan saling bergabung membentuk semacam membran,
yang kemudian mengelilingi suatu cairan, dan akhirnya terbentuk suatu
organisme seluler. Selanjutnya untuk mengevolusikan jasad bersel tunggal
menjadi bersel majemuk memerlukan waktu kurang lebih 2,5 milyar
tahun. Untuk mengevolusikan jasad bersel majemuk menjadi reptil sampai
binatang menyusui memerlukan waktu milyaran tahun lagi.
Teori asal mula kehidupan diatas didukung oleh penemuan S. Miller
(1957) dan H. Urey (1954). Bejana Miller diisi dengan gas CH4, NH3, H2O,
dan H2. Gas-gas tersebut dibiarkan bersirkulasi terus-menerus melalui
loncatan bunga api listrik, kondensor, dan air mendidih. Seminggu
kemudian ternyata menunjukkan terbentuknya senyawa organik seperti
asam amino glisin dan alanin, serta asam organik seperti asam suksinat.
Dengan merubah bahan dasar dan energi yang diberikan dalam aparat
Miller, maka dapat disintesa senyawa-senyawa lain seperti polipeptida,
purin, dan ATP. Makromolekul inilah yang diduga sebagai awal
terbentuknya kehidupan.
K. PENGGUNAAN MIKROBA
1. Penggunaan mikroba untuk proses-proses klasik, seperti khamir untuk
membuat anggur dan roti, bakteri asam laktat untuk yogurt dan kefir,
bakteri asam asetat untuk vinegar, jamur Aspergillus sp. untuk kecap,
dan jamur Rhizopus sp. untuk tempe.
2. Penggunaan mikroba untuk produksi antibiotik, antara lain penisilin oleh
jamur Penicillium sp., streptomisin oleh actinomysetes Streptomyces sp.
3. Penggunaan mikroba untuk proses-proses baru, misalnya karotenoid dan
steroid oleh jamur, asam glutamat oleh mutan Corynebacterium
glutamicum, pembuatan enzim amilase, proteinase, pektinase, dan lain-
lain.
4. Penggunaan mikroba dalam teknik genetika modern, seperti untuk
pemindahan gen dari manusia, binatang, atau tumbuhan ke dalam sel
mikrobia, penghasilan hormon, antigen, antibodi, dan senyawa lain
misalnya insulin, interferon, dan lain-lain.
5. Penggunaan mikroba di bidang pertanian, misalnya untuk pupuk hayati
(biofertilizer), biopestisida, pengomposan, dan sebagainya.
6. Penggunaan mikroba di bidang pertambangan, seperti untuk proses
leaching di tambang emas, desulfurisasi batubara, maupun untuk proses
penambangan minyak bumi.
7. Penggunaan mikroba di bidang lingkungan, misalnya untuk mengatasi
pencemaran limbah organik maupun anorganik termasuk logam berat
dan senyawa xenobiotik. (Hidayati, 2016).