Buku Panduan P2A GKJW-2017
Buku Panduan P2A GKJW-2017
Buku Panduan P2A GKJW-2017
138 i
Meski Aku berbeda kemampuan, baik
jasmani dan rohani, Aku tetap harus
mendapat pendidikan dan perawatan
khusus. Pendidikan sangat penting…
ii 137
Daftar Isi
Aku Anak Dunia [1] i
Aku Anak Dunia [2] ii
Daftar Isi & Penyusun iii
Aku Anak Dunia [3] iv
Sekapur Sirih v
Aku Anak Dunia [4] vi
Sebuah Pengantar P2A 1
Panduan Pelaksanaan P2A 4
Kedudukan Anak Dalam Gereja 15
Pola Asuh Anak 34
Bagaimana Memulai Kegiatan P2A 42
Contoh Kuisioner 50
Refleksi Untuk Pendamping Anak 51
Lampiran-Lampiran:
1. UU No 44 Tahun 1984 53
2. Konvensi Hak Anak 1989 55
3. UUPA No 23 Tahun 2002 77
4. UU No 35 Tahun 2014 114
5. Perpu No 1 Tahun 2016 130
Tim Penyusun
1. Pdt. Dwi Cahyono, S.Si.
2. Dra. Suriya Prihadi, M.Pd.
3. Dra. Denise Resiamini
4. Selvy Josephine
5. Petrus Wagiyo, S.Pd.
6. Yanuari Ningsih Aji
136 1ii
Aku tidak boleh dibeda-bedakan
hanya karena:
Perbedaan Agama, Suku, Ras, Jenis kelamin
dan Budaya. Hal terbaik menyangkut
kepentingan hidupku harus jadi
pertimbangan.
iv 135
Sekapur Sirih
Keberadaan anak adalah merupakan generasi yang akan melanjutkan
kehidupaan di eranya masing-masing. Mereka tumbuh tidak hanya secara fisik
tetapi juga psykis, memiliki angan dan harapan yang indah untuk hidupnya. Tetapi
pada saat ini kita sering mendengar dan melihat berita di media massa atau
bahkan melihat peristiwa secara langsung tindak kekerasan yang terjadi pada anak
dan remaja.
Berbagai macam kekerasan dialami oleh anak dan remaja, seperti kekerasan
seksual, perdagangan anak, perkawinan dini, kekerasan yang dilakukan oleh orang
tua kepada anak, narkoba dll.
Para pelaku kekerasan itu bukan hanya di luar rumah tetapi juga bisa terjadi di dalam
rumah, di mana seharusnya seorang anak mendapatkan perlindungan dan rasa
aman. Peristiwa kekerasan tersebut mengakibatkan trauma bahkan
menghancurkan hidup dan masa depan anak-anak, yang mengalami perlakuan
kekerasan.
Oleh sebab itu dengan melihat intensitas kejahatan dan kekerasan terhadap anak
yang semakin lama semakin mengkhawatirkan, maka perlu dukungan dan peran
semua pihak untuk melakukan Pendampingan dan Perlindungan terhadap anak dan
remaja, sehingga mereka dapat bertumbuh menjadi anak yang dapat mengem-
bangkan kehidupannya dengan baik.
Dalam hal ini GKJW sebagai bagian dalam kehidupan bermasyarakat terpanggil
untuk secara lebih intensif mengembangkan pelayanannya pada anak dan remaja.
Maka pada Sidang ke-113/2016 Majelis Agung GKJW menetapkan kebijakannya untuk
membentuk Pokja Pendampingan dan Perlindungan Anak (P2A). Pokja P2A ini
bertugas untuk merumuskan program kegiatan yang berkenaan dengan
Pendampingan dan Perlindungan Anak, agar anak-anak mendapatkan haknya dan
orang dewasa melakukan apa yang menjadi kewajibannya kepada anak-anak.
Pokja P2A meluncurkan Buku Panduan P2A sebagai acuan bagaimana Majelis
Daerah dan Majelis Jemaat dalam membentuk dan mengembangkan kegiatan
program Pendampingan dan Perlindungan Anak di lingkup masing-masing.
Kiranya Tuhan Yesus memampukan gereja-Nya untuk mewujudkan keadilan,
kebenaran, kasih dan damai sejahtera di tengah masyarakat. Tuhan Yesus
memberkati pelayanan kita bersama.
134 v
Jangan biarkan aku
berada dan tenggelam
dalam keadaan yang tidak menyenangkan
dan mengancam jiwaku.
133
Sebuah Pengantar
PENDAMPINGAN DAN PERLINDUNGAN ANAK (P2A)
a. Latar Belakang
Gereja Kristen Jawi Wetan selama ini telah memberikan pelayanan
kepada warganya, salah satunya bagi warga anak. Pelayanan kepada
anak diberikan agar anak dapat mengalami pertumbuhan menuju
kedewasaan lahir batin secara kristiani.
Pelayanan kepada anak selama ini dilakukan melalui ibadah anak
dan katekisasi anak. Namun, dengan melihat dan memerhatikan
tantangan yang dihadapi oleh anak-anak saat ini yang semakin besar,
serta dijumpainya hak-hak anak -sebagaimana yang tercantum dalam
Undang-undang Perlindungan Anak- yang terabaikan, memunculkan
pemikiran bahwa Gereja perlu turut serta bertanggungjawab
memikirkan persoalan yang dihadapi oleh anak-anak, sebagai bagian
dari warga gereja. Hal itu perlu dilakukan agar pelayanan Gereja
kepada anak dapat menyentuh kebutuhan/ hak-hak anak.
Oleh karena itu, Gereja perlu mengembangkan pelayanannya,
yang selama ini telah diberikan bagi warganya, khususnya bagi
warga Anak. Jika selama ini pelayanan Gereja terkesan “hanya”
menyentuh sisi rohani anak (melalui ibadah anak dan juga katekisasi
anak), maka pelayanan Gereja perlu dikembangkan agar dapat
menyentuh sisi-sisi lain dari anak (misal, mental anak), namun tetap
dapat mendukung pertumbuhan iman anak. Agar anak dapat
menghadapi tantangan yang ada saat ini, dengan harapan mereka
tetap tidak kehilangan iman kristen, maka anak-anak ini perlu
mendapatkan upaya pendampingan dan perlindungan.
132 1
Melalui Kegiatan P2A ini, Gereja dapat
memberikan pelayanan secara
menyeluruh (Holistik), baik rohani
maupun jasmani, kepada warganya,
khususnya warga Anak. Disamping itu,
Gereja dapat turut serta menyiapkan
generasi penerus bangsa dan gereja yang
berkualitas.
130 3
PANDUAN PELAKSANAAN P2A DI GKJW
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mendampingi dan Melindungi Anak Semakin Terpadu dan Menyeluruh Tidak
dapat dipungkiri bahwa anak dengan dunia dan perkembangannya
sudah begitu banyak yang memerhatikan. Para pelaku pemerhati dengan
aneka upaya berusaha memperhatikan anak dalam berbagai aspek. Dalam
konteks demikianlah gereja ada dan berada. Namun apakah gereja sudah
dengan sigap dan cepat menangkap ladang pelayanan yang terbentang
luas ini? Disadari, dengan segala pergumulan dan tantangannya masing-
masing, gereja seakan menjadi pelaku yang terkemudian, kalau tidak
hendak dikatakan terlambat dalam memberikan perhatian seluas-luasnya
kepada anak yang ada di lingkup maupun di sekeliling gereja berada.
Sehingga, sudah seharusnya gereja memikirkan sebuah rencana yang
bersifat jangka panjang, yang bersifat ”visioner” tentang anak. Hal ini
sebenarnya juga demi kebaikan gereja itu sendiri. Baik secara internal,
untuk menjaga keberadaan penerus dan pelaku gereja di masa depan
sekaligus secara eksternal, gereja yang berjuang menjadi garam dan terang
bagi dunia. Bahwa memikirkan dan bertindak mendampingi serta
melindungi anak adalah sebuah panggilan kasih juga. Anak dengan masa
depannya yang mengarah kepada hidup yang layak dan baik.
Diperlukan satu keberanian untuk melangkah dan memulai. Melalui sikap
cermat dalam berpelayanan, gereja akan dapat semakin dikenal buahnya.
Memulai bisa berupa langkah demi langkah, bagian demi bagian serta tahap
demi tahap. Dalam pengertian memikirkan secara global namun melangkah
secara parsial. Salah satu pendorong yang positif dalam gereja adalah sudah
adanya kekuatan dan peluang yang memadai. Adanya ragam kompleksitas dan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5606
pergumulan sosial kemasyarakatan dari warga jemaat, anak serta juga
kekuatan dan kemampuan daya gereja, sudah menjadi media yang cukup
untuk dihadapi dengan penuh tanggung jawab. Salah satu kasus dalam lingkup
gereja adalah anak yang tidak terlindungi dari kekerasan bersifat psikologis.
Adanya ”pemanenan” anak oleh beberapa gereja, menunjukkan kekerasan
secara psikologis. Bahwa anak diberi iming-iming benda-benda yang menarik
sehingga derajat pemahaman tentang bergereja adalah sebatas hal hadiah dan
bukan tentang hidup beriman. Kondisi anak dan
4 129
tantangannya semakin banyak dan beragam. Baik berskala kecil dan besar,
ringan dan berat, lokal ataupun berimbas banyak pihak dan hal, yang
bersifat wajar ataupun sudah melampaui batas kewajaran. Sesungguhnya
kita tahu tentang ragam Hak Anak, antara lain: pendidikan, kebebasan, dan
kesehatan, dan mestinya semakin menyadarkan kita bersama. Bahwa
pendampingan anak itupun akan semakin banyak dan beragam.
Sehingga sekarang adalah waktu untuk menumbuhkan kepedulian yang
memadai akan pergumulan anak yang ada di dalam dan sekeliling gereja.
Diperlukan para pelaku yang hendaknya menjadi penggerak perubahan dalam
kepedulian kepada anak. Sehingga tidak akan ada lagi ketakutan akan masa
depan dan kehidupan anak yang terabaikan. Mengapa ini harus dilakukan?
Pertama, sebab segala keberadaan kita sudah lebih dulu lunas terbayar (1 Kor
7:23). Bahwa kita sudah menikmati kehidupan yang diperbaharui oleh darah
Kristus. Bukankah hidup ini memang untuk melakukan sebuah karya kasih ?
Kedua, menilik keberadaan anak yang masih belum memiliki daya, dan masih
memerlukan upaya dan dukungan dari pihak diluar dirinya sendiri untuk
mempersiapkan masa depannya. Ketiga, gereja perlu berperan menciptakan
kehidupan anak yang semakin bermartabat dan sejahtera. Paling tidak, negara,
melalui keberadaan UU 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sudah
berupaya. Gereja dengan landasan kasih Yesus kepada anak (Mar 10:13-16)
hendaknya juga mendukung.
Disadari bahwa ini merupakan harapan dan sekaligus rencana yang
besar. Namun justru karena itu, harus diimbangi dengan tindakan yang
besar sekaligus benar. Diperlukan kesatuan dukungan baik secara teologi,
daya serta dana. Diharapkan muara dari segala hal ini adalah menciptakan
arus utama dalam gereja untuk semakin memperhatikan anak dan anak di
sekelilingnya. Gereja dengan segala
keberadaanya, juga diharapkan membawa
warna tersendiri dalam pendampingan
anak, yaitu kebenaran iman yang
menyatukan untuk melakukan sebuah
tindakan kasih. Dengan kegiatan ini anak
akan memiliki daya dan kemampuan
menjaga kehidupan. Masih ada waktu dan
peluang yang terbuka untuk bekerjasama, baik secara internal gerejawi
ataupun dengan berbagai pihak yang lain. Akhirnya, DPAR dalam hal ini
mengajukan Proposal kegiatan Pendampingan dan Perlindungan Anak
sebagai Upaya Menciptakan Arus Utama Untuk Mendampingi dan
Melindungi Anak Semakin Terpadu dan Menyeluruh.
128 5
B. LANDASAN KEGIATAN
1. Undang Undang RI Nomor 35 tahun 2014 Tentang Perubahan atas
Undang Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Perlindungan Anak
2. TATA PRANATA GKJW Pasal 10 Ayat 2
3. PKP IV. Ancaman. No. 4.g (hal 8). Menciptakan anak bangsa yang cerdas,
bermoral, berakhlak, bukan hanya karena perundang-undangan
sebagai produk politik, melainkan sangat memerlukan keteladanan
yang baik dari generasi tua dan para pimpinan bangsa.
4.PKP IV. Pembinaan Anak dan Remaja. Inti Program no 4 (hal 23).
Membantu anak dan remaja dalam bidang pendidikan dalam rangka
mempersiapkan sumber daya manusia untuk jemaat dan gereja.
5. PPJM I tahun 2017-2022 GKJW bidang Persekutuan Pokja P2A (halaman
60) . Pengembangan sistem dan program Pendampingan dan
Perlindungan Anak GKJW.
C. TUJUAN
1. Menumbuhkan kepedulian terhadap keberadaan dan pergumulan anak.
2. Menumbuhkan sarana, daya dan tenaga tenaga yang mampu menjadi
penggerak kepedulian kepada anak.
3. Membantu anak dalam mencari solusi atau jalan keluar ketika
menghadapi permasalahan.
D. NAMA KEGIATAN
”Pendampingan dan Perlindungan Anak” (P2A)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dimana usia anak anak
dalam kehidupan dan tumbuh kembangnya sangat tergantung kepada
orang-orang yang ada disekitarnya terutama yang lebih dewasa atau
orangtua. Pertumbuhan psikis, mental, rohani dan fisiknya sangan
ditentukan oleh pola asuh dari orangtua. bahwa anak merupakan
amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat
harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. bahwa anak
adalahtunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan
bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus
6 127
menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa
depan. bahwa agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung
jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-
luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik,
mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya
perlindungan dan pendampingan serta untuk mewujudkan
kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap
pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi;
2. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
3. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau
ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas
atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga.
4. Orang tua adalah ayah dan/atau ibu kandung, atau ayah dan/ atau ibu
tiri, atau ayah dan/atau ibu angkat.
5. Wali adalah orang atau badan yang dalam kenyataannya menjalankan
kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap anak.
6. Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya
secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.
7. Anak yang menyandang cacat adalah anak yang mengalami hambatan
fisik dan/atau mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangannya secara wajar.
8. Anak yang memiliki keunggulan adalah anak yang mempunyai
kecerdasan luar biasa, atau memiliki potensi dan/atau bakat istimewa.
9. Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan
kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang
bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan
anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya
berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.
10.Anak asuh adalah anak yang diasuh oleh seseorang atau lembaga,
untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan,
dan kesehatan, karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya
tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar.
126 7
11. Kuasa asuh adalah kekuasaan orang tua untuk mengasuh, mendidik,
memelihara, membina, melindungi, dan menumbuhkembangkan
anak sesuai dengan agama yang dianutnya dan kemampuan, bakat,
serta minatnya.
12. Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,
dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
pemerintah, dan negara.
13. Masyarakat adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan
organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan.
14.Pendamping adalah pekerja sosial yang mempunyai kompetensi
profesional dalam bidangnya.
15. Perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada
anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum,
anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi
secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak
yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan,
penjualan, perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau
mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan
salah dan penelantaran.
B. PRINSIP-PRINSIP
Penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan
berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak meliputi :
a. Non diskriminasi;
b. Kepentingan yang terbaik bagi anak;
c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan
d. Penghargaan terhadap pendapat anak.
C. HAK ANAK
1. Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
2. Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir,
dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya,
dalam bimbingan orang tua.
8 125
3. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan
sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.
4. Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya,
menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan
tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai
dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.
5. Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu
luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan
berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya
demi pengembangan diri.
6. Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi,
bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
7. Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak
lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak
mendapat perlindungan dari perlakuan:
a. diskriminasi;
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
c. penelantaran;
d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
e.ketidakadilan; dan
f. perlakuan salah lainnya.
8. (1) Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran
penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak
manusiawi.
(2) Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan
hukum.
(3) Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana
penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai
dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat
dilakukan sebagai upaya terakhir.
D. KEWAJIBAN ANAK
1. Menghormati orangtua, wali murid, guru
2. Mencintai keluarga, masyarakat dan teman
3. Mencintai tanah air, bangsa dan negara
4. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya
5. Melaksanakan etika dan akhlak mulia
124 9
E. KEWAJIBAN TANGGUNG MASYARAKAT
Kewajiban dan tanggung jawab masyarakat terhadap perlindungan
anak dilaksanakan melalui kegiatan peran masyarakat dalam
penyelenggaraan perlindungan anak.
10 123
SASARAN 1: Anak mengalami krisis karena korban kekerasan
1. Kekerasan fisik
2. Kekerasan emosional
3.Kekerasan seksual
4. Penelantaran anak
5.Esploitasi anak
6. Trafficking
SASARAN 2: Anak mengalami krisis (selain karena korban kekerasan)
1. Kematian orang terdekat: orangtua, saudara
2. Perceraian orangtua
3.Operasi
4. Tinggal kelas (gagal dalam studi)
5.Kecelakaan
6. Penolakan orangtua
7.dll
SASARAN 3: Anak “Normal”
1. Anak berbakat: yang memiliki talenta/potensi
2. Anak yang tidak mengalami krisis
Jenis Pertolongan:
1. KONSELING: Pelayanan konseling
2. ADVOKASI: Pendampingan hukum
3. EDUKASI: Pembinaan, Sarasehan, Bahan Khotbah, Bahan PA, Bahan
TIAR, Pembuatan Modul, dll.
122 11
BAB III
PELAKSANAAN P2A
A. Langkah-langkah:
1. Sosialisasi dengan PHMD/PHMJ/KPARD/KPARJ
2. Pendataan:
a. Penyebaran angket
b. Pemetakan masalah
c. Diskusi KPAR, KPPW, KPT atau badan pembantu terkait menentukan
masalah yang diangkat dari hasil penyebaran angket dan pemetakan
masalah
3.Pembentukan program P2A
a. Membentuk relawan
b. Diskusi komisi terkait dengan relawan
c. Melaksanakan kegiatan P2A
4. Pembentukan pilot project
5.Pelatihan SDM di pilot project
6. Membuat jejaring
7.Evaluasi terus menerus
B. Cara Pencapaian
Tahun Fokus
I Sosialisasi PHMD/J, KPARD/J dan Steakholder lainnya
Pendataan, Diskusi II Pembinaan dan Pelatihan
III Pelaksanaan dan Evaluasi
IV Semua Jemaat MD memiliki krisis Center
12 121
C. USULAN KEGIATAN
1. Bidang Kesehatan
a. Bulan sehat anak GKJW (bebas rokok)
b. Aturan baku bebas rokok
c. Bebas dari perkataan “kotor”
d. Gerakan menanam pohon
e. Bebas kantong plastik (kresek)
2. Bidang Pendidikan Pendidikan
menengah 12 Tahun
3. Sosial
a. Bijak memanfaatkan Media Sosial/ Handphone
b. Lain-Lain
Bentuk:
y Modul: selebaran, pamflet
y TOT
y Kampanye – tenaga pendamping
y Menyadarkan mind set (pola pikir) anak dan pamong, pengaruh ke
jemaat, ortu, lingkungan melalui: PA, simulasi
y Subyek pelaksana: anak (didampingi pamong)
y Gabungan dari beberapa Jemaaat yang mempunyai masalah yang
sama
y Tingkat Jemaat
E. EVALUASI
Laporan tahunan:
a. Pelaksanaan program lewat angket.
b. Kondisi riil kesehatan anak.
120 13
Karena itu, saudara-saudaraku, berdirilah
teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu
dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu,
bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan
jerih payahmu tidak sia-sia.
(1 Kor 15:58)
Pertanyaan Panduan :
1.Apakah yang Anda pahami tentang UU 23/2002 tentang Perlindungan
Anak ?
2.Apakah yang anda pahami tentang pendampingan dan perlindungan
anak (P2A)?
3. Apakah manfaat dan tujuan pengembangan P2A ?
4. Bagaimanakah cara mengembangkan P2A ?
5.Apakah factor Penghambat dan Pendukung terlaksana P2A ?
6. Sampaikan hal / pergumulan / masalah sekitar P2A, terutama yang
bersifat urgent/mendesak di tempat Anda. Baik yang menurut Anda
“punya potensi” untuk persoalan P2A ataupun yang menurut Anda
“tidak ada masalah” dalam P2A.
7. Sampaikan bentuk kegiatan yang sudah dikerjakan untuk P2A dan
Contoh Studi Kasus P2A di tempat Anda masing-masing.
8. Apakah cita-cita (visi) Anda dalam kegiatan P2A ? Kegiatan apa yang
bisa langsung dirasakan oleh lingkup pelayanan Anda (jemaat, MD,
MA) pada saat ini dan pada masa mendatang (misalnya era PKP V) ?
14 119
KEDUDUKAN ANAK DALAM GEREJA
Pengantar
Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) memiliki Tata dan Pranata yang dibuat
bertujuan untuk menjadi pedoman dalam penataan hidup dan kiprah
gereja, sebagai suatu organisasi, dalam rangka mewujudkan kehidupan
dan kiprah gereja yang sesuai dengan Firman Tuhan Allah dan tetap
menyapa kenyataan zaman.
Gereja sebagai persekutuan orang
percaya di dunia ini mengalami dan
menghayati pergumulan rangkap atau
pergumulan yang memiliki dua sisi. Sisi
pertama, pergumulan dengan Tuhan
Allahnya (vertikal), dan kedua pergumulan
dengan masyarakat dan dunia dimana
gereja ada dan hidup (horisontal).
Pergumulan vertikal merupakan
pergumulan untuk selalu tetap taat
kepada Tuhan Allah dalam segala hal dan
keadaan apapun. Pergumulan horisontal
adalah pergumulan untuk memberlakukan
kehendak Tuhan Allah secara nyata dalam kehidupan masyarakat dan
kegiatan sehari-hari.
Tata dan Pranata Gereja adalah salah satu sarana untuk membuat warga
gereja dan masyarakat pada umumnya mengetahui jati diri gereja.
Sehingga harus bersifat komunikatif, siapapun yang membacanya
diharapkan dapat mengetahui apa dan bagaimana gereja itu. Karenanya
Tata dan Pranata gereja harus dibuat menurut kaidah-kaidah yang berlaku
dan jelas. (Penjelasan Umum Tata dan Pranata 1996). Tata dan Pranata 1996
telah mengalami revisi pada bagian bidang Persekutuan menjadi Panggilan
Mewujudkan Persekutuan Gerejawi.
Hal pertama yang perlu dikedepankan adalah bahwa pranata Persekutuan
Gerejawi bertolak dari penghayatan utuh terhadap GKJW. Artinya, seluruh
dinamika yang terjadi di dalam tubuh GKJW adalah dinamika persekutuan.
Persekutuan berkarakter dasar gerejawi: keluarga Allah. Di dalam keluarga
Allah terdapat bagian-bagian. Terdapat kategori-kategori, yang dimulai dari
anak, remaja, pemuda, dewasa (laki-laki-perempuan), dan
118 15
adiyuswa. Selama ini, pembagian seperti itu beberapa di antaranya telah
lazim di dalam patunggilan kita. Yang khas dari pranata Persekutuan
Gerejawi yang bersifat kategorial adalah:
(1) Remaja dipilah dari Anak
Motifnya, supaya perhatian lebih khusus bisa diberikan kepada anak,
demikian juga kepada remaja. Semoga dengan
pemilahan ini, pembinaan lebih dapat
dikonsentrasikan pada masing-masing
jenjangnya (ora wor suh). Mengenai anak
berkebutuhan khusus, difable (diferent abbility)
diharapkan diperhatikan secara khusus pula
dalam rangka pelayanan terhadap anak
berkebutuhan khusus. Mereka adalah anak
dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukkan pada ketidakmampuan mental,
emosi atau fisik, antara lain: tunanetra,
tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,
kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, anak dengan
gangguan kesehatan. Bentuk perhatian khusus gereja terhadap mereka
berupa pendampingan pada saat mereka hadir di tengah teman-temannya
yang tidak berkebutuhan khusus.
Roh atau semangat penghayatan persekutuan gerejawi kategorial anak
dan remaja diilhami oleh syair lagu mars anak GKJW:
BAB I
PENGERTIAN DASAR
HAKIKAT
1. Warga gereja sebagai anggota keluarga Allah, baik sebagai pribadi
maupun sebagai keluarga, dipanggil dan disatukan oleh kuasa kematian
dan kebangkitan Kristus, sebagaimana tampak dalam perjamuan kudus,
untuk diutus berproses bersama mewujudkan persekutuan gerejawi
yang harmonis antara manusia dengan Allah dan sesamanya.
2. Hal-hal lain mengenai panggilan mewujudkan persekutuan gerejawi
secara teritorial dan kategorial diatur di dalam pranata.
Memori Penjelasan:
Frasa keluarga Allah dimaksudkan untuk memayungi baik
persekutuan dalam pengertian teritorial (keluarga, Jemaat, Daerah,
Jawa Timur) maupun dalam pengertian kategorial (anak, remaja,
pemuda, dewasa dan adi yuswa) dalam Ikatan cinta kasih yang
bersifat utuh dan universal.
Frasa disatukan oleh kuasa kematian dan kebangkitan Kristus
dimaksudkan untuk menunjuk pada proses pemersatuan umat
Kristiani sebagai tubuh Kristus, yang disimbolkan dalam perjamuan
kudus.
Persekutuan gerejawi yang dimaksud adalah (Yunani, ‘koinonia’)
berarti: ‘fellowship’ (persekutuan), ‘association’ (asosiasi),
‘community’ (komunitas), ‘communion’ (kerukunan), ‘joint
116 17
participation’ (keterlibatan) – seperti tercermin dalam Kis. 2:42.
Persekutuan dalam arti koinonia adalah persekutuan gerejawi yang
berisi persekutuan dengan Tuhan Allah, dengan sesama gereja
(oikumene) dan ke dalam diri Greja Kristen Jawi Wetan sendiri.
Dengan demikian, usaha untuk mewujudkan dan menghayati
persekutuan Greja Kristen Jawi Wetan sebagai satu ‘patunggilan
kang nyawiji’ merupakan kegiatan yang pokok.
Pasal 1 frasa harmonis adalah rukun dan turut serta mewujudkan
hubungan kasih, ketaatan dan kesetiaan warga gereja kepada
Tuhan Allah; warga gereja dengan sesamanya; warga Greja Kristen
Jawi Wetan dalam ‘patunggilan kang nyawiji’.
PRANATA TENTANG
PANGGILAN MEWUJUDKAN PERSEKUTUAN GEREJAWI
SECARA KATEGORIAL
BAB I
HAKIKAT
Pasal 1
Warga gereja sebagai anggota keluarga Allah, baik sebagai pribadi maupun
sebagai keluarga, dipanggil dan disatukan oleh kuasa kematian dan
kebangkitan Kristus, sebagaimana tampak dalam perjamuan kudus, untuk
diutus berproses bersama mewujudkan persekutuan gerejawi yang
harmonis antara manusia dengan Allah dan sesamanya.
BAB II
UNSUR ORGANISME YANG MEMENUHI PANGGILAN MEWUJUDKAN
PERSEKUTUAN GEREJAWI SECARA KATEGORIAL
Pasal 1
1. Terdapat 5 (lima) unsur organisme gereja yang memenuhi panggilan
mewujudkan persekutuan gerejawi secara kategorial:
a.Anak
b. Remaja
c. Pemuda
d. Dewasa
e. Adiyuswa
2. Lima unsur organisme gerejawi sebagaimana disebut pada pasal 2 ayat 1,
18 115
memenuhi panggilan mewujudkan persekutuan gerejawi secara
kategorial, dengan menjalankan 5 kegiatan, yakni berteologi, bersekutu,
berdiakonia, bersaksi, dan menatalayani.
Memori penjelasan:
Ayat 1:
Pembagian ke dalam 5 (lima) kelompok dimaksudkan untuk mengintensian
pembinaan bagi setiap kelompok.
Ayat 2:
Yang dimaksud dengan kegiatan berteologi antara lain belajar memahami
pokok-pokok iman Kristen, menyanyikan lagu gerejawi, berdoa, mengetahui
dan mengenal isi Alkitab.
Yang dimaksud dengan kegiatan bersekutu antara lain adalah rajin mengikuti
kebaktian; ikut dalam kegiatan anak, remaja, pemuda, dewasa dan adiyuswa
dan belajar memimpin ibadah.
Yang dimaksud dengan kegiatan berdiakonia antara lain adalah ikut serta
dalam kegiatan pelayanan di gereja seperti mengunjungi warga gereja yang
sakit, menghibur yang sedih dan kerja bakti bersama.
Yang dimaksud dengan kegiatan bersaksi antara lain belajar untuk lebih
mengenal dan meneladan Yesus Kristus dan memberlakukannya dalam
kehidupan anak, remaja, pemuda, dewasa, dan adiyuswa dimanapun ia
berada, misalnya berdoa sebelum/sesudah makan sebelum/sesudah tidur,
berbuat baik kepada sesama.
PASAL 3
CIRI-CIRI POKOK PANGGILAN MEWUJUDKAN PERSEKUTUAN
GEREJAWI
114 19
b. Merupakan perwujudan gambar Allah yang melekat pada setiap orang
seperti tertuang dalam Kej. 1: 26.
c. Percaya pada janji hidup kekal dari Allah di dalam Yesus Kristus sehingga
menenteramkan hidupnya seperti ditegaskan dalam 2 Kor. 5: 18-19.
d. Taat kepada Tuhan Allah melebihi ketaatan kepada yang lainnya seperti
tertuang di dalam Matius 6: 33.
e. Senantiasa merindukan persekutuan dengan Tuhan Allah dan sesama
seperti tercermin dalam Kisah Para Rasul 2: 41-47.
f. Mendasarkan diri pada karakter yang nyatunggil dan nyawiji seperti
doa Tuhan Yesus dalam Yohanes 17: 1-26.
g. Secara organisatoris dijabarkan ke dalam kegiatan kategorial.
Memori penjelasan:
Pasal 3.a.: Kata “bermitra” dimaksudkan keluarga adalah sebagai
mitra
rekan sekerja Allah untuk mewujudkan misiNya.
Pasal 3.g: Yang dimaksud kegiatan ‘kategorial’ adalah kegiaatan dengan
basis jenjang usia (misal: anak, remaja, pemuda, dewasa dan adi
yuswa).
BAB III
MEWUJUDKAN PERSEKUTUAN GEREJAWI PADA WARGA GEREJA KATEGORI ANAK
Pasal 4
1. Warga gereja kategori anak terbagi atas:
a. Batita
b. Balita
c. Pratama
d. Madya
Memori penjelasan:
Yang dimaksud batita adalah anak berusia kurang dari 3 tahun.
Yang dimaksud balita adalah anak berusia kurang dari 5 tahun.
Yang dimaksud pratama adalah anak berusia kurang dari 9 tahun atau
kelas 1-3 SD
Yang dimaksud madya adalah anak berusia kurang dari 11 tahun atau
kelas 4-6 SD
2. Warga gereja kategori anak dalam bimbingan warga dewasa atau pamong
memenuhi panggilan mewujudkan persekutuan gerejawi dengan cara:
a. Memantapkan olah rohani dalam rangka semakin menyatu dengan
Tuhan Sang Sumber Hidup dan Sumber Keselamatan, sebagaimana
20 113
digambarkan dalam Yohanes 15:4 dan Roma 8:32-39.
b. Memberlakukan semangat persekutuan gerejawi sebagai bagian utuh
Greja Kristen Jawi Wetan dari tubuh Kristus dan patunggilan kang
nyawiji sebagaimana tertuang dalam Ibrani 10: 25.
c. Meneladankan mutu kehidupan beriman, jujur, setia dan taat serta
mengasihi dan berpengharapan sebagai inti kehidupan orang percaya,
sebagaimana digambarkan di dalam Matius 18: 3-5.
d. Menumbuhkembangkan dirinya sesuai dengan tahap perkembangan
seperti tertuang di dalam 1 Korintus 13: 11.
e. Menumbuhkembangkan potensi/talenta dalam melaksanakan rencana
karya Tuhan Allah sebagai wujud cinta kasih kepada Tuhan Allah dan
sesama dalam semangat Kristiani seperti dikisahkan di dalam Matius
25: 14-30.
Memori penjelasan:
Dalam hal warga anak menghayati persekutuan gerejawinya dilakukan di
bawah bimbingan warga dewasa atau dalam hal ini pamong anak dan
remaja. (lihat Pranata Gereja Tentang Warga pasal 2 ayat 4).
Sebagai bentuk penghayatan persekutuan gerejawi dalam hidup
berteologi; Sebagai bentuk penghayatan persekutuan gerejawi dalam
hidup bersekutu; Sebagai bentuk penghayatan persekutuan gerejawi
dalam hidup bersaksi; Sebagai bentuk penghayatan persekutuan gerejawi
dalam hidup melayani; Sebagai bentuk penghayatan persekutuan
gerejawi dalam hidup menatalayani.
112 21
c. Memberlakukan laku hidupnya dengan intisari Alkitab yang dengan
tekun serta teratur dibaca atau dibacakan baik secara audio maupun
audio visual untuknya.
d. Setia beribadat dan mengikuti kelas katekisasi sebagai wujud
kecintaannya kepada Tuhan dan gereja-Nya.
Memori penjelasan:
Ayat 3: Sebagai bentuk penghayatan persekutuan gerejawi dalam hidup
berteologi
110 23
c. Antisipatif sikap yang mampu memandang ke depan dan
memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi, serta
menentukan langkah-langkah yang akan diambil.
d. Inovatif dengan mengambil langkah-langkah baru untuk menjawab
kebutuhan dan masalah yang kontekstual.
e. Mampu menetapkan prioritas perhatian, kegiatan yang sesuai dengan
peranannya dan pembagian waktu yang tepat.
f. Memanfaatkan dengan sebaik-baiknya wadah kebersamaan yang
telah disediakan oleh Majelis Jemaat guna mengembangkan kegiatan
berteologi, bersekutu, bersaksi, melayani dan menatalayani.
g. Belajar menghargai setiap harta milik pribadi maupun gereja seperti
ditunjukkan dalam perilaku hidup hemat, menabung dan belajar
mempersembahkan.
Memori Penjelasan:
Ayat 7: Sebagai bentuk penghayatan persekutuan gerejawi dalam hidup
menatalayani.
BAB IV
MEWUJUDKAN PERSEKUTUAN GEREJAWI PADA WARGA GEREJA
KATEGORI REMAJA
Pasal 5
Memori penjelasan:
Dalam hal warga remaja menghayati persekutuan gerejawinya dilakukan
di bawah bimbingan warga dewasa atau dalam hal ini pamong anak dan
remaja. (lihat Pranata Gereja Tentang Warga pasal 2 ayat 4).
Ayat 1.a:
Sebagai bentuk penghayatan persekutuan gerejawi dalam hidup
berteologi.
Ayat 1.b:
Sebagai bentuk penghayatan persekutuan gerejawi dalam hidup
bersekutu.
Ayat 1.c:
Sebagai bentuk penghayatan persekutuan gerejawi dalam hidup bersaksi.
Ayat 1.d:
Sebagai bentuk penghayatan persekutuan gerejawi dalam hidup melayani.
108 25
Ayat 1.e:
Sebagai bentuk penghayatan persekutuan gerejawi dalam hidup
menatalayani.
Ayat 1.f:
Bentuk kekhususan penghayatan persekutuan gerejawi dengan kategori
remaja, sebagai persiapan mereka berani mengaku percaya (sidi) dan
menjadi warga yang dewasa.
26 107
Memori penjelasan:
Ayat 3:
Sebagai bentuk penghayatan persekutuan gerejawi dalam hidup
bersekutu.
Ayat 3.d.:
Yang dimaksud ‘anggota persekutuan’ antara lain bisa dalam
konteks keluarga, gereja ataupun masyarakat.
106 27
Ayat 5:
Sebagai bentuk penghayatan persekutuan gerejawi dalam hidup melayani.
28 105
d. Belajar mempersembahkan hidupnya untuk Tuhan.
e. Belajar taat dan cinta kepada GKJW.
f. Berani mengaku percaya, menerima dan mengikut Tuhan Yesus
sebagai Juru selamat pribadi.
Mengawali setiap ayat selalu ada kalimat “warga gereja katagori anak dalam
bimbingan warga dewasa.....” demikian juga untuk remaja “Warga gereja
kategori remaja dalam bimbingan warga dewasa”.Hal ini menunjukkan
bahwa pembentukan P2A GKJW telah memiliki landasan serta penekanan
yang kuat terhadap pokok kegiatan pelayanan yang erat dengan program
kegiatan pembangunan Greja Kristen Jawi Wetan.
Anak-anak adalah warga jemaat yang tumbuh dan berkembang dalam
naungan gereja.
104 29
intrinsik (dari dalam diri anak). Berdasarkan Firman Tuhan bahwa anak itu
berharga dimata Tuhan, maka dalam sikap dan tuturkata yang kita berikan,
harus dengan hormat dan bermartabat. Tentunya berlandaskan Kasih serta
prinsip-prinsip kepemimpinan yang melindungi dengan penuh bijaksana.
Pendampingan dan perlindungan
Anak dapat diibaratkan seperti
berikut:
1. KEBUN BUNGA
P2A diibaratkan sebagai kebun
yang ditumbuhi berbagai tanaman bunga. Setiap bunga memiliki ciri
khusus atau khas, yang menjadi identitasnya. Tanaman bunga akan
tumbuh subur ketika tanahnya produktif, mengandung unsur hara, mineral
dan garam. Sinar matahari dan air yang senantiasa ikut serta mempercepat
terbentuknya bunga, tangkai yang kuat dan berdaun segar. Mekarnya
kuncup bunga dengan sempurna karena terhindar dari ulat dan serangga
perusak/hama. Ketika bermacam bunga mekar dan berbau semerbak
mewangi maka kebun akan menjadi .
Bangga berumur 9 tahun, rajin datang di P2A kelompok Antiokia GKJW
Tulangbawang. Mengapa? Karena ia senang membuat keterampilan yang
berkaitan dengan merakit sesuatu, hingga menjadi suatu bentuk yang
menarik atau produk baru. Saat proses melakukan kegiatan ia
menceritakan bahwa setiap produk yang dibawa pulang selalu diminta
oleh adiknya, sehingga ia harus membuat lagi. Para pendamping mencoba
mengerti keinginan Bangga, supaya adiknya diperbolehkan ikut saat
pertemuan yang akan datang. Ia mencoba memahamkan kepada para
pendamping jika adiknya tidak seterampil dirinya, maka diperlukan
kesabaran untuk membimbingnya.
Setiap selesai satu kegiatan dalam pembuatan produk, Bangga selalu
bertanya tentang produk apa lagi yang akan dibuat untuk pertemuan
berikutnya. Saat acara Natal keluarga, kami meminta Bangga untuk
30 103
menjelaskan satu produk yang telah dipelajarinya, bahkan ia mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari orang dewasa yang meminta
penjelasan.
Refleksi :
Apakah saya dapat menjadi tukang kebun, yang menjadikan kebun bunga
subur, sehat dan menyebarkan harum semerbak dalam kehidupan anak-
anak jemaat?
2. BENGKEL
Orangtua merasa bahwa gereja adalah bengkel reparasi yang paling
ampuh. Mereka memahami bahwa perilaku atau karakter buruk dapat
diperbaiki melalui berbagai kegiatan yang diprakarsai oleh gereja. Besar
harapan yang diinginkan agar dapat meneladani Karakter Kristus untuk
menumbuhkembangkan suatu kepribadian yang Kristiani. Tetunya
ditangan para tukang reparasi yang bukan hanya terampil dalam
menggarap, tetapi orang-orang pilihan-Nya, yang mampu memperbaiki
dengan hati.
Kisah ini berawal dari seorang anak laki-laki
berusia 10 tahun. Setiap datang di Sekolah Minggu
selalu dalam keadaan murung dan seperti habis
bertengkar. Matanya nampak merah dan sembab.
Para pamong selalu mencoba untuk membantu
menyelesaikan persoalan yang dihadapi si anak,
namun sia-sia.
Pada suatu hari Minggu si anak diantar bapaknya, kebetulan Guru Injil di
gereja tersebut kenal dengan bapaknya. Mereka berbincang dan sampailah
pada pembicaraan tentang persoalan si anak. Ternyata anak tersebut selalu
berkonflik dengan ibunya, bahkan berani membentak dan adu fisik. Setelah
melalui pendekatan yang intens, akhirnya si anak mulai nampak bisa
menerima dan memahahi maksud ibunya. Yang perlu di perhatikan bahwa
ketika si bapak meminta GI membantu persoalan putranya, ia berpesan agar
102 31
tidak menceritakan pada orang lain, karena si
anak akan merasa dihakimi ketika harus
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
menyebabkan dirinya tidak nyaman.
Refleksi:
Apakah saya dapat menjadi tukang reparasi yang dapat memperbaiki atau
menjadikan anak-anak lebih baik seperti yang dikehendaki Tuhan?
3. JEMBATAN
Kisah ini berawal di sekolah, ketika seorang siswi ketahuan merokok di
tempat umum, pada jam efektif sekolah alias sedang membolos. Setelah
usut punya usut ternyata si anak sering pergi dan bermalam di rumah
temannya, yang bekerja sebagai SPG atau penjaga di sebuah mall. Pihak
sekolah dan orang tua telah berupaya membantu mencari jalan keluar,
tetapi masih belum menunjukkan hasil. Para guru pun mencoba
menelusuri jalur asal gereja,
ternyata anak tersebut tercatat sebagai warga GKJW.
Seperti kasus-kasus yang dirasa sulit, maka pihak
sekolah bekerja sama dengan Gereja untuk mencari jalan
keluar yang terbaik. Ternyata dia adalah putra dari salah
seorang anggota Majelis, tentu saja saat bertemu
hal tersebut membuat orangtuanya sangat malu, karena putrinya ternyata
lesbian. Pihak Gereja melakukan pendekatan secara pastoral melalui
Pendeta, tetapi si anak justru menjadi lebih nekat melakukan aksinya.
Refleksi:
Apakah saya dapat menjadi jembatan yang “diinjak-injak” dalam arti siap
meluangkan waktu, tenaga, pikiran, untuk mendapatkan solusi yang
terbaik? Terlebih mampu mengomunikasikan dengan pihak-pihak yang
mungkin dianggap berbahaya atau menyebabkan ketidaknyamanan?
4. PANGGUNG
Berbagai kegiatan dalam rangka memperingati hari-hari besar gereja,
sangat erat kaitannya dengan tampilan anak dan remaja sebagai bagian
dalam mendukung peribadatan. Tidak sedikit di antara anak-anak yang
kemudian mengasah talenta melalui kegiatan tersebut, membuahkan hasil
terbaik dalam berbagai acara di luar gereja. Anak-anak dapat menampilkan
potensi atau talenta sebagai pengembangan rasa percaya diri dan rasa
syukur akan berkat Tuhan untuk senantiasa rendah hati.
Nana seorang anak berusia 12 tahun, setiap hari Raya Undhuh-undhuh selalu
32 101
kebagian menjadi narator. Suaranya lembut, intonasinya tertata, sehingga
semua orang dapat merasakan kehadiran Tuhan. Pesan yang disampaikan
menjadi jelas ketika membacakan ayat-ayat dalam Alkitab. Ketika di
sekolah diadakan lomba membaca UUD 45, siapapun yang mendengarnya
akan merasakan betapa sakralnya masa perjuangan para pendiri bangsa.
Panggung dimaknai bukan hanya menampilkan talenta yang bersifat
seni ataupun olah raga, tetapi bisa juga diartikan suatu ajang dalam
tampilan diri atau kepribadian yang berkarakter.
Berikut ini kisah seorang pengurus remaja yang menjadi ketua OSIS di
salah satu SMPN favorit di Malang. Para pendamping baik pamong
maupun anggota majelis mengajarkan cara beorganisasi yang
berlandaskan kejujuran, kesetiaan, ketekunan, tanpa pamrih, rendah hati
dan sebagainya. Nuansa seperti itulah yang menyebabkan dirinya dianggap
sebagai seorang pemimpin yang militan dan berdedikasi tinggi.
Refleksi:
Apakah saya mampu menolong mereka mengekspresikan talenta atau karya
Tuhan dalam kehidupan mereka di dunia?
100 33
POLA ASUH ANAK DALAM KELUARGA
Pendahuluan
Anak adalah anugerah Allah. Dalam Kejadian 1:31 dikatakan bahwa
semua yang telah diciptakan Allah mulai hari pertama sampai dengan hari
keenam sungguh amat baik. Hal ini berarti bahwa anak sebagai bagian dari
ciptaan Allah diciptakan sungguh amat baik. Tidak ada yang buruk dengan
keberadaannya. Ditambah lagi Allah mempunyai rencana bagi manusia,
termasuk anak, untuk terlibat dalam karya Allah di dunia.
Tetapi pada kenyataannya, banyak anak-anak yang disepelekan atau
dianggap merepotkan karena keadaan tubuhnya yang kecil dan sedikitnya
pengalaman mereka hidup di dunia. Hal ini nampak pada cara orang tua
kurang memahami tugas dan tanggungjawabnya untuk mendidik dan
mendampingi anak-anak secara sungguh-sungguh. Bahkan ada banyak
orang dewasa yang menganggap kehadiran anak sebagai yang
merepotkan dan membuat keributan jika anak berada di tengah-tengah
perkumpulan. Sikap yang demikian membuat anak tidak siap untuk terlibat
dalam
36 97
hangat itu membangun keakraban antara orang tua dan anak.
b. Control
Orang tua menerapkan cara berdisiplin kepada anak, memberikan
beberapa tuntutan atau aturan serta mengontrol aktifitas anak,
menyediakan beberapa standar yang dijalankan atau dilakukan secara
konsisten, berkomunikasi satu arah dan percaya bahwa perilaku anak
dipengaruhi oleh kedisiplinan.
c. Communication
Orang tua menjelaskan kepada anak mengenai standar atau aturan
serta pemberian reward atau punish yang dilakukan kepada anak. Orang
tua juga mendorong anak untuk bertanya jika anak
tidak memahami atau setuju dengan standar
atau aturan tersebut
Kesimpulan
Untuk membentuk kepribadian anak yang baik, orang tua harus mengasuh
anaknya dengan cara yang tepat di tengah-tengah perkembangan yang
bergerak sangat cepat. Orang tua harus selalu berevaluasi pola asuhnya
kepada anak agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
40 93
sehingga anak akan siap terjun di kancah dunia yang sangat menggoda dan
penuh tawaran yang mengiurkan untuk melakukan sesuatu dengan cepat
dan instant.
Selain memperhatikan pola asuh kepada anak, orang tua juga perlu
memerhatikan kebutuhan anak.
Pola asuh yang juga
memperhatikan k e b u t u h a n a n
a k m a k a a k a n melengkapi
pertumbuhan optimal anak.
Daftar Pustaka:
Handayani,W. (2006). Psikologi keluarga.
Jakarta : Pustaka Utama
John M. Drescher (1992), Tujuh Kebutuhan
Anak, BPK Gunung Mulia, Jakarta
King, L. A. (2014). The science of psychology:
An appreciative view (3rd ed.). New York, NY: McGraw Hill Education.
Latifah, M. (2008). Peranan keluarga dalam pendidikan karakter anak. [terhubung
berkala].http://www.tumbuh-kembang-anak.blogspot.com.html. [21 Januari 2012].
Nurani, A. T. (2004). Pengaruh kualitas perkawinan, pengasuhan anak dan kecerdasan emosonal
terhadap prestasi belajar anak [Tesis]. Bogo r: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Website :
https://maunur1201110010.wordpress.com/artikel/pengertian-pola-asuh-menurut-para-ahli-
definisi-contoh-macam-2/
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-pola-asuh-menurut-para-ahli.html
http://www.wawasanpendidikan.com/2014/10/pengertian-pola-asuh-anak-dalam.html
http://www.wivrit.com/2013/07/5-macam-pola-asuh-orang-tua-yang-wajib-diketahui.html
http://www.pandawacare.or.id/2016/03/06/pola-asuh-anak-yang-efektif-dalam-keluarga/
http://www.kesimpulan.com/2009/04/gaya-pengasuhan-atau-pola-asuh-orang.html
https://keluarga.com/3305/salah-pola-asuh-anak-remaja-sama-dengan-membuat-masa-
depannya-suram-kenapa
92 41
BAGAIMANA MEMULAI KEGIATAN P2A ?
42 91
ü Pilih sebuah kegiatan bersama yang tepat, dapat dipakai untuk
berbicara secara terbuka/dekat/akrab/hangat dengan anak-
anak, tanpa menimbul-kan rasa takut/terintimidasi.
Misal:
a. Untuk anak usia Batita – SD [Madya – Pratama]
þ Menggunting kuku
þ Menggambar/mewarna
þ Bermain: Puzzle/boneka
b. Untuk anak usia Remaja [12 – 17 tahun]
þ Memasak Bersama
þ Diskusi dalam kelompok kecil, berdasar
jenis gender yang sama [perempuan
sendiri, pria sendiri]
þ Kotak Rahasia
þ Kegiatan pengembangan hoby [futsal, bola volly, Mading,
dll]
þ Persekutuan Doa Remaja
2. MEMETAKAN MASALAH
ü Memilah permasalahan yang ada
ü Bedakan antara makna “kebutuhan” dan “keinginan”
a. Kebutuhan : sesuatu yang sangat dibutuhkan; bersifat
penting/ utama
Misal:
•Perlindungan [menyangkut keamanan
diri] •Kasih sayang orang tua
•Mendapatkan pendidikan dasar
•Sandang, pangan dan papan, dll.
b. Keinginan : sesuatu yang sangat diinginkan/ hasrat/
kehendak/ harapan; bersifat tidak terlalu mendesak/ dapat
ditunda
Contoh Kasus:
Si “A” umur 12 tahun, lari dari rumah dan
lebih nyaman tinggal dengan neneknya.
Setelah diselidiki ternyata ia tidak nyaman
tinggal di lingkungan rumah bersama orang
tuanya, karena telah mengalami pelecehan
seksual dari tetangganya.
Akar masalah:
1. Pendidikan seksual usia dini masih
dianggap “tabu”.
2. Gereja tidak pernah menyampaikan
pendidikan seksual usia dini.
3. Orang tua kurang perhatian terhadap tumbuh kembang anak,
termasuk memberikan pendidikan seks sejak dini.
4. Perkembangan internet yang cepat, termasuk didalamnya
beragam informasi yang mendidik maupun yang merusak
[pornografi, kejahatan, kebencian, amarah, dsb]
86 47
°Perlu diingat: Games Red flag & Green Flag ini tidak
bisa dilakukan hanya dalam sekali permainan.
Harus dilakukan dalam beberapa kali pertemuan
[pengalaman penulis: sosialisasi permainan ini baru
bisa dimengerti dan dipahami anak-anak setelah 3 -
4 kali pertemuan, dengan berbagai pengembangan
permainan].
° Agar anak-anak bisa lebih
memahami games ini, perlu
juga diputarkan video
mengenai: Kisah Si Aksa &
KisahSiGeni[bisadi
downloadmelalui
youtube].
b.Kegiatan Kelompok
Ä Seminar HIV/AIDS
Ä Seminar Love, Sex and Dating
Ä Membuat Mading
Ä Mendirikan Perpustakaan
Ä Mengadakan Hari Anak Nasional (HAN) dengan diisi
kegiatan:
1.Camp
2. Ibadah kreatif
3. Lomba-lomba ke-akraban/kepemimpinan
4. Pengembangan hoby/talenta
5. Sosialisasi tentang Hak Anak, dsb.
48 85
Ä Pelibatan anak-anak dalam Ibadah umum Minggu,
dalam rangka HAN:
1. Penerima Tamu
2. Penarik Persembahan
3. Pemain musik
4. Pemimpin Pujian
5. Doa Syafaat
6.Pengisi Pujian/koor
84 49
CONTOH KUISIONER
TENTANG HUBUNGAN/KOMUNIKASI
1. Menurutmu kamu lebih suka curhat/sharing dengan siapa?
a. Ortu b. Teman c. Guru/Pendeta d. Sosmed
2. Dalam keluarga kamu lebih akrab dengan siapa?
a. Ortu b. Kakak c. Kakek/Nenek d. Tidak ada
3. Komunikasi paling lancar dalam keluargamu melalui?
a. Ngobrol b. SMS/WA c. Pesan di lemari es d. Tidak ada
4. Waktu paling tepat bertemu dengan keluargamu?
a. Di meja makan b. Sore hari c. Di atas jam 9 malam d. Sepanjang waktu
Note:
Kuisioner berdasarkan kebutuhan/ pergumulan yang banyak dialami oleh jemaat
[anak/remaja]. Jadi tiap Jemaat/MD bisa saja mengembangkan isi dari kuisioner
di atas.
50 83
REFLEKSI UNTUK PENDAMPING ANAK-ANAK
4. Apakah Anda sering melukai orang lain dengan kata-kata yang keras dan
tidak pantas?
6. Saat teman akrab Anda pergi dengan teman yang lain, apakah Anda
menjadi marah, karena ia tidak bercerita dengan Anda?
7. Apakah Anda merasa gelisah saat tidak bersama teman akrab Anda?
10.Apakah Anda merasa tak bersalah meskipun telah menyakiti hati orang
lain?
82 51
Lampiran – Lampiran
52 81
80 53
54 79
78 55
56 77
76 57
58 75
74 59
60 73
72 61
62 71
70 63
64 69
68 65
66 67