Laporan Kasus DF
Laporan Kasus DF
Laporan Kasus DF
Oleh :
Pembimbing :
TAHUN 2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya, laporan PBL yang berjudul “Demam Dengue” ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Laporan kasus responsi ini disusun dalam rangka mengikuti
Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis banyak memperoleh
bimbingan, petunjuk serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui
kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:
1. Dr. dr. Ketut Suega, Sp.PD – KHOM selaku ketua Departemen/KSM
Penyakit Dalam RSUP Sanglah/FK UNUD , Denpasar.
2. dr. I Made Susila Susila Utama, Sp.PD- KPTI selaku koordinator pendidikan
di Departemen/KSM Penyakit Dalam RSUP Sanglah/FK UNUD, Denpasar.
3. Prof.Dr.dr.Tjokorda Raka Putra,SpPD-KR, selaku pembimbing laporan PBL
di RSUP Sanglah/FK UNUD, Denpasar.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan
bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah
kesehatan dan memberi manfaat bagi masyarakat.
Penulis
DAFTAR ISI
Demam Dengue (DD) adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue,
yang ditularkan oleh nyamuk. Sedangkan d emam berdarah dengue (DBD) merupakan
gejala demam dengue disertai dengan tanda kebocoran plasma (plasma leakage).
DBD merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis
dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika dan Karibia. Inang
(host) alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang termasuk ke
dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1,
Den-2, Den3 dan Den-41, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang
terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus 2
yang terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia.3
Sampai saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
dan endemis di Indonesia. Penyakit ini dapat mengakibatkan Kejadian Luar Biasa
(KLB) di beberapa daerah endemis yang terjadi hampir setiap tahunnya pada musim
penghujan.4 World Health Organization (WHO) mencatat sejak tahun 1968 hingga
tahun 2009, Negara Indonesia merupakan Negara dengan kasus DBD tertinggi di
Asia Tenggara. Jumlah kasus DBD di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 156.086
kasus dengan jumlah kematian akibat DBD sebanyak 1.358 orang.5
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dan mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi
antara yang paling ringan, demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD) dan
demam dengue yang disertai renjatan atau dengue shock syndrome (DSS).
Manifestasi klinis ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari;
pendarahan diatesis seperti uji tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah
trombosit ≤ 100 x 109/L dan peningkatan hematorit, leukopenia dan kebocoran
plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh pada demam berdarah dengue..2
Salah satu faktor risiko penularan demam dengue adalah pertumbuhan
penduduk perkotaan yang cepat, mobilisasi penduduk karena membaiknya sarana dan
prasarana transportasi dan terganggu atau melemahnya pengendalian populasi
sehingga memungkinkan terjadinya KLB. Tidak ada terapi spesifik pada demam
dengue, prinsip utama adalah terapi suportif adekuat, yang dapat menurunkan angka
kematian hingga <1%. Khusus untuk pasien DBD terapi utama adalah rehidrasi dan
menangani pendarahan untuk menurunkan mortalitas. Hal yang penting dalam dam
dengue dan DBD adalah pencegahan penularan virus dengue.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit Demam berdarah (DD) adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus
dengue, yang ditularkan oleh nyamuk, sedangkan Demam berdarah dengue (DBD)
disertai dengan tanda kebocoran plasma. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak
yang bertendensi menimbulkan syok dan kematian.7,8 Menurut World Health
Organization (WHO), demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik.
Pada demam berdarah dengue terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga
tubuh.9,10
2.2 Etiologi
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk.
Virus dengue ini termasuk kelompok B Arthropod Virus (Arbovirus) yang sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi dari salah satu serotipe
menimbulkan antibodi terhadap virus yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang
terbentuk untuk serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan terhadap serotipe lain. Seorang yang tinggal di daerah endemis dengue
dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe yang berbeda selama hidupnya. Serotipe DEN-
3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan
manifestasi klinik yang berat. 7,9
Beberapa pasien demam dengue terus berkembang menjadi demam berdarah
dengue (DBD) yang berat. Biasanya demam mulai mereda pada 3-7 hari setelah onset
gejala. Pada pasien juga bisa didapatkan tanda peringatan (warning sign) yaitu sakit
perut, muntah terus-menerus, perubahan suhu (demam hipotermia), perdarahan, atau
perubahan status mental (mudah marah,bingung). Menurut WHO kriteria demam
berdarah dengue ialah demam yang berlangsung 2-7 hari, terdapat manifestasi
perdarahan, trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/mm3), dan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah.9
2.3 Epidemiologi
Sampai saat ini penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat dan endemis di Indonesia. Penyakit ini dapat
mengakibatkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah endemis yang terjadi
hampir setiap tahunnya pada musim penghujan. Sejak tahun 1952 infeksi virus
dengue menimbulkan manifestasi klinis berat yaitu demam berdarah dengue (DBD)
yang ditemukan di Manila, Filipina. Kemudian menyebar ke Thailand, Vietnam,
Malaysia bahkan Indonesia.4
Demam berdarah dengue sering terjadi pada anak usia kurang dari 15 tahun.
Sekitar 50% penderita DBD berusia 10-15 tahun yang merupakan golongan usia
yang tersering menderita DBD dibandingkan dengan bayi dan orang dewasa. Nyamuk
Aedes aegypti yang aktif menggigit pada siang hari dengan dua puncak aktivitas yaitu
pada pukul 08.00 – 12.00 dan 15.00 – 17.00.9,11
Jumlah kasus DBD di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 156.086 kasus
dengan jumlah kematian akibat DBD sebanyak 1.358 orang, Insidence rate (IR) 65,7
per 100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) sebesar 0,87%. Terjadi penurunan
IR DBD jika dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 68,22 per 100.000
penduduk. Demikian juga dengan CFR yang mengalami sedikit penurunan, pada
tahun 2009 CFR DBD sebesar 0,89%.5
World Health Organization (WHO) mencatat sejak tahun 1968 hingga tahun
2009, Indonesia merupakan Negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.
Penyakit DBD masih menjadi permasalahan yang serius di Provinsi Jawa Tengah, hal
ini terbukti dengan adanya 35 kabupaten/kota yang sudah pernah terjangkit penyakit
DBD. Sedangkan insidence rate (IR) DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011
sebesar 15,27/100.000 penduduk. Apabila dibandingkan dengan tahun 2010 yang
jumlahnya 59,8/100.000 penduduk pada tahun 2011 mengalami penurunan yang
sangat derastis. Angka kematian / Case Fatality Rate (CFR) DBD di Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2011 ialah 1,29%. Angka kesakitan tertinggi pada tahun 2011
berada di Kota Semarang dan terendah di Kabupaten Wonogiri sebesar 4,29/100.000
penduduk.4
Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai faktor
antara lain imunitas penjamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue,
keganasan (virulensi) virus dengue dan kondisi geografis setempat.9
2.4 Patogenesis
Demam dengue atau demam berdarah dengue tidak ditularkan dari manusia ke
manusia. Virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk setelah menggigit manusia
yang mengalami viremia. Nyamuk Aedes spp yang sudah terinfesi virus dengue, akan
tetap infektif sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu yang rentan
pada saat menggigit dan menghisap darah.12 Setelah masuk ke dalam tubuh manusia,
virus de-ngue akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel pembuluh
darah, nodus limpaticus, sumsum tulang dan paru-paru. Beberapa penelitian
menunjukkan, sel monosit dan makrofag mempunyai peran pada infeksi ini, dimulai
dengan menempel dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan organel
sel dan membentuk komponen perantara dan komponen struktur virus. Setelah
komponen struktur dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. 13 Infeksi ini menimbulkan
reaksi immunitas protektif terhadap serotipe virus tersebut tetapi tidak ada cross
protective terhadap serotipe virus lainnya. 14
Secara invitro, antobodi terhadap virus dengue mempunyai 4 fungsi biologis
yaitu netralisasi virus, sitolisis komplemen, antibody dependent cell-mediated
cytotoxity (ADCC) dan ADE.15
Gambar 1. Proses patogenesis infeksi dengue
2.7 Diagnosis
Demam Dengue memiliki spektrum presentasi klinis yang luas, seringkali
dengan klinis yang tidak dapat diprediksi dan dibedakan dengan klinis penyakit lain.
Tentu saja klinis, sebagian kecil berkembang menjadi penyakit berat, sebagian besar
ditandai dengan kebocoran plasma dengan atau tanpa haemorrhage. Menentukan
derajat keparahan Demam Dengue sebaiknya dilakukan pada evaluasi penilaian awal
ketika pasien masih di triage, untuk menentukan derajat serta seberapa intensif terapi
yang diberikan selanjutnya. Adapun klasifikasi Demam dengue pada tabel berikut :
Tabel 2. Klasifikasi Demam Dengue
Diagnosis Kriteria
Dengue ± Warning Sign Probable dengue : Warning Sign :
Pasien memiliki riwayat Nyeri perut atau
tinggal atau sehabis bengkak
bepergian ke daerah Muntah persisten
endemis Dengue. Kriteria Akumulasi
nya meliouti demam dan cairan
diikuti leh kriteria berikut : Pendarahan
Mual, muntah mukosa
Ruam Letargi,
Nyeri sendi kelelahan
Tes Torniquet Pembesaran liver
(+) > 2 cm
Leukopenia Lab :
Tanda Warning peningkatan
Sign Hematocrite
dengan penurunan
jumlah platelet
Pemeriksaan Platelet
Pemeriksaan platelet digunakan untuk menentukan derajat dari
kebocoran plasma pada infeksi dengue. Umumnya akan terjadi penurunan
jumlah trombosit disertai peningkatan hemtokrit. Trombositopenia awalnya
terjadi akibat penekanan terhadap sumsum tulang pada fase demam viremia.
Trombositopenia progresif disertai penurunan demam disebabkan oleh
destruksi platelet oleh sistem imun. Hal ini didukung oleh adanya kompleks
virus-antibodi yang telah terdeteksi pada permukaan platelet dari pasien DBD.
Perlekatan platelet dengan sel endotel akibat tingginya pelepasan
plateletactivating factor oleh monosit dan infeksi sekunder oleh serotype
berbeda juga semakin memperberat trombositopenia pada pasien.
Trombositopenia berkaitan dengan gejala klinis dari perdarahan yang muncul.
Jumlah platelet normal selama fase awal demam. Penurunan ringan dapat
terjadi selanjutnya. Penurunan jumlah platele secara tiba-tiba hingga di bawah
100.000 terjadi di akhir fase demam sebelum onset syok ataupun demam
surut. Jumlah platelet berkorelasi dengan keparahan DBD. Selain itu, terdapat
kerusakan pada fungsi platelet. Perubahan ini terjadi secara singkat dan
kembali normal selama fase pemulihan.
Pemeriksaan Hematokrit
Hematokrit normal pada fase awal demam. Peningkatan kecil dapat
terjadi karena demam tinggi, anoreksi, dan muntah. Peningkatan hematokrit
secara tiba-tiba terlihat setelah jumlah platelet berkurang. Hemokonsentrasi
atau naiknya hematokrit sebesar 20% dari batas normal merupakan bukti
obyektif adanya kebocoran plasma.
Penemuan lain adalah hipoproteinemia/ albuminemia (sebagai kosekuensi
kebocoran plasma), hiponatremia, dan kenaikan ringan AST serum (<=200
U/L) dengan rasio AST:ALT>2.
Albuminuria ringan sesaat juga dapat terlihat
Pada sebagian besar kasus, pemeriksaan koagulasi dan faktor fibrinolitik
menunjukkan berkurangnya fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor XII,
dan antitrombin. Pengurangan antiplasmin (penghambat plasmin) juga
terdeteksi pada beberapa kasus. Pada kasus berat dengan disfungsi hepar,
kofaktor protrombin tergantung vitamin K berkurang, seperti faktor V,VII,IX,
dan X.
Waktu tromboplastin (PPT) sebagian dan waktu protrombin (PT) memanjang
pada sepertiga sampai setengah kasus DBD. Waktu trombin juga memanjang
di kasus yang berat.
Hiponatremia terjadi beberapa kali pada DBD dan lebih parah pada syok.
Hipokalsemia (dikoreksi dengan hipoalbuminemia) terjadi pada seluruh kasus
DBD, levelnya lebih rendah pada derajat 3 dan 4
Asidosis metabolik juga sering ditemukan di kasus dengan syok
berkepanjangan. Kadar nitrogen urea dalam darah meningkat pada syok
berkepanjangan.28
2.9 Penatalaksanaan
Pada dasarnya penatalaksanaan demam dengue/demam berdarah dengue
bersifat simtomatis dan suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai
akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan perdarahan. Pasien demam dengue (DD)
dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi
pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatn intensif. Diagnosis dini dan
memberikan edukasi untuk segera dirawat bila terdapat tanda syok, merupakan hal
yang penting untuk mengurangi angka kematian. Di pihak lain, perjalanan penyakit
DBD sulit diramalkan. Pasien yang pada waktu masuk keadaan umumnya tampak
baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dan tidak tertolong. Kunci keberhasilan
tatalaksana DBD/SSD terletak pada ketrampilan para dokter untuk dapat mengatasi
masa peralihan dari fase penurunan suhu (fase kritis, fase syok) dengan baik.
Spektrum klinis infeksi dengue mencakup infeksi asimtomatik, DD dan DBD, yang
ditandai dengan kebocoran plasma dan manifestasi perdarahan. Pada akhir masa
inkubasi, penyakit dimulai secara tiba-tiba dan diikuti oleh tiga tahap, demam, kritis
dan fase pemulihan.
Pada pasien DD, saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda
penyembuhan. Meskipun demikian semua pasien harus diobservasi terhadap
komplikasi yang dapat terjadi selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini disebabkan
oleh karena kemungkinan kita sulit membedakan antara DD dan DBD pada fase
demam. Perbedaan akan tampak jelas saat suhu turun, yaitu pada DD akan terjadi
penyembuhan sedangkan pada DBD terdapat tanda awal kegagalan sirkulasi (syok).
Komplikasi perdarahan dapat terjadi pada DD tanpa disertai syok. Oleh
karena itu, orang tua atau pasien dinasehati bila terasa nyeri perut hebat dan buang air
besar berlebih. Pada pasien yang tidak mengalami komplikasi setelah suhu turun 2-3
hari, tidak perlu lagi observasi.
2.9.2 Demam Berdarah Dengue (DBD)
Perbedaan patofiologis utama antara DBD dan penyakit lain adalah adanya
peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma dan
gangguan hemostasis. Gambaran klinis DBD sangat khas yaitu demam tinggi
mendadak., diastasis hemoragik, hepatomegaly dan kegagalan sirkulasi. Maka
keberhasilan tatalaksana DBD terletak pada bagaian mendeteksi secara dini fase kritis
yaitu saat suhu turun yang merupakan fase awal terjadinya kegagalan sirkulasi.
1. Fase Demam
Pemberian antipiretik bermanfaat menurukan demam <390C. Apabila cairan
oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak minum, muntah atau nyeri perut yang
berlebihan, makan cairan intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadang-
kadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat
mengurangi lama demam pada DBD. Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul
sebagai akibat demam tinggi, anoreksia dan muntah. Jenis minuman yang dianjurkan
jus buah, air the manis, sirup, susu. Pasien perlu diberikan minum 50ml/kgBB dalam
4-6 jam pertama.
Keadaan umum, nafsu makan, muntah, perdarahan serta tanda dan gejala
lainnya.
Perfusi perifer dapat dilakukan sesering mungkin sesuai indikasi karena hal
tersebut merupakan petanda awal syok dan mudah/cepat untuk dilakukan.
Tanda-tanda vital seperti suhu, denyut nadi, laju pernapasan dan tekanan
darah harus diperiksa setidaknya setiap 2-4 jam pada pasien non-syok dan 1-
2 jam pada pasien syok.
Hematokrit serial harus dilakukan setidaknya setiap empat sampai enam jam
dalam kasus yang stabil dan harus lebih sering pada pasien yang tidak stabil
atau dicurigai mengalami perdarahan. Harus dicatat bahwa hematokrit harus
dilakukan sebelum resusitasi cairan. Jika hal ini tidak dilakukan, maka
pemeriksaan hematokrit harus dilakukan setelah bolus cairan dan jangan saat
pemberian bolus cairan sedang berjalan.
Jumlah urine harus dicatat setidaknya setiap 8 sampai 12 jam pada kasus tidak
berat, per jam pada pasien dengan syok atau dengan kelebihan cairan. Selama
periode ini jumlah output urine harus sekitar 0,5 ml/kg/ jam (harus
didasarkan pada berat badan ideal).
Pada pasien-pasien dewasa atau mereka yang mengalami obesitas atau penderita
diabetes melitus harus menjalani pemeriksaan kadar gula darah. Sementara itu, pasien
yang mengalami syok dan atau dengan komplikasi harus menjalani pemeriksaan
laboratorium seperti diperlihatkan di kotak 13 Perbaikan terhadap nilai laboratorium
yang tidak normal harus dilakukan seperti misalnya: hipoglikemia, hipokalsemia serta
asidosis metabolik yang tidak respon dengan resusitasi cairan. Pemberian vitamin K1
intravena dapat diberikan jika terdapat pemanjangan waktu protrombin. Perlu dicatat
bahwa pada tempat-tempat dimana fasilitas laboratorium tidak memadai, kalsium
glukonat dan vitamin K1 harus diberikan sebagai bagian dari terapi intravena. Pada
keadaan syok dan tidak respon dengan cairan resusitasi intravena, asidosis mesti
dikoreksi dengan NaHCO3 jika pH < 7,3 dan bikarbonat serum < 15 mEq/L.
1. Terapi cairan intravena pada DBD selama periode kritis
Indikasi cairan IV:
Jika pasien tidak bisa diberi asupan oral yang memadai atau muntah.
Jika HCT terus meningkat 10% -20% meskipun rehidrasi oral sudah
diberikan.
Adanya ancaman munculnya syok
Tanda-tanda pemulihan
Nadi, tekanan darah dan laju pernapasan stabil
Suhu normal.
Tidak ada bukti perdarahan eksternal atau internal.
Nafsu makan membaik.
Tidak ada muntah, tidak ada sakit perut
Produksi urin baik.
Hematokrit yang stabil pada nilai baseline.
Ruam petekie yang muncul pada fase penyembuhan bisa disertai rasa
gatal, terutama pada ekstremitas.
3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama: Demam
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RSUP Sanglah pada tanggal 18 Juni 2018 dengan
keluhan demam. Pasien mengeluh demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Demam muncul mendadak disertai dengan menggigil dan dirasakan pasien hampir
sepanjang hari. Demam dirasakan di seluruh tubuh. Demam sangat mengganggu
aktivitas dan tidur pasien. Demam hari pertama hingga ketiga dikatakan naik turun
namun pasien tidak sempat mengukur suhu tubuhnya saat itu. Pasien sempat berobat
ke Puskemas, demam dikatakan membaik dengan obat penurun panas, namun
dikatakan naik kembali. Pasien kemudian dirujuk ke RSAD Udayana tetapi rawat
inap penuh sehingga pasien kemudian dibawa ke RSUP Sanglah. Tidak ada faktor
yang memperberat keluhan tersebut.
Pasien juga mengeluh sakit kepala sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan ini dirasakan secara tiba-tiba, bersamaan dengan keluhan demam. Sakit
kepala dirasakan mulai dari bagian belakang kepala hingga ke daerah mata dan
telinga. Sakit kepala dikatakan seperti ditekan beban berat hingga menyebabkan
pasien tidak bisa beraktivitas. Pasien mengatakan keluhan sakit kepala membaik
dengan tidur dan memberat ketika suhu tubuh meningkat.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya nyeri sendi yang dirasakan sejak
hari pertama demam. Keluhan nyeri sendi dikatakan muncul secara tiba-tiba,
bersamaan dengan keluhan demam. Nyeri sendi dikatakan dirasakan pada seluruh
tubuh. Keluhan ini dirasakan terus-menerus. Pada saat pemeriksaan pasien
mengatakan keluhan nyeri sendi mulai berkurang.
Saat MRS di RSUP Sanglah, pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk dikatakan
dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan batuk dikatakan tanpa
dahak. Batuk dikatakan muncul secara tiba-tiba dan memberat sejak pagi hari.
Keluhan mual dikatakan ada namun tidak disertai muntah. Keluhan nyeri perut dan
perdarahan pada gusi, mimisan dan perdarahan pervaginam disangkal oleh pasien.
Riwayat Pengobatan
Riwayat Keluarga
Keluarga pasien yang tinggal satu rumah dan berinteraksi dengan pasien, tidak
ada yang memiliki riwayat keluhan demam. Riwayat penyakit sistemik seperti
diabetes melitus, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit jantung, dan asma di keluarga
pasien disangkal.
Riwayat Sosial
Thoraks : Simetris
(-)
Normal Normal
Normal Normal
Palpasi : Vokal fremitus Normal Normal
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Auskultasi : Vesikuler + +
+ +
+ +
Ronki - -
- -
- -
Wheezing
--
--
--
Abdomen
- - + +
Status Lokalis
Hasil
Parameter 18/6 18/6 19/6 19/6 20/6 20/6 Nilai
Unit
(01:00) (18:10) (08:56) (19:28) (07:07) (18:55) Normal
WBC 3 4,10-
3.88 2.91 2.92 3.49 3.49 4.33 10 /μL 11,00
NE% 52.08 21.38 28.94 24.52 33.00 38.70 % 47-80
LYM% 35.91 64.66 59.19 66.38 52.42 52.42 % 13-40
MONO% 2,00-
10.96 11.83 10.41 7.47 9.87 7.02 %
11,00
EO% 0.33 0.93 1.31 1.06 1.58 1.39 % 0-5
BA% 0.72 1.00 0.33 0.58 0.59 0.47 % 0-2
RBC 3 4,00-
4.65 4.23 4.08 4.27 4.26 4.35 10 /μL 5,20
HGB 12,00-
14.24 12.74 12.83 12.36 12.88 12.90 g/dl
16,00
HCT 36,00-
40.30 37.10 35.34 35.84 37.53 36.29 %
46,00
MCV 80,00-
86.71 87.86 86.58 84.02 88.13 83.47 Fl
100,00
MCH 26,00-
30.65 30.10 31.44 28.98 30.25 29.66 Pg
34,00
MCHC 31,00-
35.34 34.33 36.32 34.49 34.33 35.54 g/dl
36,00
RDW 11,60-
10.56 10.65 10.81 10.96 10.58 10.39 %
14,80
PLT 3 140-
86.78 92.65 76.96 93.94 87.74 94.47 10 /μL 440
BAB IV
KUNJUNGAN LAPANGAN
b. Kegiatan Fisik
Pasien merupakan seorang pegawai di sebuah perusahaan garmen di
Denpasar. Pada pagi hari sekitar jam 09.00 WITA pasien biasanya memulai
pekerjaanya, pukul 12.00 pasien biasanya makan siang dan beristirahat
sejenak. Setelah itu pasien melanjutkan pekerjaannya hingga pukul 16.00
WITA. Sehari – hari pasien jarang berolahraga, bahkan pasien hampir tidak
pernah melakukan olahraga.
c. Akses ke Tempat Pelayanan Kesehatan
Pasien tinggal di Jalan Diponegoro GVB Denpasar. Sekitar 2 km dari
rumah pasien terdapat Puskesmas. Jarak dari tempuh dari rumah pasien ± 10
menit dari jika menggunakan motor. Rumah pasien berjarak ± 10 km dari
RSUP Sanglah Denpasar. Penyakit demam dengue merupakan infeksi yang
terjadi disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti. Komplikasi dari
demam dengue salah satunya adalah syok dengue yang dapat berdampak pada
gangguan kesadaran pasien. Oleh karena itu pasien rutin melakukan kontrol
poli atau puskesmas terdekat untuk memantau keberhasilan pengobatan,
mencegah perburukan penyakit dan timbulnya komplikasi. Sebelum dirawat
di RSUP Sanglah, pasien biasanya kontrol ke Puskesmas dan RSAD Udayana.
Pasien mampu mengendarai kendaraan secara mandiri ke tempat pelayanan
kesehatan untuk melakukan pemeriksaan dan terkadang diantar oleh
suaminya.
d. Lingkungan
Pasien berasal dari Karangasem yang sudah lama merantau ke Denpasar,
saat ini pasien tinggal bersama suami dan keponakannya. Pasien dan
keluarganya disatu pekarangan rumah. Lingkungan tempat tinggal pasien cukup
padat karena terdiri dari satu bangunan. Tempat tinggal pasien terletak di
pinggir jalan. Bangunan tempat tinggal pasien merupakan bangunan permanen.
Tempat tinggal pasien terdiri dari tiga kamar tidur, satu kamar tamu, dengan
sebagian teras depan rumah dijadikan tempat kosong untuk tempat tamu diluar
kamar. Kamar mandi terletak di bangunan yang sama digunakan bersama
dengan keluarga lainnya. Di depan bangunan kamar pasien terdapat halaman,
sempit dan beberapa kandang untuk hewan peliharaan suaminya dan beberapa
sangkar burung yang tergantung di depan bangunan rumah pasien dan merajan
(tempat suci). Secara keseluruhan tempat tinggal pasien tidak terlalu rapi
dengan terlihatnya beberapa sampah dan kotoran hewan peliharaan yang
berserakan di halaman depan. Ventilasi udara tempat tinggal pasien kurang.
Pasien menggunakan sumber air sumur bor untuk mandi, mencuci baju, air
minum, dan keperluan memasak.
2. Kebutuhan Bio-Psiksosial
a. Lingkungan Biologis
Keluhan pasien didasarkan karena adanya demam dengue dan riwayat
diabetes mellitus. Oleh sebab itu, sangat perlu diperhatikan pola hidup sehat
serta pengobatan terhadap kondisi pasien untuk mencegah terjadinya komplikasi
yang lebih berat.
b. Faktor Psikologis
Dalam keadaan sakit dan selama menjalani perawatan pasien membutuhkan
dukungan dari keluarga. Suami pasien selalu mengingatkan pasien untuk
mengonsumsi obat – obatan, menjaga asupan makan dan minum pasien, serta
menemani pasien untuk melakukan kontrol ke Puskesmas. Anak dan keponakan
pasien sangat memerhatikan kondisi kesehatan pasien. Suami pasien juga
membantu dalam mencari nafkah, sehingga pasien tidak merasa terbebani
karena tidak mampu bekerja selama sakit.
c. Faktor Sosial dan Kultural
Lingkungan sekitar tempat tinggal pasien jarang yang mengetahui keadaan
yang dialami pasien saat ini, mengingat lingkungan tempat tinggal pasien
merupakan lingkungan para perantau yang memiliki aktivitas padat. Pasien
mendapatkan dukungan dari teman dan lingkungan kerja pasien. Selama pasien
dirawat di rumah sakit dan juga saat pasien sudah di perbolehkan untuk pulang,
teman dan kerabat pasien ada beberapa berdatangan ke tempat tinggal pasien.
d. Faktor Spiritual
Keluarga pasien selalu mengingatkan dan mengajak pasien untuk terus
beribadah mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
begitu dapat menjauhkan pasien dari pikiran – pikiran negatif tentang penyakit
serta tetap bersemangat dalam menjalani kehidupan kedepannya.