Kel 06 Filsafat Kosmologi
Kel 06 Filsafat Kosmologi
Kel 06 Filsafat Kosmologi
“Filsafat Kosmologi”
Revenia
Salasiah Agustina
Siti Saudah
Suci Lestari
Lokal/Semester : B2 Reg/III
KUALA KAPUAS
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
Simpulan................................................................................................ 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kosmologi merupakan cabang filsafat yang disebut juga filsafat
fisika atau filsafat alam. Kosmologi membahas hakikat alam semesta,
menyingkap eksistensi yang tersembunyi di balik penampakan fisik, sebuah
refleksi holistik dan mendalam untuk mempertanyakan hal-hal yang berada di
balik alam semesta (alam fisik/empiris).
Alam semesta sebagai kajian dalam kosmologi sudah menjadi
perhatian oleh manusia sejak zaman dulu. Beberapa pertanyaan yang sama
selalu hadir, seperti dari mana dunia ini datang, dari apa dibuat, bagaimana
dan kapan permulaannya, bagaimana akhirnya, seberapa besar dan lain
sebagainya. Jawaban-jawaban berkembang pada masing-masing bangsa dan
peradaban. Jawaban itu menjadi cerita, cerita menjadi legenda, dan legenda
menjadi mitos.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu filsafat kosmologi?
2. Bagaimana filsafat kosmologi dalam perspektif Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui filsafat kosmologi.
2. Untuk mengetahui filsafat kosmologi dalam perspektif Islam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Kosmologi
Dalam bahasa Yunani, cosmos berarti bumi atau alam semesta yang
berjalan dengan keteraturan, keserasian atau keharmonisan, dan logos yang
berarti ilmu. Kata kosmos ini digunakan untuk menyebut segala kejadian di
alam semesta atau jagat raya yang penuh dengan keteraturan dan
keharmonisan. Dalam pengertian luas disebut macro-cosmos yang berati
suatu susunan keseluruhan atau kompleks yang dipandang dalam totalitasnya
atau sebagai suatu keseluruhan yang aktif serta terstruktur. Arti lain dari
makrokosmos adalah alam semesta sebagai sebuah keseluruhan atau sistem
yang terpadu dan tunggal. Lawan dari makrokosmos adalah mikrokosmos,
yaitu bagian kecil dari satu keseluruhan,1 dan yang dimaksud di sini adalah
manusia.
Mengapa manusia disebut mikrokosmos? Karena secara struktur
material, unsur-unsur yang membentuk manusia itu sama persis dengan
semua unsur yang ada di alam. Demikian juga dalam unsur bathiniahnya serta
sistem geraknya juga sama dengan sistem gerakan realitas yang terjadi di
alam semesta ini. Itulah mengapa manusia dapat dikatakan miniatur dari
realiatas alam besar.
Secara istilah, kosmologi dibedakan menjadi dua: kosmologi
filososfis dan kosmologi saintifik. Kosmologi filosofis adalah cabang filsafat
yang membicarakan dan mengkaji asal mula dan susunan alam semesta
secara kseluruhan, segala sesuatu yang ada, termasuk teori-teori tentang ruang
dan waktu. Sedangkan kosmologi saintifik adalah cabang astronomi yang
mengkaji tentang asal-usul dan evolusi alam semesta dari Big Bang hingga
1
Tri Astutik Haryati, Kosmologi Jawa Sebagai Landasan Filososfis Etika Lingkungan,
(Vol. 20, No. 2, 2017) h. 176
2
3
hari ini dan seterusnya hingga masa depan struktur dan dinamikanya, nasib
akhirnya, serta hukum sains yang mengatur bidang-bidang ini.2
Kosmologi merupakan kajian tentang alam semesta sebagai suatu
sistem rasional yang teratur, termasuk di dalamnya dikaji aspek metafisika
dari ruang, gerak, waktu, perubahan, kausalitas, dan keabadian. Dalam teori
modern, kosmologi lebih khusus membahas tentang asal-usul, struktur, sifat,
dan perkembangan fisik alam semesta dengan dasar pengamatan dan
metodologi ilmiah. Perhatian utama kosmologi ialah bermula dari alam
semesta fisik secara keseluruhan dan menuju pada prinsip-prinsip yang
melatarbelakanginya.3
Dalam laman Wikipedia, kosmologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara ruang dan waktu terhadap alam semesta. Jenis hubungan
yang dipelajari meliputi asal-usul dan struktur dari ruang dan waktu yang
berkaitan dengan alam semesta. Kosmologi membahas mengenai sejarah
alam semesta dalam skala besar. Secara khusus, ilmu ini berhubungan dengan
asal mula dan evolusi dari suatu subjek. Kosmologi dipelajari dalam
astronomi, filsafat, dan agama. Dari hal tersebut maka pembahasan mengenai
penciptaan alam di dalam kajian para filsuf biasanya dimasukkan ke dalam
pembahasan mengenai kosmologi. Sedang kosmologi termasuk bagian dari
filsafat alam yang di dalamnya membicarakan inti alam dan isi alam.
Sepanjang sejarah, konsep tentang kosmologi adalah sesuatu yang
tidak selesai diperdebatkan oleh semua kalangan akademisi, teolog, saintis,
dan filsuf dari dulu hingga kini. Berbagai metodologi dan pendekatan telah
dibangun untuk sampai pada suatu teori tertentu namun, pada akhrinya
kesimpulan kalangan mereka selalu berbeda-beda di setiap zaman. Persoalan
kosmologi tidak terlepas dari pembahasan ruang dan waktu, materi serta
energi, dan acap kali disandingkan, karena semuanya merupakan bagian dari
adanya alam ini. Ruang berkaitan dengan tempat alam itu sendiri, sedangkan
2
Yongki Sutoyo, Kosmologi Ibnu Sina dan Relevansinya dalam Diskursus Kosmologi
Kontemporer, (Vol. 4, No.2, 2020) h. 33-34
3
Imam Khanafie Al-Jauharie, Tema-tema Pokok Filsafat Islam, (Bojong Pekalongan: PT.
Nasya Expanding Management, 2020) h. 152-153
4
4
Hartanto, Transhumanisme untuk Pemula, (DKI Jakarta: Lembaga Pembangunan Rakyat
Indonesia, 2022) h. 82-83
5
Oesman Arif, Dasar-dasar Ilmu Filsafat Timur dan Barat, (Yogyakarta: Genta
Nusantara, 2018) h. 95-96
5
6
Ubaidillah Achmad, Islam Geger Kendeng dalam Konflik Ekologis dan Rekonsiliasi
Akar Rumput, (Jakarta: Prenadamedia, 2016) h. 217-218
6
7
Zainun Nasihah, Visi Kesadaran Kosmik dalam Kosmologi Sufi Ibn ‘Arabi, (Serang: A-
Empat, 2020) h. 92-94
7
semesta atau tatanan dunia yang diciptakan tidak memiliki kekuatan mencipta
dalam arti member keadaan atau bahkan bentuk. Tuhan sendirilah pemberi
keberadaan dan bentuk. Adapun hukum yang sekarang mengatur kosmos,
Islam melihat kekuasaan Tuhan termanifestasikan di seluruh alam semesta. Ia
adalah agen Tuhan, yang dikenal sebagai malaikat, yang mengatur peristiwa
dunia ini sesuai dengan kehendak-Nya, menurut hukum yang ditentukan oleh
Tuhan dan mencerminkan kebijaksanaan-Nya. Islam melihat tatanan dan
keteraturan fenomena alam sebagai tanda kebijaksanaan dan kehendak-Nya
yang memerintah atas alam semesta dan sebagai bukti dari keberadaan-Nya.8
8
Seyyed Hossein Nasr, Islam, Sains, dan Muslim, alih bahasa Muhammad Muhibbuddin,
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2022) h. 54-55
9
Seyyed Hossein Nasr, Antara Tuhan, Manusia, dan ALam, alih bahasa: Ali Noer Zaman,
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2021) h. 171
8
10
Siti Nurjanah, Kosmologi dan Sains dalam Islam, (Vol. 18, No. 1, 2013) h. 5-6
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Dalam bahasa Yunani, cosmos berarti bumi atau alam semesta yang
berjalan dengan keteraturan, keserasian atau keharmonisan, dan logos yang berarti
ilmu. Kosmologi merupakan kajian tentang alam semesta sebagai suatu sistem
rasional yang teratur, termasuk di dalamnya dikaji aspek metafisika dari ruang,
gerak, waktu, perubahan, kausalitas, dan keabadian. Kosmologi membahas
mengenai sejarah alam semesta dalam skala besar.
Sumber utama kosmologi dalam Islam ialah Al-Quran dan Hadis Nabi.
Al-Quran banyak menyebutkan elemen-elemen kosmik—seperti arsy, langit, bmi,
bintang, bulan, gunung, dan sebagainya—meskipun sebagian dalam konsep yang
abstrak dan tidak memberikan gambaran kosmik yang lengkap dan koheren
sehingga membutuhkan penjelasan dari hadis serta penafsiran dan penelitian
dengan perangkat ilmu pengetahuan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Ubaidillah. 2016. Islam Geger Kendeng dalam Konflik Ekologis dan
Rekonsiliasi Akar Rumput. Jakarta: Prenadamedia.
Arif, Oesman. 2018. Dasar-dasar Ilmu Filsafat Timur dan Barat. Yogyakarta:
Genta Nusantara.
Haryati, Tri Astutik. 2017. Kosmologi Jawa Sebagai Landasan Filososfis Etika
Lingkungan. Vol. 20, No. 2.
Nasr, Seyyed Hossein. 2021. Antara Tuhan, Manusia, dan ALam, alih bahasa: Ali
Noer Zaman. Yogyakarta: IRCiSoD.
Nasr, Seyyed Hossein. 2022. Islam, Sains, dan Muslim, alih bahasa Muhammad
Muhibbuddin. Yogyakarta: IRCiSoD.
Nasihah, Zainun. 2020. Visi Kesadaran Kosmik dalam Kosmologi Sufi Ibn ‘Arabi.
Serang: A-Empat.
Nurjanah, Siti. 2013. Kosmologi dan Sains dalam Islam. Vol. 18, No. 1.
Sutoyo, Yongki. 2020. Kosmologi Ibnu Sina dan Relevansinya dalam Diskursus
Kosmologi Kontemporer. Vol. 4, No.2.
10