03 Problematika Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dan Solusinya
03 Problematika Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dan Solusinya
03 Problematika Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dan Solusinya
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia.
Dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah, banyak sekali muncul problematika-
problematika. Berbagai problematika yang muncul, bisa berkenaan dengan masalah yang
bersifat internal, maupun eksternal.
Diantara solusi yang ditawarkan untuk mengatasi problematika pendidikan agama Islam di
sekolah adalah melalui pendekatan parsial, mengoptimalkan peranan ranah afektif dan
menciptakan iklim religius di lingkungan pendidikan.
PENDAHULUAN
Dilihat dari sejarahnya, Pendidikan Agama sejak Indonesia merdeka tahun 1945 telah
diajarkan di sekolah-sekolah negeri. Pada masa kabinet RI pertama tahun 1945, Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama Ki Hajar Dewantara telah
mengirimkan surat edaran ke daerah-daerah yang isinya menyatakan bahwa pelajaran budi
pekerti yang telah ada pada masa penjajahan Jepang tetap diperkenankan dan diganti
namanya menjadi pelajaran Agama. Pada saat tersebut, pendidikan agama belum wajib
diberikan pada sekolah-sekolah umum, namun bersifat sukarela/fakultatif, dan tidak menjadi
penentu kenaikan/kelulusan peserta didik.
Pelaksanaan Pendidikan Agama pada umumnya serta Pendidikan Agama Islam pada
khususnya di sekolah-sekolah umum tersebut semakin kokoh oleh berbagai terbitnya
perundang-undangan selanjutnya, hingga lahirnya UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang lebih menjamin pemenuhan pendidikan agama kepada peserta
didik.[1] Dan diikuti dengan lahirnya peraturan-peraturan selanjutnya sampai dengan
terbitnya Peraturan Menteri Agama RI Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
Pendidikan Agama Pada Sekolah.
Dengan makin kuatnya posisi Pendidikan Agama Islam di dalam sistem pendidikan Indonesia
setelah mengalami masa pergulatan yang sangat panjang, tentunya secara ideal telah
menunjukkan hasil yang signifikan dan tujuan pendidikan agama Islam telah tercapai yaitu
pendidikan jasmani, pendidikan akal dan pendidikan akhlak.[2] Namun di dalam kenyataan
di lapangan, banyak sekali problematika yang muncul sehingga berakibat tidak maksimalnya
pendidikan Agama Islam di sekolah, baik di tingkat SD, SMP, SMA dan SMK.
Makalah ini akan membahas tentang problematika pendidikan Agama Islam di sekolah serta
solusinya.
PEMBAHASAN
Dari segi etimologi atau bahasa, kata pendidikan berasal kata “didik” yang mendapat awalan
pe- dan akhiran –an sehingga pengertian pendidikan adalah sistem cara mendidik atau
memberikan pengajaran dan peranan yang baik dalam akhlak dan kecerdasan berpikir.
Diantara pengertian pendidikan dari segi terminologi adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.[3]
UNESCO telah merumuskan bahwa hakikat pendidikan itu setidaknya ada empat; Pertama,
how to know, di sini terjadi proses pentransferan ilmu dari pendidik kepada si terdidik.
Kedua, how to do, bagaimana seseorang berbuat setelah dia tahu. Ketiga, how to be, ke arah
mana peserta didik ingin dibawa. Keempat, how to live together, hidup bersama secara
harmonis di tengah dunia yang multikultural.[4]
Adapun istilah Pendidikan Islam dapat dipahami dalam beberapa pengertian yaitu :[5]
1. Pendidikan menurut Islam atau Pendidikan Islami, yakni pendidikan yang dipahami dan
dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasar
Islam, yaitu al-Quran dan Sunnah.
2. Pendidikan keislaman atau Pendidikan Agama Islam, yakni upaya mendidikan agama
Islam atau ajaran Islam atau nilai-nilai Islam agar menjadi way of life (pandangan dan sikap
hidup) seseorang.
3. Pendidikan dalam Islam atau proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan yang
berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat Islam. dalam arti proses
bertumbuhkembangnya Islam dan umatnya, baik Islam sebagai agama, ajaran, meupun sistem
budaya dan peradaban sejak zaman Nabi Muhammad saw sampai sekarang.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud
Pendidikan Agama Islam adalah suatu aktivitas atau usaha-usaha tindakan dan bimbingan
yang dilakukan secara sadar dan sengaja serta terencana yang mengarah pada terbentuknya
kepribadian anak didik yang sesuai dengan norma-norma yang ditentukan oleh ajaran agama.
Pendidikan Agama Islam juga merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan ber
akhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci
Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan, serta penggunaan
pengalaman.
Dari pengertian di atas terbentuknya pendidikan dalam Islam adalah pendidikan yang
diarahkan pada terbentuknya kepribadian Muslim. Kepribadian Muslim adalah pribadi yang
menjadikan Islam sebagai sebuah pandangan hidup, sehingga cara berpikir, merasa, dan
bersikap sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian Pendidikan Agama Islam itu adalah
usaha berupa bimbingan, baik jasmani maupun rohani kepada anak didik menurut ajaran
Islam, agar kelak dapat berguna menjadi pedoman hidupnya untuk mencapai kebahagiaan
hidup dunia dan akhirat.
Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tempat tegaknya sesuatu. Dalam hubungannya
dengan Pendidikan Agama Islam, dasar-dasar itu merupakan pegangan untuk memperkokoh
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Adapun yang menjadi dasar dari Pendidikan Agama Islam adalah Al-Qur’an yang merupakan
kitab suci bagi kita umat Islam yang tentunya terpelihara keaslian nya dari tangan-tangan
yang tak bertanggung jawab dan tidak ada keraguan di dalamnya, sebagaimana Firman Allah
Swt dalam Al-Qur’an yaitu surat Al-Baqarah ayat 2 yaitu :
Serta al-Hadits yang merupakan sabda Nabi Muhammad saww. Selain dari dua dasar yang
paling utama tersebut, masih ada dasar yang lain dalam negara kita khususnya seperti yang
termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 29 ayat 1 dan 2. Ayat 1 berbunyi, Negara
berdasarkan azas Ketuhanan Yang Maha Esa. Ayat 2 berbunyi, Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing.
Dalam pasal ini kebebasan memeluk agama dan kebebasan beribadah menurut agama yang
dianutnya bagi warga Indonesia telah mendapat jaminan dari pemerintah dan hal ini sejalan
dengan Pendidikan Agama Islam dan hal-hal yang terdapat di dalamnya. Pendidikan Agama
Islam mempunyai fungsi sebagai media untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah
SWT, serta sebagai wahana pengembangan sikap keagamaan dengan mengamalkan apa yang
telah didapat dari proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Dari pendapat di atas dapat diambil beberapa hal tentang fungsi dari Pendidikan Agama
Islam yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Di samping fungsi-fungsi yang tersebut diatas, hal yang sangat perlu diingat bahwa
Pendidikan Agama Islam merupakan sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup bagi
peserta didik untuk mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat selain itu
Pendidikan Islam juga mempunyai fungsi secara umum yaitu :
1. Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan tertentu dalam masyarakat pada
masa yang akan datang, peranan ini berkaitan dengan kelanjutan hidup (survival) masyarakat
sendiri.
2. Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan tersebut dari generasi
tua ke generasi muda.
4. Mendidik anak agar beramal di dunia ini untuk memetik hasilnya di akhirat.
Jika kita cermati dari arti dan tujuan Pendidikan Agama Islam di atas maka, tentunya dapat
diketahui bahwa pendidikan Agama Islam tidak dapat dihayati dan diamalkan kalau hanya
diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan.
Nabi telah mengajarkan untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai dengan ajaran
Islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Dari satu segi, kita dapat melihat bahwa
Pendidikan Agama Islam itu lebih banyak ditujukan pada perbaikan sikap mental yang akan
berwujud dalam amal perbuatan, baik dalam segi keperluan diri sendiri maupun orang lain,
pada segi lainnya, Pendidikan Agama Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga
praktis, Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan amal dan pendidikan iman, dan
karena isi dari Pendidikan Agama Islam adalah tentang sikap dan tingkah laku pribadi di
masyarakat, maka Pendidikan Agama Islam bukan hanya pendidikan yang berlaku secara
individu saja tetapi juga menjadi pendidikan masyarakat.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia,
dan ketiga hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan
makhluk lain dan lingkungannya.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-aspek Pendidikan Agama
Islam karena materi yang terkandung di dalamnya merupakan perpaduan yang saling
melengkapi satu dengan yang lainnya.
Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yang
umum dilaksanakan di sekolah adalah: (a)Ilmu Tauhid / Keimanan, (b)Ilmu Fiqih, (c)Al-
Qur‟an, (d)Al-Hadist, (e)Akhlak dan (f)Tarikh Islam.[6] Sementara apabila dijabarkan adalah
sebagai berikut:
1. Pengajaran Al-Quran
Pengajaran Al-Quran adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca Al-Quran
dan mengerti arti kandungan yang terdapat di setiap ayat-ayat Al-Quran. Akan tetapi dalam
prakteknya hanya ayat-ayat tertentu yang di masukkan dalam materi Pendidikan Agama
Islam yang disesuaikan dengan tingkat pendidikannya.
2. Pengajaran Al-Hadits
Pengajaran Al-Hadits adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca Al-Hadits
dan mengerti arti kandungan yang terdapat di dalam Al-Hadits. Akan tetapi dalam prakteknya
hanya hadits-hadits tertentu yang di masukkan dalam materi Pendidikan Agama Islam yang
disesuaikan dengan tingkat pendidikannya.
Dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah, banyak sekali muncul problematika-
problematika. Berbagai problematika yang muncul, bisa berkenaan dengan masalah yang
bersifat internal, maupun eksternal. Yang berkaitan dengan internal sekolah, misalnya guru
yang belum berkompeten, maupun sarana prasarana yang tidak mendukung.
Sedangkan permasalahan dari eksternal, bisa datang dari kurangnya dukungan masyarakat
(orang tua murid), ataupun kurangnya dukungan dari pemerintah daerah setempat. Untuk
mempermudah pemaparan, maka berikut akan ditampilkan problematika-problematika
Pendidikan Agama Islam di sekolah beserta solusi yang ditawarkan, dilihat dari berbagai
sisi :
1. Manajemen sekolah (peranan kepala sekolah dan guru selain guru agama)
Permasalahan dalam hal manajemen: Kurang aktifnya kepala sekolah dan guru selain guru
agama dalam memberikan pelayanan pendidikan agama Islam yang memadai untuk peserta
didik.
Solusi yang ditawarkan adalah:
a) Kurangnya keteladanan
b) Kurangnya kemampuan menguasai materi
c) Kurangnya kemampuan dalam mengelola kelas
d) Kurangnya rasa tanggung jawab
e) Evaluasi hanya berorientasi terhadap penilaian kognitif
3. Peserta didik
Permasalahan yang ada pada peserta didik:
a) Semua pihak (stakeholder) berusaha menyadarkan peserta didik akan pentingnya belajar
agama Islam.
b) Pemisahan peserta didik dan mengelompokkan mereka berdasarkan tingkat kemampuan
yang sama.
Beberapa problematika dan solusi di atas hanya sebagian kecil dari problematika Pendidikan
Agama Islam di sekolah, serta hanya bersifat teknis pada segi pelaksanaan pembelajaran.
Namun pada kenyataannya, problematika yang muncul tidak hanya pada sisi pembelajaran di
dalam ataupun luar kelas. Namun juga berkenaan dengan kebijakan sekolah, maupun
pemerintah daerah yang kadangkala dinilai kurang mendukung kesuksesan Pendidikan
Agama Islam di sekolah. Demikian pula keadaan guru Pendidikan Agama Islam di daerah
yang masih banyak belum menguasai teknologi, sehingga pembelajaran cenderung bersifat
tradisional. Hal tersebut juga akan mempengaruhi perhatian siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
1. Pendekatan Parsial
Untuk mengefektifkan pendidikan agama Islam di sekolah maka semua guru selain guru
agama diharapkan dapat memasukkan nilai-nilai agama ke dalam mata pelajarannya.[10]
Sehingga perlu merevisi kurikulum yang ada dan menyiapkan tenaga pendidik yang siap
untuk itu.
3. Iklim Religius
Untuk mengoptimalkan pendidikan agama Islam di sekolah maka perlu menciptakan suasana
religius yang kental di lingkungan pendidikan, meliputi tata pergaulan, pakaian, lingkungan
sekolah, praktik ibadah dan lain-lain.[12]
PENUTUP
Sebagai penutup maka kita simpulkan beberapa hal dari makalah ini, yaitu :
1. Pendidikan Agama Islam merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak
mulia. Adapun yang menjadi dasar dari Pendidikan Agama Islam adalah Al-Qur’an dan
Hadits.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu membina manusia beragama yang berarti manusia
yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga
tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya.
5. Diantara solusi yang ditawarkan untuk mengatasi problematika pendidikan agama Islam di
sekolah adalah melalui pendekatan parsial, mengoptimalkan peranan ranah afektif dan
menciptakan iklim religius di lingkungan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,
Jakarta : Kencana, 2007
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Mencerdaskan Bangsa, Jakarta: Rineka Cipta,
2012
Muhaimin, 2006, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Muhaimin , Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004
Muhammad Kholid Fathoni, , Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional (Paradigma baru),
Jakarta:Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam – Departemen Agama, 2005
Salim, Muhammad Haitami, Studi Ilmu Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam – Departemen Agama RI, 2006,
Zuhairini dan Abdul Ghafir, Metodologi Pendidikan Agama Islam. Malang: UM Press, 2004
footnote
[1] Ketika UU nomor 20 Tahun 2003 akan disahkan, banyak sekali protes yang diluncurkan,
terutama berkenaan dengan pasal 12 ayat 1(a) yang menyatakan bahwa setiap peserta didik
pada setiap satuan pendidikan berhak: mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama
yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. Keberatan terutama disuarakan
oleh para pengelola pendidikan swasta (Katolik/Kristen) dengan alasan mempertahankan ciri
khas sekolah.
[2] Muhammad Haitami Salim, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), h.117-119
[3] Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional pasal 1
[4] Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2009), h.35
[5] Drs. Muhaimin, MA. et. al, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2004, hlm 29-30
[6] Zuhairini dan Abdul Ghafir, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Malang: UM Press,
2004), h. 48
[7] Haidar, pemberdayaan...68
[8] Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Mencerdaskan Bangsa, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2012), H.39
[9] Ibid, h.37
[10] Ibid, h.38
[11] Ibid, h.39-41
[12] Ibid, h. 42
Sumber :
https://www.ustadzsopian.com/2017/11/problematika-pendidikan-agama-islam-di-sekolah-dan-
solusinya.html