Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Proposal Revisi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PEMBELAJARAN KITAB AKHLAK LIL BANIN


DENGAN PEMBENTUKAN AKHLAK SANTRI KELAS I MTS
DI PONDOK PESANTREN AL IBANAH

Proposal ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Tugas akhir
Skripsi

OLEH
BAGAS TAUFIQ
NIRM. P.03.19.0039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MULIA ASTUTI
WONOGIRI
2022/2023
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................
B. Identifikasi Masalah..................................................................................
C. Pembatasan Masalah.................................................................................
D. Rumusan Masalah.....................................................................................
E. Tujuan Penelitian.......................................................................................
F. Manfaat Penelitian.....................................................................................
G. Sistematika Pembahasan...........................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori...............................................................................................
1. Pembelajaran Kitab Akhlak lil Banin..................................................
2. Pembentukan Akhlak Santri................................................................
B. Kajian Penelitian yang Relevan.................................................................
C. Kerangka Berfikir......................................................................................
D. Hipotesis Penelitian...................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian................................................................................
B. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................
C. Populasi dan Sampel..................................................................................
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian..................................................
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan data.................................................
F. Validitas dan Reliabilitas...........................................................................
G. Teknik Analisis Data.................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
KEMENTRIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MULIA ASTUTI WONOGIRI

PENGESAHAN
Proposal Skripsi atas nama saudara:
Nama : Bagas Taufiq
NIRM : P.03.29.0039
Prodi : PAI
Judul :Hubungan Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Banin
Dengan Pembentukan Akhlak Santri Kelas I Mts Di
Pondok Pesantren Al Ibanah

Dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Prodi Pendidikan Agama Islam, pada:
Hari :
Tanggal :

No Nama Jabatan Tanda Tangan


1 ........................... Ketua Sidang ........................
2 ........................... Penguji I ........................
3 .......................... Penguji II ........................
4 .......................... Pembimbing I ........................
5 ......................... Pembimbing II ........................

Wonogiri, 14 Juni 2023


Mengetahui
Ketua STAIMAS Wonogiri

Atik Nurfatmawati, S.E., M.I.Kom.


NIP.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan akhlak merupakan pendidikan dasar yang sangat
penting bagi kehidupan manusia, terutama bagi generasi muda, dengan
memiliki akhlah maka niat untuk berbuat kerusakan tidak ada. Akhlak
yang baik akan menjadi sebuah benteng dari perbuatan-perbuatan yang
menyimpang. Akhlak akan menuntun manusia kedalam nilai-nilai
kemuliaan serta saling menghargai satu sama lain sehingga timbulah
perdamaian.
Persoalan akhlak menjadi topik penting dalam setiap kehidupan
manusia. Para ahli ilmu sosial, sampai sekarang sependapat bahwa kualitas
manusia tidak dapat diukur hanya dari keunggulan keilmuan dan keahlian
semata, tetapi juga diukur dari kualitas akhlak.1 Ketinggian ilmu tanpa
dibarengi dengan akhlak mulia akan menjadi sesuatu yang sia-sia. Ilmu
tanpa akhlak dapat membawa kepada kehancuran
Pergeseran akhlak terlihat diberbagai lapisan masyarakat mulai
dari anak-anak hingga orang tua. Berbagai kejadian dan gejala sosial
seperti ,mulai memudarnya sopan santun, kasus-kasus kekerasan,
pelecehan seksual, tawuran, bentrok antar warga, dan ketidakjujuran yang
tercermin dengan semakin meningkatnya korupsi di berbagai tempat
seolah menjadi pemandangan sehari-hari di negeri ini.
Pembelajaran akhlak termasuk faktor penting dalam pendidikan
anak, pembelajaran di sekolah mempengaruhi dalam pembentukan akhlak
seorang anak. Melalui pembelajaran akhlak akan sangat membantu anak
untuk berperilaku baik atau berakhlakul karimah. Baik buruknya
pembelajaran akhlak turut mempengaruhi terhadap perilaku siswa, karena
sekolah ikut serta dalam upaya membentuk karakter seorang anak.
1
Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia (Cet. IV;
Jakarta: Lantabora Press, 2005), h. 37. Baradja, Kitab alAkhlāq Lil Banīn Jilid 2 (Surabaya:
Maktabah Ahmad bin Said bin Nabhan wa awladihi, 1373 H), h. 5.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di Pondok Pesantren
Al Ibanah, banyak santri yang belum mengamalkan atau menerapkan
prinsip-prinsip akhlak terpuji. Berbagai kasus terjadi dikalangan santri
baru yang mempunyai latar belakang kurang terdidik. Misalnya ada santri
yang tidak tahu cara memuliakan Asatid (guru) seperti, mendahului guru
ketika berjalan, tidak patuh terhadap perintahnya, mengobrol sendiri di
saat pembelajaran berlangsung, dan berkata kasar kepada guru. Selain itu
ada juga santri yang tidak menghormati pengurus pondok seperti,
menentang para senior dan pengurus dan pembulian terhadap pengurus
pondok. Hal lain juga terjadi antar sesama teman seperti, mengghosob
barang milik teman, saling mengejek hingga berakhir dengan perkelahian.
Santri pondok pesantren Al Ibanah terdiri dari berbagai lapisan
masyarakat yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, ada yang
sejak kecil dari keluarga agamis, ada juga dari keluarga biasa. Sebagian
santri berasal dari lulusan sekolah agama, dan ada juga dari lulusan
sekolahan umum. Kemudian ada beberapa faktor yang mempengaruhi
akhlak santri diantaranya adalah: santri berasal dari wilayah desa, kota,
provinsi, bahkan pulau yang berbeda dengan latar belakang pendidikan
yang berbeda, adat istiadat, dan lingkungan yang berbeda. Ada santri yang
sopan santun ketika diajak bicara ada pula santri yang terkesan cuek ketika
diajak bicara. Ada santri yang mendengarkan dengan seksama dan penuh
sopan ketika pembelajaran sedang berlangsung ada pula yang asyik
berbicara dengan temannya. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi akhlak
para santri ketika berada di dalam lingkungan pondok.2
Oleh karena itu, upaya yang dilakukan oleh pihak pondok dalam
memperbaiki dan meningkatkan akhlak para santri salah satunya yaitu
dengan pembelajaran kitab Akhlak Lil Banin kepada para santri, khususnya
santri baru. Kitab tersebut menjadi salah satu pendorong untuk tujuan
pembelajaran di pondok pesantren Al Ibanah, yaitu menjadikan para santri
agar mempunyai akhlak karimah. Kitab Akhlak Lil Banin membahas
berbagai macam materi yang berkaitan dengan akhlak, kitab ini memiliki

2
01/O/20-04/2023.Observasi di Ponpes Al Ibanah
bahasa dan materinya mudah dipahami oleh santri, sehingga kitab ini
cocok sebagai kitab dasar pendidikan akhlak untuk dipelajari para santri
terutama masih dalam tahapan pemula. Di dalam kitab Akhlak Lil Banin
ini menjelaskan tentang beberapa akhlak yang harus dilakukan dan juga
yang harus di tinggalkan oleh seseorang anak. Jika anak sudah
mempelajari kitab ini maka anak juga akan mengetahui akhlak yang harus
dihindari maupun akhlak yang harus dilakukan.
Dari permasalahan di atas penulis mengambil pembelajaran kitab
Akhlak Lil Banin sebagai solusi dalam memperbaiki akhlak santri. Kitab
Al-Akhlak Lil Banina dalah kitab yang terdiri dari 4 jilid yang dikarang
oleh Umar Bin Ahmad Baradja. Kitab Akhlak Lil Banin ini hampir
digunakan di berbagai Pondok Pondok Pesantren. Bahkan, sejak tahun
1950 an, dijadikan kitab wajib. Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian pembelajaran tersebut dengan
judul skripsi “Hubungan antara Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Banin
Dengan Pembentukan Akhlak Santri Kelas I MTs di Pondok Pesantren
Al Ibanah.”

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah di jelaskan, maka penulis
menyimpulkan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Didapati santri yang belum mengetahui cara memulyakan Asatid.
2. Terdapat santri yang masih ngobrol sendiri saat pembelajaran
berlamgsung.
3. Didapati santri yang mengghosob barang milik teman, saling mengejek
hingga berahir perkelahian.
C. Pembatasan Masalah
Agar penulisan skripsi ini tidak menyimpang maka dari pokok
masalah dan lebih terarah, maka diperlukan adanya pembatasan masalah.
Untuk itu penulis membatasi masalah pada Hubungan antara Pembelajaran
Kitab Akhlak Lil Banin dengan Pembentukan Akhlak Santri Kelas I MTs
di Pondok Pesantren Al Ibanah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pembelajaran kitab Akhlak Lil Banin kelas I MTs di
pondok pesantren Al Ibanah?
2. Bagaimana pembentukan akhlak santri di Pondok Pesantren Al
Ibanah?
3. Bagaimana hubungan pembelajaran kitab Akhlak Lil Banin dalam
pembentukan akhlak karimah bagi santri kelas I MTs di pondok
pesantren Al Ibanah?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pembelajaran kitab Akhlak Lil Banin kelas I MTs di
pondok pesantren Al Ibanah.
2. Untuk mengetahui pembentukan akhlak santri di Pondok Pesantren Al
Ibanah.
3. Untuk mengetahi hubungan pembelajaran kitab Akhlak Lil Banin
dalam pembentukan akhlak karimah bagi santri kelas I MTs di pondok
pesantren Al Ibanah.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis:
1. Manfaat Teoritis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi pengembangan khazanah keilmuan khususnya dalam pendidikan
Agama Islam yang dapat diterapkan di masyarakat serta menjadi
landasan dasar bagi peneliti-peneliti lain di bidang tersebut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pondok Pesantren
Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pendorong
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan terutama dalam
membentuk akhlak santri, serta untuk menentukan keputusan yang
tepat dalam pengambilan tindakan.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini selain secara formal sebagai salah satu syarat
menempuh sarjana strata satu (S1), juga untuk untuk menambah
dan mengembangkan wawasan pengetahuan dan intelektual yang
telah diperoleh selama ini.

G. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka pembahasan
dalam laporan penelitian ini dikelompokkan menjadi lima bab yang
masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab yang saling berkaitan.
Sistematika dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I berisi pendahuluan, pada bab ini diberikan penjelasan secara
umum dan gambaran tentang isi skripsi ini. Sedang penyusunannya terdiri
dari latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, sistematika pembahasan. Bab pertama ini
dimaksud untuk memudahkan dalam memaparkan data.
Bab II membahas mengenai kajian penelitian yang relavan dan
landasan teori tentang akhlak, dan pembelajaran kitab Akhlak Lil Banin.
Bab III berisi metode penelitian yang meliputi pendekatan dan
jenis penelitian, lokasi penelitian, data dan sumber data, proses
pengumpulan data, teknik analisis data, validitas dan rehabilitas, tahap-
tahap penelitian.
Bab IV berisi paparan data umum mengenai sejarah berdirinya,
letak geografis, visi misi, struktur organisasi, keadaan ustadz dan santri,
paparan data khusus mengenai pelaksanaan pembelajaran, metode, dan
kontribusi pembelajaran kitab Akhlak Lil Banin dalam pembentukan
akhlak karimah santri di pondok pesantren Al Ibanah.
Bab V berisi tentang pembahasan, yaitu membahas tentang analisis
pembelajaran kitab Akhlak Lil Banin dalam pembentukan akhlak karimah
santri di Pondok Pesantren Al Ibanah.
Bab VI merupakan bab penutup. Bab ini berfungsi mempermudah
para pembaca dalam mengambil inti dalam skripsi ini dan berisi
kesimpulan dan saran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Kajiaan Teori
1. Pembelajaran Kitab Akhlak lil Banin

a. Biografi Pengarang Kitab Akhlak Lil Banin


Salah satu diantara sekian banyak kitab agama Islam yang
berbahasa Arab yang telah dijadikan sebagai kitab standart, terutama
untuk pelajaran akhlak dalam proses belajar mengajar di pesantren
salafy adalah kitab Akhlak lil Banin. Kitab tersebut dikarang oleh
seorang ulama’ salaf (ulama’ terdahulu) yang bernama As-Asyeikh
Umar bin Achmad Baradja, kampung Ampel Maghfur Surabaya
menjadi tempat kelahiran beliau pada tahun 1913 M, tepatnya pada
tanggal 10 Jumadil Akhir 1331 H/ 17 Mei 113 M dan beliau wafat
pada tanggal 16 Rabiul Tsani 1441 H/ 3 November 1990 M.
Syekh Umar bin Achmad Baradja sejak waktu kecil beliau
diasuh dan dididik oleh kakeknya dari pihak ibu, kakek beliau bernama
Syaikh Hasan bin Muhammad Baradja, yang merupakan seorang
ulama ahli ilmu dan fiqih. Silsilah nasab beliau yang berasal dan
berpusat di kota Saiwoon Hadromaut di Negeri Yaman, nama nenek
moyang beliau yang ke-18 yang bernama Syaikh Sa’ad, maka silsilah
keturunan tersebut bertemu kepada Nabi Muhammad SAW yang ke-5
yang bernama Kilab bin Murroh.
Syeikh Umar bin Achmad Baradja merupakan seorang tokoh
dan ulama’ yang terkenal khusunya di kalangan para santri di
Indonesia. Dalam lingkungan pedagogis beliau adalah salah satu
alumni yang berhasil sukses. Beliau mengenyam pendidikan di
Madrasah Al Khairiyah di kampung Ampel, Surabaya. Yang didirikan
dan dibina oleh Al Habib Al Imam Muhamad bin Ahmadi Al Mahdlar
pada tahun 1895, sebuah sekolah yang berdasarkan Islam Ahlu Sunnah
wal Jamaah dan bermadzabkan Syafi‟i.
Syaikh Umar bin Ahmad Baradja mengawali karirnya dengan
mengajar di madrasah Al-Khairiyah Surabaya pada tahun 1935-1945
yang dulunya merupakan tempat beliau menuntut ilmu, kemudian
beliau pindah mengajar di madrasah Al-Khairiyah Bondowoso dan Al
Husainiyah Gresik pada tahun 1945-1947, kemudian beliau juga
mengajar di Rabithah Al-Awaliyyah Solo tahun 1947-1950. Setelah itu
pada tahun 1951-1957 bersama Al-Habib Zein bin Abdullah Al-Kaff
beliau membangun gedung yayasan badan wakaf yang diberi nama
yayasan Perguruan Islam Malik Ibrahim. Selain mengajar di lembaga
pendidikan, beliau juga mengajar di rumah pribadinya pada pagi hari
dan sore hari serta pembelajaran malam hari. Karena semakin
banyaknya murid, beliau berusaha mengembangkan pendidikan itu
dengan mendirikan Yayasan Perguruan Islam atas namanya, sebagai
perwujudan hasil pendidikan dan pengalamannya selama 50 tahun.
Penampilan Umar Bin Ahmad Baraja sangat bersahaja, tetapi
dihiasi sifat-sifat ketulusan niat yang disertai keikhlasan dalam segala
amal perbuatan duniawi dan ukhrawi. Dia tidak suka membangga-
banggakan diri, baik tentang ilmu, amal, maupun ibadah. Ini karena
sifat tawadu' dan rendah hatinya sangat tinggi. Dalam beribadah, dia
selalu istiqamah baik sholat fardhu maupun sholat sunnah gabliyah dan
ba'diyah. Sholat dhuha dan tahajud hampir tidak pernah dia tinggalkan
walaupun dalam bepergian. Kehidupanya dia usahakan untuk benar-
benar sesuai dengan yang digariskan agama. Sifat wara'-nya sangat
tinggi. Perkara yang meragukan dan syubhat dia tinggalkan,
sebagaimana meninggalkan perkara-perkara yang haram. Dia juga
selalu berusaha berpenampilan sederhana. Sifat Ghirah Islamiyah
(semangat membela Islam) dan iri dalam beragama sangat kuat dalam
jiwanya. Konsistensinya dalam menegakkan amar makruf nahi
munkar, misalnya dalam menutup aurat, khususnya aurat wanita, dia
sangat keras dan tak kenal kompromi. Dalam membina anak didiknya,
pergaulan bebas laki-perempuan dia tolak keras. Juga bercampurnya
murid laki-laki dan perempuan dalam satu kelas.
Pada saat sebelum mendekati wafatnya Umar Bin Ahmad
Baraja sempat berwasiat kepada putra-putra dan anak-anak didiknya
agar selalu berpegang teguh pada ajaran-ajaran Ahlusunnah wal
jama'ah, yang dianut mayoritas kaum muslim di Indonesia dan
Thariqah Alawiyyah, bermata rantai sampai kepada ahlul bait Nabi,
para sahabat. Semuanya bersumber dari Rasulullah saw. Umar Bin
Ahmad Baraja memanfaatkan ilmu, waktu, umur, dan membelanjakan
hartanya di jalan Allah sampai akhir hayatnya. Ia memenuhi panggilan
Rabb-nya pada hari sabtu malam Ahad tanggal 16 Rabiuts Tsani 1411
H/3 November 1990 M, pukul 23.10 WIB di Rumah Sakit Islam
Surabaya, dalam usia 77 Tahun. Keesokan harinya, Ahad setelah
Ashar, beliau dimkamkan di Makam Islam Pegirian surabaya setelah
dishalatkan di Masjid Agung Sunan Ampel. Diimami putranya sendiri
yang menjadi khalifah (penggantinya), Al-Ustadz Ahmad bin Umar
Baraja.
Guru-guru beliau yang berada di Indonesia diantaranya:
1) Al Ustadz Abd Kadir bin Ahmad Bilfagih (Malang).
2) Al Ustadz Muhammad bin Husein Ba‟abud (Lawang).
3) Al Habib Muhammad bin Achmad Assegaf (Surabaya).
4) Al Habib Alwi bin Abdullah Assegaf (Solo).
5) Al Habib Achmad bin Alwi Aldjufri (Pekalongan).
6) Al Habib Ali bin Husein bin Syahab (Gresik).
7) Al Habib Muhammad bin Hadi Assegaf (Seiwoon
Hadramaut Yaman).
8) Al Habib Abdullah bin Ahmad Al hadlar (‘Innat-Hadramau
Yaman).
9) Al Habib Hadi bin Ahmad Alhadlar (‘Innat-Hadramaut
Yaman).
10) Al Habib Abdullah bin Thahir Alhaddad (Geidon-
Hadramaut Yaman).
Ilmu-ilmu yang beliau kuasai diantaranya adalah bahasa Arab
dan sastra, ilmu tafsir dan hadis, ilmu fiqih dan tasawuf, ilmu sirrah
dan tarikh, serta beliau juga sedikit menguasai bahasa Belanda dan
bahasa Inggris. Karya-karya Syaikh Umar bin Achmad Baradja ada
sekitar 11 kitab yang telah diterbitkan, diantarannya:
1) Akhlak Lil Banin(4 jilid)
2) Akhlak Lil Banat (3 jilid)
3) Sullam Fiqih (2 jilid)
4) Jauharah (17 mutiara do’a)
5) Ad’iyah Ramadhan (do’a bulan Ramadhan)
Semua karya tersebut ditulis dalam bahasa Arab, dan sejak
tahun 1950 telah dipakai sebagai buku kurikulum di seluruh pondok
pesantren di Indonesia. Syair-syair beliau dalam bahasa Arab dengan
sastra yang tinggi juga cukup banyak dan belum sempat dibukukan,
juga karya-karyanya yang masih bertuliskan tangan.
b. Materi Kitab Akhlak Lil Banin
Kitab Akhlak Lil Baniin adalah salah satu kitab akhlak paling
dasar untuk pembelajaran akhlak peserta didik atau santri yang baru
belajar di pondok pesantren atau masih dalam tahapan remaja, karena
di dalam kitab ini menjelaskan beberapa akhlak yang pantas untuk
ditiru dan dihindari oleh anak didik atau santri.3 Perhatian Umar Bin
Ahmad Baraja terhadap anak sangat tinggi. Umar Bin Ahmad Baraja'
mewajibkan anak memiliki akhlak yang mulia sejak kecilnya, yakni
dengan meminta ridha Allah SWT, mencintai keluarganya dan seluruh
manusia. Hal inilah yang melatarbelakangi Umar Bin Ahmad Baraja
mengarang kitab pendidikan akhlak, berupa Akhlak Li Al-Banin terbit
dalam 4 jilid, dan kitab Al-Akhlak Li Al-Banat yang terbit dalam 3
jilid.
Isi kitab Al-Akhlak Li Al-Banin Jilid I ditulis dengan bahasa
yang sederhana sehingga mudah dipahami. Bersyakal adalah salah satu
kemudahan yang beliau sebutkan dalam kitab tersebut, dengan
bersyakal anak bisa berlatih membaca bahasa Arab dengan mudah.
Anak tidak perlu berfikir keras mengenai kaidah tulisanya (nahwu,

3
Roykan ‘Abid, “ Pembelajaran Akhlak Dengan Menggunakan Kitab Akhlak Lil Banindi
Pondok Pesantren Darut Tauchid Al’alawiyah al-Awwaliyah Koripan Tegalrejo Magelang”
(Skripsi, IAIN Salatiga, 2016), 49.
shorof), karena fokus pembahasannya sesuai tujuannya yakni,
menyampaikan nilai-nilai akhlakul karimah kepada anak.4
Dalam kitab Akhlak Lil Banin banyak menggunakan metode
cerita serta nasehat. Cerita-cerita yang ditampilkan berupa cerita fiktif
yang digunakan untuk menjelaskan atau menuturkan secara kronologis
suatu kejadian, serta ingin memperlihatkan dampak baik buruk kepada
anak tentang suatu perilaku. Dengan demikian anak atau murid mudah
mencontoh serta mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam
kehidupan sehari-harinya.
Kitab Akhlak Lil Banin memuat banyak materi yang mencakup
tentang akhlakul karimah. Materi yang dipakai dalam pembelajaran
kitab Akhlak Lil Banin adalah isi dari kitab tersebut, yaitu terdiri dari
33 pasal. Umar Bin Ahmad Baraja menjelaskan bahwa anak yang
beradab yaitu:
a) Menghormati kedua orang tua, guru, serta siapapun yang lebih
tua darinya, menyayangi saudara yang lebih kecil darinya.
b) Jujur tawadlu' (rendah hati) dengan manusia, dan sabar dalam
cobaan, tidak memutus persaudaraan atau pertemanan, serta
tidak meninggikan suara ketika berbicara atau bertakwa.”
Dari pemaparan di atas Umar Bin Ahmad Baraja menjelaskan
bahwa anak yang beradab adalah anak yang berbuat baik kepada
sesama manusia. Hal ini karena manusia adalah makhluk sosial, yang
artinya manusia hidup dengan manusia lain dan membutuhkan akan
manusia lain pula. Berikut beberapa penjelasan akhlak yang ada pada
kitab Akhlak Lil Banin :
1) Akhlak kepada Allah swt
Dalam kitab Akhlak Li Al-Banin Jilid I karya Umar Bin
Ahmad Baraja dijelaskan bahwa Allah swt telah memberi banyak
kenikmatan kepada makhluknya. Dia menciptakan dengan
sempurna yakni jasad, ruh, hati akal yang masing-masing dapat

4
D Septian, ‘Metode Edukasi Akhlak Menurut Syekh Umar Bin Ahmad Baraja’Dalam
Kitab Akhlaq Lil-Banin’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, 2 (2022), 442–52
<http://jurnalmahasiswa.umsu.ac.id/index.php/jimpai/article/view/1965>.
digunakan untuk mengetahui dan mengamalkan sesuatu baik dan
buruk. Maka kewajiban seorang anak yang berakhlak kepada Allah
yaitu:
a) Wajib mengagungkan dan mencintai Tuhanmu, mensyukuri
semua nikmat-Nya, menjalankan perintah dan menjauhi
larangan-Nya, memuliakan semua Malaikat, Rasul dan
Nabi- Nya, hamba-hamba-Nya yang shalih serta mencintai
mereka karena Allah mencintainya.
b) Bersyukur atas nikmat- Nya.
c) Menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya.
d) Amanah yakni jujur dalam berbuat. Sikap amanah
ditunjukan kepada Umar Bin Ahmad Baraja dalam sebuah
cerita. Cerita tersebut menjelaskan bahwa Muhammad
adalah anak yang dapat dipercaya karena ia tidak
melakukan sesuatu yang belum mendapat izin kepada
orangtuanya, sedangkan ia tahu bahwa Allah selalu melihat
apa yang diperbuat manusia, dan ridha Allah adalah ridha
orang tua.”
Dari pendidikan akhlak diatas dapat disimpulkan bahwa
manusia diberi amanah dan tanggung jawab oleh Allah swt yang
harus dilaksanakan dengan iman dan amal saleh.
2) Akhlak Kepada Guru
Dalam kitab Akhlak Li Al-Banin Jilid I, dikatakan bahwa guru
merupakan orang yang sangat lelah karena tidak mengajarkan
murid berakhlak yang baik dan berilmu pengetahuan. Guru selalu
nasehat- nasehat yang bermanfaat, karena sejatinya cinta kepada
guru terhadap murid-muridnya sama dengan cinta orang tua
terhadap anak-anaknya.
Guru juga mempunyai harapan banwa Kelar murid-muridnya
menjadi manusia yang mulia. Dengan demikian anak wajib
menghormati guru sama seperti hormatnya anak kepada guru.
Disebutkan oleh Umar Bin Ahmad Baraja tentang cara anak
berakhlak kepada guru.
a) Duduk dan berbicara didepanya dengan sopan dan santun.
b) Tidak memotong pembicaraanya sampai ia selesai bicara.
c) Mendengarkan dengan seksama penjelasanya, apabila belum
paham hendaknya bertanya dengan lembut dan penuh rasa
hormat.
d) Mengangkat tangan sebelum bertanya dan mulai bicara jika
sudah diizinkan.
e) Jika ditanya menjawab dengan jawaban yang bagus.
f) Tidak pernah membolos.
g) Tidak terlambat masuk kelas kecuali dengan izin.
h) Bersungguh sungguh dalam hafalan.
i) Mengulas kembali pelajaran dirumah.
j) Menuruti perintah guru dengan senang hati, bukan karena
hukuman.
k) Tidak marah atau dendam atas didiknya.
l) Tidak melupakan kebaikan-kebaikan yang telah diberikan
guru.”
Dari pendidikan akhlak diatas menunjukkan bahwa usaha
guru mendidik anak sangat besar. Guru yang profesional akan
berusaha dengan berbagai strategi agar anak memahami dan
menerapan akhlak yang diajarakan, sehingga tidak heran jika Umar
Bin Ahmad Baraja memperhatikan akhlak anak terhadap guru
begitu tinggi, terutama hormat kepadanya.
3) Akhlak Kepada Teman
Umar Bin Ahmad baraja menasehati anak agar mereka
mencintai teman-temanya seperti halnya ia mencintai kakak atau
adiknya dirumah, sebagian besar waktu anak sehari-harinya belajar
disekolah bersama teman-teman. Mereka belajar dalam sekolah
yang sama, seperti halnya anak hidup bersama kakak dan adiknya.
Oleh karena itu banyak interaksi antara anak dan teman-temanya,
sehingga dalam kitab Al-Akhlak Lil Bnain jilid 1 disebutkan
bahwa anak harus berakhlak baik kepada mereka dengan sebagai
berikut.
a) Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih
kecil usianya.
b) Membantu teman ketika pelajaran.
c) Bermain ketika istirahat.
d) Tidak bertengkar dan teriak di dalam sekolahan.
e) Tidak pelit
f) Tidak sombong karena rajin, pandai dan kaya.
g) Jika melihat teman kita malas harus dinasehati supaya dia
tidak malas.
h) Membantu temanya, baik yang bodoh dalam pelajaran atau
membantu semampunya jika melihat teman yang kurang
mampu.
i) Tidak menyakiti hati teman.
j) Berbicara dengan lembut dan senyum.
k) Tidak marah atau dengki
l) Tidak berbicara buruk dan berbohong.
m) Tidak mengucapkan sumpah jika berbicara walaupun
berbicaranya itu benar.
n) Pendidikan akhlak diatas menunjukkan bahwa berakhlak baik
tidak hanya yang lebih tua saja melainkan yang muda, namun
kepada teman sebaya harus berakhlak yang baik juga.
2. Pembentukan Akhlak Santri
Berbicara mengenai masalah pembentukan akhlak sama dengan
berbicara tentang tujuan pendidikan, Istilah “tujuan” atau “sasaran”
atau “maksud” dalam bahasa Arab dinyatakan dengan ghayat atau
ahdaf atau maqasid. Sedangkan dalam bahasa Inggris, Istilah “tujuan”
dinyatakan dengan “goal atau purpose atau objective. Secara umum
istilah-istilah itu mengandung pengertian yang sama yaitu perbuatan
yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, maksud yang
hendak dicapai melalui upaya atau aktifitas. Tujuan pendidikan Islam
dengan demikian merupakan pengembangan nilai-nilai Islami yang
hendak diwujudkan dalam pribadi manusia didik pada akhir dari
proses tersebut.
Akhlak adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan
perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan
pikiran terlebih dahulu. Dalam Islam, dasar atau alat pengukur yang
menyatakan baik-buruknya sifat seseorang itu adalah Al-Qur’an
dan As-Sunnah Nabi SAW apa yang baik menurut Al-Qur’an dan
As- Sunnah, itulah yang baik dijadikan pegangan dalam kehidupan
sehari-hari. Sebalknya, apa yang buruk menurut Al-Qur’an dan
As-Sunnah, itulah yang tidak baik dan harus dijauhi.5
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada
khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang amat
populer. Pertama aliran nativisme. Kedua, aliran empeirisme, dan
ketiga aliran konvergensi. Menurut aliran nativisme bahwa faktor yang
paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor
pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan,
bakat, akal, dan lain-lain. Menurut aliran empirisme bahwa faktor yang
paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor
dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pendidikan dan pembinaan
yang diberikan. Selanjutnya pada aliran konvergensi berpendapat
pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu
pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan
pembinaan yang dimuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam
lingkungan sosial. Aliran yang ketiga ini tampak sesuai dengan ajaran
Islam. Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak
pada anak ada dua, yaitu dari dalam merupakan potensi fisik,
intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa anak sejak lahir, dan faktor

5
Shofuro, ‘Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Kitab “ Taisiirul Khollaq Fii Ilm Al-
Akhlak ” Terhadap Akhlak Santri Pondok Pesantren Daarun Najaah Jerakah’ (UNIVERSITAS
ISLAM NEGRI WALISONGO SEMARANG, 2021).
dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua dirumah, guru
disekolah, dan tokoh-tokoh serta pemimpin dimasyarakat.
Melalui kerja sama yang baik antara tiga lembaga pendidikan
tersebut, maka aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghayatan),
dan psikomotorik (pengalaman) ajaran yang diajarkan akan terbentuk
pada diri anak. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang dapat
membentuk akhlak setiap manusia, yaitu:
a. Faktor Pembawaan Naluriyah Sebagai makhluk bilologis, faktor
bawaan sejak lahir yang menjadi pendorong perbuatan setiap
manusia. faktor itu dusebut dengan naluri atau tabiat.
b. Faktor Sifat-sifat Keturunan (Al Waritoh) Sifat-sifat keturunan
adalah sifat-sifat yang diwariskan oleh orang tua kepada
keturunannya (anak dan cucu).
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama
dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi utama kerasulan
Nabi Muhammad SAW yaitu untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia. Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak
dapat pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan akhlak dan
pembinaan jiwa yang harus didahulukan dari pada pembinaan fisik.
Karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan yang baik yang
selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan
kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.
Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat dianalisis
pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam.
Ajaran Islam tentang keimanan misalnya sangat berkaitan erat dengan
mengerjakan serangkaian amal shalih dan perbuatan terpuji.
Pembinaan akhlak dalam Islam juga terintegrasi dengan pelaksanaan
rukun iman.6
Hasil analisa Muhammad al-Ghazali terhadap rukun Islam yang
kelima telah menujukkan dengan jelas, bahwa dalam rukun Islam yang

6
Nor Anisa Musa, Nor Aniza Ahmad, and Mohd Syaubari Othman, ‘Pembentukan
Akhlak Dan Sashiah Pelajar Melalui Pembelajaran Sosial Menurut Perspektif Islam’, E-Jurnal
Penyelidikan Dan Inovasi, 17.9 (2022), 109–34 <https://doi.org/10.53840/ejpi.v9i1.71>.
lima itu terkandung konsep pembinaan akhlak. Misalnya, rukun Islam
yang pertama adalah mengucapkan dua kalimat syahadat. Kalimat ini
mengandung pernyataan bahwa selama hidupnya manusia hanya
tunduk kepada aturan dan tuntunan Allah. Orang yang tunduk dan
patuh pada aturan Allah dan Rasul-Nya sudah dapat dipastikan akan
menjadi orang yang baik. Begitu juga pada butir-butir rukun islam
yang lain, masing-masing mengandung konsep tentang akhlak.
Berdasarkan analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa Islam
sangat memberi perhatian yang besar terhadap pembinaan akhlak,
termasuk cara-caranya. Memberi perhatian yang besar terhadap
pembinaan akhlak yang ditempuh islam adalah menggunakan cara atau
sistem yang intergrated, yaitu sistem yang menggunakan berbagai
sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk diarahkan pada
pembinaan akhlak. Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan
akhlak ini adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan
berlangsung kontinu. Berkenaan dengan ini Imam Al-Ghazali
mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat
menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan.7
Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak, khususnya
akhlak lahirnya dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama
kelamaan tidak lagi terasa dipaksa. Cara lain tak kalah ampuhnya
adalah melalui keteladanan. Pendidikan itu tidak akan sukses,
melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik
dan nyata. Cara demikian itu telah dilakukan oleh Rasulullah. Selain
itu pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan cara senantiasa
menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya dari pada
kelebihannya. Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan
dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang dibina.
Ada beberapa metode pembinaan akhlak yang dapat dilakukan
sesuai dengan perspektif islam, yaitu sebagai berikut:

7
Sarah Ayu Ramadhani and Fitri Sari, ‘Metode Dan Strategi Pembinaan Akhlak Siswa Di
Sekolah’, Tamaddun Journal of Islamic Studies, 1.2 (2022), 154–64
<https://doi.org/10.55657/tajis.v1i2.50>.
a. Metode Uswah (teladan), yaitu sesuatu yang pantas untuk dijalani,
karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan
b. Metode Ta’widiah (pembiasan), secara bahasa pembiasaan asal
katanya adalah biasa. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, biasa
artinya lazim atau umum; seperti sediakala, sudah merupakan hal
yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari .
c. Metode Mau’izah (nasehat), yaitu kata wa’zhu yang berarti nasehat
yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan
yang lembut.
d. Metode Qisah (cerita), yang mengandung arti suatu cara dalam
menyampaikan materi pelajaran, dengan menuturkan secara
kronologis, tentang bagaimana terjadinya suatu hal, baik yang
sebenarnya terjadi, ataupun hanya rekaan saja.
e. Metode Amtsal (perumpaman), yaitu metode yang banyak
dipergunakan dalam Alqur’an dan hadist untuk mewujudkan akhlak
mulia. 8
B. Kajian Penelitian yang Relavan
Telaah hasil penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis melakukan
telaah karya ilmiah penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian
ini.
Skripsi Apriansyah Ritonga,9 mahasiswa Universitas islam
Indonesia Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan
Agama Islam pada tahun 2019, dengan judul skripsi “Pengaruh
Pembelajaran Aqidah Ahklak Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Ma Al
Imaroh”. Persoalan yang dikaji dalam penelitian ini adalah pengaruh
pembelajaran akidah akhlak untuk pembentukan akhlak. Hasil penelitian
diperoleh sebagai berikut (1) Ada pengaruh yang signifikan antara
pembelajaran aqidah ahklak terhadap pembentukan akhlak iswa di MA Al

8
Hestu Nugroho Warasto, Pembentukan akhlak Siswa (Studi Kasus Sekolah Madrasah
Aliyah Annida Al-Islamy, Cengkareng),
9
Apriansyah Ritonga, “Pengaruh Pembelajaran Aqidah Ahklak Terhadap Pembentukan
Akhlak Siswa Ma Al Imaroh”, (Skripsi UII, 2019), 67
imaroh yang ditunjukkan dengan harga R=0,771 yang berkategori
sedang/cukup, (2) Besarnya pengaruh pembelajaran aqidah ahklak
terhadap pembentukan akhlak.
Skripsi Muhamad Ridho Ahsani,10 mahasiswa IAIN Ponorogo
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam
pada tahun 2018, dengan judul skripsi “Upaya Meningkatkan Kecerdasan
Emosional Melalui Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Banindi Madrasah
Diniyah Tambak Boyo Ngrawan Dolopo”. Persoalan yang dikaji dalam
penelitian ini adalah upaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa
melalui pembelajaran kitab Akhlak Lil Banin. Hasil penelitian diperoleh
sebagai berikut: 1) Pelaksanaan pembelajaran kitab Akhlak Lil
Baninberdampak terhadap sikap pengendalian diri siswa, siswa mampu
beraktifitas secara mandiri, siswa lebih percaya diri mentalnya terasah. 2)
Dampak pembelajaran kitab Akhlak Lil Banin terhadap kemampuan
empati siswa bisa berinteraksi dengan lingkungannya, siswa peduli
terhadap sesama dan orang lain.
Hubungan antara penelitian diatas dengan penelitian yang penulis
lakukan adalah keduanya sama-sama meneliti tentang pembelajaran kitab
Akhlak Lil Banin. Sedangkan perbedaanya adalah bahwa penelitian diatas
focus kepada upaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa, dan
penelitian yang penulis lakukan yaitu fokus kepada peningkatan akhlak
santri.
Skripsi Wahyu Citra Yuliana,11 Mahasiswa IAIN Ponorogo
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam
tahun 2017, dengan judul skripsi “Upaya Meningkatkan Akhlak Santri
Melalui Keteladanan Guru di Madrasah Diniyah Roudhotuth Tholibin
Sukosari Babadan Ponorogo”. Dalam penelitian ini mempunyai kesamaan
10
Muhamad Ridho Ahsani, “Upaya Meningkatkan Kecerdasan Emosional Melalui
Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Banindi Madrasah Diniyah Tambak Boyo Ngrawan Dolopo”
(Skripsi, IAIN Ponorogo, 2018), 72.

11
Wahyu Citra Yuliana, “Upaya Meningkatkan Akhlak Santri Melalui Keteladanan Guru
di Madrasah Diniyah Roudhotuth Tholibin Sukosari Babadan Ponorogo” (Skripsi IAIN
Ponorogo, 2017), 96.
dengan penelitian yang peneliti tulis, yaitu sama-sama membahas tentang
upaya meningkatkan akhlak santri. Sedangkan perbedaannya terletak pada
upaya yang dilakukan dalam penelitian ini melalui keteladanan guru,
sedangkan penelitian yang penulis lakukan melalui pembelajaran kitab
Akhlak Lil Banin.
Skripsi Ahmad Choirudin12, Mahasiswa IAIN Ponorogo Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam tahun
2018, dengan judul skripsi “Meningkatkan Akhlak Santri Melalui
Kegiatan Shalawt Diba’I (Studi Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Al-
Barokah Mangunsuman Siman Ponorogo)”. Kegiatan maulid diba’i
sebagai sarana peningkatan akhlak santri bisa tergolong sebagai metode bi
al- hikmah, yaitu merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang
dilandaskan atas dasar hikmah-hikmah yang terkandung didalam kitab
maulid tersebut. Hasil penelitian tersebut metode Diba’i dapat
meningkatkan akhlak santri. Dalam penelitian tersebut mempunyai
kesamaan dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu sama-sama
membahas tentang akhlak santri, namun perbedaannya terletak pada
kegiatan shalawat Diba’i dengan pembelajaran kitab Akhlak Lil Banin.
Skripsi Roykhan ‘Abid13, Mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam tahun
2016, dengan judul skripsi “ Pembelajaran Akhlak Dengan Menggunakan
Kitab Akhlak Lil BaninDi Pondok Pesantren Darut Tauchid Al’Alawiyah
Al Awwaliyah Koripan Tegalrejo Kabupaten Magelang”. Dalam
penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian yang penulis
lakukan, yaitu sama-sama meneliti pembelajaran kitab Akhlak Lil Banin.
Perebedaanya yaitu tempat penelitiannya berbeda, yang dilakukan untuk

12
Ahmad Choirudin, “Meningkatkan Akhlak Santri Melalui Kegiatan Shalawt Diba’I
(Studi Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Al-Barokah Mangunsuman Siman Ponorogo)” (Skripsi
IAIN Ponorogo, 2018), 92.

13
Roykhan ‘Abid, Pembelajaran Akhlak Dengan Menggunakan Kitab Akhlak Lil BaninDi
Pondok Pesantren Darut Tauchid Al’Alawiyah Al Awwaliyah Koripan Tegalrejo Kabupaten
Magelang, (Skripsi IAIN Salatiga: 2016), 70.
penelitian tersebut di pondok pesantren Darut Tauchid Al’Alawiyah Al
Awwaliyah Koripan Tegalrejo Magelang.
C. Kerangka Pikir
Menurut Uma Sekaran dalam buku Sugiono, kerangka berfikir
adalah model konseptual tentang bagaimna teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah didentifikasi sebagai masalah yang penting. 14
Berdasarkan landasan teori dan telaah pustaka di atas, maka
kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah:
Variabel Independen (X) : pembelajaran kitab akhlak lil banin
Variable Dependen (Y) : pembentukan akhlak santri ponpes Al Ibanah
Untuk mengetahui hubungan pembelajaran kitab akhlak lil banin dengan
pembentukan akhlak santri ponpes Al Ibanah.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan.15
Hipotesis statistika dalam penelitian ini adalah:
Ho : tidak ada hubungan pembelajaran kitab Akhlak Lil Banin dengan
pembentukan akhlak santri kelas I MTs di Pondok Pesantren Al Ibanah.
Ha : ada hubungan pembelajaran kitab Akhlak Lil Banin dengan
pembentukan akhlak santri kelas I MTs di Pondok Pesantren Al Ibanah.

14
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2016), 91
15
Ibid, 96
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan dengan
menggunakan metode kuantitatif deskriptif statistik. Sebagaimana
deskriptif sederhana, desain ini juga menyelidiki kenyataan yang telah
terjadi sebagaimana adanya, tanpa ada manipulasi perlakuan subyek.
Fokus yang menjadi perhatian dari desain ini adalah pengukuran
terhadap hubungan antara dua fenomena atau lebih.
2. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini termasuk desain korelasional karena dalam
pelaksanaannya menggunakan teknik analisis statistik yang dinamakan
korelasi. Korelasi tersebut menyatakan tingkat hubungan antar variabel
yang diselidiki. Penelitian korelasi adalah penelitian yang melibatkan
hubungan satu atau lebih variabel dengan satu atau lebih variabel lain.
Hubungan variabel ini terjadi pada satu kelompok. Penentuan jenis
penelitian ini berdasarkan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui
adakah hubungan pembelajaran kitab Akhlak Lil BaninDengan
Pembentukan akhlak santri pondok pesantren Al Ibanah.16
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Pondok Al Ibanah Purwantoro
Wonogiri Pada bulan Juli 2023.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya merupakan
jumlah orang tetapi juga karakter atau sifat yang dimiliki oleh objek
yang diteliti.17
Dalam penelitian ini populasinya adalah Santri kelas I MTs
Pondok Pesantren Al Ibanah yang berjumlah 36 santri.
2. Sampel Penelitian
Sample adalah bagian jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajarinya semua yang ada pada populasi,
16
Syifa S. Mukrimaa and others, ‘Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif’, Jurnal
Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6.August (2016), 128.
17
Sugiyono, Metode Penelitin Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
117
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.18
Suharsini Arikunto berpendapat untuk sekedar perkiraan, maka
apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuannya.
Selanjutnya jika subjeknya besar, maka dapat diambil 0-15% atau 20
25% atau lebih. Untuk itu ukuran sample peneliti didasarkan dengan
mengambil 36 sample.19
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Sehubungan dengan judul skripsi diatas, untuk mempermudah
pemahaman dan konteks pembahasan, maka penulis akan memberikan
definisi operasional dari masing-masing istilah yang digunakan di
dalamnya, diantaranya sebagai berikut:
1. Pembelajaran Kitab Akhlak lil Banin
Kitab Akhlak Lil Banin adalah kitab yang menerangkan
tentang pedoman-pedoman tingkah laku anak. Kitab tersebut dikarang
oleh seorang ulama’ salaf (ulama’ terdahulu) yang bernama Asy
Syaikh Umar bin Achmad Baradja, lahir di kampung Ampel Maghfur
Surabaya pada tahun 1913 M, tepatnya pada tanggal 10 Jumadil Akhir
1331 H/ 17 Mei 113 M dan beliau wafat pada tanggal 16 Rabiul Tsani
1441 H/ 3 November 1990.Syaikh Umar Bin Ahmad Bārajā
merupakan seorang tokoh dan ulama yang terkenal, khususnya di
kalangan para santri. Kepopulerannya di kalangan santri di Indonesia
berkat buku-bukunya yang hampir dipelajari seluruh santri di
Indonesia seperti Kitab AI-Akhlak Lil Banīn dan Al-Akhlāq Lil Banin.
Kitab Akhlak Lil Banin adalah salah satu kitab akhlak
paling dasar untuk pembelajaran akhlak peserta didik atau santri yang
baru belajar di pondok pesantren atau masih dalam tahapan remaja,
karena di dalam kitab ini menjelaskan beberapa akhlak yang pantas
untuk ditiru dan dihindari oleh anak didik atau santri. Perhatian Umar
18
Ibid, 118
19
Suharsini Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta,
1996), 134.
Bin Ahmad Baraja terhadap anak sangat tinggi. Umar Bin Ahmad
Baraja' mewajibkan anak memiliki akhlak yang mulia sejak kecilnya,
yakni dengan meminta ridha Allah SWT, mencintai keluarganya dan
seluruh manusia. Hal inilah yang melatarbelakangi Umar Bin Ahmad
Baraja mengarang kitab pendidikan akhlak, berupa Akhlak Li Al-
Banin terbit dalam 4 jilid, dan kitab Al-Akhlak Li Al-Banin yang terbit
dalam 3 jilid.
Isi kitab Al-Akhlak Li Al-Banin Jilid I ditulis dengan
bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami. Bersyakal adalah
salah satu kemudahan yang beliau sebutkan dalam kitab tersebut,
denganbersyakal anak bisa berlatih membaca bahasa Arab dengan
mudah. Anak tidak perlu berfikir keras mengenai kaidah tulisanya
(nahwu, shorof), karena fokus pembahasannya sesuai tujuannya yakni,
menyampaikan nilai-nilai akhlakul karimah kepada anak.
Dalam kitab Akhlak Lil Banin banyak menggunakan
metode cerita serta nasehat. Cerita-cerita yang ditampilkan berupa
cerita fiktif yang digunakan untuk menjelaskan atau menuturkan secara
kronologis suatu kejadian, serta ingin memperlihatkan dampak baik
buruk kepada anak tentang suatu perilaku. Dengan demikian anak atau
murid mudah mencontoh serta mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan
akhlak dalam kehidupan sehari-harinya.

2. Pembentukan Akhlak
Pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan
pendidikan, Istilah “tujuan” atau “sasaran” atau “maksud” dalam
bahasa Arab dinyatakan dengan ghayat atau ahdaf atau maqasid.
Sedangkan dalam bahasa Inggris, Istilah “tujuan” dinyatakan dengan
“goal atau purpose atau objective. Secara umum istilah-istilah itu
mengandung pengertian yang sama yaitu perbuatan yang diarahkan
kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, maksud yang hendak dicapai
melalui upaya atau aktifitas. Tujuan pendidikan Islam dengan
demikian merupakan pengembangan nilai-nilai Islami yang hendak
diwujudkan dalam pribadi manusia didik pada akhir dari proses
tersebut.
Akhlak adalah kehendak jiwa manusia yang
menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa
memerlukan pikiran terlebih dahulu. Dalam Islam, dasar atau alat
pengukur yang menyatakan baik-buruknya sifat seseorang itu
adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah Nabi SAW apa yang baik
menurut Al-Qur’an dan As- Sunnah, itulah yang baik dijadikan
pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaiknya, apa yang buruk
menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, itulah yang tidak baik dan harus
dijauhi.20 Selanjutnya Akhlak juga diartikan tata aturan atau norma
prilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia dan juga
norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan
bahkan dengan alam semesta.21
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Instrument penelitian merupkan alat bantu yang digunakan


oleh peneliti untuk mengumpulkan data dengan cara, melakukan
pengukuran. Cara ini dilakukan untuk memperoleh data yang objektif yang
diperlukan untuk menghasilkan kesimpulan penelitian yang objektif pula.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Angket
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Angket merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variable
yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, yaitu
skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

20
Sayid Muhammad Husain Thabathabai. al-Mizan fi Tafsir al-Quran Jilid I, (Beirut:
Muassasah al-a‟lami li al-Mathbuat, 1991 M), h. 370.

21
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam, 2004), h. 1.
presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Dengan skala likert, maka variable yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variable. Kemudian indikator tersebut,
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang
didapat berupa pertanyaan atau pernyataan yaitu apakah narasi
pertanyaan bersifat negatif atau positif.22
Tabel 3.1 Indikator Akhlak Santri
No Variabel Teori Indikator Sub Indikator
1 Variabel Y perbuatan Akhlak a. Mentauhidkan Allah
pembentukan yang kepada Allah b. Tawakal kepada
Aklak Santri diarahkan Allah
kepada suatu c. Menjalankan
tujuan perintah dan
tertentu, atau menjauhi
arah, maksud larangannya
yang hendak d. Mensyukuri nikmat
dicapai Allah
melalui upaya e. Amanah dan jujur
atau aktifitas. dalam berbuat
Akhlak a. Menghormati guru
kepada Guru b.Berperilaku sopan dan
santun kepada guru
c. Memuliakan guru
d. mendengarkan nasihat
guru
Akhlak a. Menghargai teman
kepada b. Menyayangi teman
Teman c. Berperilaku baik
kepada teman
2 Variabel X Proses Kedisiplinan a. Selalu menggikuti
Pembelajaran interaksi pembelajaran kitab
22
M. Makbal, ‘Metode Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian’ (UIN ALAUDDIN
MAKASSAR, 2021).
Aklak lil peserta didik Aklak lil Banin
Banin dengan b. Selalu datang tepat
pendidik dan waktu pada saat
sumber belajar mengikuti
pada suatu pembelajaran kitab
lingkungan Aklak lil Banin
belajar dengan Pemahaman c. Seringnya
menggunakan mendengarkan
kitab aklak lil dan memahami apa
banin yang
disampaikan oleh
ustadz
d. Bertanya materi
pembelajaran ketika
tidak paham

2. Observasi
Observasi dapat didefinisikan sebagai metode pengumpulan data
dimana peneliti mencatat informasi sebagai mana yang mereka
saksikan selama penelitian. Jadi dapat diartikan metode observasi
merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan catatan dan
pengamatan di lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Observasi terdiri dari observasi partisipan yang artinya peneliti ikut
serta dalam kegiatan yang dilakukan Pondok Pesantren Al Ibanah dan
observasi non partisipan yang artinya peneliti melakukan observasi
terhadap hal-hal yang diteliti saja tanpa ikut berpartisipasi dalam setiap
aktifitas pondok yang dilaksanakan.
Sedangkan dalam penelitian ini observasi digunakan untuk
mengamati kegiatan Pondok Pesantren Al Ibanah seperti mujahadah,
kegiatan ta’lim atau khitobah, burdah, bandongan dan bimbingan
hikmah, serta kegiatan-kegiatan yang diadakan Pondok Pesantren.
Kegiatan tersebut melibatkan semua santri Pondok Pesantren dengan
tujuan untuk mengetahui peran Pondok Pesantren dalam pembentukan
akhlak santri di Pondok Pesantren Al Ibanah Desa Purwantoro
Kecamatan Purwantoro.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk
memperoleh informasi dan sumber tertulis atau dokumen-dokumen
baik berupa buku-buku, majalah peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian dan sebagainya.23
Sesuai dengan pengertianya teknik dokumentasi ini adalah untuk
mengumpulkan data baik data primer maupun sekunder dari Sebagian
informasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, terdiri dari
dokumen yang meliputi: Sejarah berdirinya Pondok Al Ibanah, visi,
misi, dan tujuan Pondok Pesantren Al Ibanah, struktur pengurus
Pondok Pesantren Al Ibanah.
F. Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu
kuisioner. Suatu kuisioner dinyatakan valid jika pertanyaan di kuisioner
sudah mampu mengungkapkan sesuatu yang dapat diukur oleh kuisioner
tersebut. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS
dan dapat pula digunaan rumus product moment:

r= koefisien korelasi
n = Jumlah responden
x = Skor pertanyaan
y = Skor total
Dasar pengambilan keputusan (taraf signifikan 5%) :
• Bila r hitung ≥ r table maka instrument valid
• Bila r hitung ≤r table maka instrumen tidak valid

23
M Syahran Jailani, ‘Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian Ilmiah
Pendidikan Pada Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif’, 1 (2023), 1–9.
2. Uji Reabilitas
Uji reabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuisioner yang
merupakan indikator dari variabel kontruk. Kuisioner dikatakan reliabel
jika jawaban sesorang stabil dari waktu kewaktu. Kuisioner dikatakan
reliabel jika mempunyai nilai Cronbach alpha yang lebih besar dari 0,6.
Uji Reliabilitas kuisioner dalam penelitian ini mengunakan bantuan
program SPSS. Adapun kriteria penelitian uji reliabilitas adalah:
 Apabila hasil Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 maka kuesioner
tersebut reliable.
 Apabila hasil Cronbach Alpha lebih kecil dari 0,6 maka kuesioner
tersebut tidak reliable.
Pengujian reabilitas dapat dihitung dengan menggunakan Formula
Cronbach’s Alpha yang dirumuskan sebagai berikut :
k .r
α=
1+ ( r−1 ) k
a = koefisien reliabilitas
k = jumlah item per variabel x
r = mean korelasi antar item.24
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data variabel yang
akan dianalisis sudah berdistribusi normal. Dalam uji normalitas data yang
digunakan adalah data post-test kelas eksperimen dengan uji normalitas
kolmogorov smirnov menggunakan bantuan SPSS. Cara menganalisis
output data yaitu:
 Jika nilai signifikansi (Asym.Sig) > 0.05 maka data berdistribusi
normal
 Jika nilai signifikansi (Asym.Sig) < 0.05 maka data tidak
berdistribusi
2. Uji Linieritas

24
Nilda Miftahul Janna and Herianto, ‘Konsep Uji Validitas Dan Reliabilitas Dengan
Menggunakan SPSS’, Jurnal Darul Dakwah Wal-Irsyad (DDI), 18210047, 2021, 1–12.
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel atau
lebih yang diuji mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara
signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai persyarat dalam analisis
kolerasi atau regresi linear. Dasar pengambilan keputusan dalam uji
linearitas adalah:
 Jika nilai probabilitas > 0,05 maka hubungan antara variable (X)
dengan (Y) adalah linear.
 Jika nilai probabilitas < 0,05 maka hubungan antara variable (X)
dengan (Y) adalah tidak linear.25
3. Uji Korelasi

Adapun prosedur analisis data uji statistik dua sampel berkorelasi


adalah sebagai berikut:
a. Membuat hipotesis dalam uraian kalimat
Ho : tidak ada hubungan pembelajaran kitab Akhlak Lil Banin
dengan pembentukan akhlak santri kelas I MTs di Pondok Pesantren
Al Ibanah.
Ha : ada hubungan pembelajaran kitab Akhlak Lil Banin dengan
pembentukan akhlak santri kelas I MTs di Pondok Pesantren Al
Ibanah.
b. Membuat hipotesis dalam model statistik
Ho: ʯ1 = ʯ2
Ha: ʯ1 ≠ ʯ2
c. Menentukan taraf signifikan
Pada tahap ini, sebagai tahap penentuan seberapa besar peluang
resiko kesalahan dalam mengambil keputusan menolak hipotesis yang
benar. Biasanya taraf kesalahan atau kekeliruan dilambangkan dengan
α.
d. Menentukan uji yang akan digunakan
Uji statistik yang digunakan adalah sample paired test. Uji ini
digunakan karena datanya bersifat interval atau rasio dan data antara

25
Usmadi, ‘Pengujian Persyaratan Analisis (Uji Homogenitas Dan Uji Normalitas)’,
Jurnal Inovasi Pendidikan, 7.1 (2020), 50–62 <https://doi.org/10.31869/ip.v7i1.2281>.
sampel dua berpasangan dengan jumlah data yang digunakan lebih dari
30.
e. Kaidah pengujian
Jika: - ttable ≤ thitung ≤ ttable (α/2), maka Ho diterima
thitung > ttable (α/2), maka Ho ditolak
f. Menghitung nilai thitung dan ttable

Dimana:
n1: sampel pertama, n2: sampel kedua
S : nilai varians
X: nilai pengukran sebelum
Y: nilai pengukuran sesudah
Sedangkan cara menghitung ttable, karena penelitian dua sisi,
sehingga nilai α/2 dan db = n – 1. Kemudian dicari t table (α/2, db) pada
tabel distribusi – t.
g. Membandingkan thitung dan ttable
Tujuan membandingkan thitung dan ttable adalah untuk mengetahui
hipotesis mana yang akan diterima berdasarkan kaidah pengujian.
h. Membuat kesimpulan
Setelah mengetahui prosedur analisis data diatas, peneliti
menggunakan taraf signifikansi 95% melalui pedoman kaidah
pengujian melalui bantuan SPSS.26

26
Ai Nurhayati and Angling Sugiatna, ‘Uji Korelasi Dengan Metode Analisis Korelasi
Kanonik’, Sistemik : Jurnal Ilmiah Nasional Bidang Ilmu Teknik, 9.2 (2021), 18–21
<https://doi.org/10.53580/sistemik.v9i02.59>.
DAFTAR PUSTAKA

‘Abid,Roykan. 2016. “ Pembelajaran Akhlak Dengan Menggunakan Kitab


Akhlak Lil Banindi Pondok Pesantren Darut Tauchid Al’alawiyah al-
Awwaliyah Koripan Tegalrejo Magelang”

Anwar, Rosihon. 2008. Akidah Akhlak, (Bandung:Pustaka Setia).


Arikunto,Suharsini. 1996. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:
Rineka Cipta).
Baradja. 1373 H .Kitab Akhlāq Lil Banīn Jilid 2 (Surabaya: Maktabah Ahmad
bin Said bin Nabhan wa awladihi,).

Baradja. 1992 Terjemah Akhlak Lil Banin(Surabaya: YPI Ustadz Umar Baradja,)

Choirudin,Ahmad. 2018. “Meningkatkan Akhlak Santri Melalui Kegiatan Shalawt


Diba’I (Studi Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Al-Barokah
Mangunsuman Siman Ponorogo)” (Skripsi IAIN Ponorogo).

Citra Yuliana, Wahyu. 2017. “Upaya Meningkatkan Akhlak Santri Melalui


Keteladanan Guru di Madrasah Diniyah Roudhotuth Tholibin Sukosari
Babadan Ponorogo”

Hajar,Ibn. 1999. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam


Pendidikan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo persada).

Ilyas,Yunahar. 2004. Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan


Pengamalan Islam).

Jailani, M Syahran, ‘Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian Ilmiah


Pendidikan Pada Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif’, 1 (2023), 1–9

Janna, Nilda Miftahul, and Herianto, ‘Konsep Uji Validitas Dan Reliabilitas
Dengan Menggunakan SPSS’, Jurnal Darul Dakwah Wal-Irsyad (DDI),
18210047, 2021, 1–12

Makbal, M., ‘Metode Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian’ (UIN


ALAUDDIN MAKASSAR, 2021)

Mukrimaa, Syifa S., Nurdyansyah, Eni Fariyatul Fahyuni, ANIS YULIA CITRA,
Nathaniel David Schulz, ‫ غسان‬.‫د‬, and others, ‘Metode Penelitian Kuantitatif
Dan Kualitatif’, Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6.August
(2016), 128

Nor Anisa Musa, Nor Aniza Ahmad, and Mohd Syaubari Othman, ‘Pembentukan
Akhlak Dan Sashiah Pelajar Melalui Pembelajaran Sosial Menurut Perspektif
Islam’, E-Jurnal Penyelidikan Dan Inovasi, 17.9 (2022), 109–34
<https://doi.org/10.53840/ejpi.v9i1.71>

Nurhayati, Ai, and Angling Sugiatna, ‘Uji Korelasi Dengan Metode Analisis
Korelasi Kanonik’, Sistemik : Jurnal Ilmiah Nasional Bidang Ilmu Teknik,
9.2 (2021), 18–21 <https://doi.org/10.53580/sistemik.v9i02.59>

Sarah Ayu Ramadhani, and Fitri Sari, ‘Metode Dan Strategi Pembinaan Akhlak
Siswa Di Sekolah’, Tamaddun Journal of Islamic Studies, 1.2 (2022), 154–
64 <https://doi.org/10.55657/tajis.v1i2.50>

Septian, D, ‘Metode Edukasi Akhlak Menurut Syekh Umar Bin Ahmad


Baraja’Dalam Kitab Akhlaq Lil-Banin’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Agama Islam, 2 (2022), 442–52
<http://jurnalmahasiswa.umsu.ac.id/index.php/jimpai/article/view/1965>

Shofuro, ‘Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Kitab “ Taisiirul Khollaq Fii


Ilm Al-Akhlak ” Terhadap Akhlak Santri Pondok Pesantren Daarun Najaah
Jerakah’ (UNIVERSITAS ISLAM NEGRI WALISONGO SEMARANG,
2021)

Usmadi, ‘Pengujian Persyaratan Analisis (Uji Homogenitas Dan Uji Normalitas)’,


Jurnal Inovasi Pendidikan, 7.1 (2020), 50–62
<https://doi.org/10.31869/ip.v7i1.2281>

Anda mungkin juga menyukai