Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah Sejarah - Rahmah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH MASJID TERTUA DI KABUPATEN LANGKAT

(MASJID RAYA STABAT DAN MASJID RAYA BINGAI)


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Pelajaran Sejarah

Oleh:

KELOMPOK VI
Friska Sasalina Br Ginting
Sella Apriani
Zurrahmah Mansyuri Nst

KELAS X MIPA 2
SMA NEGERI 1 WAMPU
T.P 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah Sejarah Masjid Tertua Di Kabupaten
Langkat (Masjid Raya Stabat Dan Masjid Raya Bingai) ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
ini dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semuanya. Aamiin.

Wampu, 9 Juni 2023

Penyusun
Kelompok VI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Masjid Raya Stabat............................................................................... 3
B. Masjid Raya Bingai............................................................................... 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Masjid merupakan sebuah bangunan yang bukan sekadar tempat bersujud,
bersuci, salat, dan ibadah-ibadah lainnya. Masjid juga digunakan sebagai tempat
melaksanakan segala aktivitas kaum muslim yang terkait dengan ketaatan
terhadap Tuhan. Masjid juga berfungsi sebagai sarana untuk membicarakan
mengenai pokok-pokok kehidupan, terutama yang terkait dengan masalah ibadah,
dan budaya yang berdasarkan Islam. Dalam hal tersebut, masjid dijadikan tempat
untuk menyampaikan dan melakukan salah satu ibadah utama dalam Islam, yaitu
salat.
Setelah Islam berkembang dengan cukup mapan di Indonesia, masjid
sebagai tempat ibadah utama terus mengalami perkembangan dan menyesuaikan
dengan bentuk wilayahnya masing-masing. Salah satu wilayah yang turut
memiliki banyak masjid bersejarah ialah Kabupaten Langkat. Kabupaten ini
merupakan salah satu kabupaten terbesar yang ada di Provinsi Sumatera Utara dan
banyak dihuni oleh masyarakat dari berbagai etnik, terutama Melayu, Karo, dan
Jawa. Di wilayah ini juga memiliki banyak peninggalan sejarah, karena pada masa
sebelumnya wilayah ini berada di bawah kekuasaan Kesultanan Langkat.
Kesultanan Langkat pada masa lalu ialah sebuah kesultanan otonom yang
membangun peradabannya di sepanjang Sei Wampu, dimulai dari Bahorok,
kemudian Selesai, Bingai, Johor, Kampung Jongkong, Stabat, Jentera Malay,
Kampung Kepala Sungai, Kampung Pulau Haji, hingga Kampung Inai Lama,
Kampung Terusan dan Kuala Jaring Halus. Salah satunya ialah Bandar Raya
Kerajaan Bingai yang didirikan oleh Tuanku Raja Wan Desan yang merupakan
putra kedua dari Tuanku Raja Wan Jabbar yang berkedudukan di Kampung Johor.
Sebagai kesultanan Islam, Kesultanan Langkat banyak membangun masjid-
masjid di berbagai tempat di wilayah kekuasaannya. Beberapa masjid yang
dibangun oleh Kesultanan Langkat, atau Kejuruan yang berada di bawah
kekuasaannya, yaitu: Masjid Azizi yang berada di Tanjung Pura, Masjid Raya
Stabat, Masjid Aziziah di Desa Secanggang dan Masjid yang paling tertua yaitu

1
Masjid Jaya Ar-Rahman Bingai yang letaknya berada di daerah Kelurahan Bingai
Kecamatan Wampu Langkat Sumatera Utara.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah Masjid Raya Stabat?
2. Bagaimana sejarah Masjid Raya Bingai?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah Masjid Raya Stabat.
2. Untuk mengetahui sejarah Masjid Raya Bingai.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Dapat mengetahui sejarah Masjid Raya Stabat.
2. Dapat mengetahui sejarah Masjid Raya Bingai.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. MASJID RAYA STABAT

Masjid Raya Stabat adalah salah satu masjid bersejarah yang ada di
Kabupaten Langkat, Sumatra Utara selain Masjid Azizi yang ada di Tanjung Pura.
Masjid ini memiliki corak Melayu yang khas, dapat dilihat dari warna masjid
yang didominasi warna kuning dan hijau, warna kebesaran suku Melayu. Masjid
ini berada di Kota Stabat, ibu kota Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. Tepat di
sisi sungai Wampu, tepatnya di pinggir Jalan Lintas Sumatra, Medan-Aceh.
Masjid bersejarah ini dibangun dua tahun setelah pembangunan Masjid Raya
Azizi. Tepatnya pada tahun 1904, mulai dikerjakan pembangunannya Semasa
Kejuruan Stabat Tengku Mhd Chalid. Pada mulanya bangunan masjid ini terdiri
dari bangunan induk seluas 20 meter persegi. Kemudian ditambah teras dua meter
keliling dengan satu buah menara. Saat itu jama’ah yang dapat ditampung hanya
berkisar 300 orang. Masjid Raya Stabat ini telah berkembang pesat, luas areal
masjidnya saat ini menjadi 4.454 meter persegi dengan daya tampung mencapai
1350 jamaah. Fasilitas masjid juga dikembangkan seperti bangunan whudu’
wanita, perpustakaan masjid dan aula.

3
Arsitektur Masjid Raya Stabat

Masjid Raya Stabat ini memiliki arsitektur dengan corak Melayu Langkat
yang khas yang terlihat dari warna masjidnya yang didominasi warna kuning dan
hijau, warna kebesaran suku Melayu. Pada bagian kubah, kubah masjid ini terlihat
menonjol yang menunjukkan ciri khas bangunan Melayu Langkat. Di bagian luar,
terdapat pula lebih dari 100 tiang penyangga masjid untuk menahan bangunan
masjid.

Bagian dalam masjid dan bimbarnya


Pada bagian dalam masjid terlihat beberapa kaligrafi dari ayat-ayat suci Al-
Qur’an. Selain itu juga terdapat beberapa corak lain yang khas. Sedangkan

4
mimbar masjid ini
menurut ku terlihat mirip
dengan mimbar masjid
di Masjid Azizi.

Kubah Masjid bagian dalam


Pada bagian dalam masjid terlihat beberapa kaligrafi dari ayat-ayat suci Al-
Qur’an. Selain itu juga terdapat beberapa corak lain yang khas. Sedangkan
mimbar masjid ini menurut ku terlihat mirip dengan mimbar masjid di Masjid
Azizi.

B. MASJID RAYA BINGAI


Masjid yang pertama kali dibangun di Bingai yaitu Masjid Jaya Ar-Rahman
Bingai yang didirikan pada tahun 1775 di masa kekuasaan Wan Jabbar. Wan
Jabbar adalah penguasa pertama Kejeruan Bingai. Kejuruan Bingai wilayah
kekuasaannya berbatasan dengan Kesultanan Aceh, letaknya tepat di daerah
Gebang. Sementara perbatasan lainya berbatasan dengan wilayah kekuasaan
Kesultanan Deli. Kesultanan Deli dan Aceh daerah perbatasannya dan melingkar
terus hingga ke daerah Bahorok. Wan Jabbar dilahirkan pada tahun 1675,
kemudian pada tahun 1748 beliau berkuasa, dan di tahun 1775, beliau mendirikan
tempat ibadah. Jadi, masuknya agama Islam ke Bingai yaitu pada abad ke-16 M
ketika Wan Jabbar berkuasa. Pada saat itu Masjid Jaya Ar-Rahman adalah masjid
pertama yang didirikan di Langkat.

5
Masjid Jaya Ar-Rahman Bingai merupakan salah satu masjid yang memiliki
keunikan dan menjadi salah satu masjid bersejarah dengan arsitektur panggung di
Langkat. Masjid ini memiliki arsitektur kayu dan masih bertahan hingga sekarang.
Kemudian dalam pembuatan masjid ini pun masih menggunakan bahan kayu
tanpa harus menggunakan paku pada masa pendiriannya. Masjid ini hanya
menggunakan pasak untuk menyambungkan tiap-tiap sudut bangunan.
Masjid Jaya Ar-Rahman Bingai ini memiliki ciri khas ornamen Melayu dan
memiliki atap khas bertingkat dua yang merupakan seni bina peninggalan sejarah
Kejuruan Bingai yang digagas oleh Tuanku Raja Wan Desan yang merupakan
pendiri dari Kejuruan Bingai. Masjid ini sudah mengalami tiga kali renovasi
dalam bentuk masjid yang tetap, hanya penambahan bangunan saja. Ketiga

renovasi itu terjadi di tahun 1950 yang menambah bangunan ke arah sungai,
kemudian tahun 1982 terjadi penambahan di samping masjid, yang terakhir tahun
2018 yaitu perbaikan bangunan serta penambahan pembangunan masjid lainnya.
Biaya renovasi masjid tersebut berasal dari bantuan swadaya masyarakat
setempat.

Sejarah Masjid Jaya ar-Rahman Bingai


Raja Bingai, pembesar kejuruan, dan para alim ulama berfoto di Masjid
Jaya ar-Rahman sekitar tahun 1905

Masjid Jaya Ar-Rahman atau Masjid Papan Bingai, didirikan oleh Tengku
Abdul Rani bergelar Kejeruan Sri Amar Setia pada tahun 1889 M. Masjid ini

6
terletak di tepi sungai Wampu, sekarang ini termasuk Lingkungan 1 Desa Bingai
Kecamatan Wampu, Langkat. Tengku Abdul Rani merupakan anak dari Tengku
Bandar, bergelar Panglima Besar Setia Pahlawan, cucu dari Raja Wan Desan,
Pendiri Kejeruan Bingai. Anderson mengungkapkan bahwa Tuanku Wan Desan
merupakan Raja Bingai. Artinya Kejeruan Bingai merupakan salah satu bandar
diraja atau negara kota Kesultanan Langkat lama pada tahun 1823.
Saat masjid ini didirikan Bingai merupakan sebuah kejeruan di bawah
Kesultanan Langkat yang ramai disinggahi berbagai golongan dari berbagai
wilayah. Pintu Masjid Jaya Ar-Rahman Bingai dibuat menghadap ke tepian
sungai Wampu dengan tujuan memudahkan para musafir untuk singgah dan
beribadah di masjid ini. Sebab, transportasi yang lazim digunakan saat itu adalah
sampan atau perahu yang digunakan untuk berbagai aktivitas perdagangan,
penambangan pasir maupun aktivitas nelayan tradisional. Masjid ini terbuat dari
kayu yang kokoh hingga kini. Tiang penyangga yang awalnya kayu, kini telah
dilapisi semen di bagian luarnya untuk memperkokoh bangunan masjid tersebut.
Masjid tua ini masih memakai ornamen Melayu dan memiliki atap yang khas
bertingkat dua yang merupakan seni bina peninggalan sejarah Kejuruan Bingai
yang digagas oleh Tuanku Raja Wan Desan yang merupakan pendiri Kejuruan
Bingai.
Masjid Jaya Ar-Rahman Bingai memiliki gaya arsitektur Melayu dengan
bahan dasar papan dan didatangkan langsung dari Penang, Malaysia dengan
menggunakan kapal Jentera Malay. Adapun jenis kayu yang digunakan adalah
kayu damar. Arsitek pembangunan masjid ini juga didatangkan dari Penang,
Malaysia (Arifin, 2013). Pada mulanya masjid ini dibangun dengan
menghubungkan ujung-ujung dari kayu yang digunakan tanpa menggunakan paku
sama sekali. Masjid ini memiliki luas bangunan 8 x 14 m dengan luas halaman
masjid 50 m. Namun karena masjid ini berdiri tepat di bibir sungai mengakibatkan
luas halaman menjadi semakin kecil akibat dari erosi.
Kemudian menurut penuturan tokoh masyarakat Bingai, pada saat Sultan
Langkat berkuasa, Masjid Jaya Ar-Rahman Bingai dijadikan sebagai tempat
transit kapal-kapal yang berlayar dari hilir menuju hulu Sungai Wampu. Maka tak
heran jika banyak para pedagang berniaga melintasi masjid ini karena masjid ini

7
tepat terletak di bibir Sungai Wampu yang menghubungkan Langkat Hilir hingga
Langkat Hulu di Bahorok. Tidak jarang para pedagang yang melintas, singgah
untuk sekadar beristirahat.
Masjid ini juga sering digunakan sebagai tempat untuk bermusyawarah para
Tengku, Bangsawan dan pembesar Kesultanan Langkat pada masa itu. Bahkan
hingga saat ini, tradisi bermusyawarah tetap dilakukan di masjid ini. Aktivitas
ekonomi pun hidup seiring dengan ramainya para pedagang yang transit di
wilayah ini. Tidak jarang pihak kesultanan memberikan bantuan sebagai modal
dasar para pedagang untuk berniaga. Di samping itu, para pembesar Kesultanan
Langkat juga sering bermusyawarah menetapkan strategi politik kesultanan. Hal
ini disebabkan karena wilayah ini ramai dikunjungi para pihak luar. Bisa jadi
kedatangan bangsa dari luar seperti Belanda, Inggris, dan Portugis untuk tujuan
kolonialisme dan imperialisme sebagaimana dilakukan terhadap wilayah-wilayah

lain.
Masjid Jaya Ar-Rahman Bingai telah mengalami beberapa kali renovasi
sejak awal pendiriannya. Beberapa yang direnovasi misalnya tiang kaki serta atap
yang sudah tidak layak serta penambahan luas bangunan. Renovasi Masjid Ar-
Rahman ini dilakukan tepatnya pada tahun 1960 saat kejeruan Bingai dipimpin
oleh Tengku Muhammad Daud (1898-1977), menggantikan ayahnya Tengku
Abdul Rani. Kemudian masjid ini direnovasi lagi pada tahun 2018 yang lalu oleh
Komandan Komando Distrik Militer 0203 Langkat, Letkol Inf. Deni Eka
Gustiana.

8
Perkembangan Masjid Jaya ar-Rahman
Bingai Praktik keagamaan merupakan salah satu fungsi sentral di dalam
sebuah rumah ibadah. Sebab masjid secara etimologi bermakna sebagai tempat
sujud dan pada gilirannya merupakan salah satu bentuk atau istilah yang
digunakan umat Islam sebagai tempat beribadah. Tempat sujud ini merupakan
salah satu bentuk pemaknaan tempat ibadah secara formal. Artinya, hal ini cukup
menjadi alasan yang kuat menjadikan masjid sebagai sebuah lembaga yang
menjalankan fungsi keagamaan, dalam konteks ini termasuk Masjid Jaya ar-
Rahman Bingai. Masjid ini juga memiliki fungsi keagamaan. Dahulu, masjid ini
dijadikan sebagai pusat kegiatan keagamaan di Kejuruan Bingai. Guru agama atau
ulama sengaja dipanggil untuk mengajarkan berbagai persoalan keagamaan dan
keumatan di wilayah ini.
Pada tahun 1998, kondisi masjid yang sudah terus terancam akibat dari
abrasi Sungai Wampu, menjadikan masyarakat sekitar bersepakat untuk
melakukan renovasi dan perluasan masjid ini. Renovasi dan perluasan masjid ini
dilakukan di atas tanah wakaf pemberian H. Ali Mansyur Syamsuddin dan
dananya berasal dari swadaya masyarakat Bingai. Berkat perluasan tersebut,
Masjid Jaya ar-Rahman saat ini menjadi salah satu bukti sejarah yang
dibanggakan oleh masyarakat Bingai. Selain itu pada tahun 2018, ketua organisasi
keislaman Langkat Ustadz. Reza bekerja sama dengan Kodim 0203 Langkat di
bawah kepemimpinan Dandim Letkol Inf. Eka Gustiana berkenan menghimpun
dana sehingga terlaksananya renovasi bangunan masjid tertua di Langkat tersebut
yang kelak dijadikan sebagai salah satu ikon sejarah di Langkat. Sementara Camat
Wampu Syamsul Adha STP turut serta mendorong Pemerintah untuk
mengembalikan cagar budaya yang selama ini sudah lama terlupakan.
Hingga sekarang, masjid ini masih berdiri dengan kokoh. Salah satu
keunikan masjid ini ialah dahulu dalam proses pembangunannya tidak
menggunakan paku untuk menghubungkan antar tiangnya. Pada mulanya masjid
ini dibangun dengan menghubungkan ujung-ujung dari kayu yang digunakan
tanpa menggunakan paku sama sekali, tapi menggunakan pasak. Pasaknya pun
lebih kuat dari paku, karena 200 lebih tahunan sampai sekarang masih bertahan.

9
Keunikan lainnya dari masjid ini ialah memiliki motif-motif khas Melayu, seperti:
pucuk rebung yang berada pada bagian atas interior masjid, lebah bergantung
pada bagian bawah les plang masjid, dan bunga cengkeh yang didesain pada atap
dan jerjak masjid. Pada bagian atas masjid terdapat sebuah ruangan kecil yang
dahulu digunakan sebagai tempat muazin untuk mengumandangkan azan.
Masjid ini memiliki tiga bagian ruang, yakni ruang depan sebagai tempat
imam, kedua ruang makmum dan terakhir ruang tempat muazin
mengumandangkan azan dan tempat mengaji sebelum pelaksanaan salat. Pada
masa dahulu, pintu Masjid Jaya Ar-Rahman Bingai dibuat menghadap ke tepian
Sungai Wampu dengan tujuan memudahkan para pedagang yang hendak singgah
dan beribadah di masjid ini. Sebab transportasi yang lazim digunakan saat itu
adalah sampan atau perahu yang digunakan untuk berbagai aktivitas perdagangan,
penambangan pasir maupun aktivitas nelayan tradisional.

Masjid Jaya ar-Rahman sebagai masjid tertua di wilayah Bingai pasti


menjadi pusat beribadah dan keagamaan. Pada masa dahulu, masjid ini dijadikan
sebagai pusat kegiatan keagamaan di Kejuruan Bingai. Guru agama atau ulama
sengaja dipanggil ke wilayah ini untuk mengajarkan berbagai persoalan
keagamaan dan keummatan. Tokoh masyarakat Bingai mengatakan bahwa Masjid
Jaya Ar-Rahman memiliki beberapa fungsi keagamaan, yaitu: pertama, masjid ini
digunakan sebagai tempat ibadah rutin setiap waktu, tadarus Alquran, taman

10
pengajian Alquran dan kegiatan pengajian bagi ibu-ibu di sekitar lingkungan
masjid; kedua, masjid ini secara khusus digunakan untuk belajar tilawah Alquran
Mujawwad.

Masjid ini tidak terlalu mengalami perkembangan, baik dari segi fisik
bangunannya maupun praktik peribadatan yang sering dilaksanakan di masjid ini.
Namun di tengah perkembangan zaman dan kehadiran masjid-masjid yang lebih
modern dan indah. Masjid ini tetap memiliki daya tariknya tersendiri yang
membuat masyarakat tetap ingin datang ke masjid ini, baik hanya untuk singgah,
beribadah, atau melihat-melihat arsitektur masjid tertua yang ada di Langkat ini.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masjid Raya Stabat adalah salah satu masjid bersejarah yang ada di
Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. Masjid ini memiliki corak Melayu yang khas,
yang dapat dilihat dari warna masjid yang didominasi warna kuning dan hijau,
warna kebesaran suku Melayu. Masjid ini berada di Kota Stabat, ibu kota
Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. Tepat di sisi sungai Wampu, tepatnya di
pinggir Jalan Lintas Sumatra, Medan-Aceh.
Masjid Jaya ar-Rahman Bingai masih berdiri tegak dan menjadi bukti akan
sejarah dan eksistensi Kejuruan Bingai pada masa lalu. Masjid ini dahulu
dijadikan sebagai pusat kegiatan sosial dan keagamaan, bahkan sampai hari ini
fungsi tersebut masih dipertahankan. Keadaan Masjid Jaya ar-Rahman Bingai
tidak banyak berubah sejak awal dibangun hingga saat ini. Perkembangan masjid
ini hanya terkait dengan penambahan dan perluasan masjid yang disesuaikan
dengan konteks zaman yang berkembang. Penulis berharap, nilai keagamaan dan
historis yang dimiliki masjid ini dapat terus hadir dan dinikmati oleh semua
kalangan, terutama masyarakat Bingai.

11
DAFTAR PUSTAKA

1071-6084-1-PB.pdf
Artikel 2020-Masjid Tua Langkat.pdf
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Masjid_Raya_Stabat
https://www.backpacksejarah.com/2017/01/masjid-raya-stabat.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai