Makalah Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Makalah Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Makalah Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5
AZNIL AZPA REZA (2285201003)
ARBI DWI PUTRA (2285201020)
AHISTA NABILA PUTRI (2285201056)
M. FIQRI (2285201057)
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur kepada Allah S.W.T. atas limpahan nikmat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, dan dimudahkan dalam menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas harian dari mata kuliah Tes dan Pengukuran Olahraga dengan
tema“Memahami Perkembangan Kognitif” sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad S.A.W. yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, Kami berharap pembaca
memberikan keritik serta sarannya untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengampu“LUSSY MADANI, M.Pd” selaku dosen mata kuliah Tes dan Pengukuran
Olahraga, yang telah memberikan tugas harian ini, sehingga kami membuka wawasan dari
beberapa referensi jurnal dan blog pada beberapa situs di internet yang kami dapat, untuk
menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih. Wassalam.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah lingkungan keluarga,
maupun lingkungan masyarakat. Kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik dalam
pendidikan. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
perkembangan peserta didik. Kita ketahui bahwa peserta didik merupakan objek yang
berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat
menentukan keberhasilan peserta didik dalam sekolah.
Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan interaksi edukatif dan pengembangan kognitif
peserta didik, perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan
kognitif pada anak didiknya.
Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena perkembangan dan
pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua
belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, karakteristik perkembangan
kognitif, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah perkembangan kognitif anak.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya perkembangan kognitif bagi peserta didik,
diperlukan penjelasan perkembangan kognitif lebih detail baik pengertian maupun tahap-
tahap karakteristik perkembangan kognitif peserta didik.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang perkembangan kognitif peserta didik, dapat kita ambil masalah-
masalah yang mendasar terhadap perkembangan kognitif, antara lain:
1. Apa pengertian perkembangan kognitif ?
2. Bagaimana proses perkembangan kognitif peserta didik ?
3. Apa saja karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahap-tahapnya?
4. Masalah apa yang berkaitan dengan perkembangan kognitif peserta didik dan bagaimana
solusinya ?
1
C. Tujuan
Dari rumusan masalah perkembangan kognitif peserta didik, tujuan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian perkembangan kognitif peserta didik.
2. Mengetahui proses perkembangan kognitif peserta didik.
3. Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahap-tahapnya.
4. Mengetahui masalah seputar karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan
solusinya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. PROSES PERKEMBANGAN KOGNITIF
Dalam pembahasan proses perkembangan kognitif, ada dua alternative proses
perkembangan kognitif yaitu pada teori dan tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan
oleh Piaget dan proses perkembangan kognitif oleh para pakar psikologi pemprosesan
informasi.
1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang dari bayi sampai dia
dewasa. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang
baru di lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan
kognitif, yaitu :
a. Tahap Sensori-Motorik (usia 0-2 tahun)\
Tahap ini seperti Bayi bergerak dari tindakan reflex instinktif pada saat lahir
sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang
dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan
fisik.
b. Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dari
berbagai gambar. Kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan
pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik.
c. Tahap Konkret-Operasional (usia 7-11 tahun)
Ditahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa
yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang
berbeda. Tetapi dalam tahapan konkret-operasional masih mempunyai kekurangan
yaitu, anak mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam
situasi yang konkrit. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan dengan suatu masalah
secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum mampu untuk
menyelesaikan masalah ini dengan baik.
d. Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun-dewasa)
Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih
idealistik.
4
C. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK
Karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Masa kanak-kanak awal
a. Pengertian perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal
Jean Piaget menanamkan masa kanak-kanak awal. Dari sekitar usia 2 sampai 7 tahun,
sebagai tahap praoperasional, karena anak-anak belum siap untuk terlibat dalam
operasi atau manipulasi mental yang mensyaratkan pemikiran logis. Karakteristik
perkembangan dalam tahap kedua adalah perluasan penggunaan pemikiran simbolis,
atau kemampuan representional, yang pertama kali muncul pada akhir tahap
sensorimotor. Menurut Montessori ( Hurlock, 1978) anak usia 3-6 tahun adalah anak
yang sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode dimana
suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat
perkembangannya. Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang berada dalam
rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam
proses perkembangan. Proses pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun secara formal dapat
ditempuh di taman kanak-kanak.
b. Kemampuan yang mampu dikuasai anak
Pada tahap ini kemampuan anak berada pada tahap praoperasional. Dikatakan
praoperasional karena pada tahap ini anak belum memahami. Fase praoperasional
dapat dibagi ke dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir
secara egosentris dan subfase berpikir secara intuitif. Fase ini rnemberikan andil yang
besar bagi perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional, anak tidak berpikir
secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan
menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan
kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya. Fase ini merupakan fase permulaan
bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh
sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara
baik.
Fase praoperasional mencakup tiga aspek, yang memiliki kemampuan yaitu:
1. Berpikir Simbolik
Berpikir simbolik yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa
walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan
anak. Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa ini, anak telah
memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak
5
hadir. Contoh kemampuan ini membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil
untuk membangun rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada
masa ini, anak sudah dapat menggambar manusia secara sederhana. Pada fase
praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-benda di
sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi
juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Anak tidak harus
berada dalam kondisi kontak sensorimotorik dengan objek, orang, atau peristiwa
untuk memikirkan hal tersebut. Anak dapat membanyangkan objek atau orang
tersebut memiliki sifat yang berbeda dengan yang sebenarnya.
2. Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar,
setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak
belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain. Menurut
Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit
membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain.
Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara
egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara
berpikir orang lain. Anak berasumsi bahwa orang lain berpikir, menerima dan merasa
sebagaimana yang mereka lakukan.
3. Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti
menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan
untuk melakukannya. Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun.
Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini anak
kelihatannya mengerti dan mengetahui sesuatu.
Kemampuan memori yang berkembang pada masa kanak-kanak awal. Model
pemprosesan informasi mendeskripsikan tiga tahap dalam mengingat yaitu:
1. Encoding: proses di mana informasi dipersiapkan untuk penyimpanan jangka
panjang dan pemanggilan kembali di kemudian hari.
2. Storage: penyimpanan ingatan untuk penggunaan di masa depan.
3. Retrieval: proses di mana informasi diakses atau dipanggil kembali dari
penyimpanan ingatan.
Pada semua usia, mengenal dapat dilakukan lebih baik dari mengingat, akan
tetapi kedua kemampuan tersebut meningkat pada masa anak-anak awal.
6
2. Masa Kanak-kanak Akhir
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut pemikiran
Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang
difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Masa ini berlangsung pada
masa kanak-kanak akhir. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi
terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai
mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan
kenyataan sesungguhnya. Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak
berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak
masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah
berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi
sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar.
Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan
operasi – operasi, yaitu :
a) Negosiasi, yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan-
hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang
lain.
b) Hubungan Timbal Balik, yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat
dalam suatu keadaan.
c) Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda
yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui
suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada
tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat
berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
D. KEMAJUAN KOGNITIF
1. Pemikiran spasial
Contoh : Dani dapat menggunakan peta atau model untuk membantunya mencari objek
tersembunyi dan dapat memberikan arah untuk menemukan benda tersebut kepada orang
lain. Dia dapat menemukan jalan ke sekolah dan pulang ke rumah, dapat memperkirakan
jarak, dapat menilai berapa waktu yang dibutuhkan untuk pergi dari satu tempat ke
tempat yang lain.
7
2. Sebab akibat
Contoh : Doni mengetahui atribut fisik objek mana yang akan memengaruhi hasil
(misalnya, jumlah objek berpengaruh sedangkan jumlah warna tidak). Tetapi dia belum
mengetahui faktor spesial mana seperti posisi dan penempatan objek, yang membuat
perbedaan.
3. Klasifikasi
Kemampuan mengategorisasi membantu anak untuk berpikir secara logis. Contoh : elena
dapat memilah objek ke dalam beberapa kategori, seperti bentuk, warna, atau keduanya.
Dia mengetahui bahwa subkelas (mawar) memiliki anggota yang lebih sedikit
dibandingkan dengan kelas yang menjadi induknya (bunga).
4. Seriasi dan kesimpulan transitif
Kemampuan untuk mengenali hubungan antara dua objek dengan mengetahui hubungan
antara masing-masing objek tersebut dan objek ketiga. Contoh : nina dapat mengatur
kumpulan tongkat sesuai urutan, dari yang paling pendek ke yang paling panjang, dan
dapat memasukkan tongkat berukuran menengah ke tempat yang tepat. Dia mengetahui
apabila satu tongkat lebih panjang dibandingkan tongkat kedua, dan tongkat kedua lebih
panjang dari tongkat ketiga, maka tongkat pertama lebih panjang dari tongkat ketiga.
5. Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif merupakan tipe penalaran logis yang bergerak dari yang observasi
khusus terhadap anggota kelas hingga mencapai kesimpulan tentang kelas tersebut. Dan
penalaran deduktif merupakan tipe penalaran logis yang bergeneral dari premis umum
tentang sebuah kelas kepada sebuah kesimpulan tentang anggota tertentu atau beberapa
anggota dari kelas tersebut. Contoh : Dara dapat memecahkan masalah induktif maupun
deduktif dan mengetahui bahwa kesimpulan induktif (yang didasarkan pada beberapa
premis tertentu) memiliki tingkat kepastian yang lebih rendah dibandingkan dengan
kesimpulan deduktif (didasarkan kepada premis umum).
8
menunjukkan sedikit perubahan berkaitan dengan usia; sebagaimana yang telah kita
saksikan, bayi pun memilii ingatan sensoris.
b) Memori kerja (working memory) adalah sebuah “gudang” jangka pendek bagi informasi
yang sedang dikerjakan oleh seseorang pada saat ini; dan informasi tersebut adalah
informasi yang berusaha untuk dipahami, diingat, atau dipikirkan.
c) Memori jangka panjang (long-term memory) adalah sebuah “gudang” dengan kapasitas
penyimpanan yang tidak terbatas, yang menyimpan informasi dalam jangka waktu yang
lama.
2. Perkembangan Pemikiran Kritis
Perkembangan pemikiran kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan
secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu
saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber serta mampu befikir secara
reflektif dan evaluatif.
3. Perkembangan Kreativitas
Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan
sekolah.
4. Perkembangan Bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perkembangan
bahasa pada usia sekolah yaitu antara lain:
a) Aspek pada penggunaan bahasa adalah narasi dan percakapan.
Umumnya pada usia ini, tugas komunikasi menjadi kompleks dan sulit, sehingga
anak-anak usia ini mengalami kesulitan untuk memahami perasann orang lain,
lalu anak usia 5-6 tahun cenderung kurang mampu mengkomunikasikan
informasi dari anak yang lebih tua, jadi informasi yang abstrak belum mampu
dikomuikasikan pada anak-anak.
b) Meningkatnya jumlah pembendaharaan dan spesifikasi definisi.
Dalam masa pertumbuhan pemahaman kata dan hubungannya berlangsung terus
menerus, sehingga mereka dapat memperkaya perbendaharaan katanya lebih
banyak melalui bacaan-bacaan yang sifatnya konstekstual, peningkatan tersebut
mungkin setelah kelas empat SD. Namun walaupun terjadi peningkatan
perbendaharaan kata tidak selalu anak dapat memahami makna suatu kata atau
kalimat. Karena, dapat terjadi bila anak tidak menguasai perbendaharaan dari
semua kata di dalam kalimat, tapi anak itu dapat memahami makna kata atau
9
kalimat secara tepat. Sebaliknya, anak yang menguasai arti dari seluruh kata
dalam suatu kalimat tertentu tidak dapat memahami makna kata atau suatu
kalimat. Untuk itu dalam memaknai suatu kata ataupun kalimat diperlukan lebih
banyak kemampuan menjustifikasi suatu kata atau kalimat daripada sekedar
mengetahui arti kata.
5. Masa Remaja
1) Pengertian Perkembangan Kognitif Remaja
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para
remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah
yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian
rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan
masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan
abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti
ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan
memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.
Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan
kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan
lingkungan sekitar mereka.
Perkembangan kognitif remaja mencapai tahap operasional formal yang
memungkinkan remaja berpikir secara abstrak dan komplek, sehingga remaja mampu
mengambil keputusan untuk dirinya. Selama masa remaja, kemampuan untuk mengerti
masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. Masa remaja adalah awal dari
tahap pikiran formal operasional, yang mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran yang
melibatkan logika pengurangan atau deduksi. Tahap ini terjadi di semua orang tanpa
memandang pendidikan dan pengalaman mereka. Namun, bukti riset tidak mendukung
hipotesis itu yang menunjukkan bahwa kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah
kompleks adalah fungsi dari proses belajar dan pendidikan yang terkumpul.
Unsur yang terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang adalah latihan
dan pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta
mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikirannya
ataupun intelegensinya. Piaget membedakan dua macam pengalaman, yaitu :
10
1. Pengalaman fisis: terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang di
hadapi untuk mengabstraksi sifat-sifatnya.
2. Pengalaman matematis-logis: terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari
akibat tindakan-tindakan terhadap objek itu.
2) Kemampuan yang dimiliki pada tahap operasional formal ini adalah:
a) Abstrak
Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang
benar-benar terjadi. Mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau
dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.
b) Fleksibel dan kompleks
Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu
hal. Mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain, dan dunia,
serta membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standard-standard ideal ini.
Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya
mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja
berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih
berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami
bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang
akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi
dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
Di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia), masih banyak sekali remaja yang
belum mampu berpikir dewasa. Sebagian masih memiliki pola pikir yang sangat
sederhana. Hal ini terjadi karena sistem pendidikan di Indonesia banyak
menggunakan metode belajar mengajar satu arah atau ceramah, sehingga daya kritis
belajar seorang anak kurang terasah. Bisa juga pola asuh orang tua yang cenderung
masih memperlakukan remaja seperti anak-anak sehingga mereka tidak punya
keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usianya. Seharusnya
seorang remaja harus sudah mencapai tahap perkembangan pemikiran abstrak supaya
saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk
menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
c) Logis
Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka
mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan
(Santrock, 2001). Mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan
11
jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-
masalah dan menguji pemecahan-pemecahan masalah secara sistematis. Misal :
Dalam pengambilan keputusan oleh remaja mulai dari pemikiran, keputusan sampai
pada konsekuensinya, bagaimana lingkungannya yang menunjukkan peran
lingkungan dalam membantu pengambilan keputusan pada remaja.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang cukup
penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan
pemecahan masalah yang termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses perkembangan
kognitif tersebut. Selain itu karakteristik perkembangan kognitif peserta didik juga harus
dapat dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik perkembangan peserta
didik, pengajar dan orang tua dapat mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki
anak didiknya sesuai dengan usia mereka masing-masing, sehingga pengajar dan orang tua
dapat menerapkan ilmu yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak didik.
Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak, setidaknya kita
sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami tentang perkembangan
kognitif dan tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif agar kita mampu mengetahui
perkembangan kemampuan kognitif masing-masing anak.
13
DAFTAR PUSTAKA
14