Psikologi Agama Fix
Psikologi Agama Fix
Psikologi Agama Fix
PSIKOLOGI AGAMA
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Agama
pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Program Pascasarjana
Agama Islam Semester 3
Oleh:
Kelompok III
EVI ERVIANI
8610820220
UMMI QALSUM
861082022022
Dosen Pengampu
2023
i
ii
KATA PENGANTAR
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
Kelompok 3
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. LatarBelakang................................................................................
B. RumusanMasalah...........................................................................
C. Tujuan............................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
A. Simpulan........................................................................................
B. Saran..............................................................................................
DAFTAR RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dari perjalanan panjang pemahaman manusia tentang hubungan antara agama dan
psikologi. Awalnya, dalam budaya-budaya kuno seperti Mesir, Yunani, dan India,
psikologi agama masih belum terpisahkan dari aspek spiritual dan keagamaan. Orang-
orang pada masa itu memandang fenomena psikologis sebagai manifestasi dari
bahwa agama dapat dianalisis secara psikologis sebagai bentuk proyeksi dari konflik-
psikologi agama yang lebih ilmiah dan terpisah dari aspek spiritual.
menciptakan konsep "pengalaman religius pribadi" yang menjadi pokok kajian dalam
psikologi agama modern. Jung menggali hubungan antara simbol-simbol agama dan
arketipe dalam alam bawah sadar manusia, sedangkan Maslow menyoroti potensi
1
2
beragam pendekatan dan teori dalam psikologi agama yang berusaha memahami
peran agama dalam kehidupan manusia, mulai dari analisis psikodinamika hingga
pendekatan kognitif.1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
adalah:
1
Syaiful Hamali, Psikologi Agama: Terapi Agama Terhadap Problematika Psikis Manusia,
Jurnal Al-Adyan, Vol. IX, No. 2 Desember 2014, h. 4.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Psikologi Agama sebagai salah satu bidang Psikologi yang mempelajari
Bidang ini sebenamya sudah mulai muncul pada akhir abad ke 19 dan permutaan
keagamaan secara sistematis. Ketika William James yang sering dianggap sebagai
pendek. Ilmu pengetahuan di bidang psikologi agama terhenti sekitar tahun 1920.
Jurnal-jurnal yang diterbitkan sebelumnya sudah tidak tersedia lagi. Meskipun satu
atau dua karya tentang Psikologi Agama telah diterbitkan, tidak ada konsep baru yang
subjektif, karena merupakan tren baru dalam psikologi yang bersifat deterministik,
pertumbuhan bidang psikologi agama. Fenomena keagamaan pada saat itu dianggap
3
4
belum terlalu menarik untuk dikaji dan diteliti oleh para psikolog. Lebih lanjut, Wulff
mengatakan para psikolog pada saat itu memiliki sikap anti agama dan acuh tak acuh
terhadapnya.
mental dan kondisi jiwa seseorang dalam kitab suci setiap agama. Oleh karena itu,
sulit untuk memprediksi dengan tepat apakah psikologi agama akan muncul atau
berkembang.2
Misalnya saja kitab suci Al-Quran yang memuat beberapa ayat yang
tingkah lakunya, shalatnya, dan aktivitas lainnya. Ada beberapa ayat yang membahas
tentang masalah kesehatan jiwa, penyakit jiwa, masalah kepribadian yang disebabkan
oleh gangguan jiwa, dan cara pengobatannya. Menurut Yahya Jaya, pemahaman
psikologi agama yang terbatas sudah ada jauh sebelum abad ke-20, yaitu ketika Nabi
Adam memohon ampun kepada Allah SWT setelah merasa seolah-olah telah
melakukan dosa yang menyebabkan ia merasa gugup dan tertekan. Ilustrasi lainnya
Kisah ini menjelaskan prosedur konversi secara rinci. Praktek dan peristiwa
keagamaan juga bisa kita temukan di agama lain, seperti yang dialami Shidarta
Gautama sebagai penganut agama Buddha, atau dalam agama Shinto yang meyakini
bahwa Kaisar Jepang adalah keturunan langsung Dewa Matahari, sehingga membuat
2
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h.11.
5
abad ke-19, seperti buku filosofis Ibnu Thufail, Hayy Ibn Yaqdzan, yang
dibesarkan oleh rusa. tulisan Imam, seorang ulama sufi terkenal yakni Imam Ghazali
Budha (400-750 M) menyembah Naga dan Raksasa, Agama Hindu di India (1500)
Khonghucu dikembangkan oleh Confusius. Pada tahun 560 SM, berkembang pula
agama Budha di Kapilawastu, oleh Budha Guatama. Sekitar tahun 660-583 SM, lahir
Selanjutnya agama Shinto muncul di Jepang pada abad ke-6. Antara tahun
Kristen lahir kurang lebih 21 abad yang lalu. Nama ini berasal dari kota Nazareth,
yaitu kota kecil yang terletak di kaki bukit. Agama ini disebut juga dengan agama
Kristen (Chitten) yang diambil dari nama nabi Yesus Kristus, sebuah gelar agama
kehormatan bagi Yesus dari Nazareth yang merupakan pengusung agama ini. Kristus
adalah orang Yunani. Rasul yang membawa agama Kristen adalah Isa Almasih atau
Yesus Kristus. Pada abad ke 6 M, lahirlah agama Islam yang dibawa oleh Nabi
3
Yahya Jaya, Penerapan Taubat dan Maaf dalam Kesehatan Mental, (Jakarta:
Ruhama,1992), h. 12.
6
Muhammad SAW. Agama ini mengajarkan umatnya untuk beribadah kepada Allah
SWT. Agama Islam menganut tauhid, kitab rujukannya adalah Al-Quran dan Hadits
Nabi.
Penelitian agama secara ilmu jiwa (psikologi modern) relatif masih muda. Para
ahli psikologi agama menilai bahwa kajian mengenai psikologi agama mulai popular
sekitar abat ke-19. Ketika itu psikologi yang semakin berkembang digunakan sebagai
alat untuk kajian agama. Kajian semacam itu dapat membantu pemahaman terhadap
Manusia bergamana dan percaya kepada Tuhan sejak pertama kali bergamana,
yaitu mulai dari bergamanannya Nabi Adam manusia sudah bergamana. Dengan kata
lain, usia keberagamaan manusia sama denganusia beragannya manusia mulai dari
Nabi Adam sampai sekaran. Sifat permanya kepada Tuhan is formed dalam diri
manusia dengan adanya bukti nyata. Ketika mereka melihat alam semesta yang
terbentang luas dengan segala isinya, what also terbersit dalam pikannya; Sāpaihā
yangmenciptakan alam ini?, bagaimana besungnya? Betapa habatnya dia karena telah
tehalah sekretat alam ini? Dan varangal utsalan lainnyayang pada intinya
mempertanyakan tentang adanya saksatu yang meguru dan kontrolla alam dengan
segala isinyaa. Hal inisebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dalam mencari
Tuhan sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur‟an surat Al-An‟am ayat 76-78
yang berbunyi:
َفَلَّم ا َج َّن َعَلْيِه الَّلْيُل َر َأى َك ْو َك ًبا َقاَل َه َذ ا َر يِّب َفَلَّم ا َأَفَل َقاَل اَل ُأِح ُّب اآْل ِفِلَني َفَلَّم ا َر َأى اْلَق َمَر َباِز ًغا َقاَل َه َذ ا َر يِّب
َفَلَّم ا َأَفَل َقاَل َلِئْن ْمَل َيْه ِد يِن َر يِّب َأَلُك وَنَّن ِم َن اْلَق ْو ِم الَّض اِّلَني َفَلَّم ا َر َأى الَّش ْم َس َباِز َغًة َقاَل َه َذ ا َر يِّب َه َذ ا َأْك َبُر َفَلَّم ا
ََأَفَلْت َقاَل َيا َقْو ِم ِإيِّن َبِر يٌء َّمِما ُتْش ِر ُك ون
4
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), h. 27.
7
Terjemahan: Ketika malam telap gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:
“Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata:
“Saya tidak suka pada yang tenggelam” kemudian ketika dia melihat
bulan terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku”, namun tatakala bulan itu
terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberikan
petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat”, kemudian
tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: “ Inilah Tuhanku, inilah
yang lebih besar”. Maka tatakala matahari itu terbenam, dia berkata: “
Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan” (QS. Al-An‟am: 76-78).
keyakinannya akan kehadiran Yang Maha Esa yang menguasai seluruh alam semesta.
pada akhirnya menarik kesimpulan tentang hakikat Tuhan dari berbagai tanggapan,
sehingga menimbulkan beragam perpecahan teologis yang ada saat ini. Berbagai
pihak tertarik pada perilaku manusia yang berkaitan dengan alam ketuhanan dan
bagaimana hal itu membentuk perilaku manusia. Peneliti psikologi dan agama adalah
dua di antaranya. Mereka berupaya meneliti perilaku manusia yang dipengaruhi atau
Psikologi agama, sebagai cabang dari ilmu psikologi lahir sebagai hasil
perkembangan ilmu-ilmu sosial pada umumnya dan psikologi pada khususnya pada
abad ke-19 dan abad ke-20. Sebelum menjadi ilmu yang otonom, psikologi agama
merupakan bagian dari psikologi secara umum dan psikologi merupakan bagian dari
ilmu filsafat.5
5
Surawan dan Mazrur, Psikologi Perkembangan Agama: Sebuah Tahapan Perkembangan
Agama Manusia, (Cet. X: Yogyakarta; K-Media, 2020), h. 8-10
8
sebagai salah satu cabang dari ilmu Psikologi didahului dengan lahirnya ilmu
Psikologi itu sendiri. Sementara itu lahirnya ilmu Psikologi sebagai suatu ilmu yang
mandiri terjadi pada abad ke-19, yaitu pada tahun 1879 yang ditandai dengan
Jerman.
terhadap berbagai perilaku manusia. Psikologi diakui sebagai ilmu tersendiri pada
akhir abad ke-19 dan dipersiapkan untuk maju berdampingan dengan disiplin ilmu
lainnya.
Agama tidak mendapat perhatian khusus sebagai bidang ilmu yang boleh
perbedaan bidang kajian ilmu dan agama inilah yang menyebabkan minimnya minat
keilmuan terhadap kajian agama. Selain itu, sebagian besar individu tetap percaya
bahwa agama lebih unggul daripada pendekatan psikiatris atau dapat mengatasi
masalah. Agama secara khusus dianggap sebagai mata pelajaran suci yang tidak dapat
Dunia Timur (Islam) telah mengetahui kajian psikologi agama sebelum dunia
Barat menyadarinya. Hal ini terlihat dari sejumlah tulisan para psikolog Islam yang
psikologi seperti yang dikenal di Barat. Persoalan proses tumbuh kembang dan
sentimen keagamaan anak yang lahir di pulau terpencil tercakup dalam novel Hay Ibn
Yazan karya Ibnu Tufail. Begitu pula Imam Al-Ghazali yang banyak bicara tentang
aspek psikologis dan teologis seseorang dalam kitabnya Al-Munqiz Mina Al-Dholal
Barat pada periode yang sama, meskipun terdapat kemunduran dalam kemajuan dunia
Islam. Hal ini disebabkan karena sulitnya menemukan buku-buku bersejarah setelah
ISIS ditaklukkan dan banyak harta perpustakaannya hilang. Selain itu, banyak filsuf
Islam yang terlibat dalam isu-isu politik dan pembebasan mereka dari kolonialisme.
Karya-karya klasik yang ditulis oleh para filsuf Islam baru sampai ke Barat setelah
Pandangan dunia modern yang muncul sejak abad ke-16 dan menempatkan
manusia sebagai pusatnya pada pertengahan abad ke-19 telah berkembang pesat.
Bumi dianggap sebagai pusat kosmos pada abad ini, dan segala sesuatunya adalah
yang paling indah dan tertinggi. Konsepsi tradisional Copernicus dan Galileo bahwa
6
Sudirman, Perkembangan Psikologi Agama, Scholastica: Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol. 1 No.1 November 2018, h. 4-6
10
bumi adalah pusat kosmos, bersama dengan gagasan segar Descartes dan Isaac
itu sendiri dapat dipelajari dengan cermat dan menjadi subjek teori-teori logis. Dua
puluh tahun setelah buku Darwin diterbitkan, Wilhem Wundt dari Universitas Leipziq
(1902), tahun 1879 dianggap sebagai tahun lahirnya psikologi ilmiah modern. Kajian
ilmiah pertama tentang psikologi agama yang diterbitkan pada tahun 1881
Studi antropolog dan sosiolog seperti Stanley Hall dianggap sebagai orang yang
memulai penelitian ilmiah kontemporer mengenai psikologi agama pada abad ke-20,
menurut sumber. Terbitnya dua buku yang menghasilkan teori psikologi agama
secara komprehensif, The Psychology of Religion (1899) oleh Diller Starbuck dan
perkembangan terbesar yang terjadi di antara pergantian abad. abad ke-19 dan ke-20.
Kedua karya ini sangat berkontribusi besar dalam perintisan psikologi agama
kemudian pada abad ke-20 para penulis dan peneliti yang bertumpu pada teori
Starbuck dan James memberikan istilah “Psikologi Agama” mulai digunakan dan
7
Sudirman, Perkembangan Psikologi Agama, Scholastica: Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol. 1 No. 1 November 2018, h. 7.
11
setelah Psikologi agama dinyatakan sebagai ilmu yang mandiri banyak penulis yang
mengkajinya.8
Sementara itu di dunia Timur (Islam), Dr. Abdul Mun’im Abdul Aziz Al-
Malighy misalnya pada tahun 1955 menulis buku dengan judul Tatawwur al- Syu‟ur
al-Diny „Inda Tifl Wa Al- Murahiq yang diterbitkan Dar Al-Ma’arif Cairo,
membahas masalah perkembangan rasa agama pada anak-anak dan remaja. Bahkan
beliau juga menulis buku tentang Psikologi dengan judul Al-Numuwa Al-Nafsy,
diterbitkan oleh Maktabah Mesir- Cairo pada tahun 1957. Selain itu, ada sejumlah
buku tentang Psikologi Agama yang dihasilkan oleh ilmuwan muslim, antara lain:
a. Afif Abdul Fatah, menulis buku berjudul Ruuh al-Diin al-Islamy diterbitkan
tahun 1956.
Dari sejumlah tulisan para ilmuwan muslim diatas, buku yang dianggap paling
relevan dengan kajian Psikologi Agama adalah buku Tatawwur al-Syu‟ur al-Diny
‘Inda Tifl Wa Al- Murahiq yang ditulis oleh Dr. Abdul Mun’im Aziz Al-Malighy dan
3. Perkembangan di Indonesia
Istilah psikologi agama di Indonesia sudah mulai dikenal sejak tahun 1970an,
yaitu pertama kali diperkenalkan oleh Prof.Dr. Zakiah Darajat dan Prof. Dr. A. Mukti
Ali terutama dilingkungan IAIN dan Perguruan Tinggi Islam lainnya. Kemudian
bidang keilmuan ini banyak diminati oleh para dokter, intelektual muslim, dan para
8
Yandi Hafizallah, Psikologi Agama Sejarah, Tokoh, dan Masa Depan, Jurnal of
Pshycology, Religion, and Humanity, Vol. 1 No. 1 tahun 2019, h. 4.
9
Rohmalina Wahab, Psikologi Agama, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015), h. 41
12
pendeta katolik. Diantara tokoh-tokoh yang ikut terlibat dalam pengembangan bidang
a. Prof. dr. H. Aulia yang menulis buku dengan judul Agama dan kesehatan
b. Prof. Dr. Zakiah Darajat menulis buku Ilmu Jiwa Agama (1970), dan Peranan
d. Dr. Nico Syukur Dister yang menulis buku Pengantar Ilmu Jiwa Agama
(1982).
e. Dr. Jalaluddin dan Dr. Ramayulis menulis buku Pengantar Ilmu Jiwa Agama.
(1986)
perkembangan manusia mendukung kemajuan psikologi agama di masa modern. Hal ini
masyarakat masa kini yang mulai merasa bosan dengan kehidupan dan beralih pada ajaran
agama sebagai upaya mencari ketenangan. Perawatan berorientasi agama sangat populer
karena dianggap berguna dalam meningkatkan ketenangan mental, yang menarik banyak
orang.
13
agama dinilai cukup pesat, dibandingkan usianya yang masih tergolong muda.
Perkembangan psikologi agama yang cukup pesat ini antara lain ditandai dengan
diterbitnya berbagai karya tulis, baik buku maupun artikel dan jurnal yang memuat
10
Yandi Hafizallah, Psikologi Agama Sejarah, Tokoh, dan Masa Depan, Jurnal of
Pshycology, Religion, and Humanity, Vol. 1 No. 1 tahun 2019, h. 6.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
dimulai oleh penelitian G. Stanley Hall pada taboo 1881, tentang gejala religious
William James, yang juga dikenal sebagai pelopor Psikologi Modem di Amerika,
Istilah psikologi agama di Indonesia sudah mulai dikenal sejak tahun 1970an,
yaitu pertama kali diperkenalkan oleh Prof.Dr. Zakiah Darajat dan Prof. Dr. A. Mukti
Ali terutama dilingkungan IAIN dan Perguruan Tinggi Islam lainnya. Kemudian
bidang keilmuan ini banyak diminati oleh para dokter, intelektual muslim, dan para
pendeta katolik.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka penulis sangat mengharapkan kritik, dan saran yang bersifat
membangun dari dosen pembimbing mata kuliah, dan pembaca, serta pihak-pihak
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1993.
Hafizallah, Yandi. Psikologi Agama Sejarah, Tokoh, dan Masa Depan, Jurnal of
Pshycology, Religion, and Humanity, Vol. 1 No. 1 tahun 2019.
Hamali,Syaiful. Psikologi Agama: Terapi Agama Terhadap Problematika Psikis
Manusia, Jurnal Al-Adyan, Vol. IX, No. 2 Desember 2014.
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996.
Jaya, Yahya. Peranan Taubat dan Maaf dalam Kesehatan Mental, Jakarta : Ruhama,
1992.
Sudirman, Perkembangan Psikologi Agama, Scholastica: Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol. 1 No. 1 November 2018.
Surawan dan Mazrur, Psikologi Perkembangan Agama: Sebuah Tahapan
Perkembangan Agama Manusia, Cet. X: Yogyakarta; K-Media, 2020.
Wahab, Rohmalina. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015.