Paper Psikososial Kel.4 DHF
Paper Psikososial Kel.4 DHF
Paper Psikososial Kel.4 DHF
Dosen Pembimbing :
Evelyn Tambunan MSN.Ph.D.NED
Nama Mahasiswa :
Tuarissa Novalinda (2251039)
Dina Angriyani (2251009)
Sri Melati Silaban (22511)
Rachel Theresia M (2251024)
```` 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Psikososial
Dan Budaya dalam Keperawatan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa serta saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan , namun kami sudah berusaha sebaik mungkin.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia kesehatan dan keperawatan di Indonesia.
Terima kasih,
Penyusun
```` 3
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN..............................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
```` 4
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia, prevalensi penderita DBD juga mencapai angka yang mengkhawatirkan. Pada
tahun 2013, terdapat 412 kabupaten atau kota yang terjangkit DBD, dan angka ini
meningkat menjadi 433 kabupaten atau kota pada tahun 2014 (Kementerian Kesehatan RI,
2015). Di DKI Jakarta, kasus DBD mengalami fluktuasi signifikan, dengan penurunan pada
tahun 2015 menjadi 11.905 kasus, namun kembali mengalami lonjakan pada tahun 2016
menjadi 39.487 kasus (Dinkes DKI Jakarta, 2016). Fenomena serupa juga terlihat di Jawa
Barat, di mana jumlah kasus DBD pada tahun 2017 mencapai 11.422, meningkat menjadi
11.458 pada tahun 2018, namun mengalami penurunan pada tahun 2019 menjadi 8.593
kasus. Data kasus DBD pada bulan Juni 2019 di Jawa Barat menunjukkan bahwa beberapa
daerah, seperti Bandung, Kabupaten Bogor, dan Cirebon, memiliki angka kasus yang tinggi
(Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2019).
```` 5
Dampak fatal dari DBD, terutama pada anak-anak, menjadi perhatian serius. Anak-anak
cenderung lebih rentan karena daya tahan tubuh mereka yang belum sempurna. Kondisi ini
diperparah oleh perawatan DBD yang belum memadai dan gejala klinis yang memberat,
yang dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah dan hati. Kasus kematian akibat
DBD, terutama pada anak-anak, dapat melibatkan perdarahan masif, syok, bahkan kematian
(Hanifah, 2011).
Melihat prevalensi dan dampak serius yang ditimbulkan oleh DBD, peran perawat menjadi
sangat penting dalam merawat penderita DBD. Peran perawat melibatkan empat aspek
utama, yaitu peran promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dalam konteks ini, peran
promotif mencakup memberikan edukasi mengenai pentingnya menerapkan Pola Hidup
Bersih Sehat (PHBS) dan memberikan nutrisi sesuai kebutuhan gizi anak. Peran preventif
melibatkan upaya pencegahan, seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus
dengan Gerakan satu rumah satu jumantik, serta menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
sekitarnya. Peran kuratif mencakup tindakan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan, seperti pemberian nutrisi dan cairan yang adekuat, pemantauan tanda-tanda
dehidrasi dan perdarahan, serta pemberian obat sesuai indikasi (Nursalam, 2013).
Sementara itu, peran rehabilitatif perawat melibatkan dorongan untuk beristirahat dan
motivasi kepada keluarga agar menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Dengan memahami kompleksitas dan urgensi penanganan DBD, penelitian dan intervensi
lebih lanjut perlu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman, pencegahan, dan penanganan
efektif terhadap penyakit ini. Keberhasilan dalam penanggulangan DBD memerlukan
kerjasama lintas sektor, pendekatan holistik, dan peran aktif dari seluruh stakeholder,
termasuk peran perawat yang sangat vital dalam mendukung upaya kesehatan masyarakat.
```` 6
1.2 PerumusaMasalah
Dari identifikasi masalah tersebut, maka dapat disusun pertanyaan peneliti sebagai berikut
“Bagaimana Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Demam berdarah dengue (DBD) di
ruang Anggrek RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam pemberian
asuhan keperawatan anak dengan masalah DBD
```` 7
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah budaya pertama kali didefinisikan oleh antropolog Inggris Tylor tahun 1871 bahwa
budaya yaitu semua yang termasuk dalam pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum,
adat dan kebiasaan lain yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat. (Brunner dan
Suddart, 2001). Sedangkan petter (1993) mendefinisikan budaya sebagai nilai-nilai,
kebudayaan sikap dan adat yang terbagi dalam suatu kelompok dan berlanjut dari generasi
ke generasi berikutnya. Budaya akan dipakai oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
nyaman dari wktu ke waktu tanpa memikirkan rasionalisasinya. The American Heritage
Dictionary mengertikan kebudayaan adalah sebagai suatu keseluruhan dari pola prilaku
yang dikirimkan melalui kerja dan pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia.
1. Budaya itu bukan keturunan tapi dipelajari, jika seorang anak lahir di Amerika dan hidup
di Amerika dari orangtua yang berkebangsaan Indonesia maka tidaklah secara otomatis
anak itu bisa berbicara dengan bahasa Indonesia tanpa ada proses pembelajaran oleh
orangtuanya.
2. Budaya itu ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya, kita mengetahui banyak
hal tentang kehidupan yang berhubungan dengan budaya kerena generasi sebelum kita
mengejarkan kita banyak hal tersebut. Suatu contoh upacara penguburan placenta pada
masyarakat jawa, masyarakat tersebut tidak belajar secara formal tetapi mengikuti prilaku
nenek moyangnya.
3.Budaya itu berdasarkan simbol, untuk bisa memepelajari budaya orang memerlukan
simbol. Dengan simbol inilah nantinya kita dapat saling bertukar pikiran dan komunikasi
sehingga memungkinkan terjadinya proses transfer budaya dari satu generasi ke generasi
berikutnya Contoh beberapa simbol yang mengkarakteristikkan budaya adalah kalung pada
suku dayak, manik-manik. gelang yang semua itu menandakan simbol pada budaya
tertentu.
4. Budaya itu hal yang bisa berubah, karena budaya merupakan sistem yang dinamis dan
adaftif maka budaya rentan terhadap adanya perubahan. Misalnya pada sekelompok
masyarakat merayakan kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning, pada zaman modern
tradisi tersebut berubah yaitu menjadi kue ulang tahun.
5. Budaya itu bersifat menyeluruh, satu elemen budaya dapat mempengaruhi elemen-
elemen budaya yang lain. Misalnya lingkungan sosial akan dapat memepengaruhi prilaku
seseorang yang tinggal dilingkungan tersebut.
6. Budaya itu enosentris, adanya anggapan bahwa budaya kitalah yang paling buik diantara
budaya-buadaya yang lain. Suku badui akan merasa budaya Badui yang benar, apabila
```` 9
melihat perilaku budaya dari suku lain dianggap anch, hal ini terjadi pada kelompok suku
yang lain. Meskipun tiap kelompok memiliki pola yang dapat dilihat yang membantu
membedakannya dengan kelompok lain, sebagian besar individu juga mengungkapkan
keyakinan atau sifat yang tidak sesuai dengan norma kelompok. Seseorang bisa sangat
tradisional dalam satu aspek dan sangat modern dalam aspek lain. Ketika orang sakit,
mereka kadang menjadi lebih tradisional dalam harapan mereka dan pemikiran mereka.
Juga ada variasi signifikan dengan dan antara kelompok. Pengetahuan tentang kelompok
juga bernilai ketika memberikan sekumpulan harapan realistik. Tetapi, hanya belajar
tentang individu atau keluarga yang dihadapi sehingga tenaga medis dapat memahami
dalam hal apa pola kelompok bermakna (Leininger 2000).
Adat kebiasaan yang dikembangkan di suatu negara atau daerah, suku atau sekelompok
masyarakat merupakan praktek hidup budaya, Amerika, Australia, dan negara lainnya
termasuk Indonesia merupakan sebuah negara mempunyai berbagai suku dan daerah
dimana tiap suku atau daerah tersebut mempunyai adat kebiasaan yang berbeda-beda dalam
menangani masalah kesehatannya di masyarakat. Ada perilaku manusia, cara interaksi yang
dipengaruhi kesehatan dan penyakit yang terkait dengan budaya, diantaranya adalah
perilaku keluarga dalam menghadapi kematian, menurut Crist (1961) yang ditulis oleh
Koentjaraningrat (1990), dari hasil studi komaratifnya. Menyimpulkan bahwa ada
perbedaan sikap manusia dengan berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam
menghadapi maut.
terkait dengan perilaku budaya. Menurut Bendel (2003) dalam masyarakat Indonesia
terdapat kepercayaan tradisional pada hal-hal gaib
Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh
dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat. (koentjorningrat, 1986).
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan pada
perilaku individu kelompok serta proses untuk mempertahankan atau
meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang
budaya. Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu
```` 11
pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang
perbedaan budaya. Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah kesadaran dan
apresiasi terhadap perbedaan kultur. Selain itu juga untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam keperawatan yang humanis sehingga terbentuk praktik keperawatan
sesuai dengan kultur dan universal (leininger, 1978).
Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural Konsep dalam transcultural
nursing adalah:
1. Budaya. Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
2. Nilai budaya. Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan
keputusan
3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan. Merupakan bentuk yang optimal dalam
pemberian asuhan keperawatan
4. Emosentris. Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki
individu menganggap budayanya adalah yang terbaik
5. Etnis. Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim
8. Care. Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku pada
individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhikebutuhan baik
actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia
10. Culture care. Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola
ekspresi digunakan untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan individu,
keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan
hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai
Paradigma transcultural nursing (Leininger 1 bngt 985), adalah cara pandang, keyakinan,
nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budaya,
terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu:
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilaidan norma-
norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan danmelakukan pilihan.
Menurut Leininger (1984) manusia memilikikecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapundia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2. Sehat
```` 13
3. Lingkungan
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktikkeperawatan
yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan
ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan
dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan mempertahankan budaya, mengakomodasi
negoasiasi budaya dan mengubah mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki khen sehingga klien
dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya
berolahraga setiap pagi.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang
berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
Nama klien An. A, nama panggil Alif (14 tahun) jenis kelamin laki-laki, lahir di Bekasi, 24
April 2005, agama Islam, suku bangsa Jawa, bahasa yang digunakan adalah bahasa
Indonesia dan pendidikan Sekolah Menengah Pertama.
Klien datang ke IGD RSUD Bekasi pada tanggal 11 Maret 2020 pukul 10.00 WIB dengan
keluhan demam tinggi sejak hari Minggu pada tanggal 8 Maret 2020 (demam hari ke 1) dan
mual. Klien tidak mimisan, tidak memiliki gusi berdarah, BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Diagnosa medis yang muncul adalah DHF (DBD Derajat I).
```` 15
1. Data Demografi
a. Nama lengkap :
Pada suku yang berbeda, masing – masing memiliki nama panggilan yang
berbeda pula dengan nama aslinya. Contoh : ujang, tole, dan sebagainya.
Pada suku tertentu apabila sudah menikah wanita dipanggil dengan nama
suaminya.
b. Nama keluarga : -
c. Alamat : Bekasi
(lama tinggal ini perlu di kaji sebab akan mempengaruhi klien dan perlaku
berbudaya. Menurut Andrew dan Boyle (2003) budaya akan berubah dari
waktu ke waktu
e. Jenis kelamin : -
g. Dignosis medis : Diagnosa medis yang muncul adalah DHF (DBD Derajat I). Saat
di IGD, telah dilakukan tindakan keperawatan seperti observasi keadaan umum,
observasi tanda – tanda vital dengan hasil kesadaran compos mentis, nadi
95x/menit, respirasi 20x/menit, suhu tubuh 37,8oC. Sedangkan tindakan kolaborasi
seperti pemasangan infus RL 500 cc, pemberian Paracetamol tablet 500 mg dan
pemeriksaan laboratorium dengan hasil hematologi darah rutin DHF, yaitu Leukosit
```` 16
9,9 ribu/uL (5-10) ribu/uL, Hemoglobin 12,0 g/dL (13-17,5) g/dL, Hematokrit
35,2% (40-54)%, Trombosit 136 ribu/uL (150-400) ribu/uL.
h. No. Register : -
3. Faktor Teknologi
: tidak diberitahu
: tidak diberitahu
c. Bagaimana pandangan klien dan keluarga tentang sakit yang diderita menurut ajaran
agamanya :tidak diberitahu
d. Apa yang dilakukan klien klien dan keluarga untuk mengatasi sakit berhubungan
dengan agama dan filosofi hidupnya
: tidak diberitahu
: tidak diberitahu
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor sosial dan ikatan kekerabatan
(kindship) meliputi :
Buruk
Kurang ✓
Baik Baik
Sangat Baik
b. Status perkawinan :
Menikah
Janda/Duda
Belum pernah menikah ✓
Orang tua tunggal
```` 18
Anak kandung.........orang
anak angkat..........orang
Orang tua ✓
Saudara
Anak dan Istri
Menumpang pada saudara
lain – lain..................
e. Tindakan apa yang dilakukan keluarga jika ada anggota keluarganya sakit
f. Komunikasi
1. Kualitas Suara:
2 Kuat/nyaring
3 lembut
4 Sedang
5 merintih
2. Pelafalan dan pengucapan kata:
6 Jelas
7 Serak
8 Dialek ......................................
3. Penggunaan teknik dian dalam berbicara:
9 Jarang
10 Kadang-kadang
11 Sering
4. Waktu yang digunakan untuk diam:
```` 19
12 Singkat
13 Sedang
14 Lama
15 Tak terobservasi
5. Penggunaan bahasa non verbal saat berkomunikasi
16 Gerakan tangan
17 Gerakan mata
18 Gerakan badan
19 Kinetik (gesture, ekspresi dan cara berdiri/duduk)
6. Sentuhan
20 Terkejut atau menarik diri ketika disentuh
21 Menerima sentuhan tanpa kesulitan
22 Menyentuh orang lain tanpa kesulitan
7. Jarak
a) Tingkat Kenyamanan
23 Berpindah ketika jarak terinvasi
24 Tidak bergerak ketika jarak terinvasi
b) Jarak saat berkomunikasi
25 Setengah meter
26 Setengah sampai satu meter
27 Lebih dari satu meter
c) Jarak yang nyaman bagi klien ketika berkomunikasi dengan
orang..........................
d) Apakah objek tertentu (missal tirai, furniture, dll) mempengaruhi
sikap klien dalam berkomunikasi
28 Tidak
29 Ya, Jelaskan
e) Ketika klien berbicara dengan keluarga, seberapa dekat ia berdiri /
duduk
```` 20
36 Dengan kata-kata
37 Gerakan tubuh
38 Keduanya.............................................................................
Tidak Diberitahu
Alasan:
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam nilai-nilai budaya, kepercayaan dan
pandangan hidup meliputi:
Tidak
Ya
4) Apakah klien memahami pentingnya mendapat pengobatan atau makan obat
sesuai jadwal walaupun dalam waktu tidur klien:
Ya
Tidak
d. Tanyakan hal-hal berikut berhubungan dengan waktu:
1) Alat penunjuk waktu yang digunakan
Jam
Bel
2) Jika klien janji pada jam 2, jam berapa klien biasanya tiba untuk memenuji
janji tersebut
3) Jika perawat berkata pada klien bahwa setengah jam akan menyuntik klien,
berapa waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan diri
8. Locus Control (kenyakinan seseorang)
a. Kontrol internal
1) Percaya bahwa kekuatan dipengaruhi oleh perubahan dari dala,
b. Kontrol eksternal
1) Percaya bahwa nasib, keberuntungan dan kebetulan telah banyak dipengaruhi
upaya yang kita lakukan
9. Orientasi nilai
a. Percaya pada kekuatan supernatural:
Tidak, alasan...................................................................................
Ya, alasan...................................................................................
b. Percaya pada ilmu magik, ilmu gaib, ritual/upacara mempengaruhi perubahan:
Tidak, alasan...................................................................................
Ya, alasan...................................................................................
c. Tanyakan hal-hal berikut:
```` 24
1) Adakah obat tradisional yang anda gunakan untuk mengurangi sakit klien:
Tidak, alasan...................................................................................
Ya, alasan...................................................................................
2) Adakah orang di sekitar klien yang memberi obat untuk mengurangi sakit
yang diderita
3) Adakah obat yang diberikan paranormal akan digunakan untuk mengobati
sakit yang dialami klien saat ini
Tidak, alasan...................................................................................
Ya, alasan...................................................................................
Tidak ada diberitahu 1 pun dari faktor nilai - nilai budaya kepercayaan dan
pandangan hidup klien
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor politik dan hukum meliputi :
* Anggota * Pengurus
Faktor Ekonomi
Faktor Pendidikan
Tanggal dan waktu - 11 Maret 2020, pukul 10.00 WIB (masuk IGD).
pemeriksaan - 11 Maret 2020, pukul 16.27 WIB (dikirim ke ruang rawat
anak Anggrek).
- 11 Maret 2020, pukul 19.00 WIB (pengkajian terakhir).
Keluhan dan - Demam tinggi sejak hari Minggu (8 Maret 202).
Riwayat penyakit - Mual.
Tanda-tanda vital - Kesadaran compos mentis.
(IGD) - Nadi: 95x/menit.
- Respirasi: 20x/menit.
- Suhu tubuh: 37,8oC.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah serius dalam kesehatan masyarakat
di Indonesia, dengan penyebaran yang meningkat dan dampak khususnya pada anak-anak.
Data menunjukkan prevalensi yang signifikan dari DBD di Indonesia, terutama pada
beberapa wilayah seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Dampak fatal dari DBD, terutama pada anak-anak, menjadi perhatian serius karena kondisi
tubuh yang belum sempurna dan perawatan yang belum memadai. Kasus kematian akibat
DBD, terutama pada anak-anak, dapat melibatkan komplikasi serius seperti perdarahan
masif, syok, bahkan kematian.
Peran perawat dalam merawat penderita DBD sangat penting, melibatkan aspek promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Ini termasuk memberikan edukasi tentang kebersihan,
pencegahan melalui PSN, serta asuhan keperawatan yang mencakup nutrisi, pemantauan
tanda-tanda klinis, dan pemberian obat.
Selain itu, aspek budaya juga mempengaruhi pemahaman dan penanganan kesehatan,
termasuk dalam konteks keperawatan transkultural. Pemahaman tentang perbedaan budaya,
nilai-nilai, dan praktik dalam pelayanan kesehatan menjadi penting untuk memberikan
asuhan yang tepat sesuai dengan latar belakang budaya klien.
```` 29
Kasus klien dengan DHF (DBD Derajat I) menunjukkan kebutuhan akan perawatan yang
cermat dan pemahaman akan konteks budaya klien untuk memberikan asuhan yang sesuai
dan efektif.