Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
70 tayangan29 halaman

Paper Psikososial Kel.4 DHF

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 29

```` 1

Psikososial Budaya dalam Keperawatan Section D


Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam
Berdarah Dengue

Universitas Advent Indonesia

Dosen Pembimbing :
Evelyn Tambunan MSN.Ph.D.NED

Nama Mahasiswa :
Tuarissa Novalinda (2251039)
Dina Angriyani (2251009)
Sri Melati Silaban (22511)
Rachel Theresia M (2251024)
```` 2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Psikososial
Dan Budaya dalam Keperawatan.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa serta saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan , namun kami sudah berusaha sebaik mungkin.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia kesehatan dan keperawatan di Indonesia.

Terima kasih,

Bandung, 9 November 2023

Penyusun
```` 3

DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN..............................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................

BAB II: PEMBAHASAN...............................................................................


2.1 Definisi Budaya..........................................................................................
2.2 Karakterisitik Budaya.................................................................................
2.3 Perilaku Budaya Kesehatan........................................................................
2.4 Definisi Keperawatan Transkultural...........................................................
2.5 Paradigma Transkultural Nursing...............................................................
2.6 Pembahsan Kasus.......................................................................................
2.7 Pengkajian Keperawatan ...........................................................................
2.8 Analisis Data...............................................................................................
2.9 Asuhan Keperawatan..................................................................................

BAB III: PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
```` 4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu tantangan serius dalam bidang
kesehatan masyarakat di Indonesia, yang kini semakin meningkat secara signifikan dalam
kejadian dan penyebarannya (Widoyono, 2011). Data dari World Health Organization
(WHO) mengindikasikan bahwa sekitar 2,5 miliar orang di seluruh dunia berisiko terinfeksi
virus dengue, terutama di daerah tropis dan subtropis. Dengan perkiraan 500.000 orang
memerlukan rawat inap setiap tahunnya, dan 90% dari penderitanya adalah anak-anak yang
berusia kurang dari 15 tahun (WHO, 2011). Tingginya prevalensi DBD menjadi isu
kesehatan global yang mendesak, terutama di negara-negara dengan dua musim, di mana
virus ini paling endemik.

Di Indonesia, prevalensi penderita DBD juga mencapai angka yang mengkhawatirkan. Pada
tahun 2013, terdapat 412 kabupaten atau kota yang terjangkit DBD, dan angka ini
meningkat menjadi 433 kabupaten atau kota pada tahun 2014 (Kementerian Kesehatan RI,
2015). Di DKI Jakarta, kasus DBD mengalami fluktuasi signifikan, dengan penurunan pada
tahun 2015 menjadi 11.905 kasus, namun kembali mengalami lonjakan pada tahun 2016
menjadi 39.487 kasus (Dinkes DKI Jakarta, 2016). Fenomena serupa juga terlihat di Jawa
Barat, di mana jumlah kasus DBD pada tahun 2017 mencapai 11.422, meningkat menjadi
11.458 pada tahun 2018, namun mengalami penurunan pada tahun 2019 menjadi 8.593
kasus. Data kasus DBD pada bulan Juni 2019 di Jawa Barat menunjukkan bahwa beberapa
daerah, seperti Bandung, Kabupaten Bogor, dan Cirebon, memiliki angka kasus yang tinggi
(Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2019).
```` 5

Dampak fatal dari DBD, terutama pada anak-anak, menjadi perhatian serius. Anak-anak
cenderung lebih rentan karena daya tahan tubuh mereka yang belum sempurna. Kondisi ini
diperparah oleh perawatan DBD yang belum memadai dan gejala klinis yang memberat,
yang dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah dan hati. Kasus kematian akibat
DBD, terutama pada anak-anak, dapat melibatkan perdarahan masif, syok, bahkan kematian
(Hanifah, 2011).

Melihat prevalensi dan dampak serius yang ditimbulkan oleh DBD, peran perawat menjadi
sangat penting dalam merawat penderita DBD. Peran perawat melibatkan empat aspek
utama, yaitu peran promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dalam konteks ini, peran
promotif mencakup memberikan edukasi mengenai pentingnya menerapkan Pola Hidup
Bersih Sehat (PHBS) dan memberikan nutrisi sesuai kebutuhan gizi anak. Peran preventif
melibatkan upaya pencegahan, seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus
dengan Gerakan satu rumah satu jumantik, serta menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
sekitarnya. Peran kuratif mencakup tindakan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan, seperti pemberian nutrisi dan cairan yang adekuat, pemantauan tanda-tanda
dehidrasi dan perdarahan, serta pemberian obat sesuai indikasi (Nursalam, 2013).
Sementara itu, peran rehabilitatif perawat melibatkan dorongan untuk beristirahat dan
motivasi kepada keluarga agar menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Dengan memahami kompleksitas dan urgensi penanganan DBD, penelitian dan intervensi
lebih lanjut perlu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman, pencegahan, dan penanganan
efektif terhadap penyakit ini. Keberhasilan dalam penanggulangan DBD memerlukan
kerjasama lintas sektor, pendekatan holistik, dan peran aktif dari seluruh stakeholder,
termasuk peran perawat yang sangat vital dalam mendukung upaya kesehatan masyarakat.
```` 6

1.2 PerumusaMasalah

Dari identifikasi masalah tersebut, maka dapat disusun pertanyaan peneliti sebagai berikut
“Bagaimana Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Demam berdarah dengue (DBD) di
ruang Anggrek RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam pemberian
asuhan keperawatan anak dengan masalah DBD
```` 7

BAB II
PEMBAHASAN

1.2 Definisi Budaya

Istilah budaya pertama kali didefinisikan oleh antropolog Inggris Tylor tahun 1871 bahwa
budaya yaitu semua yang termasuk dalam pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum,
adat dan kebiasaan lain yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat. (Brunner dan
Suddart, 2001). Sedangkan petter (1993) mendefinisikan budaya sebagai nilai-nilai,
kebudayaan sikap dan adat yang terbagi dalam suatu kelompok dan berlanjut dari generasi
ke generasi berikutnya. Budaya akan dipakai oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
nyaman dari wktu ke waktu tanpa memikirkan rasionalisasinya. The American Heritage
Dictionary mengertikan kebudayaan adalah sebagai suatu keseluruhan dari pola prilaku
yang dikirimkan melalui kerja dan pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia.

Koentjaraningrat (1990) menjelaskan bahwa kebudayaan berasal dari bahasa sangsengkerta


buddayah yeng berarti budi atau akal, bisa juga daya dari budi, sedangkan
kebudayaanadalah hasil cipta, rasa dan karsa. Kessing (1992) mengadopsi berbagai
pengertian kebudayaan dari para ahli yang kemudian dapat disimpulkan bahwa budaya
adalah suatu yang mengandung unsur pengetahuan, kepercayaan, adat istiadat, prilaku yang
merupakan kebiasaan yang diwariskan. Budayaan atau kebudayaan berasal dari bahasa
sansekerta yaitu buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan disebut culture, yang berasal dari kata latin
Colere, yaitu mengolah atau menegrjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
```` 8

2.2 Karakteristik Budaya

Menurut Samovar dan Porter (1995) ada 6 karakteristik budaya :

1. Budaya itu bukan keturunan tapi dipelajari, jika seorang anak lahir di Amerika dan hidup
di Amerika dari orangtua yang berkebangsaan Indonesia maka tidaklah secara otomatis
anak itu bisa berbicara dengan bahasa Indonesia tanpa ada proses pembelajaran oleh
orangtuanya.

2. Budaya itu ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya, kita mengetahui banyak
hal tentang kehidupan yang berhubungan dengan budaya kerena generasi sebelum kita
mengejarkan kita banyak hal tersebut. Suatu contoh upacara penguburan placenta pada
masyarakat jawa, masyarakat tersebut tidak belajar secara formal tetapi mengikuti prilaku
nenek moyangnya.

3.Budaya itu berdasarkan simbol, untuk bisa memepelajari budaya orang memerlukan
simbol. Dengan simbol inilah nantinya kita dapat saling bertukar pikiran dan komunikasi
sehingga memungkinkan terjadinya proses transfer budaya dari satu generasi ke generasi
berikutnya Contoh beberapa simbol yang mengkarakteristikkan budaya adalah kalung pada
suku dayak, manik-manik. gelang yang semua itu menandakan simbol pada budaya
tertentu.

4. Budaya itu hal yang bisa berubah, karena budaya merupakan sistem yang dinamis dan
adaftif maka budaya rentan terhadap adanya perubahan. Misalnya pada sekelompok
masyarakat merayakan kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning, pada zaman modern
tradisi tersebut berubah yaitu menjadi kue ulang tahun.

5. Budaya itu bersifat menyeluruh, satu elemen budaya dapat mempengaruhi elemen-
elemen budaya yang lain. Misalnya lingkungan sosial akan dapat memepengaruhi prilaku
seseorang yang tinggal dilingkungan tersebut.

6. Budaya itu enosentris, adanya anggapan bahwa budaya kitalah yang paling buik diantara
budaya-buadaya yang lain. Suku badui akan merasa budaya Badui yang benar, apabila
```` 9

melihat perilaku budaya dari suku lain dianggap anch, hal ini terjadi pada kelompok suku
yang lain. Meskipun tiap kelompok memiliki pola yang dapat dilihat yang membantu
membedakannya dengan kelompok lain, sebagian besar individu juga mengungkapkan
keyakinan atau sifat yang tidak sesuai dengan norma kelompok. Seseorang bisa sangat
tradisional dalam satu aspek dan sangat modern dalam aspek lain. Ketika orang sakit,
mereka kadang menjadi lebih tradisional dalam harapan mereka dan pemikiran mereka.
Juga ada variasi signifikan dengan dan antara kelompok. Pengetahuan tentang kelompok
juga bernilai ketika memberikan sekumpulan harapan realistik. Tetapi, hanya belajar
tentang individu atau keluarga yang dihadapi sehingga tenaga medis dapat memahami
dalam hal apa pola kelompok bermakna (Leininger 2000).

2.3 Perilaku Budaya Kesehatan

Adat kebiasaan yang dikembangkan di suatu negara atau daerah, suku atau sekelompok
masyarakat merupakan praktek hidup budaya, Amerika, Australia, dan negara lainnya
termasuk Indonesia merupakan sebuah negara mempunyai berbagai suku dan daerah
dimana tiap suku atau daerah tersebut mempunyai adat kebiasaan yang berbeda-beda dalam
menangani masalah kesehatannya di masyarakat. Ada perilaku manusia, cara interaksi yang
dipengaruhi kesehatan dan penyakit yang terkait dengan budaya, diantaranya adalah
perilaku keluarga dalam menghadapi kematian, menurut Crist (1961) yang ditulis oleh
Koentjaraningrat (1990), dari hasil studi komaratifnya. Menyimpulkan bahwa ada
perbedaan sikap manusia dengan berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam
menghadapi maut.

Menurut Bendel (2003) di Indonesia terdapat pruralisme system pengobatan di mana


berbagai cara penyembuhan yang berbeda-beda hadir berdampingan termasuk humoral
medicine dan elemen magis, Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku
bangsa dimana tiap suku atau kelompok masyarakat tersebut akan mempunyai norma,
perilaku, adat istiadat yang berbeda-beda termasuk dalam mencari penyembuhan yang
```` 10

terkait dengan perilaku budaya. Menurut Bendel (2003) dalam masyarakat Indonesia
terdapat kepercayaan tradisional pada hal-hal gaib

2.4 Definisi Keperawatan Transkultural

Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh
dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat. (koentjorningrat, 1986).

Wujud-wujud kebudayaan antara lain:

1. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan

2. Kompleks aktivitas atau tindakan

3. Benda-benda hasil karya manusia

Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat


dikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Teori transkultural dari
keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks
keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep keperawatan yang didasari oleh
pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalam masyarakat
Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu
kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.

Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan pada
perilaku individu kelompok serta proses untuk mempertahankan atau

meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang
budaya. Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu
```` 11

pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang
perbedaan budaya. Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah kesadaran dan
apresiasi terhadap perbedaan kultur. Selain itu juga untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam keperawatan yang humanis sehingga terbentuk praktik keperawatan
sesuai dengan kultur dan universal (leininger, 1978).

Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural Konsep dalam transcultural
nursing adalah:

1. Budaya. Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.

2. Nilai budaya. Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan
keputusan

3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan. Merupakan bentuk yang optimal dalam
pemberian asuhan keperawatan

4. Emosentris. Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki
individu menganggap budayanya adalah yang terbaik

5. Etnis. Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim

6. Ras. Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal


manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid, mongoloid.

7. Etnografi: Ilmu budaya Pendekatan metodologi padapenelitian emografi memungkinkan


perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap
individu.
```` 12

8. Care. Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku pada
individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhikebutuhan baik
actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia

9. Caring Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan


mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia

10. Culture care. Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola
ekspresi digunakan untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan individu,
keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan
hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai

11. Cultural imposition Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan,


praktek dan nilai karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari
kelompok lain.

2.5 Paradigma Transcultural Nursing

Paradigma transcultural nursing (Leininger 1 bngt 985), adalah cara pandang, keyakinan,
nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budaya,
terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu:

1. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilaidan norma-
norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan danmelakukan pilihan.
Menurut Leininger (1984) manusia memilikikecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapundia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

2. Sehat
```` 13

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisikehidupannya,


terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatukeyakinan, nilai, pola kegiatan
dalam konteks budaya yang digunakan untukmenjaga dan memelihara keadaan
seimbang/sehat yang dapat diobservasidalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat
mempunyai tujuan yang samayaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang
schat-sakit yangadaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3. Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi


perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu: fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan
alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman
padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak
pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial
yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam
masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur
dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah
keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu
seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

4. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktikkeperawatan
yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan
ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan
dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan mempertahankan budaya, mengakomodasi
negoasiasi budaya dan mengubah mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

a. Cara I: Mempertahankan budaya Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien


tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan
```` 14

diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki khen sehingga klien
dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya
berolahraga setiap pagi.

b. Cara II: Negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang
berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.

c. Cara III: Restrukturisasi budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

2.6 Pembaahasan Kasus

2.6.1 Deskripsi Kasus Pasien

Nama klien An. A, nama panggil Alif (14 tahun) jenis kelamin laki-laki, lahir di Bekasi, 24
April 2005, agama Islam, suku bangsa Jawa, bahasa yang digunakan adalah bahasa
Indonesia dan pendidikan Sekolah Menengah Pertama.

Klien datang ke IGD RSUD Bekasi pada tanggal 11 Maret 2020 pukul 10.00 WIB dengan
keluhan demam tinggi sejak hari Minggu pada tanggal 8 Maret 2020 (demam hari ke 1) dan
mual. Klien tidak mimisan, tidak memiliki gusi berdarah, BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Diagnosa medis yang muncul adalah DHF (DBD Derajat I).
```` 15

2.7 Pengkajian Keperawatan

PENGKAJIAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

1. Data Demografi

a. Nama lengkap :

 Nama panggilan : An. A

 Pada suku yang berbeda, masing – masing memiliki nama panggilan yang
berbeda pula dengan nama aslinya. Contoh : ujang, tole, dan sebagainya.

 Pada suku tertentu apabila sudah menikah wanita dipanggil dengan nama
suaminya.

b. Nama keluarga : -

c. Alamat : Bekasi

d. Lama tinggal di tempat ini : -

 (lama tinggal ini perlu di kaji sebab akan mempengaruhi klien dan perlaku
berbudaya. Menurut Andrew dan Boyle (2003) budaya akan berubah dari
waktu ke waktu

e. Jenis kelamin : -

f. Tempat lahir : Bekasi (14 tahun)

g. Dignosis medis : Diagnosa medis yang muncul adalah DHF (DBD Derajat I). Saat
di IGD, telah dilakukan tindakan keperawatan seperti observasi keadaan umum,
observasi tanda – tanda vital dengan hasil kesadaran compos mentis, nadi
95x/menit, respirasi 20x/menit, suhu tubuh 37,8oC. Sedangkan tindakan kolaborasi
seperti pemasangan infus RL 500 cc, pemberian Paracetamol tablet 500 mg dan
pemeriksaan laboratorium dengan hasil hematologi darah rutin DHF, yaitu Leukosit
```` 16

9,9 ribu/uL (5-10) ribu/uL, Hemoglobin 12,0 g/dL (13-17,5) g/dL, Hematokrit
35,2% (40-54)%, Trombosit 136 ribu/uL (150-400) ribu/uL.

Hipertermia, Hipovolemia, Defisit nutrisi, Resiko tinggi perdarahan,


Intoleransi aktivitas

h. No. Register : -

2. Data Biologis/variasi biokultural

- Tanda – tanda vital dalam batas normal (suhu tubuh : 36,5 –


37,5oC, nadi : 80-100x/menit, tekanan darah : 110/70 – 120/80mmHg) dan
anak tidak lemah
- Membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, suhu normal (36,5-
37,5oC), dan balance cairan seimbang.
Berat badan stabil dalam batas normal, tidak ada mual dan muntah,
nafsu makan meningkat, makan habis 1 porsi, dan hb dalam batas normal
(13,0-17,5 g/dL).
- Tanda-tanda vital dalam batas normal, jumlah trombosit klien
meningkat, dan tidak terjadi epitaksis, melena, dan hematemesis.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal, keadaan umum baik, dan
syok hipovolemik tidak terjadi
- Pengetahuan klien atau keluarga tentang proses penyakit, diit,
perawatan dan obat penderita DBD meningkat, klien atau keluarga mampu
menjelaskan kembali.

3. Faktor Teknologi

Tidak memakai alat bantu apapun.

4. Faktor agama dan filosofi

a. Agama yang dianut


```` 17

: tidak diberitahu

b. Kenyakinan agama yang dianut klien berhubungan dengan kesehatan

: tidak diberitahu

c. Bagaimana pandangan klien dan keluarga tentang sakit yang diderita menurut ajaran
agamanya :tidak diberitahu

d. Apa yang dilakukan klien klien dan keluarga untuk mengatasi sakit berhubungan
dengan agama dan filosofi hidupnya

: tidak diberitahu

e. Apa falsafah hidup klien

: tidak diberitahu

5. Faktor social dan ikatan kekerabatan (kindship)

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor sosial dan ikatan kekerabatan
(kindship) meliputi :

a. Pernyataan klien atau orang lain tentang kesehatannya

 Buruk
 Kurang ✓
 Baik Baik
 Sangat Baik

b. Status perkawinan :

 Menikah
 Janda/Duda
 Belum pernah menikah ✓
 Orang tua tunggal
```` 18

c. Jumlah anak :belum menikah

 Anak kandung.........orang
 anak angkat..........orang

d. Klien dirumah tinggal dengan

 Orang tua ✓
 Saudara
 Anak dan Istri
 Menumpang pada saudara
 lain – lain..................

e. Tindakan apa yang dilakukan keluarga jika ada anggota keluarganya sakit

:pergi ke Rumah Sakit

f. Komunikasi

1. Kualitas Suara:
2 Kuat/nyaring
3 lembut
4 Sedang
5 merintih
2. Pelafalan dan pengucapan kata:
6 Jelas
7 Serak
8 Dialek ......................................
3. Penggunaan teknik dian dalam berbicara:
9 Jarang
10 Kadang-kadang
11 Sering
4. Waktu yang digunakan untuk diam:
```` 19

12 Singkat
13 Sedang
14 Lama
15 Tak terobservasi
5. Penggunaan bahasa non verbal saat berkomunikasi
16 Gerakan tangan
17 Gerakan mata
18 Gerakan badan
19 Kinetik (gesture, ekspresi dan cara berdiri/duduk)
6. Sentuhan
20 Terkejut atau menarik diri ketika disentuh
21 Menerima sentuhan tanpa kesulitan
22 Menyentuh orang lain tanpa kesulitan
7. Jarak
a) Tingkat Kenyamanan
23 Berpindah ketika jarak terinvasi
24 Tidak bergerak ketika jarak terinvasi
b) Jarak saat berkomunikasi
25 Setengah meter
26 Setengah sampai satu meter
27 Lebih dari satu meter
c) Jarak yang nyaman bagi klien ketika berkomunikasi dengan
orang..........................
d) Apakah objek tertentu (missal tirai, furniture, dll) mempengaruhi
sikap klien dalam berkomunikasi
28 Tidak
29 Ya, Jelaskan
e) Ketika klien berbicara dengan keluarga, seberapa dekat ia berdiri /
duduk
```` 20

f) Ketika berkomunikasi dengan orang teman, sebagai jarak klien


berdiri/duduk jika klien harus disentuh karena situasi, bagaimana
klien bereaksi dan bagaimana perasaan klien
g) Jika orang yang klien cintai menyentuh, bagaimana reaksi klien dan
bagaimana perasaan klien
h) Apakah jarak antara klien dan perawat saat ini nyaman bagi klien

Tidak diberitahu 1 pun dari yg ada di dalam faktor Komunikasi

8. Hubungan dalam kerja


a) Bagaimana hubungan klien dan keluarganya
b) Apa fungsi klien dalam keluarga
c) Apa peran klien dalam keluarga
30 Ayah/Ibu
31 Anak
32 Penasehat.............................................................................
d) Apabila ada sesuatu yang penting untuk didiskusi dengan keluarga,
bagaimana klien melakukannya
e) Bagaimana klien berespon ketika mendapatkan pertanyaan dari
keluarga:
33 Dengan kata-kata
34 Gerakan tubuh
35 Keduanya.............................................................................

Pasien adalah seorang anak 14 tahun sehingga belum bekerja.

9. Hubungan dengan teman, tetangga/orang lain


a) Bagaimana hubungan penilaian orang lain menurut klien
b) Darimana klien mendapatkan informasi tentang penilaian tersebut
c) Bagaimana klien berespon ketika mendapatkan pertanyaan:
```` 21

36 Dengan kata-kata
37 Gerakan tubuh
38 Keduanya.............................................................................

Tidak Diberitahu

10. Organisasi sosial/kemasyarakatan


a) Kegiatan sosial kemasyarakatan yang diikuti
b) Bagaimana pendapat klien tentang aktifitas sosial yang dijalaninya
c) Apakah aktifitas sosial yang dilakukan klien membuat klien senang
39 Ya
40 Tidak

Alasan:

a. Apa hobby klien


b. Apa yang klien kerjakan ketika mempunyai waktu luang
c. Apakah anda percaya adanya pemimpin/penguasa
d. Bagaimana anda bersikap terhadap pemimpin atau penguasa
e. Ketika klien masih kecil, siapa yang paling berpengaruh pada
klien
f. Apakah arti bekerja bagi klien

Tidak diberitahu 1 pun mengenai organisasi social klien


```` 22

Nilai-nilai budaya, kepercayaan dan pandangan hidup

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam nilai-nilai budaya, kepercayaan dan
pandangan hidup meliputi:

1. Apakah pengertian budaya menurut klien......


2. Apa arti penting budaya yang dimiliki klien.......
3. Suku/bangsa..........
4. Ras.......
5. Kepercayaan berdasarkan suku/bangsa berhubungan
dengan sehat sakit
 Sehat........................................................................................................
 Sakit.........................................................................................................
6. Pandangan hidup klien berhubungan dengan sehat
sakit
7. Waktu
a. Orientasi pada waktu
 Orientasi pada masa lalu.........................................................................
 Orientasi pada masa sekarang................................................................
 Orientasi pada masa yang akan datang..................................................
b. Cara melihat waktu
 Waktu sosial
 Berorientasi pada jam
c. Reaksi fisiokimia terhadap waktu
1) Berapa jam tidur pada malam hari: ...........jam
2) Apakah biasa tidur pada siang hari:
 Tidak
 Ya, berapa ...........jam
3) Apakah klien tidur dan bangun sesuai dengan jadwal:
```` 23

 Tidak
 Ya
4) Apakah klien memahami pentingnya mendapat pengobatan atau makan obat
sesuai jadwal walaupun dalam waktu tidur klien:
 Ya
 Tidak
d. Tanyakan hal-hal berikut berhubungan dengan waktu:
1) Alat penunjuk waktu yang digunakan
 Jam
 Bel
2) Jika klien janji pada jam 2, jam berapa klien biasanya tiba untuk memenuji
janji tersebut
3) Jika perawat berkata pada klien bahwa setengah jam akan menyuntik klien,
berapa waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan diri
8. Locus Control (kenyakinan seseorang)
a. Kontrol internal
1) Percaya bahwa kekuatan dipengaruhi oleh perubahan dari dala,
b. Kontrol eksternal
1) Percaya bahwa nasib, keberuntungan dan kebetulan telah banyak dipengaruhi
upaya yang kita lakukan
9. Orientasi nilai
a. Percaya pada kekuatan supernatural:
 Tidak, alasan...................................................................................
 Ya, alasan...................................................................................
b. Percaya pada ilmu magik, ilmu gaib, ritual/upacara mempengaruhi perubahan:
 Tidak, alasan...................................................................................
 Ya, alasan...................................................................................
c. Tanyakan hal-hal berikut:
```` 24

1) Adakah obat tradisional yang anda gunakan untuk mengurangi sakit klien:
 Tidak, alasan...................................................................................
 Ya, alasan...................................................................................
2) Adakah orang di sekitar klien yang memberi obat untuk mengurangi sakit
yang diderita
3) Adakah obat yang diberikan paranormal akan digunakan untuk mengobati
sakit yang dialami klien saat ini
 Tidak, alasan...................................................................................
 Ya, alasan...................................................................................

Tidak ada diberitahu 1 pun dari faktor nilai - nilai budaya kepercayaan dan
pandangan hidup klien

Faktor politik dan hukum

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor politik dan hukum meliputi :

1. Partai politik yang diikuti......


2. Dalam partai politik kedudukan klien.......

* Anggota * Pengurus

3. Bagaimana pandangan politik klien (menurut klien


politik haram)..........
4. Bagaimana pandangan politik mempengaruhi sikap
sehat sakit klien
5. Sanksi atau aturan dan kebijakan yang dianut keluarga
(misalnya menjaga subak di Bali)

Tidak ada diberitahu 1 pun dari faktor politik dan hukum

Faktor Ekonomi

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor ekonomi meliputi :


```` 25

1. Pendapatan sebulan Klien Belum bekerja


2. Penghasilan tambahan -
3. Apakah pendapatan dan penghasilan tambahan
mencukupi untuk kebutuhan hidup sehari – hari è Ya Tidak
4. Jika ya, apakah kelebihan penghasilan ditabungkan
5. Sumber pembiayaan kesehatan klien Orangtua
6. Program asuransi kesehatan dan non kesehatan yang
diikuti (orang-orang Indonesia banyak tidak percaya pada asuransi) Tidak diberitahu

Tidak ada diberitahu 1 pun dari faktor ekonomi

Faktor Pendidikan

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor pendidikan meliputi :

1. Tingkat pendidikan terakhir Tidak ada keterangan


2. Apa arti sehat atau kondisi yang bagus bagi klien
sesuai dengan disiplin ilmunya Tidak ada keterangan
3. Apa arti sakit atau kesehatan yang buruk menurut
klien dengan disiplin ilmunya Tidak ada keterangan
4. Jenis penyakit apa yang sering diderita oleh keluarga
klien Dengue Haemorragic Fever (DHF)
5. Pemahaman sakit yang sedang diderita klien klien
mengetahui sakit yang sedang di deritanya di akibatkan oleh virus Dengue
Haemorragic Fever yang di sebabkan oleh vector nyamuk Aedes Aegypti
6. Apa yang dilakukan klien/keluarganya jika
mengalami sakit seperti yang sekarang Keluarga klien meminimalisir terjadinya
dehidrasi dengan cara memenuhi kebutuhan cairan.
```` 26

7. Apa yang klien harapkan dari petugas kesehatan yang


sedang menolong memulihkan kesehatan klien yang di harapkan klien adalah agar
petugas kesehatan dapat membantu klien dalam proses pemulihan
8. Persepsi klien dan keluarga tentang pendidikan
(menganggap pendidikan penting atau tidak bagi kehidupan) Tidak di beri
keterangan

Tidak ada diberitahu 1 pun dari faktor pendidikan

2.8 Analisa Data

Identifikasi pasien - Nama: An. A


- Usia: 14 tahun
- Keluhan Utama: Demam tinggi dan mual sejak 8 Maret 2020.

Tanggal dan waktu - 11 Maret 2020, pukul 10.00 WIB (masuk IGD).
pemeriksaan - 11 Maret 2020, pukul 16.27 WIB (dikirim ke ruang rawat
anak Anggrek).
- 11 Maret 2020, pukul 19.00 WIB (pengkajian terakhir).
Keluhan dan - Demam tinggi sejak hari Minggu (8 Maret 202).
Riwayat penyakit - Mual.
Tanda-tanda vital - Kesadaran compos mentis.
(IGD) - Nadi: 95x/menit.
- Respirasi: 20x/menit.
- Suhu tubuh: 37,8oC.

Hasil pemeriksaan - Leukosit: 9,9 ribu/uL (Normal: 5-10 ribu/uL).


laboratorium DHF - Hemoglobin: 12,0 g/dL (Normal: 13-17,5 g/dL).
- Hematokrit: 35,2% (Normal: 40-54%).
- Trombosit: 136 ribu/uL (Normal: 150-400 ribu/uL).

Tindakan - Observasi keadaan umum dan tanda vital.


Keperawatan di - Pemasangan infus RL 500 cc.
IGD - Pemberian Paracetamol tablet 500 mg.
Tindakan - Observasi keadaan umum dan tanda vital.
Kolaborasi di - Pemberian cairan RL 20 tetes permenit (tpm).
```` 27

ruang rawat anak - Pemberian Paracetamol 3 x ¾ tablet.


- Pemberian Ondansetron 3 x 3 mg.
Hasil Pengkajian - Kesadaran compos mentis.
Terakhir (Pukul - Nadi: 100x/menit.
19.00 WIB) - Respirasi: 22x/menit.
- Suhu tubuh: 36,8oC.
- Klien masih dalam keadaan lemah.

2.9 Asuhan Keperawatan

Pengkajian Diagnosa Intervensi Implementas Evaluasi Pendidikan


Keperawatan i Kesehatan
Data Resiko Tinggi Resiko Tinggi - Pastikan - Suhu - Edukasi
Subjektif : Hipertermi Hipertermi: pemberian tubuh keluarga
- Riwayat berhubungan 1. Monitor suhu Paracetamol tetap tentang
demam tinggi dengan proses tubuh secara sesuai dengan dalam tanda-tanda
sejak 8 Maret penyakit. teratur dan catat. dosis dan batas DBD dan
2020. - Defisit 2. Berikan jadwal. normal. langkah-
- Keluhan Volume kompres dingin - Awasi - langkah
mual. Cairan jika suhu tubuh tanda-tanda Volume pencegahan.
- Riwayat berhubungan meningkat. perdarahan cairan - Berikan
perjalanan dengan 3. Ajarkan teknik seperti tubuh informasi
penyakit. peningkatan pendinginan petekie, terjaga tentang
permeabilitas tubuh seperti ekimosis, dan dengan pentingnya
Data Objektif: kapiler. minum air dingin. hematoma. baik. mengikuti
- Suhu tubuh - Observasi - instruksi
37,8oC pada Defisit Volume tingkat Tidak perawatan.
kedatangan ke Cairan: kesadaran dan terjadi
IGD. 1. Pemasangan respons tanda-
- Tanda-tanda infus RL 500 cc terhadap tanda
vital: nadi sesuai dengan stimulus dehidras
95x/menit, rekomendasi. eksternal. i.
respirasi 2. Pantau tanda- - Monitor -
20x/menit. tanda dehidrasi tanda-tanda Kondisi
- Hasil seperti turgor vital secara umum
laboratorium kulit dan produksi berkala. pasien
DHF: Leukosit urine. membai
```` 28

9,9 ribu/uL, 3. Edukasi pasien - Pastikan k.


Hemoglobin dan keluarga kebersihan
12,0 g/dL, mengenai dan
Hematokrit pentingnya kenyamanan
35,2%, konsumsi cairan. pasien di
Trombosit 136 ruangan
ribu/uL. rawat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah serius dalam kesehatan masyarakat
di Indonesia, dengan penyebaran yang meningkat dan dampak khususnya pada anak-anak.
Data menunjukkan prevalensi yang signifikan dari DBD di Indonesia, terutama pada
beberapa wilayah seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Dampak fatal dari DBD, terutama pada anak-anak, menjadi perhatian serius karena kondisi
tubuh yang belum sempurna dan perawatan yang belum memadai. Kasus kematian akibat
DBD, terutama pada anak-anak, dapat melibatkan komplikasi serius seperti perdarahan
masif, syok, bahkan kematian.

Peran perawat dalam merawat penderita DBD sangat penting, melibatkan aspek promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Ini termasuk memberikan edukasi tentang kebersihan,
pencegahan melalui PSN, serta asuhan keperawatan yang mencakup nutrisi, pemantauan
tanda-tanda klinis, dan pemberian obat.

Pentingnya penelitian dan intervensi lebih lanjut untuk meningkatkan pemahaman,


pencegahan, dan penanganan efektif terhadap DBD diakui. Keberhasilan dalam
menanggulangi DBD memerlukan kerjasama lintas sektor, pendekatan holistik, dan
keterlibatan aktif dari semua pemangku kepentingan.

Selain itu, aspek budaya juga mempengaruhi pemahaman dan penanganan kesehatan,
termasuk dalam konteks keperawatan transkultural. Pemahaman tentang perbedaan budaya,
nilai-nilai, dan praktik dalam pelayanan kesehatan menjadi penting untuk memberikan
asuhan yang tepat sesuai dengan latar belakang budaya klien.
```` 29

Kasus klien dengan DHF (DBD Derajat I) menunjukkan kebutuhan akan perawatan yang
cermat dan pemahaman akan konteks budaya klien untuk memberikan asuhan yang sesuai
dan efektif.

Anda mungkin juga menyukai