Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Kti Lengkap

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 135

KARYA TULIS ILMIAH

ETNOFARMAKOLOGI DAN INVENTARISASI TUMBUHAN


OBAT DI KECAMATAN SEPANG KABUPATEN
GUNUNG MAS

LEA PASHA

19.71.021599

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
PALANGKARAYA
2022

i
KARYA TULIS ILMIAH

ETNOFARMAKOLOGI DAN INVENTARISASI TUMBUHAN


OBAT DI KECAMATAN SEPANG KABUPATEN
GUNUNG MAS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Ahli Madya Farmasi

LEA PASHA

19.71.021599

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
PALANGKARAYA
2022

i
HALAMAN PERSEMBAHAN

Disini saya mau mempersembahkan segala rasa syukur dan sukacita saya
atas semua berkat dan karunia yang telah Tuhan Yesus Kristus berikan kepada
saya, saya ada saat ini bukan karena kuat dan hebatnya saya tetapi karena berkat
kemurahan Tuhan Yesus. Disini saya mengucapkan banyak rasa syukur dan
terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu menguatkan saya, selalu ada
bagi saat disaat suka maupun duka dan yang selalu menjaga saya.

Saya juga sangat berterimakasih kepada ibu Risqika Yuliatantri P,.


M.Farm selaku dosen Pembimbing Utama saya sekaligus dosen Pembimbing
Akademik saya, karena telah banyak meluangkan waktu bagi saya, dari awal saya
memasuki perkuliahan sampai saya di akhir semester VI ini, beliau selalu ada
membimbing saya, memberikan motivasi, semangat, masukan, saran dan
pengetahuan kepada saya.

Saya juga sangat berterima kasih kepada ibu Rika Arfiana S., M.Farm
selaku dosen Pembimbing Pendamping saya, dimana beliau juga selalu banyak
meluangkan waktu bagi saya untuk memberikan arahan, masukan dan saran, ilmu
yang saya dapatkan dari beliau, serta motivasi dan semangat yang selalu beliau
berikan kepada saya setiap saat.

Saya juga sangat berterima kasih kepada kedua orang tua saya, yang selalu
mendukung saya baik dalam moril maupun materil yang diberikan bagi saya,
terima kasih atas cinta dan kasih sayang yang begitu besar dari kedua orang tua
saya kepada saya, dan untuk keluarga besar saya juga, untuk orang yang saya
kasihi, saya sangat bersyukur dan berterima kasih atas setiap bantuan dan
dukungan yang diberikan bagi saya.

Saya juga sangat berterima kasih kepada sahabat dan teman-teman saya di
DIII Farmasi Angkatan 2019. Terima kasih karena selalu mendukung, menolong
dan memberikan semangat kepada saya.

ii
HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

ETNOFARNAKOLOGI DAN INVENTARISASI TUMBUHAN


OBAT DI KECAMATAN SEPANG KABUPATEN
GUNUNG MAS

LEA PASHA
19.71.021599

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi


Program Studi DIII Farmasi

Palangkaraya, 22 Juni 2022

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Risqika Yuliatantri P, M.Farm Rika Arfiana Safitri, M.Farm


NIDN. 1109079301 NIDN.1108029601

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, Ketua Program Studi


DIII Farmasi,

apt. Nurul Chusna, M.Sc. apt. Guntur Satrio P, M.Si.


NIK. 15.0601.014 NIK. 12.0601.012

iii
HALAMAN PENGUJIAN

KARYA TULIS ILMIAH

ETNOFARMAKOLOGI DAN INVENTARISASI TUMBUHAN


OBAT DI KECAMATAN SEPANG KABUPATEN
GUNUNG MAS

LEA PASHA
19.71.021599

Telah dipertahankan di Depan Tim Penguji


Program Studi DIII Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Palangkaraya, 22 Juni 2022

TIM PENGUJI

Penguji Utama : Susi Novaryatiin, S.Si., M.Si (………………)

Anggota : Nurul Qamariah, S.Pd., M.Si (………………)

Risqika Yuliatantri P, M.Farm (………………)

Rika Arfiana Safitri, M.Farm (………………)

iv
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Palangkaraya, 22 Juni 2022

Lea Pasha
19.71.021599

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“ETNOFARMAKOLOGI DAN INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT DI
KECAMATAN SEPANG KABUPATEN GUNUNG MAS” dengan baik dan
lancar.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik
tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, karena itu dengan rasa hormat
dan tulus hati penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Dr. Sonedi, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya.
2. Ibu Apt. Nurul Chusna, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
3. Bapak Apt. Guntur Satrio P., M.Si selaku Ketua Program Studi D-III Farmasi
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
4. Ibu Risqika Yuliatantri P., M.Farm selaku Pembimbing Utama. Sekaligus
selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu
yang dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran selalu mendukung serta
membimbing, memberikan saran dan masukan selama penulis menempuh
pendidikan di Universitas Muhammadiyah.
5. Ibu Rika Arfiana S., M.Farm selaku Pembimbing Pendamping yang telah
meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, arahan serta tulus
dan ikhlas memberikan motivasi dalam menyelesaikan Karya Tulis Imiah ini.
6. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh staf pegawai Program Studi D-III Farmasi
Universitas Muhammadiyah Palangka yang telah banyak memberi bantuan
serta masukan bagi penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga yang penulis cintai yang telah
memberikan moril maupun materil selama penulis menempuh pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.

vi
8. Sahabat serta teman-teman yang penulis sayangi, yang telah memberikan
semangat dan motivasi selama proses pengerjaan Penelitian dan Karya Tulis
Ilmiah ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan
dukungan yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga ALLAH membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis. Penulis meyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih
belum sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak. Dengan segala kerendahan hati,
semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangkaraya, 22 Juni 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PENGUJIAN .................................................................................. iv
PERNYATAAN ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
ABSTRAK .......................................................................................................... xiv
ABSTRACT .......................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ........................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5
2.1 Inventarisasi .................................................................................. 5
2.2 Etnofarmakologi ........................................................................... 5
2.3 Tumbuhan Obat ............................................................................ 6
2.4 Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Obat .................. 7
2.5 Kandungan Bioaktif Tumbuhan Obat ......................................... 10
2.6 Gambaran Umum Lokasi Penelitian: Kecamatan Sepang
Kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah ............................. 10
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 12
3.1 Jenis dan Metode Penelitian........................................................ 12
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 13
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 13

viii
3.3.1 Populasi ............................................................................ 13
3.3.2 Sampel .............................................................................. 13
3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 14
3.4.1 Instrumen Penelitian ......................................................... 14
3.4.2 Prosedur Kerja .................................................................. 14
3.5 Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 16
3.5.1 Reduksi Data .................................................................... 16
3.5.2 Data Display (Penyajian Data) ......................................... 16
3.5.3 Penarikan Kesimpulan ...................................................... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 19
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 93
5.1 Simpulan ..................................................................................... 93
5.2 Saran .......................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 94
LAMPIRAN ....................................................................................................... 110

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Wilayah Kecamatan Sepang..................................................................11


Gambar 2 Contoh Penyajian Data ..........................................................................17
Gambar 3 Penggunaan Tumbuhan Berkhasiat Obat ..............................................31
Gambar 4 Pengolahan Tumbuhan Berkhasiat Obat ...............................................32
Gambar 5 Hasil Studi Pustaka Tumbuhan Berkhasiat Obat ..................................33
Gambar 6 Tumbuhan Jambu Biji ...........................................................................34
Gambar 7 Tumbuhan Nangka Belanda ..................................................................36
Gambar 8 Tumbuhan Pucuk Kapuk .......................................................................38
Gambar 9 Tumbuhan Mengkudu ...........................................................................40
Gambar 10 Tumbuhan Pudak.................................................................................42
Gambar 11 Tumbuhan Lidah Buaya ......................................................................45
Gambar 12 Tumbuhan Sampang Seribu ................................................................47
Gambar 13 Tumbuhan Uru Mutiara .......................................................................50
Gambar 14 Tumbuhan Uru Sambelum ..................................................................53
Gambar 15 Tumbuhan Kayu Manis .......................................................................55
Gambar 16 Tumbuhan Dawen Salam ....................................................................58
Gambar 17 Tumbuhan Kumis Kucing ...................................................................60
Gambar 18 Tumbuhan Bunga Tandang .................................................................63
Gambar 19 Tumbuhan Upak Bengkel....................................................................65
Gambar 20 Tumbuhan Kalanduyung .....................................................................67
Gambar 21 Tumbuhan Kayu Asem........................................................................70
Gambar 22 Tumbuhan Asem Kayu Hutan .............................................................72
Gambar 23 Tumbuhan Palis Antang ......................................................................74
Gambar 24 Tumbuhan Dawen Jawau Panjang ......................................................76
Gambar 25 Tumbuhan Sawang Bahandang ...........................................................78
Gambar 26 Tumbuhan Uru Belanda ......................................................................79
Gambar 27 Tumbuhan Tingen ...............................................................................81
Gambar 28 Tumbuhan Kakambat ..........................................................................83
Gambar 29 Tumbuhan Lombok Rawit ..................................................................85

x
Gambar 30 Tumbuhan Kayu Tuntung ...................................................................87
Gambar 31 Tumbuhan Tewukak ............................................................................88
Gambar 32 Tumbuhan Bajakah Tengang .............................................................90

xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pedoman Observasi ..................................................................................14
Tabel 2 Pedoman Wawancara ................................................................................14
Tabel 3 Contoh penyajian data tumbuhan didukung literatur sesuai empiris ........17
Tabel 4 Contoh penyajian data tumbuhan tanpa literatur sesuai empiris...............17
Tabel 5 Khasiat empiris tumbuhan didukung sesuai literatur ................................21
Tabel 6 Khasiat empiris tumbuhan tidak didukung literatur ..................................29

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Prosedur Kerja ..................................................................................110


Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ..........................................................................111
Lampiran 3 Hasil Observasi .................................................................................112
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian ....................................................................113
Lampiran 5 Pemanfaatan Tumbuhan Berkhasiat Obat ........................................114
Lampiran 6 Herbarium Kering .............................................................................115
Lampiran 7 Surat Pengantar Determinasi ............................................................118
Lampiran 8 Surat Hasil Determinasi ....................................................................119

xiii
ETNOFARMAKOLOGI DAN INVENTARISASI TUMBUHAN
OBAT DI KECAMATAN SEPANG
KABUPATEN GUNUNG MAS

LEA PASHA
19.71.021599

Program Studi DIII Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

ABSTRAK

Etnofarmakologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kegunaan


tumbuhan yang memiliki efek farmakologi yang dalam hubungannya dengan
pengobatan dan pemeliharaan kesehatan suatu suku bangsa. Penelitian ini
dilakukan di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas, hal ini dilakukan karena
masyarakat di Kecamatan Sepang masih menggunakan tumbuhan obat sebagai
pengobatan untuk penyembuhan penyakit secara turun-temurun. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui jenis tumbuhan, bagian yang digunakan, cara
pengolahan dan apakah khasiat secara empiris didukung oleh data hasil penelitian.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan rancangan
deskriptif, teknik pada pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara
dan dokumentasi. Hasil penelitian didapatkan 27 jenis tumbuhan berkhasiat obat
yang digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit yaitu Jambu Biji,
Nangka Belanda, Pucuk Kapuk, Mengkudu, Pudak, Lidah Buaya, Sampang
Seribu, Uru Mutiara, Uru Sambelum, Kayu Manis, Dawen Salam, Kumis Kucing,
Bunga Tandang, Upak Bengkel, Kalanduyung, Palis Antang, Uru Belanda,
Tingen, Dawen Jawau Panjang, Kakambat, Sawang, Lombok Rawit, Kayu
Tuntung, Tewukak, Kayu Asem, Bajakah Tengang, Asem Kayu Hutan. Bagian
tumbuhan yang digunakan yaitu kulit batang, akar, batang dan yang paling banyak
digunakan adalah bagian daun. Cara pengolahannya yaitu dibakar, ditumbuk,
dikonsumsi langsung, dipakai langsung dan yang paling sering adalah diolah
dengan cara direbus. Khasiat empiris dari tumbuhan berkhasiat obat yang
digunakan yaitu 67% khasiat empiris didukung data penelitian, 33% khasiat
empiris tidak didukung data penelitian.

Kata kunci: Etnofarmakologi, inventarisasi, tumbuhan berkhasiat obat, Sepang,


Gunung Mas

xiv
ETNOPHARMACOLOGY AND INVENTORY OF MEDICINE
PLANTS IN SEPANG DISTRICT,
GUNUNG MAS REGENCY

LEA PASHA
19.71.021599

Department of Pharmacy, Faculty of Health Sciences


University Muhammadiyah Palangkaraya

ABSTRACT

Ethnopharmacology is the study of the use of plants that have


pharmacological effects on the treatment and maintenance of the health of an
ethnic group. Medical plants from Sepang District, Gunung Mas Regency, were
known as a treatment for healing diseases from generation to generation. This
study aims to determine the types of plants, parts used, processing methods, and
whether research data empirically support the efficacy. The researcher uses a
qualitative approach with a descriptive design and data collection techniques
using observation, interviews, and documentation. The results obtained 27 types
of medicinal plants used to treat various diseases, Jambu biji, Nangka Belanda,
Pucuk Kapuk, Mengkudu, Pudak, Lidah Buaya, Sampang Seribu, Uru Mutiara,
Uru Sambelum, Kayu Manis, Dawen Salam, Kumis Kucing, Bunga Tandang,
Upak Bengkel, Kalanduyung, Palis Antang, Uru Belanda, Tingen, Dawen Jawau
Panjang, Kakambat, Sawang, Lombok Rawit, Kayu Tuntung, Tewukak, Kayu
Asem, Bajakah Tengang, Asem Kayu Hutan. The plant parts are the bark, roots,
and stems, and the leaves' most widely used feature. The processing method is
burned, ground, consumed directly, use directly, and most often processed by
boiling. Empirical efficacy of medicinal plants used, namely 67% supported by
research data, 33% not backed by research data.

Keyword: Etnopharmacology, inventory, medicinal plants, Sepang, Gunung Mas

xv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etnofarmakologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kegunaan
tumbuhan yang memiliki efek farmakologi yang dalam hubungannya dengan
pengobatan dan pemeliharaan kesehatan suatu suku bangsa. Etnofarmakologi atau
pengobatan tradisional mampu memberikan informasi yang sangat berguna
sebagai langkah awal peneliti serta dapat mengumpulkan informasi pengobatan
dari etnis tertentu (Sintha, 2012).
Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang memiliki khasiat obat dan digunakan
sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Pengertian
berkhasiat obat adalah karena mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati
penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi mengandung
efek resultan atau sinergi dari berbagai zat yang berfungsi mengobati (Bahalwan
& Nina, 2018).
Penggunaan tumbuhan obat dalam penyembuhan penyakit adalah bentuk
pengobatan tertua di dunia, penggunaan tumbuhan obat sudah dilakukan oleh
manusia sejak dikenalnya proses meramu dan masih berlangsung hingga saat ini.
Setiap suku terdapat beranekaragam pemanfaatan tumbuhan yang dijadikan
sebagai pengobatan tradisional yang diturunkan secara turun-temurun kepada
generasi selanjutnya dan merupakan warisan budaya bangsa.
Menurut Makalalag (2014) tumbuhan obat merupakan tumbuhan yang
penggunaan utamanya untuk keperluan obat-obatan tradisional. Pemanfaatan jenis
tumbuhan obat merupakan salah satu kebiasaan masyarakat karena tumbuhan obat
bersifat alami daripada penggunaan obat modern. Menurut Harmida et al. (2011)
tumbuhan obat adalah segala jenis tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat
baik dalam membantu memelihara kesehatan maupun pengobatan sesuai penyakit.
Suku Dayak adalah salah satu kelompok besar penduduk asal atau sering
disebut “Penduduk Asli” pulau Kalimantan. Pulau Kalimantan Tengah merupakan
2

salah satu provinsi yang masyarakatnya hingga saat ini adalah Suku Dayak dan
ada juga Suku Jawa, Suku Banjar, Suku Batak, Suku Madura, Suku Bugis yang
tinggal di Kalimantan Tengah. Tumbuhan obat bukan merupakan hal yang asing
bagi masyarakat Suku Dayak di Kalimantan Tengah. Tumbuhan obat hingga saat
ini menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat Suku Dayak di Kalimantan Tengah
dalam terapi pengobatan (Pitoyo & Triwahyudi, 2017).
Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah
penduduk aslinya adalah Suku Dayak Ngaju yang mendiami sepanjang bantaran
sungai Kahayan. Sepang merupakan salah satu Kecamatan yang masyarakatnya
masih memanfaatkan dan menggunakan tumbuhan sebagai salah satu obat
tradisional untuk menyembuhkan penyakit. Masyarakat di Kecamatan Sepang
memanfaatkan tumbuhan sebagai obat tradisional yang sudah diketahui khasiat
dan kegunaannya yang didapat dari pengalaman nenek moyang yang bersifat
secara turun-temurun. Sehingga pengobatan tradisional masih menjadi salah satu
solusi utama yang dipilih masyarakat Suku Dayak Ngaju dalam memelihara
kesehatan.
Pengetahuan lokal mengenai penggunaan tumbuhan berkhasiat obat yang
ada di Kecamatan Sepang masih belum terdokumentasi dengan baik. Pengetahuan
lokal tersebut biasanya hanya disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi.
Masih banyak masyarakat Sepang Kabupaten Gunung Mas menggunakan
tumbuhan sebagai obat tradisional yang tidak terdata dan terdokumentasi,
sehingga membuat peneliti tertarik untuk mengetahui berbagai macam khasiat dan
kegunaan tumbuhan. Peneliti juga merasa perlu untuk melakukan studi pustaka
terhadap khasiat empiris dari tumbuhan tersebut sehingga dapat diketahui bahwa
khasiat empiris tumbuhan yang selama ini digunakan oleh masyarakat Sepang
telah didukung dengan adanya data hasil penelitian yang berupa kajian ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan Masalah dari penelitian ini adalah:
1. Apa saja jenis tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan oleh masyarakat Suku
Dayak Ngaju di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas?
3

2. Bagian tumbuhan apa saja yang digunakan dalam pengobatan oleh masyarakat
Suku Dayak Ngaju di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas?
3. Bagaimana cara pengolahan tumbuhan berkhasiat obat oleh masyarakat Suku
Dayak Ngaju di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas?
4. Apakah khasiat empiris tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Suku
Dayak Ngaju di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas didukung dengan
data hasil penelitian?

1.3 Batasan Masalah


Dalam penelitian ini, masalah yang diteliti adalah inventarisasi tumbuhan
berupa nama, bagian, cara pengolahan dan khasiatnya secara empiris, serta
pendataan khasiat tumbuhan tersebut secara farmakologi dan perbandingannya
dengan khasiat empiris yang telah di data.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mendapatkan data jenis tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan oleh
masyarakat Suku Dayak Ngaju di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas.
2. Untuk mendapatkan data mengenai bagian tumbuhan berkhasiat obat yang
digunakan oleh masyarakat Suku Dayak Ngaju di Kecamatan Sepang
Kabupaten Gunung Mas.
3. Untuk mendapatkan data mengenai cara pengolahan tumbuhan berkhasiat obat
oleh masyarakat Suku Dayak Ngaju di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung
Mas.
4. Untuk mengetahui apakah khasiat empiris tumbuhan berkhasiat obat yang
digunakan oleh masyarakat Suku Dayak Ngaju di Kecamatan Sepang
Kabupaten Gunung Mas didukung dengan data hasil penelitian.
4

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Bagi peneliti dapat menambah wawasan, pengalaman, serta ilmu
pengetahuan mengenai penggunaan tumbuhan berkhasiat obat di Kecamatan
Sepang Kabupaten Gunung Mas.
2. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa menjadi bahan acuan atau referensi untuk penelitian
selanjutnya mengenai penggunaan tumbuhan berkhasiat obat di Kecamatan
Sepang Kabupaten Gunung Mas.
3. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat sebagai sarana informasi dan dokumentasi mengenai
tumbuhan berkhasiat obat di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Inventarisasi
Inventarisasi adalah serangkaian kegiatan untuk melakukan pendataan,
pencatatan, pelaporan hasil pendataan dan mendukomentasikan pada suatu waktu
tertentu (Sugiama, 2013). Inventarisasi tumbuhan merupakan suatu kegiatan untuk
mengelompokkan data maupun mengelompokkan suatu jenis tumbuhan yang ada
pada suatu wilayah (Ahsan & Diena, 2010).
Inventarisasi merupakan kegiatan yang terdiri dari dua aspek, yaitu
inventarisasi fisik dan yuridis. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, jumlah,
jenis, alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan,
masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan. Proses kerja yang dilakukan
adalah pendataan, kodifikasi, pengelompokkan dan pembukuan (Siregar, 2004).

2.2 Etnofarmakologi
Etnofarmakologi berasal dari tiga kata yaitu ethos (Yunani) yang berarti
rakyat atau bangsa, pharmakon (Yunani) yang artinya obat dan logos berarti ilmu,
sehingga etnofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunaan
tumbuhan atau hewan yang memiliki efek farmakologi dalam hubungannya
dengan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan oleh suatu suku bangsa.
Etnofarmakologi terkait dengan beberapa bidang ilmu, seperti ilmu botani, ilmu
farmasi dan aspek sosial serta kultur budaya masyarakat. Kajian etnofarmakologi
merupakan kajian yang membahas tentang senyawa metabolit sekunder yang
terkandung dalam suatu bahan (Leonardo, 2012).
Etnofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunaan tanaman
yang memiliki efek farmakologi yang memiliki hubungan dengan pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan oleh masyarakat sekitar (suku). Etnofarmakologi ini
merupakan cabang dari etnobotani yang mempelajari tentang pengobatan. Kajian
etnofarmakologi adalah kajian tentang tanaman yang berfungsi sebagai obat atau
6

ramuan yang diolah oleh penduduk sekitar dan digunakan sebagai pengobatan
(Hadju et al., 2016).
Etnofarmakologi merupakan cabang ilmu dari etnobotani. Etnobotani
merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari-
hari adat atau suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai data botani
taksonomi saja, tetapi juga menyangkut pengetahuan botani yang bersifat
kedaerahan, berupa tinjauan interpretasi dan asosiasi yang mempelajari hubungan
timbal balik antar manusia dengan tanaman, serta menyangkut pemanfaatan
tanaman tersebut lebih diutamakan untuk kepentingan budaya dan kelestarian
alam (Hartanto, 2014).

2.3 Tumbuhan Obat


Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang memiliki khasiat obat dan digunakan
sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Pengertian
berkhasiat obat adalah mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit
tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tetapi mengandung efek
resultan atau Sinergi dari berbagai zat yang berfungsi mengobati (Hartanto, 2014).
Menurut Makalalag (2014) tumbuhan obat merupakan tumbuhan yang
penggunaan utamanya untuk keperluan obat-obatan tradisional. Pemanfaatan jenis
tumbuhan obat merupakan salah satu kebiasaan masyarakat karena tumbuhan obat
bersifat alami daripada penggunaan obat modern.
Penggunaan tumbuh-tumbuhan obat dalam menyembuhkan adalah bentuk
pengobatan tertua di dunia. Setiap budaya di dunia memiliki sistem pengobatan
dengan cara menggunakan Herbalife yang khas dan di setiap daerah dijumpai
berbagai macam jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat (Latief, 2012).
Tumbuhan obat adalah jenis tumbuhan obat yang diketahui atau dipercayai
mempunyai khasiat obat yang dikelompokkan menjadi:
1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu: jenis tumbuhan obat yang diketahui atau
dipercaya oleh masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan
sebagai bahan baku obat tradisional.
7

2. Tumbuhan obat modern, yaitu: jenis tumbuhan yang secara ilmiah telah
dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan
penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.
3. Tumbuhan obat potensial, yaitu: jenis tumbuhan obat yang diduga mengandung
senyawa atau bahan aktif yang berkhasiat obat tetapi belum dibuktikan secara
ilmiah atau penggunaannya sebagai obat tradisional sulit ditelusuri (Nursiyah,
2013).

2.4 Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Obat


Pengetahuan tentang tumbuhan berkhasiat obat ini sudah lama dimiliki oleh
nenek moyang kita dan hingga saat ini telah banyak yang terbukti secara cara
ilmiah. Pemanfaatan tumbuhan obat Indonesia akan terus meningkat mengingat
kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai jamu.
Bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat terdiri dari kulit
(cortex), daun (folium), bunga (flos), akar (radix), umbi (bulbus), rimpang
(rhizome), buah (fructus), kulit buah (perikarpium), biji (semen) (Nugroho, 2010).
Bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat terdiri dari
sebagai berikut:
1. Kulit (cortex)
Kulit adalah bagian terluar dari tumbuhan tingkat tinggi yang berkayu. dibatasi
di bagian luar oleh epidermis dan dibagian dalam oleh endodermis. Korteks
tersusun dari jaringan penyokong yang tidak terdiferensiasi dan menyusun
jaringan dasar.
2. Daun (folium)
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari ranting,
biasanya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai
penangkap energi dari cahaya matahari untuk fotosintesis. Daun merupakan
bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku ramuan
obat tradisional maupun minyak atsiri.
8

3. Bunga (flos)
Bunga merupakan modifikasi suatu tunas (batang dan daun) yang bentuk,
warna, dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan. Bunga
adalah alat perkembangbiakan secara generatif pada tumbuhan. Bunga yang
dimanfaatkan sebagai obat dapat berupa bunga tunggal atau majemuk bagian
bunga majemuk serta komponen penyusun bunga.
4. Akar (radix)
Akar adalah bagian pangkal tumbuhan pada batang yang berada dalam tanah
dan tumbuh menuju pusat bumi. Akar yang dimanfaatkan sebagai obat dapat
berupa akar yang berasal dari jenis tumbuhan yang umumnya berbatang lunak
dan memiliki kandungan air yang tinggi.
5. Umbi (bulbus)
Umbi adalah akar yang membesar dan memiliki fungsi untuk menyimpan suatu
zat tertentu dari tanaman. Bentuk ukuran umbi bermacam-macam tergantung
dari jenis tumbuhannya. Umbi yang dimanfaatkan sebagai obat dapat berupa
potongan atau rajangan umbi lapis umbi akar atau umbi batang.
6. Rimpang (rhizome)
Rimpang adalah batang yang tumbuh di dalam tanah yang kemudian
menumbuhkan tunas-tunas yang menjadi anakan dan kemudian tumbuh
bersama-sama dalam rumpun yang besar untuk menumbuhkan umbi. Rimpang
yang dimanfaatkan sebagai obat dapat berupa potongan-potongan atau irisan.
7. Buah (fructus)
Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan
lanjutan dari bakal buah atau ovarium. Buah biasanya membungkus dan
melindungi biji titik buah yang dimanfaatkan sebagai obat dapat berupa buah
lunak dan ada pula buah yang keras. Buah yang lunak akan menghasilkan
simplisia dengan bentuk dan warna yang sangat berbeda khususnya bila buah
masih dalam keadaan segar
9

8. Kulit buah (perikarpium)


Kulit buah merupakan lapisan terluar dari buah yang dapat dikupas, sama
halnya dengan simplisia buah, simplisia kulit buah pun ada yang lunak keras
bahkan ada pula yang ulet dengan bentuk bervariasi.
9. Biji (semen)
Bakal biji (ovolum) dihasilkan dari tumbuhan berbunga yang telah masak. Biji
dapat terlindung oleh organ (buah pada Angiospermae atau Magnoliophyta)
atau tidak terlindungi (pada Gymnospermae). Biji yang dimanfaatkan sebagai
obat dapat berupa biji yang telah masak sehingga umumnya sangat keras.
Bentuk dan ukuran simplisia biji pun bermacam-macam tergantung dari jenis
tumbuhan (Kurdi, 2010).
Habitus tanaman yang sering digunakan dalam melakukan pengobatan
terdiri:
1. Pohon
Pohon adalah tumbuhan berkayu yang tinggi besar, memiliki satu batang yang
jelas dan bercabang jauh dari permukaan.
2. Perdu
Tumbuhan berkayu yang tidak seberapa besar dan bercabang dekat dengan
permukaan.
3. Herba
Herba adalah tumbuhan tidak berkayu dengan batang lunak dan berair.
4. Liana
Liana adalah tumbuhan berkayu dengan batang menjalar atau memanjat pada
tumbuhan lain.
5. Tumbuhan merambat
Herba yang merambat pada tumbuhan lain atau benda lain.
6. Semak
Tumbuhan yang tidak seberapa besar batang berkayu bercabang-cabang dekat
permukaan tanah dan atau di dalam tanah.
10

7. Rumput
Tumbuhan dengan batang yang tidak keras, mempunyai ruas-ruas yang nyata
dan seringkali berongga (Yatias, 2015).

2.5 Kandungan Bioaktif Tumbuhan Obat


Tanaman obat atau biofarmaka didefinisikan sebagai jenis tanaman yang
sebagian seluruh tanaman dan atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai
obat bahan atau ramuan obat-obatan. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari
selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat zat atau bahan-bahan nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan atau diisolasikan dari tanamannya (Utami,
2010).
Tumbuhan obat merupakan sumber senyawa bioaktif yang berkhasiat
mengobati berbagai jenis penyakit. Hingga saat ini, sumber alam nabati masih
tetap merupakan sumber bahan kimia baru yang tidak terbatas baik senyawa isolat
murni yang dipakai langsung (misalnya alkaloida, morfin, papaverine) maupun
melalui derivatisasi menjadi senyawa bioaktif keturunan yang lebih baik, dalam
arti lebih potensial dan lebih aman (Chasanah, 2010).
Tumbuhan yang berkhasiat obat sebagian besar memiliki aroma khas
dikarenakan adanya kandungan minyak atsiri sedangkan adanya kandungan
alkaloid yang tinggi dan kandungan senyawa tanin menjadikan tumbuhan yang
mengandung senyawa ini memiliki rasa yang tepat dan pahit. Selain itu, pada akar
tumbuhan mengandung banyak air dan serat (Hapsoh & Hasanah, 2011).

2.6 Gambaran Umum Lokasi Penelitian: Kecamatan Sepang Kabupaten


Gunung Mas Kalimantan Tengah
Kecamatan Sepang merupakan salah satu dari 12 kecamatan yang ada di
wilayah Kabupaten Gunung Mas dengan luas wilayah 397 Km2. Desa/Kelurahan
yang ada di Kecamatan Sepang yaitu Desa Pematang Limau, Tampelas, Sepang
Kota, Sepang Simin, Tewai Baru, Tanjung Karitak dan Rabauh (BPS, 2020).
11

Gambar 1. Wilayah Kecamatan Sepang (Map of Sepang Subdistrict) (BPS,


2017)
12

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan rancangan
penelitian deskriptif. Menurut Moleong (2011) penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku resepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain
secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan pemanfaatan berbagai metode
alamiah. Menurut Strauss dan Corbin (2007) penelitian kualitatif merupakan jenis
penelitian yang temuannya tidak bisa diperoleh melalui prosedur statistik atau
bentuk hitungan lainnya. Meskipun datanya dapat dihitung dan disampaikan
dalam angka-angka sebagaimana dalam sensus, analisis datanya bersifat kualitatif.
Penelitian kualitatif merujuk pada analisis data non-matematis. Prosedur ini
menghasilkan temuan yang diperoleh melalui data-data yang dikumpulkan dengan
beragam sarana, antara lain wawancara, pengamatan, dokumen atau arsip, dan tes.
Penelitian kualitatif dalam penelitian ini yaitu dengan meneliti perilaku
penggunaan Tumbuhan Berkhasiat Obat Oleh masyarakat Kecamatan Sepang
Kabupaten Gunung Mas.
Menurut Nazir (2011) metode deskriptif adalah studi yang menentukan
fakta dengan interpretasi yang tepat di mana didalamnya termasuk studi untuk
melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena kelompok dan
individu serta studi untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk
meminimalisasikan bias dan memaksimalkan reabilitas. Dalam penelitian ini
deskriptif yang digunakan yaitu dengan mendeskripsikan penggunaan tumbuhan
berkhasiat obat di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas berupa bagian
yang digunakan, khasiat empiris, cara pengolahan, aturan pakai, dan literatur
sesuai khasiat empiris.
13

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Desember tahun 2021
sampai dengan bulan Mei tahun 2022. Tempat penelitian yaitu di Kecamatan
Sepang Kabupaten Gunung Mas.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pengobat tradisional di Kecamatan
Sepang Kabupaten Gunung Mas.

3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pengobat tradisional Suku Dayak Ngaju
di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas. Teknik pengambilan sampel
sumber data dalam penelitian ini yaitu purposive sampling dan dikembangkan
menggunakan teknik snowball sampling. Teknik purposive sampling merupakan
teknik pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini teknik purposive sampling digunakan
untuk menentukan kriteria dari informasi kunci. Kriteria informan yang
diinginkan oleh peneliti yaitu pengobat tradisional Suku Dayak Ngaju tinggal dan
menetap di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas dan dianggap paling
mengetahui serta menggunakan tumbuhan berkhasiat obat sebagai pengobatan.
Teknik snowball sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang
mula-mulanya dalam jumlah kecil, kemudian membesar (Sugiyono, 2013).
Teknik snowball sampling dalam penelitian ini digunakan untuk mengembangkan
informan berdasarkan rekomendasi dari informan kunci yang telah didapatkan
dengan menggunakan teknik purposive sampling sebelumnya. Pemilihan
informan dengan menggunakan snowball sampling bertujuan untuk mendapatkan
data sebanyak mungkin sesuai dengan tujuan penelitian sehingga data yang
diambil benar-benar dapat mewakili. Dalam penelitian ini didapatkan 2 (dua)
orang informan yaitu, 1 (satu) orang sebagai informasi kunci, kemudian 1 (satu)
orang sebagai informan yang telah direkomendasikan oleh informan kunci.
14

3.4 Teknik Pengumpulan Data


3.4.1 Instrumen Penelitian
a. Pedoman Observasi
Tabel 1. Pedoman Observasi

Identitas Informan
No Nama Usia Profesi
1

b. Pedoman Wawancara
Tabel 2. Pedoman Wawancara
No Nama Bagian Khasiat Cara Aturan Lama
Tumbuhan digunakan Empiris Pengolahan Pakai Penggunaan
1 a. Lokal
b. Umum
c. Latin

c. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, alat
perekam, kantong plastik, gunting, isolatif transparan, sasak, pliwot, kertas
koran atau kertas hvs, kertas label, kertas karton, penggaris, dan pedoman
wawancara yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Bahan yang
digunakan di dalam penelitian ini yaitu alkohol dan formalin.

3.4.2 Prosedur Kerja


1. Observasi
Metode observasi dilakukan untuk memperoleh informasi dan
gambaran yang jelas apabila belum banyak keterangan dimiliki tentang
masalah yang akan diselidiki. Sehingga dari hasil observasi yang didapat akan
diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalah penelitian (Nasution,
2011). Observasi merupakan tahapan awal dari penelitian yang dilakukan di
Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas yaitu dengan mencari informasi
15

tentang pengobat tradisional yang memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat di


daerah tersebut. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar panduan
observasi yang tersedia pada tabel 1.
2. Wawancara
Metode wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data
yang umum digunakan untuk mendapatkan data berupa keterangan dari
informan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara secara terstruktur yaitu dengan mewawancarai informan,
kemudian pertanyaan tersebut satu persatu diperdalam untuk mencari
informasi atau keterangan lebih lanjut (Sugiyono, 2010). Wawancara yang
dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara pada Tabel 2. Berdasarkan data
hasil wawancara ini, peneliti memperoleh data tumbuhan berkhasiat obat yang
digunakan oleh masyarakat suku Dayak Ngaju di Kecamatan Sepang
Kabupaten Gunung Mas.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah informasi yang berasal dari catatan penting
baik dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan, dokumentasi bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang
(Hamidi 2004; Sugiyono 2013). Dokumentasi Penelitian ini merupakan
pengambilan gambar atau foto dari objek yang diamati oleh peneliti untuk
memperkuat data yang diperoleh. Gambar atau foto yang diharapkan dapat
menghasilkan data deskriptif yang penting dan sesuai dengan objek yang
diamati.
4. Pembuatan Herbarium Kering
Pembuatan herbarium kering dilakukan pada tumbuhan yang belum
diketahui nama latinnya. Proses pembuatan herbarium kering terdiri dari
empat tahap yaitu: pengumpulan sampel, pengeringan, pengawetan dan
pembuatan herbarium (Steenis, 2005). Proses pertama dalam pembuatan
herbarium adalah koleksi sampel dari lokasi penelitian. Sampel diberi alkohol
dan direkatkan pada kertas koran atau kertas hvs, selanjutnya dijepit dengan
menggunakan sasak (penjepit) dan diberikan beban hingga kering, setelah
16

kering sampel dapat keluarkan dari sasak dan bungkusan kertas koran atau
kertas hvs lalu ditempelkan dalam lipatan kertas karton, rekatkan dengan
isolatif transparan dan oleskan dengan formalin.
5. Determinasi
Determinasi dilakukan pada tumbuhan yang belum diketahui nama
latinnya, dengan cara mengirim herbarium kering tumbuhan ke Laboratorium
Pembelajaran Biologi Gedung Laboratorium Terpadu UAD. Determinasi
dilakukan untuk mengetahui jenis atau spesies dari tumbuhan berkhasiat obat
yang diperlukan pada saat studi pustaka efek farmakologis yang dihasilkan.
Berikut lampiran hasil determinasi dapat dilihat pada lampiran. 8
6. Studi Pustaka
Studi pustaka (study literatur) dilakukan dengan menggunakan nama
latin tumbuhan. Sumber informasi yang dapat digunakan peneliti sebagai
bahan studi kepustakaan, yaitu melalui searching articles dengan
menggunakan google scholer kemudian dari hasil studi pustaka yang
dilakukan, peneliti menghubungkan dengan khasiat empiris dari tumbuhan
tersebut.
3.5 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang dilakukan untuk penelitian ini secara umum dibagi dalam
tiga tahap yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.

3.5.1 Reduksi Data


Reduksi data merupakan kegiatan merangkum dan memilih hal-hal pokok
dan memfokuskan kepada hal-hal yang penting saja sehingga dengan adanya
reduksi data ini, maka akan lebih jelas dan terarah gambaran bagaimana
penggunaan tumbuhan berkhasiat obat di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung
Mas.

3.5.2 Data Display (Penyajian Data)


Penyajian data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik
yaitu dengan format tabel 3 tabel 4 dan gambar 2. Berikut:
17

Tabel 3. Contoh penyajian data tumbuhan didukung literatur sesuai empiris.


No Nama Tumbuhan Bagian Khasiat Cara Aturan Literatur
Obat digunakan Empiris Pengolahan Pakai sesuai
khasiat
empiris
1 a. Lokal
b. Umum
c. Latin

Tabel 4. Contoh penyajian data tumbuhan tanpa literatur sesuai empiris


No Nama Tumbuhan Bagian Khasiat Cara Aturan
Obat digunakan Empiris Pengolahan Pakai
1 a. Lokal
b. Umum
c. Latin

A B C D

Gambar 2. Contoh Penyajian Data


Penyajian hasil inventarisasi tumbuhan berkhasiat obat akan dibuat dalam
bentuk rincian dengan format berikut:
1. Nama lokal tumbuhan (Nama latin tumbuhan)
Foto tumbuhan
18

a. Klasifikasi
b. Morfologi
c. Khasiat empiris
d. Kandungan kimia
e. Khasiat farmakologis
1) Khasiat farmakologi sesuai empiris
2) Khasiat farmakologis lainnya

3.5.3 Penarikan Kesimpulan


Setelah penyajian data dilakukan, berikutnya adalah menyusun pembahasan.
Dalam pembahasan peneliti dapat memberikan tafsiran, argument, menemukan
makna dan mencari hubungan antara satu komponen dengan komponen yang lain
serta dikaitkan dengan beberapa teori pendukung (Machfoedz, 2011). Dalam
penelitian kualitatif analisis data dilakukan sejak penelitian tersebut dilakukan,
oleh karena itu data yang diperoleh dari lapangan segera disalin dalam bentuk
tulisan dan kemudian dianalisis.
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode triangulasi data, yaitu
peneliti menggunakan berbagai sumber data yang dapat digunakan selama riset
atau penelitian dilakukan. Pada penelitian ini triangulasi yang dilakukan adalah
menyimpulkan dari hasil analisis data mengenai penggunaan tumbuhan berkhasiat
obat di Kecamatan Sepang. Dari hasil triangulasi data tersebut akan didapatkan
hubungan antara khasiat empiris dan penelitian ilmiah tentang tumbuhan
berkhasiat obat asal Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas sebagai obat
tradisional.
19

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai etnofarmakologi dan inventarisasi tumbuhan obat di


Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas telah dilakukan oleh peneliti.
Penelitian ini dilakukan dengan menyerahkan surat ijin penelitian kepada Camat
yang memimpin di Kecamatan Sepang, setelah surat ijin penelitian di terima oleh
Camat Sepang kemudian Camat Sepang mengeluarkan surat keterangan
melakukan penelitian di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas. Setelah
mendapatkan persetujuan dari Camat Sepang kemudian peneliti melakukan
observasi penelitian dengan menggali informasi mengenai pengobat tradisional
yang ada di Kecamatan Sepang berdasarkan rekomendasi dari masyarakat yang
ada di Kecamatan Sepang. Peneliti kemudian mengumpulkan data dengan
melakukan wawancara terhadap 2 orang informan yaitu Ibu R dan Bapak D yang
merupakan seorang pengobat tradisional suku Dayak Ngaju, tinggal dan menetap
di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas dan yang paling mengetahui serta
menggunakan tumbuhan berkhasiat obat sebagai pengobatan secara turun
temurun. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara, didapatkan hasil 27 jenis tumbuhan
berkhasiat obat yang berasal dari Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas.

Tumbuhan yang telah diketahui nama latinnya kemudian dilakukan studi


pustaka untuk mengetahui sejauh mana penelitian pada tumbuhan tersebut telah
dilakukan, tumbuhan yang belum diketahui nama latinnya kemudian dilakukan
determinasi untuk mengetahui nama latinnya dengan dikirimkan ke Laboratorium
Pembelajaran Biologi Gedung Laboratorium Terpadu Universitas Ahmad Dahlan.
Terdapat 3 jenis tumbuhan yang tidak diketahui nama latinnya, yaitu tumbuhan
kayu asem, bajakah tengang dan asem kayu hutan. Peneliti kemudian
mengumpulkan sampel tumbuhan tersebut dan sampel tumbuhan diolah menjadi
herbarium kering untuk keperluan determinasi. Sampel yang dibuat menjadi
herbarium dibersihkan terlebih dahulu menggunakan alkohol pada bagian daun,
20

batang hingga akar, kemudian sampel direkatkan pada kertas koran atau kertas
hvs, selanjutnya disusun dan dijepit dengan menggunakan sasak (penjepit)
kemudian diberikan beban. Sampel tumbuhan yang telah disasak tersebut
dikeluarkan dan ditempelkan pada kertas karton dan selanjutnya diolesi
menggunakan formalin. Sampel tumbuhan yang telah diolah menjadi herbarium
kering diberikan keterangan mulai dari bagian daun, batang dan akar. Sampel
kemudian dikemas dan dikirimkan ke Laboratorium Pembelajaran Biologi
Gedung Laboratorium Terpadu UAD untuk dilakukan determinasi.
21

Tabel 5. Khasiat empiris tumbuhan didukung sesuai literatur

No Nama Tumbuhan Obat Bagian Khasiat Empiris Cara Pengolahan Aturan Pakai Literatur sesuai khasiat
digunakan empiris
1. a. Lokal: Jambu Biji Daun Mengobati Daun pucuk jambu Air rebusan daun (Ujan et al., 2019)
b. Umum: Jambu Biji diare direbus dengan air pucuk jambu
c. Latin: Psidium hingga mendidih diminum 3 x sehari Judul: Terapi Ekstrak
guajava L. secukupnya Daun Jambu Biji
(Psidium guajava L.)
Terhadap Penyembuhan
Diare pada Sapi Bali.

2. a. Lokal: Nangka Daun Menurunkan Daun sirsak direbus Air rebusan daun (Yuniarti et al., 2016)
Belanda kolesterol 3 gelas air sampai sirsak diminum 3 x
b. Umum: Sirsak mendidih hingga sehari 1 gelas Judul: Potensi Ekstrak
c. Latin: Annona tersisa 1 gelas Air Daun Sirsak Sebagai
muricata L. Penurun Kolesterol dan
Pengendali Bobot Badan

3. a. Lokal: Pucuk Kapok Daun Mengobati Daun Pucuk kapok Air pucuk kapok (Parhan & Niva, 2021)
b. Umum: Kapuk batu ginjal dihaluskan dengan diminum 2-3 x
Randu cara diblender atau sehari Judul: Efek Antipiretik
c. Latin: Ceiba ditumbuk secukupnya Ekstrak Etanol Daun
pentandra kemudian diberi Randu (Ceiba pentandra
sedikit air matang (L.)Gaertn.) Terhadap
dan disaring Tikus Putih Jantan
(Rattus norvegicus)
22

4. a. Lokal: Mengkudu Daun Mengobati Daun Mengkudu Daun Mengkudu (Sabirin & Euis, 2019).
b. Umum: Mengkudu keseleo diberikan sedikit ditempelkan pada
c. Latin: Morinda minyak kemudian kaki atau tangan Judul: Effect of Topical
citrifolia L. dibakar/dipanaskan yang keseleo Noni (Morinda citrifolia
sebentar dengan secukupnya L.) Leaf Extract Paste in
api Carrageenan-induced
Paw Edema on Wistar
Rats

5. a. Lokal: Pudak Daun dan Mengobati Daun dan akar Air pandan wangi (Maatiri et al., 2020)
b. Umum: Pandan akar menurunkan pandan direbus diminum 2-3 x
Wangi kolesterol dengan air hingga sehari 1 gelas Judul: Uji Efektivitas
c. Latin: Pandanus mendidih secukupnya Infus Daun Pandan
amaryllifolius R. Wangi (Pandanus
amaryllifolius R.)
Terhadap Kadar
Kolesterol Dalam Darah
Pada Tikus Putih Rattus
novergicus

6. a. Lokal: Lidah Buaya Daun Mengobati Daun Lidah buaya Daun lidah buaya (Abidin et al., 2021)
b. Umum: Lidah Buaya luka bakar dibuka dan diambil diolesi secukupnya
c. Latin: Aloe vera lendirnya Judul: Efektivitas
kemudian ditempel Pemberian Lidah Buaya
pada luka bakar Pada Pasien Luka Bakar
Di Yosowilangun
Lamujang
23

7. a. Lokal: Sampang Batang Mengobati Batang sampan Getah batang (Garakia et al., 2020)
seribu pembengkakan seribu dipatahkan sampang seribu
b. Umum: Tanaman akibat kemudian diambil dioleskan Judul: Uji Efektivitas
Patah Tulang penyengat getah batangnya secukupnya Antiinflamasi Ekstrak
c. Latin: Euphorbia Etanol Tanaman Patah
tirucalli L. Tulang (Euphorbia
tirucalli L.)

8. a. Lokal: Uru Mutiara Daun dan Mengobati Daun dan akar Air rebusan rumput (Rahman et al., 2012)
b. Umum: Rumput akar radang usus rumput Mutiara Mutiara diminum 2
Mutiara dan kanker direbus dengan air x sehari sesudah Judul:
c. Latin: Hedyotis hingga mendidih makan Uji Aktivitas
corymbose Imunoglobulin M (IgM)
Ekstrak Etanol Herba
Rumput Mutiara
(Hedyotis corymbosa)
Pada Mencit (Mus
musculus) Jantan
dengan Metode
Hemaglutinasi.
9. a. Lokal: Uru Daun Mengobati Daun Uru Daun uru (Friliana et al., 2017)
Sambelum lebam/bisul sambelum sambelum yang
b. Umum: Cocor dipanaskan di atas telah dipanaskan Judul: Inovasi Salep
Bebek api ditempelkan pada Ekstrak Cobek (Cocor
c. Latin: Kalanchoe kaki atau tangan Bebek) sebagai Obat
pinnata yang lebam atau Bisul
yang mengalami
bisul secukupnya
24

10. a. Lokal: Kayu Manis Kulit Batang Mengobati Diambil kulit bagian Air rebusan kulit (Kamal et al., 2021)
b. Umum: Kayu Manis menurunkan dalam, kulit ari kayu manis
c. Latin: kolesterol dan dibuang. Kemudian diminum 3 x sehari Judul : The Effect of
Cinnamomum asam urat di rebus dengan air 1 gelas God's Crown Fruit
burmanii B. hingga mendidih Extract and Cinnamon
Extract On Decrease
Total Cholesterol
Levels In Rats White
Male

(Putri & Ika, 2022)

Judul : Pengaruh
Pemberian Kombinasi
Ekstrak Kayu Manis
(Cinnanmomum
burmanii) Dan Daun
Salam (Syzygium
polyanthum Wight)
Terhadap Penurunan
Kadar Asam Urat Pada
Mencit Model
Hiperurisemia

11. a. Lokal: Dawen Salam Daun Mengobati Daun salam direbus Air rebusan daun (R. Siti & Hesti, 2014)
b. Umum: Daun Salam menurunkan dengan air hingga salam diminum 2 x
c. Latin: Eugenia kolesterol dan mendidih sehari sesudah Judul: Perbedaan
polyantha asam urat makan Pengaruh Antara
25

Ekstrak dan Rebusan


Daun Salam (Eugenia
Polyantha) dalam
Pencegahan Peningkatan
Kadar Kolesterol Total
pada
Tikus Sprague Dawley

Putri & Ika, 2022)

Judul : Pengaruh
Pemberian Kombinasi
Ekstrak Kayu Manis
(Cinnanmomum
burmanii) Dan Daun
Salam (Syzygium
polyanthum Wight)
Terhadap Penurunan
Kadar Asam Urat Pada
Mencit Model
Hiperurisemia

12. a. Lokal: Kumis Daun dan Mengobati Daun dan akar Air rebusan kumis (Nisak & Chylen, 2021).
Kucing infeksi saluran Kumis Kucing kucing diminum 2
akar
b. Umum: Kumis kemih direbus dengan air x sehari 1 gelas Judul : Effectiveness of
Kucing hingga mendidih sesudah makan The Antibacterial
c. Latin: Orthosiphon Activity
aristatus on Orthosiphon
26

aristatus Leaves Extract


Against Proteus
mirabilis and
Staphylococcus
saprophyticus

13. a. Lokal: Bunga Daun Mengobati Daun bunga tandang Air daun bunga (Marpaung et al., 2014)
Tandang korengan di bersihkan dan tandang digunakan
b. Umum: Miana digosok sampai 2-3 x sehari Judul : Uji Efektivitas
c. Latin: Coleus mengeluarkan air, secukupnya Sediaan Salep Ekstrak
scutellariodes (L) kemudian air daun Daun Miana
Benth bunga tandang (Coleus Scutellarioides
diteteskan pada [L] Benth.) Untuk
tangan atau kaki Pengobatan Luka Yang
yang mengalami Terinfeksi Bakteri
korengan Staphylococcus Aureus
Pada Kelinci
(Oryctolagus Cuniculus)

14. a. Lokal: Upak Kulit Batang Mengobati Kulit pohon bengkel Kulit pohon (Rahmi et al., 2021)
Bengkel jerawat diblender atau bengkel
b. Umum: Bangkal ditumbuk hingga ditempelkan Judul : Pengaruh Jenis
c. Latin: Nauclea halus kemudian secukupnya Pelarut dan Metode
subdita dicampurkan dengan Ekstraksi Terhadap
tepung bedak. Aktivitas Antibakteri
dan Penghambatan
Radikal Bebas
Ekstrak Kulit Kayu
27

Bangkal (Nauclea
subdita)

15. a. Lokal: Kalanduyung Kulit Batang Mengobati Bagian kulit dalam Kulit kalanduyung (Trisia et al., 2018)
b. Umum: Jati Belanda batuk batang kalanduyung dikunyah 2-3 x
c. Latin: Guazuma dibersihkan sehari Judul: Uji Aktivitas
ulmifolia Lamk kemudian dikunyah Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun
Kalanduyung
(Guazuma ulmifolia
Lam.) Terhadap
Pertumbuhan
Staphylococcu
aureus Dengan Metode
Difusi Cakram (Kirby-
Bauer)
16. a. Lokal: Kayu Asem Daun Mengobati luka Daun Kayu Asem Daun kayu asem (Susilowati et al., 2020)
b. Umum: Asam Jawa luar dipanaskan diatas yang telah
c. Latin: Tamarindus api dipanaskan Judul: Efektifitas Gel
indica L. ditempelkan pada Ekstrak Etanol Daun
kaki atau tangan Asam Jawa
yang mengalami (Tamarindus indica L.)
luka secukupnya Terhadap Jumlah
hingga mengering Fibroblast Pada
Proses Penyembuhan
Luka Insisi Tikus Jantan
Galur
Sprague Dawley
28

17. a. Lokal: Asem Kayu Kulit Batang Mengobati Diambil kulit bagian Air rebusan kulit (Hidayat, 2014)
Hutan menurunkan dalam kulit ari asem kayu
b. Umum: Asam Jawa kadar gula dibuang. Kemudian diminum 3 x sehari Judul: Uji Efek Ekstrak
c. Latin: Tamarindus di rebus dengan air 1 gelas Etanol 70% Kulit
indica L. hingga mendidih Batang Asam Jawa
(Tamarindus indica L.)
Terhadap Kadar
Glukosa Darah Pada
Tikus Putih Jantan
(Rattus norvegicus)
Yang Diinduksi Aloksan

18. a. Lokal: Palis Antang Daun Mengobati luka Daun Tapak Liman Air daun Tapak (Hiradeve & Rangari,
b. Umum: Tapak Liman dalam ditumbuk, kemudian Liman diminum 2- 2014)
c. Latin: Elephantopus disaring dan diambil 3 x sehari
scaber L airnya secukupnya Judul: Phytochemical
Evaluation of
Polyherbal Formulation
of
Clinacanthus nutans and
Elephantopus scaber to
Identify Flavonoids

19. a. Lokal: Dawen Jawau Akar Mengobati Akar daun singkong Air rebusan akar (Dewi, 2018)
Panjang keputihan Panjang direbus daun singkong
b. Umum: Daun dengan air hingga Panjang diminum Judul: Potensi Ekstrak
Singkong Jurai mendidih secukupnya Etanol Daun Singkong
Panjang (Manihot esculenta C.)
29

c. Latin: Manihot Terhadap Penurunan


esculenta Jumlah Jamur Candida
albicans

20. a. Lokal: Sawang Akar Mengatasi pegal Akar sawang direbus Air rebusan akar (Naher et al., 2019).
b. Umum: Hanjuang linu dengan air hingga sawang diminum 3
c. Latin: Cordyline mendidih x sehari 1 gelas Judul: Analgesic, anti-
fruticose inflammatory and anti-
pyretic activities of
methanolic extract of
Cordyline fruticosa (L.)
A. Chev. leaves

Tabel 6. Khasiat empiris tumbuhan tidak didukung literatur

Nama Tumbuhan Obat Bagian Khasiat Empiris Cara Pengolahan Aturan Pakai
No
digunakan
1. a. Lokal: Uru Belanda Daun Mengobati maag dan Pucuk daun Rumput Air Rumput Paitan
b. Umum: Rumput Paitan pembengkakan Paitan di blender dengan diminum 2-3 x sehari
c. Latin:Paspalum conjugatum jantung air matang kemudian secukupnya
Berg. disaring menggunakan
penyaring

2. a. Lokal: Tingen Akar Mengobati pegal- Akar ilalang direbus Air akar ilalang diminum
b. Umum: Ilalang pegal dan asam urat dengan air hingga secukupnya
c. Latin: Imperata cylindrica mendidih
30

3. a. Lokal: Kakambat Daun dan akar Mengobati Daun dan akar kakambat Daun dan akar kakambat
b. Umum: Gandarusa pendarahan (sehabis dibersihkan dengan air dikunyah secukupnya
c. Latin: Justicia gendarussa melahirkan) mengalir kemudian
Burm. F dikunyah

4. a. Lokal: Lombok Rawit Akar Mengatasi pegal linu Akar Lombok rawit Air rebusan akar lombok
b. Umum: Cabai Rawit direbus dengan air rawit diminum 3 x sehari
c. Latin: Capsicum frutences hingga mendidih 1 gelas
L.

5. a. Lokal: Kayu Tuntung Daun dan Mengobati Daun dan batang kayu Daun dan batang kayu
b. Umum: Puring pendarahan (sehabis tuntung dibersihkan tuntung dikunyah
batang
c. Latin: Codiaeum variegatum melahirkan) dengan air mengalir secukupnya
kemudian dikunyah

6. a. Lokal: Tewukak Akar dan Mengobati Akar dan Batang Air rebusan Tewukak
b. Umum: Pacing Batang Tuberkulosis Tewukak direbus dengan diminum seperlunya
c. Latin: Costus speciosus air hingga mendidih

7. a. Lokal: Bajakah Tengang Batang Mengobati kanker Batang bajakah tengang Air bajakah tengang
b. Umum: Bajakah Tampala kelenjar getah bening direbus dengan air diminum secukupnya
c. Latin: Spatholobus littoralis hingga mendidih sesuai dengan kebutuhan.
Hassk.
31

Berdasarkan dari hasil penelitian penggunaan tumbuhan berkhasiat obat


oleh masyarakat di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas didapatkan data
mengenai bagian tumbuhan yang digunakan yaitu:

Gambar 3. Penggunaan Tumbuhan Berkhasiat Obat

Gambar 3. di atas menggambarkan jumlah penggunaan bagian tumbuhan


berkhasiat obat di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas. Bagian tumbuhan
yang paling banyak digunakan adalah bagian daun yaitu dengan persentase 49%.
Hal ini disebabkan karena daun lebih mudah diolah dengan strukturnya yang
lembut dibandingkan dengan bagian tumbuhan yang lain, daun juga tersedia terus
menerus dan lebih sering digunakan oleh masyarakat dalam pengobatan secara
turun–temurun (Lestaridewi et al., 2017). Masyarakat menilai bahwa daun
dipercaya memiliki khasiat sebagai obat dibandingkan bagian tumbuhan lain
(Wardiah et al., 2015), serta penggunaan sebagai obat tidak berdampak buruk bagi
kelangsungan hidup tumbuhan (Husain, 2015).
32

Pengolahan tumbuhan berkhasiat obat oleh masyarakat Kecamatan Sepang


Kabupaten Gunung Mas masih dengan cara yang sederhana yaitu terdiri dari:

Gambar 4. Pengolahan Tumbuhan Berkhasiat Obat

Gambar 4. di atas menggambarkan cara pengolahan tumbuhan berkhasiat


obat di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas. Cara pengolahan tumbuhan
berkhasiat obat yang paling banyak digunakan adalah direbus yaitu dengan
persentase 52%. Menurut Due (2013) cara pengolahan tumbuhan dengan cara
direbus sangat mudah dan sangat efektif karena masyarakat pada umumnya lebih
suka tumbuhan tersebut diolah menjadi air rebusan dibandingkan mengkonsumsi
secara langsung, selain itu proses penyembuhannya lebih cepat karena langsung
diproses dalam metabolisme tubuh. Berdasarkan hasil penelitian Kandowangko et
al. (2011) hampir semua bagian tumbuhan dapat dimanfaatkan dengan cara
direbus.
33

Berdasarkan hasil studi pustaka terhadap tumbuhan berkhasiat obat yang


ada di Kecamatan Sepang yaitu:

Gambar 5. Hasil Studi Pustaka Tumbuhan Berkhasiat Obat

Gambar 5. di atas menggambarkan hasil studi pustaka tumbuhan berkhasiat


obat di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas. Khasiat empiris didukung
data hasil penelitian yaitu dengan persentase 67%, dan khasiat empiris tanpa data
penelitian yaitu dengan persentase 33%. Tumbuhan berkhasiat obat yang belum
ditemukan penelitian terkait dengan khasiat empirisnya akan tetap dikaji efek
farmakologi lainnya. Efek farmakologi lainnya merupakan khasiat yang berbeda
dengan khasiat yang diakui secara empiris oleh masyarakat Kecamatan Sepang
Kabupaten Gunung Mas. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada inventarisasi
studi pustaka Tumbuhan Berkhasiat Obat yang digunakan di Kecamatan Sepang
Kabupaten Gunung Mas.
34

Inventarisasi dari studi pustaka tumbuhan berkhasiat obat adalah sebagai


berikut:

4.1 Khasiat Empiris Tumbuhan Didukung Sesuai Literatur

1. Jambu Biji (Psidium guajava L.)

Gambar 6. Tumbuhan Jambu Biji

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Subdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Subclassis : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L. (Hidayat et al., 2015).
Nama umum : Jambu Biji
b. Morfologi
Tanaman termasuk pohon yang tingginya mencapai 3-10 m dan
mempunyai banyak percabangan. Batang dengan gelam yang berwarna
pirang, licin dan berkelupas-lupas. Daun tunggal bertangkai pendek
dengan duduk berhadapan, berambut abu-abu. Pepagan halus, perbungaan
35

soliter atau 2-3 bunga tercapai dalam satu tangkai, muncul di ketiak daun,
berwarna putih. Buah bulat satu-satu sebesar bola tenis yang agak
meruncing ke pangkal, warna buah hijau sampai kuning. Wangi dan
rasanya manis kalua sudah tua atau masak. Buah mengandung banyak biji
kecil-kecil seperti kerikil berwarna cokelat kemerahan (Hidayat et al.,
2015).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan Jambu
Biji sebagai obat tradisional, yaitu bagian daun yang digunakan sebagai
obat diare.
d. Kandungan Kimia
Flavonoid khususnya quercetin, tanin, minyak atsiri dan alkaloid
merupakan kandungan bahan aktif daun Psidium guajava L. (Fratiwi,
2015).
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan jambu biji (Psidium guajava L.)
digunakan sebagai obat diare. Flavonoid khususnya quercetin, tanin,
minyak atsiri dan alkaloid merupakan kandungan bahan aktif daun
Psidium guajava L. yang merupakan zat berpotensi sebagai antidiare.
Oleh karena itu, ekstrak daun Psidium guajava L. dapat dijadikan
sebagai alternative pengobatan pada pasien diare. Salah satu tanaman
yang telah digunakan sebagai antidiare adalah jambu biji (Psidium
guajava L.), terutama bagian daun. Senyawa aktif dalam daun jambu
biji yang berfungsi sebagai antidiare adalah flavonoid khususnya
quercetin yang dapat menghambat pengeluaran asetilkolin dan
kontraksi usus, tanin yang memiliki efek mengurangi peristaltic usus,
minyak atsiri dan alkaloid yang merupakan inhibitor pertumbuhan dan
mematikan mikroorganisme di usus. Ekstrak daun Psidium guajava L.
dapat dijadikan sebagai alternative pengobatan diare (Fratiwi, 2015).
Sehingga tumbuhan jambu biji dapat digunakan sebagai obat diare.
36

2) Khasiat Farmakologis Lainnya


Khasiat farmakologis lain dari Psidium guajava L. yaitu, ekstrak
daun jambu biji menggunakan etanol 70% pada uji laboratorium
menghasilkan rata-rata diameter zona hambat untuk jamur Candida
albicans dengan ekstrak 25%, 50% dan 75% adalah 13,4 mm, 27,6
mm dan 19,4 mm. Sedangkan untuk Staphylococcus aureus adalah 2,2
mm, 25,6 mm dan 27,2 mm. Pengaruh daya antifungi ekstrak jambu
biji (Psidium guajava L.) terhadap perumbuhan jamur Candida
albicans lebih kecil dibanding terhadap bakteri Staphylococcus aureus
(Nuryani et al., 2017). Pada penelitian dapat diambil kesimpulan
bahwa dosis 10,5 mg dan 21,0 mg ekstrak metanol daun jambu biji
tidak menunjukkan efek antifertilitas kontrasepsi pada tikus putih,
tetapi pada dosis tersebut ekstrak metanol daun jambu biji telah
menunjukkan adanya efek antiimplantasi pada tikus putih (Ariani et
al., 2008).
2. Nangka Belanda (Annona muricata L.)

Gambar 7. Tumbuhan Nangka Belanda

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyldonae
Ordo : Policarpicae
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
37

Spesies : Annona muricata. L. (Sunarjono, 2005)


Nama umum : Sirsak
b. Morfologi
Tumbuhan Annona muricata L. berbentuk pohon dengan tinggi
sekitar 3-8 meter. Batang berwarna coklat, berkayu, bulat, bercabang.
Daun memanjang, berbentuk lanset atau bulat telur, ujung meruncing
pendek, panjang daun 6-18 cm. Bunga tunggal atau berdiri sendiri,
kelopak kecil, dasar bunga berbentuk cekung. Buah majemuk tidak
beraturan, bentuk telur miring atau bengkok, berdiameter 10-15 cm. Biji
berwarna hitam, kulit buah berwarna hijau, dan daging buahnya berwarna
putih (Steenis, 2003).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan Nangka
belanda sebagai obat tradisional, yaitu bagian daun digunakan untuk
menurunkan kolesterol.
d. Kandungan Kimia
Rahman et al. (2017) ekstrak etanol daun Sirsak (Annona muricata.
L.) mengandung senyawa berupa saponin, terpenoid, steroid, flavonoid,
tanin dan alkaloid. Menurut Sangging et al. (2017) daun Sirsak memiliki
kandungan senyawa monotetrahidrofuran asetogenin, seperti anomurisin A
dan B, gigantetrosin A, annonasin-10-one, murikatosin A dan B,
annonasin, dan goniotalamisin dan ion kalium.
e. Khasiat Farmakologi
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Sirsak (Annona muricata L.)
digunakan untuk menurunkan kolesterol, hal ini didukung oleh
penelitian Yuniarti et al. (2016) yang menyatakan bahwa, ekstrak air
daun sirsak memiliki efek mengendalikan bobot badan dan kolesterol
darah. Efek terhadap kolesterol darah serupa dengan simvastatin,
karena ekstrak air daun sirsak mengandung flavonoid yang mempunyai
efek menghambat enzim HMG CoA reduktase, serupa dengan
38

mekanisme kerja simvastatin dalam menurunkan kadar kolesterol


darah.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Khasiat Farmakologis lainnya yaitu, ekstrak etanol Annona
muricata L. memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Streptococcus mutans (Rahman et al., 2017), Bacillus subtilis, dan
bakteri Escherichia coli (Mursiti, 2017).
3. Pucuk Kapok (Ceiba pentandra)

Gambar 8. Tumbuhan Pucuk Kapok

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Ceiba
Spesies : Ceiba pentandra L (Widhianti, 2011)
Nama lain : Randu
b. Morfologi
Kapuk memiliki ketinggian mencapai 8-30 m dan memiliki batang
pohon utama yang cukup besar hingga mencapai diameter 3 meter, pada
batangnya juga terdapat duri-duri tempel besar yang berbentuk kerucut.
Tumbuhan ini tahan terhadap kekurangan air sehingga dapat tumbuh di
39

kawasan pinggir pantai serta lahan-lahan dengan ketinggian 100-800 meter


di atas permukaan laut, dengan curah hujan tahunan 1000-2500 mm dan
suhu dari 20-27C (Setiardi dalam Widhianti, 2011). Selain itu kapuk
randu dapat tumbuh di atas berbagai macam tanah dari tanah berpasir
sampai tanah liat berdrainase baik, tanah alluvial, sedikit asam sampai
netral. Pohon randu dapat juga hidup pada daerah kering dan suhu
dibawah 0 dalam jangka pendek serta peka terhadap kebakaran (Pratiwi,
2014). Kapuk memiliki daun majemuk menjari, bergantian dan
berkerumunan di ujung jalan. Panjang daun 5-25 cm, merah di bagian
pangkal, langsing dan tidak berbulu. Memiliki 5-9 anak daun, lebar 1,5-5
cm, lonjong sampai lonjong sunsang, ujung meruncing, dasar segitiga
sunsang terpisah satu sama lain, hijau tua di bagian atas dan hijau muda
dibagian bawah. Bunga menggantung majemuk, bergerombol pada
ranting, hemaprodit, keputih-putihan dan besar. Kelopak bunga berbentuk
lonceng, panjang 1 cm dengan 5-10 tonjolan pendek, mahkota bunga 3-3,5
cm dengan tonjolan. Bunga berwarna putih sampai merah muda, putik
dengan bakal buah menumpang, dekat ujung panjang dan melengkung,
kepala putik membesar (Hyene, 1987).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan Pucuk
Kapuk sebagai obat tradisional, yaitu bagian daun digunakan untuk
mengobati batu ginjal.
d. Kandungan Kimia
Biji kapuk mengandung senyawa kimia seperti alkaloid, saponin,
flavonoid, tannin, triterpenoid dan gosipol (Choubey, 2011).
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Kapuk (Ceiba pentandra L.)
digunakan untuk mengobati ginjal, hal ini didukung oleh penelitian
Parhan dan Niva (2021) daun randu memiliki banyak manfaat lain
seperti digunakan untuk pengobatan diare, antihipertensi, antiepilepsi,
40

serta dapat menghambat pembentukan batu ginjal. Djamhuri et al.


(2016) menyatakan bahwa, obat tradisional yang sering digunakan oleh
masyarakat biasanya berupa tanaman-tanaman yang dapat
menghancurkan batu ginjal. Tanaman yang telah diuji secara in vivo
pada tikus jantan putih untuk mengatasi batu ginjal diantaranya adalah
pegagan, tempuyung, daun kapuk randu, mentimun, bulbus bawang
dayak, dan daun alpukat (Angreani Sekar, 2013; Ma’sum Selvia, 2013;
Ardina & Sutomo, 2008; Anggara A., 2009).
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Berdasarkan penelitian Aloke et al. (2010), Parameshwar et al.
(2012) & Muhammad et al. (2016) diketahui bahwa serbuk daun
kapuk yang ditambahkan ke pakan tikus, ekstrak akar kapuk, ekstrak
batang kapuk dan ekstrak daun kapuk memiliki efek hipolipidemik
pada tikus diabetes. Penelitian dilakukan oleh Singh et al. (2017)
menunjukkan bahwa tanaman kapuk dapat menurunkan kadar
kolesterol pada tikus hiperkolesterol.
4. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Gambar 9. Tumbuhan Mengkudu

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
41

Famili : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia L. (Djauhariya, 2003)
Nama umum : Mengkudu
b. Morfologi
Morinda citrifolia L. adalah tumbuhan yang tingginya mencapai 4-
6 meter. Batang mengkudu ini bengkok-bengkok, kasar dan dahannya
kaku. Akar tunggang, kulit batang berwarna coklat keabu-abuan atau
kekuningkuningan, berbelah dangkal. Daun mengkudu tebal dan
mengkilap, dan pola pertemuan berhadap-hadapan. Daun tunggal dan
berbentuk jorong-lanset dengan panjang sekitar 15-50 cm dan lebar 5-17
cm. Bagian tepi daun rata dan ujungnya pendek lancip. Pangkal daun
pendek, yaitu sekitar 0,5-2 cm. Bunga majemuk dan bertangkai dengan
panjang 1-4 cm. Buah majemuk, berwarna hijau dan menjadi putih
kekuningan (Djauhariya, 2003). Buah mengkudu berbentuk bulat lonjong
sebesar telur ayam bahkan ada yang berdiameter 7,5-10 cm. Permukaan
buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (segi banyak) yang berbintik-
bintik dan berkutil (Agoes, 2010).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan
Mengkudu sebagai obat tradisional, yaitu bagian daun digunakan untuk
mengobati keseleo.
d. Kandungan Kimia
Ekstrak Morinda citrifolia L. mengandung senyawa antraquinon,
kumarin, terpenoid dan flavonoid (Khairudin, 2019). Tepung daun
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) secara kualitatif memiliki kandungan
senyawa aktif fenol, flavonoid, tanin, saponin, steroid, dan triterpenoid
(Halimah et al., 2019).
42

e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Morinda citrifolia L. digunakan untuk
mengobati keseleo, hal ini didukung oleh penelitian Sabirin & Euis
(2019) menunjukkan bahwa pasta daun mengkudu 5% dan 10% dapat
membantu menurunkan reaksi inflamasi kulit dan efeknya sejalan
dengan Na diklofenak karena zat aktif yang bersifat anti-inflamasi
dalam daun mengkudu. Latifa et al. (2017) menyatakan bahwa Parem
Mengkudu yang bentuknya padat banyak khasiatnya untuk pengobatan
luar diantaranya mengatasi sakit badan, pasca melahirkan, keseleo,
penghangat badan, dan luka bakar.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Khasiat Farmakologis lain yaitu, ekstrak daun Morinda citrifolia
L. efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus,
dan Salmonella typhimurium (Afiff & Amilah, 2017; Halimah et al.,
2019). Ekstrak daun Morinda citrifolia L. memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans (Simatupang et al.,
2017). Menurut Sari (2015) tumbuhan Morinda citrifolia L. dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi menjadi normal.
5. Pudak (Pandanus amaryllifolius R.)

Gambar 10. Tumbuhan Pudak

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
43

Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Pandanales
Famili : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus amaryllifolius Roxb (Van Steenis dalam Okta,
2020)
Nama umum : Pandan Wangi
b. Morfologi
Pandanus amaryllifolius memiliki ciri-ciri menjalar, tinggi 0,5 – 1
m, batang bulat dengan diameter 3-4 mm, akar tunjang kecil, dan beberapa
keluar di sekitar pangkal batang dan cabang, panjang 4.5-9 cm, diameter
1-2 mm (Rahayu & Handayani 2008 dalam Silalahi, 2018). Pandan tidak
memiliki sucker root (akar hisap), batang ramping dengan tinggi 1-1,6 m
dengan diameter sebesar 2-5 cm, berbaring (decumbent) dan naik ke atas
(ascending), dan memiliki akar udara. Daun berbentuk oblong dengan
ukuran 25-75 cm x 2-5 cm bewarna hijau pucat, kadang-kadang tipis dan
lunak, bagian ujung berlipat dua. Bunga dan buahnya tidak pernah
diketahui. Pandan wangi dibedakan menjadi dua yaitu pandan besar dan
pandan kecil. Pandan kecil merupakan herba, memiliki batang ramping
dengan tinggi 1-1,6 m dan diameter batang 2-5 cm, batang berbaring atau
memanjat dan akar-akar muncul di batang. Daun berbentuk oblongus
dengan ukuran 25-75 cm x 2-5 cm, bewarna hijau muda, kadang-kadang
kurus dan lemah. Bunga dan buah tidak banyak diketahui (de Guzman &
Siemonsma, 1999). Pandan besar memiliki batang yang tegak dengan
tinggi hingga 2-4,5 m, diameter batang mencapai15 cm, tidak bercabang
atau jarang bercabang, dari batang muncul akar. Daun berbentuk oblong
dengan ukuran 150 x 220 cm x 7-9 cm, apek acute, warna hijau tua di
bagian atas. Pembungaan betina tidak diketahui, dan pembungaan jantan
juga jarang ditemukan (de Guzman & Siemonsma, 1999 dalam Silalahi,
2018). Tanaman P. amaryllifolius tidak menghasilkan buah sehingga
44

tanaman tersebut steril, oleh karena itu biasanya diperbanyak dengan cara
vegetatif.
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan Pudak
sebagai obat tradisional, yaitu bagian daun dan akar digunakan untuk
menurunkan kolesterol.
d. Kandungan Kimia
Dari penelusuran kepustakaan, daun pandan wangi (Pandanus
amaryllifolius Roxb) mengandung tanin, saponin, alkaloid dan flavonoid
(Fajria, 2011). Kandungan kimia yang terdapat pada daun pandan wangi
adalah: tanin, flavanoida, saponin, alkaloida, polifenol dan zat warna
(Depkes RI, 1997 dalam Fajria, 2011). Selain mengandung senyawa yang
menghasilkan aroma, daun P. amaryllifolius segar mengandung
karbohidrat berupa 2,38 mg/g fruktosa dan 1,77 mg/g glukosa serta asam
amino (Cheetangdee & Chaiseri, 2006). Selain mengandung karbohidrat,
daun P. amaryllifolius juga memiliki asam amino bebas berturut-turut dari
konsentrasi tertinggi hingga terendah yaitu asam aspartat, serin, asam
glutamat, glisin, histidin, arginin, treonin, alanin, prolin, tirosin, valin,
lisin, isoleusin, leusin dan phenil alanin (Cheetangdee & Chaiseri, 2006).
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Pandanus amoryllifolius digunakan
untuk mengobati menurunkan kolesterol, hal ini didukung oleh
penelitian Maatiri et al. (2020) menyatakan bahwa, berdasarkan uji
tukey diperoleh bahwa konsentrasi infus 100% dan 50% memiliki efek
yang sama dibandingkan dengan konsentrasi 25% memiliki efek yang
berbeda dengan konsentrasi 50% dan 100%. Sehingga dapat dikatakan
bahwa infus daun Pandan wangi berpengaruh dalam menurunkan
kolesterol pada tikus putih. Tanaman yang diidentifikasi William
Roxburgh itu juga memperlancar peredaran darah, melarutkan asam
urat dan asam lemak jenuh, dan sebagai antioksidan. Terdapat
45

hubungan antara antioksidan dan tekanan darah tinggi. Antioksidan


berperan menurunkan kadar kolesterol dan asam lemak jenuh
penyebab hipertensi. Berdasarkan pengalaman empiris, salah satu dari
sekian banyak tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat
tradisional adalah daun Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius R.).
Tanaman ini telah digunakan sebagian masyarakat yang berada di
daerah Talaud sebagai obat kolesterol.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Menurut penelitian yang dilakukan Silalahi (2018), ekstrak daun
pandan memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri penyebab
penyakit gangguan saluran pencernaan dan kerusakan makanan seperti
Shigella dysentriae, Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan
Pseudomonas aeruginosa.
6. Lidah Buaya (Aloe vera)

Gambar 11. Tumbuhan Lidah Buaya

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Liliflorae
Famili : Liliaceae
Genus : Aloe
46

Spesies : Aloe vera Linn (Hendrawati et al., 2017)


Nama umum : Lidah Buaya
b. Morfologi
Tanaman lidah buaya termasuk semak rendah, tergolong tanaman
yang bersifat sukulen, dan menyukai hidup di tempat kering. Batang
tanaman pendek, mempunyai daun yang bersap-sap melingkar (roset),
panjang daun 40 – 90 cm, lebar 6-13 cm, dengan ketebalan lebih kurang
2,5 cm di pangkal daun, serta bunga berbentuk lonceng (Hendrawati et al.,
2017).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan Lidah
Buaya sebagai obat tradisional, yaitu bagian daun digunakan untuk
mengobati luka bakar.
d. Kandungan Kimia
Komponen terbesar dalam daun lidah buaya adalah air. Komponen
selanjutnya adalah berbagai macam polimer karbohidrat (polisakarida,
mukopolisakarida, lignin), dengan sejumlah komponen organik dan
anorganik (Eshun & He, 2004). Komponen berikutnya adalah asam amino
(terdapat 18 jenis asam amino, antara lain arginin, serin, glutamin, treonin,
lisin, penilalanin, histidin, leusin, isoleusin), lemak, vitamin (A, B1, B2,
B12, C dan E), mineral (kalsium, magnesium, sodium, besi, seng, krom),
enzim (sellulase, amilase, katalase, karboksipeptidase, karpoksihelklase,
bradiknase), hormon. Senyawa lainnya seperti saponin, antrokuinon,
kuinon, barbaloin, isobarbaloin, aloe emodin, aloenin, aloesin, biogenic
simulator, resin, gum dan minyak atsiri. Antrokuinon merupakan
komponen utama dalam lidah buaya dengan nama aloin (Elamthuruthya,
2004).
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Aloe vera digunakan untuk mengobati
luka bakar hal ini didukung oleh penelitian Abidin et al. (2021)
47

menyatakan bahwa, Aloe vera terbukti dapat digunakan untuk


mengobati berbagai luka terutama pada luka bakar. Aloe vera
diberikan untuk mengobati pada pasien luka bakar derajat pertama dan
derajat kedua, bila dibandingkan dengan perawatan luka konvensional
maka Aloe vera lebih efektif untuk mempercepat proses penyembuhan
dan epitelisasi jaringan kulit.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Khasiat lidah buaya cukup beragam, antara lain sebagai
antibiotik, antiseptik, antibakteri, antivirus, antijamur, antiinfeksi, anti
peradangan dan anti pembengkakan. Lidah buaya dapat menghambat
pertumbuhan organisme penyebab penyakit kulit. Pada uji invitro,
diketahui bahwa lidah buaya dapat menghambat pertumbuhan
Dermatophilus congolensis. Adanya kemampuan tersebut, maka lidah
buaya dapat digunakan sebagai kosmetik untuk pengobatan dan
perawatan kulit (Changa et al., 2006).
7. Sampang Seribu (Euphorbia tirucalli L.)

Gambar 12. Tumbuhan Sampang Seribu


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dikotiledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
48

Genus : Euphorbia
Spesies : Euphorbia tirucalli Linn (Absor, 2006)
Nama umum : Patah Tulang
b. Morfologi
Pohon patah tulang adalah pohon yang mempunyai banyak cabang
dan berbentuk seperti pensil sehingga sering disebut sebagai pohon pensil
atau pensil tree (Mwine, 2010), bergetah seperti susu beracun, daunnya
jarang dan terdapat pada ujung ranting yang masih muda, kecil-kecil,
bentuknya lanset, panjang 7-25 mm, dan cepat rontok, sedangkan
bunganya majemuk, tersusun seperti mangkuk, warnanya kuning
kehijauan, keluar dari ujung ranting (Absor, 2006). Buahnya bila masak
akan pecah dan mengeluarkan biji-bijinya. Buahnya berbentuk kapsul
yang terdiri dari 3 bagian dengan diameter 12 mm berwarna hijau pucat
dengan warna merah muda, dan buah ini tertutup rambut halus. Bijinya
berbentuk oval dengan diameter 4x3 mm, permukaannya halus dan
berwarna coklat gelap dengan garis putih. Bijinya biasanya muncul pada
bulan Februari sampai Maret. Meskipun tanaman ini tidak memiliki duri
batangnya mengandung getah dalam jumlah yang besar, getah dapat
dengan mudah keluar apabila dibuat insisi atau luka pada batang tersebut.
Tanaman ini dapat dengan mudah ditanam dan tumbuh dengan cepat pada
iklim hangat, tanaman ini dapat ditanam dengan cara stek atau biji (Voigt
& Porter, 2007). Tinggi pohon ini mencapai 3-6 m, pohon ini biasanya
digunakan sebagai tanaman pagar karena tidak mudah terserang hama dan
tahan pada kondisi tropis (Van, 2011).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan sampang
seribu sebagai obat tradisional, yaitu bagian batang digunakan untuk
mengobati pembengkakan akibat penyengat.
d. Kandungan Kimia
Tanaman patah tulang mengandung senyawa alkaloid, tanin,
flavonoid, steroid, triterpenoid, dan hidroquinon (Toana & Nasir, 2010).
49

Getah tanaman patah tulang berupa getah asam (latex acid) yang
mengandung euphorbone, taraksasterol, lakterol, eophol, senyawa damar,
kautschuk (zat karet) dan asam ellaf. Senyawa damar menyebabkan rasa
tajam atau dapat menyebabkan kerusakan pada selaput lendir (Dalimartha,
2003). Taraxerane yang terkandung dalam tanaman ini merupakan suatu
triterpene (Rasool, 1998). Kandungan utama dalam tanaman ini adalah
diterpen dari phorbolester dan ingenol ester.
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Euphorbia tirucalli Linn digunakan
untuk mengobati pembekakan atau radang hal ini didukung oleh
penelitian Garakia et al. (2020) menyatakan bahwa, ekstrak etanol
tanaman patah tulang pada dosis 10% dan dosis 15% memiliki potensi
yang besar dalam menghambat inflamasi yang ditunjukkan dengan
persen inhibisi secara keseluruhan hingga 50% atau lebih. Dimana
persyaratan sebagai obat antiradang (antiinflamasi) adalah mampu
menurunkan volume radang sebesar 25% atau lebih (Siswandono &
Soekardjo, 1995). Selain itu tanaman patah tulang juga memiliki
aktivitas antiinflamasi karena mengandung senyawa metabolit
sekunder. Tanaman patah tulang mengandung senyawa alkaloid, tanin,
flavonoid, steroid, triterpenoid, dan hidroquinon (Toana & Nasir,
2010).
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Menurut Morshed (2011) efek antiinflamasi dapat dilihat dari
kandungan yang terdapat pada suatu tanaman yaitu: senyawa golongan
alkaloid, flavonoid, saponin, steroid dan tanin. Penelitian sebelumnya
juga menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak tanaman patah tulang
memiliki aktifitas antibakteri yang dapat mencegah infeksi pada luka
(Yi et al., 2017). Saat ini belum ada kajian ilmiah tentang manfaat
tanaman patah tulang sebagai antiinflamasi, sehingga perlu dilakukan
dilakukan suatu kajian ilmiah tentang manfaat tanaman patah tulang
50

sebagai antiinflamasi. Tanaman Patah tulang juga dapat digunakan


sebagai antikanker, anti-tumor, anti-radang, penyakit kulit, dan
pengobatan penyakit sifilis (Agral et al., 2013; Mangan, 2009)
8. Uru Mutiara (Hedyotis corymbose)

Gambar 13. Tumbuhan Uru Mutiara

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Oldenlandia
Spesies : Oldenlandia corymbosa L. atau Hedyotis
corymbosa L. (DepKes BPPK, 1999 dalam Amelia, 2006).
Nama umum : Rumput Mutiara
b. Morfologi
Merupakan herba atau perdu yang tegak. Bunga berbentuk
bongkol/bertangkai atau tidak bergabung ke dalam panicula. Klasifikasi
Hedyotis ini kuncinya berdasarkan cara pecahnya buah. Buah yang telah
masak pecah pada bagian loculicidal sampai kemudian bagian bijinya
terlihat. Bunganya terdiri dari 4 bagian, jarang yang 5 bagian. Semua atau
kebanyakan bunga tersusun dalam bentuk bongkol atau dengan tangkai
bunga yang pendek; tabung kelopak gundul, cuping kelopak pada buah
berjauhan. Semua atau kebanyakan daunnya berukuran lebih dari 1 cm,
51

gundul. Pada setengah bagian pucuk atau ujung tabung mahkota, atau
bagian dasar cuping mahkota berbulu. Anther dan stigma menyatu dengan
tabung mahkota, ditutupi oleh rambut-rambut panjang. Buah panjangnya
sekitar 1,75–2 mm dan lebar sekitar 2–2,5 mm (tidak termasuk cuping
kelopak), tanpa adanya sayap. Pangkal dan ujung daun runcing, dengan
permukaan bagian bawah daun hijau pucat, panjang 1-3,5 cm dan lebarnya
1,5-7 mm dengan sedikit bulu pada bagian atas tepi daunnya. Tangkai
daun sangat pendek. Karangan bunga tersusun bertangkai, yang terletak di
bagian ketiak 2-8 helai bunga tersusun cymosa (terletak pada ibu tangkai
bunga yang panjangnya 2-6 mm), atau 1-3 aksiler pada 4-8 mm panjang
ibu tangkai bunga, cuping kelopak sebesar bakal buah; mahkota berwarna
putih hingga ungu sangat pucat dengan panjang sekitar 2 mm. Stamen
terselip sedikit di atas dasar tabung mahkota. Batangnya segi empat,
gundul atau dengan bulu sangat pendek. Tumbuh merayap/naik dan sering
kali bercabang dari bagian pangkal batang. Tumbuhan musiman, dengan
tinggi 0,05-0,6 m dan masa berbuah Januari sampai November, banyak
ditemukan hampir di seluruh Jawa, dengan ketinggian letak tumbuh
tanaman sekitar 1425 m dpl, menyukai cahaya, dan tanah yang tidak
terlalu basah, serta seringkali tumbuh melimpah di area yang keras, taman,
atau jalanan berbatu (Soemarji et al., 2015).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan uru
mutiara sebagai obat tradisional, yaitu bagian daun dan akar digunakan
untuk mengobati radang usus dan kanker
d. Kandungan Kimia
Menurut Kusuma dan Zaky (2005) bagian tanaman rumput mutiara
yang digunakan sebagai obat, yaitu seluruh tanaman, segar atau yang
dikeringkan. Sifat fisika, kimia, dan organoleptiknya diantaranya rasa
manis, tawar, sedikit pahit, netral, lembut, dan sejuk agak dingin. Tanaman
ini mengandung hentriacontane, stigmasterol, ursolic acid, oleanolic acid,
ȕ-sitosterol, sitisterol-D-glucoside, p-coumaric acid, flavonoid glycosides,
52

dan baihuasheshecaosu (kemungkinan analog kumarin), iridoid glikosida,


alizarin, korogenin, dan ikatan antragalol, serta senyawa asam oleanolat
dan asam ursolat yang diketahui dapat menurunkan proliferasi sel kanker
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Oldenlandia corymbosa L.
digunakan untuk mengobati radang usus dan kanker, hal ini didukung
oleh penelitian Rahman et al. (2012) menyatakan bahwa, salah satu
tumbuhan yang biasa digunakan oleh masyarakat sebagai obat
antiradang adalah rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa). Hedyotis
corymbosa atau rumput mutiara dikenal masyarakat Indonesia sebagai
obat penurun panas dan antiradang. Senyawa yang terkandung di
dalamnya antara lain asperulosid, flavonoid, asam ursolic, asam
oleanicdan asam triterpene, yang berkhasiat sebagai anti mikroba, anti
inflamasi, hepatoprotective, antioxidan dan antikanker.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Herba rumput mutiara berkhasiat sebagai pereda demam
(antipiretik), antiradang, antibakteri, peluruh kencing (diuretik),
menghilangkan panas dan racun (detoksikan), melancarkan sirkulasi
darah, dan antikanker. Selain itu digunakan sebagai pengobatan tukak
lambung, disentri, habis bersalin, gangguan pencernaan. Pemakaian di
masyarakat dengan diminum, rebusan 15-60 g herba kering, untuk
pemakaian luar, digiling herba segarnya sampai halus dan bubuhkan
ketempat yang sakit. Aktivitas Farmakologi Rumput Mutiara Rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa) yang merupakan salah satu tanaman
obat yang banyak digunakan secara empiris oleh masyarakat Indonesia
untuk menyembuhkan penyakit ataupun untuk menjaga kesehatan.
Banyak masyarakat yang menggunakannya dalam jangka waktu yang
lama. Berbagai penelitian yang telah dikembangkan untuk
mengeksplorasi aktivitas biologi herba rumput mutiara yang terkait
dengan farmakologi, antara lain, aktivitas antikanker, antioksidan,
53

antibakteri, dan antihepatotoksik, peningkat proliferasi limfosit,


peningkat aktivitas fagositosis makrofag serta toksisitasnya (Soemarji
et al., 2015).
9. Uru Sambelum (Kalanchoe pinnata)

Gambar 14. Tumbuhan Uru Sambelum

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathopyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Crassulaceae
Genus : Kalanchoe
Spesies : Kalanchoe pinnata (Lam) Pers. (Majaz et al., 2011)
Nama umum : Cocor Bebek
b. Morfologi
Tumbuhan Rabangun (Kalanchoe pinnata (Lam) Pers) memiliki
batang yang lunak dan beruas, daun tebal berdaging dan banyak
mengandung air. Daunnya berwarna hijau, bunga majemuk, buah kotak,
dan akar tunggang berwarna kuning keputih-putihan. Selain itu tanaman
ini memiliki tinggi sekitar 1 meter. Daun berupa daun tunggal dengan
bentuk lonjong atau bundar panjang dengan panjang mencapai 5-20 cm
dan lebar 2,5-15 cm. Pangkal daun membundar dan ujung tumpul, bagian
pinggir daunnya bergerigit (Majaz et al., 2011).
54

c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan uru
sambelum sebagai obat tradisional, yaitu bagian daun yang digunakan
untuk mengobati lebam/bisul.
d. Kandungan Kimia
Tanaman Kalanchoe pinnata (Lam) Pers. mengandung senyawa
aktif, diantaranya adalah alkoloid, tritroen, lipid, flavonoid, glikosida,
bufadienolida, fenol, asam organik, saponin, isoflavin, tanin, kalium
oksalat, zat besi, vitamin, dan fitoserol (Afzal et al., 2012). Tanaman ini
kaya dengan kandungan kimia seperti zat asam apel, zat asam lemon,
vitamin C, kaemfenol-3-glucoside, quercitin-3-diarabinoside (Haryanto,
2009).
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Kalanchoe pinnata (Lam) digunakan
untuk mengoabti lebam/bisul, hal ini didukung oleh penelitian Frilliana
et al. (2017) yang menyatakan bahwa, ekstrak daun cocor bebek
dengan konsentrasi 5% dan 10% mempunyai aktifitas untuk
penyembuhan bisul dan keduanya mempunyai aktifitas penyembuhan
yang sebanding.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Khasiat farmakologis lainnya yaitu, Ekstrak etanol daun
Kalanchoe pinnata (Lam) Pers. memiliki pengaruh terhadap
pertumbuhan panjang rambut dan massa rambut, dimana peningkatan
aktivitas pertumbuhan rambut terjadi seiring dengan meningkatnya
konsentrasi pada ekstrak (Yusni, 2017). Ektrak etanol daun Kalanchoe
pinnata (Lam) Pers. memiliki efek antimalaria, analgesik, proteksi
jantung, anti-hipertensi, anti-mokroba, anti-inflamasi, anti-fungi, anti-
diabetik, anti-oksidan, dan anti-asma (Hermanto et al., 2014; Afzal et
al., 2012), dan secara tradisional tanaman ini digunakan untuk
55

mengobati wasir, penurun deman, menghentikan pendarahan, dan


sebagai anti radang (Suhono & Tim LIPI, 2010)
10. Kayu Manis (Cinnamomun burmanii B.)

Gambar 15. Tumbuhan Kayu Manis


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotuledonae
Ordo : Ranales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmanii (Ness) BL (Harmoko, 2012)
Nama umum : Kayu Manis
b. Morfologi
Tumbuhan Kayu manis tergolong tumbuhan kormus (organum
nutritivum) dengan ciri-ciri morfologinya memiliki akar tunggang,
berpembuluh dan berwarna kecoklatan, batang kayu manis berdiameter
125 cm, batangnya berkayu, bercabang dan berwarna abu-abu tua.
Kayunya berwarna coklat muda dan berkulit halus. Kulit batang dapat
dimafaatkan sebagai bumbu masakan, kesehatan dan lain sebagainya.
Daun kayu manis memiliki daun tunggal, berbentuk elips memanjang dan
kaku seperti kulit. Letak daun berseling, panjang tangkai daun 0,5-1,5 cm.
Panjang daun 4-14 cm, dengan lebar 1,5-6 cm. Ujung runcing, tepi rata,
permukaan atas licin warnanya hijau, permukaan bawah bertepung dan
56

warna keabu-abuan. Daun muda berwarna merah pucat. (Arumningtyas,


2016) Organum reproduktivum kayu manis serta ciri-ciri morfologinya
(Harmoko, 2012). Bunga kayu manis berkelamin dua atau bunga
sempurna, dan berwarna kuning. Ukuran sangat kecil, kelopak bunga
berjumlah 6 helai dalam dua rangkaian. Bunga tidak bertajuk bunga.
Benang sari berjumlah 12 helai yang terangkai dalam empat kelompok,
kotak sari beruang empat, penyerbukan dibantu oleh serangga. Buahnya
seperti buah buni, berbiji satu dan berdaging. Bentuknya bulat memanjang.
Warna buah yang masih muda berwarna hijau tua, dan buah yang sudah
tua berwarna ungu tua. Panjang buah sekitar 1,3- 1,6 cm, dan diameter
0,35-0,75 cm. Panjang biji 0,84-1,32 cm dan diameter 0,59-6,8 cm.
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan kayu
manis sebagai obat tradisional, yaitu bagian kulit batang digunakan untuk
mengobati menurunkan kolesterol dan asam urat.
d. Kandungan Kimia
Al-Dhubiab (2012) menyebutkan komponen kimia terbesar pada
kayu manis adalah alkohol sinamat, kumarin, asam sinamat, sinamaldehid,
antosinin dan minyak atsiri dengan kandungan gula, protein, lemak
sederhana, pektin dan lainnya.
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Cinnamomum burmanii (Ness) BL
digunakan untuk mengobati menurunkan kolesterol dan asam urat, hal
ini didukung oleh penelitian Kamal et al. (2021) yang menyatakan
bahwa, pemberian ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
dan ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii), ekstrak tunggal
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) 0,6%b/v, ekstrak tunggal
kayu manis (Cinnamomum burmanii) 1,2%b/v dan atorvastatin
menunjukkan efek penurunan kadar kolesterol total pada tikus putih
jantan (Rattus norvegicus). Pemberian bersama ekstrak buah mahkota
57

dewa (Phaleria macrocarpa) dengan ekstrak kayu manis


(Cinnamomum burmanii) menunjukkan efek penurunan kadar
kolesterol total darah lebih besar dibandingkan atorvastatin yaitu
51,21% sedangkan atorvastatin 43,37% pada pria kulit putih tikus
(Rattus norvegicus). Dosis 200 mg/kg BB dapat menurunkan kadar
kolesterol total (Azima, 2004). Kemudian didukung oleh penelitian
Putri & Ika (2022) yang menyatakan bahwa ekstrak etanol kombinasi
kayu manis (Cinnanmomum burmanii) dan daun salam (Syzygium
polyanthum Wight) memiliki efek antihiperurisemia pada mecit jantan
(Mus musculus), dosis kombinasi kayu manis (Cinnanmomum
burmanii) dan daun salam (Syzygium polyanthum Wight) yang paling
efektif terhadap penurunan kadar asam urat adalah 125/75mg/kgBB
dan 372/25mg/kgBB.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Bandara et al. (2011) menyebutkan bahwa Cinnamomum
burmanii memiliki kemampuan antimikroba, antifungi, antivirus,
antioksidan, antitumor, penurun tekanan darah, kolesterol dan
memiliki senyawa rendah lemak. Senyawa eugenol dan sinamaldehid
memiliki potensi sebagai antibakteri dan antibiofilm (Niu & Gilbert,
2004). Penelitian Shan B et al. (2007) membuktikan kemampuan
ekstrak kulit batang Cinnamomum burmanii melawan 5 jenis bakteri
patogen yaitu Bacillus cereus, Listeria monocytogenes, Staphylococcus
aureus, Escherichia coli, dan Salmonella anatum. Nisa & Triastuti
(2014) melaporkan sifat antibakteri ekstrak kayu manis terhadap E.
coli dan S. aureus. Sedangkan penelitian Daker (2013) menunjukkan
ekstrak metanol kulit batang Cinnamomum burmannii Blume dengan
senyawa utamanya trans-cinnamaldehyde (TCA) yang memiliki
kemampuan menghambat proliferasi human NPC cell. bahwa
tumbuhan kayu manis jenis Cinnamomum burmannii Blume yang
banyak ditemukan di Indonesia memiliki aktifitas antidiabetes. Ekstrak
kulit batang atau daunnya berpotensi dimanfaatkan untuk mengatasi
58

DM tipe II yang ditandai dengan resistensi insulin dan defisiensi


insulin. Aktifitas antidiabetes yang ditunjukkannya berbeda-beda
antara lain pada penurunan kadar gula darah, penghambatan terhadap
aktifitas enzim α-Glukosidase dan pengendalian metabolisme glukosa
pada orang dewasa nondiabetes selama periode postprandial.
Meskipun masih diperdebatkan, diduga kemampuan antidiabetes pada
kayu manis disebabkan kandungan senyawa bioaktif yang terkandung
didalamnya. Senyawa utama antidiabetesnya antara lain
Methylhidroxy Calcone Polymer (MHCP), sinamaldehid, dan polimer
procyanidin type-A polymers atau proanthocyanidin.
11. Dawen Salam (Eugenia polyantha)

Gambar 16. Tumbuhan Dawen Salam

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Super divisi : Spermatophyta
Class : Dicotiledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium polyanthum (Wight.) (Ikhwan, 2015).
Nama umum : Daun Salam
59

b. Morfologi
Pohon Syzygium polyanthum memiliki tinggi sekitar 25 meter,
memiliki akar lurus besar, batang bundar dan permukaan halus. Memiliki
bunga-bunga kecil, putih dan harum. Sedangkan daunnya memiliki
panjang 2,5-8 cm dengan tepi yang rata, ujungnya tumpul dan bagian
bawahnya melebar dengan panjang dan rapat (Sumono et al., 2008).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan dawen
salam sebagai obat tradisional, yaitu bagian daun digunakan untuk
mengobati menurunkan kolesterol dan asam urat
d. Kandungan Kimia
Komponen kimia dalam daun salam antara lain flavonoid, tanin,
minyak atsiri, saponin, alkaloida, dan polifenol (Ainil et al., 2016). Dalam
beberapa studi, daun Syzygium polyanthum memiliki banyak kandungan
kimia yang terdiri dari tanin, flavonoid dan minyak atsiri (0,05%),
termasuk asam sitrat dan eugenol (Sumono et al., 2008). Daun salam
mengandung beberapa senyawa fitokimia yaitu tannin, glikosida,
flavonoid (quercetin, quercitrin, myricetin) alkaloid, dan
triterpenoid(saponin), seskuiterpen, fenol, steroid, sitral, lakton, minyak
atsiri (salamol dan eugenol), serta karbohidrat. 23 senyawa-senyawa
tersebut dapat berpotensi sebagai phytomedicine karena berfungsi sebagai
senyawa antioksidan, antidiabetik, antimikrobial, antihipertnesi, antitumor,
antidiare, acetylcholinesterase inhibitor, dan lipase inhibitor (Anggraini,
2020).
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Syzygium polyanthum digunakan untuk
mengobati menurunkan kolesterol dan asam urat, hal ini didukung oleh
penelitian R.Siti & Hesti (2014) yang menyatakan bahwa perlakuan
yang memiliki efek menahan laju peningkatan kadar kolesterol total
terbesar sampai terkecil adalah 0,018 gram simvastatin, 0,034 gram
60

ekstrak daun salam, dan 0,72 gram rebusan daun salam. Kemudian
didukung oleh penelitian Putri & Ika (2022) yang menyatakan bahwa
ekstrak etanol kombinasi kayu manis (Cinnanmomum burmanii) dan
daun salam (Syzygium polyanthum Wight) memiliki efek
antihiperurisemia pada mecit jantan (Mus musculus), dosis kombinasi
kayu manis (Cinnanmomum burmanii) dan daun salam (Syzygium
polyanthum Wight) yang paling efektif terhadap penurunan kadar asam
urat adalah 125/75mg/kgBB dan 372/25mg/kgBB.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Kandungan flavonoid, tanin, dan minyak atsiri memiliki aktivitas
antibakteri, sedangkan kandungan saponin memiliki daya pembersih
terhadap lapisan smear layer dinding saluran akar. Aktivitas antibakteri
flavonoid, tanin, dan minyak atsiri yaitu dengan cara
mengkoagulasikan protein yang akhirnya dapat mengganggu
permeabilitas membran sel dan menyebabkan inaktivasi fungsi materi
genetik bakteri. Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa
ekstrak daun salam terbukti memiliki aktivitas antibakteri terhadap
Streptococcus mutans, Staphylocus aures, Escherichia coli, Bacillus
cereus dan Bacillus subtilis. Pada penelitian Rahayu (2014)
menunjukkan ekstrak daun salam memiliki kemampuan bakteriosidal
terhadap pertumbuhan Enterococcus faecalis.
12. Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)

Gambar 17. Tumbuhan Kumis Kucing


61

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledon
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon aristatus (Blume) Miq. (LIPI, 2018)
Nama umum : Kumis Kucing
b. Morfologi
Orthosiphon aristatus (Blume) Miq. Tumbuh tegak dengan tinggi
antara 50-150cm. Batang berkayu, beruas dan bercabang. Daun tunggal,
panjang 2-10 cm, lebar 1-5 cm, bulat telur, elips atau memanjang, tepi
bergerigi, bertangkai, letak berseling berhadapan, warna hijau, tulang daun
menyirip. Bunga majemuk dalam tandan yang keluar diujung cabang,
ditutupi oleh rambut pendek dan jarang, bunga berwarna ungu pucat atau
putih. Kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berambut pendek
sedangkan bagian paling atas gundul. Benang sari lebih panjang dari
tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas (Dalimartha, 2000).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan kumis
kucing sebagai obat tradisional, yaitu bagian daun dan akar yang
digunakan sebagai obat infeksi saluran kemih.
d. Kandungan Kimia
Kandungan senyawa kimia pada daun Kumis Kucing (Orthosiphon
aristatus (Blume) Miq) yaitu terpenoid, flavonoid, dan tanin (Rivai et al.,
2019).
62

e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Kumis Kucing digunakan sebagai obat
Infeksi Saluran Kemih. Penelitian Nisak & Chylen (2021) salah satu
bakteri penyebab infeksi saluran kemih adalah bakteri Proteus
mirabilis dan Staphylococcus saprophyticus. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak daun kumis kucing (Orthosiph
aristatuson) pada konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100% berpengaruh
nyata terhadap bakteri Proteus mirabilis dengan rata-rata sebesar 6,22
mm, 9,36 mm, 15,55 mm, 21,22 mm dan Staphylococcus
saprophyticus dengan rata-rata sebesar 5,4 mm; 8,8 mm; 14,53 mm;
20,71 mm. Kemudian Reshi et al. (2017) menyatakan bahwa, ekstrak
kalus yang berasal dari daun dan ekstrak daun dari Orthosiphon
Aristatus (Blume) Miq, efektif dalam melawan pertumbuhan bakteri
gram positif dan bakteri gram negatif. Ekstrak daun kumis kucing
memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus
(Yulinati, 2015). Salmonella thypi (Rukmana & Mulyowati, 2015).
Infeksi yang terjadi pada saluran kemih disebabkan oleh adanya infeksi
bakteri sehingga kumis kucing dapat digunakan untuk mengobati
infeksi tersebut.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Khasiat farmakologis lain dari Orthosiphon aristatus (Blume)
Miq yaitu, Ekstrak etanolik daun Kumis Kucing (Orthosiphon
aristatus (Blume) Miq) memiliki daya antihelmintik terhadap Ascaris
suum secara in vitro (Ulya et al., 2014), serta ekstrak etanol dari herba
kumis kucing mampu menurunkan kadar kolesterol (Rambe, 2015).
63

13. Bunga Tandang (Coleus scutellariodes (L) Benth)

Gambar 18. Tumbuhan Bunga Tandang

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledonea
Sub classis : Dialypetalae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Coleus
Spesies : Coleus atropurpureus (Anisatu et al., 2018)
Nama umum : Miana
b. Morfologi
Coleus atropurpureus adalah tanaman semak dengan tinggi dapat
mencapai 1,5 m serta tumbuh pada lingkungan yang agak lembab atau
sedikit berair. Daunnya berwarna merah keunguan dan berukuran 5-15 cm.
Tanaman miana tumbuh liar di ladang atau di kebun-kebun sebagai
tanaman hias. Biasa dibudidayakan secara stek dalam waktu kurang lebih
dua sampai tiga minggu. Tanaman ini memiliki nama lain, yaitu Sigresing
(Batak), Adong-adong (Palembang), Jawek Kotok (Sunda), Iler (Jawa
Tengah), Ati-ati (Bugis) dan Serewung (Minahasa) (Badrunasar & Budi,
2017).
64

c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan bunga
tandang sebagai obat tradisional, yaitu bagian daun digunakan untuk
mengobati korengan.
d. Kandungan Kimia
Berdasarkan penelitian sebelumnya telah dilakukan analisis
fitokimia terhadap ekstrak daun miana, hasil analisis menunjukkan
tumbuhan ini mempunyai khasiat untuk meredakan rasa nyeri, sebagai
antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, antibakteri, dan dapat
mempercepat penyembuhan luka. Kandungan kimia daun miana berupa
saponin, steroid, tanin, minyak atsiri, eugenol, senyawa polifenol, alkaloid,
etil salisilat, kalsium oksalat, senyawa rosmarinic acid (RA), dan flavonoid
(Ridwan et al., 2006). Flavonoid total yang terdapat dalam tanaman miana
sebesar 8,59 µgQE/mg ekstrak (Anita et al., 2018).
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Coleus atropurpureus digunakan untuk
mengobati korengan, hal ini didukung oleh penelitian Marpaung et al.
(2014) yang menyatakan bahwa salep ekstrak daun Miana dengan
konsentrasi 20%, 40% dan 80% memberikan efek penyembuhan luka
terinfeksi pada kulit kelinci. Ekstrak etanol daun Miana (Coleus
scutellarioides [L] Benth) memiliki aktivitas sebagai antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus, Eschericia coli dan Pseudomonas
aeruginosa. Konsentrasi ekstrak 20%, 40% dan 80% merupakan
konsentrasi efektif untuk menghambat bakteri Staphylococcus aureus.
Konsentrasi 10%, 20%, 40% dan 80% merupakan konsentrasi efektif
untuk menghambat bakteri Eschericia coli. Sedangkan ekstrak 40%
dan 80% merupakan konsentrasi efektif untuk menghambat bakteri
Pseudomonas aeruginosa (Mpila, 2012). Korengan yang terjadi pada
kulit dapat disebabkan karena adanya infeksi bakteri sehingga
tumbuhan Miana dapat digunakan untuk mengobati infeksi tersebut.
65

2) Khasiat Farmakologis Lainnya


Berbagai aktivitas farmakologis yang ditemukan pada Miana,
antara lain, antimikroba, antihermintik, antifungi, antiinflamasi,
antibakterial, antioksidan, antidiabetes, antiinflamasi, dan antihistamin.
Menurut penelitian Moektiwardoyo et al., 2011 Miana mengandung
senyawa quersetin yang memiliki aktivitas farmakologis sebagai
antihistamin. Senyawa tersebut dapat menekan respons tubuh yang
ditimbulkan oleh histamin. Dengan begitu kemampuan Miana
meredakan nyeri haid benar-benar terbukti secara ilmiah Diketahui
dari penelitian Muljono et al. (2016) dan Sangi et al. (2008) bahwa
Miana memiliki aktivitas antimikroba dan antibakterial yang dapat
menghambat pertumbuhan virus dan bakteri. Hasil penemuan tersebut
merupakan bukti ilmiah dari pengetahuan tradisional bahwa ekstrak
daun Miana dapat digunakan untuk mengobati batuk.
14. Upak Bengkel (Nauclea subdita)

Gambar 19. Tumbuhan Upak Bengkel

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Nauclea
66

Spesies : Nauclea subdita (Korth.) Steud. (Pasha, 2021).


Nama umum : Bangkal
b. Morfologi
Bangkal (Nauclea subdita (Korth.) Steud.) merupakan salah satu
tumbuhan rawa Kalimantan, pohon tegak dengan ketinggian dapat
mencapai 7 sampai 16 meter. Daun kasar, berbentuk jorong sampai
lonjong-bulat telur, panjang daun 11 sampai 25 cm, bulat atau berbentuk
hati di pangkalan. Stipula berwarna hijau, bulat telur sampai elips, panjang
1 sampai 3 cm. Bunga berwarna putih diameter 4 sampai 5 cm, di
Indonesia sebarannya di daerah yang sering tergenang air, terutama di
daerah rawa Kalimantan. Tumbuhan Bangkal Genus Nauclea sp
merupakan salah satu tanaman yang potensial dikembangkan untuk herbal
terapi terhadap beberapa jenis penyakit (Badoc, et al., 2005).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan upak
bengkel sebagai obat tradisional, yaitu bagian kulit batang digunakan
untuk mengobati jerawat.
d. Kandungan Kimia
Bangkal menghasilkan senyawa metabolit sekunder seperti tanin,
fenolik, steroid dan senyawa alkaloid (Liew et al., 2012). Daun kulit dan
akar Nauclea subdita ditemukan mengandung alkaloid, tanin dan fenolik
dan saponin (Amos et al., 2005). Pada ekstrak kulit batang tanaman
menunjukkan kandungan senyawa metabolit sekunder golongan polifenol,
alkaloid, flavonoid dan saponin sedangkan ekstrak daun tanaman bangkal
mengandung senyawa golongan polifenol, alkaloid, flavonoid dan kuinon
(Maulana et al., 2020).
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Nauclea subdica digunakan untuk
mengobati jerawat, hal ini didukung oleh penelitian Rahmi et al.
(2021) yang menyatakan bahwa, metode ekstraksi dengan sokhletasi
67

menghasilkan ekstrak bangkal dengan kandungan total fenolik yang


paling tinggi demikian pula halnya dengan penggunaan pelarut etanol
96%. Kadar flavonoid terbesar diperoleh dengan menggunakan metode
perkolasi dan pelarut etil asetat. Kadar tanin terbesar diperoleh dengan
metode perkolasi dan pelarut etanol 96%. Aktivitas penghambatan
radikal bebas paling baik terdapat pada ekstrak etanol 70% cara
sokhlet, sedangkan aktivitas antibakteri yang tertinggi diperoleh dalam
ekstrak etil asetat menggunakan metode maserasi. Tingginya
kandungan senyawa fenolik pada ekstrak etanol 96% tidak
mempengaruhi aktivitas antioksidan (penangkapan radikal DPPH)
maupun aktivitas antibakteri. Semua ekstrak mampu menghambat P.
acne namun hanya ekstrak air dan ekstrak etil asetat yang mampu
menghambat P. acne dan S. aureus. Dengan demikian ekstrak bangkal
mempunyai potensi dalam mencegah dan menghambat bakteri
penyebab jerawat.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Berdasarkan penelitian Maulana et al. (2020) penelitian
menunjukkan ekstrak daun bangkal dapat berkhasiat sebagai
pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) karena
mengandung flavonoid yang dapat digunakan sebagai antioksidan
15. Kalanduyung (Guazuma ulmifolia Lamk)

Gambar 20. Tumbuhan Kalanduyung


68

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Sun Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Malves
Famili : Stercuiliaceae
Genus : Guazuma
Spesies : Guazuma ulmifolia Lamk (Wahyuni et al., 2018)
Nama umum : Jati Belanda
b. Morfologi
Guazuma ulmifolia Lamk berupa pohon dengan tinggi kurang lebih
10 meter. Batang keras, bulat, permukaan kasar, banyak alur, berkayu,
bercabang, warna hijau keputih-putihan. Daun tunggal bulat telur,
permukaan kasar, tepi daun bergerigi, ujung runcing, pangkal berlekuk,
pertulangan menyirip, panjang 10-16 cm dan lebar 3-6 cm, berwarna hijau
muda. Buah kotak, bulat, keras, permukaan berduri dan berwarna hitam
(Manriquez et al., 2011).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan
kalanduyung sebagai obat tradisional, yaitu bagian kulit batang digunakan
sebagai obat batuk.
d. Kandungan Kimia
Guazuma ulmifolia Lamk mengandung senyawa kuersetin
(Batubara, 2017), saponin, tanin, alkaloid, flavonoid, dan steroid (Trisia et
al., 2018)
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Guazuma ulmifolia Lamk digunakan
untuk mengobati batuk, hal ini sejalan dengan penelitian Trisia et al.
69

(2018) ekstrak etanol daun Kalanduyung dapat menghambat


pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Pneumonia merupakan
infeksi akut pada parenkim paru, bronkiolus respiratorius dan alveoli,
yang disebabkan oleh bakteri, satunya adalah bakteri Staphylococcus
aureus. Batuk adalah gejala penyakit pada organ paru (Purwanto et al.,
2018). Kandungan kimia daun dan kulit batang jati belanda adalah
alkaloid dan flavonoid (Lumbantobing et al., 2019). Mekanisme kerja
alkaloid sebagai antibakteri diprediksi melalui penghambatan sintesis
dinding sel yang akan menyebabkan lisis pada sel sehingga sel akan
mati (Nikham, 2012). Flavonoid diketahui memiliki sifat antibakteri
dimana mekanisme kerjanya adalah membentuk senyawa kompleks
dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler
(Darmawati et al., 2015). Sehingga kulit batang kalanduyung bisa
digunakan untuk mengobati batuk yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Staphylococcus aureus.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Khasiat farmakologis lainnya dari Guazuma ulmifolia Lamk.
yaitu Ekstrak etanol daun Guazuma ulmifolia memiliki aktivitas
bakteriostatik terhadap bakteri Streptococcus mutans (Wahyuni et al.,
2018), senyawa kuersetin yang terdapat dalam ekstrak daun Guazuma
ulmifolia Lamk. dengan kadar yang cukup tinggi memiliki khasiat
terkait penurunan kadar kolesterol (Batubara, 2017), ekstrak metanol
dari Guazuma ulmifolia Lamk. memiliki aktivitas sebagai anti-diabetes
dan anti-oksidan (Rachmi, 2016), serta dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Eschericia coli (Tumbel, 2009).
Dari hasil determinasi yang dilakukan di Laboratorium Biologi
Universitas Ahmad Dahlan menyatakan bahwa tumbuhan dengan nama lokal
Kayu Asem dan Asem Kayu Hutan memiliki nama latin yang sama yaitu
Tamarindus indica L. (Lampiran 8.)
70

16. Kayu Asem (Tamarindus indica L.)

Gambar 21. Tumbuhan Kayu Asem


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Division : Spermatophyta
Sub Division : Magniliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub Class : Risidae
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Tamarindus L.
Species : Tamarindus indica L. (Putri, 2014).
b. Morfologi
Tamarindus indica berupa pohon, 25 m, diameter batang hingga 1
m. Kulit batang saat tua berwarna coklat, pecah dan luruh seperti sisik.
Daun: Daun majemuk menyirip genap dan didukung oleh daun
penumpu yang kecil. Daun penumpu cepat gugur. Panjang tangkai dan
rakis daun 5 –16 cm, anak daun 10 – 20 pasang, jorong, panjang 8 – 30
cm dan lebar 3 – 10 mm. Pangkal helaian membundar dengan ujung
yang juga membundar atau sedikit bertusuk. Bunga: Perbungaan
tandan. Panjang rangkaian perbungaan hingga 22 cm. Bunga dengan
simetri tunggal, kelopak berjumlah 4, jorong, panjang 8 – 12 mm,
mahkota 3 helai dengan ukuran yang berbeda. Segmen mahkota bundar
71

telur, panjang 10 – 13 dan lebar 2 – 6 mm. Benang sari kurang dari 10


dan dengan kepala sari fertil berjumlah 3 dan steril berjumlah 4 atau 5.
Bakal buah menumpang dan dengan bakal biji berjumlah antara 8 – 14.
Buah dan Biji: Buah bertipe polong yang tidak pecah. Polong berbentuk
lonjong dengan panjang 5 – 15 cm dan lebar 1 – 3 cm. Daging buah
lembek dan berasa masam atau agak manis. Warna daging buah coklat
pucat. Biji per polong dengan jumlah hingga 10, berbentuk bundar telur
sungsang-membundar dan memipih. Panjang biji antara 11 – 17 mm
dan lebar 10 – 12 mm (Silalahi & Mustaqim 2020).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan kayu
asem sebagai obat tradisional, yaitu bagian daun digunakan untuk
mengobati luka luar.
d. Kandungan Kimia
Kandungan kimia asam jawa pada daging buah, daun dan batang
mengandung saponin, flavonoida dan tannin (Warintek, 2011)
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Tamarindus indica L. digunakan
untuk mengobati luka luar, hal ini sejalan dengan penelitian
Sosilowati et al. (2020) yang menyatakan bahwa, gel ekstrak etanol
daun asam jawa konsentrasi 0,5%, 1% dan 2% dapat berperan
sebagai penyembuh luka insisi dengan mekanisme meningkatkan
jumlah fibroblast. Tanaman asam jawa dapat dimanfaatkan sebagai
penyembuhan luka (Kuru, 2014).
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Khasiat farmakologis lainnya dari Tamarindus indica L. pada
penelitian Rosydi (2014) menyatakan bahwa, pemberian ekstrak
etanol 70% kulit buah asam jawa (Tamarindus indica L.) dapat
menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida pada tikus yang
diinduksi Triton X-100. Tanaman asam jawa dapat dimanfaatkan
72

sebagai terapi diare, disentri, antimikroba, ulkus peptik, spaspolitik


(Kuru, 2014).
17. Asem Kayu Hutan (Tamarindus indica L.)

Gambar 22. Tumbuhan Asem Kayu Hutan


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Division : Spermatophyta
Sub Division : Magniliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub Class : Risidae
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Tamarindus L.
Species : Tamarindus indica L. (Putri, 2014).
b. Morfologi
Tamarindus indica berupa pohon, 25 m, diameter batang hingga 1
m. Kulit batang saat tua berwarna coklat, pecah dan luruh seperti sisik.
Daun: Daun majemuk menyirip genap dan didukung oleh daun
penumpu yang kecil. Daun penumpu cepat gugur. Panjang tangkai dan
rakis daun 5 –16 cm, anak daun 10 – 20 pasang, jorong, panjang 8 –
30 cm dan lebar 3 – 10 mm. Pangkal helaian membundar dengan
ujung yang juga membundar atau sedikit bertusuk. Bunga:
Perbungaan tandan. Panjang rangkaian perbungaan hingga 22 cm.
73

Bunga dengan simetri tunggal, kelopak berjumlah 4, jorong, panjang 8


– 12 mm, mahkota 3 helai dengan ukuran yang berbeda. Segmen
mahkota bundar telur, panjang 10 – 13 dan lebar 2 – 6 mm. Benang
sari kurang dari 10 dan dengan kepala sari fertil berjumlah 3 dan steril
berjumlah 4 atau 5. Bakal buah menumpang dan dengan bakal biji
berjumlah antara 8 – 14. Buah dan Biji: Buah bertipe polong yang
tidak pecah. Polong berbentuk lonjong dengan panjang 5 – 15 cm dan
lebar 1 – 3 cm. Daging buah lembek dan berasa masam atau agak
manis. Warna daging buah coklat pucat. Biji per polong dengan
jumlah hingga 10, berbentuk bundar telur sungsang-membundar dan
memipih. Panjang biji antara 11 – 17 mm dan lebar 10 – 12 mm
(Silalahi & Mustaqim 2020).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan asem
kayu hutan sebagai obat tradisional, yaitu bagian kulit batang
digunakan untuk mengobati menurunkan kadar gula.
d. Kandungan Kimia
Kandungan kimia asam jawa pada daging buah, daun dan batang
mengandung saponin, flavonoida dan tannin (Warintek, 2011)
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Tamarindus indica L. digunakan
untuk mengobati menurunkan kadar gula, hal ini sejalan dengan
penelitian Hidayat et al. (2014) yang menyatakan bahwa, ekstrak
etanol 70% kulit batang asam jawa (Tamarindus indica L.)
mempunyai efek dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus
putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang diinduksi
aloksan.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Khasiat farmakologis lainnya dari Tamarindus indica L. pada
penelitian Rosydi (2014) menyatakan bahwa, pemberian ekstrak
74

etanol 70% kulit buah asam jawa (Tamarindus indica L.) dapat
menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida pada tikus yang
diinduksi Triton X-100. Tanaman asam jawa dapat dimanfaatkan
sebagai terapi diare, disentri, antimikroba, ulkus peptik, spaspolitik
(Kuru, 2014).
18. Palis Antang (Elephantopus scaber L.)

Gambar 23. Tumbuhan Palis Antang


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiosperma
Kelas : Dicotyledonale
Subkelas : Asteridae
Bangsa : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Elephantopus
Jenis : Elephantopus scaber L (Yuniarti, 2008).
Nama umum : Tapak Liman
b. Morfologi
Tumbuhan Elephantopus scaber ini termasuk tumbuhan tegak
dengan ukuran dapat mencapai 80 cm, batang bawah tapak liman pendek
cabangnya, batang tumbuhan tapak liman tertutup oleh rambut putih yang
menempel pada permukaan batangnya. daun tapak liman berbentuk
seperti sendok, susunan daun tumbuhan tapak liman melingkar, rapat dan
75

saling berinpitan, dengan tepi daun bergerigi dan permukaan daun yang
berbulu dan kasar. Akar pada tumbuhan ini besar kuat dan berbulu, seperti
pohon sikat (Yuniarti, 2008).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan palis
antang sebagai obat tradisional, yaitu daun digunakan untuk mengobati
luka dalam.
d. Kandungan Kimia
Kandungan kimia dari tumbuhan tapak liman Elephantopus scaber
yaitu peneliti Singh et al. (2005) Rajkapoor et al. (2002) menyatakan
bahwa Elephantopus terdapat kandungan seskuiterpen lakton, skabertopin,
asam isoklorogenat A dan B, epifriedelinol, lupeol, stigmasterol,
triacontan-1-ol, dotria-contan-1-ol, lupeol acetate, deoxyelephantopin
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Elephantopus scaber digunakan untuk
mengobati luka dalam. Hal ini sejalan dengan penelitian (Hiradeve &
Rangari, 2014) yang menyatakan bahwa, Clinacanthus nutans Lindau
dan Elephantopus scaber Linn. memiliki aktivitas sebagai penyembuh
luka.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Khasiat Farmakologis lain dari tumbuhan Elephantopus scaber
yaitu digunakan sebagai obat astringen, disentri, laktagoga, obat
demam, malaria, batuk, sariawan mulut, dan akarnya digunakan untuk
obat malaria, kurang darah, batuk, mencret, sariawan mulut. Hasil
penapisan fitokimia serbuk daun Elephantopus scaber positif
mengandung flavonoid, saponin, steroid atau triterpenoid, tanin dan
minyak atsiri (Azter, 2009). Dharma et al. (2013) melaporkan daun
daun Elephantopus scaber mengandung flavonoid sebesar 6,2%.
Dilaporkan ekstrak etanol daun E. scaber dapat menghambat
76

pertumbuhan bakteri E. coli, S. aureus, P. aeruginosa dan Vibrio sp


(Nonci et al., 2014).
19. Dawen Jawau Panjang (Manihot esculenta)

Gambar 24. Tumbuhan Dawen Jawau Panjang


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Suku : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta (Salim, 2011).
Nama umum : Ketela Pohon atau Singkong
b. Morfologi
Singkong termasuk tanaman perdu berbatang lunak atau getas
(mudah patah). Singkong berbatang bulat dan bergerigi yang terbentuk
dari bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus. Tanaman
singkong memiliki tinggi batang 1-4 meter. Daunnya memiliki tangkai
panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan. Tiap tangkai
mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun tersebut berwarna
kuning, hijau, atau merah. Umbi singkong atau akar pohonnya panjang,
dengan rata-rata diameter 2-3 cm dengan Panjang 50-80 cm, tergantung
varietas singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih
kekuning-kuningan (Salim, 2011).
77

c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan dawen
jawau panjang sebagai obat tradisional, yaitu bagian akar digunakan untuk
mengobati keputihan.
d. Kandungan Kimia
Kandungan yang terdapat dalam daun singkong yaitu air, fosfor,
karbohidrat, kalsium, vitamin C, protein, lemak, vitamin B1, zat besi,
flavonoid, saponin, tanin dan triterpenoid (Rikomah et al., 2017).
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Manihot esculenta digunakan untuk
mengobati keputihan. Hal ini didukung oleh penelitian Dewi (2018),
yang menyatakan bahwa ekstrak etanol daun singkong dapat
berpotensi menurunkan jumlah jamur Candida albicans karena
mengandung saponin, flavonoid dan tanin. Senyawa aktif alkaloid,
flavonoid, saponin dan tanin yang terdapat pada berbagai tumbuhan
terbukti memiliki efek antijamur terhadap Candida albicans (Ningsih,
2017; Fauzia, 2017). Keputihan abnormal terjadi akibat infeksi dari
berbagai mikroorganisme, antara lain bakteri, jamur, dan parasite
(Marhaeni, 2016).
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Megawati et al.
(2020) uji efektvitas gel ekstrak etanol 96% daun singkong (Manihot
esculenta Cranz.) dengan konsentrasi ekstrak 60% memberikan efek
terbaik dalam mempercepat proses penyembuhan luka sayat dengan
rata-rata persentase 83,30% pada hari ke-7.
78

20. Sawang Bahandang (Cordyline fruticose)

Gambar 25. Tumbuhan Sawang Bahandang


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Liliflorae
Famili : Liliaceae
Genus : Cordyline
Spesies : Cordyline fruticosa (L.) A. Chev. (Depkes, 2001)
Nama umum : Hanjuang
b. Morfologi
Akar sawang bahandang adalah akar bertipe serabut berwarna putih
kekuningan. Tumbuhan sawang bahandang tumbuh tegak yang
mempunyai tinggi 2 m lebih dan jarang bercabang. Bentuk batang
tumbuhan sawang bahandang yaitu bulat, dan keras. Bekas dudukan daun
terlihat jelas dan membentuk seperti cincin. Daun tumbuhan sawang
bahandang merupakan daun tunggal yang berwarna merah kecoklatan
serta bentuk daun memanjang. Letak daun tersebar dibatang dan terutama
terkumpul dibagian ujung batang, helaian daun berbentuk lanset, ujung
dan pangkal tumbuhan sawang bahandang meruncing dengan bagian tepi
merata tangkai daun tumbuhan sawang bahandang berbentuk seperti
talang, dan pertulangan daun menyirip. Bunga tumbuhan sawang
79

bahandang berbentuk besar dan muncul dari tengah kluster daun


(Dalimartha, 2006).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan Sawang
bahandang sebagai obat tradisional, yaitu akar digunakan untuk mengobati
pegal linu.
d. Kandungan Kimia
Kandungan Kimia dari tumbuhan Cordyline fruticosa L. yaitu,
peneliti Dalimartha (2006) menyatakan bahwa, Cordyline fruticosa L.
terdapat kandungan tanin, saponin, tannin, flvonoid, pelifenol, steroida,
polisakarida, kalsium oksalat dan zat besi
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Cordyline fruticosa L. digunakan
untuk mengobati pegal linu. Hal ini didukung oleh penelitian Naher et
al. (2019), Raslan et al., (2021) yang menyatakan bahwa, Cordyline
fruticosa L digunakan untuk pengobatan nyeri sendi, nyeri tulang
rematik.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Khasiat farmakologis lain dari tumbuhan Cordyline fruticosa L.
yaitu sebagai salah satu untuk mengobati radang gusi, diare, luka
berdarah, wasir berdarah, pendarahan (haemostatik) (Dalimartha,
2006).
4.2 Khasiat Empiris Tumbuhan Tidak Didukung Literatur
1. Uru Belanda (Paspalum conjugatum Berg)

Gambar 26. Tumbuhan Uru Belanda


80

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Paspalum
Spesies : Paspalum conjugatum (Berg.) (LIPI, 2007)
Nama umum : Rumput Paitan
b. Morfologi
Paspalum conjugatum (Berg.) atau dengan nama lokal uru belanda
mempunyai bentuk daun meruncing, tulang daun sejajar, permukaan daun
kasar agak berbulu, warna daun hijau tua, panjang daun 7-10 cm, dan lebar
daun 0,5 cm. Tangkai daunnya mempunyai panjang 1-2 cm. Bentuk
batang bersegi, tidak mempunyai cabang, arah tumbuh batang merayap
dengan stolon yang panjang pada tanah, jenis batangnya tergolong batang
basah, dengan warna batang hijau kekuning-kuningan. Akar berupa akar
serabut dengan panjang akar 2-5 cm (Muswanto, 2019).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan uru
balanda sebagai obat tradisional, yaitu bagian daun digunakan untuk
mengobati dyspepsia (maag) dan pembengkakan jantung.
d. Kandungan Kimia
Kandungan kimia yang terkandung dalam Paspalum conjugatum
(Berg.) adalah alkaloid (Muswanto, 2019).
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Belum ditemukan Publikasi Ilmiah terkait dengan khasiat daun
dari Paspalum conjugatum (Berg.) secara Farmakologis untuk
mengobati dyspepsia (maag) dan pembengkakan jantung.
81

2) Khasiat Farmakologis Lainnya


Khasiat farmakologis lainnya dari tumbuhan Paspalum
conjugatum (Berg.) menurut Muswanto (2019) ekstrak etanol daun
Paspalum conjugatum (Berg.) memiliki aktivitas sebagai antibakteri
yang relatif tinggi terhadap bakteri Staphylococus aureus.
2. Tingen (Imperata cylindrica)

Gambar 27. Tumbuhan Tingen

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata
Spesies : Imperata slyndrical (Pramono, 2002).
Nama umum : Ilalang
b. Morfologi
Jenis rumput yang tingginya bisa mencapai 2 meter. Rimpang kaku
yang tumbuh menjalar batangnya padat berbentuk silindris, berdiameter 2-
3 mm, dengan ruas-ruas berambut jarang. Daun berbentuk pita lanset
berujung runcing, dengan pangkal yang menyempit dan berbentuk talang,
buah berbentuk jorong, Panjang 1-2 mm, berwarna coklat tua, dan
mempunyai biji yang snagat kecil. Bijinya berambut halus dan mudah
82

diterbangkan angin (Hidayat, 2015). Bunga dalam bentuk malay, berwarna


putih dengan Panjang 6-28 cm. Benang sari 2, kepala sari putih/ungu.
Tangkai putik 2, berwarna ungu atau putih. Kebanayakan di daerah kering
dan cerah matahari (Steenis, 2006).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan tingen
sebagai obat tradisional, yaitu bagian akar digunakan untuk mengobati
pegal-pegal dan asam urat.
d. Kandungan Kimia
Akar dan batang alang-alang mengandung mannitol, glukosa,
sakarosa, malic acid, citric acid, coixol, arundoin, cylindrene, cylindol A,
graminone B, imperanene, stigmasterol, canvesterol, -sitosterol, fernenol,
arborinone, arborinol, isoarborinol, siniareno, anemonim dan tanin
(Dalimartha, 2006).
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Belum ditemukan Publikasi Ilmiah terkait dengan khasiat daun
dari Imperata slyndrical secara Farmakologis untuk mengobati pegal-
pegal dan asam urat.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Khasiat farmakologis lain dari tumbuhan Imperata clyndrical
yaitu, hasil penelitian menunjukkan kadar sampel alang-alang dalam
etanol yang paling potensial pada inhibisi bakteri escherichial coli
dalam ketiga sampel alang-alang, pada inhibisi pseudomonas
aeruginosa yang paling potensial dalam kadar sampel daun dan bunga,
pada inhibisi bacillus subtilis yang paling potensial adalah kadar
sampel daun dan pada inhibisi staphylococcus aureus yang paling
potensial dalam kadar sampel bunga (Mulyadi et al., 2013). Hasil
kajian menunjukkan akar alang-alang berkhasiat untuk gangguang
saluran kemih, mampu mengatasi radang, menurunkan tekanan darah,
83

melindungi syaraf, dan memiliki aktivitas kemopreventif sehingga


mendukung penggunanya di RRJ (Zulkarnain et al., 2019).
3. Kakambat (Justicia gendarussa Burm. F)

Gambar 28. Tumbuhan Kakambat


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Justicia
Spesies : Justicia gendarussa Burm. F. (Gustina, 2017).
Nama umum : Gandarusa
b. Morfologi
Tanaman ini berupa semak, pada umumnya di tanam sebagai pagar
hidup atau tumbuhan liar di hutan, tanggul sungai atau di pelihara sebagai
tanaman obat. Tumbuh pada ketinggian 1-500 m di atas permukaan laut.
tumbuh tegak, tinggi dapat mencapai 2 m, percabangan banyak, dimulai
dari dekat pangkal batang. Cabang-cabang yang masih muda berwarna
ungu gelap, dan bila sudah tua warnanya menjadi coklat mengkilat.
Batangnya berbentuk segi empat tumpul atau cukup bulat, berkayu,
bercabang, beruas, berwarna coklat kehitaman, dan mengkilap. Daun
berwarna hijau tua, terletak saling berhadapan, berupa daun tunggal, yang
84

bentuknya lanset dengan panjang 5-20cm, lebar 1-3,5cm. Tepi daun agak
menggulung dan rata, ujung daun meruncing, pangkal berbentuk biji
bertangkai pendek antara 5-7,5 mm, dan warna daun hijau gelap. Bunga
kecil berwarna putih atau dadu yang tersusun dalam rangkaian berupa
malai bulir yang menguncup, berambut menyebar dan keluar dari ketiak
daun atau ujung tangkai. Mahkota bunga berbentuk tabung, berbibir dua,
dan berwarna putih. Buah berbentuk bulat panjang. Selain yang berbatang
hitam lebih populer ada juga yang berbatang hijau. Perbanyakan tanaman
dilakukan dengan stek batang (Gustina, 2017).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan kakambat
sebagai obat tradisional, yaitu bagian daun dan akar digunakan untuk
mengobati pendarahan sehabis melahirkan.
d. Kandungan Kimia
Tanaman gandarusa mengandung senyawa yang berpotensi sebagai
antioksidan seperti flavonoid, saponin, tannin, fenol dan justicin, minyak
atsiri (Akfiyanti et al., 2017; Rusmiatik, 2013).
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Belum ditemukan Publikasi Ilmiah terkait dengan khasiat daun
dari Justicia gendarussa Burm. F. secara Farmakologis untuk
mengobati pendarahan sehabis melahirkan.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Daunnya berkhasiat untuk mengatasi batuk, asma, nyeri
lambung, rematik sendi, nyeri pinggang (encok), obat pening dan obat
untuk haid yang tidak teratur. Kegunaan yang lain untuk obat luka
terpukul (memar), patah tulang, reumatik pada persendian, bisul, borok
dan korengan. Akarnya dimanfatkan untuk mengurangi rasa sakit,
peluruh air seni, peluruh keringat, pencahar, penyakit kuning, radang
sendi, demam dan diare. Di India dan Asia Tenggara dipakai sebagai
penurun panas, merangsang muntah, anti reumatik, pengobatan sakit
85

kepala, kelumpuhan otot wajah, sakit mata dan telinga


(Sastroamidjojo, 1967 dalam Gustina 2017). Di antaranya, akar dan
daun direbus, kemudian diminum dua kali dalam sebulan bisa sebagai
obat KB bagi laki-laki (Syamsuhidayat, 1991 dalam Gustina, 2017).
4. Lombok Rawit (Capsicum frutences L.)

Gambar 29. Tumbuhan Lombok Rawit

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum frutencens L var. Cengek (Setiadi, 2006)
Nama umum : Cabai Rawit
b. Morfologi
Ciri-ciri morfologi yang mencolok adalah batang berbuku-buku
atau bagian atasnya bersudut, Daun berbentuk lonjong atau membundar
telur, panjang 1-12 cm, tulang daun menyirip letak bunga berdekatan.
Mahkota bunga membintang, berwarna putih kehijauan atau kadang-
kadang ungu bunga biasanya menggantung, mempunyai garis tengah 1,75-
2 mm. Kelopak bunga umumnya berbulu tetapi ada pula yang tidak
berbulu, mempunyai panjang 2-3 mm berwarna kehijauan. Buah tegak,
86

kadang-kadang pada tanaman hibrid buah menggantung, berbentuk bulat


telur jorong dengan diameter 0,75-1,50 mm panjang 2,5-12 cm buah muda
berbeda-beda ada warnanya ada yang berwarna hijau tua, hijau muda,
ungu hitam, putih, putih kekuningan, ketika setengah masak warnanya
juga berbeda-beda ada yang hijau, coklat kemerahan, dan setelah masak
buah berwarna merah, hitam ungu kehitaman (Setiadi, 2006)
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan lombok
rawit sebagai obat tradisional, dan bagian yang digunakan adalah akar
untuk mengatasi pegal linu, namum tidak hanya digunakan tunggal
melainkan dicampur dengan jenis tumbuhan lain seperti tumbuhan
sawang.
d. Kandungan Kimia
Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin,
diantaranya kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1
dan Vitamin C (Arifin, 2010). Menurut Kemala (2005) cabai juga
mengandung lasparaginase dan capsaicin yang berperan sebagai zat anti
kanker.
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Belum ditemukan publikasi ilmiah terkait dengan khasiat
empiris dari akar tumbuhan Capsicum frutencens L. secara
farmakologis untuk mengatasi pegal linu.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Cabai bisa digunakan untuk menyembuhkan radang
tenggorokan akibat udara dingin serta mengatasi polio (Setiadi, 2006).
87

5. Kayu Tuntung (Codiaeum variegatum)

Gambar 30. Tumbuhan Kayu Tuntung

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Codiaeum
Spesies : Codiaeum variegatum (Steenis, 2006)
Nama umum : Puring
b. Morfologi
Tanaman puring memiliki tinggi 90 cm-3,5 m dengan naungan 90
cm-1,8 m dan tekstur kasar. Susunan daun spiral daun dengan tipe daun
bulat, bergelombang detik keindahan tanaman ini terletak pada bentuk
daunnya yang sangat variatif. Batang berkayu berkambium, dan bercabang
titik akar puring termasuk dalam akar serabut. Dalam satu tanaman
memiliki bunga jantan dan betina dalam kurung monokost daun berukuran
an-nahl dengan warna agak kekuningan. Bentuk buah bulat dengan warna
hijau atau coklat (Henny et al., 2007).
88

c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan kayu
tuntung sebagai obat tradisional, yaitu bagian daun dan batang yang
digunakan untuk mengobati pendarahan sehabis melahirkan.
d. Kandungan Kimia
Kandungan kimia komponen fitokimia yang terdapat pada ekstrak
daun puring dalam pelarut air terdeteksi senyawa tanin dan saponin (Dewi
& Puspaningrum, 2017)
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Belum ditemukan Publikasi Ilmiah terkait dengan khasiat daun
dari Codiaeum variegatum secara farmakologis untuk mengobati
pendarahan sehabis melahirkan.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Khasiat farmakologis lainnya tumbuhan Codiaeum variegatum
pada penelitian Sahara et al. (2021) dalam judul uji aktivitas
antikolesterol ekstrak daun puring (Codiaeum variegatum (L.) Rumph.
Ex. A.Juss) secara in vitro, hasil penelitian menunjukkan pada
konsentrasi 500 ppm dapat menurun kadar kolesterol sebesar 52,20%
dan nilai EC50 yang didapatkan sebesar 449,87 µg/mL. Peningkatan
setiap konsentrasi ekstrak menunjukan peningkatan persen penurunan
kadar kolesterol.
6. Tewukak (Costus speciosus (Koenig))

Gambar 31. Tumbuhan Tewukak


89

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Liliopsida
Class : Zingiberidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Costaceae
Genus : Costus
Spesies : Costus specious (Koenig) (Srivastava et al., 2011).
Nama umum : Pacing
b. Morfologi
Pacing (Costus specious (Koenig)) adalah herba dengan tinggi 0,5-
3 m. Tangkai daun panjangnya maksimal 1,5 cm. Daun memanjang
berbentuk lanset hingga oblong, ujung meruncing, panjang daun 11-28 cm,
lebar daun 8-11 cm, bagian bawah daun berambut berwarna hijau muda,
bagian atas daun licin dan berwarna hijau tua. Pangkal daun tumpul, tepi
dan rata, daging daun seperti belulang dengan tulang daun melengkung.
Batang merupakan batang basar, berbentuk bulat, permukaan batang licin,
arah tumbuh batang tegak lurus, berwarna hijau sedikit kemerahan. Bunga
duduk, bentuk bulir terminal rapat, putih, merah. Kelopak sebanyak 3
berawarna merah dan tidak rontok. Mahkota bunga sebanyak 3 buah.
Panjang tabung mahkota kurang lebih 1 cm, lebar 0,5 cm, bentuk corong.
Putik tunggal dengan 3 kepala putik. Terdapat tangkai bunga berwarna
hijau (Srivastava et al., 2011).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan tewukak
sebagai obat tradisional, yaitu bagian akar dan batang digunakan sebagai
obat Tuberkulosis.
d. Kandungan Kimia
Kandungan kimia Costus specious (Koenig) yaitu flavonoid,
alkaloid, terpenoid, steroid, saponin dan fenolik (Devi & Urooj, 2010),
serta dalam analisis fitokimia menunjukan tanaman Pacing mengandung
90

alkaloid, fenol, tanin, flavon, xanton, flavonoid, flavonol, flavononols,


flavonon, dan saponin (Britto, 2011; Asmaliyah, 2010)
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Belum ditemukan Publikasi ilmiah terkait dengan batang dari
tumbuhan Costus specious (Koenig) secara farmakologis sebagai obat
Tuberkulosis.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Khasiat farmakologis lain dari tumbuhan Costus specious
(Koenig) yaitu, penelitian Sari et al. (2013) yang menyatakan bahwa,
infusa daun Pacing mampu menurunkan jumlah spermatozoa. Menurut
Srivastava et al. (2011) tanaman Pacing memiliki aktifitas
hipolipidemik hepatoprotektif, antifertilitas, antioksidan, dan antifungi.
7. Bajakah Tengang (Spatholobus littoralis Hassk.)

Gambar 32. Tumbuhan Bajakah Tengang


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Dialypetalae
Ordo : Rosales
Familia : Leguminosae
Genus : Spatholobus
91

Spesies : Spatholobus littoralis Hassk. (WFO, 2020 dalam


Habibi, 2021).
b. Morfologi
Tumbuhan ini memiliki bentuk lebar pada bagian pangkal daun,
bentuk pangkal daun segitiga sungsang dengan ujung daun runcing,
memiliki tangkai daun dengan panjang 2,4 – 6 cm. Daun berwarna hijau,
bentuk daun menyirip, dengan permukaan licin dan mengkilap, jumlah
daun dalam 1 tangkai ada 3 helai, memiliki bunga dengan panjang 7 – 8
mm berwarna putih, merah muda, merah atau merah tua yang tersusun
dalam fasula. Batangnya berwarna coklat kehijauan, berkulit kayu dan
tidak bercabang. Batang berbentuk seperti lekukan yang membedakan dari
batang tumbuhan lain. Batang menghasilkan getah kental warna merah,
memiliki rasa sepat dan pahit, dan memiliki ukuran yang cukup besar
(Sakultala & Pranom, 2014).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Kecamatan Sepang menggunakan tumbuhan bajakah
tengang sebagai obat tradisional, yaitu bagian batang digunakan untuk
mengobati kanker kelenjar getah bening
d. Kandungan Kimia
Tanaman Bajakah Tampala (Spatholobus littoralis Hassk.)
mengandung metabolit sekunder yang berkhasiat obat antara lain senyawa
alkaloid, polifenol termasuk flavonoid, dan terpenoid (Julianto, 2019).
e. Khasiat Farmakologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Belum ditemukan publikasi Ilmiah terkait dengan batang
Spatholobus littoralis Hassk. digunakan untuk mengobati kanker
kelenjar getah bening.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Khasiat farmakologis lainnya dari tumbuhan Spatholobus
littoralis Hassk. Berdasarkan penelitian Anisa et al. (2022) ekstrak
etanol akar bajakah merah (Spatholobus littoralis Hassk.) memiliki
92

efektivitas sebagai antimalaria terhadap Plasmodium falciparum.


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saputera & Ayuchecaria
(2019) terhadap batang bajakah asal Kalimantan Tengah, didapatkan
bahwa batang bajakah mengandung senyawa fenolik, flavonoid, tannin
dan saponin, serta memiliki bioaktivitas yang sangat efektif sebagai
penyembuh luka yang diujikan pada tikus putih jantan dan tumbuhan
bajakah memiliki bioaktivitas sebagai antioksidan.
93

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan tumbuhan berkhasiat obat
oleh masyarakat Suku Dayak di Kecamatan Sepang Kabupaten Gunung Mas,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat 27 jenis tumbuhan berkhasiat obat yang dimanfaatkan yaitu, Jambu
Biji, Nangka Belanda, Pucuk Kapok, Mengkudu, Pudak, Lidah Buaya,
Sampang Seribu, Uru Mutiara, Uru Sambelum, Palis Antang, Uru Belanda,
Tingen, Bunga Tandang, Dawen Jawau Panjang, Upak Bengkel, Kakambat,
Kayu Manis, Sawang, Lombok Rawit, Dawen Salam, Kumis Kucing, Kayu
Tuntung, Tewukak, Kalanduyung, Kayu Asem, Bajakah Tengang, dan Asem
Kayu Hutan. Terdapat 20 jenis tumbuhan yang khasiat empiris didukung
literatur dan terdapat 7 jenis tumbuhan yang khasiat empiris tidak sesuai
literatur.
2. Bagian tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan adalah kulit batang, akar,
batang dan yang paling banyak adalah bagian daun.
3. Cara pengolahan tumbuhan berkhasiat obat adalah dengan cara dibakar,
ditumbuk, dikonsumsi langsung, dipakai langsung dan yang paling sering
adalah diolah dengan cara direbus.
4. Khasiat empiris dari tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan yaitu 67%
khasiat empiris didukung data penelitian dan 33% khasiat empiris tidak
didukung data penelitian.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat di sarankan
sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penelusuran studi pustaka lebih lanjut pada jurnal untuk
mengetahui penelitian-penelitian terkait dengan khasiat empiris tumbuhan
yang telah didata.
94

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z., Fahruddin, K. & Indriana, N.I. 2021. Efektivitas Pembarian Lidah
Buaya Pada Pasien Luka Bakar di Yosowilangun. Jurnal Ilmiah
Keperawatan (Scientific Journal of Nursing). 7(1).

Absor, Ulil. 2006. Aktivitas Antibakteri Ranting Patah Tulang (Euphorbia


tirucalli Linn). Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Afiff, F. E. & Amilah, S. 2017. Efektivitas Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda


citrifolia L.) dan Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz dan Pav)
Terhadap Zona Hambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Stigma
Journal pf Science. 10(1): 12-16.

Agral, O., Fatimawali, Y.P. & Supriati H.S. 2013. Formulasi dan Uji Kelayakan
Sediaan Krim Anti Inflamasi Getah Tanaman Patah Tulang (Euphorbia
tirucalli L.). Jurnal Ilmiah Farmasi. 2(2): 1-3.

Ahsan & Diena. 2010. Keanekaragaman Varietas dan Hubungan Kekerabatan


Pada Tanaman Jati. Universitas Airlangga, hlm.8

Akpriyanti, D.G.I., Wimpie, P. & IGM, A. 2017. Pemberian Ekstrak Daun


Gandarusa (Justicia gendarussa Burm) Menurunkan Kadar F2-isoprostan
Urin Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Jantan Yang Diinduksi Latihan
Fisik Berlebih. Jurnal Biomedik (JBM). 9(3): 159-165.

Al-Dhubiab, B.E. 2012. Pharmaceutical Applications and Phytochemical Profile


of Cinnamomum burmanii. Pharmacognosy Reviews. 6(12): 125-131

Aloke C, Nwachukwu N, Indeyi JN, Ugwuja EL, Nwachi EU, Edeogu CO, &
Ogah. 2010. Hypoglyceamic and Hypolipideamic Effects of Feed
Formulated with Ceiba Petandra Leaves in Alloxan Induced Diabetic
Rats. Australian Journal of Basic and Applied Sciences. 4(9).

Amelia, Gusmeta. 2006. Potensi Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.)
Sebagai Antioksidan Alami. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Amos, S., Abbah, J., Chindo, B., Edmond, I., Binda, L., Adzu, B. & Gamaniel, K.
2005. Neuropharmacological effects of the aqueous extract of Nauclea
latifolia root bark in rats and mice. Journal of Ethnopharmacology.
97(1): 53–57.

Anggraini, Ayu. 2020. Manfaat Antioksidan Daun Salam Terhadap Kadar


Glukosa Darah dan Penurunan Apoptosis Neuron di Hippocampus Otak
Tikus yang Mengalami Diabetes. Jurnal Medika Hutama. 2(1): 349-355
95

Anggreani, Sekar. 2013. Uji Aktivitas Pembentukan Batu Ginjal (Anti


Nefrolithiasis) ekstrak Etanol dari Herba Pegagan (Centella asiatica (L.)
Urban) Pada Tikus Putih Jantan. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Program Studi Farmasi: Jakarta.

Anggara, A. 2009. Uji Aktivitas Anti Lithiasis Ekstrak Etanol Daun Alpukat
(Persea americana Mill) Pada Tikus Putih Jantan. Fakultas Kedokteran
Hewan IPB: Bogor.

Anisa, Sinta., Erida, W. & Lisda, H. 2022. Efektivitas Ekstrak Etanol Akar
Bajakah Merah (Spatholobus littoralis Hassk) Sebagai Antimalaria
Secara In Vitro Terhadap Plasmodium falciparum. Homeostatis.5(1):
151-160.

Ainil, Shufiyah. N., Ruslan Effendy. & Ira Widjiastuti. 2016. Konsentrasi Efektif
Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight) terhadap Hambatan
Biofilm Enterococcus faecalis. Conservative Dentistry Journal. 6(2): 87-
92

Ariani, S.R.D., Endang, S., Elfi, S.V.H. & Setiyani. 2008. Uji Aktivitas Ekstrak
Metanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) sebagai Antifertilitas
Kontrasepsi pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). Indo. J. Chem. 8(2):
264-270.

Arifin, I. 2010. Pengaruh Dan Cara Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Cabai
Rawit (Capsicum fructescens L. var. Cengek). Skripsi. Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Ibrahim, Malang.

Arnida & Sutomo. 2008. Pengaruh Fraksi Bulbus Bawang Dayak (Eleutherine
Palmifolia (L) Merr) terhadap Aktivitas Diuretika dan Peluruhan Batu
Ginjal Tikus Putih Jantan. Farmasi FMIPA Universitas Lambung
Mangkurat: Banjarmasin.

Badan Pusat Statistik. 2017. Kecamatan Sepang dalam Angka Sepang Subdistrict
in Figures. BPS Kabupaten Gunung Mas.

Badan Pusat Statistik. 2020. BPS Kabupaten Gunung Mas.

Badoc, A., Patouille, B. & Lacomblez, C. 2005. Chemotaxonomy of the


Rubiaceae family based on leaf fatty acid composition. 66:549–559.

Bahalwan, Farida & Nina, Y.M. 2018. Jenis Tumbuhan Herbal dan Cara
Pengolahannya (Studi Kasus Di Negeri Luhutuban Kecamatan
Kepulauan Manipa Kabupaten Seram Bagian Barat). Jurnal Biologi SKL.
7(2): 161-177.
96

Batubara, I., Husnawati., Darusman, L. K. & Mitsunaga, T. 2017. Senyawa


Penciri Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) Sebagai
Anti-Kolesterol. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 22(2): 87-91

Chasanah. 2010. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional. PT Bumi Aksara:


Jakarta.

Changa, X.L., Wanga, C., Fengb, Y. & Liua Z. 2006. Effect of heat treatment on
the stabilities of polysaccharides substances and barbaloin in juice from
Aloe vera Miller. Carbohydrate Research. 341(3):355-364

Cheetangdee, V. & Chaiseri, S. 2006. Free amino acid and reducing sugar
composition of pandan (Pandanus amaryllifolius) leaves. Kasetsart J.
(Nat. Sci.) 40 (Suppl.): 67-74

Choubey, A. 2011. In vitro growth and inhibition studies of Ceiba pentandra on


monosodium urate monohydrate srystals. Journal Pharmacologyonline.
2:650-656.

Daker, M. 2013. Inhibitory Effects of Cinnamomum Burmannii Blume Stem Bark


Extract and Trans-Cinnamaldehyde on Nasopharyngeal Carcinoma Cells;
Synergism with Cisplatin. Experimental and Therapeutic Medicine. 5(6):
1701–1709.

Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trobus: Bogor

Dalimartha, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Pustaka Bunda:


Jakarta.

Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 5. Pustaka Bunda:


Jakarta.

De Guzman CC & Siemonsma JS (eds.) 1999. Spices. Plant Resources of


Southeast Asia 13. Leiden: Backhuijs.

Departemen Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 1999.


Inventaris Tanaman Obat Indonesia (V). Bakti Husada: Jakarta.

Depkes RI. 2001. Inventaris Tumbuhan Obat Indonesia. Edisi III. Departemen
Kesehatan RI: Jakarta

Devi, V. & Urooj, A. 2010. Nutrient Profile and Antioxidant Components of


Costus speciosus Sm. and Costus igneus Nak. Indian Journal of Natural
Products and Resources. 1(1): 116-118.
97

Dewi, K. N. A. 2018. Potensi Ekstrak Etanol Daun Singkong (Manihot esculenta


C.) Terhadap Penurunan Jumlah Jamur Candida albicans. Skripsi.
Universitas Jember, Jember.

Djauhariya, E. 2003. Mengkudu (Morinda Citrifolia L) Tanaman Obat Potensial


Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Pengembangan Teknologi
TRO. 15(1).

Djamhuri, Triana Riandani., Yuliet., & Khildah Khaerati. 2016. Aktivitas


Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Antinefrolithiasis) Ekstrak
Etanol Daun Gedi Merah (Abelmoschus moschtus Medik) Pada Tikus
Putih Jantan. Galenika Journal of Pharmacy. 2(1): 31 – 37.

Due, R. 2013. Etnobotani Tumbuhan Obat Suku Dayak Pesaguan dan


Implementasinya Dalam Pembuatan Flash Card Biodiversitas. Skripsi.
Universitas Tanjungpura, Pontianak

Elamthuruthya, A.T., Shahb, C.R., Khanb, T.A., Tatkeb, P.A. & Gabheb, Y. 2004.
Standarization of marketed Kumariasava an Ayurvedic Aloe vera
Product. Food Control. 16(2):95-104.

Emilda. 2018. Efek Senyawa Bioaktif Kayu Manis Cinnamomum burmanii NEES
EX. BL. Terhadap Diabetes Melitus: Kajian Pustaka. Jurnal Fitofarmaka
Indonesia. 5(1):246-252

Eshun, K. & He, Q. 2004. Aloe vera: A valuable ingredient for food,
pharmaceutical and cosmetic industries. Int. J. of Aromatheraphy.
14(1):15-21

Fajria, Lili. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus
Amarillyfolius Roxb.) Terhadap Berat Testis Dan Diamater Tubulus
Mencit (Mus Musculus). Jurnal Ners Keperawatan. 7(2):161-169.

Fatin, R. J., Wahab, R., Daud, J. M., Rasat, M. S. & Sulaiman. 2012. Study on
Methanolic Extracts of Nauclea subdita (Korth) Steud. Heartwood Parts
for the Total Phenolic Contents and Free Radical Scavengin. Current
Research Journal of Biological Sciences. 4(5):600-607.

Fratiwi, Y. 2015. The Potential of Guava Leaf (Psidium Guajava L.) For
Diarrhea. Journal Majority. 4(1).

Friliana, Rani Okta., Heni Lutfiyati., Aribah Syauqi., Anisa Fitri., Rizki Setyo
Dwipasari. & Zulda Sarah Kusumawati. 2017. Inovasi Salep Ekstrak
Cobek (Cocor Bebek) sebagai Obat Bisul. University Research
Colloquium. 177-182.
98

Fauzia, I. S. 2017. Uji Kadar Hambat Minimal (KHM) Ekstrak Etanol Daun
Kersen (Muntingia calabura L.) Dengan Nistatin Terhadap Candida
albicans. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember, Jember.

Garakia, C.S.H., Meiske, S. dan Harry S.J.K. 2020. Uji Aktivitas Antiinflamasi
Ekstrak Etanol Tanaman Patah Tulang (Euphorbia tirucalli L.). Junal
MIPA. 9(2):60-63.

Gembong. 1996. Taksonomi Tumbuhan. UGM Press: Yogyakarta.

Gustina, Y.A. 2017. Analisis Kandungan Flavonoid Pada Berbagai Usia Panen
Tanaman Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) Secara
Spektrofotometri. Skripsi. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Habibi, A.R. 2021. Potensi Senyawa Bioaktif Bajakah Spatholobus litoralis Hassk
Sebagai Antimikroba Dan Antikanker Mcf-7 Dengan Cara Invitro Dan
Insilico. Tesis. Universitas Hassanudin, Makasar.

Hadju, V. G., Nature, M. & Saree, M. 2016. Etnofarmakologi Plant ants Nets
Papua (Hydnophytum Formicarum) on skouw tribe of Papua.
Internasional Journal of Researchin Medical and Health Sciences.
9(1):15-17.

Halimah, H., Suci, D.M. & Wijayanti, I. 2019. Studi Potensi Penggunaan Daun
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) sebagai Bahan Antibakteri Escherichia
coli dan Salmonella typhimurium. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.
24(1): 58-64.

Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif; Aplikasi Praktis Pembuatan


Proposal dan Laporan Penelitian. UMM Press: Malang

Haniffa, M.A. & Kavitha, K. 2012. Antibacterial activity of medicinal herbs


against the fish pathogen Aeromonas hydrophila. 8(1):205–211.

Hapsoh & Hasanah, Y. 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. USU P:
Medan.

Harmida., Sarno. & Yuni, V.F. 2011. Studi Etnofitomedika di Desa Lawang
Agung Kecamatan Ulu Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. Jurnal
Penelitian Sains. 14(1):42-46.

Harmoko, A.D. 2012. Potensi Anti Fungal Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum
burmanii) Terhadap Pertumbuhan Candida albicans Secara In Vitro.
Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
99

Hartanto. 2014. Studi Etnofarmakologi Familia Zigiberaceae Dalam Kehidupan


Masyarakat Lokal di Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi,
Riau. Journal of Biology and Biology Education. 6(2):98-108.

Hendrawati, T.Y., Ratri, A.N., Suratmi, U. & Anwar, I.R. 2017. Proses Industri
Berbahan Baku Tanaman Aloe vera (Aloe Chinesis Baker). Samudra
Biru: Yogyakarta.

Hermanto, F., Yun, F.Y., Aisyah, L.S., Saputra, T.R., Hakim, A.R., Ningsih,
A.K., Herlina, T., Julaeha, E., Zainuddin, A., dan Supratman, U. 2014.
Uji Aktivitas Antimalaria Ekstrak Etanol Daun Cocor Bebek (Kalanchoe
Blossfeldiana Poelln.) Pada Plasmodium Falciparum 3d7. Kartika Jurnal
Ilmiah Farmasi. 2(2):54-58.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III, Cetakan I, Diterjemahkan


Oleh Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.

Hidayat, C.I. 2014. Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Kulit Batang Asam Jawa
(Tamarindus indica L.) Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Putih
Jantan (Rattus norvegicus) Yang Diinduksi Aloksan. Naskah Publikasi.

Hidayat, S., Radome, M. & Napitupulu. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Swadaya
Grup: Jakarta.

Hiradeve, S. M., & Rangari, V. D. 2014. Elephantopus scaber Linn.: A review on


its ethnomedical, phytochemical and pharmacological profile. Journal of
applied biomedicine 12(2):49-61.

Husain, N. A. 2015. Studi Etnobotani dan Identifikasi Tumbuhan Obat Berbasis


Pengetahuan Lokal di Kabupaten Enerkang. Skripsi. Universitas
Hasanudin Makassar, Makassar.

Indriani, Opi. 2020. Etnofarmakologi dan Inventarisasi Tumbuhan Obat di


Kecamatan Kapuas Hilir Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah. Karya
Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Palangka Raya, Palangka
Raya.

Kamal, S.E., Zulfiah., Rina, A., Herman., Gerfan, P., Alfreds, R., Muh. F.,
Megawati., Sulfiyana, H., Ambo, L., Muhammad, T.D., Syachriyani.,
Firmansyah., Agust, D.D. & Rusli. 2021. The Effect of God's Crown
Fruit Extract and Cinnamon Extract on Decrease Total Cholesterol
Levels In Rats White Male. Urban Health. 3(1): 312-317.

Kandowangko, N. Y., Margaretha, S. & Jusna, A. 2011. Kajian Etnobotani


Tanaman Obat Oleh Masyarakat Kabupaten Bonebalango Provinsi
100

Gorontalo. Laporan Penelitian Tanaman Obat. Universitas Negeri


Gorontalo, Gorontalo.

Khairudin, M.N. 2019. Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol dan Etil Asetat Buah
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Terhadap Sel Hela. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Kurdi, A. 2010. Bagian Dari Tanaman Yang Digunakan Untuk Obat. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Dalam Puspitasari, D.
2016. Potensi Tumbuhan Herba Yang Berkhasiat Obat Di Area Kampus
Universitas Lampung. Skripsi. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Kuru, P. 2014. Tamarindus indica and its health related effects. Asian Pac. J.
Trop. Biomed. 4:676–681.

Kusuma FR, Zaky BM. 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Agromedia
Pustaka: Jakarta.

Laksita, Mayosi Dwi. 2019. Pengaruh Penambahan Daun Singkong (Manihot


utillissima) Terhadap Kadar Protein Dari Tempe. Skripsi. Universitas
Islam Negeri.

Latief, A. 2012. Obat Tradisional. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Latifa, Ayi N.A., Risa, K.P. & Farhan. 2017. Pembuatan Sediaan Parem dari
Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) dengan Campuran Beras, Kencur,
Jahe untuk Luka Bakar. Journal of Holistic and Health Sciences. 1(2):
145-149.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2007. Cassia alata (L) Roxb. Pusat
Penelitian Biologi – LIPI. Dalam Widjaja, E.A., Vera, B.L., Henry, K. &
Priyono. Pengobatan Dengan Tumbuhan Untuk Manusia: Studi Dari
Sebelas Desa di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah.
Laporan Penelitian. Bidang Botani, Puslit Biologi – LIPI.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2018. Guazuma ulmifolia Lamk. Pusat


Penelitian Biologi – LIPI: Bogor. Dalam Safitri, R. 2019. Kajian Empiris
Dan Etnofarmakologi Tumbuhan Hutan Berkhasiat Obat (THBO) Asal
Desa Tumbang Rungan Kelurahan Pahandut Kota Palangkaraya
Kalimantan Tengah. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya, Palangka Raya.

Leonardo. 2012. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat di Desa Sekabuk Kecamatan


Sadaniang Kabupaten Pontianak. Skripsi. Universitas Tanjungpura
Pontianak, Pontianak.
101

Lestaridewi, N. K., Jamhari, M. & Isnainar. 2017. Kajian Pemanfaatan Tanaman


Sebagai Obat Tradisional di Desa Tolai Kecamatan Torue Kabupaten
Parigi Moutong. Jurnal Ejip Biol. 5(2): 92-108.

Liew, S. Y., Mukhtar, M. R., Hadi, A.H.A., Awang, K., Mustafa, M.R., Zaima,
K., & Litaudon, M. 2012. Naucline, a new indole alkaloid from the bark
of Nauclea officinalis. Molecules. 17(4):4028–4036.

Ma’sum, Selvia. 2013. Uji Aktivitas Penghambat Batu Ginjal dari Ekstrak Etanol
70% Daun Kapuk Randu (Ceiba Pentandra (L.) Gaertn) pada Tikus
Jantan Putih. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi
Farmasi: Jakarta.

Maatiri, Astrindo., Joke, L.T., Jeane Mongi. & Vlagia, I.P. 2020. Uji Efektivitas
Infus Daun Pandan Wangi Pandanus amaryllifolius R. Terhadap Kadar
Kolesterol Dalam Darah Pada Tikus Putih Rattus novergicus. Majalah
InfoSains. 1(2): 30-37

Machfoedz, I. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Fitramaya:


Yogyakarta.

Majaz, Q. 2011. The Miracle Plant (Kalanchoe Pinna) A Phytochemical and


Pharmacological Review. Internasional Journal of Research in Ayurveda
and Pharmacy. 2(5):1478-1482.

Makalalag, I. 2014. Inventarisasi Jenis Tumbuhan Obat Tradisional di


Kecamatan Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.
Fakultas Matematika dan MIPA, Universitas Negeri Gorontalo:
Gorontalo.

Mangan, Y. 2009. Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker. Agromedia


pustaka: Jakarta.

Mardayah. 2020. Etnofarmakologi Tumbuhan Obat di Kecamatan Tehang Kapuas


Hulu Kalimantan Tengah. Karya Tulis Ilmiah. Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya, Palangkaraya.

Marhaeni, G. A. 2016. Keputihan pada Wanita. Jurnal Skala Husada. 13(1):30-


38.

Marpaung, P.N.S., Adeanne, C.W. & Paulina, V.Y.Y. 2014. Uji Efektivitas
Sediaan Salep Ekstrak Daun Miana Coleus scutellarioides [L] Benth.)
Untuk Pengobatan Luka Yang Terinfeksi Bakteri Staphylococcus aureus
Pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Jurnal Ilmiah Farmasi. 3(3): 170-
175.
102

Maulana, S., Muhammad, R.D., Wanda, N.P. & Iwan, Y. 2020. Narrative Review:
Ekstrak Daun Bangkal (Nauclea subdita.Merr) Terhadap Paru-Paru
Hewan Uji yang Terpapar Polusi Udara Akibat Kebakaran Hutan.
Journal of Pharmaceutical Care and Science. 1(1): 62-69

Megawati, Sefi., Nuraini. & Dewi, K. 2020. Uji Efektivitas Gel Ekstrak Etanol
96% Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz.) Pada Penyembuhan
Luka Sayat Kelinci Jantan Galur New Zealand White. Jurnal
Farmagazine. 7(1):1-12

Morshed, G. 2011. Evaluation of Analgesic and AntiInflammatory Effect of


Terminalia Arjuna Ethanol Extract. IJPSR. 2(10): 2577-2585.

Muflikhatur R, Siti. & Hesti, M.R. 2014. Perbedaan Pengaruh Antara Ekstrak Dan
Rebusan Daun Salam (Eugenia polyantha) Dalam Pencegahan
Peningkatan Kadar Kolesterol Total Pada Tikus Sprague Dawley. Jurnal
of Nutrition College. 3(1): 142-149

Muhammad. 2016. Acute oral toxucuty study of ethanol extract of Ceiba


pentandra leaves as a glucose lowering agent in diabetic rats. Journal of
Acute Disease. 5(3).

Mursiti, S. 2017. Losioin Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricate L.) sebagai
Antibakteri. Jurnal Ilmu Kimia Indonesia. 6(3):190-195.

Muswanto, E. 2019. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jukut Pahit
(Paspalum conjugatum) Asal Desa Pongruan Kabupaten Manggarai
Timur Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus dan Kajian Senyawa
Aktif. Skripsi. Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang.

Moektiwardoyo M, J., Levita, S.P., Sidiq, K., Ahmad, R., Mustarichie, A.,
Subarnas & S. Supriyatna. 2011. Thedetermination of quercetin in
Plectranthus scutellarioides (L.)R.Br. leaves extract and it’s in silicostudy
on histamine H4 receptor.Indonesian. J. Pharm 22: 191-196

Moleong, L.J. 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. PT. Remaja
Rosdakarya: Bandung.

Mpila, D.A. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Miana (Coleus
atropurpureus [L] Benth) Terhadap Staphylococcusaureus, Escherichia
coli dan Pseudomonas aeruginosa Secara In-Vitro. Pharmacon. 1(1): 15-
20.

Muljono P, F., Fatimawali, & A.E.Manapiring. 2016. Uji aktivitas antibakteri


ekstrak daun mayana jantan (Coleus atropurpureus Benth) terhadap
103

pertumbuhan bakteri Streptococcus sp. dan Pseudomonas sp. Jurnal e-


Biomedik 4 (1): 164-172.

Mwine. 2010. Evaluation of Larvicidal Properties of The Latex of Euphorbia


Tirucalli L. (Euphorbiaceae) Against Larvae of Anopheles Mosquitoes.
Uganda Martyrs University: Uganda.

Naher, S., Aziz, M. A., Akter, M. I., Rahman, S. M., & Sajon, S. R. 2019.
Analgesic, anti-inflammatory and anti-pyretic activities of methanolic
extract of Cordyline fruticosa (L.) A. Chev. leaves. Journal of Research
in Pharmacy. 23(2): 198-207.

Nasution. 2011. Metode Research Penelitian Ilmiah. PT Bumi Aksara: Jakarta.

Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Galia Indonesia: Bogor.

Ningsih, D. R. N. 2017. Ekstrak Daun Mangga (Mangifera indica L.) sebagai


Antijamur Candida albicans dan Identifikasi Golongan Senyawanya.
Jurnal Kimia Riset. 2(1): 61-68.

Nisak, Khairun & Chylen, S.R. 2021. Effectiveness of The Antibacterial Activity
on Orthosiphon aristatus Leaves Extract Against Proteus mirabilis and
Staphylococcus saprophyticus. Journal of Medical Laboratory Science
Technology. 4(2): 72-77.

Niu, C. & Gilbert, E.S. 2004. Colorimetric Method for Identifying Plant Essential
Oil Components That Affect Biofilm Formation and Structure. Applied
Environment Microbiology. 70:126951-6956

Nugroho, I.A. 2010. Lokakarya Nasional Tumbuhan Obat Indonesia. Apforgen


New Letter Edisi 2 Tahun 2010. Dalam Nurani, LIS. 2013. Pemanfaatan
Tradisional Tumbuhan Alam Berkhasiat Obat Oleh Masyarakat Di
Sekitar Cagar Alam Tangale (Traditional Use of Natural Plants
Efficacious Medicine by Local Community Around Tangale Nature
Reverse). Balai Kehutanan Manado. Info BPK Manado. 3(1).

Nugroho, Wahyu & Denada, A.C. 2018. Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas
Antioksidan Menggunakan DPPH Pada Ekstrak Etanol Daun Taya
(Nauclea orientalis). Jurnal Pendidikan Teknologi Kejuruan BALANGA.
6(1):35-40.

Nursiyah. 2013. Studi Deskriptif Tanaman Obat Tradisional yang Digunakan


Orang Tua Untuk Kesehatan Anak Usia Dini di Gugus Melai Kecamatan
Kalikajar Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Universitas Negeri Semarang,
Semarang.
104

Nuryani, S., R. F. Saptono, P. & Darwani. 2017. Pemanfaatan Ekstrak Daun


Jambu Biji (Psidiun guajava Linn) Sebagai Antibakteri dan Antifungi.
Jurnal Teknologi Laboratorium. 6(2).

Parameshwar. 2012. Hypoglycemis And Anti-lipidemic Effects Of ydroethanolic


Extract of Ceiba Pentandra Linn. International Journal of
Pharmaceutical Applications. 3(2).

Parhan & Niva, N. 2021. Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Randu (Ceiba
pentandra (L.)Gaertn.) Terhadap Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus).
Jurnal Dunia Farmasi. 5(2): 82-88

Pasha, Fathur Faddilah. 2021. Kajian Bahan Alam Berpotensi Sebagai Tabir
Surya. Skripsi. Universitas Ngudi Waluyo, Ungaran.

Pitoyo, A. & Triwahyudi, H. 2017. Dinamika Perkembangan Etnis di Indonesia


Dalam Persatuan Negara. Jurnal Populasi. 25(1):64-81.

Pramono, S. 2002. Kontribusi Bahan Obat Alam Dalam Mengatasi Krisis Bahan
Obat Di Indonesia. Jurnal Bahan Alam Indonesia. 1(1):18-20.

Pratiwi, R.H. 2014. Potensi Kapuk Randu (Ceiba pentandra Gaertn) dalam
Penyediaan Obat Hetbal. Widya Kesehatan dan Lingkungan. 1.

Putri, C.R.H. 2014. Potensi Pemanfaatan Tamarindus indica Dalam Berbagai


Terapi. Jurnal Ilmiah Kedokteran. 3(2): 40-54.

Putri, M.R. & Ika, A.M. 2022. Pengaruh Pemberian Kombinasi Ekstrak Kayu
Manis (Cinnanmomum burmanii) Dan Daun Salam (Syzygium
polyanthum Wight) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Mencit
Model Hiperurisemia. Borneo Student Research. 3(2): 2182-2189.

Rahayu SE & S Handayani. 2008. Keanekaragaman morfologi dan anatomi


Pandanus (Pandanaceae) di Jawa Barat. Vis Vitalis. 1(2):29-44

Rahman, F.A., Haniastuti, T. & Utami, T.W. 2017. Skrining Fitokimia dan
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricate L.)
pada Streptococcus mutans ATCC 35668. Majalah Kedokteran Gigi
Indonesia. 3(1):1-7.

Rahman, Safriani., Bayu Putra., Rachmat, K. & Riska Mustika. 2012. Uji
Aktivitas Imunoglobulin M (IgM) Ekstrak Etanol Herba Rumput Mutiara
(Hedyotis corymbosa) Pada Mencit (Mus musculus) Jantan Dengan
Metode Hemaglutinasi. As-Syifaa. 4(2): 144-150.
105

Rahmi, Nazarni., Rais Salim., Miyono & M. Ikhwan Rizki. 2021. Pengaruh Jenis
Pelarut Dan Metode Ekstraksi Terhadap Aktivitas Antibakteri Dan
Penghambatan Radikal Bebas Ekstrak Kulit Kayu Bangkal (Nauclea
subdita). Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 39(1): 13-26.

Rajkapoor, B.B., Jayakarta, R. & Ananadan. 2002. Efek Analgetik Ekstrak Etanol
Daun Tapak Liman Elephantopus scaber L. Pada Mencit Putih Jantan.
Jurnal Farmasi Hiega. 5(1). 2013.

Rambe, R. H. 2015. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 96% Herba Kumis


Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) Terhadap Kadar Kolesterol Total
Tikus Normal. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarata, Jakarta.

Raslan, M. A., Taher, R. F., Al-Karmalawy, A. A., El-Ebeedy, D., Metwaly, A.


G., Elkateeb, N. M., & Abd El Maksoud, A. I. 2021. Cordyline fruticosa
(L.) A. Chev. leaves: isolation, HPLC/MS profiling and evaluation of
nephroprotective and hepatoprotective activities supported by molecular
docking. New Journal of Chemistry. 45(47): 22216-22233.

Rasool N, Khan AQ, Manno JE, Winek CL. 1998. A Taraxerane Type Triterpene
from Euphorbia tirucalli. Phytochemistry 28 (4): 1553-1558.

Reshi, N. A., Sudarshana, M.S. & Girish, V. H. 2017. Evaluation of Antibacterial


Potential of Leaf And Leaf Derived Callus Extracts Of Orthosiphon
aristatus (Blume) Miq. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical
Research. 10(5): 245-249.

Ridwan Y, L.K. Darusman, F. Satrija, & E. Handaryani. 2006. Kandungan kimia


berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Benth.) dan efek
anthelmintiknya terhadap cacing pita pada ayam. Jurnal Pertanian
Indonesia. 11(2):1-6.

Rikomah, Setya E., Elmitra. & Diana, G.Y. 2017. Efek Ekstrak Etanol Daun
Singkong (Manihot utillissima Pohl) Sebagai Obat Alternatif Anti
Rematik Terhadap Rasa Sakit Pada Mencit. Jurnal Ilmiah Manuntung.
3(2):133-138.

Rivai, H., Zulharmita & Mulandari, T. 2019. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Kandungan Kimia Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume)
Miq) dari Ekstrak Heksan, Aseton, Etanol, dan Air.

Rosydi, A.R. 2014. Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Kulit Buah Asam Jawa
(Tamarindus indica L.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Dan Trigliserida
Serum Darah Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Galur Wistar.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
106

Rukmana, R. M. & Mulyowati, T. 2015. Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak


Etanolik Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus) pada Bakteri
Streptococcus pyogenes dan Salmonella thypi. Biomedika. 6(2): 16-18.

Rusmiatik. 2013. Pemberian Ekstrak Daun Gandarusa (Justicia gendarussa, Burn


f.) Menghambat Proses Penuaan Ovarium Pada Marmut. Ilmu Biomedik.
Universitas Udayana: Bali.

Sabirin, I. P.R & Euis, R. Y. 2019. Effect of Topical Noni (Morinda citrifolia L.)
Leaf Extract Paste in Carrageenan-induced Paw Edema on Wistar Rats.
Global Medical and Health Communication. 7(2): 116-122.

Salim, Emil. 2011. Mengolah Singkong menjadi Tepung Mocaf. Lily Publisher:
Yogyakarta.

Sangging, P.R.A. & Sari, M.R.N. 2017. Efektivitas Teh Daun Sirsak (Annona
muricate L.) terhadap Hipertensi. Majority. 6(2):49-54.

Sangi M, M.R.J., Runtuwene, H.E.I., Simbala, & V. M. A. Makang. 2008.


Analisis FitokimiaTumbuhan Obat di Kab. Minahasa Utara. Chem. Prog
1(1): 47-53

Sari, I. P., Rahayu, S. & Rizal, D. M. 2013. Infusa Daun Pacing Costus speciosus
(Koen.) J. E. Smith Sebagai Penghambat Jumlah Dan Kualitas
Spermatozoa Pada Mencit Jantan Balb/C. Traditional Medicine Journal
Vol. 18(1): 56-66.

Sari, C.Y. 2015. Penggunaan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Untuk
Menurunkan Tekanan Darah Tinggi. Majority. 4(3):35-40.

Saputera, M.M.A., & Ayuchecaria, N. 2019. Konsentrasi Hambat Minimum


(KHM) Kadar Ekstrak Etanol Batang Bajakah Tampala (Spatholobus
littoralis Hassk.) Terhadap Bakteri Escherichia coli Melalui Metode
Sumuran. Jurnal Ilmiah Manuntung. 5(2): 167–173.

Setiadi. 2006. Cabai Rawit Jenis dan Budaya. Penebar Swadaya: Jakarta.

Shan B. 2007. Antibacterial Properties and Major Bioactive Components of


Cinnamon Stick (Cinnamomum Burmannii): Activity Against Foodborne
Pathogenic Bacteria. Journal Agriculture Food Chemistry. 55(14):5484-
90.

Silalahi, Marina. 2018. Pandanus amaryllifolius Roxb (Pemanfaatan dan


Potensinya Sebagai Pengawet Makanan). Jurnal Pro-Life. 5(3):626-636
107

Silalahi, M. & Mustaqim, W.A. 2020. Tumbuhan Berbiji di Jakarta Jilid 1: 100
Jenis-Jenis Pohon Terpilih. Uki Press: Jakarta.

Simatupang, O. C., Abidjulu, J. & Siagian, K.V. 2017. Uji Daya Hambat Ekstrak
Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap Pertumbuhan Candida
albicans secara In Vitro. Journal e-GiGi. 5(1):1-6.

Sing, S.D.J., Krishna, V., Mankani, K.L., Manjunata, B.K., Vidya, S.M. &
Manohara, Y.N. 2005. Efek Analgetik Ekstrak Etanol Daun Tapak Liman
Elephantopus scaber L. Pada Mencit Putih Jantan. Jurnal Farmasi
Hiega. 5(1). 2013

Singht. 2017. Assesment of Antimicrobial and Phytochemical Properties of Ceiba


Petandra on Selected Clinical Isolates Found in Nigerian Teaching
Hospital. Journal of Bacteriology dan Mycology. 4.

Sintha, D. 2012. Kajian Etnofarmakologi Makassar Dari Beberapa Tanaman yang


Digunakan Untuk Mengobati Penyakit Hipertensi. Skripsi. Universitas
Hasanudin, Makassar.

Siregar, D. 2004. Manajemen Aset. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Siswandono & Soekarjo. 1995. Ilmu Patologi. Kedokteran EGC: Jakarta.

Soemardji, Andreanus A., Ita, N.A. & Nareswari A.D. 2015. Study on Rumput
Mutiara (Hedyotis Corimbosa) Herbs as Medicine. Journal of Medicine
and Health. 1:2;187-199

Srivastava, S., Singh, P., Mishra, G., Jha, K. K. & Khosa, R. L. 2011. Costus
speciosus (Keukand): A review, Der Pharmacia Sinica. 2(1): 118-128.

Strauss, Anselm & Yuliet Corbin. 2007. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif.


Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Steenis, V. 2003. Flora. Pradnya Paramita: Jakarta.

Steenis, V. 2005. Flora untuk Sekolah di Indonesia. Pradnya Paramita: Jakarta

Steenis, V. 2006. Flora. PT Perca: Jakarta.

Sugiama, A.G. 2013. Manajemen Aset Pariwisata. Guardaya Intimarta: Bandung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administratif. Alfabeta: Bandung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R & D. Alfabeta: Bandung.
108

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R & D. Alfabeta: Bandung.

Suhono, B. & Tim LIPI. 2010. Ensiklopedia Flora. Skripsi. PT Kharisma Ilmu:
Bogor, Bogor.

Sunarjono, H. 2005. Sirsak dan Srikaya: Budidaya Untuk Mengjasilkan Buah


Prima. Penebar Swadaya: Jakarta.

Susilowati, Agustina., Dian, R.R., Erma, Y., & Nanda, S.N. 2020. Efektifitas Gel
Ekstrak Etanol Daun Asam Jawa (Tamarindus indica L.) Terhadap
Jumlah Fibroblast Pada Proses Penyembuhan Luka Insisi Tikus Jantan
Galur Sprague Dawley. Majalah Farmaseutik. 16(2): 182-187.

Toana, M.H. & Nasir, B. 2010. Studi Bioaktif dan Isolasi Senyawa Bioaktif
Tumbuhan Euphorbia tirucalli (Euphorbiaceae) sebagai Insektisida
Botani Alternatif. Journal Agroland. 17(1): 47-55.

Trisia, Adelgrit., Regina, P. & Angeline, N.T. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Kalanduyung (Guazuma ulmifolia Lam.) Terhadap
Pertumbuhan Staphylococcu aureus dengan Metode Difusi Cakram
(Kirby-Bauer). Anterior Jurnal. 17(2): 136-143.

Ujan, Katarina Kewa., Wayan, S. & Made, M. 2019. Terapi Ekstrak Daun Jambu
Biji (Psidium guajava L.) Terhadap Penyembuhan Diare pada Sapi Bali.
Indonesia Medicus Veterinus. 8(4):474-484.

Ulya, N., Endharti, A. T. & Setyohadi, R. 2014. Uji Daya Anthelmintik Ekstrak
Etanol Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus) Sebagai
Anthelmintik Terhadap Ascaris suum Secara In Vitro. Majalah
Kesehatan FKUB. 1(3): 130-136

Utami, A. 2010. Potensi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Di Kabupaten Lampung


Barat dan Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Balai Penelitian
Kehutanan Palembang: Palembang.

Van Damme, Patrick. 2011. Euphorbia tirucalli L (Euphorbiaceae) – The Miracle


Tree: Current Status of Available Knowledge. Belganium : University of
Ghent.

Voigt, E. & H. Porter. 2007. Euphorbia tirucalli. South African National


Biodiversity Institute.

Okta, A.L.M. 2020. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus
amaryllifolius Roxb.) Sebagai Penghambat Pertumbuhan Jamur Candida
albicans. Skripsi. Universitas Brawijaya, Malang.
109

Wahyuni, S., Vifta, R. L. & Erwiyani, A. R. 2018. Kajian Aktivitas Antibakteri


Ekstrak Etanol Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) Terhadap
Pertumbuhan Streptococcus mutans. Inovasi Teknik Kimia. 3(1): 25-30.

Wahyuni, N.I. 2020. Etnofarmakologi Tumbuhan Obat di Kelurahan Sei Hanyu


Kecamatan Kapuas Hulu Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah. Karya
Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Palangka Raya, Palangka
Raya.

Wardiah., Hasanuddin & Muthmainnah. 2015. Etnobotani Medis Masyarakat


Kemukiman Pulo Breueh Selatan Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh
Besar. Jurnal EduBio Tropika. 3(2): 1-50.

Widhianti, W.D. 2011. Pembuatan Arang Aktif dari Biji Kapuk (Ceiba pentandra
L.) sebagai Absorben Zat Warna Rhodomin B. Skripsi. Universitas
Airlangga, Surabaya.

Yatias, E.A. 2015. Etnobotani Tumbuhan Obat di Desa Neglasari Kecamatan


Nyalindung Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. UIN Jakarta:
Jakarta.

Yi, Q., Zarina, W.Z., Nurulhidayah, C., Ezany M.Y., Azlina, A. & Suharni, M.
2017. The Antibacterial Properties of Euphorbia tirucalli Stem Extracts
Against Dental Caries Related Bacteria. Journal Med. & Health. 12(1):
34-41.

Yuniarti, T. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional, Cetakan Pertama


MedPress.

Yuniarti, Lelly., Miranti. K.D., Uci. A. L. & Tryando, B. 2016. Potensi Ekstrak
Air Daun Sirsak Sebagai Penurun Kolesterol dan Pengendali Bobot
Badan. Acta Veterinaria Indonesiana. 4(2):82-87.
110

LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur Kerja

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Pembuatan Herbarium Kering

Determinasi

Studi Pustaka
111

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian


112

Lampiran 3. Hasil Observasi

Identitas Informan
No Nama Usia Profesi
1 Bu Rusida 47 Tahun Ibu Rumah Tangga
2 Bapak Diwel 55 Tahun Petani
113

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian


114

Lampiran 5. Pemanfaatan Tumbuhan Berkhasiat Obat

No Bagian Tumbuhan Jenis Tumbuhan


1 Daun (folium) 16
2 Batang (caulis) 4
3 Kulit Batang (cortex) 4
4 Akar (radix) 9

No Cara Pengolahan Jenis Tumbuhan


1 Direbus 14
2 Ditumbuk 4
3 Dibakar 3
4 Dikonsumsi langsung 3
5 Dipakai langsung 3

No Hasil Studi Pustaka Jenis Tumbuhan


1 Khasiat empiris didukung data penelitian 20
2 Khasiat empiris tanpa data penelitian 7
115

Lampiran 6. Herbarium Kering

1. Kayu Asem

(Tumbuhan Kayu Asem diolesi formalin)

(Herbarium kering tumbuhan Kayu Asem)


116

2. Bajakah Tengang

(Tumbuhan Bajakah Tengang diolesi formalin)

(Herbarium kering tumbuhan Bajakah Tengang)


117

3. Asem Kayu Hutan

(Tumbuhan Asem Kayu Hutan diolesi formalin)

(Herbarium kering tumbuhan Asem Kayu Hutan)


118

Lampiran 7. Surat Pengantar Determinasi


119

Lampiran 8. Surat Hasil Determinasi

Anda mungkin juga menyukai