Jogy Dearma Octavian Silalahi
Jogy Dearma Octavian Silalahi
Jogy Dearma Octavian Silalahi
PENDAHULUAN
tanaman semusim dan termasuk ke dalam family Solanaceae. Buahnya merupakan sumber
vitamin dan mineral. Penggunaan tomat semakin meluas, karena dikonsumsi sebagai tomat segar
dan bumbu masakan, tomat juga dapat diolah menjadi bahan baku industri makanan seperti sari
buah dan sari tomat. Tanaman tomat dalam tulisan “ The Tomato in America ’’ oleh Andrew F.
Smith merupakan tanaman yang berasal dari dataran tinggi Pantai Barat Amerika Selatan
(Smith, 1994). Di Indonesia, tanaman tomat biasanya dibudidayakan di dataran tinggi, namun
sekarang ini, tanaman tomat sudah mulai dibudidyakan di dataran rendah karena adanya
keterbatasan lahan dan kebutuhan yang meningkat dengan menanam varietas tomat yang dapat
tumbuh di dataran rendah dan menjadi salah satu cara untuk meningkatkan produksi tomat
Badan Pusat Statistik, (2020) mencatat bahwa produksi tanaman tomat di Sumatera Utara
pada tahun 2020 mencapai 162.744 ton. Produksi ini mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2019 sebesar 118.583 ton. Peningkatan tersebut terjadi didukung penggunaan varietas baru
dan pemupukan dari hasil temuan para pakar pemulia tanaman. Menurut Hidayati dan
Dermawan (2002) varietas unggul memiliki jenis varietas baru yang mampu meningkatkan
produktivitas tanaman tomat, keunggulan dari varietas-varietas tersebut adalah tahan terhadap
beberapa jenis hama dan penyakit, tahan terhadap kondisi iklim dan tanah di Indonesia.
Buah tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi
tinggi dan membutuhkan perhatian dan penanganan, terutama untuk meningkatkan hasil dan
kualitas buahnya. Permasalahan utama dalam melakukan budidaya tomat yaitu produksi masih
sangat rendah apabila dibandingkan dengan potensi produksinya yaitu mencapai 50-70 ton/ha.
Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan produksi tomat, antara lain melalui perbaikan
teknologi budidaya seperti perbaikan varietas, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit,
sampai dengan penanganan pasca panen. Sebagian besar petani tomat di Indonesia masih
menggunakan cara budidaya yang masih sangat sederhana dan hanya dilakukan sesuai dengan
pengetahuan mereka saja terutama dalam bagian pemupukan. Pada umumnya petani tomat di
Indonesia masih menggunakan pupuk anorganik seperti Urea, NPK, dan SP-36 yang
mengandung berbagai senyawa kimia yang dapat memberikan dampak negatif pada tanah
apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama. Beberapa dampaknya yaitu tanah menjadi
lebih mudah mengeras dan berkurangnya kemampuan menyimpan air, sehingga produktivitas
Pupuk organik secara ekonomis jauh lebih terjangkau apabila dibandingkan dengan
pupuk anorganik. Sehingga dapat mengurangi biaya produksi pertanian (Lingga, 2007). Untuk
mengatasi hal tersebut, salah satu upaya yang dilakukan dalam bidang pertanian yaitu
Menurut Sutanto (2002), penggunaan POC merupakan salah satu cara untuk mengatasi
kekurangan bahan organik, karena mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Selain itu dapat meningkatkan hasil kualitas yang baik maupun kuantitas serta mampu
mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Pupuk Organik Cair merupakan pupuk organik yang
berbentuk cairan yang mengandung unsur hara tertentu yang bermanfaat bagi pertumbuhan
tanaman. Bahan baku pupuk cair berasal dari berbagai macam bahan organik seperti bahan kulit
nenas. Penggunaan POC dapat disiram atau disemprotkan pada bagian tanaman. Secara
kualitatif, kandungan unsur hara yang ada dalam POC atau pupuk organik tidak dapat lebih
tinggi dari pupuk anorganik atau pupuk kimia. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pemberian konsentrasi POC pada tanaman mampu meningkatkan produksi tanaman melalui
Hasil penelitian Hendro (2021) menunjukkan bahwa pemberian POC kulit nenas
berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit tanaman kelapa sawit pada umur pengamatan 4 MST.
Diumur 4 MST mendapatkan hasil tertinggi bibit tanaman kelapa sawit pada perlakuan 50 ml/L
dengan rataan tertinggi 7,06 cm berbeda nyata dengan perlakuan control dengan rataan tertinggi
perlakuan 10 ml/L dengan rataan tertinggi 6,18 cm, perlakuan 20 ml/L dengan rataan tertinggi
6,35 cm dan perlakuan 30 ml/L dengan rataan tertinggi 6,36 cm, namun tidak berbeda nyata
dengan perlakuan 40 ml/L dengan rataan tertinggi 6,95 cm. Menurut Hidayat (2013) menyatakan
bahwa pada pertambahan tinggi tanaman kelapa sawit ini sangat erat kaitannya dengan nitrogen
(N) sebagai unsur hara makro. Sehingga dengan adanya kandungan unsur (N) pada kandungan
POC dari kulit nenas tersebut dapat berpengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman kelapa
sawit. Karena unsur hara nitrogen (N) berperan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif dengan
bertambahnya tinggi tanaman pada kelapa sawit. Penelitian Junaidi dan Moeljanto (2019) juga
menunjukkan pemberian POC dengan dosis yang lebih tinggi (20 ml/tan) dapat meningkatkan
tinggi tanaman yang berbeda nyata dengan perlakuan dosis POC 10 ml/tan. Perlakuan pemberian
dosis POC tertinggi (25 ml/tan) ternyata menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi walaupun
tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman yang dihasilkan oleh perlakuan dosis POC 20 ml/tan.
Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan POC adalah kulit nenas,
berdasarkan kandungan nutrisinya, kulit nenas dapat dijadikan sebagai bahan POC karena
mengandung unsur hara 0,70% N, 19,98% C, 0.08%S, 0,03% Na, dengan pH 7,9 (Salim, 2008).
Juarsah (2014) menyatakan bahwa penggunaan POC aman karena berbahan dasar dari bahan
organik atau larutan mikroorganisme lokal yang ramah lingkungan selain itu juga bahan-bahan
yang digunakan diperoleh lingkungan sekitar dan yang paling utama POC ini dapat
meningkatkan aktifitas kimia, biologi dan fisik tanah sehingga menjadi baik untuk pertumbuhan
tanaman. Pada pemanfaatan kulit nenas yang penah dilakukan pada penelitian Tasari (2017) pada
budidaya tanaman jagung dengan memanfaatkan kulit nenas sebagai Mikroorgnisme Lokal
(MOL) dengan memberikan hasil yang terbaik pada konsentrasi 32 cc/liter air untuk
Umumnya petani mengubah pupuk kandang menjadi kompos dengan cara mengubur
pupuk kandang terlebih dahulu dalam tanah agar tidak berbau, dan membiarkan
mikroorganismenya untuk mengurainya (Prashasta, 2009). Pupuk kandang ayam sebagai salah
satu pupuk organik mengandung unsur hara makro dan mikro, sehingga sering disebut dengan
pupuk lengkap (Lingga, 2007). Hasil penelitian Siga dan Bolly (2019), menunjukkan bahwa
pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun
kacang tanah pada umur 15- 30 hari setelah tanam, serta berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah polong dan berat basah polong kacang tanah umur 90 hari setelah tanam. Selanjutnya
pada penelitian Yulianingsih (2018), menunjukkan bahwa pupuk kandang berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan berupa tinggi tanaman dan produksi tanaman tomat seperti jumlah buah,
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti pengaruh konsentrasi POC kulit
nenas dan dosis pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat (
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pemberian konsentrasi POC kulit nenas
dan pupuk kandang ayam serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat
1. Diduga ada pengaruh konsentrasi POC kulit nenas terhadap pertumbuhan dan produksi
2. Diduga ada pengaruh dosis pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan produksi
3. Diduga ada interaksi antara pengaruh konsentrasi POC kulit nenas dan pupuk kandang
Mill.) di polybag
1. Sebagai bahan penyusunan skripsi untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh ujian
2. Untuk mendapatkan kombinasi yang optimal antara pemberian konsentrasi POC kulit
nenas dan pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat (
3. Sebagai bahan informasi alternatif bagi petani dan pihak pihak yang memanfaatkan POC
kulit nenas dan pupuk kandang ayam untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam baik dari lingkungan
abiotik maupun biotik yang dapat digunakan untuk menghasilkan barang guna memenuhi
kebutuhan manusia. Hanafie (2010), menyatakan bahwa sumber daya alam alam ini dibagi
menjadi dua, yaitu sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan juga sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui. Komoditas pertanian merupakan salah satu sumber daya alam hayati
yang dapat diperbaharui ( renewable resources ) dan sumber daya yang tidak dapat di perbaharui
(unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif
sumber daya, kualitas dan kuantitas bahan produksi, serta lingkungannya. Proses produksi
pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan prouk hayati yang ramah
Pertanian berkelanjutan ini berawal dari pertanian oganik yang telah dimulai sekarang ini.
Pertanian organik sendiri merupakan suatu sistem pertanian yang di desain dan dikelola
Sriyanto (2010), prinsip pertanian organik yaitu tidak menggunakan atau membatasi penggunaan
pupuk anorganik serta harus mampu menyediakan hara bagi tanaman dan mengendalikan
serangan hama dari luar dengan cara lain diluar pengunaan pestisida.
Pertanian organik ini bertujuan untuk memperbaiki dan menyuburkan kondisi lahan serta
menjaga keseimbangan ekosistem. Menurut Sutanto (2002), prinsip ekologi dalam penerapan
- Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan unsur hara melalui fiksasi nitrogen, penyerapan
- Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara, dan air dengan mengelola iklim
- Membatasi terjadinya kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan melaksanakan
- Pemanfaatan sumber genetika ( plasma nutfah ) yang saling mendukung dan bersifat
mengalami fermentasi. Menurut Hadisuwito (2007) pupuk organik cair adalah larutan dari
pembusukan bahan bahan organik yang berasal dari sisa sisa tanaman, kotoran hewan, dan
Proses pembuatan pupuk cair alami memakan waktu enam bulan hingga setahun
(tergantung bahan yang digunakan). Oleh karena itu saat ini banyak dikembangkan banyak
bioaktivator atau dekomposer yang diproduksi secara komersial untuk meningkatkan proses
dekomposisi, meningkatkan penguraian materi organik, dan dapat meningkatkan kualitas produk
akhir ( Nuryani dkk, 2016). Penambahan bioaktivator dalam pembuatan pupuk cair diharapkan
dapat mempercepat pembentukan pupuk cair 2-3 minggu atau 1-1,5 bulan. Bioaktivator adalah
sumber inokulum mikroba sederhana yang kemudian mengalami mineralisasi sehingga menjadi
tersedia dalam bentuk mineral yang dapat diserap oleh tanaman atau organisme lain. Komposisi
utama dari bioaktivator tersebut adalah medium untuk pertumbuhan mikroorganisme dan sel-sel
mikroba hidup. Salah satu alternatif bioaktivator yang dapat digunakan adalah rumen sapi
(Tarigan, 2012)
Pupuk organik cair adalah pupuk yang dapat memberikan hara yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman di tanah. Keunggulan dari pupuk organik cair dapat menyehatkan
lingkungan, revitalisasi produktivitas tanah, menekan biaya, dan meningkatkan kualitas produk (
Hadisuwito, 2012). Buah nenas mengandung vitamin A dan C, kalsium, fosfor, magnesium, besi,
natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa ( gula tebu ), dan enzim bromelin. Berdasarkan kandungan
nutrisinya, ternyata kulit nenas mengandung karbohidrat dan gula yang cukup tinggi. Menurut
Wijana, dkk (1991 ) kulit nenas mengandung 81,72% air, 20,87% serat kasar, 17,53%
karbohidrat, 4,41% protein, dan 13,65% gula reduksi. Mengingat kandungan karbohidrat, gula,
dan protein yang cukup tinggi, maka kulit nenas mendukung untuk dimanfaatkan sebagai bahan
Hasil penelitian Manullang, dkk (2014) menunjukkan bahwa dengan pemberian berbagai
konsentrasi POC kulit nenas menghasilkan tanaman sawi yang lebih cepat dibandingkan dengan
perlakuan tanpa POC. Berat tanaman sawi paling tinggi dihasilkan pada perlakuan 2,0 ml POC/l
air yaitu 185,59 g/tanaman , sedangkan yang paling rendah dihasilkan pada perlakuan tanpa
pemberian POC yaitu 84,02 g/ tanaman . Hal ini disebabkan dengan pemberian POC dapat
meningkatkan ketersediaan dan serapan unsur hara yang sangat diperlukan untuk pembentukan
senyawa organik seperti karbohidrat, protein dan lipida. Senyawa-senyawa tersebut berperan
dalam pembentukan organ-organ tanaman. Seperti dikemukakan oleh Sry (1991) bahwa hasil
metabolisme (karbohidrat, protein dan lipida) digunakan tanaman untuk keperluan pembentukan
dan pembesaran sel tanaman. Selanjutnya dijelaskan oleh Dwidjoseputro (1991) bahwa tanaman
akan tumbuh subur dan memberikan hasil yang baik jika unsur hara yang dibutuhkannya tersedia
Hasil penelitian Dwidjoseputro (1991) juga memperlihatkan bahwa pemberian POC kulit
nenas dengan konsentrasi 3,0 ml POC/l air dan 4,0 ml POC/l air sudah tidak efektif dan efisien
lagi, bahkan menurunkan hasil tanaman sawi. Hal ini disebabkan karena konsentrasi POC yang
diberikan sudah melebihi dari konsentrasi yang dihendaki tanaman sawi. Pemupukan melalui
daun dapat mengalami kegagalan apabila konsentrasi larutan pupuk yang diberikan tidak sesuai,
Penelitian Waluyo (2018) menunjukkan perlakuan pupuk organik cair dari rumput laut
berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan bobot buah tomat sedangkam dosis yang paling
tepat adalah dosis 1 ml pertanaman. Yang menghasilkan bobot buah paling tinggi. Hal ini diduga
karena jumlah dan bobot buah tomat dipengaruhi oleh asupan fotosintat yang dihasilkan dari
proses fotosintesis yang terjadi di daun. Jumlah daun yang berbeda nyata pada semua perlakuan
menyebabkan banyaknya fotosintat yang dihasilkan daun juga berbeda, sehingga jumlah dan
bobot buah tomat juga berbeda nyata. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Wahyudi, (2012)
yang menyatakan bahwa pertumbuhan daun yang baik pada fase vegetatif berpengaruh terhadap
fase generatif tanaman karena hasil fotosintesis dari daun yang baik mampu menyuplai fotosintat
Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari fermentasi kotoran padat maupun
cair (urin) hewan ternak yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis
tanah ( Hariyadi dkk, 2019). Nitrogen adalah salah satu hara utama bagi sebagian besar tanaman
yang diperoleh dari pupuk kandang ayam. Nitrogen dari pupuk kandang umumnya diubah
menjadi bentuk nitrat yang tersedia. Nitrat mudah larut dan bergerak ke daerah perakaran
tanaman. Bentuk ini sama dengan bentuk yang bisa diambil oleh tanaman dari sumber pupuk
Kotoram ayam merupakan kotoran yang dikeluarkan sebagai proses makanan yang sudah
tercampur disertai urin dan sisa sisa makanan lainnya oleh karena itu kotoran yang keluarkan
menjadi tercampur baik kotoran cair maupun padat. Kotoran ayam dapat diubah atau
difermentasikan menjadi pupuk kandang ayam dengan mudah tanpa harus dilakukan
penimbunan, kotoran ini akan otomatis menjadi pupuk kandang (Setiawan, 2010). Kandungan
hara dalam pupuk kandang relatif banyak. Pupuk kandang cair jarang digunakan sebab urin
hewan yang tergolong dalam pupuk kandang cair sulit di tampung ( Prihmantoro, 2005)
Kotoran yang baru keluar dari tubuh hewan belum dapat digunakan sebagai pupuk karena
kotoran tersebut masih mengalami proses penguraian oleh jasad renik. Salah satu hasil proses
penguraian itu adalah energi panas. Energi ini akan sangat buruk akibatnya bagi tanaman, oleh
karena itu kotoran ayam yang masih baru tidak dapat digunakan sebagai pupuk. Jadi, pupuk
kandang yang dapat digunakan adalah pupuk yang telah matang. Artinya pupuk tersebut tidak
terjadi lagi proses dekomposisi atau penguraian oleh jasad renik. Tanda-tanda pupuk kandang
yang matang adalah tidak berbau tajam (bau amoniak), berwarna coklat tua, tampak kering, tidak
terasa panas bila dipegang, dan gembur bila diremas (Musnawar, 2009)
Pupuk kandang mengandung unsur hara dengan konsentrasi yang bervariasi tergantung
jenis ternak, makanan, umur, dan kesehatan ternak, sehingga pupuk kandang merupakan
komponen pupuk pertanian. Penggunaan pupuk kandang ayam sebagai pupuk tanaman
merupakan suatu siklus unsur hara yang sangat bermanfaat dan mengoptimalkan penggunaan
sumber daya alam yang terbarukan, disisi lain penggunaan pupuk kandang ayam dapat
untuk tanaman sayuran. Menurut Tohari ( 2009), pupuk kandang ayam mengandung unsur hara
Nitrogen (N) 1%, Phospor (P) 0,8%, dan Kalium (K) 0,4%. Pemberian pupuk kandang kotoran
ayam berfungsi untuk memperbaiki sifat fisika seperti struktur tanah, permeabilitas dan pori-pori
tanah, konsistensi dan sifat kimia tanah, seperti sifat kapasitas tukar kation, hara dan biologi
tanah, selain itu juga meningkatkan organisme mikro tanah. Pupuk kandang didalam tanah
mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik tanah, pengaruh tersebut berupa penguraian yang
terjadi dapat mempertinggi kadar bunga tanah (humus). Pupuk kandang yang diberikan secara
teratur kedalam tanah, dapat membentuk lapisan humus tanah yang dapat meningkatkan daya
penahan air, Sehingga memudahkan akar-akar tanaman menyerap zat-zat makanan bagi
Keperluan tanaman terhadap unsur hara sama halnya dengan keperluan manusia akan
makanan. Tanaman memerlukan pupuk kandang karena memiliki kelebihan dapat memperbaiki
sifat fisik tanah, memudahkan penyerapan air hujan, memperbaiki kemampuan tanah dalam
mengikat air, mengurangi erosi, memberikan lingkungan tumbuhan yang baik bagi perkecambah
biji dan akar, dan merupakan sumber unsur hara tanaman (seperti unsur N, P dan K). Pada tabel
2.1 disajikan perbandingan unsur hara N,P,K dari beberapa pupuk kandang.
Pada tanah masam, pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh positif kerena pupuk
organik dari kotoran ternak mampu meningkatkan kadar P, K, Ca, dan Mg tersedia. Pada tanah
ultisol umumnya memiliki kandungan hara yang rendah dikarenakan pencucian basa yang
intensif dan kandungan bahan organiknya rendah akibat proses pelapukan berlangsung cepat.
Sehingga apabila kegiatan budidaya tanaman dilakukan di tanah Ultisol, perlu diberikan input
berupa pupuk kandang ayam. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nariratih et all, (2013) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam di tanah Ultisol
dapat meningkatkan bobot kering tajuk tanaman dan peningkatan kadar nitrogen dalam tanah
respon yang baik terhadap pemberian pupuk kandang ayam. Hasil penelitian Lumbanraja (2013)
pada tanaman kacang tanah di tanah Ultisol Desa Simalingkar menenunjukkan bahwa,
pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap bobot basah bagian atas dan bagian
bawah tanaman serta bobot kering bagian atas maupun bagian bawah tanaman kacang tanah. Hal
ini terjadi karena mekanisme pupuk kandang ayam lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai
kadar hara yang cukup dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk kandang
Tanaman tomat (Lyopersicum esculentum Mill.) merupakan jenis sayuran buah, yang
tergolong dari familia Solanaceae atau terung-terungan yang dicirikan dengan batang dan
Marga/genus : Lycopersicum
Secara morfologis, organ organ menunjang pertumbuhan tanaman tomat adalah sebagai
berikut, akar tanaman tomat memiliki sistem perakaran tunggang yang tumbuh secara vertikal.
Pada kondisi lingkungan yang optimal, akar tanaman tomat dapat mencapai kedalaman 0,5 m.
pertumbuhan akar. Batang tanaman tomat berbentuk silinder dengan diameter dapat mencapai 4
cm. Permukaan batang ditutupi oleh bulu-bulu halus. Batang tanaman tomat memiliki banyak
cabang. Ujung batang merupakan bagian yang paling aktif membentuk daun dan bunga karena
terdapat meristem apikal. Berdasarkan tipe pertumbuhan batangnya, tanaman tomat dapat
dibedakan menjadi 2 tipe yaitu (1). Determinate (pendek). Tandan bunga terdapat pada ujung
tanaman dan setiap ruas batang. Contoh tipe determinate adalah varietas intan, berlian, dan ratna.
(2). Indeterminate (tinggi). Tandan bunga tidak terdapat pada setiap ruas batang, tetapi tumbuh
berselang seling diantara 2-3 ruas batang. Pada ujung tanaman senantiasa tumbuh puuk muda.
Daun Tanaman tomat berdaun majemuk dan berbentuk menyirip. Daun-daun tersebut
letaknya tersusun disetiap sisi. Jumlah daun biasanya ganjil, yakni berjumlah 5 atau 7 helai.
Bunga pada tanaman tomat termasuk bunga berkelamin dua atau hermaprodit. Kelopaknya
berjumlah 5 buah dengan warna hijau, sedangkan mahkotanya berjumlah 5 buah berwarna
kuning. Alat kelaminnya terdiri dari benang sari (stamen) dan kepala sari (anter) yang
terkandung didalamnya tepung sari atau polen. Karena memiliki 2 kelamin, bunga tomat dapat
penyerbukan. Buah tersebut akan masak pada 45-50 hari setelah pembuahan (Etti dan
Khairunisa, 2007)
Pada umumnya tanaman tomat dibudidayakan di dataran tinggi ,karena memang habitat
aslinya adalah dataran tinggi. Namun akhir akhir ini sejalan dengan terbatasnya lahan, para
pemulia tanaman mulai mengembangkan varietas-varietas baru yang dapat bertahan atau tumbuh
Tanaman tomat varietas servo F1 cocok ditanam di dataran rendah menengah. Produksi
tinggi, buahnya keras dan bulat, jumlah buah pertanaman sekitar 31-53 buah. Tanamannya
sangat vigor, tahan gemini virus dan layu bakteri, serta sangat toleran dengan iklim panas dan
beradaptasi baik dengan dataran rendah dengan ketinggian 145—300 meter dari permukaan laut.
Bentuk buah bulat, berpundak hijau dengan bobot 80 g/buah, keras dan toleran busuk ujung buah
(BER), umur mulai panen 62-65 HST dengan potensi hasil 2-3,5 kg/tanaman, dan 45-65 ton/ha.
Cara mengatasi serangan penyakit pada budidaya tanaman tomat servo ini adalah dengan
mengaplikasikan fungisida dan baktersida sejak awal untuk mencegah serangan penyakit pada
daun. Aplikasi kalsium (Ca) untuk mencegah blossomed rot (BER) dan meningkatkan kualitas
Pertumbuhan didefenisikan sebagai suatu peningkatan ukuran yang prosesnya tidak dapat
balik (irreversible), serta dihasilkan dari pembelahan sel dan perbesaran sel. Pertumbuhan
menyangkut aspek kuantitatif sehingga dapat dinyatakan dengan angka dan dapat ditukur dengan
alat ukur panjang atau berat. Melalui suatu rangkaian pembelahan mitosis, zigot akan menjadi
embrio multiseluler didalam sebuah biji. Setelah perkecambahan, terjadi pembelahan mitosis
yang sebagian besar terpusat pada meristem apikal dekat dengan ujung akar dan ujung tunas.
Pembesaran sel-sel yang bau dibuat inilah yang bertanggungjawab terhadap peningkatan ukuran
sesungguhnya dari suatu tumbuhan ( Neil, dkk, 2003). Proses-proses ini dapat pula dipengaruhi
oleh lingkungan di sekitar tumbuhan itu sendiri seperti ketersediaan air, pengaruh cahaya,
Pertumbuhan pada tanaman dapat juga dilihat dari makin besanya suatu tanaman yang
disebabkan oleh jurmlah sel yang bertambah banyak dan akan membesar. Pertumbuhan tanaman
tomat merupakan proses bertambahnya ukuran dari kecil hingga dewasa. Adapun perkembangan
yaitu proses menuju kedewasaan secara seksual dimana tanaman sudah siap untuk menghasilkan
keturunan
Tanaman tomat dapat tumbuh pada kondisi lingkungan yang beragam tergantung pada
varietas yang dipilih, seperti pada varietas SERVO F1 yang cocok pada dataran rendah. Salah
satu syarat ideal dari tumbuh kembang tomat yakni curah hujan 750-1250 mm/tahun
yang cukup. Pengairan yang berlebihan dapat menyebabkan kelembaban tanah menjadi tinggi
sehingga timbul berbagai macam penyakit. Curah hujan yang optimal untuk pertumbuhan tomat
adalah 100-220 mm/hujan dengan temperatur harian yang idealnya, yaitu 25-30 oC. Angin yang
sangat kencang dan musim hujan yang berkepanjangan merupakan kondisi lingkungan yang
tidak mendukung pertumbuhan tomat karena dapat menyebabkan ranting dan dahan mudah
patah. Untuk proses pembungaan, tomat membutuhkan temperatur malam hari sekitar 15-20 oC.
Tomat membutuhkan media tanam berupa tanah yang gembur, berpasir, subur, dan banyak
mengandung humus. Supaya mendapatkan hasil yang baik, tomat memerlukan tanah dengan
derajat keasaman (pH tanah) 5,5 – 6,5. Tanah yang ber-pH rendah (asam), perlu ditambahkan
kapur Dolomit (CaCO3). Kapur tersebut diberikan pada saat 3-4 minggu sebelum tanam dengan
cara disebar merata di atas media tanam (Purwati dan Khairunisyah, 2007)
BAB III
METODE PENELITIAN
Nommensen Medan di Desa Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan dari bulan Juni
sampai bulan Agustus 2022. Tempat penelitian berada pada ketinggian sekitar 33 meter dari
permukaan laut dengan kemasaman (pH) tanah 5,5- 6,5, jenis tanah Ultisol dan tekstur tanah
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat (Lycopersicum
esculentum Mill.) varietas Servo F1 (deskripsi terlampir), pupuk kandang ayam, kulit nenas,
EM4, gula merah/molase, air, polybag, dan dolomit. Alat yang digunakan adalah parang, tali
plastik, kayu/bambu, ember plastik, selang air, penggaris, jangka sorong, alat tulis, polybag,
cangkul, gembor, meteran, handsprayer, kalkulator, timbangan digital SF400, dan spanduk.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri
Faktor 1 : Perlakuan konsentrasi POC kulit nenas yang terdiri dari 3 taraf, yaitu:
P0 = 0 ml POC/l air/polybag
Faktor 2 : perlakuan dosis pupuk kandang ayam, yang terdiri dari 3 (tiga) taraf, yaitu:
Dosis anjuran pupuk kandang ayam pada tanah ultisol (Lumbanraja dan Harahap, 2015)
sebesar 20 ton/ha. Berikut merupakan perhitungan dosis pupuk kandang ayam per polybag
= X dosis anjuran
, /
= X 20.000kg
. . /
= 0,101 kg/polybag
= 101,361 g/polybag
= 11,150 kg
Metode analisis data yang digunakan untuk Rancangan Acak Kelompok Faktorial adalah
Yijk = Hasil pengamatan pada faktor konsentrasi POC kulit nenas taraf ke-i
dan faktor dosis pupuk kandang ayam taraf ke-j pada kelompok ke-k
µ = Nilai rataan
(αβ)ij = Pengaruh interaksi POC kulit nenas taraf ke-i dan pupuk kandang ayam pada
taraf ke-j
ԑijk = Pengaruh galat pada perlakuan POC kulit nenas taraf ke-I dan perlakuan pupuk
percobaan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Perlakuan yang berpengaruh nyata
dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji jarak Duncan (Malau, 2005)
Pembuatan pupuk organik cair kulit nenas diawali dengan menyediakan bahan limbah
kulit nenas yang sudah dicincang sebanyak 8 kg, Molase 600 g, EM4 600 ml, air cucian beras
sebanyak 1,5 liter dan air sebanyak 40 liter. Adapun alat yang akan digunakan yaitu, pisau,
blender, ember, dan plastik sebagai penutup. Bahan-bahan tersebut akan diproses secara
fermentasi dengan mencampurkan 600 g molase dan EM4 sebanyak 600 ml, aduk sampai rata
Tahap pertama potong halus atau cacah kulit nenas, kemudian diblender hingga halus
dengan menambahkan air cucian beras untuk memudahkan proses pemblenderan, setelah halus
kemudian dimasukkan ke dalam wadah ember yang sudah di isi air sebanyak 40 liter, kemudian
ditambahkan 600 ml EM4 dan 600 g Molase, dan juga air cucian beras sebanyak 1,5 liter, setelah
semua tercampur wadah tersebut ditutup. Wadah ditutup selama 10 hari untuk proses fermentasi,
selama proses fermentasi penutup harus dibuka sebentar saja setiap pagi untuk mengeluarkan gas
yang muncul dari proses fermentasi kemudian tutup kembali. Setelah 10 hari penutup sudah
dapat dibuka dan POC dari kulit nenas sudah jadi dan siap untuk digunakan (Rahayu, 2021)
Benih tomat disemaikan dalam plastik gula berukuran mini/ polibag mini yang diisi
dengan tanah top soil pada kedalaman 20 cm diatas permukaan tanah. Media persemaian diisi
dengan campuran tanah, dan kompos dengan perbandingan 2:1. Persemaian ini diletakkan di
bawah naungan yang tiangnya dari bambu dan pelepah kelapa sawit sebagai atap nya dengan
ketinggian 1,5 m arah timur dan 1 m ke arah barat. Panjang naungan 2,5 m dan lebarnya 1,5 m
yang memanjang dari arah Utara ke Selatan. Sebelum penyemaian, benih tomat terlebih dahulu
direndam dalam larutan fungisida dengan campuran 2 gram Benlox 50 WP dalam 1 liter air. Hal
ini ditujukan untuk mencegah terserangnya tanaman oleh penyakit rebah semai yang disebabkan
oleh Pythium spp. Media yang digunakan untuk persemaian terlebih dahulu disiram air agar
lembab sebelum ditanami benih. Setelah itu, benih ditanam kemudian ditutup dengan tanah.
Persemaian disiram pada waktu pagi dan sore hari menggunakan handsprayer. Pembibitan tomat
Pada penelitian ini, media tanam yang digunakan berasal dari tanah ultisol Kebun
B. Tanah terlebih dahulu diayak menggunakan ayakan pasir ukuran 5 mm dan dikeringkan.
Kemudian tanah yang sudah dikeringkan dimasukkan ke dalam polybag sebanyak 11,150 kg per
polybag. Media tanam yang disatukan ke dalam polybag berasal dari lapisan tanah kedalaman 20
cm dari permukaan tanah dan masing masing polybag diberikan campuran pupuk kandang ayam
Pada penelitian ini, pindah tanam dilakukan pada saat benih yang sudah disemaikan
sudah berumur 14 hari setelah semai. Pindah tanam dilakukan dengan cara melakukan
penyiraman terlebih dahulu pada media tanam polybag dan kemudian dilakukan penugalan,
Aplikasi perlakuan pupuk organik cair (POC) kulit nenas dilakukan dengan cara
melarutkan masing masing taraf POC kulit nenas ke dalam air terlebih dahulu dengan
konsentrasi masing-masing POC kulit nenas sebesar 0 ml/l per polybag, 50 ml/l per polybag, dan
100 ml/l per polybag. Pemberian konsentrasi POC kulit nenas dilakukan dengan sistem kalibrasi.
Untuk mendapatkan hasil kalibrasi dilakukan dengan cara menyiramkan air bersih pada polybag
percobaan (polybag kontrol) sampai basah hingga daya serapnya penuh. Setelah itu volume hasil
siraman dihitung dengan cara mengurangkan volume awal air dikurangkan dengan sisa air pada
siraman. Tiap kali pemberian POC kulit nenas ini maka volume siraman selalu dihitung dengan
didasarkan pada hasil kalibrasi. Pemberian POC kulit nenas dilakukan pada pagi hari sebanyak 4
kali dengan masing masing taraf perlakuan, yaitu pada saat 1 MSbPT ( minggu sebelum pindah
tanam). Pada tahapan ini POC kulit nenas dan pupuk kandang ayam dicampurkan secara
bersamaan sesuai dengan masing masing taraf perlakuan. Kemudian aplikasi perlakuan POC
kulit nenas dilakukan kembali pada saat tanaman berumur 2, 4, dan 6 MSPT ( minggu setelah
Pupuk kandang ayam yang akan digunakan ialah pupuk kandang yang sudah matang
yang ditandai dengan tidak berbau, berwarna hitam, tidak panas, bentuknya sudah serupa dengan
tanah gembur dan tampak kering. Aplikasi pupuk kandang dilakukan pada waktu 1 minggu
sebelum pindah tanam dengan taraf per masing masing perlakuan. Metode pemberian dilakukan
dengan cara mencampurkan pupuk kandang ayam dengan tanah kemudian dimasukkan ke dalam
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari, juga tergantung kepada keadaan cuaca.
Pemberian air yang berlebihan pada media tanam tomat dapat menyebabkan tanaman menjadi
tumbuh memanjang, tidak mampu menyerap unsur hara, dan mudah terserang penyakit.
b. Penyisipan/ Penyulaman
Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh pada media tanam agar
tidak menjadi pesaing dalam menyerap unsur hara sekaligus memberantas inang hama. Kegiatan
penyiangan dimulai pada 7 HSPT (hari setelah pindah tanam) dan seterusnya. Setelah disiangi,
dilanjutkan dengan kegiatan pembumbunan yang bertujuan memperbaiki peredaran udara dalam
tanah dan mengurangi gas-gas atau zat-zat beracun yang ada dalam tanah sehingga tanaman
menjadi sehat dan dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Kegiatan pembumbunan dilakukan
c. Penyiangan / Pembumbunan
Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh pada media tanam agar
tidak menjadi pesaing dalam menyerap unsur hara sekaligus memberantas inang hama. Kegiatan
penyiangan dimulai pada 7 HSPT (hari setelah pindah tanam) dan seterusnya. Setelah disiangi,
dilanjutkan dengan kegiatan pembumbunan yang bertujuan memperbaiki peredaran udara dalam
tanah dan mengurangi gas-gas atau zat-zat beracun yang ada dalam tanah sehingga tanaman
menjadi sehat dan dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Kegiatan pembumbunan dilakukan
d. Perempelan
Kegiatan perempelan adalah kegiatan memangkas atau merempel tunas yang tumbuh di
ketiak daun tomat agar tidak menjadi cabang baru. Perempelan dilakukan setiap 1 minggu sekali,
harus dilakukan secara hati-hati dan jangan sampai tunas terakhir ikut dirempel karena dapat
e. Pemasangan Ajir
Pemasangan ajir dilakukan untuk mencegah tanaman tomat roboh. Kegiatan ini dilakukan
pada minggu pertama setelah pindah tanam agar tanaman dapat berdiri tegak.
f. Pemangkasan Cabang
Cabang utama pada tanaman tomat disisakan sebanyak satu cabang. Hal ini dilakukan
agar tanaman dapat menghasilkan buah tomat dengan diameter yang lebih besar.
Pengendalian hama dan penyakit pada penelitian ini dilakukan dengan memadukan
penyemprotan tanaman menggunakan pestisida nabati minyak mimba atau Neem Oil. Sementara
pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan cara membuang hama yang ada pada
h. Panen
Buah tomat dipanen pada saat masak fisiologis yang ditandai dengan warna tomat
kemerah merahan dengan cara di petik. Tanaman tomat dipanen sebanyak 5 kali yaitu pada umur
65 HSPT, 69 HSPT, 73 HSPT, 77 HSPT, dan 81 HSPT. Panen seterusnya dilakukan secara
Seluruh tanaman dari setiap kombinasi digunakan sebagai sampel, yaitu sebanyak 2
tanaman. Tanaman yang dijadikan sampel ditetapkan dan diberi label sebagai tandanya.
Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), diameter batang (mm), diameter buah (cm),
jumlah buah per tanaman (buah), dan berat buah per tanaman (g)
Pengukuran tinggi tanaman pada tomat dimulai dari pangkal batang yang berada di
permukaan tanah sampai titik tumbuh tanaman. Pengukuran menggunakan meteran. Pengukuran
Diamater batang diukur dengan menggunakan jangka sorong, dangan cara menjepit pada
bagian batang yang berada 1 cm diatas pangkal batang dan diberi tanda pada patok. Pengukuran
Pengukuran diameter buah dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dengan cara
menjepit pada bagian tengah horizontal buah. Pengukuran dilakukan dengan mengambil lima
sampel buah secara acak setiap panen dari setiap perlakuan. Pengukuran dilakukan pada umur
Jumlah buah per tanaman dihitung dengan menjumlahkan semua buah yang dihasilkan
pada tanaman sampel per kombinasi yang ditentukan secara acak. Kegiatan tersebut dilakukan
pada 9 kombinasi tanaman lainnya. Perhitungan dilakukan setiap kali panen yaitu pada umur 65
HSPT, 69 HSPT, 73 HSPT, 77 HSPT dan 81 HSPT sehingga didapatkan rerataan jumlah tomat
Penghitungan berat buah per tanaman dilakukan dengan menimbang buah tomat
menggunakan timbangan digital SF400. Buah yang ditimbang untuk menentukan berat buah per
tanaman berasal dari seluruh tanaman sampel per kombinasi. Pengukuran dilakukan setiap panen
yaitu pada umur 65 HSPT, 69 HSPT, 73 HSPT, 77 HSPT dan 81 HSPT. Kemudian dijumlahkan
seluruhnya untuk memperoleh ukuran berat buah total rata-rata per tanaman.
Produktivitas per hektar ditentukan dengan mengalikan berat panen pe polybag ke jumlah
Produksi berat panen per hektar diperoleh dengan menggunakan rumus berikut:
Dimana :