Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Gangbang 4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Cerita Dewasa ML

Kumpulan Cerita Dewasa 18++

Tukar Pasangan Wanita Berjilbab di Gangbang 4 : The Final

*ILUSTRASI

Pemandangannya pasti heboh sekali. Aku menggandeng seorang gadis cantik, hitam manis,
berkacamata dan berjilbab. Tetapi, selain jilbab tak ada lagi sehelai kainpun di tubuhnya. Henny
tampak cemas ketika mendekati sekumpulan lelaki yang tengah merubung istriku. Kelihatannya
mereka telah selesai memperkosa mulut Tari tapi belum berhenti mempermainkan alat-alat
vitalnya. Henny makin cemas ketika perhatian mereka beralih kepadanya.

Tetapi aku juga cemas kalau-kalau Tari melihatku. Namun, begitu dekat, kulihat wajah Tari
memang betul-betul belepotan sperma. Matanya terpejam dan di lekukan kelopak matanya
menumpuk banyak sperma. Mulut Tari setengah terbuka dan dari dalam mengalir sperma.
Kusuruh Henny merangsang Tari yang terikat di meja dengan menjilati vaginanya. Para lelaki
langsung merubungnya. Sebagian langsung meremas-remas payudaranya yang menggantung.
Sebagian lagi menjilati vagina Henny. Sebagian lagi cukup puas menusuk-nusuk vagina Henny
dengan jari.
Ada juga yang bermain-main dengan klitoris Tari. Kulihat Tari mulai bereaksi. Kepalanya
menggeleng-geleng. Keningnya berkerut. Giginya menggigit bibirnya. Kunikmati saat Tari mulai
terangsang. Kukeluarkan penisku, kusentuhkan ke pipinya. Lalu, kupegangi kepala Tari dan
kupaksa ia mengulum penisku… Uhhh… gila… Tari mengerang-erang. Aku tahu persis ia
terangsang. Ia memang tak pernah bisa bertahan bila vaginanya dijilati. Ditambah lagi, tanganku
kini bermain-main dengan kedua putingnya… Aku ingin mendengar desahan Tari ketika
mencapai orgasme. Kulepas penisku dan beralih ke Henny. Kini Henny kuminta menjilati dan
mengulum puting Tari. Sementara para lelaki kuminta melanjutkan menjilati vagina Tari.

Dari belakang, kusetubuhi Henny. Vaginanya sudah basah kuyup. Tak terlalu sulit. Henny
mengerang. Tapi tak sekeras erangan Tari yang vaginanya dijilati seorang lelaki. Kubiarkan saja
para lelaki itu menusukkan jari mereka ke dalam vaginanya. Bahkan, kuberi kode kepada
seorang dari mereka agar memasukkan dua jari dalam posisi menekuk, lalu menggaruk-garuk
dinding bagian dalam vaginanya. Betul saja, begitu seorang dari mereka menggaruk bagian
belakang klitoris Tari dengan dua jari, Tari langsung terlihat melonjak dan mengerang panjang.
Ia tampaknya tak kuasa menahan gairah. “Ouuhhhh….eengghhh… aaauhhhh….” Tari terus
meracau.

Kepalanya menggeleng-geleng. Lelaki yang menjilati klitorisnya sambil menusukkan jari ke


dalam vaginanya makin bersemangat. Seorang lelaki lagi malah kini mengulum puting Tari. Itu
membuat Tari makin terangsang. Kulihat Bob pun bergabung, memaksa Tari mengoral penisnya.
Erangan Tari makin menjadi-jadi. Kulihat ia menggerak-gerakkan pinggulnya mengikuti
rangsangan di vaginanya. Aku jadi makin terangsang. Kupindahkan penisku ke anus Henny. Tak
terlalu sulit karena penisku sudah basah kuyup. Tapi tak urung Henny memekik juga. Apalagi
aku kemudian menyodominya dengan kasar. Kulihat Tari mencapai klimaks. Tubuhnya tampak
kelojotan. Lelaki yang mempermainkan vaginanya menarik keluar dua jarinya yang betul-betul
basah berlendir. Aku tak tahan lagi. Kutumpahkan spermaku ke anus Henny. Aku kemudian
beralih ke sisi Bob. Bob membiarkanku memaksa istriku mengulum penisku yang tadi
menyodomi Henny. *** Para lelaki tampak mulai berbaris di belakang Henny untuk
menggilirnya. Bob kini malah menempatkan diri di tengah-tengah kaki Tari yang mengangkang.

Tanpa minta persetujuanku, ia langsung memperkosa Tari. Anehnya, aku biarkan saja lelaki
gendut itu menyetubuhi istriku. Malah, melihat Tari yang kelelahan setelah diterjang orgasme
dan kini disetubuhi lelaki lain, aku justru kembali bergairah. Sambil melihat penis Bob keluar
masuk vagina istriku, kurangsang Tari dengan sentuhan pada payudara dan kedua putingnya.
Tari terlihat kembali terangsang. Ia kembali menggeliat-geliat sambil mendesah-desah. Saat Bob
menyodok-nyodokkan penisnya dengan gerak cepat, desahan Tari makin menjadi-jadi. Saat
itulah timbul keinginanku untuk menyakitinya. Kujepit kuat-kuat kedua putingnya sambil kutarik
menjauh. “Auuhhh… mmmmff…. ouhhh…. aaakkhh…. adduuhhh…. sakkkiiiittt…” rintihan
nikmat bercampur kesakitan Tari sungguh membangkitkan gairahku. Kulihat Bob merengkuh
pinggul Tari dan menariknya ke arah dirinya kuat-kuat. Tubuhnya bergetar. Dari mulutnya
terdengar suara menggereng. “Grrrhhhh…. memekmu hebat… Tari…. ggrrhhhh…” kata Bob di
sela nafas tersengal-sengal. Perlahan ia menarik keluar penisnya. Kulihat vagina istriku setengah
membuka dan perlahan menutup kembali. Bersamaan dengan itu, dari dalam rongga vaginanya
yang kemerahan, mengalir cairan putih kental. Penisku sudah sangat tegang. Tari memekik
ketika kubalikkan tubuhnya dan kubuat posisinya menungging. Sperma Bob tampak mengalir
dari celah vaginanya ke kedua belah pahanya yang mulus.

Tari merintih waktu dua jariku kutusukkan ke dalam vaginanya. Rintihannya makin keras waktu
dua jariku yang sudah berlumur sperma Bob kutusukkan ke anusnya dan kugerakkan berputar-
putar. Kini penisku pun menusuk vagina istriku yang baru saja disirami oleh sperma Bob. Amat
licin dan basah, tetapi tetap ‘menggigit’. Tari merintih-rintih pelan. Lalu, segera saja jadi pekik-
pekik kecil saat penisku kupindahkan ke anusnya. Dalam keadaan biasa, Tari tak mungkin mau
melayaniku anal sex. Itu sebabnya, ia amat tersiksa dengan perlakuan atas anusnya. Aku tak
peduli ketika beberapa lelaki yang baru saja memperkosa Henny berkerumun di sekelilingku.

Kubiarkan saja mereka mempermainkan payudara Tari yang berayun-ayun. Malah, ada yang
memaksa Tari mengulum penisnya yang basah kuyup sehabis dipakai menyetubuhi Henny.
Bahkan, aku jadi kian bernafsu mengaduk-aduk anusnya. Rintihan Tari kian lama berubah
menjadi jeritan putus asa. Sampai akhirnya, kutumpahkan lagi sperma ke dalam anusnya. Tari
tersungkur, telungkup di lantai. Isakannya terdengar memilukan. Beberapa lelaki masih
berkerumun di sekelilingnya. Seorang di antaranya membalikkan tubuhnya dan langsung
menempatkan diri di tengah-tengah kakinya yang terentang. “Hei… ngapain kamu ?” tegur Bob.
“Pengen, bos…” sahut lelaki itu. Penisnya yang tegang terlihat sudah menyentuh vagina Tari.
“Nggak boleh. Cewek ini harus istirahat dulu,” kata Bob sambil menggamit tanganku. “Jangan
khawatir, nggak ada yang berani menyetubuhi istrimu tanpa izinku,” bisik Bob kepadaku.
Kulihat, Henny masih digilir sejumlah lelaki. Tari menggeliat-geliat di lantai. Sejumlah lelaki
terus saja menjamah tubuhnya. TARI TARI “Bos, teman-teman berani bayar untuk nidurin Mbak
Tari,” tiba-tiba seorang anak buah Bob masuk ke ruangan tempat aku dan Bob ngobrol. Bob
menoleh kepadaku.

Aku tahu ia minta persetujuan. “Berapa ?” iseng saja aku tanya. “Lima puluh ribu satu orang,
masing-masing setengah jam,” sahutnya. “Ah gila lu. Masak cewek secakep itu cuman lu hargain
gocap ?” kataku. “Terus, berapa dong bos ? Nanti saya sampaikan ke teman-teman,” ujarnya.
“Kalau sepuluh kali lipat, mungkin gue pikir-pikir,” kataku lagi, masih sambil iseng. Kupikir,
mereka nggak akan berani. Lelaki itu ngeloyor pergi. Rundingan dulu dengan teman-teman,
katanya. Tak kusangka, 5 menit kemudian, dia balik lagi. “Bos, kalau 300 tapi 24 jam, teman-
teman mau,” ia mengajukan tawaran baru. Sebelumnya sudah kupastikan ke Bob bahwa mereka
tak tahu aku adalah suami perempuan yang sedang mereka tawar itu. “15 orang, jadi 4,5 juta. Itu
udah banyak banget, bos,” kata lelaki itu kepadaku. Aku mulai tergiur. 4,5 juta dalam waktu 24
jam ! Tapi aku masih coba jual mahal. “Nggak… 500 ribu 24 jam. Itu sudah nggak bisa ditawar,”
kataku. Lelaki itu terlihat kecewa. Ia sudah mau keluar ruangan. “Tunggu dulu,” kata Bob.
“Kalian bisa kumpulkan 4,5 juta ?” katanya. Lelaki itu mengangguk. “Anda minta 500 ribu kali
15 orang, pak ?” kata Bob, kali ini kepadaku. Aku makin tergiur. “Ya, 7,5 juta,” sahutku. Bob
terdiam sebentar. “Ya sudah, yang 200 ribu per orang aku bayarin,” katanya. Lelaki itu sontak
tertawa dan menjabat tangan Bob lalu mengabari teman-temannya. “Pak Bob serius ?” kataku
masih sambil bengong. “Lho, apa saya pernah main-main ?” katanya sambil mengeluarkan buku
cek dan menuliskan angka Rp 7,5 juta. “Yuk, kita lihat 15 kontol ngaduk-ngaduk memek istri
bapak,” katanya. *** Aku masih sulit mempercayai keputusanku menjual istriku untuk acara
pesta seks gila itu. Lebih sulit lagi untuk mempercayai kenyataan bahwa aku menikmatinya.
Kini, dari sudut yang tak terlihat, kusaksikan Tari dikerumuni 15 lelaki bugil, digiring ke kolam
renang. Ia tampak sangat jengah.

Di dalam kolam renang, terdengar berulangkali pekiknya. Jelas itu lantaran organ-organ vitalnya
dijamah 15 pasang tangan yang seringkali berebut. Kulihat, mereka kemudian memandikan Tari
di shower terbuka di tepi kolam. Sensasi aneh menjalari tubuhku melihat tubuh telanjang istriku
disabuni belasan lelaki. Seusai mandi, pemandangan aneh terlihat. Tari sudah kembali
berpakaian lengkap. Jubah panjang hitam berbunga putih kecil-kecil, jilbab putih lebar dan
sepasang kaus kaki krem. Aneh, karena perempuan alim itu berjalan di depan barisan lelaki
telanjang. Tari tampak jengah. Berkali-kali ia terlihat menepis tangan-tangan yang menjawil
bokong, payudara atau selangkangannya. Tapi ia juga sudah tahu persis kondisinya. Ia adalah
budak mereka. Jika menolak perintah, artinya ia bisa diperlakukan kasar atau bahkan tak bisa
pulang lagi ke rumah. Tentu saja ia tak ingin selamanya jadi budak. Ia ingin pulang. Maka, meski
dengan tubuh gemetar, ia tak berusaha melepaskan diri waktu salah seorang dari mereka
menariknya mendekat dan memeluknya erat. Tiba-tiba, lelaki itu mencium bibir Tari dengan
bernafsu.

Tari meronta-ronta tetapi pelukan lelaki itu begitu erat. Tari terengah-engah ketika lelaki itu
melepaskan bibirnya. Ia memalingkan wajahnya saat lelaki itu tahu-tahu berbaring terlentang di
lantai sambil memegangi penisnya yang mengacung. “Angkat bajumu. Aku mau lihat
memekmu,” katanya sambil menunjuk pangkal paha Tari. Tari memekik ketika bagian bawah
jubahnya diangkat sejumlah lelaki yang mengerumuninya sampai ke pinggang. Ternyata di balik
itu ia tak mengenakan apapun. Vagina istriku terlihat tanpa rambut, putih kemerahan. Lagi-lagi
Tari memekik. Sebab, lelaki bertubuh besar di belakangnya mengangkat tubuhnya dengan
bertumpu pada kedua pahanya. Akibatnya, kini kedua pahanya mengangkang. Sejumlah
tanganpun berebut menyentuh pangkal pahanya. Rupanya lelaki itu kini menurunkan tubuh Tari
tepat di atas temannya yang berbaring. Langsung terdengar erangan kesakitan Tari saat penis
lelaki yang berbaring di bawahnya menusuk vaginanya.

“Lepaskan…. biar dia sendiri yang memasukkan kontolku ke memeknya,” kata lelaki itu yang
sepertinya semacam pimpinan kelompok pekerja itu. Kulihat Tari menggigit bibirnya, bersusah
payah mengepaskan posisinya. Seseorang di belakangnya mengangkat jubahnya sampai ke
pinggang, sehingga semua bisa melihat masuknya penis ke vaginanya. Kelihatan penis lelaki itu
sudah masuk sampai pangkalnya. “Ayo, sudah banyak kontol masuk situ kan ? Kamu pasti tahu
yang seharusnya kamu lakukan,” kata lelaki itu sambil meremas kedua payudara istriku yang
masih tertutup jilbab lebarnya. Tari terisak-isak. Tapi tak urung, ia mulai menggerakkan
pinggulnya berputar-putar. Ia juga menaikturunkan pinggulnya.

Seorang lelaki terlihat menyampirkan jilbabnya ke pundak. Di bagian muka jubah Tari ada
ritsleting panjang. Ristleting itu pun ditarik turun, hingga kini bagian dadanya terbuka lebar.
Ternyata istriku no bra. Tak bosan-bosannya mereka menjamah, meremas-remasnya. Memilin-
milin dan mengulum putingnya. Tari kini betul-betul jadi permainan mereka. Kedua tangannya
dipaksa mengocok dua penis di kanan kirinya. Sementara seorang lelaki memaksanya mengulum
penisnya. Sekitar seperempat jam posisi itu berjalan sampai akhirnya lelaki di bawah Tari
mengerang keras. Pinggulnya terangkat tinggi ke atas. Sedang tangannya merengkuh pinggang
Tari. “Hihhhh…. bunting…. ayo bunting !!!” maki lelaki itu saat ia mencapai orgasme. Tiba-tiba
saja,

ia juga menampar kedua payudara Tari keras-keras berkali-kali sampai terlihat memerah. Tari
mengerang keras. Tetapi mulutnya terbungkam penis. Itupun tak lama, sebab beberapa saat
kemudian lelaki itu menggeram. Ditahannya belakang kepala istriku yang berjilbab hingga
penisnya terbenam jauh di dalam mulutnya. Pasti ia sedang menumpahkan sperma. “Ayo telan
spermaku…. lonte ! Kamu suka itu kan ?” kata lelaki itu. Dicengkeramnya dagu Tari ketika ia
terlihat seperti hendak memuntahkan sperma di mulutnya. *** Rupanya mereka bukan hanya
suka menyetubuhi istriku. Tetapi, seperti bos mereka, juga suka melecehkan korban-korbannya.
Anehnya, aku terangsang berat melihat istriku dipermainkan 15 lelaki kasar ini. Kulihat kini Tari
dipaksa berdiri mengangkang sambil mengangkat jubahnya sampai ke pinggang.
Jilbabnya tersampir ke belakang. Bagian muka jubahnya terbuka sampai ke perut. Sungguh
pemandangan yang mendebarkan. Seorang ibu muda cantik dan alim, memperlihatkan sepasang
payudaranya yang putih dan montok. Dari sela bibirnya masih menetes sisa sperma. Sementara
dari celah vaginanya menetes-netes cairan yang sama. “Istrimu memang menggairahkan.
Rintihannya justru membangkitkan nafsu…” kata Bob sambil kami menonton Tari yang kini
disuruh merangkak seperti anjing.

Dari ruangan Bob, kami bisa menyaksikan dan mendengar dengan jelas segala detil peristiwa itu.
Tari memang merintih-rintih sepanjang pemerkosaan. Kadang, tersengar seperti rintih dan jerit
kesakitan. Kadang seperti perempuan jalang yang mendekati orgasme. Jerit melengking, aku
tahu itu pasti jerit kesakitan, kali ini terdengar lagi. Kulihat seseorang menyerangnya dari
belakang. Tari sampi mendongakkan kepalanya. Pasti anusnya yang jadi sasaran. Sebab,
reaksinya selalu seperti itu jika ia disodomi. Apalagi, kulihat lelaki yang menyodominya
bertubuh tinggi besar. Betul saja, lelaki itu kemudian mengangkat tubuh Tari dengan bertumpu
pada pahanya. Terlihat jelas penisnya melesak ke dalam anus Tari. Sementara vagina Tari yang
lebam terlihat merekah. “Aaaakhh…. auuhhh…. ampuuunn…. sakiiiit… ,” Tari meronta-ronta.
Terlihat seseorang malah menusukkan dua jarinya ke vagina Tari. “Memek Mbak cantik
sekaliii….:” katanya sambil mengaduk-aduk vagina Tari. Mulanya, Tari terdengar merintih-
rintih kesakitan. Tetapi, rintihan itu sekejap saja berubah jadi desahan saat lelaki itu mulai
menyerang vaginanya dengan mulut. Lelaki yang menyodomi Tari kemudian berbaring
terlentang dengan penisnya masih menancap di anus Tari. Lelaki yang menjilati vagina Tari
makin ganas menyerang. Akibatnya desahan Tari berubah menjadi seperti desahan perempuan
jalang yang tengah dilanda gairah. Vagina Tari adalah titik terlemahnya. Ia bisa orgasme hanya
dengan jilatan intens di klitorisnya. Makin cepat lagi bila klitoris itu disedot-sedot. Tampaknya
itulah yang terjadi saat ini. Tari terlihat menggigit bibirnya, memejamkan mata dan menggeleng-
gelengkan kepalanya. Itulah detik-detik menjelang puncaknya… “Sssh…hah….ssshh…hah…
ssshhh…hahhh !!!” desahan seperti orang kepedasan terdengar jelas dari mulut Tari. Dan tiba-
tiba ia terlonjak dan matanya melotot saat dua putingnya dikulum dua lelaki secara bersamaan.
Tubuhnya langsung terlonjak-lonjak diterpa badai orgasme.

Belasan lelaki itu tertawa terbahak-bahak melihat istriku yang alim menggeliat-geliat di tengah
kepuasannya. Aku tahu, beberapa saat lagi ia akan tampak sangat tersiksa jika telah terlepas dari
terpaan orgasme. Betul saja. Wajahnya terlihat merah padam ketika tubuhnya mulai tenang.
“Tampang aja ustadzah… memeknya perek juga. Nih… gua kasih kontol !” kata lelaki yang tadi
menjilati vagina istriku. Tari langsung menjerit melolong. Kali ini pasti karena kesakitan.
Bayangkan, anusnya masih disesaki penis. Kini vaginanya juga. Istriku pasti sangat tersiksa. Ia
tak henti menjerit sepanjang perkosaan ala hotdog itu. Tetapi jeritannya tak lama, sebab lagi-lagi
ada yang menyumpal mulutnya dengan penis.

Antara kasihan dan nafsu, aku terus menonton istriku diperkosa belasan lelaki ini. Satu persatu
akhirnya menumpahkan sperma ke dalam vagina, anus dan mulutnya. Malah, lelaki terakhir
kencing di dalam vagina Tari. Lalu, para lelaki itu memaksa Tari berdiri mengangkang dan
cairan kencing lelaki itu mengucur deras dari dalam vagina Tari bercampur sperma mereka. Dan
tiba-tiba tubuh Tari pun lunglai, pingsan… *** Beberapa saat mereka membiarkan Tari tergolek
pingsan di lantai. Beberapa di antaranya masih saja ada yang mempermainkan organ-organ vital
Tari. “Bawa cewek itu ke kamar. Bersihin badannya. Biar dia istirahat dulu 3-4 jam,” kata Bob
lewat interkom kepada anak buahnya. Dari salah satu pintu, dua lelaki berkulit hitam, bertubuh
tegap dan berambut keriting keluar dan langsung menggotong Tari. Entah mengapa, aku ingin
sekali melihat apa yang akan dilakukan dua lelaki itu terhadap tubuh istriku. Bob sepertinya tahu
yang kupikirkan. “Yuk kita lihat Mbak Tari dimandiin lagi,” katanya. “Lho, katanya mau disuruh
istirahat ?” kataku. “Ya dimandiin dulu. Baru istirahat. Waktunya baru 3 jam dari bookingan
yang 24 jam,” kata Bob. Kuikuti saja kemana Bob melangkah. Rupanya Tari dibawa ke sebuah
ruangan dengan ranjang yang bersih dan besar. Di ranjang sudah tersedia baju panjang Tari yang
berwarna unggu kembang-kembang, serta sehelai jilbab lebar berwarna biru tua. Kulihat dua
lelaki tadi menggotong Tari ke kamar mandi. Gila betul. AKu terangsang hebat melihat Tari
yang masih pingsan kembali ditelanjangi. Jilbabnya pun dilepas, sehingga rambutnya yang
sepinggul terurai lepas.

Dua lelaki itu lalu memandikan Tari. Mereka juga terlihat menikmati tugas itu. Sambil tertawa-
tawa mereka mengomentari tubuh istriku. “Gila…memeknya tebel banget,” kata salah satu dari
mereka. Kulihat jarinya mengaduk-aduk vagina istriku. “Bos… boleh nggak kita ngentot cewek
ini…sekali aja…” ujar lelaki itu. Tangannya kini menyabuni payudara istriku. Jelas bukan
menyabuni, tapi meremas-remas dan menarik-narik putingnya. “Boleh nggak ?” Bob malah
bertanya kepadaku. “Anggap aja bonus..” tambahnya. Gilanya, aku langsung mengangguk.
Nafsuku sudah sampai ubun-ubun, ingin melihat Tari yang sedang pingsan diperkosa dua lelaki
item dan keriting itu. Begitu aku mengangguk, mereka langsung membaringkan Tari di lantai.
Seorang di antaranya langsung merenggangkan kaki Tari dan…ia tampak kasar sekali
menyetubuhi Tari.. TIba-tiba Tari bangun dan menjerit keras. Kaget, aku cepat keluar kamar,
khawatir istriku melihatku. Dari luar kudengar mereka susah payah menguasai Tari. Sampai
akhirnya terdengar Tari merintih-rintih lagi. “Ampun pak… sudah… saya nggak kuat…aduh…
aduhhhh… aaaakkhhh….” tiba-tiba terdengar Tari menjerit keras sekali dan setelah itu tak
terdengar lagi suaranya. Kuintip ke kamar mandi. Rupanya Tari pingsan lagi. Kali ini dalam
posisi nungging dan si keriting tampaknya menyodomi istriku. Tak lama kemudian ia selesai.
Anus Tari tampak menganga sebelum akhirnya perlahan menguncup kembali bersamaan
mengalirnya sperma si keriting dari dalamnya.

Tari tergeletak tak berdaya di lantai, tetapi itu tak mengurungkan niat si keriting satunya untuk
menyetubuhinya. Diangkatnya sebelah kaki Tari, lalu dengan posisi menyamping ia menusukkan
penisnya ke vagina Tari. Tari benar-benar tak siuman meski lelaki itu memperkosanya dengan
sangat kasar. Bahkan, tangannya yang besar tak henti mencengkeram payudaranya yang lembut.
Ketika klimaks, lelaki itu menyemprotkan spermanya ke wajah Tari. Dari tempat tersembunyi
kulihat dua lelaki itu kemudian mengencingi sekujur tubuh istriku. Saat pancuran air kencing
mengenai wajahnya, Tari siuman dan langsung menjerit-jerit minta ampun. Tetapi keduanya
cuma tertawa-tawa sebelum akhirnya melanjutkan memandikan Tari. *** Tak lama kemudian
kulihat mereka menyeret Tari dan menghandukinya dengan kasar. Tari sampai memekik-mekik
waktu handuk dilewatkan bawah selangkangannya dan digerakkan maju mundur. Tetapi itu
belum selesai. Di ranjang, Tari ditelentangkan, dan kakinya direnggangkan. “Bos bilang,
jembutmu harus dicukur…” kata salah satu dari si keriting. “Aaaawww…” Tari menjerit.
Rupanya lelaki itu mencabut beberpa helai rambut kemaluannya. Cuma sekali. Selepas itu, pisau
cukurnya yang bekerja membersihkan vagina Tari. Istriku terus terisak-isak. Apalagi selama
mencukur, keduanya terus melecehkannya dengan kata-kata. Tapi akhirnya mereka
menyelesaikan juga tugas enak tersebut. “Udah ya Mbak…. makasih udah minjemin
memeknya,” kata salah satu lelaki sambil menampar vagina Tari lumayan kuat. Tari sampai
memekik keras sebelum akhirnya menekuk tubuhnya dan tidur dengan posisi miring. ***
“Tunggu di sini sebentar, Pak,” kata Bob sambil masuk ke kamar.

Dari celah pintu kulihat ia duduk di tepi ranjang. Tari terkejut dan langsung beringsut ke sudut
yang berseberangan. Tangannya meraih seprei untuk menutup ketelanjangannya. “Jangan
takut…. saya nggak akan menyakitimu,” kata Bob. “Saya malah mau memberikan pakaianmu,”
lanjut Bob sambil menyodorkan baju panjang berwarna unggu kembang-kembang, serta sehelai
jilbab lebar berwarna biru tua. Istriku langsung mengulurkan tangannya untuk mengambil baju
itu. Tapi Bob menariknya lagi. “Tunggu dulu, aku mau ngobrol dulu sebentar. Kamu duduk di
sebelahku sini,” katanya. “Ayo cepat, habis ini Mbak Tari boleh pakai baju,” lanjutnya. Tari
tampak ragu. Tapi akhirnya ia mau juga duduk di tepi ranjang di sebelah Bob.

Kedua tangannya masih menutupi dada dan pangkal pahanya. “Nggak usah ditutupi gitu…. aku
toh sudah lihat semuanya. Aku sudah pernah menghisap putingmu itu, menjilat memekmu. Aku
juga sudah masukkan kontolku ke memekmu….. Nggak usah malu-malu lagi,” rayu Bob sambil
menarik tangan istriku. Tapi Tari tetap menyilangkan tangan di depan dadanya. “OK kalau kamu
malu. Supaya adil, aku juga telanjang nih….” lanjut Bob. Sialan, lelaki gendut itu membuka
bajunya dan kini dia telanjang dan duduk di sebelah Tari. Tari melengos. “Ayo… daripada
megangin tetek gitu, mending pegang kontol gue !” kali ini Bob berpura-pura galak. Tari tampak
pucat. Tangan kanannya ditarik Bob ke arah selangkangannya. Lalu, Bob memaksa Tari
menggenggam penisnya yang kecil itu. “Nah gitu dong…. aku kan jadi leluasa melihat tetekmu
yang indah ini,” kata Bob sambil mencubit puting kanan istriku. “Besar mana kontolku sama
kontol suamimu?” tanya Bob. Tari menggigit bibirnya. Tiba-tiba Bob memperkeras jepitannya di
puting Tari. “Aduh… duh…. besar punya suamiku….” sahut Tari sambil meringis. “Kamu suka
yang besar apa kecil ?” “…. aduh…. sakit…. besar…. besar…..” Kulihat Bob melirik ke arahku.
Tangannya merenggangkan paha Tari. “Lebarin pahamu…. aku mau lihat memekmu yang
gundul itu. Kamu suka dicukur memekmu ya ?” kata Bob sambil mencubiti bibir vagina istriku.
Tari menggigit bibirnya sambil mengangguk……… Kulihat jari Bob menyusuri celah vagina
istriku. Bahkan terlihat tangannya mulai bergerak-gerak seperti sedang menusuk vgina istriku
dengan jarinya. “Kamu takut hamil gak? Sperma puluhan cowok sudah masuk ke memekmu ini
lho” Sekarang aku lihat tenryata 2 jari Bob sedang menusuk-nusuk vagina istriku. Tari
memejamkan mata dan mengangguk. “Mau aku kasih pil anti hamil ?” Tari mengangguk lagi.

Bob kemudian menuntunnya berlutut di hadapannya. Entah apa yang akan dilakukannya. Tetapi
terlihat ia mengeluarkan sebutir pil kecil. Gila, Bob menyelipkan pil itu di lubang penisnya !
“Emut kontolku. Nanti kusemprotkan pil antihamil ini…. ” kata Bob. Tari mengernyitkan
keningnya. Tapi begitu Bob menjepit lagi putingnya dengan keras dan membentaknya, istriku
mulai mengulum penis Bob. Sialan, lelaki gendut itu betul-betul menikmati kuluman istriku. Ia
terlihat merem melek. Kedua tangannya memegangi belakang kepala Tari. Jari kakinya kulihat
menyenggol-nyenggol vagina istriku. Sampai akhirnya tubuh Bob terlihat tegang.

Kedua tangannya tiba-tiba menahan kepala Tari. Rupanya ia betul-betul mendorong penisnya ke
kerongkongan Tari. Istriku terlihat meronta-ronta. Tapi sia-sia saja. Begitu Bob usai
menyemprotkan spermanya berikut pil anti hamil di ujung penisnya, Bob menghempaskan tubuh
istriku begitu saja di lantai. Lalu, dilemparkannya jubah dan jilbab Tari. Kulihat istriku menangis
terisak-isak sambil menyeka sperma Bob yang berlepotan di bibirnya. Perlahan ia memakai
jubahnya, lalu jilbabnya. Bob sambil memakai bajunya kembali memencet tombol di dinding
kamar. Seorang lelaki tergopoh masuk. “Kasih dia minum yang biasa….” kata Bob. Lelaki itu
segera berbalik dan tak lama kemudian membawa sebotol air mineral dan disodorkannya ke
istriku yang duduk di tepi ranjang. Sialan, sempat-sempatnya dia menjawil payudara istriku.
“Kamu pengen ngentot dia ?” tanya Bob “Wah…. jelas pengen bos !”

“Kamu lihat dulu memek dia. Siapa tahu habis lihat memek dia kamu jadi nggak nafsu,” kata
Bob. “Mbak Tari, kasih dia lihat memek kamu,” lanjutnya. Tari yang sudah berjubah dan
berjilbab terpana mendengar kata-kata Bob. Tapi, ia tak sempat bengong berlama-lama. Si
pembantu bos tahu-tahu mendorong tubuhnya hingga terlentang di kasur. Lalu, dengan cepat ia
menyingkapkan jubah Tari sampai ke pinggang. Kulihat paha istriku direnggangkannya. Dan
jongos itu bersorak gembira melihat vagina telanjang istriku. Tari terlihat melengos ketika
tangan kasar lelaki itu meremas-remas vaginanya. Tapi tak urung ia terpekik juga waktu dua jari
lelaki itu menusuk vaginanya. Lalu, menyusul lidah lelaki itu menjilati vaginanya. Lelaki itu
tiba-tiba bangkit dan memelorotkan celananya. Penisnya terlihat mengacung dan mulai
menyentuh vagina istriku. Dan tanpa basa-basi lagi pembantu Bob itu mulai menyetubuhi istriku.

Tubuh Tari terguncang-guncang. Tapi anehnya dia diam saja. Bob menengok ke arahku dan
memanggilku. “Sini Mas, istrimu sudah kubius. Biar dia istirahat barang 3-4 jam. Tapi biarin si
Bejo ini ngentot dia ya. Kasihan, dia belum pernah dapet memek secantik punya istri Mas,”
katanya. Aku mendekat, kulihat mata Tari terpejam. Bejo masih menggenjot tubuh istriku.
Penisnya yang lumayan besar kulihat keluar masuk vagina Tari. Bejo juga menyingkap jubah
Tari sampai ke dada. Lalu dengan penuh nafsu Bejo meremas-remas kedua payudara istriku.
Bahkan, ia seperti menjadikan payudara Tari sebagai tali kendali. Tari memang terpejam, tapi
bisa kulihat keningnya berkerut. Mungkin alam bawah sadarnya merasakan dirinya tengah
disetubuhi. Bejo tahu-tahu menggeram. Lalu, pinggulnya menghentak-hentak ke depan. Suara
beradunya pangkal paha Bejo dan pangkal paha istriku saat Bejo menusukkan jauh-jauh penisnya
ke dalam vagina istriku membuatku terangsang hebat. Kubiarkan Bejo menumpahkan spermanya
ke dalam vagina istriku.

Bejo memeluk erat-erat istriku. Mulutnya menciumi payudaranya dan menyedot-nyedot


putingnya. Sementara gerakan di pinggulnya sesekali menyentak dan akhirnya melemah.
Perlahan, Bejo kemudian berdiri sambil meremas sekali lagi kedua payudara istriku dan menarik
kedua putingnya. “Wah…. enak banget bos memeknya…..” kata Bejo masih sambil tersengal-
sengal. Dari vagina istriku kulihat menetes sperma Bejo. Kulit vaginanya terlihat putih
kemerahan. “Bersihin memeknya Jo. Masih banyak yang mau pake memeknya,” kata Bob. Bejo
kulihat ke kamar mandi dan keluar membawa segayung air. Terangsang juga aku melihat Bejo
mula-mula menguakkan bibir vagina istriku lalu membersihkan bagian dalamnya dengan kain
handuk. Bejo juga memasukkan lagi dua jari ke vagina Tari. Sepertinya berusaha mengeluarkan
spermanya dari situ. Terakhir, Bejo menyeka vagina istriku dengan lap basah. Tari masih tetap
tertidur lelap….. “Gimana Mas, mau terus nungguin istri Mas digarap orang banyak ?” tanya
Bob kepadaku. “eh…. ya… aku pulang saja. Besok dia sudah dipulangkan kan ?” sahutku, nggak
enak hati. Sudah terima 7,5 juta kok masih seperti nggak rela. “Ya mas, besok Mbak Tari kita
antar pulang,” jawab Bob. Kusempatkan merapikan kembali jubah Tari, menutupi tubuhnya yang
terbuka dari dada ke bawah. “He he… kok repot-repot Mas. Sebentar lagi juga dibuka lagi sama
anak-anak,” kata Bob.
Aku juga tertawa getir. Ada sebersit rasa kasihan melihat istriku tertidur. Wajahnya yang cantik
terlihat sendu. Sialnya, Bob tampaknya paham pergulatan batinku. Dia duduk di tepi ranjang, di
sebelah Tari yang masih berbaring terlentang tak sadarkan diri dengan kedua kaki menjuntai ke
bawah ranjang. “Istri Mas memang menggairahkan. Dia pantas dihargai Rp 7,5 juta sehari
semalam,” katanya sambil membelai paha istriku dari luar busananya. “Saya bisa bantu Mas
menjual memek Mbak Tari…. Mas bisa kaya,” lanjut Bob.

Tangannya kini meremas-remas pangkal paha istriku. Terlihat sesekali ia menjumput tundun
vagina Tari. “Ah nggak Bos….. aku nggak niat menjual istriku. Sekarang ini pun cuma
keputusan selintas aja,” sahutku. “Ok… itu hakmu. Tapi aku tahu Mas juga terangsang saat
melihat istri Mas disetubuhi dan digerayangi banyak lelaki. Betul kan ?” kata Bob. Sialan, dia
membuka lagi ritsleting di bagian muka jubah Tari. Lalu, dengan enaknya dia menggenggam
kedua payudara istriku. Mulutnya dengan penuh nafsu menciumi payudara Tari dan mengulum
kedua putingnya.

“Aku pulang deh,” sahutku, berlagak membantah kata-katanya. Padahal, Bob benar. Itulah
fantasiku selama ini. Membayangkan istriku yang alim dijamah banyak lelaki, ditelanjangi,
dipermainkan tubuhnya, disetubuhi, diperkosa, disiksa…. “Eh, itu di meja ada vcd rekaman
waktu saya dan anak-anak main-main sama Mbak Tari di rumah tadi. Ambil aja. Mas pasti
suka,” katanya. Bob betul. Aku memang ingin tahu apa yang tadi terjadi di rumah. Sebab, aku
tak sempat memasang hidden cam. “Jangan khawatir Mas. Besok Mbak Tari saya kembalikan.
Hari ini saya mau habiskan sperma saya di memek, anus dan mulut istri Mas,” lanjut Bob.

Sialan, jarinya sudah masuk lagi ke vagina Tari…… Setelah kejadian itu, suahari Tari datang
padaku mengabarkan bahwa diapositif hamil, aku senang luar biasa, aku beri tahu Bob DLL,
mereka mengerti dan mengucapkan selamat padaku. Setelah bulan ke-7 kehamilan istriku, aku
kangen sekali, aku telp Tari dirumah “Halo saying..” sapaku setelah Tari mengangkat telpon.
“Iyah… Halooh sayang… adah apahh??” Jawabnya. Gila… Istriku disetubuhi orang lain lagi…

The End...

bandit malam
Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai