Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

TMK 2 - PDGK4505 - Pembaharuan Dalam Pembel. Di SD

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Viona Silvia Dwiyanti

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 858926496

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4505/Pembaharuan dalam Pembel. di SD

Kode/Nama UT Daerah : 76/Universitas Jember (Pokjar Purwoharjo)

Masa Ujian : 2023/2024 Genap (2024.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA

JAWABAN
1. Mata Pelajaran : Kebudayaan Indonesia

Tema : Indahnya Kebersamaan

Sub Tema : Keberagaman Budaya Bangsaku

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

Standar Kompetensi :
1. Memahami dan menghargai keberagaman budaya Indonesia.
2. Menunjukkan perilaku toleransi dan menghargai keberagaman budaya dalam
kehidupan sehari-hari.

Kompetensi Dasar :
1. Mendeskripsikan keberagaman budaya suku Minang.
2. Mempraktikkan perilaku toleransi dan menghargai keberagaman budaya dalam
kehidupan sehari-hari.

Indikator Pencapaian :
1. Siswa mampu mendeskripsikan keberagaman budaya suku Minang.
2. Siswa dapat mempraktikkan perilaku toleransi dan menghargai keberagaman
budaya dalam situasi kehidupan sehari-hari.

Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat memahami keberagaman budaya suku Minang.
2. Siswa dapat menghargai dan menunjukkan perilaku toleransi terhadap
keberagaman budaya dalam kehidupan sehari-hari.

Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Simulasi
4. Permainan peran
Langkah Pembelajaran :

Pertemuan 1 (45 menit) :


1. Guru memperkenalkan tema dan sub tema yang akan dibahas.
2. Guru memulai ceramah tentang keberagaman budaya suku Minang,
menyertakan contoh-contoh tradisi, bahasa, makanan, dan pakaian khas suku
Minang.
3. Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan apa yang mereka
ketahui tentang kebudayaan Minang dan bagaimana kebudayaan tersebut dapat
memperkaya keberagaman budaya Indonesia.
4. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat mini maket atau
diorama yang menggambarkan kehidupan sehari-hari suku Minang.

Pertemuan 2 (45 menit) :


1. Siswa mempresentasikan mini maket atau diorama yang mereka buat.
2. Guru memfasilitasi permainan peran atau simulasi yang menggambarkan situasi
kehidupan sehari-hari yang beragam budayanya, termasuk budaya suku Minang.
3. Siswa diminta untuk memerankan berbagai karakter dan menunjukkan perilaku
toleransi serta menghargai keberagaman budaya.
4. Guru mengakhiri pembelajaran dengan refleksi bersama tentang pentingnya
toleransi dan menghargai keberagaman budaya sebagai fondasi kehidupan
bersama.

Penilaian :
1. Kerapihan dan keindahan mini maket/diorama (30%)
2. Keterlibatan dalam diskusi dan permainan peran (40%)
3. Kesopanan dan keaktifan dalam refleksi bersama (30%)

Catatan Akhir :
Diharapkan dengan pembelajaran ini, siswa dapat memahami keberagaman
budaya suku Minang dan budaya lainnya dalam Indonesia, serta mampu
menunjukkan perilaku toleransi dan menghargai keberagaman dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Sebagai seorang pendidik, saya memahami bahwa penerapan demokrasi dan
hak asasi manusia (HAM) di sekolah sangat penting untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif dan menghargai martabat setiap individu. Berikut beberapa
hal yang dapat dilakukan dalam penerapan demokrasi dan HAM di sekolah:

1. Menciptakan budaya sekolah yang demokratis:


- Memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyampaikan pendapat, ide, dan
aspirasi mereka secara bebas dan terbuka.
- Mendorong partisipasi aktif siswa dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan kegiatan sekolah.
- Menghargai perbedaan pendapat dan mendorong diskusi yang konstruktif.

2. Menghormati hak-hak dasar siswa:


- Memastikan hak-hak dasar siswa, seperti hak untuk memperoleh pendidikan,
hak untuk berekspresi, hak untuk bebas dari diskriminasi, dll., terpenuhi.
- Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan bebas dari segala
bentuk kekerasan, pelecehan, atau pelanggaran HAM.
- Memberikan perlakuan yang adil dan tidak diskriminatif terhadap seluruh
warga sekolah.

3. Mengintegrasikan nilai-nilai demokrasi dan HAM dalam kurikulum:


- Menyisipkan materi pembelajaran tentang demokrasi, HAM, dan isu-isu terkait
dalam berbagai mata pelajaran.
- Mendorong siswa untuk berpikir kritis, menganalisis, dan memecahkan
masalah terkait dengan demokrasi dan HAM.
- Mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung pemahaman dan
praktik demokrasi dan HAM.

4. Menjadi teladan dalam menerapkan demokrasi dan HAM:


- Memberikan contoh perilaku yang menghargai perbedaan, menghormati hak-
hak orang lain, dan mempraktikkan nilai-nilai demokrasi.
- Mendorong seluruh warga sekolah, termasuk guru dan staf, untuk menjadi
teladan dalam penerapan demokrasi dan HAM.
- Membangun kerja sama yang baik dengan orang tua dan masyarakat dalam
mempromosikan nilai-nilai demokrasi dan HAM.
Penjelasan:
Dengan menerapkan demokrasi dan HAM di sekolah, kita dapat mempersiapkan
generasi muda yang memiliki pemahaman, sikap, dan keterampilan untuk menjadi
warga negara yang bertanggung jawab dan berpartisipasi aktif dalam membangun
masyarakat yang adil, demokratis, dan menghargai hak

3. Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran.


Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat
pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan
masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan
berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan
yang sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang
nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari.

Ciri2:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar
pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara
pribadi bermakna untuk siswa.

2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin


Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata
pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah-masalah yang
diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa
meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

3. Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukann
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.

4. Menghasilkan produk dan memamerkannya


Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk
tertentu dalam karya nyata. Produk tersebut bisa berupa laporan, model fisik,
video maupun program komputer. Dalam pembelajaran kalor, produk yang
dihasilkan adalah berupa laporan.
5. Kolaborasi dan kerja sama
Pembelajaran bersdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu
dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok
kecil.

4. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TERPADU MODEL SEQUENCED MELALUI


STRATEGI DEEP THINKING SKILL UNTUK PENGEMBANGAN KOSAKATA DAN
PEMAHAMAN ANAK
Pendekatan ini memberikan kesempatan kepada anak untuk: mau berbicara
tentang gambar yang dilihatnya, berani menjelaskan tentang pendapatnya baik
berupa perasaan atau memaknai gambar tersebut, dan berani bertanya-tanya
tentang gambar yang dilihatnya.Kelebihan dari pendekatan ini adalah anak
menjadi aktif, kreatif, berani berbicara di depan teman-temannya, sehingga pada
akhirnya anak akan menemukan/membangun pengetahuannya sendiri tentang
perbuatan baik yang sesuai dengan nilai-nilai pendidikan damai.Mengembangkan
kemampuan berpikir yang mendalam pada anak dipandang penting dalam
kurikulum modern. Demikian halnya dengan peningkatan kemampuan anak untuk
berpikir secara mendalam dan bermakna merupakan inti dari praktik pendidikan
yang baik. Dilema bagi guru adalah mengetahui bagaimana meningkatkan
pemikiran di dalam kelas dan mendorong strategi berpikir lebih dalam. Ada
perbedaan pendapat tentang bagaimana cara terbaik untuk mencapai hal ini.

5. Pada gambar yang dilampirkan, terlihat Ibu Nani yang harus mengajar 3 kelas
sekaligussecara bersamaan pada satu waktu yang sama. Terkait kondisi Ibu Nanik
tersebut, model pembelajaran yang paaling tepat ia terapkan adalah group
learning atau model pembelajaran kelompok yang biasa juga disebut sebagai
cooperative learning

Pembahasan

Pada model group learning, siswa dibagi ke dalam sejumlah kelompok-kelompok


kecil. Kelompok kecil ini terdiri dari beberapa anggota saja. Setiap kelompok wajib
bekerja sama menyelesaikan tugas dari guru. Untuk kasus di atas, berikut sintak
pembelajaran yang bisa dijalankan Ibu Nani agar supaya proses pembelajaran
yang ia jalankan lancar tanpa hambatan:
Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil.
Memberi kepada tiap-tiap kelompok
Memfasilitasi diskusi juga kerja kelompok dari siswa lengkap dengam umpan balik
yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai